Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah seksualitas sangat penting untuk di bahas mengingat pada masa sekarang
semakin pesat perkembangan informasi dan kemajuan zaman, maka perkembangan
pemikiran mengenai seksual juga ikut berkembang. Dari beberapa tahap perkembangan
manusia, tahap remaja merupakan masa yang paling rawan bila membahas mengenai
seksualitas. Pemberian informasi masalah seksual menjadi penting mengingat remaja
berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan dengan dorongan seksual
yang dipengaruhi hormon dan sering tidak memiliki informasi yang cukup mengenai
aktivitas seksual mereka sendiri. Tentu saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi
perkembangan jiwa remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang
tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak mengetahui dampak
dari perilaku seksual yang mereka lakukan. Maka, sudah selayaknya bila orangtua dan
kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan mendidik anak dan remaja
agar berhati-hati terhadap gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah
seksual, yang berlangsung saat ini. Pemberian penerangan dan pengetahuan masalah
seksualitas pada anak dan remaja harus ditingkatkan. Pandangan sebagian besar
masyarakat yang menganggap seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang
nantinya akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah sehingga dianggap
suatu hal tabu untuk dibicarakan secara terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan
harus diubah. Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, adalah contoh
dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai akibat
pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Secara umum makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan tambahan
pengetahuan bagi mahasiswa tentang konsep kebutuhan seksual secara
keseluruhan.

1
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa mengetahui tentang pengertian seksual dan seksualiti
b. Agar mahasiswa mengetahui tentang perkembangan seksual
c. Agar mahasiswa mengetahui tentang fungsi/pola seksual
d. Agar mahasiswa mengetahui tentangstimulasi seksual secara fisik dan
psikologi
e. Agar mahasiswa mengetahui tentang asuhan keperawatan kebutuhan seksual

C. METODE PENULISAN
Makalah ini disusun berdasarkan metode studi kepustakaan dengan berbagai
literature buku-buku sumber yang terkait dengan pokok pembahasan dan dari media
internet.

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini terdiri dari 4 (empat) BAB yaitu: BAB I. Pendahuluan, BAB II.
Tinjauan Pustaka, BAB III. Asuhan Keperawatan, BAB IV. Penutup

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN SEKSUAL DAN SEKSUALITI


Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering
disebut jenis kelamin yaitu penis untuk laki-laki dan vagina untuk perempuan.
Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin
atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara hubungan intim antara pria
dengan wanita. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin memiliki spesifikasi
yang berbeda. Hurlock (1991), seorang ahli psikologi perkembangan, mengemukakan
tanda-tanda kelamin sekunder yang penting pada pria dan wanita. Pada remaja putra
tumbuh rambut kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat, suara
membesar dll. Sedangkan pada remaja putri pinggul melebar, payudara mulai tumbuh,
tumbuh rambut kemaluan, mulai mengalami haid, dll.
Seksualiti adalah aspek yang normal dalam proses perkembangan setiap remaja.
Seksualiti adalah proses sepanjang hidup berawal dari kelahiran sehingga akhir hayat.
Setiap individu adalah makhluk seksual. Seksualiti setiap individu dibentuk oleh nilai
sendiri yang dipengaruhi oleh keluarga, lingkungan, media, agama, budaya,
teman/pergaulan dan undang-undang. Seksualiti bukan sekadar hubungan seks tetapi ia
meliputi perasaan, emosi, pemikiran, tingkah laku sebagai seorang wanita atau lelaki,
identitas seksual dan orientasi seksual. Ia juga berkaitan dengan peranan dan identitas
gender, imej diri, curahan perasaan kasih sayang dan keintiman kepada individu yang
kita pilih serta kesejahteraan kesehatan seksual dan reproduktif yang menyeluruh
(Wirawan, 2010).
Seksualiti adalah jumlah total atribut struktural, fungsional dan psikologis seperti
yang diekspresikan oleh perilaku serta identitas seksual seseorang (Hinchliff, 1999)
Seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi
biologis, sosial, perilaku dan kultural. Seksualitas dari dimensi biologis berkaitan
dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan
memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. Seksualitas dari
dimensi psikologis erat kaitannya dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai
mahluk seksual, identitas peran atau jenis. Dari dimensi sosial dilihat pada bagaimana
seksualitas muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan
dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku

3
seks. Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual, yaitu
perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural
menunjukan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat.
Kesehatan seksual adalah kemampuan seseorang mencapai kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang terkait dengan seksualitas, hal ini tercermin dari ekspresi yang bebas
namun bertanggung jawab dalam kehidupan pribadi dan sosialnya misalnya dalam
menjaga hubungan dengan teman atau pacar dalam batasan yang diperbolehkan oleh
norma dalam masyarakat atau agama. Bukan hanya tidak adanya kecacatan, penyakit
atau gangguan lainnya. Kondisi ini hanya bisa dicapai bila hak seksual individu
perempuan dan laki-laki diakui dan dihormati (BKKBN, 2006).

B. PERKEMBANGAN SEKSUAL
Perkembangan seksual dimulai dari masa bayi sampai pada masa lanjut usia. Pada
setiap fase akan terjadi perkembangan yang berbeda dari setiap fase-fase itu. Adapun
perkembangan seksual yaitu:
1. Pada fase bayi sampai anak-anak (umur 0-10 tahun), aspek seksual belum
kelihatan karena dalam dunia anak-anak tidak terpola memikirkan hal-hal
berkaitan dengan seksual.
2. Pada fase remaja (umur 10-17 tahun), sudah mengenal kegiatan seksual, misal
melalui gambar-gambar yang mulai diperhatikan tentang wanita dengan segala
bentuk yang beda dengan pria. Alat seksualnya yang berbeda menjadi sebuah daya
tarik untuk ingin mengetahui lebih jauh. Artinya dia sudah melakukan orientasi
tentang seksualitas dengan berbagai aspeknya, fungsinya dan bahkan rasa ingin
tahu efek perlakuan untuk kenikmatan seks. Di usia ini bahkan sudah mengenal
istilam masturbasi atau ejakulasi dan pernah melakukannya.
3. Pada fase usia dewasa (17 tahun - 50 tahun), dia telah paham dan mengalami
proses pematangan tentang seksual dengan segala aspeknya. Dalam usia ini
manusia berpotensi produktif dengan daya seksualitasnya sangat tinggi. Di usia ini
mereka kebanyakan sudah memasuki perkawinan dimana fungsi seksual
digunakan sebagai alat untuk kelengkapan dalam pernikahan sampai punya anak.
4. Pada fase umur lebih dari 50 tahun, potensi seksual sudah mulai menurun hingga
nol. Yang ditandai atau dinamai fase menopause atau fase istirahat. Potensi
libidonya menurun sampai dengan seperti anak bayi lagi karena tidak mau lagi
memanfaatkan seksualitasnya.
4
Perkembangan biologis manusia dari fase anak - anak sampai menuju fase remaja
adalah sebuah fase yang dirasakan mendadak diakibatkan perubahan hormonal dan
fisikal pada setiap anak - anak menuju remaja tidak selalu diikuti dengan perubahan
lingkungan dimana ia berkembang ditambah usia - usia tanpa perencanaan yang tiba -
tiba harus berhadapan dengan wilayah asing ( usia remaja ) yang menuntut konsekuensi
sosial dan psikologi yang lain dengan fase kanak - kanak yang baru saja ditinggalkan,ini
tentu saja berbeda dengan perpindahan fase remaja ke fase dewasa dimana pola pikir
manusia sudah mengadaptasi dengan baik pola pikir rasional, kebutuhan serta norma
lingkungan dimana mereka tinggal. Demikian halnya juga dengan faktor Geo- sosial-
budaya dimana remaja itu tumbuh menentukan sejauh mana sosial kontrol baik berupa
norma agama ataupun norma sosial diberdayakan bagi remaja, pertanyaannya apakah
norma yang berlaku untuk remaja di Amerika apakah bisa diberlakukan juga di negara
seperti di Indonesia atau Srilangka ataupun sebaliknya, begitu pula yang terjadi dengan
pola perilaku seksual yang mereka miliki, selain beberapa faktor yang mempengaruhi
permasalahan seksual remaja yang dikemukakan oleh Prof.Sarlito Wirawan (Psikologi
Remaja,1994).
Kemudian tentang pendidikan seksual remaja di Indonesia walaupun frekuensi –
nya sudah begitu sering akan tetapi banyak yang tidak disesuaikan dengan karakter
remaja yang selalu membutuhkan hal – hal yang inovatif sesuai dengan identitasnya
(beberapa dari kendala pembahasan yang terlalu ilmiah atau dari pihak pendidik baik
yang tidak representatif dengan psikologi remaja misalnya menggunakan institusi resmi
yang image-nya tidak dekat dengan remaja, misal sekolah atau dinas sosial) melihat
perkembangan media remaja yang pesat satu dekade ini di Indonesia sebenarnya adalah
lahan yang potensial tapi masih jarang dilirik untuk penyampaian pendidikan seksual,
sehingga terkesan selalu ada kemacetan komunikasi antara pendidik dan remaja dalam
penyampaian pendidikan seksual.

C. FUNGSI/POLA SEKSUAL
Fungsi seksual, menurut pakar seksologi Prof Dr dr Wimpie Pangkahila, Sp.And,
FAACS dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, dipengaruhi oleh faktor
fisik dan psikis. Kalau kedua faktor ini baik, fungsi seksual juga baik. Yang dimaksud
dengan faktor fisik adalah ada tidaknya penyakit, pola hidup sehat, atau ada tidaknya
pengobatan yang didapat untuk mendukung fungsi organ tubuh. Sementara itu, faktor
psikis misalnya stres, kejenuhan, dan suasana hubungan pribadi dengan pasangan.
5
Gangguan seksual yang sering terjadi:
1. Pada wanita:
a. Gangguan dorongan seksual, misalnya dorongan seksual hipoaktif dan
ketidaksenangan terhadap aktivitas seksual.
b. Gangguan bangkitan seksual, yaitu pelendiran vagina yang kurang meskipun
sudah dalam keadaan cukup terangsang.
c. Tidak bisa atau sulit untuk mencapai orgasme saat berhubungan seksual.
d. Rasa sakit atau tidak nyaman di kelamin dan sekitarnya setiap kali
berhubungan seksual.
2. Pada pria:
a. Gangguan dorongan seksual, misalnya akibat penyakit fisik atau psikis.
b. Disfungsi ereksi, misalnya karena menderita diabetes melitus.
c. Gangguan ejakulasi, yaitu ejakulasi dini atau justru ejakulasi yang
terhambat.
d. Gangguan orgasme, yaitu tidak bisa merasakan orgasme.

Berikut beberapa kiat mencegah gangguan fungsi seksual:


1. Selalu ingat bahwa kehidupan seksual adalah milik bersama dan dibina bersama
pasangan.
2. Bersikap dan bicaralah secara terbuka apa adanya.
3. Jaga kesehatan tubuh dan jiwa.
4. Hindari gaya hidup tak sehat, misalnya rokok, stres, kurang tidur, pola makan
tidak baik, dan tidak berolahraga.
5. Jangan tergoda untuk menggunakan obat/ramuan yang tidak jelas isi dan
indikasinya.
6. Jagalah keseimbangan antara kesibukan dan rileksasi.
7. Selalu usahakan untuk memiliki waktu khusus hanya berdua bersama pasangan.
8. Jangan melakukan hubungan seksual sebagai hal yang rutin.

6
D. STIMULASI SEKSUAL SECARA FISIK DAN PSIKOLOGIS
Stimulasi seksual berasal dari insting dan pikiran yakni keinginan melakukan
aktivitas seksual yang timbul sendiri atau adanya fantasi dalam otak. Bisa juga terjadi
melalui pancaindera yakni mata, hidung, telinga, kulit yang diteruskan ke otak. Bila
stimulasi seksual sesuai dengan keinginan otak dan perasaan, impuls diteruskan ke
hipotalamus lalu mengirim impuls tersebut ke organ-organ seks melalui syaraf
parasimpatis. Di dalam otak perlu ada dukungan faktor psikologis. Dibutuhkan pikiran
dan perasaan yang menginginkan stimulasi seks tersebut. Bila stimulasi seks tidak
disukai atau dilarang oleh pikiran dan perasaan, maka otak tidak mengirim impuls ke
hipotalamus dan seterusnya sehingga ereksi tidak terjadi.
Begitu juga bila ada gangguan fungsi dalam otak misalnya karena kecemasan,
marah, kecewa dan terutama depresi, maka pengiriman impuls ke hipotalamus
terganggu. Dalam keadaan depresi, transmisi dari impuls dalam seluruh rangkaian
syaraf tidak terjadi sehingga penis tidak ereksi sama sekali. Jadi, hanya bila stimulasi
dibolehkan oleh otak dan susunan syaraf yang dilalui bekerja dengan normal, maka
impuls untuk ereksi akan terkirim dengan cukup.
Kadang-kadang, faktor psikologis ini pun bisa bercampur-baur ataupun sering
berlawanan. Misalnya seorang pria yang sangat menginginkan koitus dengan seorang
wanita bukan istrinya. Jadi, secara umum keinginan koitusnya besar tetapi timbul
perasaan berdosa atau takut penyakit yang terbentuk berupa kecemasan.
Walaupun keinginan kuat tetapi karena terhambat kecemasan dalam diri maka
ereksi yang pada mulanya begitu kuat, secara tiba-tiba bisa langsung menurun dan
ereksi tidak terjadi. Bisa juga terjadi, misalnya seorang suami yang ingin atau sedang
koitus dengan istri. Mereka telah memulainya dengan baik, ereksi cukup keras lalu
melakukan penetrasi dan penis bisa terus ereksi dengan keras selama koitus. Tiba-tiba ia
teringat peristiwa istrinya pernah dicurigai melakukan hubungan gelap dengan pria lain
maka secara otomatis impuls atau rangsangan akan berhenti dan ereksi akan akan
berhenti juga. Demikian banyak faktor psikologis ini bercampur-baur di dalam susunan
syaraf manusia sehingga perlu menelitinya secara luas dan tajam (NL Tobing, 2009).

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan kebutuhan seksual adalah keadaan dimana individu mengalami


atau beresiko mengalami suatu perubahan dalam kesehatan seksual. Kesehatan seksual
merupakan integrasi aspek somatik, emosional intelektual dan sosial dari seksualitas dengan
cara mencapai dan meningkatkan kepribadian, komunikasi dan cinta. Rencana asuhan
keperawatan pada kebutuhan seksualitas terdiri dari 3 aspek, Yaitu:
A. Pengkajian
Penkajian terdiri dari data objektif dan data subjektif yang bersandar dari batasan-
batasan karakteristik. Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan pasien dan
wawancara pasien atau keluarga pasien. Data objektif berasal dari Pemeriksaan Fisik
yang dilakukan perawat terhadap pasien.
Batasan Karakteristik:
1. Mayor (harus terdapat)
Perubahan aktual atau yang antisipasi dalam fungsi seksual atau indentitas
seksual. riwayat seksual:
a. Pola seksual biasanya
b. Kepuasan (individu, pasangan)
c. Pengetahuan seksual
d. Masalah (seksual, kesehatan)
e. Harapan
f. Suasana hati, tingkat energi
2. Minor (Mungkin Terdapat)
a. Ekspresi perhatian mengenai fungsi seksual atau identitas seksual.
b. Tidak sesuainya prilaku seksual verbal atau nonverbal.
c. Perubahan dalam karakteristik seksual primer atau sekunder.

8
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan perubahan pola seksual dapat terjadi sebagai respons
terhadap berbagai masalah kesehatan, situasi, dan konflik. Perubahan Pola Seksualitas
yang berhubungan dengan berbagai faktor:
1. Berhubungan dengan efek-efek biokimia pada energi, libido sekunder akibat:
2. Berhubungan dengan ketakutan terhadap. (penyakit-penyakit hubungan seksual)
3. Berhubungan dengan efek Alkohol pada kinerja
4. Berhubungan dengan penurunan lubrikasi Vaginal sekunder
5. Berhubungan dengan ketakutan terhadap ejakulasi prematur/tertunda
6. Berhubungan dengan fobio misalkan kehamilan, kanker atau penyakit kelamin
7. Berhubungan dengan efek-efek biokimia pada energi, libido sekunder akibat:
8. Berhubungan dengan ketakutan terhadap. (penyakit-penyakit hubungan seksual)
9. Berhubungan dengan efek Alkohol pada kinerja
10. Berhubungan dengan penurunan lubrikasi Vaginal sekunder
11. Berhubungan dengan ketakutan terhadap ejakulasi prematur/tertunda
12. Berhubungan dengan fobio misalkan kehamilan, kanker atau penyakit kelamin

Tujuan dan kriteria hasil: Pola seksualitas pasien dapat teratasi dalam waktu 4 x 24 jam
dengan kriteria hasil individu akan:
1. Menceritakan kepedulian atau masalah mengenai fungsi seksual
2. Mengespresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual
3. Mengidentifikasi stresor dalam kehidupan
4. Melanjutkan aktivitas seksual sebelumnya
5. Melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual

C. Intervensi Keperawatan
1. Intervensi Generik:
a. Dapatkan riwayat seksual:
1) Pola seksual biasanya
2) Kepuasan (individu, pasangan)
3) Pengetahuan seksual
4) Masalah (seksual, kesehatan)
5) Harapan

9
6) Suasana hati, tingkat energi
b. Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas atau fungsi seksual
yang mungkin mengganggu pasien.
c. Gali hubungna pasien dengan pasangannya.
d. Jika stresor atau gaya hidup yang penuh stresor berdampak negatif terhadap
fungsi :
1) Bantu individu dalam memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi
stres.
2) Dorong identifikasi stresor yang ada dalam kehidupan ; kelompokan
menurut individu sebagai dapat mengontrol dan tidak dapat
mengontrol :
a). Dapat mengontrol
 Keterbelakangna pribadi
 Keterlibatan dalam aktifitas komunitas
b). Tidak dapat mengontrol
 Mengeluh
 Penyakit anak perempuan
 Lakukan program latihan teratur untuk reduksi stres. Lihat
prilaku mencari bantuan kesehatan untuk intervensi.
e. Indentifikasi pilihan metode untuk mengaktifkan energi seksual bila
pasangan tidak ada atau jika ada keinginan:
1) Gunakan masturbasi, jika dapat diterima individu
2) Ajarkan pada klien tentang keuntungan fisik dan psikologis tentang
aktifitas fisik teratur ( sedikitnya 3x seminggu selama 30 menit).
3) Jika pasangan meninggal, gali kesempatan untuk bertemu dan
bersosialisasi dengan orang lain (sekolah malam,club janda atau duda,
kerja komunitas).
f. Jika suatu perubahan atau kehilangan bagian tubuh mempunyai dampak
negatif terhadap fungsi;
1) Kaji tahapan adaptasi dari individu dan pasangan terhadap arti dari
suatu kehilangan ( mengingkari, depresi, marah, resolusi, berduka)
2) Jelaskan kenormalan dari respon kelanjutan dari kehilangan.

10
3) Jelaskan kebutuhan untuk membagi perhatian dengan pasangan:
gambaran respon dari pasangan, ketakutan terhadap penolakan,
ketakutan terhadap kehilangan yang akan datang dan ketakutan secara
fisik melalui pasangan.
4) Dorong pasangan untuk mendiskusikan kekuatan hubangan mereka
dan untuk mengkaji pengaruh dari kehilangan pada kekuatan mereka.
5) Anjurkan individu untuk mengambil aktifitas seksual sedemikian rupa
mendeteksi pola sebelumnya jika mungkin.
g. Identifikasi penghambat untuk memuaskan fungsi seksual
h. Ajarkan teknik untuk mengurangi konsumsi oksigen
1) Gunakan oksigen selama aktifitas seksual jika di indikasikan.
2) Lakukan aktifitas seksual setelah penatalaksanaan pernapasan tekanan
positif intermittent.
3) Rencanakan aktifitas seksual untuk individu pada saat yang paling
segar.
4) Gunakan posisi berhungan intim yang nyaman dan biarkan nafas tidak
dibatasi.
5) Kurangi beban kerja dari jantung (pasien jantung harus menghindari
aktifitas seksual) :
a) Dalam suhu ekstrim
b) Langsung setelah makan dan minum
c) Saat intoksitasi
d) Saat lelah
e) Dengan pasangan yang tidak dikenal
f) Istirahat sebelum aktifitas seksual (pagi hari paling baik)
g) Pasien jantung harus mengakhiri aktifitas seksual jika dada tidak
nyaman atau terjadi dispnea.
6) Kurangi atau hilangkan nyeri :
a) Jika pelumasan vagina menurun gunakan pelumas cair
b) Gunakan pengobatan untuk nyeri sebelum aktifitas seksual
c) Gunakan apa saja yang mereklasasikan individu sebelum aktifitas
seksual (kantung panas, mani pancuran panas)
i. Lakukan penyuluhan kesehatan dan rujukan sesuai indikasi.

11
2. Intervensi pada Anak
a. Perjelas kerahasian dari diskusi.
b. Usahakan bersikap terbuka, hangat, objektif, tidak memalukan dan
menyenangkan.
c. Gali perasaan dan pengalaman seksual.
d. Diskusikan bagimana bakteri di pindahkan secara vaginal,anal, dan oral.
e. Untuk wanita muda, jelaskan hubungan penyakit menular seksual.
f. Tunjukan diagram struktur reproduktif.
g. Tekankan bahwa kebanyakan penyakit menular seksual tidak mempunyai
gejala pada awalnya.
h. Diskusikan pantangan dari persepektif seksual.
i. Bedakan metode kontraseptif yang tersedia.
j. Jelaskan dan berikan intruksi tertulis untuk metode yang di pilih.

3. Intervensi pada Lansia


a. Jelaskan bahwa proses penuaan normal mempengaruhi kemempuan
reproduksi tetapi mempunyai sedikit efek pada fungs seksual.
b. Gali minat, aktivitas, sikap, dan pengetahuan mengenai fungsi seksual.
c. Bila berhubungan, diskusikan efek-efek penyakit kronis dan fungsi.
d. Jelaskan efek obat tertentu pada fungsi seksual ( mis, kardiovaskular,
antidepresan, antihistamin, gasrointentital, sedatif, alkohol)
e. Bila disfungsi seksual dihubungkan dengan obat, gali alternatifnya (mis,
ganti obat, penurunan dosis)
f. Dengan pihak wanita, diskusikan kualitas pelumas vagina dan ketersediaan
pelumas larut air.
g. Dorong pertanyaan. Bila diperlukan, rujuk pada ahli urologi atau spesialis
lain.

4. Intervensi pada Maternal


a. Diskusikan perubahan tubuh selama kehamilan. Dorong pasangan untuk
mengungkapkan perasaan mereka.
b. Tenangkan, kecuali ada masalah (persalinan preterm, kehilangan bayi
sebelumnya, perdarahan atau ruptur membrane). Koitus diizinkan sampai
mulainya persalinan.
12
c. Orgasme akibat berhubungan intim atau masturbasi tidak dianjurkan jika ada
bercak atau terjadi pendarahan, ketuban pecah dini atau jika ada riwayat
keguguran berulang.
d. Anjurkan pergantian posisi seksual untuk kehamilan selanjutnya untuk
mencegah tekanan abdominal (mis. Miring, wanita berlutut, wanita di atas).
Berikan penenangan tentang perubahan pascapartum. Tenangkan bahwa ini
adalah keadaan sementara dan akan teratasi dalam 2 sampai 3 bulan.
e. Tenangkan bahwa perubahan sikap seksual selama kehamilan dari perasaan
sangat menginginkan seks sampai hanya ingin dimanja.
f. Dorong komunikasi jujur dengan pasangan mengenai keinginan atau
perubahan dalam minat.
g. Akui keletihan, khususnya selama trimester pertama, bulan terakhir, dan
pascapartum.
h. Dorongan individu menyediakan waktu untuk hubungannya, dalam seksual
dan konteks lain.
i. Ajarkan pasangan untuk berpantang untuk hubungan seks atau koitus dan
mencari bantuan dari pemberi perawatan kesehatan mereka bila ada situasi
berikut (May & Malmeister, 1994). Perdarahan vagina dan dilatasi
premature.

13
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep kebutuhan seksual sangat kompleks. Seks adalah perbedaan badani atau
biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin yaitu penis untuk
laki-laki dan vagina untuk perempuan. Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu
yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-
perkara hubungan intim antara pria dengan wanita. Seksualiti adalah jumlah total atribut
struktural, fungsional dan psikologis seperti yang diekspresikan oleh perilaku serta
identitas seksual seseorang Dimana untuk memahaminya perlu adanya pendidikan
seksual khususnya untuk remaja, karena pada masa ini merupakan masa yang rawan
terhadap masalah-masalah seksual dan penyimpanganya.
B. Saran
Dari pembahasan dalam makalah ini kami berharap agar mahasiswa mampu
memahami konsep ini dalam penerapan asuhan keperawatan, dan lebih menambah
wawasan lagi dalam memperdalam pemahaman tentang konsep kebutuhan seksual

14

Anda mungkin juga menyukai