KEPERAWATAN
Disusun oleh :
YOGYAKARTA
2019/2020
BANTUL
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
I. PENGERTIAN SEKSUALITAS
Seks merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas bersifat total, multi-
determined dan multi-dimensi. Oleh karena itu, seksualitas bersifat holistik yang
melibatkan aspek biopsikososial kultural dan spiritual.
Identitas seksual adalah pengenalan dasar tentang seks diri sendiri secara
anatomis yang sangat berhubungan dengan kondisi biologis, yaitu kondisi anatomis
dan fisiologis, organ seks, hormon dan otak dan saraf pusat. Seorang anak dapat
menafsirkan secara jelas perilaku orang lain yang sesuai dengan identitas seksualnya,
yang bagaimana seorang memutuskan untuk menafsirkan identitas seksual untuk
dirinya sendiri atau citra diri seksual (sexual self-image) dan konsep diri.
Dalam hal ini dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya seksualitas tidak terbatas
hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan ekspresi kepribadian,
perasaan fisik dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan saling
memperhatikan secara timbal balik. Perilaku seksual seseorang sangat ditentukan oleh
berbagai kebutuhan, antara lain kebutuhan akan cinta dan kasih sayang, rasa aman
psikologis, serta harga diri sebagai wanita atau pria. Pada kondisi dimana
kesehatannya mengalami gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami
gangguan pemenuhan kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan
melalui berbagai perilaku seksual.
Tinjauan Seksual Dari Beberapa Aspek
Makna seksual data ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya :
1. Aspek Biologis
Aspek ini memandang dari segi biologi seperti pandangan anatomi dan fisiologi
dari sistem reproduksi (seksual), kemampuan organ seks, dan adanya hormonal serta
sistem saraf yang berfungsi atau berhubungan dengan kebutuhan seksual.
2. Aspek Psikologis
Aspek ini merupakan pandangan terhadap identitas jenis kelamin,sebuah perasaan
dari diri sendiri terhadap kesadaran identirasnya, serta memandang gambaran
seksual atau bentuk konsep diri yang lain.
3. Aspek Sosial Budaya
Aspek ini merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di
masyarakat terhadap kebutuhan seksual serta perilaku di masyarakat.
Pada masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang.
Berkembangnya organ seksual mampu merespon rangsangan, seperti adanya ereksi
penis pada laki-laki dan adanya pelumas vagina pada wanita. Perilaku ini terjadi
ketika mandi, bayi merasakan adanya perasaan senang. Menurut Sigmund Freud,
tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah:
1. Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasaan, kesenangan, atau
kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah, atau
uk mendapat bersuara. Anak memiliki ketergantungan sangat tinggi dan selalu
minta dilindungi untuk mendapat rasa aman. Masalah yang diperoleh pada
tahap ini adalah masalah menyapih dan makan.
2. Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada tahap ini terjadi pada
saat pengeluaran feses. Anak mulai menunjukkan keakuannya, sikapnya sangat
narsistik (cinta terhadap diri sendiri), dan egois. Anak juga mulai mempelajari
struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat dilatih dalam hal
kebersihan.
Masa Kanak-Kanak
Masa ini dibagi dalam usia toddler, prasekolah, dan sekolah. Perkembangan
seksual pada masa ini diawali secara biologis atau fisik, sedangkan perkembangan
psikoseksual pada masa ini adalah:
1. Tahap oedipal/phalik, terjadi pada umur 3-5 tahun. Kepuasan anak terletak pada
rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa
daerah erogennya. Anak juga mulai menyukai lain jenis. Anak laki-laki
cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya, sebaliknya anak perempuan
lebih suka pada ayahnya. Anak mulai dapat mengidentifikasikan jenis kelamin
dirinya, apakah laki-laki atau perempuan, belajar malalui interaksi dengan figur
orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin.
2. Tahap laten, terjadi pada umur 5-12 tahun. Kepuasan anak mulai terintegrasi,
mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial,
seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan
libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya
tentang hal seksual melalui intetraksi dengan orang dewasa, membaca, atau
berfantasi.
Masa Pubertas
Pada masa ini sudah terjadi kematangan fisik dari aspek seksual dan akan terjadi
kematangan secara psikososial. Terjadinya perubahan secara psikologis ini ditandai
dengan adanya perubahan citra tubuh (body image), perhatian yang cukup besar
terhadap perubahan fungsi tubuh, pemelajaran tentang perilaku, kondisi sosial, dan
perubahan lain, seperti perubahan berat badan, tinggi badan, perkembangan otot,
bulu di pubis, buah dada, atau menstruasi bagi wanita. Tahap yang disebut Freud
sebagai tahap genital ini terjadi pada umur lebih dari 12 tahun. Kepuasaan anak pada
tahp ini akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang
terhadap lawan jenis.
Pada tahap ini perkembangan secara fisik sudah cukup dan ciri seks sekunder
mencapai puncaknya, yaitu antara umur 18-30 tahun. Pada masa pertengahan umur
terjadi perubahan hormonal, pada wanita ditandai dengan penurunan esterogen,
pengecilan payudara dan jaringan vagina, penurunan cairan vagina, selanjutnya akan
terjadi penurunan reaksi, pada pria ditandai dengan penurunan ukuran penis serta
penurunan semen. Dari perkembangan psikososial, sudah mulai terjadi hubungan
intim antara lawan jenis, proses pernikahan dan memiliki anak, sehingga terjadi
perubahan peran.
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita di antaranya adalah atropi pada
vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina, dan penurunan intensitas
orgasme pada wanita ; sedangkan pada pria akan mengalami penurunan jumlah
sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi, dan
pembesaran kelenjar prostat.
Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksannan agama dan etik. Ide
tentang pelaksanaan seksual etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas
membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap yang
ditujukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional tentang hubungan
seks hanya dalam perkawinan sampai sikap yang memperbolehkan individu
menentukan apa yang benar bagi dirinya. Keputusan seksual yang melewati batas
kode etik individu dapat mengakibatkan konflik internal.
Akibatnya individu mempunyai perbedaan keyakinan dan nilai seksual mereka.
Michael et al (1994)membagi responden menhjadi 3 kategori dengan dasar sikap dan
keyakinan. Individu yang masuk ked dalam kategori “tradisional” mengatakan bahwa
keyakinan keagamaan mereka selalu memberikan pedoman perilaku seksual mereka,
dan bahwa homoseksualitas, aborsi, dan hubungan seks pranikah dan di luar nikah
selalu di anggap salah. Kategori “relasional” berkeyakinan bahwa seks harus menjadi
bagian dari hubungan salaing mencintai tetapii tidak harus terjadi dalam perkawinan.
Moralitas yang bersifat lebih individualistic meluas pada tahun 1960-1970.
Banyak orang mengevluasi kembali kode moral mereka dan mulai melihat
seksualitas sebagai suatu cara ekspresi diri. Wanita mengajukan hak-hak mereka
untuk mengontrol reproduksi dan ekspresi perasaan seksual mereka. Moralitas baru
ini menekankan kepemilikan tubuh dan perasaan seseorang, pikiran bebas dan
aktualisasi diri. Perjuangan dari tahun 1990-an tampak sebagaimana menggabungkan
moralitas individualitas ini (tanpa kehilangan apa yang telah dicapai) dengan ekspansi
seksualitas yang lebih monogamy. Peningkatan angka penyakit seperti gonorea,
klamidia, human papiloma virus (HPV), dan HIV telah mempengarui penekanan
kembali pada hubungan monogami.
Merupakan kantong longgar yang tersusun atas kulit, fasia, dan otot polos
yang membungkus dan menopang testis di luar tubuh yang pada suhu
optimum untuk produksi spermatozoa. Ada otot dartos yaitu suatu lapisan
serat dalam fasia dasar yang berkontraksi untuk membentuk kerutan pada kulit
scrotal sebagai respon terhadap udara dingin atau eksitasi seksual. Ada dua
kantong scrotal, yang setiap scrotal berisi satu testis tunggal yang dipisahkan
oleh septum internal.
2. Testis
Merupakan organ lunak tempat spermatozoa dan hormon pria dibentuk.
Kelenjar testis, bentuknya seperti telur, banyaknya 2 buah menghasilkan sel
mania tau sperma. Testis berbentuk oval agak gepeng dengan panjang 4-5 cm
dan diameter 2,5 cm. Fungsi untuk menghasilkan hormon testoteron dan
sperma.
3. Ductus ejakulator
Merupakan tempat pertemuan pembesaran (ampula) dibagian kedua ujung
duktus deferen dan duktus dari vesika seminalis. Panjang mencapai sekitar 2
cm dan menembus kelenjar prostat untuk bergabung dengan uretra yang
berasal dari kandung kemih.
4. Uretra
Merupakan saluran kemih yang merentang dari kandung kemih sampai
ujung penis sebagai saluran sperma dan urine. Pengeluaran urine tidak
bersamaan dengan ejakulasi karena diatur oleh kegiatan kontraksi prostat
5. Penis
Merupakan organ yang berfungsi untuk tempat keluar urine, semen serta
sebagai organ kopulasi. Penis terdiri dari 3 bagian, yaitu zakar, badan, dan
glans penis yang banyak mengandung ujung-ujung saraf sensorik. Glans penis
dilapisi oleh lapisan kulit tipis berlipat yang dapat ditarik ke proksimal, yang
disebut prepusium atau kulit luar, prepusium ini dibuang saat melakukan
pembedahan sirkumsisi. Badan penis dibentuk dari tiga massa jaringan erektil
silindris, yang terdiri dari 2 korpus kavernosum dan 1 korpus spongiosum
venetral disekitar uretra.
B. Fisiologi Reproduksi Pria
a. Spermatogenesis
Pada tubulus seminiferus mengandung banyak sel epitel germinativum
yang berukuran kecil, dinamakan spermatogenia menjadi spermatosit
membelah diri membentuk dua spermatosit yang masing-masing mengandung
23 kromosom. Setelah beberapa minggu menjadi spermatozoa spermatid,
pertama kali dibentuk masih mempunyai sifat umum sel epiteloid. Kemudian
sitoplasma menghilang, spermatid memanjang menjadi spermatozoa terdiri
dari kepala, leher, badan dan ekor.
b. Sperma
Setelah pembentukan tubulus seminiferus, sperma masuk ke seminiferus
selama 18 jam sampai 10 hari hingga mengalami proses pematangan.
Epididimis menyekresi cairan yang mengandung hormone, enzim, dan gizi
yang sangat penting dalam proses pematangan sperma. Sebagian besar pada
vas deferens dan sebagian kecil di dalam epididimis.
Setelah terbentuk dalam tubuls seminiferus, sperma membutuhkan waktu
beberapa hari untuk melewati epididimis, bergerak dari tubulus seminiferus
bagian awal epididimis selama 18 jam-24 jam. Kedua testis dapat membentuk
sperma kira-kira 120 juta setiap hari, sejumlah kecil sperma dapat disimpan
dalam epididimis, dan sebagian besar disimpan dalam vas deferens dan
ampula vas deferens. Testis dapat mempertahankan fertilitasnya dalam duktus
genitalis selama 1 bulan, dengan aktifitas seksual yang tinggi penyimpanan
hanya beberapa hari saja.
Pada medium yang sangat asam dapat mematikan sperma dengan cepat.
Aktifitas sperma meningkat bersamaan dengan peningkatan suhu dan
kecepatan metabolisme. Sperma pada traktus genitalia wanita hanya dapat
hidup 1-2 hari.
c. Semen
Berasal dari vas deferens, merupakan cairan yang terakhir diejakulasi.
Semen berfungsi mendorong sperma keluar dari duktus ejakulatorius dan
uretra, cairan dari vesikula seminalis membuat semen lebih kental. Enzim
pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan vesikula
seminalis membentuk kuagulum yang lemah. Walaupun sperma dapat hidup
beberapa minggu dalam duktus genitalia pria, setelah sperma diejakulasi ke
dalam semen jangka hidup maksimal sperma hanya 24-48 jam.
Genetalia Interna
Alat genetalia bagian dalam terdiri dari :
1. Ovarium, panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm dan tebal 1 cm dan dengan bentuk seperti
kacang kenari, terletak kiri dan kanan uterus dibawah tuba uterine dan terikat di
sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus.
2. Tuba falopi (dua tuba uterin), fungsi menerima dan mentransport oosit ke uterus
setelah ovulasi, menyediakan tempat untuk pembuahan. Panjang kira-kira 12 cm
dan diameter 3-8 mm, yang ditopang ligamen besar uterus. Fertilisasi biasanya
terjadi di 1/3 bagian atas tuba falopi.
3. Uterus, merupakan organ tunggal muscular dan berongga berbentuk seperti buah
pir terbalik dengan ukuran saat tidak hamil panjang 7 cm, lebar 5 cm, dan
diameter 2-3 cm. Organ ini terletak dalam rongga pelvis diantata rectum dan
kandung kemih. Fungsi uterus untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama
perkembangan, ovum yang telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba
uterine ke uterus.
4. Vagina, adalah tuba fibromuskularis yang dapat berdistansi yang merupakan
jalan lahir bayi dan aliran menstrual yang fungsinya sebagai organ kopulasi
perempuan. Ukuran vagina bervariasi tetapi panjang sekitar 8-10 cm. Organ ini
menghadap uterus pada sudut sekitar 45o. Vagina dilembabkan dan dilumasi oleh
cairan yang berasal dari kapiler pada dinding vaginal dan sekresi dari kelenjar-
kelenjar serviks.
B. Fisiologi Reproduksi Wanita
Fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit daripada fisiologi reproduksi
pria. Tidak seperti produksi sperma yang terus-menerus dan sekresi tertosteron
yang pada hakikatnya konstan pada pria, pelepasan ovum bersifat intermiten dan
sekresi hormon-hormon seks wanita memperlihatkan pergeseran siklik yang lebar.
Jaringan yang dipengaruhi oleh hormon-hormon seks ini juga mengalami
perubahan siklik, dengan yang paling jelas adalah siklus haid bulanan. Pada setiap
siklus, saluran reproduksi wanita dipersiapkan untuk fertilisasi dan implantasi
ovum yang dibebaskan dari ovarium saat ovulasi. Jika pembuahan tidak terjadi
maka siklus berulang. Jika pembuahan terjadi maka siklus terhenti sementara
sistem pada wanita tesebut beradaptasi untuk memelihara dan melindungi
makhluk hidup yang baru terbentuk tersebut sampai ia berkembang menjadi
individu yang mampu hidup di luar lingkungan ibu.
Ovarium, sebagai organ reproduksi primer wanita, melakukan fungsi
ganda menghasilkan ovum (oogenesis) dan mengeluarkan hormone seks wanita,
estrogen dan progesterone. Hormon-hormon ini bekerja sama untuk mendorong
fertilisasi ovum dan mempersiapkan sistem reproduksi wanita untuk kehamilan.
Estrogen pada wanita mengatur banyak fungsi serupa dengan yang dilakukan oleh
testosterone pada pria, misalnya pematangan dan pemeliharaan keseluruhan
sistem reproduksi wanita dan membentuk karakteristik seks sekunder wanita.
Secara umum, kerja estrogen penting pada proses-proses prakonsepsi. Estrogen
penting bagi pematangan dan pembebasan ovum, pembentukan karakteristik fisik
yang menarik secara seksual bagi pria, dan transpor sperma dari vagina ke tempat
pembuahan di tuba uterina. Selain itu, estrogen ikut berperan dalam
perkembangan payudara dalam antisipasi menyusui. Steroid ovarium lainnya,
progesteron, penting dalam mempersiapkan lingkungan yang sesuai untuk
memelihara mudigah/janin serta berperan dalam kemampuan payudara untuk
menghasilka susu.
Potensi reproduksi wanita terhenti selama usia pertengahan saat
menopause pada usia 45 sampai 50 tahun, siklus seksual biasanya menjadi tidak
teratur dan ovulasi tidak terjadi selama beberapa siklus sesudah beberapa bulan
sampai beberapa tahun, dan siklus terhenti sama sekali. Hormon-hormon kelamin
wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada. Penyebab menopause
adalah matinya ovarium. Sepanjang kehidupan seksual seorang wanita kira-kira
400 folikel primordial, tumbuh menjadi folikel vesikular, dan berovulasi,
sementara ratusan ribu ovum berdegenerasi.
VII. PENGKAJIAN
A. Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas
Keinginan seksual beragam diantara individu: sebagian orang
menginginkan dan menikmati seks setiap hari, sementara yang lainnya
menginginkan seks hanya sekali satu bulan, dan yang lainnya lagi tidak memiliki
keinginan seksual sama sekali dan cukup merasa nyaman dengan fakta tersebut.
Keinginan seksual menjadi masalah jika semata-maata menginginkan untuk
merasakan keinginan hubungan seks lebih sering, jika keyakinan klien adalah
penting untuk melakukannnya pada beberapa norma kultur, atau jika perbedaan
dalam keinginan seksual dari pasangan menyebabkan konflik.
a. Faktor fisik
Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik.
Aktivias seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya
membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan
seks. Penyakit minor dan keletihan adalah alasan seseorang untuk tidak merasakan
seksual. Medikasi dapat mempengaruhi keinginan seksual. Citra tubuh yang
buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan
yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya
secara seksual.
b. Faktor hubungan
Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari
keinginan seks. Setelah kemesraan hubungan telah memudar, pasangan mungkin
mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam
nilai atau gaya hidup mereka. Tingkat seberapa jauh mereka masih merasa dekat
satu sama lain dan berinteraksi pada tingkat intim bergantung pada kemampuan
mereka untuk bernegosiasi dan berkompromi. Keterampilan seperti ini
memainkan peran yang sangat penting ketika menghadapi keinginan seksual
dalam berhubungan. Penurunan minat dalam aktivitas seksual dapat
mengakibatkan ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan
perilaku seksual apa yang diterima atau menyenangkan.
Palpasi
Palpasi jaringan payudara yang terbaik dilakukan denga klien pada posisi
terlentang dan satu lengan dibelakang kepala (bergantian untuk setiap payudara).
Posisi terlentang memungkinkan jaringan payudara tersebar merata pada dinding
dada. Klien harus mengangkat tangannya dan meletakkannnya dibelakang leher
untuk lebih meregangkan dan memosisikan jaringan payudara secara merata.
Pemeriksa sering meletakkan bantal kecil atau handuk dibelakang belikat untuk
memosisikan jaringan payudara.
Konsistensi jaringan payudara normal sangat bervariasi. Payudara pada
klien yang masih muda cenderung keras dan elastic, sedangkan pada klien lansia,
jaringan tersebut terasa berserabut dan noduler.
a. Posisi telentang
1. Berbaring dengan satu bantal di bawah bahu kanan anda. Letakkan lengan kanan di
belakang kepala.
2. Gunakan bantalan jari dari ketiga jari tengah tangan kiri untuk meraba adanya
benjolan pada payudara kanan. Bantalan jari adalah bagian puncak ketiga pada
setiap jari.
3. Tekan dengan cukup kuat untuk mengetahui bagaimana keadaan payudara.
Batasan tegas di bawah bagian lengkung setiap payudara adalah normal. Jika anda
tidak yakin seberapa keras harus memberi tekanan, bicarakan dengan tenaga
kesehatan atau usahakan untuk meniru cara yang dilakukan oleh perawat.
4. Tekan dengan cukup kuat payudara dengan pola ke atas dan ke bawah atau
mengikuti pola garis. Anda dapat juga menggunakan pola sirkular atau baji, tetapi
pastikan untuk menggunakan pola yang sama setiap kali melakukan pemeriksaan.
Periksa seluruh bagian payudara, dan perhatikan apa yang anda rasakan pada area
payudara setiap bulannya.
5. Ulangi pemeriksaan pada payudara kiri, menggunakan bantalan jari tangan kanan.
6. Jika anda menemukan perubahan, periksakan ke dokter secepatnya.
b. Posisi berdiri
1. Ulangi pemeriksaan kedua payudara ketika anda dalam posisi berdiri, dengan satu
lengan di belakang kepala. Posisi tegak memudahkan untuk memeriksa bagian atas
luar payudara (di depan ketiak). Di bagian ini tempat kemungkinan ditemukan
setengah dari kebanyakan kanker payudara. Anda mungkin ingin melakukan
SADARI dengan posisi tegak ketika anda sedang mandi. Tangan anda yang
bersabun akan memudahkan untuk memeriksa payudara anda, karena terasa licin
pada kulit yang basah.
2. Untuk tambahan keamanan, anda mungkin ingin memeriksa payudara anda dengan
berdiri di sisi kanan cermin, setelah melakukan SADARI setiap bulan. Lihat
apakah ada perubahan pada penampilan payudara anda,seperti lesung pada kulit,
perubahan pada putting, kemerahan atau pembengkakan.
Inspeksi penis
Palpasi Penis
Palpasi batang mulai dari glans sampai basis penis. Adanya parut, ulkus,
nodulus, indurasi, atau tanda-tanda peradangan harus dicatat. Palpasi korpora
kavernosa dilakukan dengan memegang penis diantara jari-jari kedua tangan dan
memakai jari telunjuk untuk memeriksa indurasi. Adanya indurasi yang tidak
nyeri tekan atau daerah fibrotik di bawah kulit batang penis mengarah ke penyakit
peyronie, pasien dengan keadaan ini mungkin mengeluh diviasi penis selama
ereksi.
Palpasi Uretra
Inspeksi skrotum
Palpasi Testis
Tiap testis dipalpasi secara terpisah. Pakailah kedua tangan untuk
memegang testis dengan lembut. Sementara tangan kiri memegang kutub superior
dan inferior testis, tangan kanan melakukan palpasi permukaan anterior dan
posterior.
Tabel di bawah ini menunjukkan hal-hal yang difokuskan pada tiap bagian genitalia:
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia. Pada dasarnya
seksualitas tidak terbatas hanya di tempat tidur atau bagian tubuh saja, tetapi merupakan
ekspresi kepribadian, perasaan fisik dan simbolik tentang kemesraan, menghargai dan
saling memperhatikan secara timbal balik. Pada kondisi dimana kesehatannya mengalami
gangguan, seseorang kemungkinan besar akan mengalami gangguan pemenuhan
kemenuhan kebutuhan seksualitasnya, yang dapat ditampilkan melalui berbagai perilaku
seksual.
II. SARAN
Diharapkan pemahaman mengenai kebutuhan seksualitas dan reproduksi di
informasikan sejak dini, agar dapat menjaga kesehatan seksual dan reproduksi, sehingga
tidak terjadi gangguan pada kebutuhan seksualitas dan reproduksinya. Selain itu, kita
sebagai calon perawat harus lebih memahami tentang kebutuhan dasar seksualitas agar
dapat memberikan intervensi yang tepat kepada klien gangguan seksualitas dan
reproduksi sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Bickley, Lynn S. 2008. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan Bates. Jakarta : EGC.
Hamid, Achir Yani S. 1999. Buku Ajar Aspek Psikoseksual dalam Keperawatan. Jakarta: Widya
Medika
Gleadle, Jonathan. 2007. At a Glance Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Erlangga.
Heffner, Linda J & Danny J Schust. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta :
Erlangga.
Muttaqin, Arif. 2010. Pengkajian Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinik. Jakarta: Salemba
Medika.
Patricia A. Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik.
Vol 1 Edisi 4.Jakarta: EGC.
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia ; Dari Sel ke Sistem, Edisi 6. Jakarta : EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC.