Disusun Oleh :
JUITA SRIWAHYUNI
111170030003
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas
limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, penulis dapat meyelesaikan makalah ini
sesuai apa yang diharapkan dengan tepat waktu. Makalah ini berisi materi tentang
“Pemberantasan Penyakit Menular dan Kesehatan Lingkungan”.
Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini memberi manfaat bagi
pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.
penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kejadian penyakit menular maupun gangguan kesehatan pada manusia, tidak terlepas
dari peran faktor lingkungan. Hubungan interaktif antara manusia serta perilakunya dengan
komponen lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit, juga dikenal sebagai proses
kejadian penyakit. Sedangkan proses kejadian penyakit satu dengan yang lain masing-
masing mempunyai karakteristik tersendiri. Dalam hal ini faktor lingkungan memegang
peranan sangat penting.
Interaksi manusia dengan lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan
manusia. Sering terjadi kuman yang tinggal di tubuh host kemudian berpindah ke manusia
karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini tercermin dari
tingginya kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah
kesehatan terbesar masyarakat Indonesia
B. Rumusan Masalah
-TB
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
1
E. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Kesimpulan
1.2 Saran
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN
Penyakit TBC adalah penyakit yang menular yang menyerang paru-paru, penyakit ini
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberkulosis. Walaupun tidak mudah diwarnai, jika
telah diwarnai bakteri ini tahan terhadap peluntur warna (dekolarisasi) asam atau alcohol,
oleh karena ini dinamakan bakteri tahan asam atau basil tahan asam ( BTA ).
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit
menular paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis. Kompleks
ini termasuk M. tuberculosis dan M. africanum terutama berasal dari manusia dan M.
bovis yang berasal dari sapi. Mycobacteria lain biasanya menimbulkan gejala klinis yang
sulit dibedakan dengan tuberkulosis. Etiologi penyakit dapat di identifikasi dengan kultur.
3
- Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
Gejala khusus
- Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
- Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada
suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini
akan keluar cairan nanah.
- Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejangkejang.
- Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui
adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan
penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3
bulan ± 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA
positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.
4. KEBIJAKAN
a. Penanggulangan TB dilaksanakan sesuai azas desentralisasi dengan kabupaten/kota
sebagai titk berat manejemen program dalam kerangka otonomi.
b. Penanggulangan TB dilaksanakan dengan strategi DOTS.
c. Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program
penanggulangan TB.
d. Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya.
e. Penemuan dan pengobatan dilaksanakan oleh selluruh UPK ( Unit Pelayanan Kesehatan )
baik swasta maupun pemerintah.
f. Dilaksanakan melalui Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB ( Gerdanus TB )
g. Peningkatan kemapuan laboratorium.
h. Obat Anti Tuberkulosis ( OAT ).
i. Ketersedian SDM.
j. Diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan TB.
k. enanggulangan TB berkolaborasi dengan penanggulangan HIV.
l. Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.
m. Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam MDGs.
B. Cara-cara Pemberantasan
1. Pencegahan
4
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium
tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut :
a) Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang
dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
c) Disinfeksi, cuci tangan, dan tata rumah tangga dan kebersihan yang ketat, perlu
perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah, memperbaiki ventilasi, sirkulasi udara,
dan penyinaran matahari di rumah.
d) Menghindari faktor predisposisi seperti merokok, udara yang lembab dan kotor
(polusi).
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat
tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis obat tambahan
adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin + Asam Klavulanat, derivat
Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:
Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu berdasarkan lokasi
tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan bakteriologik, hapusan dahak dan
riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu perlu pemahaman tentang strategi
penanggulangan TB yang dikenal sebagai Directly Observed Treatment Short Course
(DOTS) yang direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:
1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam penanggulangan
TB.
5
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung sedang
pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis dan kultur dapat
dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan pertama dimana penderita
harus minum obat setiap hari.
6
informasi, pelatihan, pemanfaatan teknologi tepat guna, dan pemanfaatan sumberdaya
lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui penyusunan,
review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan program pencegahan dan
pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan profesionalisme
sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan pemberantasan penyakit sehingga mampu
menggerakkan dan meningkatkan partisipasi masyarakat secara berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan cakupan,
jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus penyakit secara berkualitas
hingga ke desa.
7
mendapatkan pengarahan rutin tentang perawatan kesehatan, penanganan suatu penyakit,
usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat vaksinasi.
8
- Penerangan yang cukup.
- Air bersih terpenuhi.
- Pembuangan air limbah diatur dengan baik agar tidak menimbulkan pencemaran.
- Bagian-bagian ruang seperti lantai dan dinding tidak lembab serta tidak
terpengaruh pencemaran seperti bau, rembesan air kotor maupun udara kotor.
c. Pengawasan Tempat-tempat Umum
Pengawasan tempat-tempat umum perlu dilakukan karena tempat berkumpulnya
manusia, yang bisa menjadi sumber penularan berbagai penyakit. Aspek yang dinilai
antara lain :
i. Kondisi bangunan meliputi langit-langit, dinding, lantai, ventilasi, pencahayaan,
dll
ii. Sarana sanitasi meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuagan air limbah, dan sarana pembuangan sampah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC, adalah penyakit menular
paru-paru yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi mycobacterium
tuberkuloisi dengan melakukan penkes adalah sebagai berikut :
a. Oleh penderita dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk, dan membuang
dahak tidak di sembatang tempat (di dalam larutan disinfektan).
b. Dengan memberikan vaksin BCG pada bayi
B. Saran
Di era modern sekarang ini sudah banyak berkembang penyakit yang tidak ditemukan
obatnya termasuk diantaranya penyakit menular dan sekarang ini, masih banyak yang belum
memahami bagaimana cara menjaga lingkungan yang sehat. Oleh karena itu, perlu untuk
memperlajari tentang pembarantasan penyakit menular dan bagaimana penyehatan lingkungan
tersebut.
9
DAFTAR PUSTAKA
10