Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PRAKTIKUM

PSIKODIAGNOSTIKA III
WAWANCARA INDIVDU

SETTING WAWANCARA SOSIAL


PERILAKU PROSOSIAL DALAM SIKAP KEPEDULIAN PADA REMAJA

DOSEN PEMBIMBING : Afifah Ghina Rahmani, M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
Nama : Salwa Azizah Siradz
NIM : 200207251

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS SOSIAL HUMANIORA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2021
I. KerangkaAcuan
1.1 Interviewer: Salwa Azizah Siradz
1.2 Interviewee: DL
1.3 Tanggal Pelaksanaan: 16 Juni 2022
1.4 Tempat Pelaksanaan: Di Rumah
1.5 Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami bagaimana perilaku
prososial pada Remaja saat ini.

1.6  Tujuan Khusus


Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku prososial di
lingkungan remaja saat ini dengan tingkah laku yang berkaitan dengan perilaku prososial.
Wawancara akan dilakukan di tempat secara langsung. Wawancara dilakukan pada waktu
pagi hari dengan waktu selama 10 menit. Peristiwa ini terjadi untuk mengetahui perilaku
prososial pada remaja dengan ikut serta dalam situasi secara langsung agar memperoleh data
yang jelas.

1.7 Landasan Teori


C. Perilaku Prososial
Perilaku prososial hanya didefinisikan sebagai perilaku menolong secara sukarela dan
tanpa paksaan yang bertujuan untuk memberikan konsekuensi yang positif atau dengan kata
lain menguntungkan orang lain (Eisenberg & Mussen, 1989). Untuk berperilaku sedemikian
rupa seseorang harus memahami kebutuhan, keinginan, atau tujuan lain dan bertindak untuk
memenuhi kebutuhan orang lain. Di samping itu, perilaku prososial adalah tindakan
menolong orang lain tanpa menerima imbalan atas perilaku tersebut bahkan hingga
melibatkan resiko yang diperoleh karena perilaku yang dilakukan tersebut (Baron & Byrne,
2005). Selain itu, definisi mengenai perilaku prososial dijelaskan juga oleh Taylor et al.
(2009) di mana perilaku prososial adalah perilaku menolong seseorang yang tidak terikat
dengan motif-motif apapun dari seseorang yang melakukan pertolongan. Pengertian perilaku
prososial ditambahkan oleh Dayakisni dan Hudaniah (2012) bahwa perilaku prososial adalah
bentuk perilaku yang memberikan keuntungan bagi penerima pertolongan yang berupa
materi, fisik, ataupun psikologis, namun keutungannya belum jelas bagi pemberi tindakan
pertolongan. Berdasarkan ulasan mengenai pengertian perilaku prososial di atas, disimpulkan
bahwa perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan seseorang untuk orang lain yang
membutuhkan sehingga memberikan dampak yang positif bagi penerima perilaku, namun
tindakan tersebut terlepas dari motif orang yang memberikan bantuan. Perlu diketahui bahwa
bentuk-bentuk dari perilaku prososial itu sendiri adalah berbagi, bekerjasama, menolong,
kejujuran, dan dermawan (Eisenberg & Mussen, 1989). Akan tetapi, ada satu hal yang bisa
saja menghambat seseorang untuk melakukan perilaku prososial. Penjelasan di atas dapat
dijabarkan pada penelitian Twenge et al. (2007) bahwa pengucilan yang diterima oleh
seseorang dari individu yang lain akan mengakibatkan seseorang tersebut tidak melakukan
perilaku prososial. Pada penelitian ini dijelaskan karena seseorang yang mengalami
pengucilan akan merasakan sakit hati dalam dirinya sehingga menyebabkan emosi yang
negatif. Selain itu, perilaku prososial sendiri didorong oleh perhatian empati terhadap orang
lain, karena orang yang dikecualikan merasa sakit hati dan tidak memiliki rasa empati
sehingga orang yang dikecualikan akan berhenti bertindak secara prososial. Dengan kata lain,
pengucilan sosial secara signifikan dan terkait erat dengan hilangnya respons emosional pada
individu.

B. Proses dan Dampak Perilaku Prososial


Banyak perilaku yang dilakukan oleh seseorang, baik itu perilaku positif maupun
negatif. Akan tetapi, banyaknya perilaku negatif yang sering terjadi di masyarakat membuat
perilaku positif yang dilakukan manusia kurang terlihat, misalnya seperti perilaku prososial.
Berbagai faktor dari perilaku prososial akan saling berkaitan (Eisenberg & Mussen, 1989), di
mana hal ini diperoleh karena suatu hal yang diwariskan kepada manusia dan tradisi yang
diterapkan di mana individu itu berada, dapat mendorong manusia untuk melakukan sesuatu.
Eisenberg & Mussen (1989) mengatakan bahwa proses perkembangan otak manusia dapat
dipengaruhi oleh budaya di mana mereka berada, yang kemudian tradisi atau informasi yang
diperoleh manusia selanjutnya berpengaruh pada perkembangan skema berpikir mereka guna
membantu mereka dalam melakukan sesuatu atau untuk pengambilan keputusan. Penjelasan
tersebut menggambarkan bahwa genetik yang diwariskan pada manusia akan dibantu oleh
dinamika budaya yang ada dalam mempelajari beragam perilaku sosial yang salah satunya
adalah perilaku prososial. Selain itu, pada saat mereka mempelajari berbagai macam perilaku
sosial, mereka akan memperoleh pengalaman yang dialaminya bersama dengan orang lain,
baik itu bersama dengan orangtuanya atau bahkan dengan teman sebayanya (Eisenberg &
Mussen, 1989). Hal tersebut juga didukung dengan pernyataan dari Eisenberg & Mussen
(1989) yang menyatakan bahwa hampir setiap orangtua akan memberikan pengasuhan
mengenai penerapan perilaku tolong menolong pada setiap anak-anaknya baik perempuan
ataupun laki-laki, sehingga dampaknya remaja perempuan dan laki-laki akan sama-sama
berkembang dalam hal perilaku prososial sesuai pada tahap usianya. Dalam hal ini, perilaku
prososial akan lebih banyak terjadi di antara teman sebaya dibandingakan dengan teman
sebayanya yang bukan temannya. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian Barry & Wentzel
(2006) yang menjelaskan bahwa peran teman sebaya akan mempengaruhi seseorang remaja
dalam melakukan perilaku prososial dalam kehidupannya, sehingga penelitian ini juga
menjelaskan bahwa peran dari teman sebaya tidak hanya memberikan pengaruh negatif saja
akan tetapi dapat memberikan pengaruh yang postif bagi masing-masing orang dalam
perkumpulan teman sebaya.
Pertemanan yang terjadi pada teman sebaya di masa remaja akan memiliki tingkat
emosional yang akan memicu para individu remaja untuk meniru perilaku teman-teman
sebayanya dalam melakukan perilaku prososial. Jika hubungan remaja tersebut dengan
orangtua dinilai baik, maka mereka juga akan memiliki hubungan pertemanan yang baik dan
positif, dan hal itu berlaku juga sebaliknya. Selain faktor-faktor yang dijelaskan tersebut, ada
beberapa faktor lagi yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku prososial, yaitu
peristiwa yang terjadi di sekitar kita yang mungkin akan memicu seseorang untuk merasakan
emosional yang tinggi sehingga bersedia untuk melakukan perilaku prososial di masyarakat.
Karakteristik dari seseorang individupun akan memberikan pengaruh pada seseorang untuk
melakukan perilaku prososial, seperti yang dikatakan pada penelitian yang dilakukan oleh
Eagly (2009) di mana perempuan akan memiliki perilaku prososial yang bersifat komunal
dan relasional sedangkan bagi laki-laki mereka akan cenderung melakukan perilaku prososial
yang bersifat agenik dan kolektif. Perlu diketahui, perilaku prososial yang ada dalam diri
manusia berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perilaku prososial tinggi
ataupun rendah yang dimiliki oleh seseorang individu. Berdasarkan dua tingkatan tersebut,
maka terdapat perbedaaan karakteristik seseorang yang terjadi jika seseorang memiliki salah
satu dari tingkatan tersebut. Hal tersebut didukung bahwa terdapat beberapa karakteristik
seseorang yang memiliki tingkat perilaku prososial yang tinggi, yaitu jika seseorang memiliki
tingkat perilaku prososial yang tinggi, maka orang tersebut memiliki suasana hati yang
positif, memiliki kelakuan yang baik, dan menjadi seseorang yang lebih mampu untuk
bersyukur dalam kehidupannya. Beberapa hal yang dijelaskan di atas akan berlaku sebaliknya
pada seseorang individu yang memiliki tingkat perilaku prososial yang rendah. Oleh karena
itu, seseorang khususnya remaja sangat baik jika ia memiliki tingkat perilaku prososial yang
tinggi sebab efek yang diperoleh pada diri sendiri juga akan berakibat positif bagi
kehidupannya.
Selain itu, yang perlu diketahui juga adalah bagaimana dampak yang akan dirasakan
oleh seseorang yang melakukan perilaku prososial yang tinggi. Dampak yang diperoleh
ataupun dirasakan bagi seseorang yang melakukan perilaku prososial tinggi, yaitu salah
satunya dapat memiliki tingkat well-being yang tinggi. Hal tersebut sejalan apa yang
dijelaskan pada penelitian Weinstein & Ryan (2010) bahwa perilaku prososial yang dilakukan
secara otonom atau suka rela akan memberikan pengaruh berupa kesejahteraan bagi penolong
maupun yang menerima pertolongan. Di samping itu perilaku prososial yang dilakukan
seseorang akan mendorong mereka untuk mendapatkan pengaruh yang positif bagi dirinya
sendiri, yaitu harga diri yang baik dan pemaknaan hidup bagi penolong. Hal tersebut dapat
terjadi kerena bagi mereka yang melakukan perilaku tersebut merasa bahwa dirinya lebih
bermanfaat setelah melakukan perilaku prososial pada orang lain. Singkatnya, perilaku
prososial di masyarakat akan memiliki dampak yang baik bagi diri manusia itu sendiri.
Menurut (Eisenberg, 1989) memberikan pemahaman tentang perilaku prososial yang
mencakup konsep-konsep: sharing (membagi), cooperative (kerjasama), helping (menolong),
honesty (kejujuran), generosity (kedermawanan). Dari definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa konsep perilaku prososial merupakan perilaku yang mengandung nilai-nilai baik,
nilai-nilai tersebut membawa dampak positif bagi penerima baik itu dalam bentuk materi
maupun fisik. Perilaku prososial lebih berkaitan dengan perasaan puas, bahagia dari
seseorang apabila dapat menolong orang lain dan membantu meringankan penderitaan orang
lain.
“Perilaku prososial” mengacu pada tindakan sukarela yang dimaksudkan untuk
membantu atau menguntungkan individu atau kelompok individu lain. Perilaku prososial
didefinisikan dalam hal konsekuensi yang dimaksudkan untuk orang lain; mereka dilakukan
secara sukarela daripada di bawah tekanan. Meskipun tindakan prososial dimaksudkan untuk
memiliki konsekuensi positif bagi orang lain, tindakan tersebut dapat dilakukan karena
berbagai alasan. Misalnya, seorang individu mungkin termotivasi untuk membantu seseorang
karena alasan egois (untuk mendapatkan hadiah), untuk mendapatkan persetujuan orang lain,
atau karena dia benar-benar simpatik atau peduli pada orang lain. Kita semua tahu tentang
contoh membantu, berbagi, atau menghibur di mana orang-orang yang membantu tampaknya
memiliki motif tersembunyi; sama halnya, kita dapat memikirkan contoh di mana seorang
penolong atau dermawan tampaknya benar-benar peduli dengan kesejahteraan orang lain
(berorientasi pada orang lain).
Perilaku prososial digunakan untuk mengacu pada tindakan moral yang digambarkan
secara kultural seperti berbagi, membantu orang yang membutuhkan, bekerjasama dengan
orang lain, dan mengungkapkan simpati. Untuk bertindak sesuai dengan norma yang
dipelajari, Individu harus memahami kebutuhan orang lain, menafsirkannya secara akurat,
dan mengenali bahwa orang lain dapat dibantu. Selain itu, Individu harus merasa kompeten
dalam situasi ini, yaitu mampu memberikan apa yang dibutuhkan, dan biaya atau risiko yang
ditimbulkan dalam membantu tidak boleh menjadi penghalang (Eisenberg N. , 1986)

Menurut (Mussen P. H., 1989) berbagai perilaku prososial memiliki beberapa macam bentuk,
antara lain:
a. Berbagi (Sharing), yaitu kesediaan dalam berbagi perasaan dengan orang lain baik
dalam suasana suka maupun duka. Berbagi juga dilakukan apabila penerima
menunjukkan minat sebelum tindakan berlangsung melalui adanya dukungan verbal
dan fisik.
b. Menolong (Helping), yaitu kesediaan untuk membantu atau menolong orang lain yang
sedang mengalami kesulitan. Bentuk pertolongan juga meliputi perilaku membantu
orang lain, memberi informasi, menawarkan bantuan kepada orang lain atau
melakukan suatu hal yang menunjang berlangsungnya kegiatan orang lain.
c. Kerjasama (Cooperating), yaitu bersedia bekerjasama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu. Kerjasama umumnya mencakup hal yang saling
menguntungkan, saling memberi, saling membantu.
d. Bertindak jujur (Honesty), yaitu melakukan suatu hal dengan apa adanya tanpa
bertindak curang sesuai dengan situasi yang nyata.
e. Kedermawanan (Generosity), yaitu suatu perilaku yang dilakukan atas dasar
kesadaran diri sendiri, dan kedermawanan juga menunjukkan adanya rasa
kemanusiaan karena telah memberikan sebagian barang atau makanan kepada
sekelompok individu lain yang membutuhkan.
Dari beberapa aspek di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap individu memiliki kemampuan
perilaku prososial yang berbeda-beda, seperti halnya berbagi, menolong, bekerjasama, dan
lainnya.

1.8 Kerangka Wawancara


Definisi Operasional
Perilaku prososial yaitu perbuatan yang memiliki manfaat bagi orang lain. Perilaku Prososial
memiliki banyak bentuk, seperti berbagi dapat dilihat dengan kesediaan untuk berbagi
perasaan dengan orang lain dalam suasana senang atau sedih, membantu dapat dilihat dengan
membantu orang lain atau menawarkan bantuan, bekerjasama, memberi, menolong,
menenagkan orang lain, berprilaku jujur tidak membohongi orang lain, melakukan sukarela
memberikan barang kepada orang lain.

Guideline Wawancara:

Dimensi Indikator Item Pertanyaan Jawaban

Berbagi Berbagi dengan 1. Apakah berbagi pada


(Sharing) orang lain
sesama merupakan hal
penting? Mengapa?
2. Ketika ada teman yang
kebingungan mencari
bantuan, bagaimana
tindakan anda?
3. Bagaimana tanggapan
anda mengenai kesulitan
yang dialami oleh orang
lain?
4. Bagaimana tindakan anda
jika ada teman yang
kehabisan bekal nya?
5. Pada saat apa anda
melakukan sumbangan?

Menolong Menawarkan 1. Bagaimana sikap anda


(Helping) Bantuan
jika melihat orang yang
sedang mengalami
musibah/ membutuhkan
bantuan?
2. Apakah anda pernah
ditolong oleh orang lain
atau teman? Dalam hal
apa?
3. Sejauh mana anda
menolong sesama teman?
4. Jika seseorang
membutuhkan bantuan
dalam kondisi mencekam,
apakah anda tetap ingin
menolongnya?
5. Apakah anda
mengharapkan balasan/
imbalan pada setiap
pertolongan yang
diberikan Mengapa?
6. Bagaimana cara anda
untuk menolong orang
tersebut?
7. Apakah anda merasa
biasa saja saat
mengetahui seseorang
membutuhkan bantuan?

Kerjasama Saling 1. Bagaimana sikap anda


(Cooperating) Berkontribusi
jika sedang dalam
keadaan terburu-buru
namun melihat teman
atau orang lain yang
sedang membutuhkan
bantuan?
2. Bentuk-bentuk kerjasama
apa yang biasanya
dilakukan?
3. Ketika ada teman yang
sedang mengalami
musibah (mogok) namun
sudah ada yang
membantunya, apakah
anda tetap ingin berhenti
menawarkan bantuan?
Mengapa?

Bertindak jujur Bersikap dengan


(Honesty) Jujur 1. Pernahkah anda menolak
bantuan kepada
teman/orang lain?
Mengapa?
2. Kebiasaan apa yang
masih dilakukan anda
dari dulu hingga
sekarang?
3. Apakah anda merasa
bersalah jika tidak
berperilaku prososial?
4. Apakah mood
mempengaruhi perilaku
anda dalam berprososial?
Mengapa?

Kedermawanan Memberikan
(Generosity) bantuan/sebagian 1. Bagaimana cara anda
barang memberi perhatian
kepada seseorang yang
membutuhkannya?
2. Apakah anda merasa
bertanggung jawab
(melakukan yang terbaik)
terhadap teman sebaya
ataupun orang lain?
Mengapa?
3. Apakah anda harus selalu
menolong orang lain?
Mengapa?
4. Apah anda pernah
berbagi makanan kepada
orang yang
membutuhkan?

II. Status Praesense


2.2.1 Status Fisik
Konstitusi tubuh :
● Tinggi/tomboy/bersisi
● Tinggi badan : 161 m
● Berat badan : 67 kg
● Kesan : Leptosome/pycnish, dsb

Kondisi tubuh :
● terlihat bersih
● Keadaan sehat bersemangat
● Kondisi tertentu/khas : gemuk
● Kesan pertama/first impact : menarik dan asik

2.2. 2 Status Psikis


● Kesadaran : compos metis tingkat kesadaran normal
● Tampilan diri/sikap : Percaya diri dan semangat
● Penampilan luar : cara berpakaian rapi, berpenampilan tomboy, tidak make up,
memakai kerudung hitam
●  Gejala-gejala lain : -
III. PROSES WAWANCARA

PERTANYAAN/
NO KATEGORI
PERNYATAAN

E-ex E-in Ev A O I S F Adv M

1. Iter : Assalamualaikum ✓

Itee : Waalaikumsalam

2. Iter : Hallo selamat siang ✓

Itee : Siang juga

3. Iter : Boleh tau namanya ✓ ✓


siapa?

Itee : Boleh, nama saya


devri lidelia

4. Iter : Gimana kabar devri ✓ ✓


hari ini?

Itee : Alhamdulillah baik

5. Iter : Oh baik, sebelum ✓ ✓


saya memasuki sesi
pertanyaan apakah boleh
meminta waktu devri
sebentar?

Itee : Iyah boleh silahkan


6. Iter : Baik, apakah boleh ✓ ✓
devri menceritakan diri
devri terlebih dahulu?

Itee : Iyah, jadi aku tuh


devri, asli dari sumedang
cuma sekarang netep nya di
Bandung karena aku kuliah
di unisba gitu

7. Iter : Baik, sekarang masuk ✓ ✓


ke sesi pertanyaan yah.
Apakah berbagi pada
sesama merupakan hal yang
penting bagi devri?
Mengapa?

Itee : Iyah penting banget


karena dari berbagi kita
bisa menolong banyak
orang

8. Iter : Terus ketika ada ✓ ✓


teman yang kebingungan
mencari bantuan,
bagaimana tindakan anda?

Itee : ee.. aku tolongin


sampe dia merasa terbantu
9. Iter : Bagaimana ✓
tanggapan devri mengenai
kesulitan yang dialami oleh
orang lain?

Itee : Jadi tanggapan aku


tuh kalo ada orang lagi
kesusahan ya aku ngerasa
kasihan sama pengen
bantuin

10. Iter : Bagaimana tindakan ✓ ✓


devri jika ada teman yang
kehabisan bekal nya,
makanan nya atau apapun
itu deh? Apa yang devri
lakukan buat teman?

Itee : ee.. aku kalo yang


abis bekel nya kaya gitu ya
kalo aku ada uang aku
traktir makanan juga sama
aku teraktir

11. Iter : Pada saat apa Devri ✓


melakukan sumbangan
kepada orang?

Itee : Pada saat mereka di


keadaan yang susah, ee..
kalo sumbangan dan yang
lain lain engga, aku cuma
ya bantuin antar teman aja
gitu

Iter : Baik. Bagaimana


12. ✓
sikap Devri jika melihat
orang yang sedang
mengalami
musibah/membutuhkan
bantuan?
Itee : Sikap aku kalo aku
bisa tolong ya bakal
secepatnya aku tolongin

13. Iter : Apakah Devri pernah ✓ ✓


ditolong oleh orang lain
atau teman? Dalam hal
apa?

Itee : ee.. aku pernah


ditolong orang lain dalam
banyak hal sih, makanan
pernah, uang pernah, terus
cerita juga pernah

14. Iter : Sejauh mana Devri ✓ ✓


menolong sesama teman?

Itee : ee.. sebenernya aku


sama temen peduli banget
sih sama yang bener-bener
temen gitu, jadi ya.. kalo
dia lagi susah aku pasti
tolongin temen aku gitu
Iter : Jika seseorang
15. ✓ ✓
membutuhkan bantuan
dalam kondisi mencekam,
apakah Devri tetap ingin
menolongnya?

Itee : ee.. kalo yang


bener-bener mendesak ya
mungkin aku gabisa
tolongin kalo emang
bener-bener mendesak kan,
tapi ya.. kalo ga mendesak
mah pasti aku tolongin

Iter : Apakah Devri


16. ✓ ✓
mengharapkan balasan/
imbalan pada setiap
pertolongan yang diberikan
Mengapa?
Itee : ee.. Kalo dari orang
nya sih aku engga
mengharapkan apa-apa. Ya
semoga aja we ada
kebaikan dateng ke aku
gitu, jadi dari Allah gitu
bukan dari orang

Iter : Bagaimana cara


17. ✓ ✓
Devri untuk menolong
orang tersebut?
Itee : Ya.. kalo dia lagi
butuh uang ya aku kasi
uang, kalo butuh dijajanin
ya aku pasti jajanin
Iter : Devri suka merasa
18. ✓
biasa saja tidak saat
mengetahui seseorang
membutuhkan bantuan?
Itee : Aku kadang kalo
orang nya yang emang
bener-bener ga deket sama
aku atau aku kurang kenal
gitu ya.. paling aku cuma
ngerasa kasian doing
gitutapi engga berniat untuk
menolong gitu.

Iter : Terus Devri suka


19. ✓ ✓
merasa keberatan tidak saat
menolong orang lain?
Itee : Ya.. gimana kondisi
sih, kalo misalnya aku nya
lagi sibuk ya bisa aja aku
keberatan gitu tolongin
orang itu

Iter : Bagaimana sikap


20. ✓ ✓
anda jika sedang dalam
keadaan terburu-buru
namun melihat teman atau
orang lain yang sedang
membutuhkan bantuan?
Itee : ee.. kalo emang
buru-buru banget ya
mungkin aku bisa aja sih
cuek, tapi kalo yang ga
buru-buru banget ya sebisa
mungkin lah di bnatuin
Iter : Bentuk-bentuk
21. ✓
kerjasama apa yang
biasanya dilakukan?
Itee : Kerjasama ya.. paling
nugas kalo kerjasama kaya
nyelesain tugas atau engga
ee.. praktek-praktek gitu
nyelesain praktek nya gitu
paling

Iter : Ketika ada teman


22. ✓ ✓
yang sedang mengalami
musibah (mogok) gitu ya
motor nya namun sudah
ada yang membantunya,
apakah Devri tetap ingin
berhenti menawarkan
bantuan? Mengapa?
Itee : ya.. kalo dia gaada
yang bantin, ya aku cariin
kalo aku ga buru-buru aku
ya.. cariin bengkel sampe
bisa bener lagi itu motornya

Iter : Pernahkah Devri


23. ✓ ✓
menolak bantuan kepada
teman/orang lain?
Mengapa?
Itee : ee.. pernah pernah,
kalo ini kalo emang kaya
aku masih bisa sendiri ya
aku tolak weh da gaenak
Iter : Kebiasaan apa yang
24. ✓ ✓
masih dilakukan Devri dari
dulu hingga sekarang?
Itee : ee.. olahraga paling,
badminton aku suka dari
dulu banget

Iter : Apakah Devri merasa


25. ✓ ✓
bersalah jika tidak
berperilaku prososial?
Itee : ee.. iyah ngerasa
bersalah lah karena ee.. aku
gabisa berguna gitu bagi
orang apalgi temen

Iter : Apakah mood


26. ✓ ✓
mempengaruhi perilaku
Devri dalam berprososial?
Mengapa?
Itee : Iyah, mempengaruhi
karena aku kalo ga mood
suka jadi ga mood weh
ngapa-ngapain teh gitu, jadi
mood mempengaruhi

Iter : Malah jadi suka


27. ✓ ✓
males gitu ya?
Itee : Iyah, suka males
ngapa-ngapain gitu
Iter : Bagaimana cara
28 ✓
Devri memberi perhatian
kepada seseorang yang
membutuhkannya?
Itee : Memberi perhatian
kepada teman yang
membutuhkan, ya.. aku
selalu ada untuk dia gitu.

Iter : Perhatian nya apa?


29. ✓
yang biasanya Devri kasih
gitu
Itee : Perhatian nya ya.. apa
ya aku tuh sebenernya
orang nya kaya buat
perhatian kaya gataulah aku
perhatian apa engga ya
pokonya aku selalu ada aja
kalo dia bilang misalnya
butuh aku gitu

Iter : Apakah Devri merasa


30. ✓ ✓
bertanggung jawab
(melakukan yang terbaik)
terhadap teman sebaya
ataupun orang lain?
Mengapa?
Itee : Iya, ee.. bertanggung
jawab banget kalo ke
temen-temen karena ya..
aku pengen jadi temen yang
baik lah buat mereka gitu,
jadi mereka happy gitu
sama aku nya juga

Iter : Apakah Devri harus


31 ✓
selalu menolong orang
lain? Mengapa?
Itee : Harus lah, kan
sebaik-baik nya manusia
yang bermanfaat bagi orang
lain gitu

Iter : Terus tadi pertanyaan


32. ✓ ✓ ✓
udah ya, apakah Devri
pernah berbagi makanan
kepada orang yang
membutuhkan?
Itee : ee.. aku Ramadhan
kemarin pernah ini
bagi-bagi takjil sama anak
angktan, pernah bearti

Iter : Baik, terimakasih ya


33. ✓
devri waktunya sudah mau
di wawancara
Itee : Iyah sama-sama

Iter : Assalamualaikum
34. ✓
Itee : Waalaikumsalam
Penilaian Kualitas Interview
1. Kuantitatif
𝑂+𝐸−𝑖𝑛
Rumus : 𝑁−(𝐹+𝑆) ×100%≥60%

𝑂+𝐸𝑖𝑛
Nilai interview = 𝑁−(𝐹+𝑆)
×100%
1 +28
= 57−(5+21)
×100%
30
= 57−26
×100%
30
= 31
×100%

= 0, 96×100%
= 96%
2. Kualitatif
Penilaian secara kualitatif terhadap wawancara ini dapat dilihat dari norma
wawancara yang sudah ditentukan, yaitu telah terpenuhinya norma free attitude. Salah
satu norma dalam wawancara ini dapat dilihat dari kecenderungan munculnya 10
kategori yang Vrolijk sebut sebagai reaksi verbal, yaitu : E-ex (eksplorasi eksternal),
E-in (Eksplorasi internal), O (Ordening), I (Informasi), S (Sisipan), F (Formal), Ev
(Evaluasi), A (Asumsi), Adv (Advice) dan M (Menentramkan).
Secara norma A dan Ev tidak boleh ada dalam wawancara ini, dan hal ini telah
interviewer penuhi. Selain itu E-ex pun dilakukan hanya pada pernyataan mula saja,
selebihnya interviewer lebih banyak menggunakan E-in, yaitu sebanyak 29 kali. Pada
dasarnya E-in ini digunakan untuk menggali hal-hal yang dirasa perlu di eksplor lebih
jauh dari pernyataan interviewee.
Dalam mengawali dan mengakhiri wawancara ini pun interviewer banyak
menggunakan reaksi verbal Sisipan (S) untuk membangun rasa nyaman dan merasa di
hargai dalam setiap jawaban interviewee . Adapun S yang dilakukan sebanyak 21 kali,
selain itu interviewer mencoba banyak melakukan Ordening berupa Content response
dan Echo response, juga kalimat-kalimat Formil semisal “ Assalamualaikum, Selamat
pagi”, dsb. Sebagai bentuk respon membangun hubungan yang baik dengan
interviewee.
III. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada hari Kamis, taggal 16 Juni 2022
itee merupakan seorang mahasiswa yang sedang berkuliah di Universitas Islam Bandung.
Berdasarkan hasil dari wawancara yang telah dilakukan secara keseluruhan menunjukan
angka sesebesar 96% selama proses wawancara berlangsung. Pada proses wawancara itee
dapat menjawab pertanyaan yang di ajukan dengan rasa percaya diri hal ini terlihat dari
cara duduk yang tegap dan sering juga melakukan kontak mata dengan iter sehingga iter
mendapatkan informasi diri itee dari awal hingga akhir proses wawancara berlangsung.
Dan itee juga sangat ramah, sopan dan cara berpakaiannya yang rapih, dan juga bersih.
Itee membentuk perilaku prososial dalam gaya hidup nya dengan tolong menolong
biasannya perilaku prososial terjadi dilingkungan yang terkadang setiap orang
membutuhkan bantuan dari orang lain dengan cara yang sederhana seperti memberi
perhatian, berbagi, menawarkan bantuan, dan saling menolong. Itee dapat bersosialisasi
dengan teman-teman dan akan lebih mudah untuk melakukan perilaku prososial dan gaya
hidup yang bertujuan untuk menjadi pusat perhatian dari kelompoknya. Tetapi para
remaja juga suka saling menolong jika salah satu dari mereka belum mampu memenuhi
apa yang ia inginkan maka teman yang lain akan membantunya.
Sudah dibuktikan dalam wawancara ini bahwa dukungan sosial teman sebaya mampu
mempengaruhi perilaku prososial remaja, semakin tinggi kematangan emosi dan
dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi juga perilaku prososial remaja.
Sedangkan untuk meningkatkan dukungan sosial teman sebayanya dengan mendapatkan
perhatian, mendapat kehangatan dalam kelompok teman sebayanya, mendapat dukungan
untuk terus maju, mendapat dukungan yang positif. Dari semua cara tersebut remaja dapat
meningkatkan perilaku prososialnya dengan baik.

Bandung, 19 Juni 2022

SALWA AZIZAH SIRADZ


200207251

Anda mungkin juga menyukai