Anda di halaman 1dari 7

Deo Anggara Putra

2B Reguler ( F1081231015 )

Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan Anak Pada Usia 6-12 Tahun

•Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks
dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian. Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut
berperan penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Perkembangan bersifat kualitatif yang
pengukuranya lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan. Perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi organ tubuh menjadi lebih kompleks
dalam pola yang benar, sebagai hasil dari proses pematangan sehingga organ tersebut dapat
menjalankan fungsinya. Prinsip perkembangan diantaranya adalah perkembangan bergantung
pada aspek kematangan susunan saraf manusia yaitu semakin sempurna kematangan saraf
maka semakin sempurna pola perkembangan pada anak. Yang kedua pada proses
perkembangan setiap anak adalah sama hanya saja kecepatannya yang berbeda.
Perkembangan juga memiliki pola yang khas. Setiap anak memiliki kecepatan perkembangan
yang berbeda-beda, ada anak yang lebih cepat bisa berbicara daripada berjalan. Perbedaan
kemampuan pada masing-masing anak dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal:

1. Faktor internal.Perkembangan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari diri anak sendiri,
sejak anak berada di dalam kandungan.

a. Faktor bawaan (gen).Setiap anak dilahirkan dengan membawa faktor keturunan yang
diwariskan dari kedua orangtuanya yang bersifat fisik dan non fisik. Adapun faktor keturunan
yang bersifat fisik bisa bersifat normal maupun patologik, Faktor gen fisik yang normal seperti
warna dan bentuk rambut, warna kulit dan lain sebagainya. Sedangkan faktor gen yang
patologik yang mungkin mempengaruhi perkembangan anak misalnya, down syndrome,
thalassemia dan lain-lain. Temperamen sebagai faktor keturunan yang bersifat non fisik juga
dapat mempengaruhi perkembangan anak.

b. Kondisi Kehamilan dan persalinan Selain itu, kondisi janin semasa kehamilan juga akan
mempengaruhi perkembangan anak. Jika nutrisi dalam kandungan tercukupi, maka janin akan
berkembang dengan baik. Sebaliknya, jika gizi yang diterima selama dalam kandungan tidak
tercukupi, janin akan mengalami hambatan saat proses perkembangan dalam kandungan,
infeksi virus TORCH (toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, hepatitis), proses kelahiran seperti
lahir dengan berat badan lahir rendah, asfiksia (kekurangan oksigen), bayi lahir tidak menangis,
lahir prematur. Selain gizi yang diterima ibu selama masa kehamilan, konsumsi obat yang tidak
sesuai anjuran dokter juga akan mempengaruhi perkembangan janin

2. Faktor eksternal. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar diri anak,
berasal dari lingkungan tempat anak tinggal.

a. Faktor ekologi. Mulai dari terjadinya pembuahan di kandungan, ekologi pengaruh lingkungan
dari keluarga dan rumah, komunitas dan masyarakat mempengaruhi semua aspek dalam
perkembangan. Beberapa contoh dari faktor ekologis yang kuat adalah: tingkat penghasilan;
tercukupinya makanan dan tempat berlindung; praktik dan nilai budaya, kesehatan umum dan
nutrisi; adanya perawatan untuk ibu dan anak sebelum dan sesudah kelahiran; tingkat
pendidikan keluarga (tingkat pendidikan ibu adalah prediktor utama pencapaian anak di
sekolah), pengertian keluarga atas kewajiban dan tanggungjawab sebelum dan sesudah
kelahiran bayi, komunikasi keluarga dan cara membesarkan anak (dicintai, dihukum; diasuh
atau diabaikan), kadar stres keluarga, struktur keluarga - orangtua tunggal atau masih lengkap,
keluarga campuran atau keluarga besar, kakek nenek yang berperan sebagai orangtua, rumah
tangga yang non tradisional, rumah keluarga asuh,

b. Peran Gender. Pada awal kehidupan anak mempelajari peran gender yang berlaku di dalam
budaya mereka: Masing-masing anak perempuan dan laki-laki mengembangkan perilaku serta
sikap dan komitmen yang didefinisikan, langsung atau tidak langsung, sebagai atribut
perempuan atau bki-laki. Terlebih tiap anak memainkan peran gender mereka sesuai dengan
pengalaman sehari-hari. Perasaan anak mengenai maskulinitas dan feminitas akan dipengaruhi
oleh teman bermain mereka serta kesempatan bermain, mainan jenis tontonan televisi dan
terutama orang dewasa panutan (keluarga, tetangga, guru).

•Perkembangan Anak Pada Usia 6-12 Tahun

Pada fase perkembangan anak usia 6-12 tahun, sering disebut sebagai masa praremaja
atau masa kanak-kanak tengah, anak-anak mengalami perkembangan yang signifikan dalam
berbagai aspek kehidupan mereka. Fase ini merupakan periode penting di mana anak-anak
mulai menemukan identitas diri, mengasah keterampilan sosial, dan mengembangkan minat
serta bakat mereka. Dalam pendahuluan ini, akan dibahas secara singkat perkembangan fisik,
kognitif, sosio-emosional, dan perilaku pada anak usia 6-12 tahun serta dampaknya terhadap
pembentukan kepribadian dan interaksi sosial mereka.

Anak usia SD (6-12 tahun) disebut sebagai masa anak-anak (midle childhood). Pada masa
inilah disebut sebagai usia matang bagi anak-anak untuk belajar. Hal ini dikarenakan anak- anak
menginginkan untuk menguasai kecakapan-kecakapan baru yang diberikan oleh guru di sekolah,
bahwa salah satu tanda permulaan periode bersekolah ini ialah sikap anak terhadap keluarga
tidak lagi egosentris melainkan objektif dan empiris terhadap dunia luar. Jadi dapat disimpulkan
bahwa telah ada sikap intelektualitas sehingga mas ini disebut periode intelektual. Hal ini
sejalan dengan pendapat bahwa masa usia sekolah ini sering disebut sebagai masa intelektual
atau masa keserasian sekolah. Pada masa ini secara relatif anak-anak mudah untuk dididik
daripada masa sebelumnya dan sesudahnya. Memahami tentang murid berarti memahami
gejala atau kondisi yang dimiliki. Untuk mengetahui karakteristik gerak siswa SD, terlebih dahulu
perlu untuk memahami tingkat perkembangan siswa SD menurut tingkat usianya. Secara umum
sifat siswa SD antara lain:

1. Belajar membentuk sikap yang sehat terhadap dirinya sendiri sebagai mahluk biolgis

2. Belajar bergaul dengan teman sebaya

3. Belajar memainkan peranan sesuai dengan jenis kelaminnya

4. Belajar keterampilan dasar dalam membaca, menulis dan berhitung

5. Belajar mengembangkan konsep sehari-hari

6. Mengembangkan kata hati

7. Belajar memperoleh kebebasan yang bersifat pribadi

8. Mengembangkan sifat positif.

9. Memunyai sifat patuh terhadap aturan.

10. Kecenderungan untuk memuji diri sendiri.

11. Suka membandingkan diri dengan orang lain.

12. Jika tidak dapat menyelesaikan tugas, maka tugas tersebut dianggap tidak penting.

13. Realistis, dan rasa ingin tahu yang besar.

14. Kecenderungan melakukan kegiatan kehidupan yang bersifat praktis dan nyata

15. Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal yang khusus pada mata pelajaran,
bakat dan minat

16. gemar membentuk kelompok teman sebaya untuk bermain bersama.

Sedangkan Macam-macam perkembangan yang terjadi adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan Fisik

Pertumbuhan fisik ditandai dengan lebih tinggi, berat, dan kuat. Dalam hal ini peran gizi penting.
Perubahan pada sistem tulang, otot dan keterampilan gerak: berlari, memanjat, melompat,
berenang, naik sepeda, main sepatu roda. Kegiatan fisik sangat perlu utk melatih koordinasi dan
kestabilan tubuh dan energi yang tertumpuk perlu penyaluran. Pertumbuhan fisik cenderung
lebih stabil atau tenang, Anak menjadi lebih tinggi, lebih berat, lebih kuat serta belajar berbagai
keterampilan. Perubahan nyata terlihat pada system tulang, otot dan keterampilan gerak Berlari,
memanjat, melompat, berenang, naik sepeda, main sepatu roda adalah kegiatan fisik dan
keterampilan gerak yang banyak dilakukan oleh anak. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak
penting bagi anak. Perbedaan seks dalam pertumbuhan fisik menonjol dibanding tahun-tahun
sebelumnya yang hampir tidak nampak

2. Perkembangan Bicara

Berbicara lebih selektif, ngobrol berkurang, penekanan sebagai bentuk komunikasi, bukan hanya
latihan verbal

Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berhubungan dengan orang lain.
Bertambahnya kosa kata yang berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak
perbendaharaan kata yang dimiliki. Bila pada masa kanak-kanak awal anak berada pada tahap
mengobrol, maka kini kegiatan. bicara makin berkurang. Pada umumnya anak perempuan
berbicara lebih banyak daripada anak laki-laki karena anak laki-laki berpendapat bahwa terlalu
banyak berbicara kurang sesuai dengan perannya sebagai laki-laki.

3. Perkembangan Kognitif

Jean Piaget (1896-1980) seorang ahli psikologi berkebangsaan Swiss melakukan studi
mengenai perkembangan kognitif anak secara intensif dengan pengamatan

yang cermat selama bertahun-tahun. Piaget mengembangkan teori bagaimana kemampuan


anak untuk berfikir melalui satu rangkaian tahapan. Mulai timbul pengertian tentang jumlah,
panjang, luas dan besar. Anak dapat berfikir dari banyak arah atau dimensi pada satu objek.
Mengalami kemajuan dalam pengembangan konsep. Pengalaman langsung sangat membantu
dalam berfikir. Oleh karenanya Piaget menamakan tahapan ini sebagai tahapan operasional
konkret.

Pada masa ini umumnya egosentrisme mulai berkurang. Anak mulai memperhatikan dan
menerima pandangan orang lain. Berkurang rasa egonya dan mulai bersikap sosial. Materi
pembicaraan mulai lebih ditujukan kepada lingkungan sosial, tidak pada dirinya saja Terjadi
peningkatan dalam hal pemeliharaan, misalnya mulai mau memelihara alat permainannya.
Mengelompokkan benda-benda yang sama ke dalam dua atau lebih kelompok yang berbeda.
Anak mampu mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan mampu menyusunnya
dalam suatu seri berdasarkan satu dimensi, seperti misalnya tinggi dan berat..

Anak mampu berfikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal
yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami. Meskipun sudah mampu berfikir
logis, tetapi cara berfikir mereka masih berorientasi pada kekinian. Baru pada masa remajalah
anak dapat benar-benar berfikir abstrak, membuktikan hipotesisnya dan melihat berbagai
kemungkinan dimana anak sudah mencapai tahapan berfikir operasi formal. Anak telah mampu
menggunakan simbol-simbol untuk melakukan suatu kegiatan mental, mulailah digunaka logika.
Misalnya: Seorang anak yang berusia 8 tahun diberi 3 balok yang saling berbeda ukurannya,
yaitu balok X,Y dan Z. Anak akan dengan tepat mengatakan bahwa balok X lebih besar daripada
balok Y, balok Y lebih besar daripada balok Z, dan balok X lebih besar daripada balok Z. Anak
dapat berfikir secara logis tanpa harus membandingkan pasang demi pasang secara langsung.

4. Perkembangan Emosi

Adapun ciri-ciri emosi pada anak adalah sebagai berikut:

A. Emosi anak berlangsung relatif lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit dan sifatnya
tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena emosi anak menampakkan dirinya dalam kegiatan atau
gerakan yang terlihat, sehingga menghasilkan emosi yang pendek, tidak seperti pada orang
dewasa yang dapat berlangsung lama. Emosi yang khusus pada anak-anak adalah kesedihan,
kemurungan, ketakutan, ketegangan, kebahagiaan, humor dan sebagainya.

b. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau sedang bersenda
gurau. Mereka akan tampak marah sekali, takut sekali, tertawa terbahak- bahak meskipun
kemudian cepat hilang. Pada orang dewasa meskipun ia takut, ketakutan itu tidak begitu
nampak kuat, begitu juga bila marah atau bersenda gurau, marah dan tertawanya dikendalikan.

c. Emosi anak mudah berubah. Sering kita jumpai seorang anak yang baru saja menangis
berubah menjadi tertawa, dari marah berubah tersenyum. Sering terjadi perubahan, saling
berganti-ganti emosi, dari emosi susah ke emosi senang dan sebaliknya dalam waktu yang
singkat.

d. Emosi anak nampak berulang-ulang. Hal ini timbul karena anak dalam proses perkembangan
kearah kedewasaan. la harus mengadakan penyesuaian terhadap situasi di luar, dan hal ini
dilakukan secara berulang-ulang. Anak sering menangis, sering marah, sering takut. Mungkin
anak sehari menangis 7 kali, marah 5 kali dan seterusnya.

e. Respon emosi anak berbeda-beda. Pengamatan terhadap anak dengan berbagai tingkat usia
menunjukkan bervariasinya respon emosi. Pada waktu bayi lahir, pola responnya sama. Secara
berangsur-angsur, pengalaman belajar dari lingkungannya membentuk tingkah laku dengan
perbedaan emosi secara individual. Misalnya: Anak yang dibawa ke dokter gigi, responnya ada
yang tertawa, ada yang menangis, ada yang tidak memperlihatkan reaksi apapun.

f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya. Meskipun anak kadang
-kadang tidak memperlihatkan reaksi emosi yang nampak dan langsung, namun emosi itu dapat
diketahui dari tingkah lakunya, misalnya melamun, gelisah, menghisap jari, sering menangis dan
sebagainya.

g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya. Suatu ketika emosi itu begitu kuat,
kemudian berkurang. Emosi yang lain mula-mula lemah kemudian berubah menjadi kuat.
Misalnya: Seorang anak memperlihatkan rasa malu-malu di tempat yang masih asing.
Kemudian ketika ia sudah tidak merasa asing lagi rasa malunya berkurang atau bahkan hilang.

h. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional. Anak-anak memperlihatkan keinginan yang


kuat terhadap apa yang mereka inginkan. la tidak mempertimbangkan bahwa keinginan itu
merugikan baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain, juga tidak mempertimbangkan bahwa
untuk memenuhi keinginannya itu memerlukan biaya yang tidak terjangkau oleh orang tuanya.
Bila keinginannya tidak terpenuhi ia akan marah. Sebaliknya jika ia merasa senang, bahagia,
tanpa melihat tempat dan waktu ia akan tersenyum dan tertawa, meskipun orang lain kadang-
kadang tidak mengetahui apa yang dirasakan oleh anak

5. Perkembangan Sosial

Ditandai meluasnya lingkungan sosial pengaruh luar. Mulai mendekati teman sebayanya dan
mulai melepaskan diri dari keluarga. Bermain secara berkelompok memberikan peluang dan
pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesama teman. Pengaruh
teman sebaya sangat besar baik yang bersifat positif seperti pengembangan konsep diri dan
pembentukan harga diri, maupun negatif.

Perkembangan emosi pada masa kanak-kanak ini tak dapat dipisahkan dengan perkembangan
sosial, yang sering disebut sebagai perkembangan tingkah laku sosial. Orang-orang
disekitarnyalah yang banyak mempengaruhi perilaku sosialnya. Dunia sosioemosional anak
menjadi semakin kompleks dan bebeda pada masa ini. Interaksi dengan keluarga, teman
sebaya, sekolah dan hubungan dengan guru memiliki peran yang penting dalam hidup anak.
Pemahaman tentang diri dan perubahan dalam pekembangan gender dan moral menandai
perkembangan anak selama masa kanak-kanak akhir.

6. Minat Membaca

Usia 7-8 tahun masih senang dengan cerita khayal. Kegemaran membaca mencapai puncaknya
usia 9 - 12 tahun. Sifat ingin tahu & realistis pd anak laki-laki petualangan, misterius, sejarah,
hobi, sport. lebih menyukai bacaan. Anak perempuan cenderung ceritera binatang, puisi,ceritera
dari kitab suci, kehidupan seputar rumahtangga, dsb.

7. Kegiatan Bermain

Kegiatan sekolah mengurangi waktu bermain daripada masa sebelumnya. Ditunjang dg: TV,
radio dan buku bacaan. Bermain kelompok lebih disukai banyak memberikan pengalaman
berharga. Bermain kelompok lainnya permainan olah raga: basket, volley, sepak bola.
Permainan konstruktif kreativitas anak.
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2242/3/CHAPTER%20II.pdf

https://staffnew.uny.ac.id/upload/132206556/pengabdian/perkembangan-anak.pdf

https://www.google.com/url?q=http://simdiklat.gtkpaud.kemdikbud.go.id/upload/modul_mater
i/3__Modul_Diklat_Dasar_2020_Perkembangan_Anak_Usia_Dini.pdf

https://www.google.com/url?q=https://jurnaldidaktika.org/contents/article/download/71/53

https://www.google.com/url?q=http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PGTK/196510011998022-
ERNAWULAN_SYAODIH/PERKEMBANGAN_PESERTA_DIDIK_SD.

Anda mungkin juga menyukai