Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH GANGGUAN PERILAKU SEKSUAL

Mata Kuliah: Hambatan Perilaku Anak dan Remaja

Dosen Pengampu : Angelina Dyah Arum S, M.Psi., Psikolog

Disusun oleh :

1. Rahmawati (18081848)
2. Pirdausia Pagalla (18081805)
3. Christine Natalia (18081903)
4. Fadhilah parinduri (18081387)
5. Wiwid Lia Tiarti (18081395)
6. Madeline tamar sinaulan (18081388)
7. Meylan Agatha (18081505)
8. Dwi Cahya Rahmadani (18081869)
9. Rahmat Syarifudin (18081677)
10.Mega Gus Naedy (18081478)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
ANGKATAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis bagi manusia. Pada perilaku
seksual ada beberapa permasalahan seperti perkembangan seksual, kesehatan seksual,
penyimpangan seksual dan sebagainya. Gangguan penyimpangan seksual seringkali
menjadi pembahasan yang cukup menarik. Remaja adalah sasaran empuk untuk
terjadinya penyimpangan seksual. Pemikiran yang masih labil serta sedang mencari jati
diri seringkali ingin mencoba berbagai hal, tidak terkecuali dengan perilaku seksual.
Pendapat Sarlito Wirawan Sarwono (2006: 142) menyebutkan perilaku seksual
adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis
maupun dengan sesama jenis. Keadaa ini akan banyak menimbulkan penyimpangan
perilaku seksual bagi remaja apabila tidak dilakukan pencegahan terutama bagi remaja
tunalaras yang mereka sendiri tidak mampu untuk mengendalikan emosinya.
Perbincangan masalah seksual masih dianggap hal yang tabu di lingkungan masyarakat,
dan problem penyimpangan perilaku seksual itu sendiri akibat situasi keterbelakangan
budaya serta tidak adanya keseimbangan di antara proses perubahan sosial yang muncul
dalam masyarakat menyusul adanya perubahan-perubahan besar pada seluruh
masyarakat itu sendiri.
Untuk menanggapi hal tersebut, akan dibahas tentang faktor serta penanganan
penyimpangan agar diharapkan dapat mengetahui lebih jelas tentang gangguan
penyimpangan seksual serta penanganannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penyimpangan seksual?
2. Apa saja faktor penyebab gangguan penyimpangan seksual?
3. Bagaimana upaya atau tindakan yang dilakukan untuk menangani gangguan
perilaku seksual?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Gangguan perilaku seksual adalah dorongan dan kepuasan seksual yang
ditunjukan kepada objek seksual yang tidak wajar. Dikatakan tidak wajar karena adanya
perilaku atau fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi diluar
hubungan kelamin heteroseksual , dengan jenis kelamin yang sama atau dari partner seks
yang belum dewasa , dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku seksual dalam
masyarakat secara umum. (Junaedi, 2010). Yang dimaksud dengan gangguan perilaku
seksual adalah pemenuhan nafsu biologis dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari
syariat, fitrah, dan akal sehat. (Farhan, 2002).
Perilaku seksual ditentukan oleh suatu interaksi faktor- faktor yang kompleks.
Perilaku seksual dipengaruhi oleh hubungan seseorang dengan orang lain, oleh
lingkungan seseorang, dan oleh kultur dimana seseorang tinggal. Seksualitas seseorang
adalah terlibat dengan factor kepribadian lain, dengan susuan biologis dan dengan rasa
umum tentang diri sendiri (sense of self). Perilaku seksual yang normal adalah semua
pola perilaku yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang mempunyai jenis
kelamin yang berlawanan.
Individu yang dikategorikan sebagai orang-orang yang mengalami gangguan
seksual kalau gangguan tersebut bukanlah simtom dari sindrom-sindrom yang lebih puas,
misalnya skizofernia dan reaksi-reaksi obsesif. Pola gangguan seksual hampir selalu
merupakan akibat sejarah kesulitan yang panjang dalam perkembangan psikoseksual
yang disebabkan karena faktor-faktor lingkungan dan jarang sekali sebagai akibat dari
cacat-cacat konstitusional saja. Karena gangguan seksual ini banyak terjadi dalam
masyarakat kita dan karena beberapa dari gangguan itu sangat berbahaya.
Berikut adalah macam-macam penyimpangan seksual :
1. Ekshibisionisme
Yaitu sebuah perilaku gangguang seksual yang mana pelaku ingin membuat orang
asing agar merasa terkejut, takut, bahkan terkesan dengan tindakannya. Tetapi
disini tidak terdapat kontak fisik antara pelaku dengan korban.
Contoh : Pelaku memperlihatkan kelaminnya atau masturbasi di tempat umum.
2. Voyeurisme
Suatu perilaku kepuasan seksual yang mana hanya mengitip seseorang Ketika
sedang mandi, ganti pakaian atau aktifitas yang tanpa busana, atau aktifitas
seksual orang lain. Tidak dapat dipungkiri bahwa ia juga akan melakukan
masturbasi tetapi tidak bertujuan untuk menjalin kontak seksual dengan
seseorang.
3. Froteurisme
Yaitu tindakan seseorang untuk menggesekkan alat kelaminnya pada orang lain.
Kegiatan itu cenderung dilakukan di tempat umum. Hal itu dapat menjadi
masalah hukum dikarenakan menggesekkan alat kelamin tanpa izin.
4. Paedofilia
Suatu perilaku seks yang fantasinya adalah anak dibawah umur, serta juga ada
ketertarikan aktifitas seks. Perilaku yang ditimbulkan antara lain memeganggi
kelamin pelaku, menontonnya masturbasi, sampai juga berhubungan seksual
dengan anak. Kasus yang diketahui bahwa paedofilia sering terjadi pada keluarga
sendiri.
5. Sadomasokis
Yaitu perilaku yang mana ketika berhubungan seks, pelaku mendapat kepuasan
dari rasa sakit, rasa sakit tersebut dari kekerasan verbal maupun non-verbal yang
disengaja oleh diri sendiri atau pasangannya.
6. Sadisme
Yaitu perilaku yang mana ketika beraktifitas seksual, penderitaan atau psikologis
korban adalah suatu kepuasaan. Tetapi motif pelaku bukanlah penderitaan atau
rasa sakit, tetapi cenderung menunjukkan kekuasaan pada pasangan. Pada kasus
yang ekstrem, kematiaan pasangannya merupakan keseanangan baginya.
7. Transvetitisme
Yaitu perilaku seorang pria heteroseksual yang memperoleh kepuasan seksual
dengan cara berdandan layaknya seorang wanita.
8. Nekrofilia
Yaitu perilaku yang menyukai berhubungan seks dengan mayat. Aktifitas itu
jarang terekspos dan jarang ditemukan.
9. Zoofilia
Yaitu perilaku seseorang yang mendapat kepuasan seks dari berhubungan dengan
hewan. Kegiatan tersebut tak sebatas kontak fisik saja, tetapi juga melibatkan
hubungan emosi dengan binatang yang menjadi pasangan.
10. Beastiality
Yaitu perilaku seseorang yang mendapat kepuasan seks dari berhubungan dengan
hewan. Namun kegiatan itu tidak melibatkan hubungan emosi, tapi hanya sebatas
kontak fisik saja.

B. Faktor-faktor Penyebab
Berikut adalah faktor penyebab terjadinya gangguan perilaku seksual:
 Perspektif biologis , perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan
pengaktifan hormonal.
 Pengaruh orangtua, pengaruh ini biasanya terjadi karena kurangnya komunikasi
antara orang tua dengan remaja dalam masalah seputar masalah seksual yang
akhirnya dapat memperkuat munculnya gangguan ini. (Oom, 1981).
 Pengaruh teman sebaya
 Perspektif akademik
 Pengaruh lingkungan
 Perspektif sosial kognitif

Menurut Sarwono (2002), ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya penyimpangan


perilaku seks pada kalangan remaja, yaitu:

1. Faktor Internal
Faktor yang berasal dari dalam diri remaja itu sendiri. Perubahan – perubahan
hormonal yang meningkatkan hasrat seksual itu sendiri pada remaja. Peningkatan
hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual
tertentu.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja. Faktor – faktor itu antara lain:
a. Penundaan usia perkawinan, baik secara hukum maupun secara norma sosial
yang menuntut persyaratan yang semakin tinggi untuk perkawinan, misal:
pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain – lain.
b. Norma agama yang melarang berperilaku seksual yang bias mendorong
remaja melakukan senggama, seperti berpegangan tangan, berciuman,
sendirian dengan pasangan ditempat sepi.
c. Adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media masa
(TV, VCD, majalah, radio dan internet). Remaja cenderung ingin tahu dan
mencoba – coba serta meniru dengan apa yang dilihat dan didengarnya
khususnya karena remaja pada umumnya belum pernah mengalami masalah
seksual secara lengkap dari orang tuanya.
d. Orang tua, ketidaktahuan orang tua maupun sikap menabukan pembicaraan
seks dengan anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak tentang
masalah ini, akibatnya pengetahuan remaja tentang seks berkurang. Peran
orang tua dalam pendidikan anak sangat penting, terutama pendidikan
seksual.

Sedangkan menurut Bachtiar (2004) mengemukakan bahwa faktor – faktor yang


dapat mempengaruhi penyimpangan perilaku seks dikalangan remaja antara lain:
1) Biologis Faktor perubahan biologis yang terjadi pada masa pubertas dan peningkatan
hormonal pada remaja, serta perubahan bentuk tubuh yang berbeda.
2) Pengaruh Orang Tua Kurangnya komunikasi terbuka antara orang tua dengan
anaknya (remaja) dalam masalah seksual dapat menyebabkan penyimpangan perilaku
seksual.
3) Pengaruh Teman Pengruh teman memang sangat kuat, informasi yang diberikan
kedekatan mereka membuat komunikasi sesama teman menjadi komunikasi terbuka
sehingga sangat berpengaruh.
4) Akademik/Pendidikan Pendidikan yang rendah lebih cenderung melakukan seks
bebas dibandingkan remaja yang mempunyai pendidikan yang tinggi dan mempunyai
prestasi yang baik.
5) Pemahaman kehidupan sosial Pemahaman kehidupan sosial ini dapat diasosiakan
dalam pengambilan keputusan yang memberikan perilaku sek bebas pada remaja.

C. Tindakan
Beberapa upaya tindakan yang dapat dilakukan terkait penyimpangan seksual dapat
dibagi menjadi tiga, yaitu :

1. Tindakan Preventif
 Upaya preventif Keluarga
Yaitu dengan memberikan pendidikan seks dini kepada anak remaja dan
memberikan batasan-batasan dalam bergaul diluar rumah. Selain itu, mengenal
identitas gender pada anak (berikan perlakuan, cara bicara, cara berjalan, pakaian,
mainan sesuai budaya jenis kelamin anak), wanita pakai rok, bermain bunga atau
boneka, peralatan masak, dan sebagainya. Bangunlah anak menjadi feminim atau
maskulin sesuai identitas gender anak. Penyimpangan dari perasaan menjadi pria
atau wanita, dapat menjadikan penyimpangan psikoseksual pada tahap berikutnya.
Khususnya jika mereka sudah membangun komunitas sesuai penyimpangan yang
terjadi, sehingga seolah-olah perilaku itu menjadi legal. Dengan demikian peran
utama keluarga adalah membangun identitas gender anak dan mengidentifikasi
apabila ada kecurigaan penyimpangan perilaku anak.
 Upaya preventif Lingkungan sekolah
Diberikan pendidikan tentang dampak atau resiko perilaku penyimpangan seksual
melalui bimbingan konseling.
 Upaya preventif Masyarakat
Yaitu dengan mengaktifkan organisasi remaja desa dan masyarakat memberikan
teguran kepada remaja yang melakukan perilaku penyimpangan seksual. Dengan
kata lain membuat suasana lingkungan sosial yang kondusif, komunikatif,
mewaspadai pengaruhteman sebaya yang memberi dampak negatif, menciptakan
lingkungan sosial yang kondusif. Masyarakat mengerti apa yang harus dilakukan
apabila terjadi kasus kekerasan seksual, seperti; apa yang harus dilakukan,
kemana, bagaimana caranya, khususnya untuk mendukung generasi uda yang
aman dan bertanggung jawab.
 Upaya Preventif Tenaga Kesehatan
Adalah difokuskan pada pendidikan seksualitas dan peran seksual di masyarakat.
Pendidikan seksualitas difokuskan pada arti dan makna sesungguhnya tentang sek
dan seksualitas, sehingga anak dapat menjadi anak yang bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan seksualitasnya.

2. Tindakan Kuratif
Tindakan kuratif atau penanganan kuratif menurut KBBI, diartikan sebagai
menolong menyembuhkan (penyakit dan sebagainya);mempunyai daya untuk
mengobati. Penanganan kuratif dapat dilakukan apabila anak atau remaja
sudah/sedang menunjukkan perilaku seksual. Penanganan kuratif yang dilakukan
adalah bentuk penanganan yang diberikan untuk meminimalisir perilaku seksual
remaja.

a. Penanganan Psikologis
• Terapi perilaku kognitif (CBT), yang membantu mengidentifikasi keyakinan
dan perilaku yang tidak sehat dan negatif dan mengatasinya dengan cara-cara
yang lebih adaptif.
• Terapi penerimaan dan komitmen, yaitu suatu bentuk CBT yang
menekankan pada penerimaan pikiran dan desakan serta komitmen terhadap
strategi untuk memilih tindakan yang lebih sesuai dengan nilai terpenting.
• Psikoterapi psikodinamik, yaitu terapi yang berfokus pada peningkatan
kesadaran akan pikiran dan perilaku bawah sadar serta menyelesaikan konflik.
• Penanganan yang dilakukan dengan terapi seks. Dimana terapi seks
dilakukan untuk membantu orang agar dapat mengatasi disfungsi seksual
dengan meningkatkan harapan self- efficacy dan mengajarkan kopetensi
seksual.

b. Penanganan Medis
Berbagai teknik farmakologis dan operasi untuk menangani disfungsi seksual
telah dikembangkan. Empat macam prosedur yang paling populer yaitu: obat
oral, suntikan substansi vasoaktif, operasi, dan vacuum device therapy (terapi
dengan vakum) (Durand dan Barlow,2006)

Strategi penanganan kuratif:

a. Larangan
Larangan dapat di lakukan dalam bentuk verbal ataupun dengan bantuan fisik
sehingga anak atau remaja tidak berperilaku seksual di sembarang tempat.
Setiati Widihastuti (2009:53) mengatakan bahwa “Mencegah agar perilaku
tersebut tidak berkembang menjadi kebiasaan karena apabila sudah terbentuk
menjadi kebiasaan dan menetap, relatif sulit untuk menghilangkannya.”
b. Pengalihan aktivitas fungsional
Pengalihan aktivitas fungsional dapat dilakukan apabila anak atau remaja
sedang melakukan kegiatan seksualnya atau sedang menyalurkan dorongan
seksualnya di tempat umum adalah dengan memberikan kegiatan yang
menarik dan positif agar melupakan perilaku seksualitasnya.
c. Pengarahan tempat.
Ketika anak atau remaja sudah tidak bisa di alihkan lagi ke perhatian atau
aktivitas yang lainnya,maka anak dan remaja di arahkan ke tempat yang
tertutup untuk penyaluran dorongan seskualnya.

3. Tindakan Promotif
Istilah promotif dapat diartikan sebagai peningkatan, hal ini tidak terlepas dari
asal mula digunakannya isitilah promotif. Promotif atau promosi kesehatan
merupakan terjemahan dari bahasa inggris (Promotion Of Health). Istilah tersebut
muncul dari terjemahan lima tingkatan pencegahan (five levels of prevention) yang
dijelaskan dalam buku yang berjudul “Preventive Medicine For The Docter In His
Community” karangan dari H.R. Leavell dan E.G. Clark. Promosi kesehatan atau
promotion of health merupakan tingkatan tingkatan pencegahan pertama yang oleh
para ahli kesehatan masyarakat di Indonesia diartikan sebagai peningkatan kesehatan.
Makna yang terkandung di dalam istilah promotion of health tersebut adalah
meningkatkan kesehatan seseorang dengan asupan gizi seimbang, olahraga secara
teratur, dan lain sebagainya agar orang tersebut tetap sehat, dan tidak terserang
penyakit.
Hubungan antara istilah peningkatan kesehatan dan istilah promosi kesehatan
dijelaskan oleh H.R. Leavell dan E.G. Clark dalam bukunya disebutkan bahwa selain
melalui peningkatan gizi, peningkatan kesehatan juga dapat dilakukan dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada individu dan masyarakat.
Pendidikan kesehatan adalah suatu kegiatan untuk membantu individu, kelompok
atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan atau perilakunya untuk mencapai
kesehatan secara optimal. Sedangkan WHO (World Helath Organization) yang
merupakan organisasi kesehatan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
merumuskan promosi kesehatan sebagai perluasan makna dari pendidikan kesehatan
sebagai proses untuk kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik secara fisik,
mental, dan sosial maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan
aspirasinya, kebutuhan, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya.
Dalam penyimpangan perilaku seksual pada remaja, upaya promotif yang dapat
dilakukan adalah salah satunya adalah dengan memberikan pendidikan seks sejak usia
dini atau setidaknya pada usia sekolah dengan memberikan pemahaman tentang teori-
teori seks yang benar pada anak.
Pendidikan seks yang dilakukan dalam hal ini adalah dengan memberikan materi-
materi terkait dengan seks setidaknya ada beberapa hal sebagai berikut:
 Memberikan pelajaran tentang perbedaan-perbedaan terkait jenis kelamin
terutama tentang topik biologis bentuk tubuh dan fungsi-fungsinya;
 Memberikan pemahaman tentang bagaimana sikap dan cara bergaul dengan lawan
jenis dan sesama jenis yang tidak diperbolehkan dan dibolehkan;
 Memberikan pemahaman tentang bentuk-bentuk terjadinya penyimpangan
seksual;
 Mampu membedakan mana penyimpangan, pelecehan atau kekerasan seksual dan
mana yang bukan;
 Mencegah agar anak tidak menjadi korban atau – bahkan pelaku–penyimpangan,
pelecehan dan atau kekerasan seksual;
 Menumbuhkan sikap berani untuk memberitahukan pada orang tua atau guru
apabila terjadi atau menjadi korban penyimpangan, pelecehan dan atau kekerasan
seksual.

Cara-cara ini bisa diajarkan oleh orang tua sejak dini maupun oleh guru di
lingkungan sekolah.
Penting untuk diingat bahwa semua remaja memiliki potensi untuk terkena
kelainan seksual, apalagi dimasa sekarang yang semua serba canggih sehigga
informasi bisa dengan mudah didapat. Begitu juga dengan informasi-informasi yang
tidak menguntungkan bagi remaja tentang perilaku penyimpagan seksual. Anak-anak
khususnya yang berada pada rentang prapubertas menjadi lebih rentan karena masih
berada dalam masa kritis pembentukan konsep diri. Oleh karena itu, orang tua perlu
membatasi dan mengawasi anak-anak maupun remaja agar tidak menoton ataupun
membaca segala sesuatu yang menimbulkan perilaku penyimpangan seksual.
Pada tingkat yang lebih tinggi, misalnya univertitas, upaya promotif yang dapat
dilakukan dalam mencegah adanya perilaku penyimpangan seksual remaja adalah
dengan mengadakan seminar maupun sosialisasi tetang perilaku penyimpangan
seksual remaja.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan dan Saran


Gangguan penyimpangan seksual adalah dorongan dan kepuasan seksual yang
ditunjukan kepada objek seksual yang tidak wajar, ada beberapa faktor penyebab
gangguan seksual yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (internal) dan dari luar
individu (eksternal) seperti norma sosial, keluarga, media massa dll. Upaya penanganan
gangguan penyimpangan sekssual terbagi menjadi tiga yaitu preventif memberikan
pendidikan seksual baik dari keluarga, sekolah, mauoun tenaga kesehatan. Kuratif yaitu
upaya penyembuhan dengan cara psikologis maupun medis. Promotif yaitu
meningkatkan kesadaran individu tentang bahaya melakukan penyimpangan seksual
tanpa edukasi yang terarah ataupun kesadaran tentang hidup sehat.
Oleh karena itu, peran diri sendiri dan orang tua ataupun orang terdekat untuk
sedari dini lebih mengedukasi dan berpikir terbuka dan menghilangkan ketabuan tentang
isu seks, terutama dalam hal ini adalah penyimpangan seksual. Edukasi sedari dini
tentang seks sangat berguna untuk kehidupan individu mendatang.
Daftar Pustaka:

http://eprints.ners.unair.ac.id/663/1/ah_yusuf%20Cegah%20Psikoseksual.pdf

www.slideshare.net/mobile/syarifahirmadani/penyimpangan-seksual-70191596

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-ekosugengn-6654-3-babii.pdf

https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/compulsive-sexual-behavior/diagnosis-treatment/drc-
20360453

https://www.academia.edu/25103987/Makalah_Gangguan_Seksual

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/271500/arti-promotif-preventif-kuratif-dan-rehabilitatif-
dalam-dunia-kesehatan

Utami,Sri Santi. 2016. “Strategi Penanganan Preventif-Kuratif Perilaku Seksual Pada Remaja Autis Di
Slb Fredofios Yogyakarta”. Skripsi. Ilmu Pendidikan,Pendidikan Luar Biasa,Universitas Negri
Yogykarta,Yogyakarta.

Sumber: Abidin, A. A. (2017). Penyimpangan Seksual dan Upaya Pencegahannya di Kabupaten


Jombang. Prosiding Seminar Nasional & Temu Ilmiah Jaringan Peneliti, ISBN: 978-602-50015-0-5,
hlm. 545-563.

Anda mungkin juga menyukai