Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA

MATA KULIAH KEPERAWATAN KELUARGA


Dosen Pengampu : Nur Setiawati Dewi, S.Kp. M.Kep, Sp.Kom. PhD

Disusun oleh :

Kelompok X
1. Mohamat Mutajir : 22020119183169
2. Siska Nurmenasari : 22020119183172
3. Toni Saputra : 22020119183156

DEPARTEMEN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya,
karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa.
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas
diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa
anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi
juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga
remaja cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah
marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa
remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola
asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai
penyebab timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7 miliar.
Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-
19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara berkembang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah penduduk
Indonesia tahun 2019 sebesar 268.074.600 jiwa dengan jumlah remaja sebesar
67.268.900 jiwa. Ini berarti bahwa jumlah remaja sebesar 25.09 persen dari total
jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2020).
Tahap keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai pada saat anak pertama
berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun. Pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab. Serta kebutuhan yang lebih besar untuk mempersiapkan
diri menjadi lebih dewasa.
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit. Karena orang tua melepas
otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Anak harus mempunyai
otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya. Seringkali muncul
konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk
melakukan aktivitasnya, sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi yang
terbuka, menghindari kecurigaan dan perselisihan sehingga hubungan orang tua dan
remaja tetap harmonis.
Peran perawatan dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan anak remaja yang
dilakukan oleh perawat untuk mengelola stressor yang mungkin timbul dan bersama
keluarga menentukan permasalahan tersebut sehingga keluarga mampu secara mandiri
menyelesaikan tugas perkembangannya, mengenali dan menyelesaikan masalah
kesehatannya pada akhirnya mampu tampil sebagai sebuah keluarga mandiri,
sejahtera, produktif dan menjalankan seluruh fungsi keluarga dengan baik.

2. Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar serta membuat asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak
remaja.
Khusus
1. Menjelaskan pengertian keluarga dengan anak remaja.
2. Menjelaskan bagaimana tahap-tahap perkembangan keluarga.
3. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
4. Menjelaskan tujuan perawatan keluarga.
5. Menjelaskan pinsip perawatan kesehatan keluarga.
6. Menjelaskan langkah – langkah dalam perawatan keluarga.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Menurut Setiadi, 2008. Tahap keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai
pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-
20 tahun.
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan social serta emosional. Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja,
salah satunya menurut DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan
antara masa kanak-kanak dan dewasa seperti dikutip dari Putro.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja secara
konseptual. Seperti dikemukakan oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan:
biologis, psikologis, dan social ekonomi, yakni : (1) individu yang berkembang saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai
kematangan seksual, (2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari
ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri.

Berdasarkan tumbuh Kembang Adolescense (anak remaja) :


a. Pertumbuhan Fisik :
- Pertumbuhan yang pesat ( growth sprut ) TB 25%, BB 50%.
- Semua sistem berubah, paling banyak perubahan endokrin.
- Bagian – bagian tubuh tertentu memanjang misalnya : tangan, kaki, proporsi
tubuh memanjang.
b. Sosial Emosional
- Kemampuan bersosialisasi meningkat.
- Relasi dengan teman wanita/pria, tetapi lebih penting dengan kawan sejenis.
- Penampilan fisik adolescense sangat penting, karena supaya di terima oleh
kawan dan di samping itu persepsi terhadap badannya mempengaruhi konsep
diri.
- Peranan orang tua/ keluarga sudah tidak dianggap penting, tetapi sudah beralih
pada teman sebaya.
c. Sosialisasi pada Adolescense dibagi dalam tiga (3) tahap :
- Tahap awal :
Orangtua masih berperan penting baik fisik, sosial, emosional, tetapi
ketergantungan ini tidak sebesar pada usia dini.
- Tahap kedua :
Anak berubah menjadi independent. Periode ini sering terjadi konflik dengan
orangtua.
- Tahap ketiga :
Relatif independent dengan orangtua. Anak memperlihatkan peran
independent dalam berfungsi di masyarakat.
d. Bermain pada anak
Pada usia ini anak dapat bermain dalam kelompok (keluar), misalnya melalui
sepak bola, basket, badminton, mendengar musik atau TV serta dengan buku –
buku.
e. Hospitalisasi pada anak dan keluarga
Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat di rumah sakit adalah
akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya/ kelompok. Anak tidak merasa
takut berpisah dengan orang tua tetapi takut kehilangan status dan hubungan
dengan teman sekelompok. Kecemasan lain disebabkan oleh akibat yang
ditimbulkan akibat penyakit fisik, kecacatan serta kurangnya privacy.
f. Pola minat dan seks
- Minat pada perubahan.
- Suka lawan jenis.

B. Tahap Perkembangan Remaja


Menurut Sarwono (2006) ada 3 tahap perkembangan remaja dalam proses
penyesuaian diri menuju dewasa :
a. Remaja awal (Early Adolescence) (usia 10-13 tahun)
Karakteristik:
 Awitan puberitas menjadi terlalu memperhatikan tubuh yang sedang
berkembang
 Mulai memperluas radius sosial keluar dari keluarga dan berkonsentrasi pada
hubungan dengan teman
 Kognisi biasanya konkret
Dampak :
 Remaja mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang normalitas kematangan
fisik, sering terlalu memikirkan tahapan-tahapan perkembangan seksual dan
bagaimana proses tersebut berkaitan dengan teman-teman sejenis kelamin.
 Kadang-kadang masturbasi
 Mulai membangkitkan rasa tanggung jawab dalam konsultasi dengan orang
tua, kunjungan pada orang tua, kunjungan pada dokter, kontak dengan
konselor sekolah.
 Pikiran yang konkret mengharuskan berhubungan dengan situasi-situasi
kesehatan secara simple dan eksplisit dengan menggunakan alat bantu visual
maupun verbal.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence) (14-16 tahun)


Karakteristik:
 Perkembangan pubertas sudah lengkap dan dorongan-dorongan seksual
muncul.
 Kelompok sejawat akan mengakibatkan tumbuhnya standar-standar perilaku,
meskipun nilai-nilai keluarga masih tetap bertahan.
 Konflik/pertentangan dalam hal kebebasan.
 Kognisi mulai abstrak.
Dampak:
 Mencari kemampuan untuk menarik lawan jenis. Perilaku seksual dan
eksperimentasi (dengan lawan jenis maupun sejenis) mulai muncul,
masturbasi meningkat.
 Kelompok sejawat sering membantu/mendukung dalam kegiatan seperti
kunjungan ke dokter.
 Pikiran tentang kebebasan mulai bertambah, sementara masih mengharapkan
dukungan dan bimbingan orang tua dapat mendiskusikan dan bernegosiasi
tentang perubahan-perubahan peraturan.
 Saat diskusi dan negosiasi remaja sering ambivalen.
 Mulai mempertimbangkan berbagai tanggung jawab dalam banyak hal, tetapi
kemampuannya untuk berintegrasi dengan kehidupan sehar-hari agak jelek
karena identitas egonya belum terbentuk sepenuhnya dan pertumbuhan
kognitifnya belum lengkap.

c. Remaja Akhir (Late Adolescence) (17-21 tahun)


Karakteristik:
 Kematangan fisik sudah lengkap, body image dan penentuan peran jenis
kelamin sudah mapan.
 Hubungan-hubungan sudah tidak lagi narsistik dan terdapat proses memberi
dan berbagi.
 Idealistis.
 Emansipasi hampir menetap.
 Perkembangan kognitif lengkap.
 Peran fungsional mulai terlihat nyata.
Dampak:
 Remaja mulai merasa nyaman dengan hubungan-hubungan dan keputusan
tentang seksualitas dan preteransi. Hubungan individual mulai lebih menonjol
dibanding dengan hubungan dengan kelompok.
 Remaja lebih terbuka terhadap pertanyaan spesifik tentang perilaku.
 Idealisme dapat mengakibatkan terjadinya konflik dengan keluarga.
 Dengan mulainya emansipasi, anak muda tersebut mulai lebih memahami
akibat-akibat dari tindakannya.
 Sering tertarik dalam diskusi tentang tujuan-tujuan hidup karena inilah fungsi
utama mereka pada tahapan ini.
 Sebagian besar mampu memahami persoalan-persoalan kesehatan.

C. Karakteristik Perkembangan Remaja


Menurut Wong (2009), karakteristik perkembangan remaja dapat dibedakan menjadi
:
a. Perkembangan Psikososial
Teori perkembangan psikososial menurut Erikson dalam Wong (2009),
menganggap bahwa krisis perkembangan pada masa remaja menghasilkan
terbentuknya identitas. Periode remaja awal dimulai dengan awitan pubertas dan
berkembangnya stabilitas emosional dan fisik yang relatif pada saat atau ketika
hampir lulus dari SMU. Pada saat ini, remaja dihadapkan pada krisis identitas
kelompok versus pengasingan diri.
Pada periode selanjutnya, individu berharap untuk mencegah otonomi dari
keluarga dan mengembangkan identitas diri sebagai lawan terhadap difusi peran.
Identitas kelompok menjadi sangat penting untuk permulaan pembentukan identitas
pribadi. Remaja pada tahap awal harus mampu memecahkan masalah tentang
hubungan dengan teman sebaya sebelum mereka mampu menjawab pertanyaan
tentang siapa diri mereka dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat.
1) Identitas kelompok
Selama tahap remaja awal, tekanan untuk memiliki suatu kelompok
semakin kuat. Remaja menganggap bahwa memiliki kelompok adalah hal yang
penting karena mereka merasa menjadi bagian dari kelompok dan kelompok
dapat memberi mereka status. Ketika remaja mulai mencocokkan cara dan minat
berpenampilan, gaya mereka segera berubah. Bukti penyesuaian diri remaja
terhadap kelompok teman sebaya dan ketidakcocokkan dengan kelompok orang
dewasa memberi kerangka pilihan bagi remaja sehingga mereka dapat
memerankan penonjolan diri mereka sendiri sementara menolak identitas dari
generasi orang tuanya. Menjadi individu yang berbeda mengakibatkan remaja
tidak diterima dan diasingkan dari kelompok.
2) Identitas Individual
Pada tahap pencarian ini, remaja mempertimbangkan hubungan yang
mereka kembangkan antara diri mereka sendiri dengan orang lain di masa lalu,
seperti halnya arah dan tujuan yang mereka harap mampu dilakukan di masa
yang akan datang. Proses perkembangan identitas pribadi merupakan proses
yang memakan waktu dan penuh dengan periode kebingungan, depresi dan
keputusasaan. Penentuan identitas dan bagiannya di dunia merupakan hal yang
penting dan sesuatu yang menakutkan bagi remaja. Namun demikian, jika
setahap demi setahap digantikan dan diletakkan pada tempat yang sesuai,
identitas yang positif pada akhirnya akan muncul dari kebingungan. Difusi
peran terjadi jika individu tidak mampu memformulasikan kepuasan identitas
dari berbagai aspirasi, peran dan identifikasi.
3) Identitas peran seksual
Masa remaja merupakan waktu untuk konsolidasi identitas peran seksual.
Selama masa remaja awal, kelompok teman sebaya mulai mengomunikasikan
beberapa pengharapan terhadap hubungan heterokseksual dan bersamaan
dengan kemajuan perkembangan, remaja dihadapkan pada pengharapan
terhadap perilaku peran seksual yang matang yang baik dari teman sebaya
maupun orang dewasa. Pengharapan seperti ini berbeda pada setiap budaya,
antara daerah geografis, dan diantara kelompok sosioekonomis.
4) Emosionalitas
Remaja lebih mampu mengendalikan emosinya pada masa remaja akhir.
Mereka mampu menghadapi masalah dengan tenang dan rasional, dan walaupun
masih mengalami periode depresi, perasaan mereka lebih kuat dan mulai
menunjukkan emosi yang lebih matang pada masa remaja akhir. Sementara
remaja awal bereaksi cepat dan emosional, remaja akhir dapat mengendalikan
emosinya sampai waktu dan tempat untuk mengendalikan emosinya sampai
waktu dan tempat untuk mengekspresikan dirinya dapat diterima masyarakat.
Mereka masih tetap mengalami peningkatan emosi, dan jika emosi itu
diperlihatkan, perilaku mereka menggambarkan perasaan tidak aman,
ketegangan, dan kebimbangan.

b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan
terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada
situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana
segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan
orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada
waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan
antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata.
Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok
pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku
yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan
individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami
tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga
memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap
kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan
yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral
yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi
peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil
dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode
pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi
melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.
Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka
mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan
perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.

e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari
wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja
maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua,
tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang
terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi
dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan
kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk
menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara
pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian
kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan
akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak
istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah.
Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir
semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan
penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman
sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok.
Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan
perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal
berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti
model berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali
mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja
diukur oleh reaksi teman sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda
biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan
lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak
pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat
merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan
peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling memberikan
dukungan satu sama lain.

D. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja


Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut (Hurlock, 2001) antara
lain :
a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya
baik pria maupun wanita
Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar
dalam sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan
anak perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugastugas tersebut
selama awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat.
Kebanyakan harapan ditumpukkan pada hal ini adalah bahwa remaja muda
akan meletakkan dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola perilaku.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita
Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan
seberapa jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari
perubahan itu sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas
perkembangan dalam waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia
kematangan yang menjadi delapan belas tahun, menyebabkan banyak tekanan
yang menganggu para remaja.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila
sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang
penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk
memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki
penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
Menerima peran seks dewasa yang diakui masyarakat tidaklah
mempunyai banyak kesulitan bagi laki-laki; mereka telah didorong dan
diarahkan sejak awal masa kanak-kanak. Tetapi halnya berbeda bagi anak
perempuan. Sebagai anak-anak, mereka diperbolehkan bahkan didorong untuk
memainkan peran sederajat, sehingga usaha untuk mempelajari peran feminin
dewasa yang diakui masyarakat dan menerima peran tersebut, seringkali
merupakan tugas pokok yang memerlukan penyesuaian diri selama bertahun-
tahun. Karena adanya pertentangan dengan lawan jenis yang sering
berkembang selama akhir masa kanak-kanak dan masa puber, makan
mempelajari hubungan baru dengan lawan jenis berarti harus mulai dari nol
dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis dan bagaimana harus bergaul
dengan mereka. Sedangkan pengembangan hubungan baru yang lebih matang
dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak mudah.
e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang
dewasa lainnya
Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk
mandiri secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain
merupakan tugas perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi
tidaklah sama dengan kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin
mandiri, juga ingin dan membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari
ketergantungan emosi pada orang tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini
menonjol pada remaja yang statusnya dalam kelompok sebaya tidak
meyakinkan atau yang kurang memiliki hubungan yang akrab dengan anggota
kelompok.
f. Mempersiapkan karier ekonomi.
Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih
pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Kalau remaja memilih
pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan
untuk memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi
menjadi dewasa nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung
selama beberapa tahun sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai
dijalani.
g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.
Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan
merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahuntahun
remaja. Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur
mengendur dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual,
tetapi aspek perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya
persiapan ini merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak
terselesaikan, yang oleh remaja dibawa ke masa remaja.
h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologi.
Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai
yang sesuai dengan nilai dewasa, orang tua berperan banyak dalam
perkembangan ini. Namun bila nilai-nilai dewasa bertentangan dengan teman
sebaya, masa remaja harus memilih yang terakhir bila mengharap dukungan
teman-teman yang menentukan kehidupan sosial mereka. Sebagian remaja
ingin diterima oleh teman-temannya, tetapi hal ini seringkali diperoleh dengan
perilaku yang oleh orang dewasa dianggap tidak bertanggung jawab.

E. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga
pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan
bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval, 1972
dalam Setiadi 2008), yaitu :
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.

F. Tugas Perkembangan Keluarga dengan anak usia Remaja


Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anakterakhir meninggalkan rumah.Lamanya tahapan ini tergantung jumlah anak
dan adaatau tidaknya anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama
orang tua.Tugas perkembangan :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
G. Masalah-masalah yang terjadi pada keluarga dengan tahap perkembangan
anak usia remaja
Ketidakmatangan dalam hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya
pertengkaran dengan anggota-anggota keluarga,terus menerus mengritik atau buat
komentar-komentar yang merendahkan tentang penampilan atau perilaku anggota
keluarga, sering terjadi selama tahun-tahun awal masa remaja. Pada saat ini
hubungan keluarga biasanya berada pada titik rendah.
Hubungan keluarga yang buruk merupakan bahaya psikologis pada setiap usia,
terlebih selama masa remaja karena pada saat ini anak laki-laki dan perempuan
sangat tidak percaya pada diri sendiri dan bergantung pada keluarga untuk
memperoleh rasa aman. Yang lebih penting lagi, mereka memerlukan bimbingan
atau bantuan dalam menguasai tugas perkembangan masa remaja. Kalau
hubungan-hubungan keluarga ditandai dengan pertentangan, perasaan-perasaan
tidak aman berlangsung lama, dan remaja kurang memiliki kesempatan untuk
mengembangkan pola perilaku yang tenang dan lebih matang. Remaja yang
hubungan keluarganya kurang baik juga dapat mengembangkan hubungan yang
buruk dengan orang-orang diluar rumah. Meskipun semua hubungan, baik dalam
masa dewasa atau dalam masa kanak-kanak, kadang-kadang tegang namun orang
ang selalu mengalami kesulitan dalam bergaul dengan orang lain dianggap tidak
matang dan kurang menyenangkan. Hal ini menghambat penyesuaian sosial yang
baik.
Masa remaja dikenal banyak orang sebagai masa yang indah dan penuh
romantika, padahal sebenarnya masa ini merupakan masa yang penuh dengan
kesukaran. Bukan hanya bagi dirinya tetapi bagi keluarga dan lingkungan sosial.
Masa ini akan membuat remaja mengalami kebingungan disatu pihak masih anak-
anak, tetapi dilain pihak harus bertingkah laku seperti orang dewasa. Situasi ini
membuat mereka dalam kondisi konflik, sehingga akan terlihat bertingkah laku
aneh, canggung dan kalau tidak dikontrol dengan baik dapat menyebabkan
kenakalan. Dalam usahanya mencari identitas diri, mereka sering membantah
orang tuanya, karena memulai mempunyai pendapat sendiri, cita-cita dan nilai-
nilai sendiri yang berbeda dengan orang tuanya.
Pendapat orang tua tidak lagi dapat dijadikan pegangan, meskipun sebenarnya
mereka juga belum memiliki dasar pegangan yang kuat. Orang yang dianggap
penting dalam masa ini adalah teman sebaya. Mereka berusaha untuk mengikitu
pendapat dan gaya teman-temannya karena dianggap memiliki kesamaan dengan
dirinya. Karenanya sering kali remaja terlibat dalam geng-geng, dengan menjadi
anggota geng mereka akan saling memberi dan mendapat dukungan mental.
Beberapa kasus terakhir seperti geng-geng motor yang terlibat kegiatan
merupakan bentuk dari kecenderungan tersebut. Mereka akan berani melakukan
tindakan-tindakan kejahatan ketika dilakukan dalam kelompok dan tidak akan
berani melakukannya secara individual. Masalah lain yang sering mengganggu
anak remaja adalah masalah yang berkaitan dengan organ reproduksi (seksual).
Satu sisi mereka sudah mencapai kematangan seksual, yang menyebabkan mereka
memiliki dorongan untuk pemuasan tetapi disisi lain kebudayaan dan norma sosial
melarang pemuasan kebutuhan seksual diluar pernikahan. Padahal untuk menikah
banyak persyaratan yang harus dipenuhi, bukan hanya kemampuan dalam
melakukan hubungan seksual, tetapi diperlukan ekonomi, kematangan psikologi,
dan sebagainya.syarat-syarat ini sangat berat dan mungkin belum dicapai pada
usia remaja. Oleh karena itu, para remaja mencari kepuasan dalam bentuk
khayalan, membaca buku atau menonton film porno. Meskipun tingkah laku ini
sebenarnya tetap melanggar norma masyarakat, tetapi mereka melakukannya
dengan sembunyi-sembunyi.
Untuk menghadapi situasi ini orang tua harus lebih bijaksana dalam menyikapi,
cara yang tepat dilakukan adalah dengan mengurangi control secara bertahap
terhadap anaknya, sehingga mereka dapat tumbuh menjadi diri sendiri secara
bertahap sampai akhirnya dewasa.

H. MASALAH-MASALAH KESEHATAN PADA REMAJA


1. Masalah haid pada remaja wanita, yaitu : Nyeri haid(disminorea), Pre
Menstrual Syndrom (PMS), haid tidak teratur.
2. Kehamilan tidak dikehendaki, kehamilan dini.
3. Masalah gizi pada remaja, yaitu : Anemia, KEK (Kurang Energi Kronik), Gizi
kurang dan gizi lebih, dan perilaku gizi yang salah.
4. Penyalahgunaan narkoba.

I. PERAN PERAWAT
Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan
pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia
lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang, minuman keras, seks,
pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu terciptanya komunikasi
yang lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya .
Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada tahap
keluarga dengan anak remaja menurut Stanhope :
a. Pendidik tentang faktor-faktor Kesehatan dan pendidik dalam isu-isu
pemecahan masalah mengenai alkohol dan merokok, diet dan gerak badan
b. Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama
orang tua
c. Advokat, konsultan atau pihak yang merujuk ke sumber-sumber kesehatan
mental
d. Konsultan keluarga berencana
e. Kolaborator, pihak yang merujuk ke bagian penyakit yang ditularkan melalui
seksual dan masalah terkait fungsi seksual.
f. Peserta dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian penyakit

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Asuhan keperawatan keluarga dengan remaja ditujukan pada keluarga rawan
Kesehatan/keluarga yang memiliki masalah Kesehatan yang ditemukan di masyarakat
dan dilakukan di rumah keluarga. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Identifikasi keluarga dengan remaja yang rawan kesehatan/keluarga dengan masalah
kesehatan di masyarakat.
b. Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah
c. Pendidikan/penyuluhan Kesehatan terhadap keluarga dengan remaja.
d. Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana
e. Pelayanan keperawatan dasar langsung maupun tidak langsung
f. Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat pasien
dengan pengobatan jangka Panjang
g. Pemberian nasihat (konseling) Kesehatan/keperawatan di rumah
h. Dokumentasi keperawatan.

Adapun Tindakan kemandirian keluarga dilihat dari 7 kriteria kemampuan yang telah
dicapai oleh keluarga yaitu:
a. Kriteria 1: Keluarga menerima perawat
b. Kriteria 2: Keluarga menerima pelayanan Kesehatan sesuai rencana keperawatan
keluarga
c. Kriteria 3: Kelurga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
d. Kriteria 4: Keluarga memanfaatkan fasilitas Kesehatan pelayanan kesehatan sesuai
anjuran.
e. Kriteria 5: Keluarga melakukan tindakan keperawatan sedarhana yang sesuai
anjuran
f. Kriteria 6: Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
g. Kriteria 7: Keluarga melakukan Tindakan promotive secara aktif.

Friedman, Bowden dan jones (2003) menjelaskan bahwa ada 2 komponen penting yang
menjadi fokus kajian dalam pemberian asuhan keperawatn pada keluarga :
1. Komponen struktur keluarga
Komponen struktur keluarga terdiri dari komposisi anggota keluarga, sistem nilai
yang dianut, pola komunikasi keluarga, struktur peran dalam keluarga, stuktur
kekuatan dalam keluarga
2. Komponen fungsional keluarga
Komponen fungsional adalah fungsi afektif, fungsi perawatan Kesehatan, fungsi
ekonomi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan koping keluarga.

A. Pengkajian keperawatan keluarga dengan remaja


Pengkajian keperawatan keluarga dengan remaja dapat menggunakan metode observasi,
wawancara dan pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009)
Variable data dalam pengkajian keperawatan keluarga mencangkup:
a. Data umum/identitas keluarga mencangkup nama kepala keluarga, komposisi
anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari, jarak pelayanan
kesehatan, terdekat dan alat transportasi.
b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga khususnya remaja, terdiri dari nama,
hubungan dengan anggota keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,
pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar, penggunaan
alat bantu, serta status Kesehatan anggota keluarga saat ini meliputi keadaan umum,
riwayat penyakit/allergi.
c. Data pengkajian individu khususnya remaja yang memiliki masalah Kesehatan,
meliputi nama individu, diagnosis medis, keadaan umum, sirkulasi, cairan,
perkemihan, pernapasan, neurosensory, kulit, istirahat-tidur, status mental,
komunikasi dan budaya, kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari dan data
penunjang medis jika ada (lab, radiologi, USG).
d. Data kesehatan lingkungan mencangkup sanitasi lingkungan pemukiman antara lain
ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan sampah, dll.
e. Struktur keluarga mencangkup struktur peran, nilai (kultur), komunikasi, kekuatan,
komponen struktur keluarga yang akan menjawab bagaimana hubungan remaja
dengan anggota keluarga.
f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel ini yang akan menjawab tahap
perkembangan keluarga, tugas perkembangan keluarga.
g. Fungsi keluarga, meliputi aspek instrumental dan ekspresif. Aspek instrumental
meliputi aktivitas hidup sehari-hari, seperti makan-tidur dan pemeliharaan
Kesehatan. Aspek ekspresif adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan masalah,
keyakinan dan lain-lain. Variabel fungsi keluarga juga mencangkup kemampuan
keluarga dalam melakukan tugas Kesehatan keluarga, mengenal masalah Kesehatan,
mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara
lingkungan rumah yang sehat dan menggunakan fasilitas Kesehatan di masyarakat.

B. Diagnosa keperawatan keluarga


Diagnose kepererawatan keluarga dengan remaja dianalisis dari hasil pengkajian
terhadap adanya masalah remaja dalam tahap perkembangan keluarga, lingkungan
keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga dan koping keluarga, baik bersifat actual
resiko dan sejahtera, terutama terhadap masalah kesehatan yang muncul baik dilakukan
secara observasi, informasi tertulis dan lisan dan hasil pemeriksaan fisik.
Daftar diagnosis keperawatan keluarga dengan remaja yang bisa timbul pada buku
NANDA.
Sasaran Domain Kelas Kode Rumusan diagnosis keperawatan
Keluarga Domain 1: Kelas 2: 00080 Ketidakefektifan manajemen
dengan promosi Manajemen regimen terapeutik keluarga.
remaja kesehatan Kesehatan 00099 Ketidakefektifan pemeliharaan
kesehatan.
00188 Perilaku Kesehatan cenderung
beresiko
Domain 2: Kelas 1: ingesti 00269 Ketidakefektifan makan remaja
nutrisi
Domain 4: Kelas 5: perawatan 00085 Hambatan mobilitas fisik
aktivitas/istirahat diri 00098 Gangguan pemeliharaan rumah
Domain 5: Kelas 5: 00157 Kesiapan meningkatkan
persepsi/kognisi komunikasi komunikasi.
Domain 7 Kelas 1: peran 00061 Ketegangan peran pemberi
hubungan peran perawat asuhan.
00062 Resiko ketegangan peran
pemberi asuhan
00056 Ketidakmampuan menjadi orang
tua
00164 Kesiapan meningkatkan peran
menjadi orangtua
00057 Resiko ketidakmampuan
menjadi orangtua

Kelas 2 hubungan 00058 Resiko gangguan perlekatan


keluarga 00063 Disfungsi proses keluarga
00060 Gangguan proses keluarga
00159 Kesiapan meningkatkan proses
keluarga
Kelas 3 performa 00223 Ketidakefektian hubungan
peran 00207 Kesiapan meningkatkan
hubungan
00229 Resiko ketidakefektian
00064 hubungan
00055 Konflik peran orang tua
00052 Ketidakefektifan performa peran
Hambatan interaksi sosial
Domain 9 Kelas 2: respon 00074 Penurunan koping keluarga
koping 00073 Ketidakmampuan koping
keluarga.
00075 Kesiapan meningkatkan koping
keluarga
00199 Ketidakefektifan perencanaan
aktivitas.
00226 Resiko ketidakefektifan
perencanaan aktivitas
00210 Hambatan penyesuaian

Domain 10 Kelas 3: 00083 Konflik pengambilan keputusan


nilai/keyakinan/aksi 00171 Kesiapan meningkatkan
kongruen. religiositas.
00184 Kesiapan meningkatkan
penngambilan keputusan
Domain 13 Kelas 1: 00113 Resiko pertumbuhan tidak
pertumbuhan proporsional
Kelas 2: 00112 Resiko keterlambatan
perkembangan perkembangan
Perawatan 10022473 Kurangnya dukungan keluarga
keluarga 10022753 Masalah dukungan sosial
10032364 Resiko gangguan koping
keluarga
Promosi Health promotion 10023452 Ketidakmampuan
kesehatan mempertahankan Kesehatan
10000918 Gangguan mempertahankan
Kesehatan.
Manajemen 10021994 Kurangnya pengetahuan tentang
perawatan penyakit
jangka panjang
Manajemen 10032289 Resiko terjadinya
resiko penyalahgunaan
10015133 Resiko terinfeksi

Kedaaan sosial 10022753 Kurangnya dukungan sosial


Domain 12. Kelas 1: 00132 Nyeri akut
kenyamanan kenyamanan fisik

C. Perencanan keperawtan keluarga


Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi keperawatan yang
dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan klien yang
telah teridentifikasi dan divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan.
Tujuan terdiri dari tujuan umum mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah
dan tujuan khusus mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). tujuan jangka
pendek harus SMART (S: spesifik, M: measurable/dapat diukur, A:achievable/dapat
dicapai, R: reality, T= time/punya limit waktu).

Diagnosa Tujuan umum Tujuan khusus Intervensi


keperawatan
Gangguan rasa Setelah dilakukan Setelah pertemuan 4x45 - Gali dan identifikasi
nyaman nyeri haid Tindakan menit keluarga mampu : pengetahuan
pada keluarga bapak keperawatan selama 6 1. Mengenal masalah keluarga tentang haid
S khususnya anak S minggu, diharapkan nyeri haid dengan: - Diskusikan dengan
berhubungan dengan nyeri haid berkurang: a. 100% mampu keluarga tentang
ketidakmampuan dan 80% keluarga mampu menjelaskan definisi pengertian haid,
kurang pengetahuan mengidentifikasi, haid dengan benar tanda-gejala haid,
keluarga merawat merawat dan b. 75% mampu penyebab nyeri haid,
anggota keluarga memanfaatkan menjelaskan tanda- - Diskusikan dengan
yang mengalami fasilitas kesehatan. gejala haid. keluarga akibat nyeri
nyeri haid c. 75% mampu haid tidak tertangani,
menjelaskan cara mengambil
penyebab nyeri haid. keputusan dalam
2. Mengambil keputusan menangani nyeri haid
untuk mengatasi nyeri agar tidak bertambah
haid: berat.
a. 80% mampu - Diskusikan dengan
menjelaskan keluarga cara
akibat terjadi merawat nyeri haid,
nyeri haid tentang manfaat
b. Mampu pelayanan kesehatan
menjelaskan cara - Motivasi dan beri
mengambil pujian kepada
keputusan untuk keluarga untuk
mencegah nyeri mengungkapkan apa
haid agar tidak yang telah
bertambah berat. disampaikan.
3. Merawat keluarga - Keluarga
dengan nyeri haid: mendemostrasikan
a. 80% Mampu cara perawatan nyeri
menjelaskan cara haid.; misalnya
perawatan nyeri dengan yoga, guided
haid imagery, compress
b. Mampu hangat, relaksasi,
mendemostrasikan ramuan tradisional,
cara perawatan dan tindakan
nyeri haid. pencegahan nyeri
4. Keluarga mampu haid.
memanfaatkan - Berikan pujian
pelayanan Kesehatan kepada keluarga atas
bila nyeri haid lebih keberhasilan terapi
lanjut: modalitas yang
a. 90% keluarga dilakukan
mampu - Anjurkan keluarga
menyebutkan periksa Kesehatan ke
manfaat fasilitas pelayanan Kesehatan
Kesehatan bila nyeri haid lebih
b. Keluarga dari 1x/bulan.
memanfaatkan - Tanyakan perasaan
fasilitas kesehatan keluarga setelah
mengunjungi fasilitas
kesehatan.
D. Implementasi keperawatan keluarga
Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan pada individu dalam
keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implementasi yang ditujukan pada invididu
meliputi:
a. Tindakan keperawatan langsung
b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
c. Tindakan observasi
d. Tindakan Pendidikan Kesehatan.

E. Evaluasi keperawatan keluarga


Evaluasi merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan program
kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan terkait program kegiatan,
karakteristik dan hasil yang telah dicapai (patton, 1986 dalam helvie 1998).
Evaluasi digunakan untuk mengetahui seberapa tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan
apakah intervensi yang dilakukan efektif untuk keluarga, dan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan untuk mengatasi masalah keluarga.

Contoh catatan perkembangan keperawatan keluarga.


Tanggal No. Implementasi Evaluasi Paraf
Dx
18-10- 1 - Mengidentifikasi dan menggali Subjektif:
2020 informasi nyeri haid pada anak S - Keluarga mengatakan nyeri
- Dengan menggunakan leaflet/PPT, haid anak S termasuk nyeri
mendiskusikan Bersama keluarga ringan, terjadi 1-2 hari
tentang: pengertian haid, gejala menjelang haid
sebelum haid, penyebab nyeri haid. - Keluarga mengatakan bahwa
- Menanyakan pada keluarga tentang nyeri haid merupakan proses
hal-hal yang belum dimngerti, pelepasan sel telur yang tidak
menyangkut pengertian, gejala, dan dibuahi dan kadang
penyebab nyeri haid menimbulkan nyeri perut
- Meminta keluarga untuk pada wanita.
menjelaskan Kembali pengertian, - Keluarga mengatakan gejala
gejala, penyebab nyeri haid biasanya terjadi sebelum haid
- Memberikan pujian atas jawaban seperti perasaan malas
yang benar dari keluarga beraktivias, emosi labil, nyeri
kepala, kram perut dan
pngsan
- Keluarga mengatakan
penyebab nyeri haid karena
hormone, pengaruh posisi
Rahim, penyakit infeksi
Rahim, faktor psikis seperti
stress.

Objektif:
Keluarga menyimak setiap
penjelasan dengan baik

Analisis:
Tujuan instruksional khusus
(TUK) 1 tercapai sesuai rencana

Planning :
Evaluasi TUK 1 tentang
pengertian, gejala, penyebab nyeri
haid pada pertemuan kunjungan
selanjutnya.

Lanjut TUK 2 tentang bagaimana


mengidentifikasi nyeri haid untuk
pengambilan keputusan oleh
keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Bunsaman SM, Krisnani H. 2020. Peran orangtua dalam pencegahan dan
penanganan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Prosiding Penelitan
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas padjajaran.
Bandung. 14;7(1):221-228.
Clark, M.J. 1999. Nursing in the community. Stanford: CT Appleton & land.
Friedman MM. 2013. Textbook for Family Nursing: Research, Theory and
Practice (Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek).
jakarta: EGC.
IMCW. 2007. Dismenore (nyeri haid). Tersedia dalam (http//MyDinariraq.com). akses
30-09-2020 jam 13.00
Komang., Ayu Heny. 2012. Buku asuhan keperawatan keperawatan keluarga :
aplikasi praktis. Jakarta : Sagung Seto.
Malik D, Astuti AB, Yulianti NR. 2016. Pengalaman hidup remaja yang hamil
di luar nikah (Studi Fenomenologi Di Desa Baru Kecamatan Ibu
Halmahera). Fakultas ilmu Kesehatan UKSW salatiga. Surakarta. 259-
86.
Merita M, Hamzah N, Djayusmantoko D. 2020. Persepsi citra tubuh,
kecenderungan gangguan makan dan status gizi pada remaja putri di
kota jambi. Journal Nutrition College. STIKES baiturrahim. Jambi.
Vol 9(2):81–6.
Mubarok WI. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Priharyanti Wulandari*, Menik Kustriyani. 2019. Upaya cara mengatasi
dismenorhoe pada remaja putri. Program Studi Ners STIKES Widya
Husada Semarang, Jurnal Peduli Masyarakat. 1(1).
Http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM
Proverawati dan misaroh. 2009. Menarche menstruasi pertama. Penuh makna.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putro KZ. 2017. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
APLIKASIA : jurnal aplikasi ilmu-ilmu agama. UIN Sunan Kalijaga:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 17(1):25-32.
Soeroso, Santoso. 2001. Masalah Kesehatan Remaja. Sari Pediatri. Jakarta. Vol
3(3): 190-8.
Susanto T. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori pada
Praktik Asuhan Keperawatan keluarga. Jakarta : EGC.

Zaidin Ali SM. 2010. Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai