Anda di halaman 1dari 49

1.

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Secara umum dikatakan anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan
anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa
seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan
tetap dikatakan anak. Sedangkan pengertian anak dalam UUD 1945 terdapat di dalam
pasal 34 yang berbunyi: Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara
Hal ini mengandung makna bahwa anak adalah subjek hukum dari hukum nasional
yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan anak.
Dengan kata lain anak tersebut merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat
Terhadap pengertian anak menurut UUD 1945 ini, Irma Setyowati Soemitri, SH
menjabarkan sebagai berikut. ketentuan UUD 1945, ditegaskan pengaturanya dengan
dikeluarkanya UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, yang berarti makna
anak (pengertian tentang anak) yaitu seseorang yang harus memproleh hak-hak yang
kemudian hak-hak tersebut dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan
wajar baik secara rahasia, jasmaniah, maupun sosial. Atau anak juga berahak atas
pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosial.Anak juga berhak
atas pemelihraan dan perlindungan baik semasa dalam kandungan maupun sesuadah ia
dilahirkan .

Banyak orang yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang
terpanjang dalam rentang kehidupan, saat di mana individu relatif tidak berdaya dan
tergantung pada orang lain. Masa kanak-kanak dimulai setelah masa bayi yang penuh
ketergantungan , yakni kira-kira usia dua tahun sampai saat anak matang secara seksual,
kira-kira tiga belas tahun untuk wanita dan empat belas tahun untuk pria. Akan tetapi
pada observasi yang saya lakukan pada kesempatan ini, saya ingin mengamati pola
perilaku prososial dan tahap perkembangan emosi anak pada usia 4-5 tahun.

Kondisi anak yang lemah secara emosional akan menjadi dampak buruk dan
cermin yang negatif bagi kemajuan suatu bangsa. Budaya Indonesia masa kini
memberikan penilaian yang tinggi terhadap kepribadian seseorang. Peranan lingkungan

1
sosial yang baik pada anak, akan berdampak positif pada anak sehingga anak cendrung
lebih sosial dan memiliki penyesuaian diri yang baik. Perilaku anak yang lebih sosial
terhadap keluarga, teman sebaya maupun lingkungan sosial lainnya tentunya akan
menampakkan lebih dalam perilaku menolong baik terhadap diri maupun orang lain.
perilaku menolong ini dalam dunia psikologi lebih dikenal dengan perilaku prososial
yaitu perilaku yang menguntungkan penerima, tetapi tidak memiliki keuntungan yang
jelas bagi pelakunya (Staub, 1978 ; dalam Baron & Bryne, 2003). Perilaku prososial
adalah sebagai tindakan sosial, rasa perhatian, penghargaan, kasih sayang, kesetiaan,
serta bantuan yang diberikan pada orang lain yang dilakukan dengan suka rela tanpa
pamrih. Perilaku prososial ialah tindakan sukarela yang dilakukan sesorang atau
sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun atau
perasaan telah melakukan kebaikan. Perilaku prososial berkisar dari tindakan yang tidak
mementingkan diri sendiri atau tanpa pamrih sampai tindakan menolong yang
sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri sendiri (Rusthon, 1980)

Dari finding Observation yang saya lakukan pada hari jumat tanggal 30
November 2014 jam 08.30 di RA Al-Iman Gunung Pati semarang. Saya melihat dan
mengamati bahwasanya pola perilaku yang anak tampilkan sungguh beragam. Sebagai
contoh pada saat saya sedang duduk di taman bermain RA Al-iman Gunung Pati
semarang saya melihat dua anak laki-laki sedang bermain kejar-kejaran di depan
kelasnya karena sedang asyiknya bermain dan tidak memberhatikan teman-teman lain
yang ada disekitarnya, salah satu anak yang sedang berlarian tersebut tidak sengaja
menjatuhkan bekal nasi seorang anak perempuan karena tersenggol oleh anak laki-laki
tersebut akibatnya bekal yang berisi nasi tersebut jatuh berserakan di lantai. Dan tanpa
sepemikiran saya ternyata anak laki-laki yang mejatuhkan nasi tersebut langsung
mengambil sapu dan membantu membersihkan bekal nasi yang jatuh tersebut. Tetapi
yang saya lihat disana, tidak hanya anak yang menjatuhkan bekal saja yang menyapu
akan tetapi teman yang tadi bermain kejar-kejaran juga ikut membantu membersihkan
bekal yang jatuh tersebut. fenomena atau kejadian tersebut dapat disimpulkan bahwa apa
yang dilakukan anak tersebut melakukan hal yang positif yaitu dengan menolong

2
temannya. Hal inilah yang menurut saya kedepannya akan membentuk kepribadian pada
diri anak tersebut. Semakin baik keperibadian anak sekarang maka semakin baik pula
kehidupan masa depan bangsa.Begitu pula sebaliknya, Apabila keperibadian anak
tersebut buruk maka akan bobrok pula kehidupan bangsa yang akan datang.

Dari beberapa penjelasan diatas, peneliti/observer menyimpulkan bahwa


perilaku prososial memilki ciri-ciri perilaku atau perbuatan yang dilakukan secara
sukarela atas keinginan pelaku sendiri dan bermaksud ingin memberi manfaat positif
terhadap orang yang dikenal perbuatan tersebut, seperti sikap menolong, membantu
teman, dan berbagi dengan temannya. Hal inilah yang memberi inspirasi kepada
penulis untuk mengidentifikasi pola perilau prososial pada anak usia 4-5 tahun di RA
Al-iman Gunung Pati Semarang.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Pola perilaku prososial apa saja yang tampak pada anak usia 4-5 tahun di RA Al
Iman Gunung Pati semarang ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengarhi pola perilaku prososial pada anak usia
4-5 tahun di RA-Iman Gunung Pati Semarang ?

1.3. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pola perilaku prososial apa saja yang tampak pada anak usia 4-
5 tahun di RA Al-Iman Gunung Pati semarang.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola perilaku prososial pada
anak usia 4-5 tahun di RA Al-Iman Gunung Pati Semarang

1.4. MANFAAT
1. Dengan observasi di lapangan, observer akan lebih mampu memahami konteks
perilaku prososial pada anak 4-5 tahun secara lengkap dan akurat dalam situasi
sosial, jadi akan dapat diperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

3
2. Dengan observasi yang dilakukan, observer dapat menganalisis dan menafsirkan
suatu fakta, gejala dan peristiwa prososial pada anak usia 4-5 tahun yang terjadi di
lapangan sebagaimana adanya dalam konteks yang ditunjukkan secara alami.
3. Memberikan manfaat yang positif bagi masyarakat khususnya guru dan orang tua
yang ada di RA Al Iman Gunung Pati Semarang tentang sejauh mana
perkembangan perilaku prososial anak usia 4-5 tahun, sehingga para guru dan
orang tua mengembangkan perilaku prososial secara sederhana.
4. Menambah kajian tentang perilaku prososial pada anak usia 4-5 tahun.

2. LANDASAN TEORI

2.1. TEORI PERILAKU PROSOSIAL

2.1.1. Definisi Perilaku Prosisoal


Perilaku prososial atau tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari dapat
dipahami sebagai segala perilaku yang memberi manfaat pada orang lain. Tingkah
laku prososial (Prosocial Behavior) dapat diartikan juga sebagai segala tindakan
apapun yang menguntungkan orang lain. Secara umum istilah ini diaplikasikan pada
tindakan yang tidak menyediakan keuntungan langsung pada orang yang melakukan
tindakan tersebut, dan bahkan mengandung derajat resiko tertentu (Baron & Byrne,
2005). William (dalam Dayaskini, 2009) membatasi perilaku prososial secara lebih
rinci sebagai perilaku yang memiliki intens untuk mengubah keadaan fisik atau
psikologis penerima bantuan dari kurang baik menjadi lebih baik, dalam arti secara
material maupun psikologis. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa perilaku prososial
bertujuan untuk membantu meningkatkan well being orang lain, dikarenakan
seseorang yang melakukan tindakan prososial turut mensejahterakan dan
membahagiakan kehidupan orang atau penerima bantuan.

Batson (dalam Taylor. dkk, 2009) mengemukakan prosocial


behavior (perilaku prososial) adalah kategori yang lebih luas, ia mencakup pada
setiap tindakan yang membantu atau dirancang untuk membantu orang lain, terlepas

4
dari motif si penolong. Banyak tindakan prososial bukan tindakan altruistik.

Berbeda halnya dengan istilah altruisme yang sejati adalah kepedulian yang
tidak mementingkan diri sendiri melainkan untuk kebaikan orang lain (Baron &
Byrne, 2005). Altruisme adalah tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapakan imbalan apapun,
kecuali mungkin perasaan telah melakukan kebaikan, Perilaku prososial bisa dimulai
dari tindakan altruisme tanpa pamrih sampai tindakan oleh pamrih atau yang di
motivasi kepentingan pribadi (Taylor. dkk, 2009).
Rushton (dalam Sears. dkk, 2005) mengemukakan bahwa perilaku prososial
berkisar dari tindakan altruisme yang tidak mementingkan diri sendiri atau tanpa
pamrih sampai tindakan menolong yang sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan diri
sendiri. Lebih jelasnya, menurut Faturochman (2006) pengertian perilaku prososial
sedikit berbeda dengan altruisme, yaitu dengan lebih menekankan pada adanya
keuntungan pada pihak yang diberi pertolongan. Perilaku prososial didefinisikan
sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain. Bentuk yang
paling jelas dari prososial adalah perilaku menolong. Lebih spesifik lagi, Eisenberg
dan Mussen( dalam dayakisni 2009) memberi pengertian perilaku prososial
mencakup pada tindakan-tindakan : sharing ( membagi),cooperative ( kerjasama),
donating (menyumbang), helping ( menolong), honesty (kejujuran), generosity
(kedermawanan), serta mempertimbangkan hak dan kesehjateraan rang lain.
Dayaskini mendefinisikan perilaku prososial adalah segala bentuk perilaku yang
memberikan konsekuensi positif bagi si penerima, baik dalam bentuk materi, fisik
ataupun psikologis tetapi tidak memiliki keuntungan yang jelas bagi pemiliknya.
Dari beberapa penjelasan oleh ahli diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku
prososial merupakan perilaku yang memberikan manfaat kepada orang lain, baik
dilakukan secara sukarela sampai tindakan oleh pamrih atau yang di motivasi
kepentingan pribadi

5
2.1.2. Faktor-faktor yang melandasi perilaku prososial
Sears, dkk (2004) berpendapat bahwa orang yang menolong harus
mempersepsi dibutuhkannya pertolongan, memikul tanggung jawab pribadi,
mempertimbangkan untung-rugi, dan memutuskan bagaimana cara untuk menolong.
Berikut beberapa faktor-faktor menurut Sears,dkk (2004), yang
mempengaruhi perilaku prososial, antara lain : (a) karakteristik situasi, yang
meliputi : kehadiran orang lain, sifat lingkungan, tekanan waktu; (b) karakteristik
penolong, yang meliputi : kepribadian, suasana hati, rasa bersalah, distress diri dan
rasa empatik; kepribadian, (c) karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan.

Faktor lain yang mendukung timbulnya perilaku prososial menurut


Dayakisni dan Hudaniah (2003) diantaranya :
(a) Faktor situasional, dimana di dalamnya terdapat beberapa faktor yang lebih
spesifik, seperti kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan,
pengalaman, kejelasan stimulis, adanya norma-norma sosial dan hubungan
antara calon penolong dengan korban.
Berikut adalah pengaruh dari faktor situasional :
Bystander
Bystander atau orang-orang yang berada disekitar tempat
kejadian mempunyai peran sangat besar dalam mempengaruhi
seseorang saat memutuskan antara menolong atau tidak ketika
dihadapkan pada keadaan darurat.
Untuk menjelaskan gejala ini, Darley dan Latane (1969) telah
melakukan eksperimen dengan menciptakan keadaan darurat dalam
laboratorium penelitian mereka. Mereka mengatur jumlah dan
keragaman individu bystander yang hadir berbeda-beda dan kemudian
menilai apakah jumlah bystander tersebut memiliki pengaruh terhadap
respons menolong atau tidak. Terbukti bahwa efek bystander memang
terjadi.

6
Daya tarik
Sejauh mana seseorang mengevaluasi korban secara positif(
memiliki daya tarik) akan mempengaruhi kesediaan orang untuk
memberikan bantuan. Apapun faktor yang dapat meningkatkan
ketertarikan bystander kepada korban, akan meningkatkan kemngkinan
terjadinya respons untuk menolong (clark,dkk,1987, dalam
baron,Byrne, Branscombe, 2006). Pada umumnya orang akan
menolong anggota kelompoknya terlebih dahulu (in group), baru
kemudian menolong orang lain (out group), karena sebagai suatu
kelompok tentunya ada beberapa kesamaan dalam diri mereka yang
mengikat mereka dalam suatu kelompok.
Atribusi terhadap korban
Seseorang akan termotivas untuk memberikan bantuan pada
orang lain bila ia mengasumsikan bahwa ketidakberuntungan korban
adalah diluar kendali korban( Weiner,1980). Oleh karena itu,
seseorang akan lebih bersedia memberikan sumbangan kepada
pengemis yang cacat dan tua dibandingkan pengemis yang sehat dan
muda. Dengan demikian, pertolongan tidak akan diberikan bila
bystander mengasumsikan kejadian yang kurang menguntungkan pada
korban adalah akibat kesalahan korban sendiri( atribusi internal)
Ada model
Adanya model yang melakukan tingkah laku menolong dapat
mendorong seseorang untuk memberikan pertolongan pada orang
lain.cotoh dalam kejadian sehari-hari, misalnya banyak tempat-tempat
seperti rumah makan atau pasar swalayan yang menyediakan kotak
amal dan sudah ada uang didalamnya, hal initentunya dimaksudkan
untuk menarik perhatian pengunjung yang datang ke tempat itu agar
mau turut menyumbang.

7
Desakan waktu
Orang yang sibuk dan tergesa-gesa cenderung tidak mnolong,
sedangkan orang yang punya waktu luang lebih besar kemungkinannya
untuk memberikan pertolongan kepada yang memerlukannya.
Sifat kebutuhan korban
Kesediaan untuk menolong dipengaruhi oleh kejelasan bahwa
korban benar-benar membutuhkan pertolongan(clarity of need), korban
memang layak mendapatkan bantuan yang dibutuhkan( legitimate of
need). Dan bukanlah tanggung jawab korban sehingga ia memerlukan
bantuan dari orang lain. Dengan demikian, orang yang meminta
pertolongan akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk
ditolong dari pada orang yang tidak meminta pertolongan(walau
sesungguhnya ia juga membutuhkan pertolongan) karena permintaan
tolong korban membuat situasi pertolongan menjadi tidak ambigu.
Namun demikian, bantuan yang diperlukan harus dinilai layak oleh
penolong.
(b) Faktor personal/dalam diri merupakan karakteristik kepribadian yang
menunjukkan kemungkinan munculnya perilaku prososial
Berikut adalah pengaruh dari dalam diri :
Suasana hati (mood)
Emosi seseorang dapat mempengaruhi kecenderungannya
untuk menolong. Emosi positif secara umum meningkatkan tingkah
laku menolong.Namun, jika situasinnya tidak jelas (ambigu), maka
orang yang sedang bahagia cenderung untuk mengasumsikan bahwa
tidak ada keadaan darurat sehingga tidak menolong. Pada emosi
negative, seseorang yang sedang sedih mempunyai kemungkinan
menolong yang lebih kecil. Namun, jika dengan menolong dapat
membuat suasana hati lebih baik, maka dia akan memberikan
pertolongan.

8
Sifat
Beberapa penelitian membuktikan terdapat hubungan antara
karakteristik seseorang dengan kecenderungannya untuk menolong.
Orang yang mempunyai sifat pemaaf, ia akan mempunyai
kecenderungan mudah menolong. Orang yang mempunyai
pemantauan diri yang tinggi juga cenderung lebih penolong, karena
dengan menolong, ia akan memperoleh penghargaan social yang lebih
tinggi.Beberapa karakteristik lainnya yang mendukung tingkah laku
menolong adalah kebutuhan akan persetujuan. Individu yang
kebutuhannya akan pujian ataupun tanda-tanda penghargaan lainnya
sangat tinggi, jika situasi menolong memberikan peluang untuk
mendapatkan penghargaan bagi dirinya, maka ia akan meningkatkan
tingkah laku menolongnya.
Jenis kelamin
Peranan gender terhadap kecenderungan seseorang untuk
menolong sangat bergantung pada situasi dan bentuk pertolongan yang
dibituhkan. Laki-laki cenderung lebih mau terlobat dalam aktivitas
menolong pada situasi darurat yang membahayakan, misalnya
menolong orang dalam kebakaran. Hal ini tampaknya terkait dengan
peran tradisional laki-laki, yaitu laik0laki dipandang lebih kuat dan
lebih mempunyai keterampilan untuk melindungi diri. Sementara
perempuan, lebih terampil menolong pada situasi yang bersifat
memberi dukungan emosi, merawat, dan mengasuh.
Tempat tinggal
Orang yang tinggl di daerah pedesaan cenderung lebih
penolong daripada orang yang tinggal didaerah perkotaan.hal ini dapat
dijelaskan melali urban-overload hypothesis, yaitu orang0orang yang
tinggal di perkotaan terlalu banyak mendapat stimulasi dari
lingkungan. Oleh karenannya, ia harus selektif dalam menerima
paparan informasi yang sangat banyak agar bisa tetap mejalankan

9
peran-perannya dengan baik. Itulah sebabnya, diperkotaan, orang-
orang yang sibuk sering tidak peduli dengan kesulitan orang lain
karena ia sudah overload dengan beban tugasnya sehari-hari.
Secara umum dapat disimpulkan adanya dua faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku prososial, yaitu faktor situasional dan faktor karakteristik
sipenolong. Faktor situasi yang mempengaruhi perilaku prososial adalah kehadiran
orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan, pengalaman dan suasana hati,
kejelasan stimulus, norma-norma sosial, dan hubungan antara calon penolong
dengan calon korban. Faktor kepribadian yang mempengaruhi perilaku prososial
adalah seif-gain, suasana hati, rasa bersalah, distress diri dan rasa empatik.

2.1.3. Aspek-aspek perilaku prososial


Mussen (1994) ada beberapa aspek-aspek yang mencakup tindakan-tindakan
prososial, yaitu :
a. Berbagi ( sharing )
Memberikan kesempatan dan perhatian kepada orang lain untuk mencurahkan
keinginan dan isi hatinya ( Sears, dkk. 2004)
b. Bekerjasama ( cooperating )
Kesediaan melakukan aktifitas bersama-sama dengan orang lain (termasuk
didalamnya berdiskusi dan mempertimbangkan pendapat orang lain) guna
mencapai tujuan bersama. Bekerjasama dapat juga dikatakan sebagai usaha
bersama sekelompok orang demi kepentingan bersama ( pusat pembinaan
pengembangan bahasa, 1990 ).
c. Menolong ( helgpin )
Melakukan tindakan yang bertujuan untuk meringankan beban orang lain.
Seseorang yang berperilaku menolong akan mendapatkan kepuasaan setelah
melakukan tindakan tersebut (Sears, dkk. 2004)

10
d. Kejujuran ( honesty )
Tidak berlaku curang, tulus dan ikhlas dalam segala perbuatannya (Pusat
Pembinaan Pengembangan Bahasa, 1990). Menurut Wasito (1980) kejujuran
ialah tulus hati dan tidak suka berbohong.
e. Menyumbang ( donating )
Ikut membantu menyokong dengan tenaga dan pikirannya serta memberikan
sesuatu pada orang lain yang sedang membutukan, misalnya pembangunan panti
sosial. Tindakan ini biasanya timbul dari kemurahan hati seseorang, namun tidak
jarang juga yang melakukannya hanya untuk mendapatkan popularitas.
f. Dermawan ( generosity )
Keinginan seseorang untuk membantu orang lain yang sedang membutuhkan
(Sears, dkk. 2004)
g. Memperhatikan hak dan kesejahteraan orang lain.
Menunaikan apa yang mestinya diterima oleh orang lain, dalam berinteraksi
dengan orang lain kita harus melihat seberapa jauh hak-hak mereka bisa untuk
kita hargai selama hak-hak tersebut tidak mengganggu hak-hak kita (Sears, dkk
2004)
h. Memiliki kepedulian terhadap orang lain
Memiliki rasa simpati terhadap permasalahan yang dihadapi oleh orang lain dan
keinginan untuk membantu meskipun hanya untuk menghibur (Sears, dkk 2004.

Brigham (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) menyatakan bahwa perilaku


prososial mempunyai maksud untuk menyokong kesejhateraan orang lain.
Seseorang yang cendrung untuk berperilaku prososial biasanya memiliki harga
diri yang tinggi, rendahnya menghindari tanggung jawab, takut akan kehilangan
sesuatu seperti pujian dan dikucilkan serta adanya lokus kendali yang internal
(Wilson & Petruska,1991; dalamDayakisni & Hudaniah,2003).

11
2.2. TEORI BEHAVIORISME
Kaum behavioris mengemukakan alasan manusia memiliki jiwa penolong karena
seseorang diajarkan oleh lingkungan (masyarakat) untuk menolong dan untuk prbuatan
itu masyarakat menyediakan ganjaran positif, sehingga hal ini memaksakan pentingnya
atas proses belajar. Dalam masa perkembangan anak mempelajari norma masyarakat
tentang tindakan menolong.dirumah, disekolah dan di lingkungan masyarakat
mengajarakan pada anak bahwa mereka harus menolong orang lain Stimulus respon
diperkuat oleh sebuah reward (hadiah) dan punishment (hukuman)

2.3. TEORI PENGUKURAN SOSIAL ( Social Exchange Theory )


Dalam perkembangannya yang lebih baru, teori ini pada dasarnya adalah prinsip
sosial ekonomi. Setiap tindakan dilakukan orang dengan mempertimbangkan untung
ruginya. Bukan harus dalam arti material atau finansial, melainkan juga dalam bentuk
psikologis seperti memperoleh informasi pelayanan, status, penghargaan, perhatian dan
kasih sayang. Yang dimaksudkan dengan keuntungan adalah hasil yang diperoleh lebih
besar dari pada usaha yang dikeluarkan, sedangkan yang dimaksud dengan rugi adalah
jika hasil yang diperoleh lebih kecil dari usaha yng dikeluarkan. Berdasarkan prinsip
sosial ekonomi ini setiap perilaku pada dasarnya dilaksanakan dengan menggunakan
strategi minimax, Yaitu meminimalkan usaha dan memaksimalkan hasil agar di peroleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Perilaku menolong menurut teori ini tidak lepas dari
strategi minimax, karena itulah perilaku menolong biasanya mengikuti pola tertentu
dengan mempertimbangkan hasil dan kerugian yang diperoleh dari perilaku menolong.

2.4. TEORI EMPATI


Dalam teori ini mengatakan bahwa egoisme dan simpati berfungsi bersama -
sama dalam perilaku menolong, dari segi egoisme, perilaku menolong dapat mengurangi
ketegangan diri sendiri, sedangkan dari segi simpati. Perilaku menolong dapat
mengurangi penderitaan orang lain, gabungan dari keduanya dapat menjadi empati, yaitu
ikut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaanya sendiri

12
2.5. TEORI NORMA SOSIAL
Menurut teori ini, orang menolong karena diharuskan oleh norma-norma
masyarakat. Ada tiga macam norma sosial yang biasnya dijadikan pedoman untuk
berperilaku menolong, yaitu:

a. Norma timbal balik ( reciprocity norm)

Teori ini dikemukakan oleh Alvin Goulner seseorang tokoh sosiologi dan
dalam teori ini, ia berpendapat bahwa kita harus menolong orang lain yang
menolong kita. Jika kita sekarang menolong orang lain, maka kita pada suatu saat
akan ditolong orang pula

b. Norma tanggung jawab sosial (social responsibility norm)

Dalam teori ini mengatakan bahwa kita wajib menolong orang lain tanpa
mengharapkan balasan apapun, dimasa depan sebagai rasa tanggung jawab dalam
bersosialisasi dengan masyarakat. Norma ini menentukan bahwa seharusnya kita
membantu orang lain, sebab aturan agama dan moral dimasyarakat menekankan
kewjiban untuk saling bantu-membantu dan menolong orang lain.

c. Norma keseimbangan (harmonic norm)

Ini berlaku didunia timur mengatakan bahwa seluruh alam semesta harus
berada dalam keadaan yang seimbang, serasi dan selaras. Manusia harus membantu
untuk mempertahankan keseimbangan itu antara lain dalam bentuk perilaku
menolong.

2.6. TEORI EVOLUSI


Teori ini beranggapan bahwa prososial adalah dermi survival yakni
mempertahankan jenis dalam evolusi. Dalam prososial kecenderungan untuk menolong
orang lain, mempunyai nilai kelangsungan hidup yang tinggi bagi gen individu yang
lain:

13
a. Perlindungn kerabat (kin protection)

Hal ini menunjukkan bahwa secara alamiah setiap orang memang


cenderung membantu dan menolong orang lain yang ada pertalian darah dan
orang-orang yang terdekat dengan dirinya seperti dalam sebuah pengamatan
dalam berbagai bencana alam, musibah, dan peperangan diketahui bahwa orang
cenderung memberi pertolongan dalam urutan perioritas tertentu, yakni anak-
anak lebih didahulukan dari pada orang tua, keluarga lebih didahulukan dari
pada orang lain, kenalan lebih didahulukan dari pada orang asing, hal ini
membuktikan bahwa dalam perilaku altruisme terdapat naluri perlindungan
kekerabatan.

b. Timbal balik biologik (Biological resprocity)

Dalam teori evolusi inipun ada prinsip timbal balik, yaitu seseorang
cenderung menolong orang lain guna memperoleh pertolongan kembali pada
suatu masa yang akan datang.

c. Orientasi Seksual

Sacains dan fichter, mengemukakan bahwa dalam rangka mepertahankan


jenis ternyata kawan homoseksual lebih cenderung memiliki altuisme yang lebih
besar dari pada orang-orang heteroseksual. Penjelasan dari kenyataan ini adalah
kemungkinan bahwa kawan homoseksual lebih memerlukan pertolongan dalam
rangka mempertahankan jenisnya dari pada orang yang heteroseksual.

2.7. TEORI PERKEMBANGAN KOGNISI


Menurut paham ini tingkat perkembangan kognitif akan berpengruh pada
perilaku altruisme. Pada anak perilaku menolong lebih didasarkan, kepada
pertimbangan hasil. Semakin dewasa anak itu semakin tinggi kemampuannya untuik
berfikir abstrak, semakin mampu ia untuk mempertimbangkan usaha atau biaya yang
harus ia korbankan. Untuk perilaku menolong itu jika seseorang merasa mampu, maka ia

14
cenderung menolong jika seseorang merasa tidak mempu maka seseorang cenderung
utuk tidak menolong.

3. METODE PENGUMPULAN DATA

3.1. JENIS PENELITIAN


Pada observasi pola perilaku prososial pada anak usia 4-5 tahun di RA Al-Iman
Gunung Pati Semarang, observer menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode
kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postposivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peniliti adlah
instrument kunci, pengambilan sumber data dilakukan secara purposive dan snowball,
teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi.
Penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai metode penelitian tentang riset
yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna (perspektif
subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini
landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian observasi sesuai
dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan
gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian.

3.2. METODE PENELITIAN


Metode penelitian yang digunakan dalam observasi Pola Perilaku Prososial Pada
Anak Usia 4-5 tahun di Ra Al-Iman Gunung Pati Semarang adalah metode penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk eksplorasi
dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial, dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti
antara fenomena yang diuji. Dalam penelitian ini, peneliti telah memiliki definisi jelas
tentang subjek penelitian dan akan menggunakan pertanyaan who dalam
menggali informasi yang dibutuhkan. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan

15
gambaran akurat tentangsebuah kelompok, menggambarkan mekanisme sebuah proses atau
hubungan, memberikan gambaran lengkap baik dalam bentuk verbal atau numerikal,
menyajikan informasi dasar akan suatu hubungan, menciptakan seperangkat kategori dan
mengklasifikasikan subjek penelitian, menjelaskan seperangkat tahapan atau proses, serta
untuk menyimpan informasi bersifat kontradiktif mengenai subjek penelitian

3.3. METODE PENGUMPULAN DATA

3.3.1. Teknik observasi


Dari judul yang diangkat oleh observer yaitu Pola Perilaku prososial
pada anak usia 4-5 tahun di RA Al Iman Semarang, observer menggunakan
teknik observasi partisipan, yaitu partisipan fungsional.
Dalam observasi partisipan, pengamat mempunyai dua peran yakni
sebagai pengamat sekaligus sebagai bagian dari yang diamati. Situasi ini sangat
memungkinkan timbulnya hubungan yang baik antara pengamat dan subjek
sehingga pengamat dapat menggali lebih mendalam mengenai gejala yang
diamati. Umumnya digunakan untuk setting penelitian yang bersifat eksploratif.
Menyelidiki perilaku individu dalam situasi sosial seperti cara hidup, hubungan
sosial dalam pabrik, penjara, dan lain-lain. Observasi partisipasif dapat
dibedakan dalam 3 hal, yakni:
1. Partisipasi secara lengkap
Dalam arti peneliti menjadi anggota penuh dari kelompok yang diamati,
2. Partisipasi secara fungsional
Yang berarti peneliti hanya ikut pada events tertentu dan terbatas sebagai
pengamat
3. Berpartisipasi sebagai pengamat
Yang dimaksud berpartisipasi sebagai pengamat yaitu antara peneliti dan
subjek yang diteliti sama-sama mempunyai kepentingan, sehingga hubungan
antara peneliti dan subjek bersifat terbuka, tahu sama tahu bahkan subjek
yang diteliti menjadi sponsor penelitian.

16
Namun dalam observasi yang berjudul Pola Tingkah Laku Prososial
Pada Anak Usia 4-5 tahun di RA Al-Iman Gunung Pati Semarang observer
lebih menekankan observasi yang bersifat fungsuonal, artinya observer hanya
melakukan pengamatan saat waktu-waktu tertentu saja sesuai dengan jadwa
yang sudah ditentukan dalam proposal.
Jika dilihat dari segi situasi lingkungan dimana subjek diobservasi,
observer juga memberlakukan observasi secara naturalistik. Observasi
naturalistik dilakukan secara alamiah atau dalam kondisi apa adanya.

3.3.2. Alat Observasi


3.3.2.1. Anekdot
Observer mencatat hal-hal yang penting.pencatatan dilakukan sesegera
mungkin pada tingkah laku yang istimewa. Observer harus mencatat secara
teiliti apa dan bagaimana kejadiannya, bukan bagaimana menurut
pendapatnya. Akan tetapi kerugiannya dari bentuk seperti ini adalah
memakan waktu lama.

Contoh Anekdot :
1. Nama Observer : Prasetya Buana
2. Nama Observee : Abib
3. Lokasi : kelas dan ruang bermain di RA Al Iman Gunung
Pati Semarang
4. Hari/tanggal : Senin / 10 November 2014
5. Topik observasi : Pola perilaku prososial anak usia 4-5 tahun
6. Peristiwa :

17
7. Interpretasi :

3.3.2.2. Check list


Check list adalah suatu daftar yang berisi nama-nama subjek dan faktor-
faktor yang hendak diselidiki. Chekck list di maksudkan untuk
menyistematiskan catatan observasi. Dengan check list ini lebih dapat
dijamin bahwa penyelidik mencatat setiap kejadian yang telah ditetapkan
untuk diselidiki.
Ada bermacam-macam aspek perbuatan yang biasanya dicantumkan
dalam check list, dan observer tinggal memberi tanda check secara cepat
tentang ada tidaknya aspek perbuatan yang tercantum dalam list.
Contoh Check List :
1. Nama Observer : Prasetya Buana
2. Kelompok Observee : Peserta didik RA Al-Iman Semarang kelas B usia 4-5 tahun
3. Lokasi : Kelas dan Ruang bermain RA Al Iman Gunung Pati
Semarang
4. Hari/tanggal : Senin / 10 November 2014
5. Topik observasi : Pola perilaku prososial usia 4-5 tahun
6. Peristiwa :
Indikator Abib Sulaiman Biantang Rama
Menolong teman
Bekerja sama dengan teman
Berbagi sesama teman

18
Kejujuran
Kepedulian terhadap teman
Perilaku dermawan
Memperhatikan hak dan
kesehjateraan teman

7. Interpretasi :

3.3.2.3. Rating scale.


Rating scale adalah pencatatan gejala menurut tingkatannya. Rating
scale ini sangat popular, karena pencatatanya sangat mudah relative
menunjukan keseragaman antara pencatat, dan sangat mudah untuk
dianalisis secara statistik.
Rating scale umumnya terdiri dari suatu daftar yang berisi ciri-ciri
tingkah laku yang harus dicatat secara bertingkat. Observasi diminta
mencatat pada tingkat yang bagaimana, suatu gejala atau ciri tingkah laku
bisa timbul.
Rating scale mempunyai kesamaan dengan check list. Observer tinggal
memberi tanda tertentu atau mengecek pada tingkat tingkah laku tertentu.
Dengan cara ini deskripsi yang panjang lebar tidak diperlukan, dan waktu
sangat dihemat oleh karenanya
Beberapa sumber kesesatan yang perlu mendapat perhatian dari observer,
adalah sebagai berikut.

19
4. Hallo Effects
Kesesatan halo terjadi, jika observer dalam pencatatannya
terpikat oleh kesan-kesan umum yang baik pada observee, sedangkan
observer tidak menyelidiki kesan-kesan umum itu. Jadi misalnya,
seorang observer mungkin terpikat oleh tingkah laku yang sangat sopan
dari orang yang diamati. Dan sebaliknya, seorang observer dapat
memberi nilai yang lebih rendah dan semestinya. Hal ini karena observe
berpakaian kurang rapi, sedangkan observer sendiri adalah orang yang
bisa berpakaian rapi.
5. Generosity Effects
Kesesatan dapat terjadi karena keinginan untuk berbuat baik.
Dalam keadaan yang meragukan, seorang observer mempunyai
kecenderungan mamberi penilaian yang menggantungkan ( atau
merugikan) kepada observe.
6. Carry over Effects
Carry over effects terjadi jika pencatat tidak dapat memisahkan
satu gejala dari yang lain. Jika gejala yang satu keliatan timbul dalam
keadaan yang baik, maka gekala yang lain juga dicatat dalam keadaan
yang baik, meskipun kenyataannya tidak begitu. Pencatatan gejala yang
satu dan dibawa dalam pencatatan gejala lain, ini pasti tidak akan
menghasilkan fakta-fakta yang sesuai dengan keadaanya. Sehingga hal
ini perlu diperhatikan oleh seorang peneliti yang hendak meneliti suatu
gejala.
Contoh Rating Scale :
1. Nama Observer : Prasetya Buana
2. Kelompok Observee : Peserta didik RA Al-Iman Gunung Pati Semarang usia 4-5
tahun
3. Lokasi : Ruang bermain dan lingkungan sekitar RA Al Iman
Semarang
4. Hari/tanggal : Senin / 10 November 2014

20
5. Topik observasi : Pola perilaku prososial anak usia 4-5 tahun
6. Peristiwa :

Indikator Kadang- Sering Sangat Tidak


kadang sering pernah
Menolong teman
Bekerja sama dengan teman
Berbagi sesame teman
Kejujuran
Kepedulian terhadap teman
Perilaku dermawan
Memperhatikan hak dan
kesehjateraan teman

7. Interpretasi :

3.4. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

3.4.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/ subyek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang diteapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya
orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga buan
sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi
seluruh karakteristik/sifat yang dmiliki oleh subyek atau obyek itu.

21
Dari finding observation yang diamati oleh observer tentang Pola Perilaku
Prososial Pada Anak Usia 4-5 tahun di RA Al-Iman Gunung Pati Semarang
didapatkan populasi sebanyak 28 anak di kelas B2 dengan ciri-ciri sebagai
berikut :

Usia 4-5 tahun


Jenis kelamin laki-laki dan perempuan
Kelas B2 di RA Al-Iman Gunung Pati Semarang
Menunjukan suatu pola perilaku prososial

Alasan mengapa observer mengambil anak usia 4-5 tahun karena pada usia
itu banyak perilaku anak yang bisa diamati yang berkaitan dengan pola
perilakunya dalam lingkungan sosial yang masih dalam tahap pra-oprasional.

3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagan dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Biala populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambi dari populasi.
Sampel yang diabil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).

Sampel dari penelitian ini adalah 4 anak yang diambilkan dari populasi yang
berjumlah 28 dalam satu kelas, artinya hanya sekitar 15% dari populasi yang ada.

22
3.5. WAKTU PELAKSANAAN
Nama observer : Prasetya Buana
Nama observee : Abib, Bintang, Rama, Ajeng
Judul observasi : Pola Perilaku Prososial Pada Anak Usia 4-5 di RA Al- Iman
Semarang
Alat observasi Bulan pelaksanaan Hari/tanggal

Anekdot November Senin, 10 November 2014


Senin,17 November 2014
Kamis, 13 November 2014
Sabtu, 15 November 2014

Checklist November Senin, 24 November 2014


Rabu, 26 November 2014
Sabtu, 22 November 2014
Sabtu, 29 November 2014

Rating scale Desember Senin, 8 Desember 2014


Rabu, 10 Desember 2014
Sabtu, 13 Desember 2014
Sabtu, 6 Desember 2014

Waktu : 07.00-09.30 WIB


Tempat : RA Al-Iman Semarang
Durasi observasi : 2 jam 30 menit

23
4. HASIL PENELITIAN

4.1. DATA
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel dari RA Al- Iman Gunung Pati
Semarang yang berjumlahkan 4 orang, diantaranya yang memunculkan perilaku
perilaku prososial. Diantaranya yang memunculkan perilaku adalah :

Nama Observer : Prasetya Buana


Nama Observee : Abib
Kelas/Sekolah : B-2 / RA AL-Iman Gunung Pati Semarang
Lokasi : Kelas dan ruang bermain di RA Al Iman Semarang
Topik observasi : Pola perilaku prososial anak usia 4-5 tahun
Waktu : 07.00 08.30
Waktu : Peristiwa Interpretasi
Hari ke / Tanggal

I / 10 Nov 2014 Abib bersama teman-temannya Bisa dikatakan abib merupakan anak
berbaris rapih mengikuti instruksi yang cenderung aktif dan patuh tehadap
yang diakatakan oleh gurunya instruksi yang diberikan oleh gurunya,
sebelum memasuki kelas, setelah terlihat ketika ia sedang berbaris , dia
masuk kelas abib langsung berlari berbaris dengan rapih dan pada saat
dan memilih tempat duduk paling membaca doa dia dengan penuh
depan. Ketika sudah duduk semangat. Abib juga tidak menggagu
dilanjutkan dengan membaca doa teman- temannya. Mungkin perilaku
pembukaan, Abib terlihat ceria dan yang ditampakkan Abib pada saat itu
membaca doa dengan suara yang karena faktor mood yang baik, karena
keras, sepanjang membaca doa dia mood pada anak seusia Abib cenderung
tidak sekalipun mengganggu berubah-ubah atau bisa jadi faktor orang
temannya. tua yang mengajarkan tentang
kepatuhan dan sikap- sikap yang positif

24
Pelajaran yang pertama diberikan Abib tergolong anak yang cerdas dan
oleh guru adalah mengeja kata . cepat merespon apa yang di tuliskan
Anak- anak sangat antusias untuk oleh guunya. Mungkin saja saat di
menjawab termasuk Abib. Dia rumah orang tua Abib sering
mengacungkan tangan untuk memberikan pelatihan mengeja dan
mengeja apa yang di tuliskan di membaca. Saat pelajaran mewarnai
papan tulis . Setelah pelajaran gambar Abib tidak bisa mengendalikan
mengeja kata- kata dilanjutkan emosinya karena Anam teman
dengan mewarnai gambar. Saat sebangkunya mengejek gambar yang
pelajaran mewarnai Abib terlihat diwarnai Abib, mungkin saja apa yang
serius pada apa yang diwarnai, pada dilakukan Anam menyinggung perasaan
saat serius mewanai Anam teman Abib sehingga membuatnya emosi dan
sebelahnya mengejek gambar yang terjadi perselisihan kecil antara mereka.
diwanai oleh Abib,menuut Anam Abib juga mempunyai rasa tanggung
gambar yang diwanai Abib jelek, jawab, saat selesei mewarnai dia tidak
tetapi Abib menganggap bahwa langsung pergi akan tetapi merapihkan
gambarnya itu bagus. terjadilah meja dan kursi terlebih dahulu, sehingga
peselisihan kecil antara Abib dan Abib tidak dimarahi oleh gurunya
Anam. Setelah pelajaran usai Abib
merapihkan meja dan kursi dan
pergi istirahat.
II / 13 Nov 2014 Tidak berbeda dari hari pertama Bisa saja pada saat itu mood Abib
observasi, saat berbaris Abib tetap sedang jelek atau sedang menginginkan
tertib saat berbaris , akan tetapi sesuatu tetapi tidak terpenuhi
pada saat masuk dan baca doa dia rumahnya, sehingga membuat mood
cenderung lebih diam dari pada Abib jelek efeknya saat di sekolah dia
sebelumnya. Hanya sesekali dia cenderung diam tidak seperti biasanya.
mengikuti doa yang dibacakan. Dia Atau bisa juga Abib ingin diperhatikan
juga tidak seantusias dan seceria oleh teman-temannya atau gurunya.

25
biasanya, saat dia dijahili oleh
temannya dia lebih cenderung diam
Lanjut ke pelajaran menjodohkan Saat pelajaran menjohkan gambar, Abib
gambar, ketika sedang melakukan hal menolong terhadap
menjodohkan gambar, teman temannya. Bisa jadi hal ini dilakukan
sebelahnya tidak bisa karena dia ingin dapat pujian dari
mengerjakan,kemudian Abib gurunya. Atau dia memang benar-benar
membantu menjawab pekerjaan hanya sekedar ingin membantu/
temannya. Mereka saling bekerja menolong temannya. Seperti observasi
sama mengerjakan dan tidak malu- hari pertama Abib tetap tidak
malu bertanya pada guru. mennggalkan tanggung jawabnya dia
Setelah selesai mengerjakan tetap membereskan kursi dan mejanya,
tugasnya dan mengumpulkannya bisa jadi hal ini sering dilakukannya
Abib langsung membereskan kursi dirumah, alternatif dugaan lain, bisa
dan mejanya saja orang tua/ gurunya sudah
menanamkan perilaku tersebut sejak
dini.
Setalah pelajaran dilanjutkan Dugaan mengapa Abib mengajak
dengan istirahat, Abib bermain di teman- temannya untuk ikut bermain
dalam kelas, pada saat itu dia bersama bisa jadi Abib ingin
mengambil sebuah balok-balok mempunyai banyak teman dan
kayu dan mengajak temannya untuk diperhatikan oleh teman- temannya.
bermain bersama, Abib tampaknya Dan Abib juga mau untuk bekerja sama
membuat gedung dan mobil- dengan teman-temannya. Alternative
mobilan dengan teman- temannya. dugaan adalah Abib memiliki jiwa
prosoial.

26
III / 15 Nov 2014 Abib berbaris rapih mengikuti Mungkin salah satu perilaku yang
instruksi yang diakatakan oleh dilakukan Abid adalah salah satu bentuk
gurunya sebelum memasuki kelas. prososial yaitu pada saat dia tidak
Pada saat baca doa Abib duduk mengganggu temannya dan pada saat
tenang mendengarkan tetapi tidak dia berkata jujur pada gurunya bahwa
ikut membaca doa yang dia tadi hanya diam dan tidak membaca
diperintahkan oleh gurunya. Setelah doa.
selasai membaca doa guru tersebut
mengatakan siapa tadi yang tidak
ikut membaca doa. Abib
mengancungkan tangannya dan dia
mengaku kalo tidak membaca doa.
Dihari ini Abib terlihat aktif lagi, Dugaan yang bisa terjadi adalah mungin
tidak seperti observasi hari ke dua. saja suasana hati/ mood a\Abib sedang
Pada saat pelajaran menggambar bagus sehingga dia kembali aktif seperti
dia bertukan crayon kepada biasanya lagi. Dia kembali melakukan
temannya. Dan saat temannya perilaku prososial yaitu dengan
meminjam penghapus , Abib meminjamkan penghapus dan saling
meminjamkannya. berbagi croyon pada temannya.

Saat istirahat tiba Abib bermain di Mungkin Abib menolong temannya


taman bermain di taman bermain. tersebut karena dia tidak bermaksud
Dia bermain kejar-kejaran bersama untuk menjatuhkannya. Atau mungkin
temannya. Abib berlari mengejar memang sejak kecil Abib sudah di
temannya hingga temannya ajarkan perilaku yang baik di
terjatuh. Tetapi Abib menolongnya lingkungannya.
dan kembali bermain kejar- kejaran
sampai istirahat berakhir

27
IV / 17 Nov 2014 Di hari keempat observasi Abib Perilaku yang lakukan Abib mungkin
menunjukan perilaku yang karena emosinya yang belum stabil
berubah-ubah. Abib berbaris rapih karena faktor usianya. Emosi Abib
mengikuti instruksi yang sering berubah-ubah setiap harinya.
diakatakan oleh gurunya sebelum Menurut dugaan setelah empat hari
memasuki kelas Pada saat kegiatan melakukan pengamatan, sepertinya
baca doa Abib sangat antusias Abib cenerung lebih aktif tetapi
mendengerkan dan pada hari pendiam juga.
keempat ini Abib tidak hanya
mendengarkan tetapi dia juga ikut
mengucapkan doa dari awal hingga
akhir.
Saat istirahat Abib menghabiskan Mungkin Abib memiliki sifat egois
waktu di taman bermain. Pada saat yaitu pada saat dia memaksa temannya
itu ibunya datang membawakannya untuk mengikiti apa yang dia inginkan.
makanan/ bekal yaitu agar- agar. Hal tersebut mungkin dikarenakan
Abib kemudian melanjutkan faktor situasional. Abib juga kurang
bermain di taman bermain. Pada memiliki interaksi yang kadang baik
saat itu dia bermain angkat kursi kadang buruk. Dugaan sementara Abib
bersama empat temannya. Jadi di tidak bermaksud untuk memaksa
setiap sudut kursi ada yang temannya. Mungkin dia hanya ingin
mengangkat termasuk Abib dan di berinteraksi tetapi mungkin dengan
tengah-tengahnya Abib memaksa cara yang salah.
teman perempuannya untuk naik
diatasnya. Akan tetapi tidak ada
yang mau akhrirnya Abib memaksa
Rama untuk naik. Akhirnya si
Anam mau melakukannya.

28
Nama Observer : Prasetya Buana
Nama Observee : Bintang
Kelas/Sekolah : B-2 / RA AL-Iman Gunung Pati Semarang
Lokasi : Kelas dan ruang bermain di RA Al Iman Semarang
Topik observasi : Pola perilaku prososial anak usia 4-5 tahun
Waktu : 07.00 08.30
Waktu : Peristiwa Interpretasi
Hari ke / Tanggal
I / 10 Nov 2014 Sebelum kegiatan pembelajaran Mungkin kebiasaan berbaris sudah
dimulai terlebih dahulu anak-anak terbiasa dilakukan sehingga bintang
di biasakan berbaris sebelum masuk juga sudah terbiasa berbaris dengan
ke kelas. Bintang terlihat berbaris rapih sesuai perintah guru. Perilaku
rapih dan tidak mengganggu berbicara saat berdoa sebenarnya tidak
temannya. Saat kegiatan awal baca baik dilakukan, artinya bintang tidak
doa dimulai Bintang duduk mendengarkan apa yang diperintahkan
dibelakang dan tidak banyak oleh gurunya. Bisa jadi bintang kebih
periaku yang ditampakkan. Dia suka berinteraksi karena merasa lebih
hanya membaca doa seperti nyaman dengan temannya dari pada
temannya yang lain. Sesekali dia mendengarkan perintah dari gurunya.
ngobrol atau berinteraksi dengan
teman-temannya. Walaupun
gurunya sudah memperingatkan
Bintang agar ikut membaca doa.

29
Bintang lebih sering berbincang Sepertinya Bintang lebih nyaman
temannya dari pada memperhatikan berinteraksi dengan teman-temannya.
gurunya pada saat pelajaran Dugaan sementara mungkin di
mengeja. Bintang kurang bisa lingkungan rumah dia kurang merasa
mengerjakan dan harus dibantu nyaman dengan teman bermain atau
gurunya atau temannya yang lain. orang tuanya sibuk sehinnga ketika
Tetapi Bintang cenderung anak dikelas dia lebih menghabiskan
yang baik. dia tidak suka menjahili berinteraksi dengan temannya. Bintang
temannya dikelas. Setelah pelajaran juga memiliki rasa tanggung jawab
selesai bintang membereskan kursi ketika dia meminjam mainan dai
dan meja dan langsung istirahat. mengembalikan ketempatnya semula
Saat istirahat bintang bermain di dan dia mampu berbagi mainan dengan
kelas die lebih suka bermain temannya
dengan malam(mainan), bintang
juga mengajak teman-temannya
untuk ikut bermain.
Setelah selesai bermain bintang
mengembalikan mainan yang
dipinjamnya ketempatnya semula
II / 13 Nov 2014 Saat baca doa dia menunjukan Dugaan sementara mungkin Bintang
perilaku yang sama dengan hari ingin mencari perhatian di lingkungan
pertama pengamatan. Lebih sering sekitarnya seperti disekolah karena
berbincang dengan temannya dari mungkin diligkungan rumah dia tidak
pada membaca doa. Tetapi ketika mendapatkan perhatian yang dia dapat.
guru memperingatkannya dan Bintang juga berkata jujur saat dia
menanyainya apakah dia membaca ditanyai oleh gurunya.
doa atau tidak, dia hanya
menganggukan kepala.

30
Lanjut ke pelajaran menjodohkan Pada pelajaran menjodohkan terlihat
gambar. Bintang terlihat lebih bisa bintang mulai bisa beradaptasi dengna
mengerjakan dari pada hari tugas yang diberikan,dengan cara
sebelumnya. Walau sesekali dia bekerja sama dengan temannya. Bisa
bertanya pada temannya. Bintang jadi jika Bintang mampu lebih
mengerjakan tugasnya bersama- beradaptasi mungkin kedepan akan
sama dengan temannya yang bisa . lebih bisa berkembang kreativitasnya.
Saat istirahat bintang lebih memilih Saat di meja makan perilaku bintang
didalam kelas, dia tdak bermain tidak memberi kepada temannya
melainkan makan bekal yang mungkin dikarenakan bintang takut apa
dibawanya dari rumah. Dia duduk yang dia bawa cepat habis karena di
di meja bersama dua temannya. ambil teman-temannya. Atau bisa juga
Saat temannya minta makanan pada pada saat itu bintang sedang lapar.
bintang, bintang tidak memberikan
dan hanya berkata gak mau ntar
habis.

III / 15 Nov 2014 Pada pagi hari saat kegiatan rutin Bintang berkata jujur saat ia ditanya
pembacaan doa, bintang terlihat gurunya. Hal ini mungkin karena
malas-malasan, sesekali dia hanya dirumah ia sudah terbiasa diajarkan
menguap . tetapi pada saat gurunya tetang kejujuran dan sopan santun.
bertanya siapa yang tidak baca doa.
Bintang berkata jujur dengan
mengacungkan jarinya.

31
Setelah baca doa , dilanjutkan Bintang juga aktif mengeja mungkin hal
dengan membaca dan mengeja ini teradi karena faktor suasana hatinya
tentang binatang, pada saat itu yang sedang senang. Perilaku bintang
bintang aktif untuk menjawab yang tidak mengganggu temannya
pertanyaan yang diberikan oleh mungkin dikarenkan dia memang tipe
gurunya. Pada saat pelajaran juga anak yang baik dan tidak senang
bintang tidak terlihat mengganggu membuat keributan
temannya, dia hanya sekedar
berinteraksi dengan bercanda atau
sekedar tertawa bersama
temannya.
Saat jam istirahat bintang tidak iya menunjukan interaksi yang baik
dibawakan bekal oleh ibunya, dengan temannya yaitu pada sat dia
lantas iya membeli jajan di kantin mengajak temannya bermain prosotan
sekolah. Setelah itu dia lari menuju ditaman bermain. Dan perilaku
ke taman bermain dan dia di ajak menolong yang ditampakkan bintang
bermain prosotan bersama bisa jadi karena orang tuanya atau
temannya. Saat temannya terjatuh gurunya mengajarkan tentang tolong-
bintang terlihat menolongnya menolong
IV / 17 Nov 2014 Pada hari keempat observasi Bintang sepertinya sudah biasa
bintang terlihat tertib saat baris diajarkan bagaimana berbais yang rapih
sebelum memasuki kelas. Setelah itu terlihat pada hari pertama sampai
masuk kelas bintang memilih hari keempat dia mampu berbaris rapih
duduk ditengah-tengah temannya. tanpa diperintahkan gurunya. a\bitang
Dia duduk manis dan tidak juga temasuk anak yang aktif dan
mengganggu temannya, walaupun mampu mrespon dengan baik setiap
temannya menjahilinya tetapi dia pertanyaan
tidak membalas. Setelah membaca
doa dilanjutkan dengan pelajaran

32
mengeja tentang tanaman abib aktif
mengeja apa yang ada di papan
tulis.
Saat istirahat bintang bermain Saat bermain dia sangat aktif berlarian ,
kejar-kejaran dengan temannya, dia mungkin dia sangat merasa nyaman
bermain di dalam kelas. Dia berlari dengan suasanya di sekolah atau
kesana kemari hingga terjatuh. mungkin dilingkungan sekolah dia tidak
Setelah berlari-lari kemudian dia mendapatkan keleluasaan bermain saat
mengajak temannya bermain balok disekolah. Dia juga sebenarnya anak
dan malam, dia tidak berebut yang mau berbagi apapun yang dia
dengan temannya , bintang mau pegangnya hanya saja bintang lebih
berbagi apa yang dimainkannya, memilih teman bermainnya. Dia lebih
tetapi dia hanya bermain dengan nyaman untuk bermain dengan sesame
teman-teman cowoknya saja saat jenis dari pada ke lawan jenis.
teman ceweknya ingin ikut bermain
bintang menolaknya.

33
Nama Observer : Prasetya Buana
Nama Observee : Rama
Kelas/Sekolah : B-2 / RA AL-Iman Gunung Pati Semarang
Lokasi : Kelas dan ruang bermain di RA Al Iman Semarang
Topik observasi : Pola perilaku prososial anak usia 4-5 tahun
Waktu : 07.00 08.30

Waktu : Peristiwa Interpretasi


Hari ke / Tanggal
I / 10 Nov 2014 Berbaris dengan rapih sebelum Rama menunjukan sikap ramah dan
masuk ke kelas. berkata jujur saat menolong kepada temannya. Bisa jadi
guru bertanya padanya siapa yang hal itu dilakukan agar dia mendapatkan
tidak baca doa. Saat pelajaran dia teman yang banyak atau bisa juga
menolong temannya mengangakat orang tuanya mengajarkan budi pekerti
kursi dan menempatkannya ke yang baik di rumahnya sehingga dia
tempat yang sudah di tentukan. Saat berperiaku yang baik saat disekolah.
pelajaran mengeja dia terliat aktif Dia juga anak yang terbuka dan mau
mengerjakan . rama anak yang mengajari temannya yang tidak bisa
cerdas, terkadang ia mengajari mengerjakan ,bisa jadi rama memang
temannya yang tidak bisa. tergolong anak yang cerdas
Saat istirahat dia bermain di taman Rama anak yang mudah bergaul dengan
bermain. Rama bermain ayunan. siapa saja. Terlihat dari perilakunya
Rama tidak egois , dia mau yang mau bergantian saat bermain dan
bergaintian dengan temannya . berbaur dengan siapa saja.
rama bukan sosok yang antisosial,
dia mau berbaur dengan siapa saja.

34
II / 13 Nov 2014 Hari kedua observasi rama tetap Perilaku yang ditunjukan rama cukup
menunjukan perilaku yang aktif. baik dengan tidak mengganggu
Saat berbaris dia sangat tertib . saat temannya saat baca doa dan pada saat
masuk dan baca doa dia ikut pelajaran ,mungkin saja perilaku ini
membaca . saat pelajaran dimulai hanya sementara karena usia seumuran
rama dengan serius mengerakan, Rama emosinya masih labil.
dia terlihat tidak sekalipun
mengganggu temannya. Bisa
dikatakan dia anak yang cerdas dan
aktif serta mempunyai respon yang
bagus terhadap parintah guru
Saat istirahat rama bermain di Rama memilki jiwa tanggung jwab,
dalam kelas dengan mainan yang pada saat temannya tidak mau
telah disediakan. Rama bermain mengembalikan mainan yang
balok puzzle bersama temannya dipinjamnya, Rama dengan senang hati
akan tetapi pada saat istirahat mengembalikan mainan ketempatnya
selesai temannya meninggalkannya semula. Dia mau berbagi mainan
dan tidak mau mengembalikan dengna temannya, mungkin dia ingin
mainan tersebut. Akhirnya rama mendapatkan banyak teman dengan
yang mengembalikan mainan bermain bersama hal itu juga bisa
tersebut ketempat semula. melatih kerja sam anak.

III / 15 Nov 2014 Saat baca doa rama terlihat tertib Dia melakukan perilaku prososial
dan ikut membaca rama membaca dengna meminjamkan crayon ke
doa dengan suara yang keras . Saat temannya , dugaan sementara mungkin
pelajaran menggambar dia berbagi rama kasiah terhadap temannya karena
crayon dengan teman sebelahnya . tidak membawa crayon. Dia juga
kadang-kadang juga dia meminjam mengerjakan tugas dengna cepet ,
crayon kepada temannya. Rama mungkin dirumah orang tuanya
menyelesaikan tugasnya dengan membiasakan rama untuk mengulang

35
cepat dan mendapat pujian dari peajaran yang ada disekolah.
gurunya
Waktu istirahat tiba, rama dan Perilaku yang ditampakkan termasuk
teman-temannya bermain di taman bisa melatih kerja sama , terlihat pada
bermain. Mereka bermain mobil- perilaku rama yang bekerja sama
mobilan menggunakan kursi , jadi dengna temannya untuk menjaga
rama dan empat temannya keseimbangan kursi agar tidak jatuh.
mengangkat kursi dan meminta Karena jika salah satu saja tidak kuat
seseorang untuk duduk maka semua akan jatuh
ditengahnya. Dan setelah ada yang
naik kemudian mereka
membewanya berkeliling taman
bermain, tetapi terjadi suatu insiden
kecil, karena ada salah satu yang
tidak kuat mengangkat kursi maka
kursi tersebut jatuh dan mereka
berempat juga ikut jatuh .
IV / 17 Nov 2014 Rama menunjukan perilaku yang Rama tergolong anak yang aktif dan
konsisten disetiap harinya. Dia cerdas. Mungkin rama ingin
berbaris rapih dan tidak menunjukan pada gurunya kalu dia bisa.
mengganggu temannya. Saat Dalam mengerjakan tugas juga cepat
pelajaran Rama mampu merespon dan kadang temannya
mengerjakan dengan cepat. Teman- menyontek. Mungkin juga saat dirumah
temanya kadang menyontek orang tuanya sudah melatih sehingga
padanya. Rama sepertinya anak saat disekolah dia dapat mengerjakan
yang paling aktif dan cerdas dengna baik .
disbanding teman-temannya yang
lain.

36
Saat istirahat dia mengambil balok Rama merupakan orang yang terbuka
kayu dan mengajak teman- terhadap temannya. Dia mau mengajak
temannya bermain balok kayu dan dan bermain dengan yang lain ini berarti
malam, dia dan teman-temannya rama bukanlah anak yang anti sosial.
mebuat mobil-mobilan dari malam
dan menyusun gedung dari balok-
balok tersebut

Nama Observer : Prasetya Buana


Nama Observee : Ajeng
Kelas/Sekolah : B-2 / RA AL-Iman Gunung Pati Semarang
Lokasi : Kelas dan ruang bermain di RA Al Iman Semarang
Topik observasi : Pola perilaku prososial anak usia 4-5 tahun
Waktu : 07.00 08.30
Waktu : Peristiwa Interpretasi
Hari ke / Tanggal

I / 10 Nov 2014 Ajeng berbaris rapih ketika hendak Ajeng tebuka dengna temannya, dia
memasuki kelas. saat awal sering sharing apapun yang dia rasakan,
pembelajaran , dia sering bertanya mungkin dirumah orang tuanya tidak
kepada guruya atau temannya memberikan waktu yang cukup untuk
ketika tidak bisa mengerjakan. ajeng sehingga ajeng lebih nyaman
Ajeng sering sharing/ berbagi cerita bercerita disekolah saja.
tentang apa saja dengan teman
sebelahnya.

37
Pada saat istirahat ajeng langsung Jika dilihat dari perilakunya ajeng anak
memilih untuk didalam kelas. pada yang kurang suka berain diluar kelas,
saat itu dia bermain dengan dian dia menghabiskan waktunya bermain
teman sebelahnya. Mereka didalam kelas, mungkin saja didalam
cenderung cerita tentang kelas ajeng merasa lebih nyaman karena
pengalaman-pengalaman mereka dapat bercerita dengna temannya
dirumah, atau bercerita tentang
sinetron dll
II / 13 Nov 2014 Ajeng cenderung tenang saat Peran guru mungkin berpengaruh
membaca doa dan memperhatikan terhadap perilaku ajeng, gurunya
apa yang diperintahkan oleh mungkin selalu meajarkan budi pekerti
gurunya. Dai tidak terlihat yang baik sehingga saat kegiatan
menggangu temannya, saat apapun anak muritnya mudah diatur.
pelajaran dimulai dia tertib dan Ajeng terlihat suka menolong
langsung mengambil berkas temannya, mungkin karena pada saat itu
bukunya. Dia malah membantu faktor sistuasi atau juga hanya sekedar
mencarikan berkas buku milik ingin membantu mencari berkas buku
temannya. Ajeng terlihat milik temannya
mengerjakan pekerjaannya sendiri
dan sesekali dia malah membantu
temannya yang bertanya.

38
Saat istirahat ajeng memilih Ajeng sharing tentang apa yang dia
didalam kelas dan bermain disana. punya. Mungkin dia ingin menunjukan
Ajeng mengambil sesuatu ditasnya kalau dia mempunyai banyak
yaitu sebah boneka Barbie yang ia pengalaman atau bisa juga dia ingin
bawa dari rumah. Dan dia bercerita teman-temanya memuji atau ingin
kalau bonekanya itu baru dan menarik perhatian teman-temannya agar
dibelikan oleh orang tuanya. dapat bermain bersamannya
Teman-temannya pun memuji
kalau boneka tersebut bagus.

III / 15 Nov 2014 Saat pelajaran teman sebelah ajeng Perilaku menolong ajeng mungkin
menangis karena penghapusnya disebabkan karena ajeng kasihan
hilang, akhirnya ajeng terhadap temannya karena tidak
meminjamkan penghapusnya membawa pengahapus
kepada temannya
Setelah pelajaran selsesai ajeng Ajeng tidak menunjukan sikap egosi,
merapihkan kursi dan mejanya melainkan dia menunjukan sikap
ketempat semula dan kemudian berbagi, itu terlihat saat dia mau
pergi bermain bersama teman- membagikan makanan kepada teman-
temannya. Pada saat istirahat ajeng temannya.
membawa bekal dari rumah, Ajeng
membagikan sebagian makanannya
kepada teman-temannya.

39
IV / 17 Nov 2014 Saat pelajaan mewarnai ajeng Walaupun ajeng mematahkan crayon
meminjam crayon warna merah temannya tetapi ajeng au meminjamkan
ketemannya. Akan tetapi crayon crayon miliknya kepada
yang dipinjamnya jatuh kelantai temannya.mungkin itu diakukan sebagai
dan patah , akhirnya temannya bentuk tanggung jawabnya karena
marah kepada ajeng dan sudah mematahkan crayon milik
melaporkannya kepada gurunya. temannya.
Ajeng tidak mau menggantinya
akan tetapi dia hanya meminjamkan
crayon yang dia punya.
Saat istirahat Ajeng mengambil Ajeng mungkin ingin menarik perhatian
sebuah foto didalam tasnya. Foto temannya dengna menunjukan sebuah
itu berisi foto dirinya dan badut foto yang berisi tentang dirinya di sebah
disebuah tempat rekreasi. Dia tempat rekreasi, atau mungkin ajeng
memamerkan foto tersebut kepada inegin diperhatika saat ia ingin
teman-temannya. Dan bercerita berscerita tentang pengalamannya.
kalau dia pernah berlibur ketempat
rekreasi tersebut bersama
keuarganya.

40
4.2. PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh, dapat dirumuskan terdapat perilaku perilaku prososial
pada Abib, Bintang, Rama, dan Ajeng. Perilaku ini dapat diakitkan dengan teori- teori,
definisi definisi yang ada serta terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
prosial sebagai berikut :

1. Abib
Dari obervasi yang dilakukkan selama empat tahap, didapatkan beberapa perilaku
prososial yang dilakukan oleh Abib seperti :
- Tidak mengganggu temannya saat pelajaran dan baca doa: Perilaku ini
termasuk dalam aspek-aspek dalam teori prososial yaitu menunaikan apa
yang mestinya diterima oleh orang lain, dalam berinteraksi dengan orang
lain kita harus melihat seberapa jauh hak-hak mereka bisa untuk kita hargai
selama hak-hak tersebut tidak mengganggu hak-hak kita (Sears, dkk 2004).
Terlihat dari perilaku yang ditampakkan oleh Abib bahwa dia dalam
berinteraksi cenderung tidak mengganggu temannya atau menjahili
temannya bahkan dia sendiri yang menjadi yang dijahili oleh temannya.
Faktor yang mempengaruhi hal tersebut mungkin adanya faktor mood /
bawaan perasaan karena pda anak seusia Abib memang mood nya kadang
berubah-ubah tak tentu, jika emosinya positif dia cenderung tidak akan
menggangu temannya dan jika emosinya negatif maka perilaku mengganggu
temannya akan kemungkina dilakukan
- Membantu pekerjaan teman : Perilaku ini termasuk dalam aspek yang
ditimbulkan oleh teori prososial dimana melakukan tindakan yang bertujuan
untuk meringankan beban orang lain. Seseorang yang berperilaku menolong
akan mendapatkan kepuasaan setelah melakukan tindakan tersebut (Sears,
dkk. 2004). Hal ini tampak pada saat teman adit tidak bisa mengerjakan
tugas dan temannya bertanya pada Abib , kemudian abib menolong dengan
cara membantu mengerjakan. Faktor yang mempengarui adalah faktor
situasioanal dan pengaruh dari faktor situasional sendiri disebut Bystander

41
atau orang-orang yang berada disekitar tempat kejadian mempunyai peran
sangat besar dalam mempengaruhi seseorang saat memutuskan antara
menolong atau tidak ketika dihadapkan pada keadaan darurat.
- Saling bekerja sama : Perilaku yang mendasari Abib berperilaku bekerja
sama terdapat dalam aspek dati teori prososial dimana Kesediaan dia
melakukan aktifitas bersama-sama dengan orang lain guna mencapai tujuan
bersama. Bekerjasama dapat juga dikatakan sebagai usaha bersama
sekelompok orang demi kepentingan bersama ( pusat pembinaan
pengembangan bahasa, 1990 ). Hal ini terlihat pada saat Abib bermain balok
dengan temannya, mereka berusaha membangun sebuah gedung dengan cara
kerja sama maka akan tercapailah apa yang diinginkan oleh Abib.
- Bersosialisasi dengan baik : Faktor personal/dalam diri merupakan
karakteristik kepribadian yang menunjukkan perilaku prososial sehingga
dengan faktor personal tersebut dapat memungkinkan Abib dapat
berinteraksi dengan baik. faktor personal juga dipengaruhi oleh suasana hati
(mood). Emosi seseorang dapat mempengaruhi kecenderungannya untuk
menolong. Emosi positif secara umum meningkatkan tingkah laku. Namun,
pada emosi negative, seseorang yang sedang sedih mempunyai kemungkinan
untuk bersosilasasi yang lebih kecil.
2. Bintang
Dari obervasi yang dilakukkan selama empat tahap, didapatkan beberapa perilaku
prososial yang dilakukan oleh Bintang seperti :
- Tidak menjahili temannya : Perilaku yang mendasari perilaku tidak
menjahili temannya adalah karena bintang memperhatikan hak dan
kesejahteraan orang lain.Menunaikan apa yang mestinya diterima oleh orang
lain, dalam berinteraksi dengan orang lain kita harus melihat seberapa jauh
hak-hak mereka bisa untuk kita hargai selama hak-hak tersebut tidak
mengganggu hak-hak kita (Sears, dkk 2004), hal tersebut termasuk dalam
aspek-aspek dari perilaku prososial.pada saat itu faktor yang mempengaruhi
bintang berperilaku seperti itu adalah faktor sifat yang dimiliki Bintang,

42
karakteristik sifat yang ada pada bintang menentukan perilakunya, Bintang
termasuk anak yang pasif dan karakteristik orang pasif cenderung diam pada
situasi apapun sehingga pada saat pelajaran ataupun istirahat dia tidak
menjahili temannya.
- Bekkata jujur : Salah satu aspek dalam teori prososial adalah kejujuran,
Menurut Wasito (1980) kejujuran ialah tulus hati dan tidak suka berbohong.
Hal ini tampak pada saat bintang tidak membaca doa dan gurnya bertanya
kepanya apakah dia membaca doa dan dia menjawab dengan jujur kalau dia
tidak membaca doa.
- Mengerjakan tugas bersama-sama : dalam perilaku ini aspek perilaku yang
ditampakkan adalah kerja sama. Kerja sama sendiri dalam teori prososial
berarti kesediaan melakukan aktifitas bersama-sama dengan orang lain
(termasuk didalamnya berdiskusi dan mempertimbangkan pendapat orang
lain) guna mencapai tujuan bersama. Bekerjasama dapat juga dikatakan
sebagai usaha bersama sekelompok orang demi kepentingan bersama . jika
dikaitkan dengan perilaku bintang adalah dia berusaha mengerjakan tugas
yang tidak ia bisa dengan cara mengerjakan tugasnya secara bersamaan
dengan teman-temannya agar nantinya tugas tersebut dapat menyelesaikan
tugasnya dan tidak dimarahi oleh gurnya.
- Menolong teman yang terjatuh : perilaku menolong merupakan salah satu
aspek yang ada dalam perilaku prososial dan farkor yang melandasi perilaku
tersebut adalah faktor personal dalam dirinya, bintang mempunyai sifat yang
baik da penolong , hal ini diuktikan pada saat dia bermain dengna temannya,
tiba-tiba temannya terjatuh dan bintang menolongnya untuk berdiri jadi
sikap juga dapat mempengaruhi perilaku yang ditunjukkan seseorang. Jika
dilihat dari prespektif teori behaviorisme mengemukakan alasan manusia
memiliki jiwa penolong karena seseorang diajarkan oleh lingkungan
(masyarakat) untuk menolong dan untuk prbuatan itu masyarakat
menyediakan ganjaran positif, sehingga hal ini memaksakan pentingnya
atas proses belajar. Dalam masa perkembangan anak mempelajari norma

43
masyarakat tentang tindakan menolong.dirumah, disekolah dan di
lingkungan masyarakat mengajarakan pada anak bahwa mereka harus
menolong orang lain Stimulus respon diperkuat oleh sebuah reward (hadiah)
dan punishment (hukuman)

- Saling berbagi mainan : Hal yang mendasari Bintang melakukan perilaku


berbagi mainan salah satunya adalah Suasana hati (mood) ,Emosi seseorang
dapat mempengaruhi kecenderungannya untuk saling berbagi. Dan jika
dikaitkan teori empati, egoisme dan simpati berfungsi bersama -sama
dalam perilaku berbagi , dari segi egoisme, perilaku menolong dapat
mengurangi ketegangan diri sendiri, sedangkan dari segi simpati. Perilaku
berbagi dapat mengurangi penderitaan orang lain. Hal ini dibuktikan dengan
perilaku bintang yang tidak egois dalam bermain mainan, dia ingin teman-
temannya juga merasakan apa yang dia mainkan .
3. Rama
Dari obervasi yang dilakukkan selama empat tahap, didapatkan beberapa perilaku
prososial yang dilakukan oleh Rama seperti :
- Mengajari teman yang tidak bisa : Perilaku tersebut termasuk dalam aspek
teorti prososial yaitu berbagi (sharing) dimana Rama berbagi atau bekerja
sama untuk menyelesaikan tugas temannya yang tidak bisa , karena rama
merasa bisa dan mampu mengerjakan, sehingga dia juga mampu
membagikan ilmu yang dia punya keteman-temannya.
- Mengembalikan mainan ketempatnya : Saat istirahat rama bermian mainan
bersama temannya, akan tetapi setelah selesai temannya tidak mau
mengembalikan mainan tersebut. Dalam perilaku ini rama memiiki rasa
tanggung jawab, karena setelah dia selesai bermain, dia juga
maengembalikan mainan tersebut ketempatnya semula. Jika dipandang
melalui teori norma sosial, perilakunya tergolong dalam aspek norma
tanggung jawab sosial (social responsibility norm). Dalam teori ini
mengatakan bahwa kita wajib menolong orang lain tanpa mengharapkan

44
balasan apapun, dimasa depan sebagai rasa tanggung jawab dalam
bersosialisasi dengan masyarakat. Norma ini menentukan bahwa seharusnya
kita membantu orang lain, sebab aturan agama dan moral dimasyarakat
menekankan kewjiban untuk saling bantu-membantu dan menolong orang
lain.
- Tidak mengganggu temannya : Perilaku ini termasuk dalam aspek-aspek
dalam teori prososial yaitu menunaikan apa yang mestinya diterima oleh
orang lain, dalam berinteraksi dengan orang lain kita harus melihat seberapa
jauh hak-hak mereka bisa untuk kita hargai selama hak-hak tersebut tidak
mengganggu hak-hak kita (Sears, dkk 2004). Terlihat dari perilaku yang
ditampakkan oleh Rama bahwa dia dalam berinteraksi cenderung tidak
mengganggu temannya atau menjahili temannya. Faktor yang
mempengaruhi hal tersebut mungkin adanya faktor mood / bawaan perasaan
karena pada anak seusia Rama memang mood nya kadang berubah-ubah tak
tentu, jika emosinya positif dia cenderung tidak akan menggangu temannya
dan jika emosinya negatif maka perilaku mengganggu temannya akan
kemungkina dilakukan .

4. Ajeng
Dari obervasi yang dilakukkan selama empat tahap, didapatkan beberapa perilaku
prososial yang dilakukan oleh Ajeng seperti :
- Saling berbagi cerita (Sharing) : perilaku yang ditunjukan ajeng adalah salah
satu bentuk prososial, perilaku ini termasuk dalam aspek berbagi( sharing ) .
Ajeng ingin teman-temannya memperhatikan apa yang dia punya. hal ini
tampak pada saat ajeng mencerikan foto yang berisi tentang dirinya yang
berada pada salah satu tempat rekreasi. Perilaku ini juga didasari oleh teori
empati. Dalam teori ini mengatakan bahwa egoisme dan simpati berfungsi
bersama-sama dalam perilaku prososial. Dari segi egoisme, perilaku yang
ditampakkan ajeng dapat mengurangi ketegangan diri sendiri, karena dai ingin

45
temannya memperhatikannya . Dan dari segi empati, Ajeng juga ingin
temannya ikut merasakan apa yang dia rasakan lewat cerita yang dia ceritakan.
- Membantu mencarikan berkas : Saat temannya sedang kesusahan mencari
berkas pekerjaan , ajeng dengan suka rela membantu mencarikan berkas
temannya. Hal yang mendasari dan memperkuat perilaku tersebut adalah teori
behaviorisme dimana dalam teori ini mengemukakan alasan manusia memiliki
jiwa penolong karena seseorang diajarkan oleh lingkungan (masyarakat) untuk
menolong dan untuk prbuatan itu masyarakat menyediakan ganjaran positif,
sehingga hal ini memaksakan pentingnya atas proses belajar. Dalam masa
perkembangan anak mempelajari norma masyarakat tentang tindakan
menolong.dirumah, disekolah dan di lingkungan masyarakat mengajarakan
pada anak bahwa mereka harus menolong orang lain Stimulus respon diperkuat
oleh sebuah reward (hadiah) dan punishment (hukuman) . faktor yang
mempengaruhi perilaku Ajeng adalah faktor internal karena dia dengan suka
rela monolong dan ajeng sendiri mempunyai sifat yang baik dan tidak
mengganggu temannya, sikap ini mungkin timbul dari orang tua atau guru yang
mengajarkannya budi pekerti yang baik.
- Meninjamkan crayon dan penghapus : Perilaku meminjamkan penghapus dan
crayon termasuk dalam aspek teori prososial, diamana menolong merupakan
Melakukan tindakan yang bertujuan untuk meringankan beban orang lain.
Seseorang yang berperilaku menolong akan mendapatkan kepuasaan setelah
melakukan tindakan tersebut. hal iti terlihat saat temanya tidak membea
penghapus Rama memijamkannya, dan pada sat pelajaran mewarnai gambar,
rama juga tidak egois, dia meminjamkan atau berbagi crayon dengna temannya.

46
5. PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
Perilaku prososial atau tolong menolong dalam kehidupan sehari-hari dapat
dipahami sebagai segala perilaku yang memberi manfaat pada orang lain. Tingkah
laku prososial (Prosocial Behavior) dapat diartikan juga sebagai segala tindakan
apapun yang menguntungkan orang lain. Secara umum istilah ini diaplikasikan pada
tindakan yang tidak menyediakan keuntungan langsung pada orang yang melakukan
tindakan tersebut, dan bahkan mengandung derajat resiko tertentu .Faktor-fator yang
mempengaruhi tindakan prosial di bagi menjadi dua aspek yaitu faktor situasional dan
faktor personal. Faktor situasional, dimana di dalamnya terdapat beberapa faktor yang
lebih spesifik, seperti kehadiran orang lain, pengorbanan yang harus dikeluarkan,
pengalaman, kejelasan stimulis, adanya norma-norma sosial dan hubungan antara calon
penolong dengan korban. Pengaruh dari faktor situasional antara lain : Daya tarik,
Bystander, Atribusi terhadap korban, Ada model, Desakan waktu, Sifat kebutuhan
korban. Sedangakan Faktor personal/dalam diri merupakan karakteristik kepribadian
yang menunjukkan kemungkinan munculnya perilaku prososial. Pengaruh dari dalam
diri antara lain : Suasana hati (mood), Sifat, Jenis kelamin, Tempat tinggal

Dari hasil observasi yang dilakukan selama 4 tahap dengan durasi 2 jam 30
menit setiap observasi di RA Al-Iman Gunung Pati Semarang dapat disimpulakan
adanya perilaku prososial yang tampak yang ditunjukan oleh observee. Antara lain :
tidak mengganggu teman, bekerja sama dalam bermain,berinteraksi dengan baik,
berkata jujur, menolong temannya yang terjatuh, membantu mencari berkas tugas,
meminjamkan pensin dan crayon pada temannya, dan sharing / berbagi pengalaman
tantang apa yang dialaminya. Perilaku yang tampak tersebut memenuhi aspek-aspek
maupun teori tentang perilaku pososial. Namun saat melalukan observasi dilapangan
perilaku tersebut hanya sedikit yang tampak pada anak-anak usia 4-5 tahun, yang
kebanakan tampak adalah periaku agresif. Mungkin dikarenakan tingkat emosi yang
tidak stabil dan ego yang tinggi.

47
5.2. SARAN
1. Guru atau pendidik sebaiknya mengajarkan tentang pola tingkah laku yang baik
dan menanamkan budi pekerti pada anak sejak dini agar nanti dimasa depan anak
dapat tumbuh dan mempunyai sikap dan perilaku yang baik juga.
2. Orang tua juga harus memberikan pengertian dan juga contoh perilaku yang baik
pada anak., karena pada tahapan anak umur 4-5 tahun anak cenderung lebih suka
meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa . hal ni juag dapat berpengaruh
terhadap kepribadiannya kedepan.

48
Daftar pustaka

Meinarno Eko A. dan Sarwono Sarlito W (2009). Psikologi Sosial. Jagakarsa, Jakarta :
Salemba Humanika

Rahayu Iin Tri dan Ardani Tristiadi Ardi (2004). Observasi dan Wawancara, Malang, Jawa
Timur : Bayumedia Publishing

Sutoyo Anwar (2012).Pemahaman Individu(Observasi, Checklist, Interviu, Kuesioner dan


Sosiometri). Yogyakarta : Pstaka Pelajar

Hurlock E.B (1980). Psikologi Perkembangan(suatu pendekatan sepanjang rentang


kehidupan. Jakarta :Erlangga

Sugiyono (2014). Metode Penelitian Pendidikan (pendekatan kuantitatif,kualitatif dan


R&D). Bandung : Alfabeta

http://penjajailmu.blogspot.com/2013/03/teori-perilaku-prososial.html

http://noerhasanahpaud.blogspot.com/2011/09/identifikasi-perkembangan-perilaku.html

digilib.uinsby.ac.id/8087/3/bab.%20ii.pdf

49

Anda mungkin juga menyukai