PENYAKIT KRONIK
Oleh :
KELOMPOK 6
Kelompok 6
DAFTAR ISI
2
Halaman Sampul i
Kata Pengantar ii
BAB I Pendahuluan 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
BAB II Pembahasan 3
A. Kesimpulan 31
B. Saran 31
Daftar Pustaka 32
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengkajian asuhan keperawatan komunitas terdiri atas dua bagian utama, yaitu
inti komunitas (core) dan delapan subsistem yang melengkapinya. Inti komunitas
menjelaskan kondisi penduduk yang dijabarkan dalam demografi, vital statistic, sejarah
komunitas, nilai dan keyakinan, serta riwayat komunitas, sedangkan delapan subsistem
lainnya meliputi lingkinganfisik, pendidikan, keamanan, dan transportasi, politik dan
pemerintah, layanan kesehatan dansocial, komunitas, ekonomi, dan rekreasi.Komponen
lingkungan fisik yang dikaji meliputi lingkungan sekolah dan tempat tinggal yang
mampu mepengaruhi kesehatan, batasan wilayah, luas daerah, denah atau peta
wilayah,iklim, jumlah dan kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, dan kegiatan
penduduk sehari-hari. Data yang dikaji dari subsistem layanan kesehatan dan sosial
meliputi fasilitas di dalam komunitas dan di luar komunitas.
4
Penyakit kronis memerlukan terapi obat seumur hidup termasuk perubahan gaya
hidup. Obat-obat yang digunakan berfungsi tidak untuk menyembuhkan namun untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah terjadinya komplikasi. Terapi seumur hidup
dengan menggunakan obat tentu akan meningkatkan risiko terjadinya efek samping obat
dan interaksi dengan obat penyakit lain atau obat bebas yang mungkin digunakan oleh
pasien (Smeltzer,2014).
Dari uraian diatas , maka perlu disusun makalah ini guna memahami asuhan
keperawatan komunita masalah kesehatan populasi : penyakit kronik. Sehingga dapat
menambah wawasan dan membantu mahasiswa dalam membuat perencanaan asuhan
keperawatan komunitas khususnya populasi penyakit kronik.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep keperawatan komunitas?
2. Bagaimana konsep penyakit kronik?
3. Bagaimana contoh kasus masalah kesehatan populasi penyakit kronik?
4. Bagaimana pengkajian komunitas dari kasus?
5. Apa saja masalah-masalah dan diagnosa keperawatan komunitas dari kasus?
6. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas sesuai kasus?
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
menyembuhkan kelompok masyarakat yang sakit dan mencegah terjadinya
komplikasi.
7
diberikan. Sebagai manager, hal ini penting untuk meningkatkan
pengelolaan berikutnya.
c. Pendidik
Jika berperan sebagai pendidik, maka perawat harus mampu
menjadi penyedia informasi kesehatan dan mengajarkan komunitas atau
keluarga tentang upaya kesehatan yang dapat dilakukan komunitas. Peran
tersebut dapat Anda lihat saat perawat melakukan pendidikan kesehatan.
Berikut fungsi yang dapat dijalankan oleh perawat komunitas dalam
menjalankan perannya sebagai pendidik.
Mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu apa yang ingin diketahui
oleh komunitas, ini bisa diketahui saat perawat melakukan pengkajian
komunitas. 2) Memilih metode pembelajaran (ceramah, diskusi, atau
8
demonstrasi), dan materi yang sesuai dengan kebutuhan. 3) Menyusun
rencana pendidikan kesehatan. 4) Melaksanakan pendidikan kesehatan.
5) Melatih komunitas/kelompok/keluarga tentang keterampilan yang harus
dimiliki sesuai kebutuhannya. 6) Mendorong keluarga untuk melatih
keterampilan yang sudah diajarkan perawat. 7) Mendokumentasikan
kegiatan pendidikan kesehatan.
d. Pembela (Advocate)
Peran sebagai pembela (advocate) dapat dilakukan perawat dengan
mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas dan kompeten. Sikap
perawat yang selalu berupaya meningkatkan kompetensinya agar asuhan
keperawatan komunitas yang diberikan terjaga kualitasnya, merupakan
contoh pelaksanaan peran sebagai pembela (advocate).
Selain sikap di atas, tindakan lain yang dapat dilakukan perawat
sebagai pembela (advocate) adalah: 1) menyediakan informasi yang
dibutuhkan komunitas atau keluarga untuk membuat keputusan; 2)
memfasilitasi komunitas atau keluarga dalam mengambil keputusan; 3)
membuka akses ke provider agar komunitas atau keluarga mendapatkan
pelayanan yang terbaik (membangun jejaring kerja); 4) menghormati hak
klien; 5) meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan; 6)
melaksanakan fungsi pendampingan komunitas atau keluarga; 7)
memberikan informasi terkait sumber-sumber pelayanan yang dapat
digunakan; 8) memfasilitasi masyarakat dalam memanfaatkan sumber-
sumber tersebut.
e. Konselor
Perawat konselor membutuhkan keterampilan khusus, yaitu
perawat tersebut adalah orang yang memahami (expert) di bidang
keahliannya, dapat dipercaya untuk membantu komunitas atau keluarga
dan mengembangkan koping yang konstruktif dalam penyelesaian
masalah. Perawat juga dapat memberikan berbagai solusi dalam rangka
9
menetapkan cara yang lebih baik untuk penyelesaian masalah. Memang
tidak semua perawat dapat berperan sebagai konselor, karena
membutuhkan keterampilan khusus, namun demikian yakinlah bila Anda
berusaha meningkatkan kompetensi, maka Anda akan mampu untuk
menjadi seorang konselor.
f. Role Model
Pelayanan keperawatan komunitas bersifat berkelanjutan dan
berkesinambungan, tentu saja ini menuntut perawat untuk mampu
berinteraksi baik dengan komunitas. Dalam interaksi, ada proses
transformasi perilaku perawat yang dapat dipelajari oleh komunitas atau
keluarga. Proses inilah yang sebenarnya, bahwa perawat sedang
menjalankan perannya sebagai role model (contoh).
g. Penemu Kasus
Peran selanjutnya yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas
adalah melibatkan diri dalam penelusuran kasus di komunitas atau
keluarga, untuk selanjutnya dilakukan kajian apa saja yang dibutuhkan
komunitas. Tentu saja kasus tersebut mungkin membutuhkan intervensi
dari profesi lain atau pelayanan kesehatan yang lebih kompleks, maka
yang dilakukan perawat komunitas adalah segera merujuk klien.
h. Pembaharu
Peran ini membantu komunitas untuk melakukan perubahan ke
arah kehidupan yang lebih sehat. Hal yang dilakukan perawat sebagai
pembaharu adalah sebagai berikut. 1) Mengidentifikasi kekuatan dan
penghambat perubahan. Hal ini penting dilakukan karena suatu perubahan
merupakan suatu hal yang baru yang membutuhkan dukungan. 2)
Membantu pencairan dan memotivasi untuk berubah. 3) Membantu
komunitas menginternalisasi perubahan.
10
i. Peneliti
Berkembangnya ilmu keperawatan, salah satunya banyak
dipengaruhi oleh hasil-hasil penelitian. Melalui penelitian, perawat
komunitas dapat mengidentifikasi masalah praktik dan mencari jawaban
melalui pendekatan ilmiah.
11
faktor genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap
penyakit kronis.
b. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit
kronis. Fase ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering
dilakukanpemeriksaan diagnostik.
c. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan
penyakit terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam
keterbatasan penyakit.
d. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala
tetap terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.
e. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan
tidak dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit untuk penanganannya.
f. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau
mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
g. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima
dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
h. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit
berkembang disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan
dalam mengatasi gejala-gejala.
i. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan
bertahap atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.
12
penyakit yang berhubungan dengan hereditas.
6. Pencegahan
7. Penatalaksanaan
13
tersebut sebanyak 150 orang (50 %) usia dewasa dan 30% usia lansia sebanyak 90 orang,
serta 20% ibu hamil sebanyak 60 orang. Dari data tersebut diketahui Diabetes Melitus
dengan tipe IDDM 25% sebanyak 75 orang, NIDDM 35% sebanyak 105 orang, dan DM
dengan gangren 30% sebanyak 90 orang, serta DM gestasional sebanyak 30 orang (10
%). Dari penduduk yang menderita DM sangat sedikit sekali penderita DM yang rutin
memeriksakan kadar gula darahnya. Asuhan keperawatan ini menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang meliputi : pengkajian status kesehatan masyarakat, perumusan
diagnosa keperawatan, dan perencanaan keperawatan. Pemberian asuhan keperawatan
melibatkan kader kesehatan, tokoh masyarakat dan pimpinan wilayah tersebut.
2. Pengkajian
14
c. Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Pemukiman : 4550 m2
Data demografi
Anak-anak :-
Remaja :-
Berdasarkan agama
Konghucu :-
Katolik :-
15
Madura : 75 orang (25%)
Status perkawinan
Sungai :-
Sungai :-
16
Pengolahan air minum
Tidak dimasak :-
Air mentah :-
Got/parit : 100%
Sungai :-
Baik/lancar : 25%
Kotor : 75%
3) Jamban
Kepemilikan jamban
Septitank : 75%
Disungai : 25%
17
Keadaan jamban
Bersih : 45%
Kotor : 55%
4) Keadaan rumah
Tipe rumah
Status rumah
Lantai rumah
Ventilasi
18
Cukup : 150 orang (50%)
5) Halaman rumah
Kepemilikan pekarangan
Pemanfaatan pekarangan
RW : ada (1 buah)
RT : ada (1 buah)
Fasilitas kesehatan
19
Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Ekonomi
7) Karekteristik pekerjaan
20
Kepemilikan usaha
Diet makan
Kebiasaan sehari-hari
21
Kebiasaan mencuci kaki sebelum tidur
Transportasi
9) Sistem komunikasi
Fasilitas komunikasi yang ada
10) Pendidikan
11) Rekreasi
23
Ada program setahun sekali diadakan program wisata bersama
kader kesehatan RT 05 RW 03 Kelurahan Margo Rukun.
3. Analisa Data
24
3 Ds: Faktor penghasilan Defisiensi Kesehatan
Dari hasil wawancara didapat yang rendah yang Komunitas berhubungan
ketidak patuhan masyarakat untuk dapat menyebabkan dengan ketidakcukupan
melaksanakan check up kesehatan defisiensi kesehatan sumber daya (finansial,
sebanyak 219 orang (70%) masyarakat sosial dan pengetahuan)
Do:
- sebanyak 210 orang jarang check
up/bulan
- lulusan SD sebanyak 135 orang
- lulusan SLTP sebanyak 90 orang
- penghasilan < UMR sebanyak
150 orang
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
- penghasilan > UMR 60 orang
25
-sebanyak 210 orang (70%)
penderita DM tidak check up
secara rutin
- kebiasaan sehari hari penderita
DM yang setiap saat memakai alas
kaki sebanyak 45 orang (15%),saat
dilauar rumah 75 orang (25%) dan
jarang memakai 180 orang (60%)
5 Ds : Perilaku Kesehatan
Dari hasil wawancara di dapat Cenderung Berisiko
tingkat pendidikan ada 50% warga berhubungan dengan
yang tidak patuh menjalankan diet status sosio-ekonomi
rendah Di RT 3 RW 5
Do: kelurahan Margo Rukun
- distribusi penderita DM
berdasarkan tingkat pendidikan
formal
SD :45% (135 orang)
SLTP :30% (90 orang)
SLTA :20% (60 orang)
Perguruan tinggi:5%(15 orang)
26
4. Prioritas Masalah
27
B = Tingkat resiko permasalahan H = waktu
C = Potensial untuk ditangani dengan penkes I = fasilitas kesehatan
D = minat masyarakat J = biaya
E = Kemungkinan Masalah teratasi K = sumber daya/tenaga
F = hub. dengan program pemerintah L = sesuai peran perawat CHN
Keterangan Nilai :
1 sangat rendah 4 tinggi
2 rendah 5 sangat tinggi
3 cukup
28
5. Asuhan Keperawatan
29
Ds : 00079 Ketidakpatuhan Preventif Primer Preventif primer
1622 Perilaku Patuh: Diet yang 1020 Penahapan diet
Dari hasil wawancara di dapat
disarankan
tingkat pendidikan ada 50% warga
1603 Perilaku pencarian 5510 Pendidikan kesehatan
yang tidak patuh menjalankan diet
kesehatan
30
- data menyebutkan bahwa tingkat Kronik
pendidikan SD sebanyak 135 Preventif Sekunder
orang (45%) Preventif Sekunder Konseling
------- 5240 Bantuan Modifikasi Diri
- penyuluhan kader dari
4470
masyarakat dan petugas kesehatan
dari puskesmas jarang ada
31
- penghasilan < UMR sebanyak
150 orang
- penghasilan UMR-1.000.000
sebanyak 90 orang
Do:
Preventif Sekunder Preventif Sekunder
-jumlah penderita DM dengan
1619 Manajemen Diri: Diabetes 5602 Pengajaran : Proses
ganggren sebanyak 30% (90
1842 Pengetahuan: Manajemen penyakit
orang)
Infeksi 5618 Pengaajaran :
- distribusi penderita DM Prosedur/Perawatan
berdasarkan tingkat pendidikan 4360 Modifikasi perilaku
formal
32
SLTP :30% (90 orang)
33
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan komunitas merupakan salah satu bentuk dari asuhan
keperawatan yang bersifat komprehensif karena yang dikaji adalah semua anggota
keluarga dalam satu rumah. Penyakit diabetes melitus ini bisa menjadi penyakit bawaan
yagn ada pada keluarga tersebut. Jadi apabila ada riwayat anggota keluarga dengan
penyakit DM, anggota keluarga lainnya harus merawatnya dengan baik seagar penyakit
ini bisa disembuhkan.
B. Saran
34
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Singapore: Elseiver.
Moorhead, S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi Kelima. Singapore:
Elseiver.
Nies, M. A. & McEwen, M. (2016). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan Keluarga. Mosby:
Elseiver.
Smeltzer, Suzanne.C, Brenda.G.B., (2014). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Jakarta : EGC.
35