Anda di halaman 1dari 35

ASKEP KOMUNITAS DENGAN MASALAH KESEHATAN

POPULASI PENYAKIT INFEKSI RESIKO TINGGI TBC

DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV

ANDI MUH. FARID 01.2018.001


BERKAH PUTRI HAKIM 01.2018.004
MUHAMMAD YUSRAN 01.2018.012
NURUL FAUZHIYAH 01.2018.015
SASKIA AMIR 01.2018.020
TASYA ALIVIA HASRI 01.2018.024
JIHAN FAHIRAH 01.2018.028

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


INSTITUSI KESEHATAN DAN BISNIS
KURNIA JAYA PERSADA
TAHUN AJARAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas hidayahnya sehingga penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktu nya. Makalah ini penulis buat
untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga Komunitas II “Askep
Komunitas Dengan Masalah Kesehatan :Populasi Penyakit Infeksi Resiko Tinggi TBC”.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran dari dosen dan pembaca,demi kesempurnaan makalah ini.Akhir kata
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan supaya kita
selalu berada di bawah lindunganNya.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................
i.................................................................................................................................................
Daftar Isi...................................................................................................................................
ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................
2
C. Tujuan.....................................................................................................................
2

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Definisi..................................................................................................................
3
B. Etiologi..................................................................................................................
3
C. Klasifikasi..............................................................................................................
4
D. Patofisiologi...........................................................................................................
5.............................................................................................................................
E. Tanda dan Gejala...................................................................................................
5
F. Cara Penularan.......................................................................................................
6
G. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................
6
H. Penatalaksanaan Medis..........................................................................................
7

ii
I. Komplikasi............................................................................................................
9
J. Pencegahan............................................................................................................
9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


A. Pengkajian.............................................................................................................
11
B. Analisa Data..........................................................................................................
22
C. Diagnosa Keperawatan..........................................................................................
24
D. Intervensi Keperawatan.........................................................................................
26

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................................
29
B. Saran......................................................................................................................
29

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam
upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan rehabilitasi dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien
sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan ( CHN,1977 cit R. Fallen & R Budi Dwi K, 2010). Pelaksanaan
asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat
pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan
masyarakat.

Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan
oleh bakteri Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya
menyerang paru-paru namun juga dapat menyerang organ lainnya.TB Paru
merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua
penderita.Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh
banyaknya kuman yang terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-
kuman tersebut dalam udara serta yang dikeluarkan bersama dahak berupa
droplet dan berada diudara disekitar penderita TB.

Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah


mengupayakan strategi untuk menanggulanginya seperti dengan
mencanangkan program DOTS (Directly Observed Treatment Short-course)
yang mana fokus utama dari program ini adalah penemuan dan penyembuhan
pasien, dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular.

Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya
untuk menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman
anatomi sistem respirasi yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian
tentang, etiologi, manifestasi klinis, patofisiologi, pathway, pemeriksaan
penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis, keperawatan, diet) serta
asuhan keperawatan bagi penderita TB paru.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan TBC?

2. Bagaimana etiologi, klasifikasi, patofisiologi, tanda dan gejala, penularan


TBC?

3. Bagaimana penegakan diagnostik, pengobatan, komplikasi, pencegahan,


dan prognosis TBC?

4. Bagaimana askep komunitas dengan masalah kesehatan populasi penyakit


infeksi resiko tinggi TBC?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi TBC.

2. Untuk mengetahui Etiologi, klasifikasi, Patofisiologi, tanda dan gejala,


penularan TBC.

3. Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik, Pengobatan, Komplikasi,


Pencegahan, dan Prognosis TBC.

4. Mengetahui askep komunitas dengan masalah kesehatan populasi penyakit


infeksi resiko tinggi TBC.

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang
disebabkan oleh mybacterium tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut
biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru.
Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain melaui
peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ
tubuh lain (Depkes RI, 2002).

Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium


tuberculosis. Tuberculosis bisa menyerang bagian paru-paru dan dapat menyerang
semua bagian tubuh (Puspasari, 2019). Tuberculosis adalah penyakit menular
langsung yang disebabkan oleh kuman TB Mycobacterium tuberculosis. Sebagian
besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya (Sofro, dkk, 2018).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman


TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes, 2011). Tuberculosis
adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit
ini apabila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan
komplikasi berbahaya hingga kematian (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Kemenkes RI (2014), Tuberkulosis adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh kuman berbentuk batang yang mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap pewarnaan. Oleh karena itu disebut Basil Tahan Asam (BTA). Kuman
Tuberkulosis cepat mati apabila terkena sinar matahari secara langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat yang lembab dan gelap.

B. Etiologi

Menurut Smeltzer & Bare (2016), Penyakit TB paru disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang bisa menularkan dengan cara penderita penyakit

3
TB paru aktif mengeluarkan organisme. Individu yang rentan menghirup droplet
dan bisa terinfeksi. Bakteria ditransmisikan ke alveoli dan dapat memperbannyak
diri. Reaksi inflamasi menghasilkan eksudat di alveoli dan bronkopneumonia,
granuloma, dan jaringan fibrosa. Menurut Muttaqin Arif (2012), Ketika pasien TB
Paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tidak sengaja bisa tertular droplet
nurkei dan jatuh ke tanah, lantai atau tempat lainya. Akibat terkena sinar matahari
atau suhu panas, droplet atau nuklei dapat menguap. Menguapnya droplet bakteri
tuberculosis yang terkandung dalam droplet nuklei terbang ke udara. Jika bakteri
terhirup oleh orang sehat maka orang itu berpotensi terkenan TB Paru.

C. Klasifikasi

Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan


tuberkulosis post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru
terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara. Dalam suasana gelap dan lembab kuman dapat bertahan berhari-hari
sampai berbulan-bulan. Bila partikel ini terhisap oleh orang yang sehat maka akan
menempel pada jalan nafas atau paru. Kebanyakan partikel ini akan mati atau
dibersihkan oleh makrofag yang keluar dari cabang trakheo-bronkhial beserta
gerakan silia dengan sekretnya. Sedangkan TuberculosisPost Primer dari TBC
primer akan muncul bertahun-tahun lamanya menjadi TBC post Primer. Post Primer
ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi di sebagian apical posterior atau
inferior pada paru. (Soeparman, 1990; Snieltzer, 2000).

4
D. Patofisiologi

Pathway Tuberculosis Paru

Invasi bakteri tuberkulosis

Sembuh

Infeksi primer

Sembuh dengan fokus ghon

Infeksi pasca primer Bakteri dorman


Sembuh dengan fibrotik

Bakteri muncul beberapa


Tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi, kavitas, dan merusak parekim paru

Produksi sekresi Perubahan


Kerusakan membran alveolar-kapiler merusak cairan intrapleura
pleura, atelaktasis Reaksi sistematis
Pecahnya pembuluh darah

Sesak, sianosis, penggunaan otot bantu nafas


Anoreksia, mual, BB Lemah
Batuk produktif
Batuk darah Sesak nafas, ekspansi toraks

Pola nafas
Perubahan
tidak efektif
pemenuhan nutrisi kurangIntoleransi
dari kebutuhan
aktivitas
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Gangguan pertukaran gas

E. Tanda dan Gejala

Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut :
1. Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza, terkadang
sampai 40-410C.

5
2. Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non
produktif kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif.
Keadaan lanjut dapat
terjadihemoptoekarenapecahnyapembuluhdarah.Initerjadikarenakavitas,tapi
dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus.
3. Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengahbagian paru.
4. Nyeridadatimbulbilasudahterjadiinfiltrasikepleurasehinggamenimbulkan
pleuritis.
5. Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan
menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari (Soeparman, 1990;
Heitkemper, 2000).

F. Cara Penularan

1. Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri


mycobacterium tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk,
danpada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita
TBCdewasa.

2. Bakteri masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC
menginfeksi hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal,
saluran pencernaan,tulang, kelenjar getah bening.

3. Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara
tidak bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang
dengan baik dan membahayakan orang yang tinggal didalamrumah.

G. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis TB Paru

1. SemuasuspekTBdiperiksa3spesimendahakdalamwaktu2hari,yaitusewaktu -
pagi - sewaktu (SPS).

6
2. Diagnosis TB Paru pada orang dewasa ditegakkan dengan ditemukannya
kuman TB (BTA). Pada program TB nasional, penemuan BTA melalui
pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama. Pemeriksaan
lain seperti foto toraks, biakan
danujikepekaandapatdigunakansebagaipenunjangdiagnosissepanjangsesuaiden
gan indikasinya.
3. Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan pemeriksaan foto
toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada
TB paru,sehingga sering terjadi overdiagnosis.
 Gambaran kelainan radiologik Paru tidak selalu menunjukkan
aktifitaspenyakit.
 Untuk lebih jelasnya lihat alur prosedur diagnostik untuk suspek
TBparu.

Diagnosis TB ekstra paru


1. Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk
pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran
kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang
belakang (gibbus) pada spondilitis TB danlainlainnya.
2. Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis
tergantung pada metode pengambilan bahan pemeriksaan dan
ketersediaan alat-alat diagnostik, misalnya uji mikrobiologi, patologi
anatomi, serologi, foto toraks danlain-lain.

H. Penatalaksanaan medis

System pengobatan klien tuberculosis paru dahulu, seorang klien harus


disuntik dalam waktu 1-2 tahun. System pengobatan sekarang, seorang klien
diwajibkan minum obat selama 6 bulan. Jenis obat yang harus diminum harus
disesuaikan dengan kategori pengobatan yang diberikan (Depkes RI, 1997).

Terapi obat yang dilakukan sekarang dengan terapi jangka pendek selama enal
bulan dengan jenis obat INH atau Isoniasid (H), Rifampicin (R), Pirazinamid (Z),

7
Etambutol (E), dan Streptomisin (Soeparman, 1990). Paduan obat anti tuberculosis
table 1 adalah paduan yang digunakan dalam program nasional penanggulangan
tuberculosis dan dikemas dalam bentuk paket kombipak (Depkes RI, 2002). Paduan
pengobatan terbaru dengan menggunakan FDCs (Fix Dose Combinations) yaitu
kombinasi dari obat anti tuberculosis dalam satu kemasan (WHO, 2002).

Paduan Obat
Kategori Tahap Tahap Untuk Klien TUberculosis

Intensif lanjutan
I 2HR 4H3R3 TBC Paru baru BTA (+)
ZE TBC Paru BTA (-) Ro (+)
dengan kerusakan jaringan
paru yang luas
TBC ekstra paru sakit
berat
II 2HRZES 5H3R3E3 TBC paru BTA (+),

atau kambuh
1HRZE
TBC paru BTA (+), gagal
TBC paru BTA (+),
pengobatan ulang karena
III 4H3R3
lalai berobat
2HR TBC paru BTA (-) Ro (+)
Z TBC ekstra paru
Keterangan :

H : INH; R : Rifampicin; E : Etambutol; Z : Pirasinamid; S :


Streptomisin (Depkes, RI, 2002)

Angka yang berada di depan menunjukkan lamanya minum obat


dalam bulan, sedangkan angka di belakang huruf menunjukkan
berapa kali dalam seminggu obat tersebut diminum. Sebagai contoh
2HRZ artinya INH, Rifampicin dan Pirasinamid diminum dalam
jangka waktu 2 bulan dan minumnya setiap hari. 4H3R3 artinya
INH, Rifampicin diminum selama 4 bulan dan diminum 3 kali dalam

8
seminggu (Depkes RI,2002).

I. Komplikasi
Penyakit TB Paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi, komplikasi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Komplikasi Dini (Suyono, 2011)
a. Pleuritis
b. Efusi pleura
c. Empyema
d. Laryngitis
e. Poncets arthropathy
2. Komplikasi Stadium Lanjut (Depkes RI, 2005)
a. Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya
jalan napas.
b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c. Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jarigan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d. Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan
sebagainya.
f. Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).

J. Pencegahan
1. Vaksinasi BCG
Pemberian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberculosisyangvirulen.Imunitastimbulenamsampaidelapanminggusetelah
pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih
mungkin terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan
menimbukan komplikasi yang berat.

9
2. Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan
sedapat mungkinmenghindarkanfaktor-
faktoryangdapatmelemahkansepertikortikosteroid dan kurang gizi.
3. Menghindari kontak dengan penderita aktifTB
4. Menggunakanobatobatansebagailangkahpencegahanpadakasusberesiko tinggi.
5. Menjaga standar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi
tertular interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin
yang tepat imunisasi BCG.

10
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
MASALAH KESEHATAN POPULASI PENYAKIT
INFEKSI RESIKO TINGGI TBC

A. PENGKAJIAN
1. Data inti komunitas meliputi :
a. Data geografi
1) Lokasi
a) Provinsi daerah tingkat 1 : Sulawesi Utara
b) Kabupaten/kotamadya : Kota Kotamobagu
c) Kecematan : Kotamobagu Utara
d) Kelurahan : Bilalang II
2) Luas Wilayah : ±3000m2
3) Batas daerah/wilayah
a) Utara : Pontandon
b) Selatan : Bilalang 4
c) Barat : Bilalang 3
d) Timur : Pontandon
4) Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman

b. Data demografi
1) Jumlah penduduk : 529 jiwa
a. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Bilalang 2 %
1 Laki-Laki 258 49
2 Perempuan 271 51
Total 529 100
Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan
bahwa sebagian besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan
jumlah 271 orang (51%), dan laki-laki 258 0rang ( 49%). Hal ini
dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar daerah.

11
b. Berdasarkan kelompok usia
No Umur/Tahun Bilalang 2 %
1 Bayi/Balita (0-5) 19 4
2 Anak-Anak 60 11
3 Remaja 69 13
4 Dewasa 343 65
5 Lansia 38 7
Total 529 100
Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa
kelompok umur tertinggi yaitu dewasa berjumlah 343 orang (65%) ,
sedangkan kelompok umur yang terendah adalah kelompok umur 0-5
tahun berjumlah 19 orang (4%).

c. Ethnicity
Distribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
No Suku Bilalang 2 %
1 Mongondow 450 85
2 Jawa 50 9
3 Bugis 29 6
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara masyarakat Bilalang 2 menunjukkan bahwa
suku mongondow 450 orang (85%), Jawa 50 orang (9%), Bugis 29 orang
(6%).

d. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Bilalang 2 %
1 Islam 465 88
2 Kristen 35 7
3 Katolik 29 5
4 Hindu 0 0
5 Budha 0 0
Total 529 100
Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama,
menunjukkan bahwa yang beragama islam yaitu 465 orang (88%) sedangkan
yang beragama katolik 29 orang (5%), Kristen 35 0rang (7%) , hindu, budha
tidak ada.

e. Pendidikan
No Pendidikan Bilalang 2 Persen %

12
1 Tidak tamat SD 80 15
2 SD 180 34
3 SMP 100 19
4 SMA 115 22
5 Tidak tamat D1, D2, D3 10 1,8
6 Tidak tamat S1 24 4,5
7 >S1 1 0,1
8 Blum sekolah 19 3,5
Total 529 100
Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui bahwa
tingkat pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak 180 orang (32%),
sedangkan yang terendah yaitu >S1 sebanyak 1 orang (0,1%).

DS : dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah


mendapatkan informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan
maupun melalui leaflet. Pada daerah tersebut belum pernah diadakan
penyuluhan kesehatan tentang penyakit TB Paru.

f. Data status kesehatan


1) Kesehatan ibu dan anak
a) Jumlah ibu hamil : 3 orang
 Pemeriksaan kehamilan
- Teratur : 3 orang
(100%)
- Tidak teratur : - orang (0%)
 Kelengkapan imunisasi TT
- Lengkap : 18 orang (94,74%)
- Belum lengkap : 1 orang (5,26%)
- Jumlah balita : 19 orang
 Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas
- Teratur :16 orang (84,2%)
- Tidak teratur : 3 orang (15,8%)
 Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita
- Lengkap : 16 orang (84,2%)
- Belum lengkap : 3 orang (15,8 %)
DS : Hasil wawancara dengan orang tua balita menyatakan

13
imunisasi anaknya belum lengkap (pada usia yang seharusnya
sudah lengkap) dan tidak teratur karena takut dengan efek
imunisasi yaitu demam dan merasa rumit untuk mengurus
semuanya.
 Status gizi balita berdasar KMS
- Garis hijau : 10orang (52,6%)
- Garis kuning : 9 orang (47,3%)
- Garis merah : - orang (0%)
DS : Dari hasil wawancara dengan orang tua balita, mengatakan
tidak ada balita yang pernah berada di garis merah pada status
gizinya.
2) Keluarga berencana
a) Jumlah PUS : 69 orang
b) Keikutsertaan PUS pada program KB
 Ikut program KB : 48 orang (69,5%)
 Belum ikut program KB : 21 orang (30,4%)
c) Jenis kontrasepsi yang diikuti
 IUD : 1 orang (1,4%)
 PIL : 7 orang (10,1%)
 Kondom : 6 orang (8,7%)
 Suntik : 34 orang (49,3%)
 Tidak KB : 21 orang (30,4%)

DS : dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak


ikut KB karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri.
Alasan lain karena ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukn
KB karena merasa rumit
DO : Dari jumlah PUS tersebut 67% kurang mengerti tentang KB dan
33%, cukup mengerti tentang KB

3) Kesehatan remaja
a) Jumlah penduduk remaja : 69 orang (13%)
b) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
 Kumpul-kumpul : 34 orang (49,3%)

14
 Kursus : 2 orang (2,9%)
 Olahraga : 15 orang (21,7%)
 Remaja masjid/gereja : 8 orang (11,6%)
 Lain-lain {di rumah} : 10 orang (14,5%)

4) Kesehatan lansia
a) Jumlah penduduk lansia : 38 orang (2,07%)
b) Keadaan kesehatan lansia
 Ada masalah : 17orang (44,7%)
HT, Gout Atritis, Jantung, RPD
Stroke, Paru-Paru
 Tidak ada masalah : 21orang (55,26%)

5) Distribusi penyakit di masyarakat


a) TB Paru : 23 orang (43,5%)
b) ISPA : 5 orang (11,3%)
c) Hipertensi : 21 orang (47,7%)
d) DM : 8 orang (18,18%)
e) Asma : 2 orang (4,5%)
f) Vertigo : 1 orang (2,27%)
g) Gastritis : 2 orang (4,5%)
h) Otot Dan Tulang : 11 orang (25%)
i) Hipotensi : 1 Orang (2,27%)
j) Faringitis : 1 Orang (2,27%)
k) Batu Ginjal : 2 orang (4,5%)
DS : Masyarakat yang menderita TB Paru tidak
memeriksakan/mengontrol kesehatannya ke puskesmas. Dan bahkan
mereka tidak rutin mengambil obat TB ke Puskesmas sehingga sebagian
warga banyak yang mengalami putus obat dan kambuh akibat pengobatan
yang tidak tuntas atau juga karena bosan/ lupa tidak minum obat TB
akibat kesibukan kerja. Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang
perawatan TB Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah/ berdahak
di sembarang tempat (kadang di got, di jalan umum), Tidak ada
pengkhususan alat tenun dan alat makan antara penderita dengan orang

15
yang sehat.
DO : Warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru sebanyak 23%.
Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak 57%.

2. Data Subsystem meliputi


a. Lingkungan Fisik
1) Sumber air dan air minum
a) Penyediaan air bersih
 PAM : 136 KK (99,3%)
 Sumur : 1 KK (0,7%)
b) Penyediaan air minum
 PAM : 75 KK (54,7%)
 Aqua : 62 KK (45,3%)
c) Pemanfaatan air minum
 PAM : 75KK (54,7%)
 Air minum steril : 62 KK (45,3%)
d) Pengelolaan air minum
 Selalu dimasak : 118 KK (86,1%)
 Kadang dimasak :14 KK (10,2%)
 Tidak pernah dimasak : 5 KK (3,6%)
2) Saluran pembuangan air/sampah
a) Kebiasaan membuang sampah diangkut petugas : 137 KK
(100%)
b) Pembuangan air limbah got : 137 KK
(100%)
c) Keadaan pembuangan air limbah meluber : 1 KK (0,73%)
kemana-kemana
d) Lanncar : 136 KK (99,27%)
3) Kandang ternak
a) Kepemilikan kandang ternak
 Ya : 7 KK (5,1%)
 Tidak : 130 KK (94,9%)
b) Letak kandang ternak

16
 Diluar rumah : 7 KK (100%)
4) Jamban
a) Kepemilikan jamban
 Memiliki jamban : 137 KK (100%)
b) Macam jamban yang dimiliki
 Septi tank : 129 KK (94,2%)
 Sumur cemplung : 8 KK (5,9%)
c) Keadaan jamban
 Bersih : 132 KK (96,4%)
 Kotor : 5 KK (3,6%)
DS: sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu
sekali
d) Bila tidak mempunyai jamban BAB di
 WC umum : - KK (%)
 Jamban tetangga : - KK (%)
 Sungai : - KK (%)
 Sawah : - KK (%)
5) Keadaan rumah
a) Tipe rumah
 Tipe A (tembok) : 134 KK (97,8%)
1
 Tipe B ( tembok) : 3 KK (2,2%)
2
b) Status rumah
 Milik rumah sendiri : 135 KK (98,5%)
 Kontrak : 2 KK (1,5%)
c) Lantai rumah
 Tegel/semen : 137 KK (100%)
d) Ventilasi
 Ada : 90 KK (65,69%)
 Tidak ada : 47 KK (34,31%)
DS : Hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak 60% dari
warga yang memiliki ventilasi, tidak pernah membuka jendela nya
e) Luas kamar tidur

17
 Memenuhi syarat : 115 KK (83,9%)
 Tidak memenuhi syarat : 22 KK (16,1%)
f) Penerangan rumah oleh matahari
 Baik : 70 KK (51,1%)
 Cukup : 23 KK (16,79%)
 Kurang : 44 KK (32,10%)
DO : Hasil survey menunjukan bahwa sekitar 32% rumah warga
kurang pencahayaan sehingga tampak gelap dn ruangan di dalam
rumah tampak gelap
g) Halaman rumah
 Kepemilikan pekarangan
- Memiliki : 18 KK (13,1%)
- Tidak memiliki : 119 KK (86,9%)
 Pemanfaatan pekarangan
- Ya : 18 KK (100%)
 Jenis pemanfaatan pekarangan rumah
- Tanaman : 18 KK (100%)
 Keadaan pekarangan
- Bersih :18 KK (100%)
b. Fasilitas Umum Dan Kesehatan
1) Fasilitas umum
a) Sarana Pendidikan Formal
 Jumlah TK : 1 Buah
 Jumlah SD/sederajat : 1 Buah
 Jumlah SLTP/sederajat : 1 Buah
 Jumlah SMU/sederajat : - Buah
 Jumlah PT/sederajat :- Buah
2) Fasilitas kegiatan kelompok
a) Karang taruna : 1 Kelompok
b) Pengajian : 1 Kelompok
c) Ceramah Agama : 2 X/Bulan
d) PKK : 2 X / Bulan

18
3) Sarana ibadah
a) Jumlah tempat ibadah : 2 Buah
b) Masjid : 1 Buah
c) Gereja : 1 Buah
d) Pura/vihara : - Buah
4) Sarana olahraga
a) Lapangan sepak bola : 1 Buah
b) Lapangan bola voli : - Buah
c) Lapangan bulu tangkis : - Buah
d) Lain-lain : - Buah
5) Fasilitas kesehatan
a) Jenis fasilitas kesehatan
 Puskesmas pembantu : 1 buah
- Jarak dari desa : 1 Km
 Puskesmas : - Buah
 Rumah sakit : - Buah
 Praktek Dokter Swasta : - Buah
 Praktek Bidan : 1 Buah
 Praktek Kesehtan Lain : - Buah
 Tukang gigi : - Buah
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
 Puskesmas pembantu : 1 Buah
 Puskesmas : - Buah
 Rumah Sakit : - Buah
 Praktek Dokterwasta : - Buah
 Praktek Bidan : - Buah
 Praktek Kesehtan Lain : - Buah
 Tukang Gigi : - Buah
c. Sosial Ekonomi
1) Karakteristik pekerjaan
a) Jenis pekerjaan
 PNS / ABRI : 9 jiwa (4,1%)

19
 Pegawai swasta : 28 jiwa (12,8%)
 Wiraswasta : 17 jiwa (7,8%)
 Buruh tani/ pabrik : 162 jiwa (74,3%)
 Pensiun : 2 jiwa (0,9%)
2) Status pekerjaan penduduk > 18 tahun < 65 tahun
a) Penduduk bekerja : 218 jiwa (52,9%)
b) Penduduk tidak bekerja : 194 jiwa (47,08%)
3) Pusat kegiatan ekonomi
a) Pasar tradisional : - Buah
b) Pasar swalayan : - Buah
c) Pasar kelontog : - Buah
4) Penghasilan rata–rata perbulan
a) < dari 450.000/bulan : 7 KK (4,8%)
b) Rp450.000-Rp 600.000 : 28 KK (19,0%)
c) Rp 600.000-Rp 800.000 : 60 KK (40,8%)
d) >Rp 800.000/bulan : 52 KK (35,4%)
5) Pengeluaran rata–rata perbulan
a) Rp150.000-Rp 300.000 : 6 KK (4,5%)
b) 300.000-500.000 : 23 KK (17,3%)
c) >Rp 500.000/bulan : 104 KK (78,2%)
6) Kepemilikian industri : Ada
7) Jenis industri kecil : Makanan
d. Keamanan dan transportrasi
1) Keamanan Sarana keamanan
a) Poskamling : 1 Buah
b) Pemadam Kebakaran : - Buah
c) Instansi Polisi : - Buah
2) Transportasi Fasilitas Tranportasi
a) Jalan raya : 500 m
b) Jalan tol :-m
c) Jalan setapak : 300 m
3) Alat transportasi yang dimiliki
a) Tidak punya : 13 jiwa (9%)

20
b) Sepeda pancal : 31 jiwa (21,7%)
c) Mobil : 10 jiwa (6,9%)
d) Sepeda motor : 85 jiwa (59,4%)
e) Becak : 4 jiwa (2,8%)
4) Penggunaan sarana transportasi oleh masyarakat
a) Angkutan/kendaraan umum : 13 jiwa (9,5%)
b) Kendaraan pribadi : 124 jiwa (90,5%)
e. Politik dan Pemerintahan
1) Struktur organisasi pemerintahan : Ada
2) Kelompok pelayanan kepada masyarakat : Ada
(PKK, karang taruna, panti, LKMD,
posyandu)
3) Kebijakan pemerintah dalam pelayanan : Ada
kesehatan
4) Peran serta partai politik dalam pelayanan : Tidak ada
Kesehatan
f. Komunikasi
1) Fasilitas komunikasi yang ada di masyarakat
a) Radio : 54 jiwa (39,4%)
b) TV : 129 jiwa (94,2%)
c) Telepon :137 jiwa (100%)
d) Majalah / Koran : 31 jiwa (22,6%)
2) Teknik penyampaian komunikasi kepada masyarakat
a) Papan pengumuman : (100%)
g. Rekreasi
1) Tempat Wisata Alam :- Buah
2) Kolam Renang :- Buah
3) Taman Kota :- Buah
4) Bioskop :- Buah
B. ANALISA DATA
Etiolo Proble
Data
gi m
1 DS : Kurang Resiko
a. Dari hasil wawancara dengan pengetahuan penulara
warga bahwa Mayoritas tentang n
masyarakat tidak tahu tentang perawatan penyakit

21
perawatan TB Paru sehingga penyakit TB TB paru
mereka kadang-kadang paru di
meludah/ berdahak di Bilalang
sembarang tempat (kadang di 2
got, di jalan umum) Kelurah
b. Tidak ada pengkhususan alat an
tenun dan alat makan antara Bilalang
penderita dengan orang yang Kecamat
sehat. an
Kotamo
DO : bagu
a. Warga yang memilki Utara
pengetahuan tentang TB paru
sebanyak 23%
b. Warga yang tidak memilki
cukup pengetahuan TB paru
sebanyak 57%
c. Penerangan rumah oleh
matahari yang kurang sebanyak
44 KK (23,10 %)

Hasil survey menunjukan


bahwa sekitar 32% rumah
warga kurang pencahayaan
sehingga tampak gelap dan
ruangan di dalam rumah
tampak gelap
2 DS: Kuran Resiko
a. Dari hasil wawancara dengan g terjadi
warga bahwa masyarakat yang penget peningk
menderita TB Paru tidak ahuan atan
memeriksakan/mengontrol tentan prevalen
kesehatannya ke puskesmas g si
b. Dari hasil wawancara dengan penya penyakit
warga bahwa mayoritas kit TB TB Paru
masyarakat tidak rutin paru di
mengambil obat TB ke Bilalang
Puskesmas 2
c. Dari hasil wawancara dengan Kelurah
warga bahwa sebagian an
masyarakat banyak yang Bilalang
mengalami putus obat dan Kecamat
kambuh akibat pengobatan yang an
tidak tuntas atau juga karena Kotamo
bosan/ lupa tidak minum obat bagu
TB akibat kesibukan kerja. Utara
d. Hasil wawancara menunjukan
bahwa sebanyak 60% dari warga
yang memiliki ventilasi, tidak
pernah membuka jendela nya

22
DO:
a. Jumlah penderita TB Paru
sebanyak 23 orang (43,5%)
b. Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak 47 KK
(34,31%)
c. Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak 44 KK
(23,10%)

Hasil survey menunjukan bahwa


sekitar 32% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap
dan ruangan di dalam rumah tampak
gelap.
3 DS : Kuran Kurang
a. Dari hasil wawancara ternyata gnya pengetah
warga masyarakat belum pernah perana uan
mendapatkan informasi tentang n tentang
penyakit TB paru baik dari tenaga fasilita perawata
kesehatan maupun melalui leaflet. s n TB
b. Dari hasil wawancara ternyata pelaya paru di
Pada daerah tersebut belum nan Bilalang
pernah diadakan penyuluhan keseha 2
kesehatan tentang penyakit TB tan Kelurah
Paru. an
Bilalang
DO : Kecamat
a. Fasilitas pelayanan kesehatan di an
daerah tersebut hanya terdapat 1 Kotamo
buah puskesmas pembantu bagu
b. Pendidikan warga yang lulusan Utara
SD sebanyak 180 KK (47,2%)
c. Pendidikan warga
SD sebanyak 101 KK (26,5%)
d. Warga yang tidak bersekolah
sebanyak 24 KK (6,3%)
e. Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak 23%
f. Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak
57%

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan Kotamobagu Utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan
tentang perawatan penyakit TB paru

23
2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2
Kelurahan Bilalang kecamatan Kotamobagu Utara berhubungan dengan
Kurang pengetahuan
tentang penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan
Bilalang kecamatan Kotamobagu Utara berhubungan dengan Kurangnya
peranan fasilitas pelayanan kesehatan

1. Penapisan masalah
P
T
o
i
i
n
Pe n
g Kem
rh P
k ungki
Masa ati r
a nan
lah an e
t untu Skor
Kese Ma v
B k
hatan sya e
a dikel
ra l
h ola
kat e
a
n
y
s
a
i
Resik 4 3 4 3
o
penul
aran
penya
kit
TB
paru
di
Bilala
ng 2

24
Kelur
ahan
Bilala
ng
keca
matan
Kota
moba
gu
Utara
Resik 4 4 4 3
o
terjad
i
penin
gkata
n
preva
lensi
penya
kit
TB
Paru
di
Bilala
ng 2
Kelur
ahan
Bilala
ng
keca
matan
Kota
moba

25
gu
Utara
Kura 1 3 3 3
ng
penge
tahua
n
tentan
g
peraw
atan
TB
paru
di
Bilala
ng 2
Kelur
ahan
Bilala
ng
keca
matan
Kota
moba
gu
Utara

DIAGNOSA
KRITERIA KEPERAWATAN
1 2 3
Sesuai dengan pean perawat 5 5 5
komunitas
Jumlah yang berisiko 4 5 4
Besarnya risiko 5 5 4
Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
Minat masyarakat 2 4 4

26
Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
Sesuai dengan program 5 5 5
pemerintah
Sumber daya tempat 4 4 3
Sumber daya waktu 3 4 3
Sumber daya dana 4 4 2
Sumber daya peralatan 3 4 2
Sumber daya orang 2 3 2
4 4 4
Jumlah Skor
6 9 3
Keterangan :
1 = sangat rendah
2 = Rendah
3 = Cukup
4 = Tinggi
5 = Sangat tinggi

2. Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas utama


a. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di Bilalang 2
Kelurahan Bilalang kecamatan Kotamobagu Utara berhubungan dengan
Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru
b. Resiko penularan penyakit TB paru di Bilalang 2 Kelurahan Bilalang
kecamatan Kotamobagu Utara berhubungan dengan Kurang pengetahuan
tentang perawatan penyakit TB paru
c. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di Bilalang 2 Kelurahan
Bilalang kecamatan Kotamobagu Utara berhubungan dengan Kurangnya
peranan fasilitas pelayanan kesehatan

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan
Tujuan Jangka
Jangka Intervensi
Panjang
Pendek
Setelah Setalah 1. Identifikasi faktor
dilakukan dilakukan internal dan
tindakan tindakan eksternal yang
keperawata keperawata dapat
n selama 2 n meningkatkan

27
minggu masyarakat atau menurunkan
diharakan dapat: motivasi untuk
tidak 1. Semua penduduk memeriksakan
terjadi yang menderita diri ke puskesmas
peningkata TB Paru 2. Identifikasi
n memeriksakan penyebab
prevalensi kesehatannya ke masyarakat tidak
penyakit puskesmas pengambil obat di
TB 2. Masyarakat rutin puskesmas
mengambil obat 3. Identifikasi
TB di puskesmas penyebab
3. Masyarakat yang masyarakat putus
menderita TB obat
Paru tidak 4. Beri penyuluhan
mengalami putus tentang tentang
obat dan rutin penyakit TB Paru
minum obat dan akibat bila
4. Masyarakat tidak
membuka mengkonsumsi
jendela obat dengan benar
kamarnya serta penyebab
5. Warga yang putus obat
belum memiliki
ventilasi dapat
membuat
ventilasi
6. Pencahayaan
yang cukup
Setelah Setalah 1. Berikan
dilakukan dilakukan penyuluhan
tindakan tindakan tentang
keperawata keperawata perawatan
n selama 2 n penyakit TB
minggu masyarakat paru
diharakan dapat: 2. Jelaskan kepada
tidak 1. Masyarakat tahu masyarakat
terjadi tentang untuk
penyakit perawatan TB mengkususkan
TB paru Paru alat tenun dan
2. Masyarakat makan antara
dapat penderita TB
mengkhususan dan orang sehat
alat tenun dan 3. Jelaskan kepada
alat makan antara masyarakat
penderita dengan pentingnya
orang yang sehat. penerangan
3. Warga yang rumah oleh
memilki matahari
pengetahuan 4. Anjurkan
tentang TB paru masyarakat

28
4. Warga memilki untuk meiliki
cukup pencahayaan
pengetahuan TB dalam rumah
paru yang terang
5. Penerangan
rumah oleh
matahari cukup
6. Pencahayaan
dalam rumah
tampak terang
Setelah dilakukan Setalah dilakukan 1. Identifikasi
tindakan tindakan keperawatan pengetahuan
keperawatan masyarakat dapat: masyarakat tentang
selama 2 minggu 1. Pengetahuan TB Paru
diharapkan masyarakat tentang 2. Lakukan penyuluhan
pengetahuan TB Paru meningkat kesehatan tentang TB
masyarkat (80%) Paru (definisi,
meningkat tentang 2. Masyarakat penyebab, cara
TB Paru serta mengetahui tentang pencegahan dan
peranan fasilitas TB Paru, penyebab, penularannya)
pelayanan cara pencegahan dan 3. Anjurkan untuk
kesehatan penularan meningkatkan
meningkat 3. Adanya penyuluhan fasilitas pelayanan
dari tenaga kesehatan kesehatan
tentang TB Paru
4. Fasilitas pelayanan
kesehatan di daerah
tersebut meningkat

29
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang
disebabkan oleh mybacterium tuberculosis (Depkes RI, 1998). Kuman tersebut
biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru.
Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru ke organ tubuh yang lain melaui
peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke organ
tubuh lain (Depkes RI, 2002).

Tuberkulosis dibedakan menjadi dua yaitu tuberkulosis primer dan tuberkulosis


post primer. Pada tuberkulosis primer penularan tuberkulosis paru terjadi karena
kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara.
Sedangkan Tuberculosis Post Primer dari TBC primer akan muncul bertahun-tahun
lamanya menjadi TBC post Primer. Post Primer ini dimulai dengan sarang dini yang
berlokasi di sebagian apical posterior atau inferior pada paru. (Soeparman, 1990;
Snieltzer, 2000).
Dengan menyimak pada permasalahan yang terdapat pada kasus dapat kita tarik
kesimpulan bahwa masih memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah baik
oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang
pendidikan dan bidang kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih begitupun
dengan bidang-bidang lainnya yang memerlukan tindakan nyata dan perhatian juga
dari semua pihak.

B. Saran

Dalam rangka peningkatan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran masyarakat


mengenai penyakit TB Paru perlu ditingkatkan penyuluhan secara lebih intensif,
dan untuk itu tentunya dibutuhkan tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan
komunikasi yang sesuai dengan kondisi sosial budaya dari masyarakat setempat.

Adanya perbedaan konsep sehat sakit dan penyakit yang terdapat di masyarakat,
maka diperlukan upaya pemahaman yang holistik dan integratif dikalangan berbagai
pihak, khususnya dalam upaya penanggulangan penyakit TB Paru, agar berbagai
intervensi yang diwujudkan adalah merupakan kebutuhan masyarakat.

30

Anda mungkin juga menyukai