Anda di halaman 1dari 5

Analisis Jurnal

PERSEPSI SISWA TENTANG PERILAKU SEKSUAL


REMAJA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAYANAN
BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Islam
Dosen Pengampu: Meta Malihatul Maslahat, MA

Disusun Oleh :

1. Ahmad Surur Nafian (1911010001)


2. Nailir Risydah (1911010003)
3. Jian Fauziyah (1911010019)
4. Hana Nur Aula Habibah (1911010038)
5. Abdul Mufid Setiawan (1911010039)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN
ISLAM (BKPI)
2019
ANALISIS

Terjerumusnya remaja dalam perilaku seksual didorong oleh rasa ingin tahu yang
besar untuk mencoba sesuatu yang belum diketahuinya. Ini adalah hal yang wajar dan
merupakan karakteristik remaja yang hanya dipuaskan dan diwujudkan melalui
pengalamannya sendiri. Dan dari observasi yang telah dilakukan di salah satu SMP di
Sumatra Barat, dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu yang terjadi pada diri siswa
lebih mengarah ke perilaku seksual. Sedangkan pengertian perilaku seksual ini sendiri
ialah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya
maupun dengan sesama jenisnya.

Perilaku seksual pada remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti perubahan
hormonal, pergaulan bebas, kurangnya pemahaman siswa terhadap kematangan seksual
dan juga kurangnya informasi tentang seks. Dalam hal ini, terdapat beberapa bentuk
perilaku seksual, yaitu : (1) Awakening and exploration (rangsangan terhadap diri
sendiri), (2) Autosexuality (Masturbation), (3) Heterosexuality : kissing and necking
(saling merangsang dengan pasangan tetapi tidak mengarah ke daerah sensitif, sebatas
mencium bibir dan leher), Light petting (saling menempelkan anggota tubuh namun
dalam keadaan masih memakai pakaian), Heavy petting (Saling menggesek-gesekkan alat
kelamin dan dalam keadaan tidak memakai pakaian guna untuk mencapai kepuasan. Dan
tahap ini merupakan awal terjadinya hubungan seksual).

Adapun dampak negatif perilaku seksual pranikah diantaranya adalah sebagai


berikut :
1) Dampak Psikologis : Perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, serta
merasa bersalah dan berdosa.
2) Dampak Fisiologis : Menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan dan
berpotensi terjadinya aborsi.
3) Dampak sosial : Di kucilkan, putus sekolah, terjadi kehamilan dan
perubahan peran menjadi ibu (pada wanita), serta adanya tekanan dan juga
celaan dari masyarakat.
4) Dampak fisik : Berkembangnya penyakit seksual yang menular
di kalangan remaja, dimana infeksi penyakit ini dapat menimbulkan
kemandulan dan rasa sakit yang kronis serta meningkatkan potensi terjangkit
HIV/AIDS.

Rasa ingin tahu pada siswa adalah awal dari munculnya persepsi siswa tentang
perilaku seksual. Persepsi disini artinya adalah penilaian terhadap objek atau stimulus
yang didefinisikan dengan mengunakan panca indra. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi persepsi, yaitu :

1) Kebutuhan : Ketika kita membutuhkan sesuatu atau memiliki


ketertarikan akan suatu hal (menginginkannya), maka kita dapat dengan
mudah untuk mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan tersebut.
2) Kepercayaan : Apa yang kita anggap benar dapat mempengaruhi
penafsiran kita terhadap sinyal sensorik yang ambigu.
3) Emosi : Emosi dapat mempengaruhi penafsiran kita mengenai
informasi dalam bentuk sinyal sensorik.
4) Ekspektasi : Pengalaman masa lalu sering juga mempengaruhi
bagaimana cara kita mempersepsikan dunia.

Ada hal-hal yang menyebabkan adanya persepsi yang berbeda dari seseorang
terhadap suatu objek yang sama, diantaranya yaitu :

1) Perhatian
Perhatian seseorang terjadi karena adanya rangsangan dari lingkungan yang
memfokuskan terhadap satu atau dua objek saja, hal inilah yang menyebabkan
adanya perbedaan persepsi.
2) Set
Set adalah harapan seseorang tentang rangsang yang akan timbul. Jadi
sebelumnya dia telah memiliki informasi atau data yang ada di dalam
fikirannya yang nantinya dapat dibandingkan dengan kenyataan yang ada.
3) Kebutuhan
Kebutuhan-kebutuhan sesaat ataupun yang menetap dapat mempengaruhi
seseorang dalam ber-persepsi. Dengan demikian, perbedaan kebutuhan dapat
mempengaruhi persepsi.
4) Sistem Nilai
Sistem nilai yang berlaku didalam masyarakat juga dapat mempengaruhi
persepsi seseorang terhadap suatu objek.
5) Ciri Kepribadian
Ciri kepribadian akan mempengaruhi persepsi orang terhadap suatu objek
yang di persepsikan.
6) Gangguan Kepribadian
Gangguan kepribadian atau gangguan kejiwaan dapat menimbulkan kesalahan
persepsi yhang disebut halusinasi yang bersifat individual, jadi hanya dialami
oleh penderita yang bersangkutan saja.

Setelah dilakukan observasi yang di tujukan kepada siswa kelas VII, VIII dan IX
di salah satu SMP di Sumatra Barat yang berjumlah 445 orang, maka didapatkan hasil
bahwa secara keseluruhan persepsi siswa sudah benar tentang perilaku seksual
(dikategorikan sangat positif). Secara umum mereka tidak setuju akan perilaku seksual
baik berkenaan dengan awakening and exploration, autosexuality maupun
heterosexuality.
1) Awakening and Exploration
Pada tahap ini, secara umum persepsi siswa tentang perilaku seksual sudah
benar, artinya siswa tidak menyetujui pernyataan yang mengarah kepada seks
yang antara lain dalam bentuk : menonton film porno, membaca buku-buku
porno, berfantasi ataupun membuka jejaring sosial apapun yang berkaitan
dengan sosial.
2) Autosexuality : Masturbation/onani
Secara umum, persepsi siswa tentang perilaku seksual pada tahap ini
dikategorikan sangat positif dan sudah benar, artinya mereka tidak setuju
dengan perilaku seksual dalam bentuk merangsang diri sendiri dengan
melakukan masturbasi/onani.
3) Heterosexuality
Pada tahap ini pun sama, secara umum persepsi siswa sudah benar , yaitu
mereka tidak setuju dengan pernyataan yang mengarah kepada perilaku
seksual dalam bentuk mencium bibir dan leher, menempelkan anggota tubuh
dengan lawan jenis ataupun menggesekkan alat kelamin dengan lawan jenis.
Berkaitan dengan adanya persepsi siswa tentang perilaku seksual remaja, maka
tidak lepas dari peran bimbingan dan konseling, yaitu dalam wujud guru BK yang ada di
sekolah-sekolah. Layanan bimbingan dan konseling ini sendiri merupakan bentuk
bantuan yang ditujukan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok,
dimana tujuannya adalah agar siswa mampu dan memilikki sikap mandiri dan mampu
berkembang secara optimal.

Dalam hal ini, guru BK bisa memberikan layanan informasi kepada siswa untuk
mengubah persepsi yang kurang baik tentang perilaku seksual remaja, misalnya seperti
informasi tentang “dampak dari menonton film porno’, sehingga siswa mengetahui
dampak dari perilaku seksual yang menyimpang yaitu dalam bentuk menonton film
porno.

Layanan bimbingan kelompok juga bisa menjadi alternatif bagi guru BK untuk
diberikan kepada siswa, misalnya dalm bentuk topik tugas, dimana guru BK menentukan
topik yang akan dibahas yaitu berkaitan dengan perilaku seksual remaja yang disesuaikan
dengan kebutuhan siswa, seperti contohnya “faktor-faktor dan dampak terjadinya
pergaulan bebas”, sehingga siswa mengetahui faktor dan dampak dari pergaulan bebas di
kalangan remaja.

Anda mungkin juga menyukai