Disusun Oleh
Kelompok 3 :
1. Wenny Hartati (1826010035)
2. Nimi (1826010005)
3. Wahyu Anugera Khasanah (182601000)
4. Titania Aulia Putri (1826010022)
5. Yeti Septaria (1826010015)
6. Nurni Hamidah (1826010028)
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengerti Bencana ................................................................................. 4
B. Klasifikasi Bencana ............................................................................. 4
C. Proses Terjadinya Bencana .................................................................. 5
D. Penegrtian Penyandang Cacat/Disabilitas ........................................... 5
E. Klasifikasi Penyandang Cacat/Disablitas ............................................ 7
F. Penyadang Cacat Dalam Bencana ....................................................... 10
G. Drajat Kecacatan .................................................................................. 12
H. Hak-Hak Penyandang Cacat/Disabilitas .............................................. 14
I. Penatalaksanaan ................................................................................... 16
J. Pencegahan .......................................................................................... 17
K. Askep Teoritis ..................................................................................... 18
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 32
B. Saran .................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang dilahirkan berbeda. Tidak ada manusia yang benar-
benar sama meskipun mereka kembar. Perbedaan tersebut dapat terjadi
pada kondisi fisik dan non fisik.Merupakan hal wajar jika setiap orang
berbeda dalam banyak hal seperti warna kulit, bentuk jasmani, minat,
potensi atau kecerdasan. Oleh karena itu dalam kehidupan sehari-hari
disamping individu yang secara fisik normal sering kita jumpai, ada pula
individu yang memiliki fisik tidak normal,yang sering dikenal sebagai
penyandang cacat. Masalah penyandang cacat bukan merupakan masalah
yang kecil, terutama di negara seperti Indonesia.Karena permasalahan
yang dihadapi meliputi segala aspek hidup dan kehidupan seperti
pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan.
Penyandang cacat tubuh sebagai salah satu penyandang masalah
kesejahteraan social perlu mendapat perhatian agar mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.Penyandang cacat tubuh adalah mereka
yang tubuhnya tidak normal sehingga menghambat kemampuannya untuk
melaksanakan fungsi sosialnya di masyarakat.Mereka masih bisa berpikir
normal, dapat melihat, mendengar, beraktivitas dan berbuat sesuatu.
Penyandang cacat tubuh secara psikis akan mengalami rasa rendah
diri dan kesulitan dalam menyesuaikan diri di masyarakat, karena
perlakukan masyarakat/lingkungan sekitar berupa celaan atau belas
kasihan ketika memandang mereka.
Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas
harus mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana
semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas
dilakukan bekerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan
bersifat berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral, asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan, lingkungannya termasuk lingkungan sosial, ekonomi
serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan, pelayanan
keperawatan komunitas juga harus memperhatikan prinsip keadilan
dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Benccana ?
b. Apa Klasifikasi Bencana ?
c. Bagaimana Proses Teradunya Bencana ?
d. Apa Pengertain Penyandang Cacat/Disabilitas ?
e. Apa Klasifikasi Penyandang Cacat ?
f. Bagaimana Penyandang Cacat Dalam Bencana ?
g. Apa Saja Derajat Kecacatan ?
h. Apa saja Hak-Hak Penyandang Cacat/Disabilitas ?
i. Bagaiamana Penatalaksanaannya ?
j. Bagaiaman Pencegahannya ?
k. Bagaimana Askep Teoritisnya ?
l. Bagaiamana Askep Kasusnya ?
C. Tujuan
a. Untuk Mengetahui Pengertian Benccana.
b. Untuk Mengetahui Klasifikasi Bencana.
c. Untuk Mengetahui Proses Teradunya Bencana.
d. Untuk Mengetahui Penyandang Cacat/Disabilitas.
e. Untuk Mengetahui Klasifikasi Penyandang Cacat.
f. Untuk Mengetahui Penyandang Cacat Dalam Bencana.
g. Untuk Mengetahui Derajat Kecacatan.
h. Untuk Mengetahui Hak-Hak Penyandang Cacat/Disabilitas.
i. Untuk Mengetahui Penatalaksanaannya.
j. Untuk Mengetahui Pencegahannya.
k. Untuk Mengetahui Askep Teoritisnya.
l. Untuk Mengetahui Askep Kasus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bencana
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 pasal 1, Bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (Paramesti,
2011).
Bencana merupakan suatu peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oleh faktor alam danatau faktor nonalam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana tidak
terjadi begitu saja, namun ada faktor kesalahan dan kelalaian manusia
dalam mengantisipasi alam dan kemungkinan bencana yang dapat
menimpanya (Nartyas, 2013).
B. Klasifikasi Bencana
Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor
alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Jenis-jenis bencana menurut
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan bencana,
yaitu :
a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin
topan, dan tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa non alam antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi dan wabah penyakit.
c. Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat.
d. Kegagalan Teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan
oleh kesalahan desain, pengoprasian, kelalaian dan kesengajaan,
manusia dalam penggunaan teknologi dan atau insdustri yang
menyebabkan pencemaran, kerusakan bangunan, korban jiwa, dan
kerusakan lainnya.
G. Derajat Kecacatan
Dalam Pasal 13 UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
dikatakan bahwa setiap penyandang cacat mempunyai kesamaan
kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat
kecacatannya.
Berdasarkan derajat kecacatannya dibedakan :
1. Cacat Tubuh Ringan
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan
aktifitas hidup sehari-harinya tidak memerlukan pertolongan orang
lain. Termasuk dalam golongan cacat ini adalah amputasi tanganatau
kaki salah satu, cerebral palcy ringan, layuh salah satu kaki,
tangan/kaki bengkok dan sebagainya.
2. Cacat Tubuh Sedang
Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh,dimana kebutuhan
aktivitas hidup sehari-harinya Harus dilatih terlebih dahulu, sehingga
untuk seterusnya dapat dilakukan tanpa pertolongan. Termasuk
Golongan ini adalah cerebral palcy sedang, amputee dua tangan atas
siku, muscle destrophy sedang, scoliosis dan seterusnya.
3. Cacat Tubuh Berat
Yaitu mereka yang untuk kebutuhan aktivitas hidup sehari-harinya
selalu memerlukan pertolongan orang lain, antara lain amputee dua
kaki atas lutut dan dua tangan atas siku, cerebral palcy berat, layuh dua
kaki dan dua tangan, paraplegia beratdan sebagainya. (Departemen
Sosial, 2008).
Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 4 Tahun 1997 dan Pasal 1 angka
2 PP No 43 Tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial
Penyandang Cacat yang dimaksud dengan derajat kecacatan adalah berat
ringannya keadaan cacat yang disandang seseorang. Pada Pasal 2 PP No
43 Tahun 1998 diatur bahwa penentuan jenis dan tingkat kecacatan yang
disandang oleh seseorang ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung
jawab di bidang kesehatan.
Lebih lanjut Pasal 6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor: 104/MENKES/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik,
dinyatakan bahwa penyandang cacat dapat dibedakan dalam jenis dan
derajat kecacatan yang meliputi cacat fisik, cacat mental dan cacat fisik
dan mental. Cacat fisik meliputi cacat bahasa, penglihatan, pendengaran,
skeletal, rupa, visceral dan generalisata. Cacat mental meliputi cacat
intelektual dan psikologi lainnya. Cacat fisik dan mental mencakup
kecacatan baik yang dimaksud dalam kriteria cacat fisik dan cacat mental.
Pasal 7 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
104/MENKES/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik mengatur bahwa
derajat kecacatan dinilai berdasarkan keterbatasan kemampuan seseorang
dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari yang dapat dikelompokan, antara
lain :
a. Derajat Cacat 1 : mampu melaksanakan aktifitas atau mempertahankan
sikap dengan kesulitan.
b. Derajat Cacat 2 : mampu melaksanakan kegiatan atau
mempertahankan sikap dengan bantuan alat bantu.
c. Derajat Cacat 3 : dalam melaksanakan aktifitas, sebagian memerlukan
bantuan orang lain dengan atau tanpa alat bantu.
d. Derajat Cacat 4 : dalam melaksanakan aktifitas tergantung penuh
terhadap pengawasan orang lain.
e. Derajat Cacat 5 : tidak mampu melakukan aktifitas tanpa bantuan
penuh orang lain dan tersedianya lingkungan khusus.
f. Derajat Cacat 6 : tidak mampu penuh melaksanakan kegiatan sehari-
hari meskipun dibantu penuh orang.
I. Penatalaksanaan
1. Mendengarkan Dengan Penuh Perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal
bahwa perawat perhatian terhadap kebutuhan dan masalah klien.
Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan upaya untuk
mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian
adalah dengan :
Pandang klien ketika sedang bicara.
Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk
mendengarkan.
Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
2. Menunjukkan Penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
tidak setuju. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menerima :
Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi
verbal.
Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau
mencoba untuk mengubah pikiran klien.
J. Pencegahan
Pelayanan yang diberikan oleh keperawatan komunitas mencakup
kesehatan komunitas yang luas dan berfokus pada pencegahan yang terdiri
dari tiga tingkat yaitu :
1. Pencegahan Primer
Pelayanan pencegahan primer ditunjukkan kepada penghentian
penyakit sebelum terjadi karena itu pencegahan primer mencakup
peningkatan derajat kesehatan secara umum dan perlindungan spesifik.
Promosi kesehatan secara umum mencakup pendidikan kesehatan baik
pada individu maupun kelompok. Pencegahan primer juga mencakup
tindakan spesifik yang melindungi individu melawan agen-agen
spesifik misalnya tindakan perlindungan yang paling umum yaitu
memberikan imunisasi pada bayi, anak balita dan ibu hamil,
penyuluhan gizi bayi dan balita.
2. Pencegahan Sekunder
Pelayanan pencegahan sekunder dibuat untuk menditeksi penyakit
lebih awal dengan mengobati secara tepat. Kegiatan-kegiatan yang
mengurangi faktor resiko dikalifikasikansebagai pencegahan sekunder
misalnya memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan secara berkala melalui posyandu dan puskesmas.
3. Pencegahan Tersier
Yang mencakup pembatasan kecacatan kelemahan pada seseorang
dengan stadium dini dan rehabilitasi pada orang yang mengalami
kecacatan agar dapat secara optimal berfungsi sesuai dengan
kemampuannya, misalnya mengajarkan latihan fisik pada penderita
patah tulang.
Umur:
Nama Ayah:
Nama Ibu:
Pekerjaan Ayah:
Pekerjaan Ibu:
Alamat:
Agama:
Suku / Bangsa:
Pendidikan Ayah
2. Keluhan Utama
Pada tanggal 01 November 2020 dilakukan pengkajian
dengan keluhan utama gatal dan timbul bintik-bintik merah (rash)
pada bagian hampir seluruh tubuh.
3. Riwayat Masa Lalu
1) Penyakit waktu kecil
2) Riwayat MRS
3) Obat -obatan yang pernah digunakan
4) Tindakan Operasi
5) Alergi
6) Kecelakaan
4. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Diagnosa Medis
2) Tindakan Operasi
3) Status Nutrisi
4) Status CairanObat –obatan
5. pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum
2) TB/BB
3) Mata
Simetris kanan/kiri
Conjungtivitis
Sekres
Purulen
Strabismus
Gerakan bola mata
4) Hidung
Bentuk
Cuping Hidung
b. Diagnosis Keperawatan
1. Ketidaberdayaan berhubungan dengan program
perawatan/pengobatan yang kompleks atau jangka panjang
2. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan hamabatan
fisik
3. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola
koping yang berbeda diantara klien dan orang terdekat
4. Intervensi
No Diagnosa Intervensi
1 Ketidaberdayaan
berhubungan dengan - Identifikasi harapan pasien dan
program keluarga dalam pencapaian hidup
perawatan/pengobatan
yang kompleks atau - Pandu mengingat kembali kenangan
jangka panjang yang menyenagkan
3 Ketidakmampuan koping
keluarga berhubungan - Identifikasi respons emosional
dengan pola koping yang terhadap kondisi saat ini
berbeda diantara klien dan
- Dengarkan masalah, perasaan, dan
orang terdekat
pertanyaan, keluarga.
Kasus
Seorang laki-laki bernama Tn.B dengan umur 45 tahun yang tinggal ditempat
pengungsian pasca bencana,Tn.B mengatakan menglami lumpuh dikakinya akibat
tertiban pohon yang tumbang karena banjir, Tn.B Menyatakan merasa malu
dengan anggota keluarga nya karena tidak mampu melaksanakan aktifitas-aktifitas
seperti sebelumnya, merasa sedih,cemas, sangat khawatir dengan anggota
kelurganya, ia merasa tidak bisa menjalankan tugas sebagai kepala keluarga yang
baik. Tn.B terlihat tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan baik, Tn.
B terlihat bergantung kepada anggota keluarganya, terlihat kurang bertanggung
jawab dalam menjalankan peran nya sebagai kepala keluarga karena keterbatasan
fisik yang dialaminya.Hasil pengkajian ttv didapat : Nadi 100 x/menit, Tekanan
darah 120/70 mmhg,RR 20x/menit,Suhu 36oC.
A. Pengkajian
1. Identitas Data
a. Identitas Klien
Nama: Tn.B
Umur: 45 Th
Pendidikan: smp
Status : menikah
Pekerjaan :petani
Agama: Islam
Umur: 44 Th
Agama: islam
Suku/bangsa:jawa/indonesia
B. Analisa Data
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 45 tahun
No. Reg : 11060868
No Data Penunjang Etiologi MasalahKeperawatan
1. Data Subyektif : Program Ketidakberdayaan
menyatakan perawatan/pengobata
tidak mampu n yang kompleks atau
melaksanakan jangka panjang
aktivitas
sebelumnya
merasakan nyata
malu
Data Obyektif :
bergantung pada
orang lain
2. Data Subyektif : Hambatan Fisik Penampilan Peran Tidak
merasa harapan Efektif
tidak terpenuhi
merasa cemas
Data Obyektif :
kurang
bertangung
jawab
menjalankan
peran
3. Data Subyektif : Pola koping yang Ketidakmampuan
terlalu khawatir berbeda diantara klien koping keluarga
dengan anggota dan orang terdekat
keluarga
Data Obyektif :
tidak memenuhi
kebutuhan
anggota
keluarga
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidaberdayaan berhubungan dengan program perawatan/pengobatan
yang kompleks atau jangka panjang (D.0092)
2. Penampilan peran tidak efektif berhubungan dengan hamabatan fisik
(D.0125)
3. Ketidakmampuan koping keluarga berhubungan dengan pola koping
yang berbeda diantara klien dan orang terdekat (D.0093)
D. lntervensi Keperawatan
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 45 tahun
No. Reg : 11060868
Setelah
1. Ketidakberdayaan dilakukan - Identifikasi
intervensi harapan pasien
Klien selama dan keluarga
2×45 menit dalam
mampu pencapaian
menunjukan hidup
dengan kriteria
- Pandu
hasil:
mengingat
-klien menjadi
kembali
lebih semangat
kenangan yang
untuk hidup
menyenagkan
-klien menjadi
- Libatkan pasien
lebih semangat
secara aktif
Untuk
dalam
melakuakn
perawatan
perawartan
- Anjurkan
mengukapkan
persaan terhadap
kondisi dengan
realistis
Setelah
2. Penampilan peran tidak dilakukan - Identifikasi
efektif intervensi peran yang ada
dalam keluarga
Klien selama
2×45 menit - Identifikasi
mampu adanya peran
menunjukan yang tidak
dengan kriteria terpenuhi
hasil:
- Fasilitasi
-klien adaptasi peran
menerima keluarga
perannya dalam terhadap
keluarga perubahan peran
dengan yang tidak
keterbatasannya diinginkan
Setelah
3. Ketidakmampuan dilakukan - Identifikasi
koping keluarga intervensi respons
emosional
Klien selama terhadap kondisi
2×45 menit saat ini
mampu
menunjukan - Dengarkan
dengan kriteria masalah,
hasil: perasaan, dan
pertanyaan,
-klien tampak keluarga.
rileks - Fasilitasi
pengungkapan
-klien mampu perasaan antara
berkolaborasi pasien dan
dengan anggota keluarga atau
keluarga dalam antar anggota
pengambilan keluarga
keputusan
perawatan - Fasilitasi
pengamabilan
keputusan dalam
merencanakan
perawatan
jangka panjang ,
jika perlu
E. Implementasi Keperawatan
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 45 tahun
No. Reg : 11060868
- mempandu
mengingat kembali
kenangan yang
menyenagkan
- melibatkan pasien
secara aktif dalam
perawatan
- menganjurkan
mengukapkan
persaan terhadap
kondisi dengan
realistis
- memfasilitasi
adaptasi peran
keluarga terhadap
perubahan peran
yang tidak
diinginkan
- mendiskusikan
perubahan peran
yang diperlukan
akibat penyakit atau
ketidakmampuan
- mendengarkan
masalah, perasaan,
dan pertanyaan,
keluarga.
- memfasilitasi
pengungkapan
perasaan antara
pasien dan keluarga
atau antar anggota
keluarga
- memfasilitasi
pengamabilan
keputusan dalam
merencanakan
perawatan jangka
panjang , jika perlu
F. Evaluasi Keperawatan
Nama Pasien : Tn.B
Umur : 45 tahun
No. Reg : 11060868
1. Ketidakberdayaan 12 am S:
-klien berusaha
melakukan aktivitasnya
semampunya
O:
A:
P:
-ntervensi masih
dilanjutkan
O:
-klien berusaha
semampunya
menjalankan perannya
A:
P:
-intervensi masih
dilanjutkan
3. Ketidakmpuan koping 12 am S:
keluarga
-klien mengtakan tidak
terlalu khawatir lagi
dengan anggota
keluarga
O:
-klien berusaha
semampunya memenuhi
kebutuhan keluarga
A:
-masalah teratasi
P:
-intervensi dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyandang cacat merupakan bagian masyarakat indonesia yang
memiliki kedudukan, hak, kewajiban dan kesempatan serta peran yang
sama dalam segala aspek kehidupan maupun penghidupan seperti halnya
WNI lain.
Penyandang cacat tubuh adalah seseorang yang mempunyai
kelainan tubuh padaalat gerak yang meliputi tulang, otot danpersendian
baik dalam struktur atau fungsinyayang dapat mengganggu atau
merupakanrintangan dan hambatan baginya untukmelakukan kegiatan
secara layak.
B. Saran
Saran dari penulis, semoga asuhan keperawatan tentang
Penyandang Cacat/Disabilitas dalam bencana mudah untuk memahaminya,
dan brmanfaat untuk yang membaca.
DAFTAR PUSTAKA