Disusun oleh :
Kelompok X
1. Mohamat Mutajir : 22020119183169
2. Siska Nurmenasari : 22020119183172
3. Toni Saputra : 22020119183156
1. Latar Belakang
Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan manusia yang memiliki
karakteristik yang berbeda bila dibandingkan dengan tahap perkembangan lainnya,
karena pada tahap ini seseorang mengalami peralihan dari masa anak-anak ke dewasa.
Masa remaja adalah masa dimana terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas
diri. Karakteristik psikososial remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas
diri ini sering menimbulkan banyak masalah pada diri remaja. Transisi dari masa
anak-anak dimana selain mneingkatnya kesadaran diri (self consciousness) terjadi
juga perubahan secara fisik, kognitif, sosial maupun emosional pada remaja sehingga
remaja cenderung mengalami perubahan emosi ke arah yang negatif menjadi mudah
marah, tersinggung bahkan agresif. Perubahan-perubahan karakteristik pada masa
remaja tersebut, ditambah dengan faktor-faktor eksternal seperti kemiskinan, pola
asuh yang tidak efektif dan gangguan mental pada orang tua diprediksi sebagai
penyebab timbulnya masalah-masalah remaja (Pianta, 2005 dalam Santrock, 2007).
Laporan situasi Kependudukan Dunia Tahun 2012 pada peluncurannya,
disebutkan bahwa jumlah penduduk dunia terus tumbuh dan telah mencapai 7 miliar.
Sebanyak 1,2 miliar penduduk dunia atau hampir 1 dari 5 orang di dunia berusia 10-
19 tahun. Adapun 900 juta orang di antaranya tinggal di negara berkembang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, jumlah penduduk
Indonesia tahun 2019 sebesar 268.074.600 jiwa dengan jumlah remaja sebesar
67.268.900 jiwa. Ini berarti bahwa jumlah remaja sebesar 25.09 persen dari total
jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2020).
Tahap keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai pada saat anak pertama
berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-20 tahun. Pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuan keluarga adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab. Serta kebutuhan yang lebih besar untuk mempersiapkan
diri menjadi lebih dewasa.
Tahap ini merupakan tahap yang paling sulit. Karena orang tua melepas
otoritas dan membimbing anak untuk bertanggung jawab. Anak harus mempunyai
otoritas sendiri yang berkaitan dengan peran dan fungsinya. Seringkali muncul
konflik antara orang tua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk
melakukan aktivitasnya, sementara orang tua perlu menciptakan komunikasi yang
terbuka, menghindari kecurigaan dan perselisihan sehingga hubungan orang tua dan
remaja tetap harmonis.
Peran perawatan dalam asuhan keperawatan keluarga dengan tahap anak usia
remaja adalah membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan
cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga, sehingga keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan
secara mandiri, dan masalah yang timbul bisa teratasi.
Asuhan Keperawatan Keluarga pada Keluarga dengan anak remaja yang
dilakukan oleh perawat untuk mengelola stressor yang mungkin timbul dan bersama
keluarga menentukan permasalahan tersebut sehingga keluarga mampu secara mandiri
menyelesaikan tugas perkembangannya, mengenali dan menyelesaikan masalah
kesehatannya pada akhirnya mampu tampil sebagai sebuah keluarga mandiri,
sejahtera, produktif dan menjalankan seluruh fungsi keluarga dengan baik.
2. Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar serta membuat asuhan keperawatan
keluarga sesuai dengan masalah kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak
remaja.
Khusus
1. Menjelaskan pengertian keluarga dengan anak remaja.
2. Menjelaskan bagaimana tahap-tahap perkembangan keluarga.
3. Menjelaskan tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak remaja.
4. Menjelaskan tujuan perawatan keluarga.
5. Menjelaskan pinsip perawatan kesehatan keluarga.
6. Menjelaskan langkah – langkah dalam perawatan keluarga.
7. Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak remaja.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Menurut Setiadi, 2008. Tahap keluarga dengan anak remaja, tahap ini dimulai
pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai pada usia 19-
20 tahun.
Remaja berasal dari kata latin adolescence yang berarti tumbuh menjadi dewasa.
Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal,
kejiwaan dan social serta emosional. Banyak tokoh yang memberikan definisi remaja,
salah satunya menurut DeBrun mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan
antara masa kanak-kanak dan dewasa seperti dikutip dari Putro.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memberikan batasan mengenai siapa remaja secara
konseptual. Seperti dikemukakan oleh WHO ada tiga kriteria yang digunakan:
biologis, psikologis, dan social ekonomi, yakni : (1) individu yang berkembang saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat mencapai
kematangan seksual, (2) individu yang mengalami perkembangan psikologis dan pola
identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, dan (3) terjadi peralihan dari
ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang lebih mandiri.
b. Perkembangan Kognitif
Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Wong (2009), remaja
tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual, yang merupakan ciri periode
berpikir konkret; mereka juga memerhatikan terhadap kemungkinan yang akan
terjadi. Pada saat ini mereka lebih jauh ke depan. Tanpa memusatkan perhatian pada
situasi saat ini, mereka dapat membayangkan suatu rangkaian peristiwa yang
mungkin terjadi, seperti kemungkinan kuliah dan bekerja; memikirkan bagaimana
segala sesuatu mungkin dapat berubah di masa depan, seperti hubungan dengan
orang tua, dan akibat dari tindakan mereka, misalnya dikeluarkan dari sekolah.
Remaja secara mental mampu memanipulasi lebih dari dua kategori variabel pada
waktu yang bersamaan. Misalnya, mereka dapat mempertimbangkan hubungan
antara kecepatan, jarak dan waktu dalam membuat rencana perjalanan wisata.
Mereka dapat mendeteksi konsistensi atau inkonsistensi logis dalam sekelompok
pernyataan dan mengevaluasi sistem, atau serangkaian nilai-nilai dalam perilaku
yang lebih dapat dianalisis.
c. Perkembangan Moral
Teori perkembangan moral menurut Kohlberg dalam Wong (2009), masa
remaja akhir dicirikan dengan suatu pertanyaan serius mengenai nilai moral dan
individu. Remaja dapat dengan mudah mengambil peran lain. Mereka memahami
tugas dan kewajiban berdasarkan hak timbal balik dengan orang lain, dan juga
memahami konsep peradilan yang tampak dalam penetapan hukuman terhadap
kesalahan dan perbaikan atau penggantian apa yang telah dirusak akibat tindakan
yang salah. Namun demikian, mereka mempertanyakan peraturan-peraturan moral
yang telah ditetapkan, sering sebagai akibat dari observasi remaja bahwa suatu
peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi mereka tidak mematuhi
peraturan tersebut.
d. Perkembangan Spiritual
Pada saat remaja mulai mandiri dari orang tua atau otoritas yang lain, beberapa
diantaranya mulai mempertanyakan nilai dan ideal keluarga mereka. Sementara itu,
remaja lain tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ini sebagai elemen yang stabil
dalam hidupnya seperti ketika mereka berjuang melawan konflik pada periode
pergolakan ini. Remaja mungkin menolak aktivitas ibadah yang formal tetapi
melakukan ibadah secara individual dengan privasi dalam kamar mereka sendiri.
Mereka mungkin memerlukan eksplorasi terhadap konsep keberadaan Tuhan.
Membandingkan agama mereka dengan orang lain dapat menyebabkan mereka
mempertanyakan kepercayaan mereka sendiri tetapi pada akhirnya menghasilkan
perumusan dan penguatan spiritualitas mereka.
e. Perkembangan Sosial
Untuk memperoleh kematangan penuh, remaja harus membebaskan diri
mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari
wewenang orang tua. Namun, proses ini penuh dengan ambivalensi baik dari remaja
maupun orang tua. Remaja ingin dewasa dan ingin bebas dari kendali orang tua,
tetapi mereka takut ketika mereka mencoba untuk memahami tanggung jawab yang
terkait dengan kemandirian.
1) Hubungan dengan orang tua
Selama masa remaja, hubungan orang tua-anak berubah dari menyayangi
dan persamaan hak. Proses mencapai kemandirian sering kali melibatkan
kekacauan dan ambigulitas karena baik orang tua maupun remaja berajar untuk
menampilkan peran yang baru dan menjalankannya sampai selesai, sementara
pada saat bersamaan, penyelesaian sering kali merupakan rangkaian
kerenggangan yang menyakitkan, yang penting untuk menetapkan hubungan
akhir. Pada saat remaja menuntut hak mereka untuk mengembangkan hak-hak
istimewanya, mereka sering kali menciptakan ketegangan di dalam rumah.
Mereka menentang kendali orang tua, dan konflik dapat muncul pada hampir
semua situasi atau masalah.
2) Hubungan dengan teman sebaya
Walaupun orang tua tetap memberi pengaruh utama dalam sebagian besar
kehidupan, bagi sebagian besar remaja, teman sebaya dianggap lebih berperan
penting ketika masa remaja dibandingkan masa kanak-kanak. Kelompok teman
sebaya memberikan remaja perasaan kekuatan dan kekuasaan.
a) Kelompok teman sebaya
Remaja biasanya berpikiran sosial, suka berteman, dan suka berkelompok.
Dengan demikian kelompok teman sebaya memiliki evaluasi diri dan
perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal
berusaha untuk menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti
model berpakaian, gaya rambut, selera musik, dan tata bahasa, sering kali
mengorbankan individualitas dan tuntutan diri. Segala sesuatu pada remaja
diukur oleh reaksi teman sebayanya.
b) Sahabat
Hubungan personal antara satu orang dengan orang lain yang berbeda
biasanya terbentuk antara remaja sesama jenis. Hubungan ini lebih dekat dan
lebih stabil daripada hubungan yang dibentuk pada masa kanak-kanak
pertengahan, dan penting untuk pencarian identitas. Seorang sahabat
merupakan pendengar terbaik, yaitu tempat remaja mencoba kemungkinan
peran-peran dan suatu peran bersamaan, mereka saling memberikan
dukungan satu sama lain.
E. Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak tempat anak
belajar dan mengatakan sebagai makhluk sosial. Dalam keluarga umumnya anak
melakukan interaksi yang intim. Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga
pendidikan yang yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan
bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan
berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga
adalah perkumpulan dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain.
Berdasarkan keanggotaannya, keluarga dapat dibagi dalam 3 jenis (Duval, 1972
dalam Setiadi 2008), yaitu :
a. Nuclear family, sering disebut dengan keluarga inti, yaitu keluarga yang
anggotanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang belum menikah.
b. Extended family, atau keluarga besar, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri
dari ayah, ibu, serta family dari kedua belah pihak.
c. Horizontal extended family, yaitu keluarga yang anggotanya terdiri dari ayah,
ibu dan anak yang telah menikah dan masih menumpang pada orang tuanya.
I. PERAN PERAWAT
Peran perawat pada tahap ini adalah mengarahkan keluarga pada peningkatan dan
pencegahan penyakit. Penyuluhan tentang penyakit kardiovaskuler pada usia
lanjut, penyuluhan tentang obat-obatan terlarang, minuman keras, seks,
pencegahan kecelakaan pada remaja, serta membantu terciptanya komunikasi
yang lebih efektif antara orang tua dengan anak remajanya .
Peran perawat dalam peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit pada tahap
keluarga dengan anak remaja menurut Stanhope :
a. Pendidik tentang faktor-faktor Kesehatan dan pendidik dalam isu-isu
pemecahan masalah mengenai alkohol dan merokok, diet dan gerak badan
b. Fasilitator keterampilan interpersonal dengan anak belasan tahun bersama
orang tua
c. Advokat, konsultan atau pihak yang merujuk ke sumber-sumber kesehatan
mental
d. Konsultan keluarga berencana
e. Kolaborator, pihak yang merujuk ke bagian penyakit yang ditularkan melalui
seksual dan masalah terkait fungsi seksual.
f. Peserta dalam organisasi masyarakat untuk pengendalian penyakit
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Asuhan keperawatan keluarga dengan remaja ditujukan pada keluarga rawan
Kesehatan/keluarga yang memiliki masalah Kesehatan yang ditemukan di masyarakat
dan dilakukan di rumah keluarga. Kegiatan yang dilakukan meliputi:
a. Identifikasi keluarga dengan remaja yang rawan kesehatan/keluarga dengan masalah
kesehatan di masyarakat.
b. Penemuan dini suspek/kasus kontak serumah
c. Pendidikan/penyuluhan Kesehatan terhadap keluarga dengan remaja.
d. Kunjungan rumah (home visit/home health nursing) sesuai rencana
e. Pelayanan keperawatan dasar langsung maupun tidak langsung
f. Pelayanan kesehatan sesuai rencana, misalnya memantau keteraturan berobat pasien
dengan pengobatan jangka Panjang
g. Pemberian nasihat (konseling) Kesehatan/keperawatan di rumah
h. Dokumentasi keperawatan.
Adapun Tindakan kemandirian keluarga dilihat dari 7 kriteria kemampuan yang telah
dicapai oleh keluarga yaitu:
a. Kriteria 1: Keluarga menerima perawat
b. Kriteria 2: Keluarga menerima pelayanan Kesehatan sesuai rencana keperawatan
keluarga
c. Kriteria 3: Kelurga tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
d. Kriteria 4: Keluarga memanfaatkan fasilitas Kesehatan pelayanan kesehatan sesuai
anjuran.
e. Kriteria 5: Keluarga melakukan tindakan keperawatan sedarhana yang sesuai
anjuran
f. Kriteria 6: Keluarga melakukan tindakan pencegahan secara aktif
g. Kriteria 7: Keluarga melakukan Tindakan promotive secara aktif.
Friedman, Bowden dan jones (2003) menjelaskan bahwa ada 2 komponen penting yang
menjadi fokus kajian dalam pemberian asuhan keperawatn pada keluarga :
1. Komponen struktur keluarga
Komponen struktur keluarga terdiri dari komposisi anggota keluarga, sistem nilai
yang dianut, pola komunikasi keluarga, struktur peran dalam keluarga, stuktur
kekuatan dalam keluarga
2. Komponen fungsional keluarga
Komponen fungsional adalah fungsi afektif, fungsi perawatan Kesehatan, fungsi
ekonomi, fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan koping keluarga.
Objektif:
Keluarga menyimak setiap
penjelasan dengan baik
Analisis:
Tujuan instruksional khusus
(TUK) 1 tercapai sesuai rencana
Planning :
Evaluasi TUK 1 tentang
pengertian, gejala, penyebab nyeri
haid pada pertemuan kunjungan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bunsaman SM, Krisnani H. 2020. Peran orangtua dalam pencegahan dan
penanganan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Prosiding Penelitan
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas padjajaran.
Bandung. 14;7(1):221-228.
Clark, M.J. 1999. Nursing in the community. Stanford: CT Appleton & land.
Friedman MM. 2013. Textbook for Family Nursing: Research, Theory and
Practice (Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori dan Praktek).
jakarta: EGC.
IMCW. 2007. Dismenore (nyeri haid). Tersedia dalam (http//MyDinariraq.com). akses
30-09-2020 jam 13.00
Komang., Ayu Heny. 2012. Buku asuhan keperawatan keperawatan keluarga :
aplikasi praktis. Jakarta : Sagung Seto.
Malik D, Astuti AB, Yulianti NR. 2016. Pengalaman hidup remaja yang hamil
di luar nikah (Studi Fenomenologi Di Desa Baru Kecamatan Ibu
Halmahera). Fakultas ilmu Kesehatan UKSW salatiga. Surakarta. 259-
86.
Merita M, Hamzah N, Djayusmantoko D. 2020. Persepsi citra tubuh,
kecenderungan gangguan makan dan status gizi pada remaja putri di
kota jambi. Journal Nutrition College. STIKES baiturrahim. Jambi.
Vol 9(2):81–6.
Mubarok WI. 2010. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
Priharyanti Wulandari*, Menik Kustriyani. 2019. Upaya cara mengatasi
dismenorhoe pada remaja putri. Program Studi Ners STIKES Widya
Husada Semarang, Jurnal Peduli Masyarakat. 1(1).
Http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM
Proverawati dan misaroh. 2009. Menarche menstruasi pertama. Penuh makna.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Putro KZ. 2017. Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
APLIKASIA : jurnal aplikasi ilmu-ilmu agama. UIN Sunan Kalijaga:
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 17(1):25-32.
Soeroso, Santoso. 2001. Masalah Kesehatan Remaja. Sari Pediatri. Jakarta. Vol
3(3): 190-8.
Susanto T. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Teori pada
Praktik Asuhan Keperawatan keluarga. Jakarta : EGC.