Anda di halaman 1dari 13

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN KESEHATAN

LINGKUNGAN PEMUKIMAN TUBERKOLOSIS

Disusun Oleh :
JUITA SRIWAHYUNI
111170030003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

ANDINI PERSADA MAMUJU

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat meyelesaikan makalah ini
sesuai apa yang diharapkan dengan tepat waktu. Makalah ini berisi materi tentang
“Pemberantasan Penyakit Menular dan Kesehatan Lingkungan”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunitas 3


sekaligus menambah pengetahuan pembaca tentang Microteaching sebagai sarana
pembelajaran dalam dunia kesehatan. Penulisan makalah ini diperoleh dari beberapa
sumber pada pengumpulan beberapa daftar pustaka yang ada pada beberapa media
buku.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan. Maka dari itu, penulis dengan senang hati akan menerima kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak.

Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini memberi manfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Kudus, 31 maret 2018

penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 1
1.4 Manfaat Penulisan ...................................................................................... 1
1.5 Sistematika Penulisan................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2. Kesehatan Lingkungan Pemukiman ........................................... 8


BAB III PENUTUP .................................................................................................. 11

3.1 Kesimpulan .............................................................................. 11


3.2 Saran ........................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kejadian penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas
dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan
komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai proses
kejadian penyakit. Sedangkan proses kejadian penyakit satu dengan yang lain masing-
masing mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam hal ini faktor lingkungan memegang
peranan sangat penting.
Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan
manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke manusia
karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini tercermin dari
tingginya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah
kesehatan terbesar masyarakat Indonesia

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana cara pemberantasan penyakit menular ?

-TB

2. Bagaimana kesehatan lingkungan pemukiman?

C. Tujuan Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini agar pembaca mengatahui tentang pemberantasan


penyakit menular dan kesehatan lingkungan pemukiman yang memuat beberapa informasi

D. Manfaat Penulisan

1. Agar mahasiswa mengetahui cara pemberantasan penyakit menular


a. TB
2. Agar mahasiswa mengetahui kesehatan lingkungan pemukiman

1
E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN

1. Pemberantasan Penyakit Menular TB

2. Kesehatan Lingkungan Pemukiman


BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan
1.2 Saran

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemberantasan Penyakit Menular TB (TUBERCULOSIS)

1. PENGERTIAN
Penyakit TBC adalah penyakit yang menular yang menyerang paru-paru, penyakit ini
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika
telah diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alcohol,
oleh karena ini dinamakan bakteri tahan asam atau basil tahan asam ( BTA ).

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit
menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Kompleks
ini termasuk M. tuberculosis dan M. africanum terutama berasal dari manusia dan M.
bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang
sulit dibedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur.

2. CARA PENULARAN PENYAKIT TBC


Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam percikan ludah yang
dikeluarkan oleh penderita TB paru atau TB laring pada waktu mereka batuk, bersin atau
pada waktu bernyanyi. Kontak jangka panjang dengan penderita TB menyebabkan risiko
tertulari, infeksi melalui selaput lendir atau kulit yang lecet bisa terjadi namun sangat jarang.
TB bovinum penularannya dapat tejadi jika orang terpajan dengan sapi yang menderita TB,
bisanya karena minum susu yang tidak dipasteurisasi atau karena mengkonsumsi produk
susu yang tidak diolah dengan sempurna. Penularan lewat udara juga terjadi kepada petani
dan perternakan

3. GEJALA PENYAKIT TBC


Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul
sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
Gejala sistemik/umum
- Demam tidak terlalu tinggiyang berlangsung lama,biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
- Penurunan nafsu makan dan berat badan.
- Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

3
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejangkejang.
- Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan ± 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.

4. KEBIJAKAN
a. Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai azas desentralisasi dengan kabupaten/kota
sebagai titk berat manejemen program dalam kerangka otonomi.
b. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan strategi DOTS.
c. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program
penanggulangan TB.
d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya.
e. Penemuan dan pengobatan dilaksanakan oleh selluruh UPK ( Unit Pelayanan Kesehatan )
baik swasta maupun pemerintah.
f. Dilaksanakan melalui Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB ( Gerdanus TB )
g. Peningkatan kemapuan laboratorium.
h. Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ).
i. Ketersedian SDM.
j. Diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan TB.
k. enanggulangan TB berkolaborasi dengan penanggulangan HIV.
l. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
m. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.

B. Cara-cara Pemberantasan

1. Pencegahan
4
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium
tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut :

a) Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang
dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).

b) Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi

c) Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara,
dan penyinaran matahari di rumah.

d) Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).

e) Mencegah kontak langsung dengan penderita tuberculosis paru.


2. Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan
adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi
tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan
TB.

5
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.

3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita
harus minum obat setiap hari.

4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.

5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.

C. Program Pemberantasan Penyakit Menular

Program pemberantasan penyakit menular bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,


kematian, dan kecacatan akibat penyakit menular dan tidak menular. Penyakit menular yang
diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria, demam berdarah dengue, tuberkulosis
paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria, kusta, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi, termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan
masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk of
international concern).

D. KEBIJAKAN PELAKSANAANNYA YAITU:


a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran, membangun
komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan dalam mewujudkan
manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi masyarakat rentan dan miskin
hingga ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui penatalaksanaan kasus
secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, serta
pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan dan
memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan wilayah setempat
dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman penyebaran penyakit antar daerah
maupun antar negara yang melibatkan masyarakat hingga ke desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan sentra rujukan
penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra regional untuk kesiapsiagaan
penanggulangan KLB/ wabah.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan jejaring lintas
program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat termasuk swasta untuk
percepatan program pencegahan dan pemberantasan penyakit menular melalui pertukaran

6
informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan pemanfaatan sumberdaya
lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui penyusunan,
review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme
sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga mampu
menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan cakupan,
jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas
hingga ke desa.

E. LANGKAH-LANGKAH PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR


a. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit.
b. Melaporkan penyakit menular.
c. Menyelidiki di lapangan untuk mengetahui benar atau tidaknya laporan yang masuk untuk
menemukan kasus-kasus lagi dan untuk mengetahui sumber penularan.
d. Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi.
e. Pemberantasan vektor (pembawa penyakit)
f. Pendidikan kesehatan.

F. CARA-CARA PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR SECARA UMUM


a. Mempertinggi nilai kesehatan.
Ditempuh dengan cara usaha kesehatan (hygiene) perorangan dan usaha kesehatan
lingkungan (sanitasi).
b. Memberi vaksinasi/imunisasi
Merupakan usaha untuk pengebalan tubuh. Ada dua macam,yaitu :
Pengebalan aktif, yaitu dengan cara memasukkan vaksin ( bibit penyakit yang telah
dilemahkan), sehingga tubuh akan dipaksa membuat antibodi. Contohnya pemberian vaksin
BCG, DPT, campak, dan hepatitis.
Pengebalan pasif, yaitu memasukkan serum yang mengandung antibodi. Contohnya
pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).
c. Pemeriksaan kesehatan berkala
Merupakan upaya mencegah munculnya atau menyebarnya suatu penyakit, sehingga
munculnya wabah dapat dideteksi sedini mungkin. Dengan cara ini juga, masyarakat bisa

7
mendapatkan pengarahan rutin tentang perawatan kesehatan, penanganan suatu penyakit,
usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat vaksinasi.

F. Kesehatan Lingkungan Pemukiman


Program Lingkungan Sehat bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang lebih
sehat melalui pengembangan system kesehatan kewilayahan untuk menggerakkan
pembangunan lintas sektor berwawasan kesehatan. Adapun kegiatan pokok untuk mencapai
tujuan tersebut meliputi:

1. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Dasar


2. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
3. Pengendalian dampak risiko pencemaran lingkungan
Pencapaian tujuan penyehatan lingkungan merupakan akumulasi berbagai pelaksanaan
kegiatan dari berbagai lintas sektor, peran swasta dan masyarakat dimana pengelolaan
kesehatan lingkungan merupakan penanganan yang paling kompleks, kegiatan tersebut sangat
berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu dari hulu berbagai lintas sector ikut serta
berperan baik kebijakan dan pembangunan fisik serta Departemen Kesehatan sendiri terfokus
kepada hilirnya yaitu pengelolaan dampak kesehatan.
Sebagai gambaran pencapaian tujuan program lingkungan sehat disajikan dalam per
kegiatan pokok melalui indikator yang telah disepakati serta beberapa kegiatan yang
dilaksanakan sebagai berikut:
1. Pemeliharaan dan Pengawasan Kualitas Lingkungan
a. Pengawasan Institusi Pendidikan
Kondisi kesehatan lingkungan pada sekolah dititik beratkan pada aspek hygiene, sarana
sanitasi di sekolah yang erat kaitannya dengan kondisi fisik bangunan sekolah. Kegiatan
yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan lingkungan di sekolah adalah :
 Pengendalian faktor risiko lingkungan di sekolah
 Pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dan Pondok Pesantren
 Sosialisasi dan advokasi Kepmenkes 1429/2006 tentang pedoman Penyelenggaraan
Kesehatan Lingkungan di Sekolah
 Penilaian lomba sekolah sehat
b. Rumah Sehat
Pada tahun 2006, cakupan rumah sehat mencapai 69%. Kegiatan yang dilakukan:
menyusun persyaratan kualitas udara di dalam rumah serta menyusun petunjuk
pelaksanaan monitoring kualitas udara di dalam rumah.
Untuk menciptakan rumah sehat maka diperlukan perhatian terhadap beberapa
aspek yang sangat berpengaruh, antara lain:
- Sirkulasi udara yang baik.

8
- Penerangan yang cukup.
- Air bersih terpenuhi.
- Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran.
- Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak
terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.
c. Pengawasan Tempat-tempat Umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat berkumpulnya
manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai penyakit. Aspek yang dinilai
antara lain :
i. Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, pencahayaan,
dll
ii. Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular
paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium
tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut :
a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang
dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi

B. Saran

Di era modern sekarang ini sudah banyak berkembang penyakit yang tidak ditemukan
obatnya termasuk diantaranya penyakit menular dan sekarang ini, masih banyak yang belum
memahami bagaimana cara menjaga lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, perlu untuk
memperlajari tentang pembarantasan penyakit menular dan bagaimana penyehatan lingkungan
tersebut.

9
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 2002. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Mutiara


Departemen Kesehatan RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Direktorat Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
http://125.160.76.194/bidang/yanmed/farmasi/Pharmaceutical/ISPA.pdf (Diakses: 13 April
2013)
DepKes RI. 1991. Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran Pernapasan
Akut Pada Anak. Jakarta
Depkes RI. 2005. Pedoman Monitoring dan Perawatan Pasien HIV/AIDS dengan Antiretro viral
(ARV)
Sudoyo AW, dkk.2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV, Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai