Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASKEP KOMUNITAS PADA REMAJA

OLEH :
Kelompok 3
Agusriani : 17.11.004
Eme Triska : 17.11.057
Hesti Hesturini : 17.11.075
Iva Santika : 17.11.081
Sulistiani : 17.11.182
Andi Putra Laila : 17.11.215
Sona Harahap : 17.11.175
Dosen Pengampu : Siti Marlina S.Kep M.Kes

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
T.A 2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini di seluruh Indonesia, banyak institusi kesehatan tersebar di  bebagai daerah.
Jadi dapat diperkirakan mahasiswa-mahasiswa dengan basic kesehatan semakin banyak pula.
Untuk membantu mengatasi masalah remaja, maka mahasiswa dengan basic kesehatan
hendaknya ikut berperan aktif yakni dengan memberikan pendidikan pada remaja di sekolah
ataupun di fakultas non kesehatan. Strategi yang dapat di jalankan adalah melalui
penyebarluasan  pengalaman dan pelajaran tentang masalah yang banyak terjadi pada remaja.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi masa yang yang
menyenangkan, meski bukan berarti tanpa masalah. Banyak  proses yang harus dilalui
seseorang dimasa transisi kanak-kanak menjadi dewasa ini. Tantangan yang dihadapi
orangtua dan petugas kesehatan dalam menangangi problematika remaja pun akan semakin
kompleks. Namun ada  penyelesaian masalah untuk membentuk manusia-manusia kreatif
dengan karakter yang kuat, salah satunya dengan melakukan asuhan keperawatan komunitas
pada kelompok remaja.
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih
membawa dampak pada semua kehidupan, terutama pada generasi penerus bangsa khususnya
pada remaja. Salah satunya dampak negative banyak para pelajar di kalangan remaja sudah
merokok,  berkendaraan dengan kecepatan tinggi, percobaan bunuh diri, minum-minuman
dan penggunaan zat yang merusak kesehatan.
Dampak yang terjadi pada remaja itu merupakan masalah yang komplek, ditandai
oleh dorongan penggunaan yang tidak terkendali untuk terus menerus digunakan, walaupun
mengalami dampak yang negative dan menimbulkan gangguan fungsi sehari-hari baik
dirumah, sekolah maupun di masyarakat.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Remaja

Masa remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke tahap berikutnya dan mengalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga penuh dengan masalah-masalah (Hurlock,1998). Oleh karenanya, remaja
sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan
yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial (TP-KJM,2002).
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya
usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai
tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk
pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-
18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10
tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah
bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum
siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak
lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir
tidak memiliki pola perkembangan yang pasti. Dalam perkembangannya seringkali mereka
menjadi bingung karena kadang-kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu
mereka dituntut untuk bersikap mandiri dan dewasa.
2.2. Karakteristik Masa Remaja
Sebagai periode yang paling penting, masa remaja ini memiliki karakterisitik yang
khas jika dibanding dengan periode- periode perkembangan lainnya. Menurut Aulia (2006)
rinciannya adalah sebagai berikut:
1. Masa remaja adalah periode yang penting

Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak langsung dan
dampak jangka panjang dari apa yang terjadi pada masa ini. Selain itu, periode ini pun
memiliki dampak penting terhadap perkembangan fisik dan psikologis individu, dimana
terjadi perkembangan fisik dan psikologis yang cepat dan penting. Kondisi inilah yang
menuntut individu untuk bisa menyesuaikan diri secara mental dan melihat pentingnya
menetapkan suatu sikap, nilai-nilai dan minta yang baru.
2. Masa remaja adalah masa peralihan

Periode ini menuntut seorang anak untuk meninggalkan sifat- sifat kekanak-kanakannya
dan harus mempelajari pola-pola perilaku dan sikap-sikap baru untuk menggantikan dan
meninggalkan pola-pola perilaku sebelumnya. Selama peralihan dalam periode ini, seringkali
seseorang merasa bingung dan tidak jelas mengani peran yang dituntut oleh lingkungan.
Misalnya, pada saat individu menampilkan perilaku anak-anak maka mereka akan diminta
untuk berperilaku sesuai dengan usianya, namun pada kebalikannya jika individu mencoba
untuk berperilaku seperti orang dewasa sering dikatakan bahwa mereka berperilaku terlalu
dewasa untuk usianya.

3. Masa remaja adalah periode perubahan

Perubahan yang terjadi pada periode ini berlangsung secara cepat, perubahan fisik yang
cepat membawa konsekuensi terjadinya perubahan sikap dan perilaku yang juga cepat.
Terdapat lima karakteristik perubahan yang khas dalam periode ini yaitu, (1) peningkatan
emosionalitas, (2) perubahan cepat yang menyertai kematangan seksual, (3) perubahan tubuh,
minat dan peran yang dituntut oleh lingkungan yang menimbulkan masalah baru, (4) karena
perubahan minat dan pola perilaku maka terjadi pula perubahan nilai, dan (5) kebanyakan
remaja merasa ambivalent terhadap perubahan yang terjadi.

4. Masa remaja adalah usia bermasalah

Pada periode ini membawa masalah yang sulit untuk ditangani baik bagi anak laki-
laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan oleh dua lasan yaitu : pertama, pada saat anak-
anak

paling tidak sebagian masalah diselesaikan oleh orang tua atau guru, sedangkan sekarang
individu dituntut untuk bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Kedua, karena mereka
dituntut untuk mandiri maka seringkali menolak untuk dibantu oleh orang tua atau guru,
sehingga menimbulkan kegagalan-kegagalan dalam menyelesaikan persoalan tersebut.

5. Masa remaja adalah masa pencarian identitas diri

Pada periode ini, konformitas terhadap kelompok sebaya memiliki peran penting bagi
remaja. Mereka mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian, berbicara dan berperilaku
sebisa mungkin sama dengan kelompoknya. Salah satu cara remaja untuk meyakinkan
dirinya yaitu dengan menggunakan simbol status, seperti mobil, pakaian dan benda-benda
lainnya yang dapat dilihat oleh orang lain.
6. Masa remaja adalah usia yang ditakutkan

Masa remaja ini seringkali ditakuti oleh individu itu sendiri dan lingkungan.
Gambaran-gambaran negatif yang ada dibenak masyarakat mengenai perilaku remaja
mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan remaja. Hal ini membuat para remaja itu
sendiri merasa takut untuk menjalankan perannya dan enggan meminta bantuan orang tua
atau pun guru untuk memecahkan masalahnya.

7. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis

Remaja memiliki kecenderungan untuk melihat hidup secara kurang realistis, mereka
memandang dirinya dan orang lain sebagaimana mereka inginkan dan bukannya sebagai
dia sendiri. Hal ini terutama terlihat pada aspirasinya, aspiriasi yang tidak realitis ini tidak
sekedar untuk dirinya sendiri namun bagi keluarga, teman. Semakin tidak realistis aspirasi
mereka maka akan semakin marah dan kecewa apabila aspirasi tersebut tidak dapat mereka
capai.

8. Masa remaja adalah ambang dari masa dewasa

Pada saat remaja mendekati masa dimana mereka dianggap dewasa secara hukum,
mereka merasa cemas dengan stereotype remaja dan menciptakan impresi bahwa mereka
mendekati dewasa. Mereka merasa bahwa berpakaian dan berperilaku seperti orang dewasa
seringkali tidak cukup, sehingga mereka mulai untuk memperhatikan perilaku atau simbol
yang berhubungan dengan status orang dewasa seperti merokok, minum, menggunakan obat-
obatan bahkan melakukan hubungan seksual.

2.3. Tugas Perkembangan Masa Remaja

Semua tugas-tugas perkembangan masa remaja terfokus pada bagaimana melalui sikap
dan pola perilaku kanak-kanak dan mempersipakan sikap dan perilaku orang dewasa. Rincian
tugas-tugas pada masa remaja ini adalah sebagai berikut :

1. Mencapai relasi yang lebih matang dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin

2. Mencapai peran sosial feminin atau maskulin

3. Menerima fisik dan menggunakan tubuhnya secara efektif

4. Meminta, menerima dan mencapai perilaku bertanggung jawab secara sosial

5. Mencapai kemandirian secara emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya

6. Mempersiapkan untuk karir ekonomi


7. Memperiapkan untuk menikah dan berkeluarga

8. Memperoleh suatu set nilai dan sistem etis untuk mengarahkan perilaku
2.4. Perubahan yang Terjadi pada Masa Remaja
1. Perubahan Fisik Masa Remaja
a. Tinggi badan
Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia 17/18 tahun dan bagi
anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.
b. Berat badan
Perubahan berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi badan, hanya
saja sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.
c. Proporsi tubuh
Berbagai bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal : badan lebih lebar
dan lebih kuat.
d. Organ seksual
Pada laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada periode remaja
akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun kemudian
e. Karakteristik sex sekunder
Karakteristik sek sekunder utama mengalami perkembangan pada level dewasa pada
periode remaja akhir.
2. Emosionalitas Masa Remaja
Selain terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan dalam
emosionalitas remaja yang cukup mengemuka, sehingga ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan dari perubahan pada aspek emosionalitas ini. Masa ini disebut sebagai masa
“storm and stres” dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional yang dihasilkan dari
perubahan fisik dan hormonal.
Pada masa ini emosi seringkali sangat intens, tidak terkontrol dan nampak
irrasional, secara umum terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap usia yang
dilalui. Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan
meledak secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya mereka
mengatakan tidak terlalu merasa khawatir.
Hal yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka diperlakukan seperti
anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak adil. Ekspresi kemarahannya mungkin
berupa mendongkol, menolak untuk bicara, atau mengkritik secara keras. Hal yang juga
cukup mengemuka yaitu pada masa ini remaja lebih iri hati terhadap mereka yang memiliki
materi lebih.
3. Perubahan Sosial pada remaja

Salah satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah penyesuaian
sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang berlainan dalam suatu
relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa diluar keluarga dan
lingkungan sekolah.
Pada masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah
bersama dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa dipahami apabila teman sebaya sangat
berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku remaja.
Perubahan dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap dan
perilaku dalam relasi heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan
lawan jenis menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat
dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan sosial yang
terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman, dimana sekarang remaja lebih
memilih yang memiliki minat dan nilai- nilai yang sama, bisa memahami dan membuat
merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan
dengan guru atau orang tua. Pada masa ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil
sebagai seorang yang populer dan disukai oleh lingkungannya.
4. Tanda-tanda bahaya dari penyesuaian diri yang salah pada remaja
Dengan adanya perubahan yang terjadi dalam fisik, psikologis dan sosial pada remaja
yang sangat cepat dan drastis menuntut remaja tersebut untuk bisa menyesuaikan diri
dengan perubahan tersebut dan tuntutan-tuntutan lingkungan baru yang menyertainya. Pada
kenyataannya tidak semua remaja dapat menyesuaikan dengan perubahan tersebut, berikut
adalah beberapa tanda-tanda penyesuaian diri yang salah pada remaja :
a. Tidak bertanggung jawab, misalnya mengabaikan sekolah.
b. Agresif secara berlebihan dan sikap yang tertalu yakin atas dirinya.
c. Perasaan tidak aman, yang menyebabkan remaja harus menyesuaikan dengan standar
kelompok.
d. Homesickness
e. Menghayal secara berlebihan sebagai upaya untuk mengkompensir ketidakpuasan dari
kehidupan sehari-hari.
f. Regresi perilaku ke tingkat perkembangan yang lebih awal misalnya mengompol,
ngamuk pada saat marah dan lain-lain.
g. Menggunakan defense mechanism secara berlebihan, seperti
rasionalisasi, proyeksi, fantasi, dan displacement.
2.5. Permasalahan Remaja

1. Remaja dan Rokok

Di masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak asing.
Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun dilain
pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok sendiri maupun orang- orang
disekitarnya. Berbagai kandungan zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak
negatif bagi tubuh penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang merokok adalah untuk mendapat
pengakuan (anticipatory beliefs), untuk menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan
menganggap perbuatannya tersebut tidak melanggar norma (permissive beliefs/ fasilitative)
(Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok yang dilakukan oleh remaja yang
biasanya dilakukan didepan orang lain, terutama dilakukan di depan kelompoknya karena
mereka sangat tertarik kepada kelompok sebayanya atau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya. Penyebab remaja merokok, antara lain :
a. Pengaruh orangtua
Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak- anak muda yang berasal
dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak-
anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi perokok
dibanding anak-anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia (Baer &
Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294).
b. Pengaruh teman
Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka
semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya.
Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi, pertama remaja tadi terpengaruh oleh
teman-temannya atau bahkan teman-teman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja
tersebut yang akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok begitu pula
dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991).

c. Faktor Kepribadian
Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri
dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan. Namun satu sifat
kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah
konformitas sosial. Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial
lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah (Atkinson,1999).

d. Pengaruh Iklan

Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa
perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali terpicu untuk
mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. (Mari Juniarti, Buletin RSKO,
tahun IX,1991).

2. Remaja dan Peyalahgunaan Minuman Keras dan Narkoba

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus penyalahgunaan


narkoba di Indonesia dari tahun 1998-2003 adalah di mana 70% diantaranya berusia antara
15 -19 tahun.

a. Narkoba

Narkoba (singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Aditif berbahaya lainnya)
adalah bahan/zat yang jika dimasukan dalam tubuh manusia, baik secara oral/diminum,
dihirup, maupun disuntikan, dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan
perilaku seseorang. Narkoba dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi)fisik dan psikologis.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 22 tahun
1997). Yang termasuk jenis narkotika adalah :
 Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
 Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran
dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang- Undang No. 5/1997).
b. Alkohol
Alkohol adalah zat penekan susuan syaraf pusat meskipun dalam jumlah kecil
mungkin mempunyai efek stimulasi ringan. Minuman beralkohol mempunyai kadar yang
berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol ( 1-7% alkohol), anggur (10-15% alkohol) dan
minuman keras yang biasa disebut dengan spirit (35 – 55% alkohol). Konsentrasi alkohol
dalam darah dicapai dalam 30 – 90 menitsetelah diminum.
Pengaruh alkohol terhadap tubuh (fisik dan mental) bervariasi, tergantung pada
beberapa faktor yaitu :
 Jenis dan jumlah alkohol yang dikonsumsi
 Usia, berat badan, dan jenis kelamin
 Makanan yang ada di dalam lambung
 Pengalaman seseorang minum-minuman beralkohol
 Situasi dimana orang minum-minuman beralkohol Tabel1. Pengaruh Alkohol pada
Perilaku
3. Remaja dan Penyimpangan Seksual
Kita telah ketahui bahwa kebebasan bergaul remaja sangatlah diperlukan agar mereka
tidak "kuper" dan "jomblo" yang biasanya jadi anak mama. "Banyak teman maka banyak
pengetahuan". Namun tidak semua teman kita sejalan dengan apa yang kita inginkan.
Mungkin mereka suka hura-hura, suka dengan yang berbau pornografi, dan tentu saja ada
yang bersikap terpuji. Benar agar kita tidak terjerumus ke pergaulan bebas yang
menyesatkan. Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan
manusia yang di dalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan
sangat berpengaruh terhadap pembentukan diri remaja itu sendiri. Masa remaja dapat
dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam berbagai hal, tidak
terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, organ reproduksi pun
mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami kematangan. Kematangan
organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai lawan
jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan sangat
berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut.
Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal
kematangan organ reproduksi pada remaja adalah masalah kehamilan yang terjadi pada
remaja diluar pernikahan. Apalagi apabila Kehamilan tersebut terjadi pada usia sekolah.
Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak. Pertama
yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang sampai saat
ini terjadi adalah sekolah meresponya dengan sangat buruk dan berujung dengan
dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi
tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut.
Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Kehamilan remaja adalah isu yang saat ini mendapat perhatian pemerintah. Karena
masalah kehamilan remaja tidak hanya membebani remaja sebagai individu dan bayi mereka
namun juga mempengaruhi secara luas pada seluruh strata di masyarakat dan juga
membebani sumber-sumber kesejahteraan. Namun, alasan-alasannya tidak sepenuhnya
dimengerti. Beberapa sebab kehamilan termasuk rendahnya pengetahuan tentang keluarga
berencana, perbedaan budaya yang menempatkan harga diri remaja di lingkungannya,
perasaan remaja akan ketidakamanan atau impulsifisitas, ketergantungan kebutuhan, dan
keinginan yang sangat untuk mendapatkan kebebasan. Selain masalah kehamilan pada remaja
masalah yang juga sangat menggelisahkan berbagai kalangan dan juga banyak terjadi pada
masa remaja adalah banyaknya remaja yang mengidap HIV/AIDS.

remaja yang handal dan sehat. Remaja harus mengetahui dirinya memiliki kekhawatiran dan
harapan, dengan kata lain remaja harus mengerti dirinya sendiri. Faktor yang berkembang
pada setiap remaja antara lain fisik, intelektual, emosional, spiritual. Kecepatan
perkembangan tersebut adalah fisik 3, intelektual 20%, emosional 30%, dan spiritual 15%
Faktor fisik berkembang secara tepat sedangkan faktor lainnya berkembang tidaksama
besar. Perkembangan yang tidak seimbang inilah yang menimbulkan kejanggalan dan
berpengaruh terhadap perilaku remaja. Bagaimana seseorang remaja melihat dirinya sendiri,
orang lain serta hubungannya dengan orang lain termasuk orang tua dan pembina. Kadang-
kadang ia ingin dianggap sebagai anak-anak, orang dewasa, orang lain dianggap sebagai
orang tua, teman
2.6. Peran Perawat Komunitas
1. Pemberi asuhan keperawatan
2. Advokat
3. Konselor
4. Edukator
5. Collabolator
6. Koordinator
7. Change agent
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1. Pengkajian
Pengkajian berikut dilakukan menurut teori Community as Partner/Client pada kelompok
remaja :
Data inti, terdiri dari :
1. Sejarah : lingkungan tempat tinggal remaja sangat mempengaruhi perilaku remaja,
semakin lama remaja tinggal di suatu wilayah, semakin melekat kebiasaan dan adat
istiadat dari daerah tersebut pada diri remaja.
2. Demografi
3. Vital statistik
4. Kelahiran
5. Mortalitas : Karena penyakit : HIV/
Bukan karena penyakit :
 Sebagian besar karena kecelakaan : berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB
(WHO), kecelakaan lalu lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun
 Persalinan : Remaja putri berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2-5 kali resiko
kematian ketika persalinan dibandingkan dengan wanita yang telah berusia 18-25
tahun akibat persalinan macet, perdarahan, maupun faktor lain. Ahmad (2004) dari
laporan Save the Children : 1 dari 10 persalinan dialami oleh ibu yang masih anak2,
berusia 11-12 tahun menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan membunuh
70,000 remaja puteri tiap tahun
6. Morbiditas : kasus yang sering terjadi pada remaja yang dapat dikelompokkan menjadi 2:
Karena penyakit, penyakit yang sering terjadi pada remaja antara lain : fraktur karena
trauma, penyakit kulit, tipoid, penyakit infeksi, DBD, dan lain-lain.
Bukan karena penyakit
1. Kecelakaan : Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia PBB (WHO), kecelakaan lalu
lintas di Indonesia mencapai 30 ribu orang per tahun
2. Komplikasi aborsi yang tidak aman akibat kehamilan yang tidak diinginkan. Survey
di Negara-negara berkembang hamper 60 % kehamilan dibawah usia 20 tahun adalah
kehamilan yang tidak diinginkan
3. Penyalahgunaan alkohol dikelompokkan berdasarkan pendidikan formal pada tahun
2006
4. Tipe Keluarga : remaja biasanya tinggal di lingkungan kelurga, antara lain : orang tua
yang perhatian, orang tua yang bekerja satu hari penuh dan tidak punya waktu untuk
keluarga, orang tua dengan kemampuan ekonomi yang kurang, orang tua dengan
kemampuan ekonomi di atas rata-rata. Perbedaan tipe keluarga dapat mempengaruhi
pembentukan kepribadian remaja.
5. Status perkawinan : sebagian besar remaja belum menikah namun ada pula remaja
yang sudah menikah.
6. Kelompok etnis
7. Nilai dan keyakinan :
1. Komponen sub sistem, terdiri dari :
a. Lingkungan fisik
Pengkajian lingkungan fisik
1) Perumahan dan Lingkungan
Lingkungan perumahan yang kumuh dan kotor memungkinkan remaja lebih banyak
melakukan kegiatan negatif
Perumahan mewah tidak memungkinkan remaja berinteraksi dengan baik dengan tetangga
2) Lingkungan terbuka
3) Batas
4) Kebiasaan :
 Tempat kumpul-kumpul : mall, rumah teman, masjid, warung-warung pinggir jalan
dan lain-lain
 Waktu kumpul-kumpul : setelah pulang sekolah, saat libur sekolah
 Kebiasaan remaja : positif (belajar, berorganisasi, mengaji, kursus, dan lain-lain),
negatif (merokok, mencoba narkoba, tawuran, berkelahi, membolos, nongkrong,
minum alkohol, free sex, dan lain-lain)
5) Transportasi : Pola pikir remaja yang dalam tahap berkembang menyebabkan sikap
pemberontakan dalam dirinya, biasanya ditunjukkan dengan sikap : ngebut-ngebutan
6) Pusat pelayanan : posyandu remaja, puskesmas, pusat pelayanan KRR di sekolah
(meliputi : informasi akurat PMS, kontrasepsi, keterampilan remaja menghadapi
tekanan kelompoknya dan meningkatkan tanggungjawab remaja), pelatihan kader
remaja untuk menjadi edukator dan pemberi dukungan
7) Tempat belanja : remaja sering nongkrong dan berbelanja di mall, pasar, pusat
perbelanjaan
8) Tempat ibadah : masjid, gereja, wihara, pura
9) Politik : poster tentang narkoba, free sex, aborsi
10) Media : TV, radio, koran, majalah, papan pengumuman
11) Orang jalanan : banyak pula remaja yang menjadi pengamen dan anak jalanan. Ada
yang disebabkan karena kondisi ekonomi yang sulit dan bahkan ada remaja yang
kabur dari rumahnya karena perseteruan denagn orang tua sehingga menjadi
glandangan.
b. Pelayanan kesehatan dan sosial :
 Fasilitas dalam komunitas, misalnya puskesmas, posyandu remaja
 Fasilitas di luar komunitas, misalnya konseling konseling yang berhubungan dengan
gender, kekerasan, perilaku seksual bertanggung jawab dan PMS
c. Ekonomi
 Karakteristik finansial : sebagian besar remaja tidak memiliki penghasilan
sendiri dan masih bergantung pada orang tua. Namun ada sebagian remaja
yang mempunyai pekerjaan sehingga mempunyai penghasilan sendiri, namun
kebanyakan penghasilan tersebut hanya digunakan untuk menambah uang
saku.
 Karakteristik pekerjaan, sebagian besar remaja belum memiliki pekerjaan
karena mereka masih sekolah. Namun, ada pula remaja yang putus sekolah
(kebanyakan karena masalah ekonomi) dan memutuskan untuk bekerja.
Pekerjaan yang biasa dilakukan oleh remaja antara lain, berjualan kue, koran,
pelayan restoran, mengamen, bahkan banyak pula remaja yang menjadi PSK,
dan lain- lain.
 Keamanan dan transportasi : transportasi yang sering dipakai oleh remaja
adalah sepeda motor, namun sebagian kecil memakai mobil dan sepeda mini.
Dan sering pula remaja kurang memperhatikan keamanan dirinya karena
sering mengebut saat mengendarai kendaraaan mereka.
 Politik dan pemerintahan
Kelompok pelayanan masyarakat yang sering diikuti oleh remaja, antara lain : Karang
Taruna, PMR, Pramuka, PKS
 Komunikasi
Komunikasi formal : Koran, Radio, TV
Komunikasi informal : Papan pengumuman, poster (tentang narkoba, free sex, merokok),
internet
 Pendidikan : institusi pendidikan pada remaja antara lain : SD, SMP, dan
SMA. Program UKS biasanya dijalankan di sekolah-sekolah untuk kesehatan
remaja. Selain itu pendidikan KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja) telah
dilakukan atas dukungan Depkes dan WHO di sekolah dan lembaga
pendidikan.
 Rekreasi : Waktu luang remaja biasanya diisi dengan berbagai kegiatan baik
yang positif maupun negatif. Positif : kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, les
pelajaran tambahan, les minat dan bakat, mengaji dll.
3.2. Diagnosa Keperawatan
Masalah yang dapat diangkat dari pengkajian diatas antara lain :
1) Penggunaan NAPZA di kalangan remaja
2) Resiko penyimpangan seksual
3) Resiko tinggi konflik keluarga
4) Resiko terjadi kenakalan pada Remaja
5) Gangguan citra tubuh
6) Perilaku destruktif
7) Perubahan pemeliharaan kesehatan
8) Depresi
9) Nutrisi kurang/lebih
10) Resiko cedera
11) Kurang Perawatan diri
12) Kurang pengetahuan
3.3. Intervensi Keperawatan
1. Masalah Keperawatan : Terjadinya penggunaan NAPZA di kalangan remaja
Intervensi yang dilakukan :
a. Pada Klien :
Tujuan : Dapat membantu klien dengan NAPZA mengatasi masalah ketergantungan
Intervensi :
1. Mendiskusikan dampak penggunaan NAPZA bagi kesehatan, cara meningkatkan
motivasi berhenti, dan cara mengontrol keinginan
2. Menganjurkan remaja untuk tidak berinteraksi dengan teman yang dapat memberi
pengaruh yang buruk
3. Melatih cara meningkatkan motivasi dan mengontrol keinginan
4. Meningkatkan interaksi sosial dan keterlibatan remaja dalam kelompok
5. Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
b. Pada Keluarga : Tujuan :
1. Keluarga dapat mengenal masalah ketidakmampuan anggota
keluarganya berhenti menggunakan NAPZA
2. Keluarga dapat meningkatkan motivasi klien untuk berhenti
3. Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien NAPZA
4. Keluarga dapat mengidentifikasi kondisi pasien yang perlu dirujuk
Intervensi :
1. Membangun hubungan saling percaya dengan remaja dan keluarga
2. Diskusikan tentang masalah yang dihadapai keluarga dalam merawat klien
3. Diskusikan bersama keluarga tentang penyalahgunaan atau keterganungan zat (tanda
gejala, penyebab, akibat) dan tahapan penyembuhan klien (pencegahan, pengobatan
dan rehabilitasi)
4. Diskusikan kondisi klien NAPZA yang perlu dirujuk ke RS
5. Diskusi dengan keluarga untuk selalu memfasilitasi remaja agar terbuka pada
keluarganya
6. Memperhatikan pergaulan klien
7. Memperkenalkan pada kelurga tentang fase perkembangan remaja dan tugas
perkembangan remaja
2. Masalah Keperawatan : Resiko penyimpangan seksual
Intervensi yang dilakukan:
Pada Klien :
Tujuan : Menghindarkan remaja dari perilaku penyimpangan seksual Intervensi :
1. Menjelaskan tentang fungsi seksual, perubahan fisik yang dapat mempengaruhi
psikologis dan sosial remaja
2. Diskusi tentang bahaya free sex bagi kesehatan tubuh dan akibat dari free sex bagi
kehidupan sosial
3. Menganjurkan remaja untuk menghindari bergaul dengan teman yang dapat memberi
dampak yang buruk
4. Menganjurkan untuk sering berdiskusi dengan orang tua tentang perasaannya
5. Membantu remaja mengenali tahap perkembangan dan tugas yang akan dilaluinya
6. Memberi kesempatan pada remaja mendapat pengalaman sosial, emosional dan situasi
etis untuk meningkatkan proses belajar dan otonomi dan tanggung jawab
7. Menganjurkan remaja untuk meningkatkan kualitas agamanya
3. Resiko cedera
Pada Klien :
Tujuan : Menghindari cedera pada remaja (kecelakaan lalu lintas) Intervensi :
1. Diskusi tentang pentingnya mematuhi peraturan lalu lintas dan akibatnya jika
dilanggar
2. Diskusi tentang semakin banyaknya pelajar yang meninggal akibat kecelakaan lalu
lintas
3. Diskusi cara untuk menghindari kecelakaan lalu lintas
3.4. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tahapan realisasi dari rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun. Prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan yaitu:
1. Berdasarkan respon masyarakat
2. Bekerjasama dengan profesi lain
3. Memperhatikan perubahan lingkungan masyarakat
4. Melibatkan psrtisipasi dan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan implementasi
keperawatan
3.5. evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan rencana
proses tersebut.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasannya usia
maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang dahulu dianggap sebagai
tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai patokan atau batasan untuk
pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu terjadi pada akhir usia belasan (15-
18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10
tahun mungkin saja sudah (atau sedang) mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah
bisa dikatakan sebagai remaja dan sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum
siap menghadapi dunia nyata orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak
lagi. Berbeda dengan balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir
tidak memiliki pola perkembangan yang pasti.

3.2. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan remaja dapat lebih menjaga diri dan lebih
mementingkan kesehatan.
Daftar isi

Achir Yani. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Anak dan Remaja. Jakarta : FIK UI
Aulia Iskandarsyah. (2006). Remaja Dan Permasalahannya Perspektif Psikologi terhadap
Permasalahan Remaja dalan Bidang Pendidikan. Jatinangor : FPsi UNPAD
Efri Widianti. (2007). Makalah Remaja dan Permasalahannya : Bahaya Merokok,
Penyimpangan seks pada Remaja dan Bahaya Penyalahgunaan Minuman Keras Narkoba.
Jatinangor : FIK UNPAD
Imami Nur. (2000). Pelatihan Kesehatan Reproduksi Remaja untuk Mencegah Kematian
Perinatal.
Jusuf Tjahjo. (2009). Intervensi Komunitas untuk Menghentikan Perilaku Merokok Remaja.
Jakarta : FPsi Univ.Satya Wacana
Komisi Penanggulangan AIDS . (2007). Strategi Nasional PEnanggulangan HIV AIDS 2007-
2010.

Anda mungkin juga menyukai