Lokal 3F
Dosen Pengampu :
Prof.Dr. Idi Warsah,M.Pd.I
NIP: 197504152005011009
Kelompok 3
Keluarga :
Authoritarian Perenting
Merupakan gaya asuh yang bersifat menghukum dan membatasi. Dimana hanya ada sedikit
percakapan antara orang tua dan murid, menghasilkan anak yang tidak kompeten secara
sosial.
Authoritative Parenting
Merupakan gaya asuh yang positif yang mendorong anak untuk independen tapi masih
membatasi dan mengontrol tindakan mereka.
Neglectful Parenting
Gaya asuh dimana orang tua tidak terlibat aktif dan tidak perduli dengan kehidupan anaknya,
orang tua hanya meluangkan sedikit waktu.
Indulgend Parenting
Gaya asuh dimana orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anaknya tapi tidak banyak
memberikan batasan atau kekeangan pada perilaku mereka.
Teman Sebaya :
Dalam konteks perkembangan anak, teman sebaya (seusia) adalah anak pada usia yang
sama. Sebaya adalah orang dengan tingkat umur dan kedewasaan yang kira–kira sama.
Sebaya memegang peran yang unik dalam perkembangan anak. Salah satu fungsi
terpenting adalah memberikan informasi dan perbandingan tentang dunia diluar keluarga.
Sekolah :
Sekolah merupakan pusat pendidikan formal. Tugas sekolah sangat penting dalam
menyiapkan anak dalam kehidupan bermasyarakat. Sekolah bukan semata-mata sebagai
konsumen, tapi sekolah juga sebagai produsen dan pemberi jasa yang erat kaitannya
dengan pembangunan. Pembangunanan tidak mungkin berhasil tanpa tersedianya sumber
daya manusia yang berkualitas sebagai produk pendidikan. Sekolah banyak berperan
dalam mengembangkan social emosional anak karena disekolah mereka mulai bergaul
sebagai bagian dari anggota masyarakat. Sekolah banyak berperan dalam mengembangkan
social emosional anak karena disekolah mereka mulai bergaul sebagai bagian dari anggota
masyarakat.
Perkembangan Pribadi(self) Moral Dan Seks Murid
Perkembangan Moral Murid Menurut Piaget dan Kohlberg, dasar pemikiran moral seorang anak
ditentukan oleh kematangan kapasitas kognitifnya. Sedangkan disisi lain, lingkungan sosial
merupakan pemasok materi mentah yang akan diolah oleh ranah kognitif anak secara aktif. Pada
tahap perkembangan kognitif, interaksi sosial dengan teman-teman sepermainan memungkinkan
berkurangnya sikap dan perilaku egosentrisme seorang anak. Lazimnya, perkembangan moral an
tersebut menjadi lebih matang.
Ketika anak mempunyai problem dan bisa mengatasinya, bukan menghindarinya, maka rasa
harga dirinya akan naik. Murid yang mau mengatasi masalah kemungkinan akan menghadai
problem secara jujur dan realistis, ini menghasilkan pemikiran yang positif tentang diri mereka
sendiri yang akibatnya bisa meningkatkan harga diri mereka.
Moral hanya sedikit orang yang netral terhadap perkembangan moral. Banyak orang tua
menghawatirkan kelau anak mereka tumbuh tanpa membawa nilai tradisional mereka.
Perkembangan moral berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang interaksi yang adil antar
orang.
Para peneliti telah menemukan bahwa harga diri murid berubah pada saat mereka berkembang.
Dalam suatu studi baik itu laki-laki atau perempuan mempunyai hatga diri yang tinggi pada saat
anak-anak dan menurun pada masa remaja awal (Robins, dkk). Penghargaan diri anak gadis turun
dua kali lebih besar dari anak laki-laki selama masa remaja.
Perkembangan Seks murid
Pengertian seks dalam bahasa Indonesia mempunyai arti jenis kelamin. Jenis
kelamin ini memberikan gambaran tentang sesuatu sifat atau ciri laki-laki dan perempuan.
Dari penggambaran perbedaan antara laki-laki dan perempuan tersebutlah yang
menimbulkan perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan. Hal tersebut senada
dengan pendapat Saringendyati (1998, hal. 20) dalam Nadar (2018, hal. 77-90), yang
menyatakan bahwa seks seringkali mengacu pada artian jenis kelamin.
Seksualitas adalah bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana
mereka mengomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang
dilakukannya seperti sentuhan, pelukan, ataupun perilaku yang lebih halus seperti isyarat,
gerak tubuh cara berpakaian, dan perbendaharaan kata, termasuk pikiran, pengalaman
nilai, fantasi dan emosi. Seks menjelaskan ciri Jenis kelamin secara anatomi dan fisiologi
pada laki-laki dan perempuan atau hubungan fisik antar individu (aktivitas seksual
genital).
Pada dasarnya, aspek seksualitas mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek biologi,
psikologi, sosiologi, kultural dan spiritual. Sudah kita ketahui bahwa psikologi adalah
ilmu yang menyelidiki dan membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia,
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Melalui pendidikan seks usia dini, anak-anak diarahkan pada perkembangan sikap dan
pengetahuan tentang seks yang akan sangat berguna untuk membentengi diri mereka
dari ancaman kekerasan seksual. Pendidikan seks yang dimaksudkan adalah upaya
pengajaran dan pemberian informasi tentang masalah seksual. Informasi yang
diberikan di antaranya adalah pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan
menanamkan moral, etika, komitmen dan agama agar tidak terjadi penyalahgunaan
organ reproduksi tersebut (Sholicha, 2015).
12-15 remaja awal, 15-18 remaja pertengahan, dan 18-22 remaja akhir.
Selain itu, perubahan fisik yang terjadi pada masa ini adalah pada laki-laki dan yang
paling menonjol adalah pertambahan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan penis,
pertumbuhan testis dan pertumbuhan rambut kemaluan. Sedangkan pada wanita,
terjadi pertumbuhan tinggi badan yang cepat, pertumbuhan buah dada dan
pertumbuhan rambut kemaluan Alafiana, dkk, 2009). Terkadang, masa pubertas
mempengaruhi beberapa remaja lebih kuat daripada remaja lain dan juga
mempengaruhi beberapa bentuk perilaku lebih kuat daripada perilaku lain Citra tubuh,
minat berkencan dan perilaku seksual dipengaruhi oleh perubahan masa pubertas
(Pratama et al., 2014).
Daftar Pustaka
Uyun Muhammad dan Idi Warsah, 2021.
Psikologi Pendidikan.Yogyakarta: CV Budi Utama
https://www.rijal09.com/2016/03/konteks-
sosial-dan-perkembangan.html?m=1