Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua dan
kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan
remaja agar ekstra berhati-hati terhadap gejala- gejala sosial terutama, yang
berkaitan dengan masalah seksual, yang berlangsung saat ini seiring
perkembangan yang terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan
pengetahuan masalah seksualitas pada anak dan remaja yang diingatkan.
Pandangan sebagian besar masyarakat yang mengangap seksualitas
merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya akan diketahui dengan
sendirinya setelah mereka menikah sehingga diangap suatu hal yang tabuh
untuk dibicarakan secara terbuka, nampak secara perlahan-lahan harus diubah
sudah saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak terjadi hal-
hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak dan remaja sebagai
generasi penerus bangsa, remaja yang hamil diluar nikah, aborsi , penyakit
kelamin, perilaku menyimpang dan lain-lain adalah comtoh dari beberapa
kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat pemahaman
yang keliru mengenai seksualitas.
Membahas perilaku menyimpang bukanlah fenomena baru. Perilaku
tersebut sudah ada sejak anak-anak Nabi Adam, Habil dan Qabil, menentang
aturan ayahnya, homo seksualitas kaum Nabi Luth yang di laknat Tuhan,
hingga tindakan anak-anak pada masa kini yang mengkonsumsi narkoba dan
kejahatan antar negara.
Pada dasarnya permasalahannya yang menjadikan sekelompok orang
menjadi menyimpang adalah cara manusia itu sendiri dalam mencapai
tujuan. Semua orang memiliki tujuan dan kehendak untuk mencapai
kepuasan diri. Namun tidak semua orang mendasarkan diri pada tatanan
nilai dan norma yang ada dalam memenuhi kebutuhannya.
Manusia itu diciptakan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu
mencintai dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis

1
(heteroseksual) namun juga yang sejenis (homoseksual) bahkan dapat jatuh
cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan terjadi perilaku
menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak.Manusia tidak selamanya
lurus dan normal, karena pasti ada saja yang memilikikecenderungan tidak
normal / tidak wajar dalam menjalani hidup di dunia. Salah
satuketidakwajaran manusia dapat dilihat dari perilaku seksual menyimpang
yang ada pada dirinya.
Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupuan
dari segi fisik penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang-
orang normal yang lain.Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang
ditempuh seseorang untukmendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak
sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan olehorang tersebut adalah
menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya kelainanini
bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari
lingkunganpergaulan, dan faktor genetik.
Hal-hal tersebut dipengaruhi karena beberapa faktor penyebab yang
melatar belakangi, sehingga dalam makalah ini penulis akan mencoba
mengupas berbagai hal yang berhubungan dengan penyimpangan seksual
mulai dari pengertian, macam-macam, sebab-sebab, cara penanggulangan dan
hubungannya dengan hambatan bagi keharmonisan keluarga Islam.
Femomena perilaku menyimpang dalam kehidupan bermasyarakat
memang menarik untuk dibicarakan. Oleh karena itu, berdasarkan masalah di
atas penulis tertarik untuk mengangkat masalah dengan judul “Perilaku
Seksual Menyimpang”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep perilaku menyimpang?
2. Apa definisi penyimpangan seksual?
3. Apa saja hal-hal yang menyebabkan penyimpangan seksual?
4. Apa saja jenis penyimpangan seksual?
5. Bagaimana dampak yang ditimbulkan dari penyimpangan seksual?
6. Bagaimana penatalaksanaan untuk menanggulangi penyimpangan seksual?

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep perilaku menyimpang.
2. Untuk mengetahui definisi penyimpangan seksual.
3. Untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan penyimpangan seksual.
4. Untuk mengetahui jenis penyimpangan seksual.
5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penyimpangan seksual
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan untuk menanggulangi penyimpangan
seksual.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Perilaku Menyimpang
Perilaku menyimpang adalah ketika orang lain melihat perilaku itu
sebagai sesuati yang berbeda dari kebiasaan umum. Namun, ada pula yang
menyebut perilaku menyimpang sebagai tindakan yang dilakukan oleh
kelompok minoritas atau kelompok tertentu yang memiliki nilai dan norma
sosial berbeda dari kelompok sosial yang lebih dominan. Definisi tentang
perilaku menyimpang dengan demikian bersifat relatif, tergantung dari
masyarakat yang mendefinisikannya, nilai budaya dari suatu masyarakat,
masa zaman, atau kurun waktu tertentu.
Terjadinya perilaku menyimpang, sebagaimana perilaku yang
tidak menyimpang (conform). Dipastikan selalu ada dalam setiap kehidupan
bermasyarakat. Lebih-lebih pada masyarakat yang bersifat terbuka atau
mungkin permisif, (serba boleh atau kontrol sosialnya sangat longgar). Pada
masyarakat yang sudah semakin moderen dan gaya hidup warganya semakin
kompleks berbagai penyimpangan perilaku seiring dengan perilaku normal,
seperti halnya ada sifat baik dan buruk, hitam dan putih, atau surga dan
neraka. Macam-macam perilaku menyimpang pada khusunya pada remaja
antara lain tawuran, penyalahgunaan narkotika, seks bebas, tindakan kriminal
(mencuri, memeras, membunuh, dan lain sebagainya) dan penyimpangan
seksual.
Hubungan seks di luar nikah merupakan tindakan atau perilaku
menyimpang dan tidak dibenarkan oleh masyarakat, karena melanggar, baik
norma sosial, moral, maupun norma agama. Perilaku seksual di luar nikah
dapat dipengaruhi oleh pergaulan bebas, film-film, buku-buku, dan majalah
yang menampilkan gambar-gambar yang tidak sesuai dengan nilai dan norma.
Arus modernisasi juga berdampak negatif dikalangan remaja., banyak
diantaranya yang telah melakukan seks bebas pendidikan seks, dan
dampaknya masih kurang diperkenakan kepada remaja indonesia, sebagian
kecil remaja indonesia telah melakukan seks bebas terhadap pacar atau

4
temanya. Akses informasi yang begitu cepat melalui internet, komik dewasa,
film dan game menyerbu remaja yang dikemas sedemikian rupa sehingga
perbuatan seks dianggap lumrah dan menyenangkan.
Perilaku seksual beresiko pada remaja saat ini seperti yang
dikemukakan sebelumnya, banyak peneliti dan berita dimedia massa yang
mengambarkan fenomena perilaku seksual remaja pranikah diindonesia,
sebenarnya perilaku seksual remajah pranikah sudah sejak manusia ada.
Tetapi informasi tentang perilaku tersebut cenderung tidak terungkap secara
luas. Sekarang kondisi masyarakat telah berubah, dengan telah makin
terbukanya arus informasi, makin banyak pula penelitian atau studi yang
mengungkap permasalahan perilaku seksual remaja, termaksud hubungan
seksual remajah pranikah, berikut ini ada beberapa penelitian kuantitatif dan
kualitatif yang mengambar fenomena tersebut.
Pangkahila merupakan penelitian ddi bali terhadap ABG ternyata
pengalaman sekual mereka cukup jauh terhadap 56,0% dari mereka pernah
melakukan ciuman bibir 31,0% yang pernah dirangsang di kelaminnya
bahkan pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 25,0% . satu tahun
kemudian 75.0% dari responden remaja putri yang diteliti ma`sih menjaga
kegadisanya artinya 25,0% remaja putri telah melakukan hubungan seksual ,
kemudian penelitian di yogyakarta terungkap bahwa 13.0% dari 846
pernikahan didahului oleh kehamilan dan penelitian biran affandi menunjuka
80% dari remaja yang hamil melakukan hubungan seksual di rumah mereka
sendiri .
Hasil penelitian yang tidak begitu jauh berbeda yang terjadi pada
mahasiswa, penelitian yang dilakukan di yogyakarta mengungkapkan 62.0%
dari mahasiswa pernah melakukan ‘kumpul kebo’ survei kecil yang dilakukan
oleh mahasiswafakultas psikologi UI terhadap 200 responden menunjukan
bahwa alasan yang dikemukakan oleh sebagian mahasiswa untuk melakukan
hubungan seks adalah ungkapan kasih sayang (36,20% ) terbawa suasana
(15.0%) kebutuhan biologis (14,0%) dan untuk kenikmatan dan kesenangan
(10,0%).

5
Faktor- faktor yang saling terkait kondisi saat ini menyebapkan
perilaku seksual remaja semakin mengejala akhir – akhir ini namun begiu,
banyak renaja qtidak mengindahkan bahkan tidak tahu dampak dari perilaku
seksual mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam waktu yang cepat
ataupun dalam waktu yang lebih panjang sehubungan dengan defenisi
kesehatan reproduksi yang telah dibicarakan terdahulu berikut ini dibahas
mengenai beberapa dampak negatifperilaku seksual remaja pranikah terhadap
kesehatan reproduksi.
1. Hamil yang tidak dikehendaki (unwated pregenancy )
Kehamilan yang tidak dikehendaki merupakan salah satu akibat dan
perilaku seksual remaja anggap-anggapan yang keliru seperti melakukan
hubungan seksual pertama kali, atau hubungan seks jarang dilakukan. Atau
perempuan masih muda usianya atau bila hubungan seks dilakukan
sebelum atau sesudah menstruasi, atau bila mengunakan tehnik coltus
interuptus (sengama terputus, kehamilan tidakkan terjadi merupakan
pencetus semakin banyaknya kasus unwated pregnancy. Seperti salah satu
kasus pada Penelitian Khisbiyah (1995) ada responden mengatakan, untuk
menghindari kehamilan maka hubungan seks dilakukan di antara dua waktu
menstruasi. Informasi itu tentu saja bertentangan dengan kenyatan bahwa
sebenarnya masa antara dua siklus menstruasi itu merupakan masa subur seorang
wanita.
a. Faktor internal meliputi, intensitas hubungan dan komitmen pasangan remaja
untuk menjalin hubungan jangka panjang dalam perkawinan, sikap dan
presepsi terhadap janin yang dikandung, serta presepsi subjektif mengenai
kesiapan psikologis dan ekonomi untuk memasuki kehidupan perkawinan.
b. Faktor eksternal meliputi sikap dan penerimaan orang tua kedua belah pihak,
penilaian masyarakat, nilai-nilai normative dan etis dari lembaga keagamaan,
dan kemungkinan- kemungkinan perubahan hidup di masa depan yang
mengikuti pelaksanaan keputusan yang akan dipilih.
2. Penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS
Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi
adalah tertular PMS termasuk HIV/AIDS. Seringkal remaja melakukan hubungan

6
seks yng tidak aman. Adanya kebiasaan beganti-ganti pasangan dan melakukan
anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular PMS/HIV, seperti
sifilis, gonore, herpes, klamidia, dan AIDS. Dari data yang menunjukkan bahwa
diantara penderita atau kasus HIV/AIDS, 53% berusia antara 15-29 tahun. Tidak
terbatasnya cara melakukam hubungan kelamin pada genital-genital saja (bisa
juga orogenital) menyebabkan penyakit kelamin tidak saja terbatas pada daerah
genital, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital.
3. Psikologis
Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan
kesehatan reproduksi dalah kosekuensi psikologi. Setelah kehamilan terjadi,
pihak perempuan atau tepatnya korban utama dalam masalah ini. Kodrat untuk
hamil dan melahirkan menempatkan remaja perempuan dalam posisi erpojok
yang sangat dilematis. Dalam pandangan masyarakat, remaja putri yang hamil
merupakan aib keluarga, yang secara telak mencoreng nama baik keluarga dan ia
adalah si pendosa yang melanggar norma-norma sosial dan agama.
Penghakiman sosial ini tidak jarang meresap dan terus tersosialisasi dalam
diri remaja putri tersebut. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yang
dialami remaja setelah mengetahui kehamilannya bercampur dengan
perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa
benci dan marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dan
kepada nasib membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mental yang
berhubungan dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi remaja tidak
terpenuhi.
Peningkatan kasus HIV/AIDS diseluruh dunia, termasuk di Indonesia,
merupakan salah satu hal yang patut menjadi perhatian banyak pihak. Salah
satu hal yang di anggap menjadi sumber penyebaran HIV/AIDS adalah
perilaku seks tidak aman. Perilaku seks tidak aman merupakan suatu aktivitas
seksual, terutama yang berkaitan dengan hubungan seks vaginal dan anal
yang dilakukan individu dengan pasangan seksnya sehingga menjadi rentan
tertular penyakit menular seksual seperti HIV/AIDS.
Beberapa hal yang dianggap memengaruhi perilaku seks tidak aman
adalah harga diri, hubungan orang tua-anak, kecenderungan mencari sensai

7
seksual, keberadaan teman sebaya yang menyimpang, dan penggunaan media
pornografi. Penyebab dasar dan struktural meliputi kemiskinan yang parah di
tengah-tengah perbedaaan pola-pola perkembangan yang cepat dan
eksploitasi sumberdaya alam, ketidakadilan etnis dan bahasa, rendahnya
tingkat pendidikan dan pengetahuan tentang HIV, diskriminasi gender,
inisiasi seksual pada usia muda dan norma-norma sosial dan budaya lainnya.
Melihat kecenderungan perilaku seksual remaja yang mengarah ke
hal-hal yang berisiko terjadinya penularan HIV/AIDS, maka perlu kita
ketahui bagaimana perilaku remaja kita saat ini termasuk mahasiswa dalam
hal seks. Penelitian yang telah dilakukan di Negara-negara barat seperti
Amerika Serikat belum terlalu luas, namun sebagai bahan renungan
berdasarkan hasil studi yang dilakukan terhadap kalangan mahasiswa.
1. Kurang dari separuh dari sampel penelitian pada mahasiswa di University
of Rhode Island mengaku adanya perubahan dalam perilaku seks mereka
sesudah mengetahui tentang AIDS. Perubahan yang paling banyak
dilaporkan adalah bahwa mereka kini lebih berhati-hati dalam memilih
partner seksnya.
2. Survei pada mahasiswa yang berobat pada klinik mahasiswa di suatu
Universitas di bagian timur laut Amerika Serikat pada tahun 1975, 1986
dan 1989 juga menunjukkan hampir tidak ada perubahan dalam praktik
seks mereka seperti misalnya kebiasaan berhubungan dengan lebih dari
satu partner seks. Mayoritas dari wanita aktif yang datang ke klinik ini
mengakui tidak pernah memakai kondom.
3. Suatu studi di Universiti Of Massachussentts menunjukkan bahwa hampir
7 dari 10 mahasiswa mengaku tidak terpengaruh oleh AIDS dalam
kehidupan mereka.
4. Suatu servei dikalangan mahasiswa pda 23 universitas di kawasan
tenggara Amerika Serikat menunjukkan bahwa hanya 35% dari mahasiswa
yang aktif kehidupan seksnya menggunakan kondom secara teratur.
5. Pada sebuah servei yang meliputi lebih dari 5.500 orang mahasiswa tahun
pertama pada 51 satu perguruan tinggi di kanada terbukti bahwa hanya

8
24,8% dari pria dan 15,6% dari wanita memakai kondom sewaktu
berhubungan seks. Satu dari 5 pria dan 1dari 11 mengaku memiliki patner
seks lebih dari 10 orang. Pada subkelompok ini hanya 1 dari 5 pria dan
kurang 1 dari 10 wanita yang memakai kondom. Sekalipun dengan
perilaku demikian, mereka pada umumnya cukup paham mengenai AIDS
dan bahaya penularannya. Pertanyaan timbul lantas mengapa demikian
banyak kaum mudah disana yang kehidupan seksnya begitu aktif tetapi
tidak berusaha melindungi diri dari infeksi HIV.
Barangkali ancaman bencana AIDS segera lenyap dari benaknya pada
saat timbul kesempatan berbuat seks. Barangkali juga mereka menganggap
bahwa dirinya dan rekan kencannya tidak mungkin mengandung bibit
penyakit. Atau mungkin saat itu mereka tidak membawa kondom.
Mungkin juga mereka merasa kondom menganggu atau mereka malu
untuk membelinya. Atau si pria tidak ingin kehilangan kenikmatan seks
dengan adanya benda itu. Mungkin juga mereka beranggapan bahwa
dirinya masih mudah dan kuat sehingga tak mungkin diserang oleh AIDS.
Demikian juga semangat kaum mudah yang menyala-nyala yang sering
dijumpai pada darah muda memberi semacam immortalitas dan kenekatan
untuk menempuh resikonya.
B. Definisi Penyimpangan Seksual
Pengertian penyimpangan seksual adalah segala bentuk penyimpangan
seksual baik arah minat maupun orientasi seksual. Penyimpangan adalah
gangguan atau kelainan. Sedangkan perilaku seksual adalah segala tingkah
laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun
dengan sesama jenis. Bentuk-bentuk tingkah laku ini bisa bermacam-macam
mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Obyek seksualnya juga bisa berupa orang lain, diri sendiri
maupun obyek dalam khayalan.
Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang
menyimpang karena melanggar norma–norma yang berlaku. Penyimpangan
seksual dapat juga diartikan sebagai bentuk perbuatan yang mengabaikan

9
nilai dan norma yang melanggar, bertentangan atau menyimpang dari aturan-
aturan hukum.
Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa,
terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya.
Akan tetapi pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya cukup
serius, seperti perasaan bersalah, depresi, marah dan sebagainya.
Kesimpulan penyimpangan perilaku seksual adalah tingkah laku
seksual, khususnya yang tidak sesuai dengan norma-norma agama atau
hukum atau juga asusila yang dilakukan oleh pelaku penyimpanagan seksual.
C. Penyebab Penyimpangan Seksual
Sebab-sebab atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tingkah
laku penyimpangan seksual dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. Pengaruh Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan pondasi
primer bagi perkembangan anak. Perilaku menyimpang bukan merupakan
peristiwa heriditer, bukan merupakan warisan bawaan sejak lahir, banyak
bukti menyatakan bahwa tingkah laku asusila dan kriminal orang tua serta
anggota keluarga lainnya memberikan dampak menular dan infeksius
pada jiwa anak-anak.
Keluarga merupakan sumber utama atau lingkungan yang utama
penyebab kenakalan remaja yang berupa penyimpangan seksual pada
remaja. Hal ini disebabkan karena anak itu hidup dan berkembang
permulaan sekali dari pergaulan keluarga yaitu hubungan anak dengan
anggota keluarga lain yang tinggal bersama–sama. Kualitas rumah tangga
atau kehidupan keluarga jelas memainkan peranan paling besar dalam
membentuk kepribadian remaja dilingkungan. Baik buruknya struktur
keluarga memberikan dampak baik dan buruknya perkembangan jiwa dan
jasmani anak, faktor keluarga yang menyebabkan penyimpangan seksual
pada remaja.
Penyebab timbulnya penyimpangan seksual remaja antara lain adalah
kurangnya pengetahuan dan pengertian orang tua tentang cara pendidikan

10
yang baik, banyak orang tua yang tidak memahami agama yang dianutnya
apalagi mengamalkannya. Sehingga ajaran agama Islam itu praktis tidak
dilaksanakan dalam kehidupan keluarganya.
2. Penyebab Lingkungan di Sekolah
Kondisi sekolah yang tidak menguntungkan juga mempengaruhi
terjadinya penyimpangan seksual . Kondisi tersebut antara lain minimnya
fasilitas ruang belajar sedangkan jumlah muridnya banyak sehingga
mereka harus berdesak-desakan duduk di dalam kelas. Selanjutnya
mereka harus mendengarkan pelajaran yang tidak menarik minatnya
karena sikap gurunya yang tidak simpatik dan tidak menguasai metode
pendidikan, sehingga anak-anak tidak bergairah dalam belajar, selain itu
adanya guru yang suka mengobyek di luar sekolah, menyebabkan guru
sering absent, menjadi suka membolos, sering berkeliaran di pertokoan
atau mall tanpa pengawasan atau mengganggu murid lainnya yang sedang
belajar.
Kurikulum selalu berubah-ubah tidak menentu, materi pelajaran selalu
ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan operasi anak muda masa
sekarang, anak merasa sangat dibatasi gerak-geriknya dan merasa tertekan
batinnya, kurang sekali kesempatan yang diberikan oleh sekolah untuk
melakukan ekspresi bebas, baik yang bersifat fisik maupun psikis.
Sebagai akibatnya, anak jadi ikut-ikutan tidak mematuhi semua
aturan, ingin jadi bebas liar, mau berbuat semaunya sendiri, menjadi
agresif. Juga suka melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan norma
sosial di luar sekolah untuk melampiaskan kedongkolan dan frustasinya.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa betapa berat pengaruh
pendidikan sekolah dalam membentuk ahlak remaja baik dalam
kehidupan materi maupun kehidupan iman, etika dan spiritual mereka.
3. Pengaruh Lingkungan Masyarakat.
Semakin dewasa anak semakin banyak kesempatan mereka bergaul
dilingkungan masyarakat. Lingkungan sekitarnya tidak selalu baik dan
menguntungkan bagi pendidikan dalam perkembangan anak. Lingkungan

11
adakalanya dihuni oleh orang dewasa, serta anak-anak muda kriminal dan
anti sosial, yang bisa merangsang timbulnya reaksi adolesens yang masih
labil jiwanya, dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh
para kriminal dan asusila dan anti sosial tadi.
Kelompok orang dewasa dan asusila tersebut biasanya terdiri atas
gelandangan, tidak punya rumah dan pekerjaan yang tetap, malas bekerja
namun berambisi besar untuk hidup mewah dan bersenang-senang. Pola-
pola asusila ini sangat mudah menjalar pada remaja yang tidak
mempunyai motivasi untuk belajar dan meningkatkan kepribadiannya,
sehingga mereka lebih bergairah untuk melakukan eksperimen dalam
dunia hitam yang dianggap penuh misteri namun sangat menarik
keremajaan mereka.
Bila dianalisa lebih jauh ada beberapa faktor yang mempengarui dan
menentukan terjadinya kenakalan remaja, penyebab kenakalan remaja pada
dasarnya berasal dari dalam diri manusia itu dan pengaruh lingkungan luar
dirinya, diantaranya adalah :
1. Yang berasal dari remaja seperti kemungkinan tidak beriman atau masih
lemah imannya. Kurang tertanam jiwa beragama dan aktivitasnya tidak
tersalurkan, tidak mampu mengendalikan dorongan hawa nafsunya dan
gagal keinginan atau prestasi yang diharapkan.
2. Yang berasal dari pengaruh lingkungan (pengaruh luar) seperti pengaruh-
pengaruh lingkungan keluarga, pengaruh pergaulan di sekolah dan
pengaruh lingkungan pergaulan masyarakat, pengaruh modernisasi.
3. Akibat merosotnya akhlak, krisis keimanan.
D. Jenis Penyimpangan Seksual
1. Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan seksual berupa disorientasi
pasangan seksualnya. Disebut gay bila penderitanya laki-laki dan lesbi
untuk penderita perempuan. Hal yang memprihatinkan disini adalah
kaitan yang erat antara homoseksual dengan peningkatan risiko AIDS.
Pernyataan ini dipertegas dalam jurnal kedokteran Amerika (JAMA tahun

12
2000), kaum homoseksual yang “mencari” pasangannya melalui internet,
terpapar risiko penyakit menular seksual (termasuk AIDS) lebih tinggi
dibandingkan mereka yang tidak.
2. Sadomasokisme
Sadisme seksual termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan
seksual diperoleh bila mereka melakukan hubungan seksual dengan
terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa pasangannya. Sedangkan
masokisme seksualmerupakan kebalikan dari sadisme seksual. Seseorang
dengan sengaja membiarkan dirinya disakiti atau disiksa untuk
memperoleh kepuasan seksual.
3. Ekshibisionisme
Penderita ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya
dengan memperlihatkan alat kelamin mereka kepada orang lain yang
sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut, jijik dan menjerit
ketakutan, ia akan semakin terangsang. Kondisi begini sering diderita
pria, dengan memperlihatkan penisnya yang dilanjutkan dengan
masturbasi hingga ejakulasi.
4. Voyeurisme
Istilah voyeurisme (disebut juga scoptophilia) berasal dari bahasa
Prancis yakni vayeur yang artinya mengintip. Penderita kelainan ini akan
memperoleh kepuasan seksual dengan cara mengintip atau melihat orang
lain yang sedang telanjang, mandi atau bahkan berhubungan seksual.
Setelah melakukan kegiatan mengintipnya, penderita tidak melakukan
tindakan lebih lanjut terhadap korban yang diintip. Dia hanya mengintip
atau melihat, tidak lebih. Ejakuasinya dilakukan dengan cara
bermasturbasi setelah atau selama mengintip atau melihat korbannya.
Dengan kata lain, kegiatan mengintip atau melihat tadi merupakan
rangsangan seksual bagi penderita untuk memperoleh kepuasan seksual.
Yang jelas, para penderita perilaku seksual menyimpang sering
membutuhkan bimbingan atau konseling kejiwaan, disamping dukungan
orang-orang terdekatnya agar dapat membantu mengatasi keadaan

13
mereka.
5. Fetishisme
Fatishi berarti sesuatu yang dipuja. Jadi pada penderita fetishisme,
aktivitas seksualnya disalurkan melalui bermasturbasi dengan BH (breast
holder), celana dalam, kaos kaki, atau benda lain yang dapat
meningkatkan hasrat atau dorongan seksual. Sehingga, orang tersebut
mengalami ejakulasi dan mendapatkan kepuasan.
Namun, ada juga penderita yang meminta pasangannya untuk
mengenakan benda-benda favoritnya, kemudian melakukan hubungan
seksual yang sebenarnya dengan pasangannya tersebut.
6. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil
Adalah orang dewasa yang yang suka melakukan hubungan seks /
kontak fisik yang merangsang dengan anak di bawah umur.
7. Bestially
Bestially adalah manusia yang suka melakukan hubungan seks dengan
binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing,
kucing, dan lain sebagainya.
8. Incest
Adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri non
suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengan anak
laki-laki.
9. Necrophilia/Necrofil
Adalah orang yang suka melakukan hubungan seks dengan orang
yang sudah menjadi mayat / orang mati.
10. Zoophilia
Zoofilia adalah orang yang senang dan terangsang melihat hewan
melakukan hubungan seks dengan hewan.
11. Sodomi
Sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur
pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun dengan
pasangan perempuan.

14
12. Frotteurisme/Frotteuris
Yaitu suatu bentuk kelainan sexual di mana seseorang laki-laki
mendapatkan kepuasan seks dengan jalan menggesek-gesek / menggosok-
gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat publik / umum
seperti di kereta, pesawat, bis, dll.
13. Gerontopilia
Adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku
jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah
berusia lanjut (nenek-nenek atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk
dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari sekian banyak
gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme,
masochisme, pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme,
dan lain sebagainya. Keluhan awalnya adalah merasa impoten bila
menghadapi istri/suami sebagai pasangan hidupnya, karena merasa tidak
tertarik lagi. Semakin ia didesak oleh pasangannya maka ia semakin tidak
berkutik, bahkan menjadi cemas. Gairah seksualnya kepada pasangan
yang sebenarnya justru bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan
idamannya (kakek/nenek).
E. Dampak Penyimpangan Seksual
Dampak yang ditimbulkan akibat penyimpangan seks adalah sebagai
berikut :
1. Dampak secara fisik
Kehamilan ini terjadi akibat perbuatan seks sekaligus titik awal dari
bencana yang melanda remaja. Hal ini terjadi karena terkadang embrio
yang dikandungnya di aborsi, padahal aborsi akan menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan si remaja karena ia menjadi orang beresiko
tinggi terhadap kanker kandungan. Bila kelahiran itu dilanjutkan hingga
bayi lahir maka anaknya akan menjadi anak yang tidak berbapak dan
seandainya si remaja dikawinkan maka ia riskan dengan perceraian.
Selain terjadi kehamilan juga bisa terkena penyakit kelamin yang
menular.

15
2. Penyelewengan seks
Biasanya akan menimbulkan perasaan berdosa dan menjadi
penganggu ketenangan batin. Penyimpangan seksual akan mengakibatkan
perasaan dosa dan terhina yang akan selalu menjadi penganggu ketenagan
batin. Penyelewengan seksual oleh pihak manapun akan menimbulkan
perasaan-perasaan berdosa yang secara tidak sadar ingin ditekan jauh-jauh
dalam ketidaksadaran untuk dilupakan. Hal ini bisa menjadi komplek-
komplek terdesak yang sukar diatasi dan selalu menjadi penganggu bagi
ketenangan batin. Sebagai akibatnya orang selalu gelisah, cemas,
emosinya tidak stabil dan mengalami banyak frustasi.
Hal lain yang mungkin terjadi akibat penyimpangan seks secara psikis
adalah terjadinya frustasi. Hal ini mungkin terjadi karena sang pacar
meninggalkannya dalam keadaan hamil, maka akan dikucilkan
masyarakat dan diusir dari keluarga. Karena frustasi dan rasa malu,
terkadang seseorang akan murung, mudah tersinggung, merasa rendah diri
dan selalu merasa bersalah. Seseorang yang melakukan seks tanpa adanya
norma atau aturan agama maka ia akan merasa terhina dan berdosa dalam
hidupnya. Kasus yang lebih parah adalah ketika terjadi kehamilan diluar
nikah, maka pihak yang tidak mengharapkan kelahiran anak tersebut akan
menggugurkan kandungan. Kalaupun bayi tersebut akan dibuang, ini
tindakan yang tidak dapat dibenarkan secara hukum manapun agama dan
yang bersanngkutan bisa dikenakan hukuman yang setimpal dengan
perbuatannya.
3. Penyakit Menular
Ada beberapa penyakit kelamin yang disebabkan oleh seseorang
berganti-ganti pasangan, terlibat pelacuran dan homoseksual. Penyakit
tersebut antara lain:
a. Gonorea (kencing nanah)
Salah satu penyakit PMS (Penyakit Menular Seksual) yang menyerang
selaput lendir pada beberapa organ seks an organ kemih, anus, rectum,
selaput lendir mulut, mata dan beberapa organ lain. Penyebabnya

16
adalah kuman Neisseria gonorrhoeae. Kadang-kadang kuman gonore
ini masuk kedalam darah dan menyerang sendi, khususnya sendi
lutut. Penyakit ini dapat terjadi pada saat melakukan hubungan
kelamin dengan penderita yang diikuti dengan rasa sakit pada waktu
buang air kecil dan disertai keluarnya nanah. Pada anak yang usianya
belum mencapai remaja, gonore menyerang selaput lendir vagina
biasanya diperoleh dari orang tua mereka.
b. Sifilis (penyakit raja singa)
Merupakan jenis penyakit yang ditularkan melalui kegiatan senggama
yang haram. Tanda pertama sifilis adalah bintik-bintik merah yang
muncul pada alat kelamin sepuluh hari sampai tiga bulan setelah
ketularan penyakit ini. Penyebabnya adalah kuman Treponema
palidium yang menyerang selaput lendir, termasuk anus, kemaluan
serta mulut. Jika seorang wanita hamil menderita penyakit ini, maka
kuman dapat menembus plasenta dan menyerang janin. Kalau tidak
meninggal, kemungkinan besar bayinya akan lahir cacat. Selain
melalui senggama, sifilis dapat ditularkan melalui pemakaian handuk
basah milik orang berpenyakit sifilis atau kalau kita mengenakan
pakaian mereka.
c. Kanker kelamin
Adanya kanker di dalam rahim atau kelamin yang menyebabkan luka
bernanah yang berkepanjangan, peradangan saluran kencing, rasa
nyeri pada persendian dan pembengkakan pada kulit.
d. AIDS (Aquired Immuno Defferency Syndrome)
Penyebab dari AIDS adalah sejenis virus yang disebut HIV (Human
Immunodeficiency Virus). Seseorang yang terkena virus ini disebut
terinveksi HIV. Secara klinis, HIV bisa berkembang secara sporadis
apabila masuk kedalam tubuh manusia melalui luka lecet yang kecil
sekalipun. Kemudian, HIV menemukan sel-sel tubuh manusia yang
cocok, seperti sel darah putih tipe limfosit-T (salah satu bentuk sel
darah putih yang melumpuhkan kuman), sel makropagh (sel pemakan

17
kuman), sel otak tertentu atau sel darah putih monosit. Virus yang
masuk kedalam sel-sel tersebut akan berkembang biak dan berpotensi
menginfeksi sel lain. Menurut penelitian, Pengidap HIV baru menjadi
penderita AIDS secara klinis setelah masa inkubasi lima sampai
sepuluh tahun. AIDS adalah penyakit yang menyengsarakan, baik
fisik, mental maupun sosial. Penyakit ini dapat ditularkan diantaranya
melalui hubungan seksual baik melalui vagina atau anus dengan
seorang pria atau wanita yang menderita AIDS, melalui jarum suntik
yang tercemar darah penderita AIDS, melalui transfusi darah
terinfeksi, transplantasi organ tubuh dari seorang penderita AIDS, dari
ibu pengidap HIV/AIDS kepada bayinya karena HIV dapat melalui
sawar (barier) plasenta dan juga dapat terinfeksi melalui ASI.
F. Penatalaksanaan Penyimpangan Seksual
1. Sikap dan pengertian orang tua
Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur,
sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat-saat yang tepat
berhubungan dengan perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya
ereksi, mulai adanya haid dn fenomena sexual secunder lainnya. Keluarga
juga harus menciptakan suasana rumah tangga yang dapat mengangkat
harga diri anak, hingga ia dapat merasakan harga dirinya. Hindarkan anak
dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan gambar-gambar
porno. Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri,
yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya.
2. Pendidikan seks
Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya
terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah
diberikan sex information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-
pelajaran lainnya, dimana diberikan penjelasan-penjelasan seksual yang
sederhana dan informatif.
Pada tahap selanjutnya dapat dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag
lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang yang bertanggung jawab dan

18
menguasai bidangnya. Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan
seks adalah supaya anak ketika sampai pada usia adolescent telah
mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.
3. Teknik Fisiologis
Dibuat berdasarkan fakta bahwa dorongan seksual dapat dikurangi
dengan kastrasi dan pemberian hormon. Terapi hormonal disertai dengan
terapi psikologi telah digunakan untuk menurunkan dorongan seksual
secara sementara.
4. Psikologis
Seseorang yang melakukan penyimpangan seks, secara umum ia
mempunyai beban psikologis yaitu merasa berdosa dan minder. Maka
untuk penyembuhan ini si penderita bisa menghubungi atau berkonsultasi
dengan psikolog atau konselor di sekolah, karena konselor dan psikolog
tersebut akan menyembuhkan si penderita sampai dia tiak merasa
terbebani dan timbul percaya diri lagi dan juga tidak mengulangi lagi
penyimpangan seks.
5. Farmakoterapi:
a. Pengobatan dengan estrogen (eastration)
Estrogen dapat mengontrol dorongan-dorongan seksual yang tadinya
tidak terkontrol menjadi lebih terkontrol. Arah keinginan seksual tidak
diubah. Diberikan peroral. Efek samping tersering adalah ginecomasti.
b. Pengobatan dengan neuroleptik
1) Phenothizine
Memperkecil dorongan sexual dan mengurangi kecemasan.
Diberikan peroral.
2) Fluphenazine enanthate
Preparat modifikasi Phenothiazine. Dapat mengurangi dorongan
sexual lebih dari dua-pertiga kasus dan efeknya sangat cepat.
Diberikan IM dosis 1cc 25 mg. Efektif untuk jangka waktu 2
pekan.
3) Pengobatan dengan trnsquilizer

19
Diazepam dan Lorazepam berguna untuk mengurangi gejala-
gejalan kecemasan dan rasa takut. Perlu diberikan secara hati-hati
karena dalam dosis besar dapat menghambat fungsi sexual secara
menyeluruh. Pada umumnya obat-obat neuroleptik dan
transquilizer berguna sebagai terapi adjuvant untuk pendekatan
psikologik.
6. Medis
Pada umumnya orang yang melakukan penyimpangan seks
akanterkena penyakit. Sedangkan pada umunya terapi melalui medis
menyangkut keadaan fisik seseorang yang terkena penyakit, maka terapi
medis ini langsung pada pengobatan yang dilakukan oleh dokter sampai
sembuh.
7. Menikah
Bagi remaja/adolescent yang sudah memiliki kesiapan untuk menikah
dianjurkan untuk menyegerakan menikah untuk menghindari/mencegah
terjadinya kebiasaan penyimpangan seksual.

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku menyimpang adalah ketika orang lain melihat perilaku itu
sebagai sesuati yang berbeda dari kebiasaan umum. Macam-macam perilaku
menyimpang pada khusunya pada remaja antara lain tawuran,
penyalahgunaan narkotika, seks bebas, tindakan kriminal (mencuri, memeras,
membunuh, dan lain sebagainya) dan penyimpangan seksual.
Penyimpangan seksual merupakan salah satu bentuk perilaku yang
menyimpang karena melanggar norma–norma yang berlaku. Sebab-sebab
atau faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tingkah laku penyimpangan
seksual dapat dikelompokkan sebagai berikut pengaruh lingkungan keluarga,
penyebab lingkungan di sekolah, pengaruh lingkungan masyarakat.
Adapun jenis-jenis penyimpangan seksual antara lain Homoseksual,
Sadomasokisme, Ekshibisionisme, Voyeurisme, Fetishisme, Pedophilia /
Pedophil / Pedofilia / Pedofil, Bestially, Incest, Necrophilia/Necrofil,
Zoophilia, Sodomi, Frotteurisme/Frotteuris, Gerontopilia.
Penatalaksanaan untuk penyimpangan sosial antara lain sikap dan
pengertian orang tua, pendidikan seks, teknik fisiologis, psikologis,
farmakoterapi, medis, serta menikah.
B. Saran
Di harapkan setelah membaca makalah ini dapat menambah wawasan
pembaca terkait Perilaku Penyimpangan Sosial. Perlunya pihak Institusi
Pendidikan menyediakan buku-buku yang banyak berhubungan dengan
keperawatan khususnya tentang Perilaku Menyimpang Sosial. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah di
atas.

21
DAFTAR PUSTAKA
Firman, S.Kep,Ns.,M.Kes.2017.Buku Ajar Keperawatan HIV/AIDS. Penulis Muda:
Surabaya
https://www.academia.edu/8609043/Perilaku_Menyimpang_dan_Anti_Sosial, di akses
pada tanggal 26 Oktober 2019
https://sc.syekhnurjati.ac.id/Teori-Perilaku-Menyimpang , di akses pada tanggal 26
Oktober 2019
https://media.neliti.com/Teori-Perilaku-Menyimpang-Di-Kalangan-Remaja, di akses
pada tanggal 26 Oktober 2019
https://id.scribd.com/doc/112901063/Asuhan-Keperawatan-Peyimpangan-Seksual, di
akses pada tanggal 26 Oktober 2019

22

Anda mungkin juga menyukai