ISS 2 TIK 2
KONSEP PERILAKU PASIEN DALAM MERESPON PENYAKIT
1. DEFINISI
Perilaku berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia didefinisikan sebagai suatu tanggapan atau
reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Jadi,perilaku diartikan sebagai reaksi
individu terhadap rangsangan.
disimpulkan perilaku adalah kegiatan atau aktivitas manusia yang timbul karena adanya
rangsangan, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.
2. CIRI-CIRI PERILAKU MANUSIA
Ciri-ciri tersebut menurut Sarlito Wirawan (1983) dalam Sunaryo (2004) adalah sebagai
berikut.
1.Kepekaan sosial, artinya kemampuan yang dimiliki oleh manusia untuk dapat
menyesuaikan perilakunya dengan pandangan dan harapan orang lain. Hal ini tidak lepas
dari konsepsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial,manusia dalam
hidupnya perlu teman dan bekerjasama dengan orang lain. Perilaku manusia itu akan
selalu berbeda, karena harus menyesuaikan situasi dan kondisi dimana saat itu dia
berada.Misalnya, perilaku pada saat menengok orang sakit akan berbeda dengan pada
saat menghadiri suatu pesta. Demikian juga akan berbeda pada saat menghadapi orang
yang sedang marah,orang yang sedih, orang yang sedang gembira,dan pada saat orang
sedang belajar.
2.Kelangsungan perilaku, disini artinya perilaku yang satu berkaitan dengan perilaku
selanjutnya. Jadi, dapatdiartikan perilaku sekarang merupakan kelanjutan perilaku
sebelumnya. Dengan kata lain,perilaku yang terjadi tidak serta merta begitu saja, tetapi
terjadi secara berkesinambungan. Perilaku manusia tidak pernah berhenti pada satu
waktu. Perilaku masa lalu merupakan persiapan untuk perilaku sekarang, perilaku
sekarang menjadi dasar perilaku selanjutnya. Sebagai contoh,seorang mahasiswa D3
keperawatan, dia belajar teori, praktik atau mengikuti proses belajar mengajar setiap hari,
akhirnya lulus dengan mempunyai keahlian dibidang keperawatan. Selanjutnya,dia
bekerja sebagai perawat sehingga mempunyai penghasilan. Kemudian, berumah tangga,
mempunyai keturunan hingga mempunyai anak, cucu,dan seterusnya.
3.Orientasi pada tugas, artinya setiap perilaku manusia mempunyai tugas atau tujuan
tertentu. Jadi, setiap perilaku yangditampilkan manusia ada tujuannya.
Misalnya,mahasiswa yang rajin belajar bertujuan supaya berprestasi, demikian juga
seseorang bekerja keras,karena ada keinginan yang ingin dicapai.
4.Usaha dan perjuangan. Setiap individu atau manusia pasti memiliki cita-cita yang akan
diperjuangkan. Jadi,manusia itu akan memperjuangkan sesuatu yang telah ditentukan
atau dipilihnya. Misalnya,seorang mahasiswa yang sejak awal memilih dan menetapkan
akan menjadi perawat, maka dia akan berupaya untuk belajar giat agar cita-citanya
tercapai.
5.Tiap-tiap individu manusia adalah unik, unik mengandung arti manusia yang satu
berbeda dari manusia lainnya. Setiap individu manusia mempunyai ciri-ciri, sifat, watak,
tabiat, kepribadian,dan motivasi yang berbeda-beda. Demikian juga berbeda dalam
pengalaman,masa lalu,cita-citadikemudian hari, danperilaku
(Hartono,Dudi. 2016. Psikologi
Perilaku Terhadap Sakit dan Penyakit
Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit yang bersifat respons
internal (berasal dari dalam dirinya) maupun eksternal (dari luar dirinya), baik respons pasif
(pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan dengan
sakit dan penyakit. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit sesuai dengan tingkatan-
tingkatan pemberian pelayanan kesehatan yang menyeluruh atau sesuai dengan tingkatan
pencegahan penyakit, yaitu:
a.Perilaku peningkatan dan pemeliharan kesehatan (healthpromotion behavior)
b.Perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior)
c.Perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)
d.Perilaku pemulihan kesehatan (health rehabilitation behavior)
(Dr. Irwan S.KM, 2017)
ISS 1 TIK 2
KONSEP KEBUTUHAN SEKSUALITAS DALAM KEPERAWATAN
1. Definisi
Seksualitas adalah fenomena yang diekspresikan secara individual dan sangat pribadi
yang berkembang dari pengalaman hidup. Faktor fisiologis, psikososial, dan budaya
mempengaruhi seksualitas seseorang dan menyebabkan berbagai sikap dan perilaku yang
terlihat pada manusia.
( Kozier and Erb’s Fundamentals of Nursing . Audrey, B. 2016)
Kebutuhan seksual adalah kebutuhan dasar manusia berupa ekspresi perasaan dua
orang individu secara pribadi yang saling menghargai, memperhatikan, dan menyayangi
sehingga terjadi hubungan timbal balik (feed back) antara kedua individu tersebut.
(Kasiati, 2016).
Menurut WHO (2015), kesehatan seksual adalah “suatu keadaan kesejahteraan fisik,
emosional, mental dan sosial yang berhubungan dengan seksualitas, tidak hanya sekadar
bebas dari penyakit, disfungsi atau kelemahan”
2) Aspek psikologis: aspek ini merupakan pandangan terhadap indentitas jenis kelamin
sebuah perasaan dari diri terhadap kesadaran identitasnya serta memandang gambaran
seksual atau bentuk konsep diri yang lain. Misalnya kalau perempuan, merasa tertarik
dengan laki-laki, akan berhias mempercantik diri bila bertemu laki-laki, demikian pula
sebaliknya.
3) Aspek sosial budaya merupakan pandangan budaya atau keyakinan yang berlaku di
masyarakat terhadap keutuhan seksual serta perilaku nya di masyarakat. Misalnya
perempuan sebelumnya menikah harus perawan. Di pedesaan perempuan umur 20 tahun
belum menikah dikatakan perawan tua atau tidak laku, dan sebagainya.
(Kasiati, 2016)
3. Perkembangan Seksual
a. Masa pranatal dan bayi
Masa ini komponen fisik atau biologis sudah mulai berkembang. berkembangnya organ
seksual maupun merespons rangsangan, seperti adanya ereksi penis pada laki-laki dan
adanya pelumas bagian pada wanita. Perilaku ini terjadi ketika mandi, bayi merasakan
adanya perasaan senang (Sigmund Freud), tahap perkembangan psiko seksual pada masa
ini adalah :
1) Tahap oral, terjadi pada umur 0-1 tahun. Kepuasan, kesenangan, atau kenikmantan
dapat dicapai dengan menghisap, menggigit, mengunyah, atau bersuara.
2) Tahap anal, terjadi pada umur 1-3 tahun. Kepuasan pada saat ini terjadi pada saat
pengeluaran feses. Anak mulai menujukan keakuanya, sikapnya sangat narsistik (cinta
terhadap diri sendiri), dan egois, anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya.
b. Fase Kanak-kanak
Pada masa kanak-kanak perkembangan seksual bagi menjadi dua, yaitu
1) Tahap oedipal atau falik terjadi pada usia 3-5 tahun, rangsangan terjadi pada
otoerotis yaitu meraba-raba bagian erogenya, mulai menyukai lawan jenis. Anak laki-laki
cendrung suka pada ibunya dari pada bapaknya dan sebaliknya pada anak perempuan
serta mulai megenal jenis kelamin yang di milikinya serta mulai interaksi dengan figur
orang tuanya.
2) Tahap laten terjadi pada usia 5-13 tahun pada masa ini mulai memasuki masa
pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial.
c. Masa pubertas
Masa ini sudah mencapai kematangan fisik dan aspek sosial, dan akan terjadi
kematangan psikologis. Terjadi perubahan ditandai denga adanya citra tubuh, perhatian
yang sangat besar terhadap perubahan fungsi tubuh, pembelajaran tentang perilaku ,
kondisi sosial. Tahap genital terjadi pada umur 12 tahun tahap ini merupakan tahap suka
pada lawan jenis sudah matang.
b) Identitas Gender
Budaya Barat sangat berkomitmen pada gagasan bahwa hanya ada dua jenis kelamin.
Namun, secara biologis, ada banyak gradasi berjalan dari wanita ke pria.
- Intersex
kondisi interseks di yang ada kontradiksi antara jenis kelamin kromosom, gonad
kelamin, organ dalam, dan penampilan alat kelamin luar. Bayi dengan masalah ini
memiiki Jenis kelamin yang tidak jelas. Ini berarti bahwa orang interseks
memiliki beberapa bagian biasanya terkait dengan laki-laki dan beberapa bagian
biasanya terkait dengan perempuan.
- Trasngender
Orang transgender memiliki kondisi yang disebut disforia gender (perasaan yang
kuat dan tidak nyaman dengan jenis kelamin yang ditetapkan) atau gangguan
identitas gender. Untuk orang transgender, anatomi seksual bertentangan dengan
gender identitas. Mereka yang lahir secara fisik laki-laki tetapi secara emosional
dan secara psikologis perempuan disebut transgender male-to-female (MtF).
Mereka yang terlahir sebagai perempuan tetapi secara emosional dan psikologis
laki-laki disebut perempuan-ke-laki-laki (FtM) transgender.
- Cross-dressing
Yaitu berpakaian dalam pakaian lawan jenis sehingga membuat penampilan luar
individu konsisten dengan identitas batin dan peran gender mereka dan
meningkatkan kenyamanan mereka dengan diri mereka sendiri. Biasanya laki-laki
yang cross-dress untuk mengekspresikan sisi feminin dari kepribadian mereka.
Biasanya, cross-dresser tidak tertarik untuk mengubah tubuh mereka secara
permanen melalui cara bedah, mayoritas mereka merasa nyaman dengan identitas
asli mereka dan perilaku dalam kehidupan publik sehingga hanya mengubah
penampilan luar saja.
c) Erotic Preferences
Fantasi seksual dan seks dengan pasangan tunggal adalah yang paling outlet seksual
umum untuk wanita dan pria, individu lajang dan berpasangan, dan individu
heteroseksual dan LGBTQQ.. Masturbasi adalah cara menemukan perasaan erotis dan
belajar tentang respons seksual. Saling masturbasi dapat memberikan seksual
kesenangan dan keintiman tanpa terburu-buru untuk interaksi genital sebelum kedua
pasangan siap.
2. Budaya
Budaya mempengaruhi sifat seksual pakaian, aturan tentang pernikahan, harapan
perilaku peran dan tanggung jawab sosial, dan praktik seks. Seks pranikah dan di luar
nikah dan homoseksualitas mungkin tidak dapat diterima atau ditoleransi secara
budaya. Poligami (beberapa pasangan nikah) atau monogami (satu pasangan nikah)
mungkin menjadi norma. Maka dari itu budaya begitu berperan dalam kehidupan
sehari-hari yang dijalani.
3. Agama
Agama mempengaruhi ekspresi seksual. Ini memberikan pedoman untuk perilaku
seksual dan keadaan yang dapat diterima untuk perilaku tersebut. Beberapa agama
memandang bentuk-bentuk ekspresi seksual selain hubungan pria-wanita sebagai
tidak wajar dan mempertahankan keperawanan sebelum menikah menjadi aturan.
Banyak nilai-nilai agama bertentangan dengan nilai-nilai yang lebih fleksibel dari
masyarakat yang telah berkembang selama beberapa dekade terakhir (sering disebut
“revolusi seksual”), seperti penerimaan pranikah seks, menjadi orang tua di luar
nikah, homoseksualitas, dan aborsi.
EJAKULASI DINI
Ejakulasi dini adalah suatu kondisi di mana seorang pria secara konsisten mencapai
ejakulasi atau orgasme sebelum atau segera sesudahnya memasuki vagina. Hasilnya
adalah pasangannya biasanya tidak punya waktu untuk mencapai kepuasan seksual.
Penyebabnya dari masalah jarang berhubungan fisik.
EJAKULASI TERLAMBAT
Ejakulasi tertunda, juga disebut inkompetensi ejakulasi, mengacu pada
ketidakmampuan pria untuk berejakulasi ke dalam vagina, atau ejakulasi intravaginal
tertunda. Penyebab masalah ini mirip dengan impotensi.
2) Penyakit kardiovaskular
- Hipertensi
Obat yang digunakan untuk mengontrol penyakit hipertensi sering menyebabkan
perubahan fungsi seksual.
- Infark Miokard/Serangan Jantung
Penderita infark miokard mengalami ketundaan dalam melakukan
berbagai aktivitas. Sehingga aktivitas kehidupan sehari-hari, termasuk
aktivitas seksual, harus dilanjutkan secara bertahap, dan stresor seperti
kelelahan, konsumsi alkohol, dan gejolak emosi harus dihindari.