Anda di halaman 1dari 41

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PENDERITA

RETINOBLASTOMA

KEPERAWATAN ANAK

(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen
pengajar Ns. Ira Rahmawati S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An. )

Oleh:

Tyas Dyah Tristiana NIM 182310101121

Alfian Sindhu Andara NIM 182310101122

Nabilla Novia Mahdi NIM 182310101146

Miratul ‘Uzaimah Az-zuhri NIM 182310101147

KELAS C 2018

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020
KEPERAWATAN ANAK

KONSEP DASAR DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PENDERITA


RETINOBLASTOMA

MAKALAH

Oleh:
Tyas Dyah Tristiana NIM 182310101121
Alfian Sindhu Andara NIM 182310101122
Nabilla Novia Mahdi NIM 182310101146
Miratul ‘Uzaimah Az-zuhri NIM 182310101147
KELAS C 2018

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Retinablastoma” mata kuliah Keperawatan Anak dengan
baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan


bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu, kami ingin menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya dalam pembuatan makalah
ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga dapat memberikan wawasan dan tambahan bagi
kami khususnya dan juga pembaca.

Demikian Makalah Tugas Keperawatan Anak “Asuhan


Keperawatan Pada Anak dengan Retinablastom” ini disusun, jika terdapat
kekurangan dalam pembuatan makalah ini, kami mohon maaf.

Jember, 05 Oktober 2020

Penyusun

iii
Daftar isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................................. 2
BAB 2 STUDI LITERATUR .......................................................................................... 3
2.1 Definisi (Retinaoblastoma) .................................................................................... 3
2.2 Anatomi fisiologi (Retinaoblastoma) ..................................................................... 4
2.3 Klasifikasi (Retinaoblastoma) ................................................................................ 5
2.4 Manifestasi Klinis (Retinaoblastoma) .................................................................... 6
2.5 Patofisiologi (Retinaoblastoma) ............................................................................. 6
2.6 Pemeriksaan Penunjang (Retinaoblastoma) ...................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan (Retinaoblastoma) ....................................................................... 8
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................. 11
3.1 KASUS ............................................................................................................... 11
3.2 Pengkajian ........................................................................................................... 11
3.3 Analisis Data ....................................................................................................... 18
3.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 19
3.5 Intervensi ............................................................................................................ 20
3.6 Evaluasi .............................................................................................................. 23
3.7 WOC/ Pathway.................................................................................................... 24
BAB IV. ANALISIS JURNAL .......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP............................................................. Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan .............................................................. Error! Bookmark not defined.

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Retinoblastoma merupakan salah satu jenis tumor yang umumnya
muncul pada anak-anak, tersering pada usia di bawah 2 tahun. Sejumlah kira-
kira 95% kasus didiagnosis sebelum pasien berusia 5 tahun. Sementara bila
muncul pada usia >5 tahun, umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk
(KANKER 2015).
Di Amerika Serikat, kasus retinoblastoma diperkirakan ditemukan
pada 1 dari 18000 anak di bawah umur 5 tahun. Secara genetik tumor ini
berkem- bang karena mutasi lengan panjang kromosom pada lokus 13q14 dan
mutasi pada kedua alel gen Rb1. Tumor ini dapat diturunkan secara herediter
atau sporadik, dan dapat unilateral (70-75% kasus), maupun bilateral (25-30%
ka- sus). Tidak terdapat predileksi sex dan ras. Umur yang sering dikenai rata-
rata usia 18 bulan dan 90% pasien didiagnosis sebelum usia 5 tahun
(Penelitian and Rahman 2014).
Di Indonesia, data lengkap terkait insiden kasus Retinoblastoma masih
belum ada. Namun penelitian di Surabaya menunjukkan adanya peningkatan
angka pnderita Retinoblastoma hingga 35 pasien per tahunnya. Pda tahun
2010 di RSU dr. Soetomo hanya ada 18 orang anak yang terdiagnosa
menderita penyakit tumor ganas tersebut (Penelitian and Rahman 2014).

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini mempunyai tujuan,
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami definisi dari Retinoblastoma
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi Retinoblastoma
3. Mengetahui dan memahami patofisologi Retinoblastoma
4. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Retinoblastoma

1
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas diharapkan makalah ini mempunyai
manfaat, yakni dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
Retinoblastoma baik klasifikasi, patofisologi ,dan penatalaksanaan
Retinoblastoma.

2
BAB 2
STUDI LITERATUR

2.1 Definisi (Retinaoblastoma)


Retinoblastoma suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas dan juga merupakan tumor
ganas primer intraokuler terbanyak pada anak-anak. Di Amerika Serikat, kasus
retinoblastoma diperkirakan ditemukan pada 1 dari 18000 anak di bawah umur
5 tahun. Secara umum tumor ini berkembang karena adanya lengan pada
kromosom pada lokus 13q14 dan pada kedua alel gen Rb1. Tumor ini dapat
diturunkan secara herediter dan dapat unilateral (70-75% kasus), maupun
bilateral (25-30% kasus). Tidak terdapat predileksi sex dan ras. Umur yang
sering dikenai rata-rata usia 18 bulan dan 90% pasien didiagnosis sebelum usia
5 tahun (Penelitian and Rahman 2014).

Gambar 2.1 Retinoblastoma. Sumber: Google image

Gejala retinoblastoma bervariasi sesuai stadium penyakit saat datang,


dapat berupa leukoria, strabismus, mata merah, nyeri mata yang disertai
glaucoma dan visus menurun. Hanya 6%-10% pasien yang mempunyai riwayat
keluarga (Rosdiana 2011). Gambaran retinoblastoma pertama kali
dikemukakan oleh Peter Pawius di Amsterdam Belanda di mana keganasan ini
meluas ke orbita, regio temporal yang kemudian disebut sebagai substance
similar to brain tissue mixed (Penelitian and Rahman 2014).

3
2.2 Anatomi fisiologi (Retinaoblastoma)
Retina adalah bagian mata yang 4ersama4e terhadap cahaya yang terletak
di segmen posterior mata. Retina merupakan struktur yang terorganisasi
memberikan informasi visual ditransmisikan melalui nervus optikus ke
korteks visual. Retina berkembang dari cawan optikus eksterna yang
mengalami invaginasi mulai dari akhir empat minggu usia janin (Vaughan &
Asbury’s general ophthalmology, 2007).
Retina mendapatkan vaskularisasi dari arteri oftalmika (cabang pertama
dari arteri karotis interna kanan dan kiri) dan arteri siliaris (nervus optikus).
Arteri siliaris memberikan vaskularisasi pada lapisan luar dan tengah,
termasuk lapisan pleksiform luar, lapisan fotoreseptor, lapisan inti luar, dan
lapisan epitel pigmen.

Gambar 2.3 Anatomi Fisiologi Retina. Sumber : Google Image

Retina adalah bagian mata yang paling kompleks dan paling sensitif
terhadap cahaya. Retina memiliki lapisan fotoreseptor berisi sel batang dan
kerucut yang memiliki peran dalam menangkap stimulus cahaya lalu
mentransmisikan impuls melalui nervus optikus ke korteks visual bagian
oksipital (Vaughan & Asburry’s general ophthalmology, 2007).

4
Fotoreseptor tersusun rapi pada bagian terluar avaskuler retina dan banyak
terjadi perubahan biokimia untuk proses melihat. Komposisi sel kerucut lebih
banyak pada bagian makula (fovea) dan sedikit pada bagian perifer, sedangkan
sel batang densitasnya tinggi pada bagian perifer dan sedikit pada bagian
makula (fovea). Sel kerucut berfungsi untuk melihat warna dan saat siang hari
sehingga fovea bertanggung jawab pada penglihatan warna dan cahaya
banyak. Sel batang, mengandung pigmen fotosensitif rhodopsin, berfungsi
untuk melihat warna hitamputih dan saat malam hari sehingga bagian perifer
bertanggung jawab untuk penglihatan gelap pada malam hari (Dahl, A., 2013).

2.3 Klasifikasi (Retinaoblastoma)


Retinoblastoma dikategorikan menjadi intraokular dan ekstraokular;(Rares et
al. 2016)

2.3.1 Retinoblastoma intraokular


Harapan hidup 5 tahun >90%. Retinoblastoma intraokular terdapat dalam
mata dan terbatas pada retina atau mungkin dapat meluas dalam bola mata.
Retinoblastoma intraokular tidak akan meluas menuju jaringan sekitar mata
atau bagian tubuh yang lain.
2.3.2 Retinoblastoma ekstraokular
Harapan hidup 5 tahun <10%. Retinoblastoma ekstraokular dapat meluas
keluar mata. Secara tipikal dapat mengenai sistem saraf pusat (SSP) dan
tersering mengenai sumsum tulang atau nodi limf. Salah satu sistem
klasifikasi yang sering digunakan pada retinoblastoma intraokular ialah Reese-
Ellsworth classification; klasifikasi ini tidak digunakan pada retinoblastoma
ekstraokular. Reese-Ellsworth mengembangkan sistem klasifikasi
retinoblastoma intraokular untuk menandai pemeliharaan penglihatan dan
kontrol penyakit lokal ketika terapi external-beam merupakan satu-satunya
pilihan terapi. Klasifikasi Reese-Ellsworth tidak menyediakan informasi
mengenai harapan hidup pasien atau penglihatannya dan hanya
mengklasifikasikan berdasarkan jumlah, ukuran, lokasi tumor, dan ada

5
tidaknya vitreous seeds. Klasifikasi klinik retinoblastoma yang lain ialah
Essen classification.

2.4 Manifestasi Klinis (Retinaoblastoma)


Gejala dan tanda-tanda retinoblastoma ditentukan oleh luas dan lokasi tumor
pada waktu didiagnosis (Rares et al. 2016)
1. leukokoria (refleks putih pada pupil) sekitar 50-62%,
2. strabismus (20%).1-5 Ciri-ciri lain meliputi heterokromia, hifema
spontan, amauritic cat’ eye (bila mata kena sinar akan memantulkan
cahaya seperti mata kucing) dan selulitis.3,4 Dalam perkembangan
selanjutnya tumor dapat tumbuh ke arah badan kaca (endofilik) dan
kearah koroid (eksofilik). Pada pertumbuhan endofilik, tampak massa
putih yang menembus melalui membran limitan interna.
Retinoblastoma endofilik kadang-kadang berhubungan dengan adanya
sel individual atau fragmen jaringan tumor pada vitreus yang terpisah
dari massa utama. Kadangkadang sel ganas memasuki anterior
chamber dan membentuk pseudohipopion.

2.5 Patofisiologi (Retinaoblastoma)


Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa
tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-
tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis. Jika sel-sel tumor
terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan menyebabkan glaucoma
atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi
tumor melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus
paranasal, dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah.
Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak
normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan

6
submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera, terutama
pada hati (Rosdiana 2011).

2.5.1 Faktor Resiko (Retinaoblastoma)


Menurut Panduan Nasional Penanganan Kanker 2015 menyatakan ada
bebrapa factor resiko terkait anak dengan gejala Retinoblastoma, yaitu :

1. Faktor resiko rendah

Sel tumor menginvasi retina, koroid minor (hanya 1 fokus dan , 3mm)
dan nervus optikus prelaminer
2. Faktor resiko menengah

Sel tumor telah menginvasi koroid mayor (invasi koroid minor multiple
atau invasi > 3 mm), intrasklera, segmen anterior dan nervus optikus
post laminar
3. Faktor resiko tinggi

Sel tumor telah menginvasi transklera dan batas sayatan nervus optikus
positif

2.6 Pemeriksaan Penunjang (Retinaoblastoma)

2.6.1 Pemeriksaan X foto:

Dengan pemeriksaan ini hampir 60-70% terdeteksi adanya


kalsifikasi di dalam tumor. Bila tumor mengadakan infiltrasi ke saraf
optik, foramen optikum akan tampak melebar.
2.6.2 Pemeriksaan USG atau CT scan atau MRI:
Dapat mengetahui adanya massa tumor intraokuler meskipun
media keruh. Bila lesi masih dini maka akan nampak gambaran solid,
sedangkan bila tumor telah mengalami nekrosis akan nampak gambaran
yang kistik.
2.6.3 Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase (LDH):

7
Dengan membanding-kan kadar LDH dalam akuos humor dan
serum darah dapat diperkirakan adanya retinoblastoma intraokuler. Rasio
normal ialah <1; bila rasio >1,5 dicurigai kemungkinan adanya
retinoblastoma.

2.7 Penatalaksanaan (Retinaoblastoma)


2.7.1 Terapi Non Farmakologis
Pemilihan terapi Pada terapi retinoblastoma berdasarkan pada prinsip
umum yang bertujuan untuk menghilangkan tumor dan menyelamatkan nyawa
penderita, mempertahankan penglihatan bila memungkinkan, menyelamatkan
mata, menghindari tumor sekunder yang dapat juga disebabkan karena terapi
terutama pada anak yang mengalami retinoblastoma yang diturunkan. Faktor
terpenting yang menentukan pemilihan terapi meliputi apakah tumor pada satu
mata atau kedua mata, bagaimana penglihatannya, dan apakah tumor telah
meluas keluar bola mata. Secara keseluruhan lebih dari 90% anak-anak yang
dapat mengalami penyembuhan. Hasil terapi akan lebih baik bila tumor masih
terbatas dalam mata dan akan memburuk bila tumor telah menyebar.
Berdasarkan stadium tumor, terapi yang dapat digunakan ialah:
1. Kemoterapi
2. Pembedahan: Ketika tumor terjadi hanya pada satu mata, maka cenderung
untuk bertambah besar sebelum terdiagnosis. Penglihatan telah rusak,
tanpa adanya harapan untuk pulih kembali. Terapi umum pada kasus ini
ialah enukleasi dan biasanya disertai pemasangan implan orbita.
Pengangkatan bola mata biasanya dapat memengaruhi pertumbuhan tulang
dan jaringan sekitar mata. Pemasangan orbital implan dapat
meminimalkan efek tersebut. Bila retinoblastoma terjadi pada kedua mata,
maka enukleasi pada kedua mata mengakibatkan pasien tidak bisa melihat
namun prosedur ini yang paling aman karena kerusakan mata disebabkan
oleh karena tumornya. Ada juga yang mengatakan bahwa bila pada satu
mata atau dua mata penglihatannya masih berfungsi dapat
dipertimbangkan terapi konservatif terlebih dahulu.
3. Terapi radiasi (brachytherapy atau terapi radiasi eksternal beam)

8
4. Fotokoagulasi (menggunakan laser untuk mematikan tumor, digunakan
untuk tumor yang kecil)
5. Krioterapi (menggunakan probe yang sangat dingin untuk membekukan
dan mematikan tumor, juga digunakan untuk tumor yang kecil)
6. Termoterapi (merupakan terapi panas yang menggunakan infra merah
untuk mematikan tumor, digunakan untuk tumor yang kecil)
7. Subtenon (subconjunctival) kemoterapi Pada standar terapi berdasarkan
lokasi tumor intraokuler (unilateral atau bilateral) atau ekstraokuler, terapi
yang digunakan meliputi :
a. Intraokular
Unilateral
Karena penyakit unilateral biasanya masif dan sering kali
menunjukkan tidak ada harapan penglihatannya dapat dipertahankan
maka biasanya dilakukan enukleasi dan terapi radiasi tidak diberikan
pada badan tumor. Sekarang ini masih dilakukan percobaan
kemoterapi pada pasien dengan penyakit unilateral dalam rangka untuk
mempertahankan penglihatan pada mata yang terkena. Suatu studi
menunjukkan bahwa anak-anak dengan retinoblastoma dengan gejala
yang nyata seperti leukokoria, strabismus, atau mata merah biasanya
memerlukan enukleasi. Namun pada anak-anak dengan gejala yang
tidak nyata dapat menghindari tindakan enukleasi.5,6,9 Suatu studi
mengatakan bahwa bila terdapat potensial untuk mempertahankan
penglihatan karena tumor masih kecil, maka terapi seperti radiasi,
fotokoagulasi, krioterapi, termoterapi, kemoreduksi dan brachyterapi
lebih diutamakan daripada terapi pembedahan. Namun perlu juga
diperhatikan bahwa anak-anak dengan unilateral retinoblastoma dapat
berkembang ke mata sebelahnya. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan secara berkala pada mata sebelahnya.
Bilateral
Penatalaksanaan retinoblastoma bilateral tergantung pada luasnya
penyakit pada setiap mata. Biasanya penyakit lebih menonjol pada

9
salah satu mata. Standar terapi pada masa lalu ialah enukleasi pada
mata yang lebih parah. Bila masih ada harapan pada penglihatan kedua
matanya, maka iradiasi bilateral atau kemoreduksi disertai follow up
respon dan terapi fokal merupakan tindakan yang perlu dilakukan.
Sejumlah pusat-pusat besar di Eropa dan Amerika Utara
memublikasikan hasil percobaannya menggunakan kemoterapi
sistemik pada pasien dengan tumor intraokular yang tidak berhasil
diterapi dengan terapi lokal. Contohnya ialah tumor yang terlalu besar
untuk diterapi dengan krioterapi atau fotokoagulasi laser atau bayi baru
lahir dengan tumor yang melebihi optic disc.9 Pada seluruh kasus,
tujuan kemoterapi ialah pengurangan volume tumor sehingga terapi
lokal (krioterapi, fotokoagulasi, thermoterapi) dapat dilakukan.
b. Ekstraokular
Beberapa pasien dengan retinoblastoma menunjukkan penyakit
ekstraokular, dapat terlokalisasi pada jaringan lunak sekitar mata atau
ke nervus optikus. Perluasan lebih lanjut dapat mengenai otak dan
meningen. Pada saat ini tidak ada standar terapi efektif yang digunakan
untuk terapi retinoblastoma ekstraokular; iradiasi orbital dan
kemoterapi dapat digunakan. Percobaan klinik melaporkan pasien
dengan metastase non-CNS (Central nervous system) telah diterapi
dengan sukses menggunakan kemoterapi mieloablasi dengan sel stem.

10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun bernama An.X datang ke RS
KLIEN SEHAT dengan keluhan nyeri pada matanya dan adanya benjolan
pada mata bagian kiri serta adanya pembengkakan pada bagian mata
sebelah kiri. Hal tersebut pertama kali diketahui oleh ibunya sekitar 15-20
hari lalu. Anak tersebut sempat di diagnosa retinaoblastoma 1 tahun yang
lalu dan dokter menyarankan untuk pembedahan namun keluarga
menunda-nunda pengobatan hingga tidak mau dilakukan pembedahan
karena kasihan pada anak. Ketika pemeriksaan mata anak mampu
mengikuti cahaya ketika bersinar di mata kanannya, tetapi tidak merespon
ketika cahaya itu bersinar di mata kirinya. Pemeriksaan mata eksternal
menunjukkan leukocoria berat dengan sedikit proptosis di mata kirinya.
Pemeriksaan slit lamp menunjukkan ruang anterior yang tenang dengan
kedalaman normal, pupil bulat dan reaktif, dan lensa bening secara
bilateral. Anak tampak cemas terhadap kondisi yang dialaminya. Suhu :
380C Respirasi: 28 x/menit, Nadi : 100x/menit,Tekanan Darah : 110/72
mmHg

3.2 Pengkajian
3.2.1 Identitas Pasien
Nama : An.X No. RM : 1742
Umur : 6 tahun Pekerjaan :-
Jenis kelamin : laki-laki Tgl Masuk :12 september
2020
Alamat : Gebanglangkap Tgl Pengkajian: 12
september 2020
Sumber Informasi: Keluarga

11
3.2.2 Identitas orang Tua

Nama Ayah : Tn. L Nama Ibu : Ny. N


Umur : 35 tahun Umur : 29 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku : Madura Suku : Jawa
Bahasa : Madura, Indonesia Bahasa :Jawa
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Supir Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Penghasilan : Rp. 1.500.000 Penghasilan :-
Alamat : Gebang Langkap Alamat : Gebang
Langkap

3.2.3 Riwayat Kesehatan


1. Diagnosa Medik : Retinoblastoma
2. Keluhan utama
An. X umur 6 tahun datang ke rumah sakit bersama kedua orang
tuanya pada tanggal 12 sepetember 2020 dengan keluhan nyeri
pada mata bagian kiri.
3. Riwayat penyakit sekarang
Anak mampu mengikuti cahaya ketika bersinar di mata kanannya,
tetapi tidak merespon ketika cahaya itu bersinar di mata kirinya.
Refleks merah muncul di mata kanannya, tetapi tidak di kirinya.
Pemeriksaan mata eksternal menunjukkan leukocoria berat
dengan sedikit proptosis di mata kirinya. Pemeriksaan slit lamp
menunjukkan ruang anterior yang tenang dengan kedalaman
normal, pupil bulat dan reaktif, dan lensa bening secara bilateral.
Anak tampak cemas akan keadaan yang dialaminya
4. Riwayat penyakit dahulu
Penderita sebelumnya pernah di diagnosa retinoblastoma
5. Riwayat kesehatan keluarga

12
Tidak ada
6. Riwayat Operasi
Tidak ada
7. Riwayat Alergi
Tidak ada

1.2.5 Aktivitas Sehari-hari


A. Nutrisi
Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit
1. Makan
- Frekuensi - 3x Sehari - 2x sehari
- Porsi makan - 1 piring sedang - 1 mangkok besar
- Varian makan - Nasi, sayur, - Bubur
tahu, tempe
Minum
- Jenis minum - Air putih Air putih dan susu
- Frekuensi minum 6x sehari (6 gelas 4x sehari (4 gelas ukuran
ukuran 350ml) 250ml)

B- Berat Badan - 22 Kg 21 Kg

B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Air putih Air putih dan susu
2. Frekwensi minum 6 gelas ukuran 350ml 4 gelas ukuran 250ml
3. Kebutuhan cairan Tidak diketahui Tergantung
4. Cara pemberian - -

C. Eliminasi (BAB & BAK)

13
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Tempat pembuangan Toilet Toilet
2. Frekwensi/waktu BAK= sering BAK jarang
BAB = 2 x sehari BAB 4-6x sehari
3. Konsistensi Sering encer Encer
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak pernah
digunakan

d. Istirahat/Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur
- Siang 12.00 – 14.00 Jam 14.00-15.00
- Malam Jam 20.00- 06.00 Jam 21.00-3.30
2. Pola tidur Tidur dilaksanakan pada Tidur dilaksanakan pada
siang dan malam hari siang dan malam hari
3. Kebiasaan sebelum tidur - -
4. Kesulitan tidur Tidak ada Sering terbangun karena
pasien mengeluh nyeri di
bagian dada.

D. Olahraga
Tidak dikaji
1.2.6 Pemeriksaan Fisik dan Pengkajian Fungsional
1. Keadaan umum : kesadaran composmentis
2. TTV :
a) Suhu : 380C

14
b) Respirasi : 28X/menit
c) Nadi : 100X/menit
d) Tekanan Darah : 110/72 mmHg
3. BB : 21 Kg; Panjang badan : 147 cm
4. Kepala : lingkar kepala 46 cm
a. Inspeksi : kepala simetris, Rambut berwarna coklat
kemerahan, tipis, sedikit mudah dicabut, agak kasar dengan
distribusi merata dan rambut rontok
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ditemukan benjolan,
rambut terasa agak kasar
5. Mata :
a. Inspeksi : Terdapat bejolan pada mata kiri
b. Palpasi: terdapat benjolan, dan nyerti pada area benjolan
6. Mulut dan lidah :
a. Inspeksi : mukosa bibir tampak pucat
7. Telinga :
a. Inspeksi :bentuk simetris kiri-kanan, terdapat kotoran, tidak
ada kemerahan
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Hidung :
a. Inspeksi : penciuman baik, bentuk simetris, mukosa hidung
ikterik.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi
9. Leher :
a. Inspeksi : tidak terjadi pembesaran KGB
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
10. Thoraks : lingkar dada 33 cm
a. Inspeksi : gerakan dada simetris
b. Palpasi : Tidak ada lesi,edema
c. Auskultasi : Tidak ada suara
11. Jantung

15
a. Palpasi : Ictus cordis di ICS IV teraba
1. Batas kiri jantung : ICS II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), ICS IV kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri.
2. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV
kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
b. Perkusi : suara jantung pekak
c. Aukskultasi : tidak ada suara jantung tambahan
12. Abdomen :
a. Inspeksi : bentuk perut simetris
b. Auksultasi : tidak ada
c. Palpasi : hepar dan lien teraba
d. Perkusi : tidak ada
13. Anus : terdapat lubang anus
14. Genetalia : Laki-laki
15. Ekstermitas :
a. Inspeksi : Tungkai dan punggung kaki ukuran sama
b. Palpasi : tidak ada edema, lesi
1.2.7 Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium Tanggal 12 November 2019 (saat MRS)
Darah Lengkap Kimia darah
Hb: 12,2 SGOT: 22 (< 25)
Hematokrit: 38,3 (40-48) SPGT: 25 (< 20)
Trombosit: 309.000 Trigliserida: 123
Leukosit : 11.600 Kolesterol: 110
MCV: 77,1 (82-89) HDL: 45
MCH: 25 (27-31) LDL: 109
MCHC:32,4 (32-36) Ureum darah: 39 (20-40)
Kreatinin darah: 1,14 (0,5-1,5)
Na: 136 (135-47)

16
K: 4,1 (8,5-10,1)
Cl: 104 (100-106)
Pemeriksaan penunjang lainnya:
1. CD4 Absolut: 6
2. Sputum positif BTA

17
3.3 Analisis Data
No. Data penunjang Etiologi Diagnosa
1. Ds: Inflitasi tumor Nyeri kronis
a. Keluarga pasien
mengatan anak Leucocoria berat
X mengeluh
nyeri
b. Keluarga Proptosis
mengatakan
bahwasanya Mengakibatkan
terkadang Anak nyeri kronis
X mengalami
nyeri dibagian
ulu hatinya
Do:
a. Berat Badan 21 Kg
b. Bising usus
39x/menit,
c. Terdapat sariawan

2. Ds : Klien retinoblastoma Gangguan persepsi


megatakan
sensori kurang
kesulitan dalam
melihat
tubuhnya jaringan
kanker pada mata
Do : Mata klien
terdapat bercak putih
Sel saraf tumbuh
dibagian tengah
dan berkembang
matanya, tampak
bengkak dan terdapat
Terjadi
strabismus
pembengkakan

18
dan tubuh tumor
pada mata

Gangguan
persepsi sensori
kurang
3. Ds : Ibu pasien Adanya factor Ansietas
mengatakan
penyebab
khawatir akan
keadaan an. Z

Kurang
Do : Ibu klien tampak
pengetahuan
cemas dan selalu
tentang penyakit
bertanya terkait kondisi
anaknya
anaknya

gelisah

ansietas

3.3 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri kronis b.d Infiltrasi tumor d.d leukocoria berat dengan sedikit proptosis
2. Gangguan Persepsi Sensori kurang b.d gangguan penglihatan
3. Ansietas b.d status terkini d.d cemas

19
3.5 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri kronik b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nyeri
infiltrat tumor keperawatan selama 1x24 jam, kriteria hasil a. Berikan teknik non farmakologis (mis;
yang diharapkan : terapi musik, terapi bermain)
1. Kontrol Nyeri (L. 08063) b. Kontrol lingkungan yang memperberat
a. Kemampuan mengenali penyebab rasa nyeri (pencahayaan, kebisingan)
nyeri ditingkatkan dari skala 1 ke c. Kolaborasi pemberian analgesik jika
skala 3 perlu
b. Kemampuan menggunakan teknik
non farmakologis ditingkatkan dari
skala 1 ke skala 3
a.

2. Gangguan Persepsi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ketajaman penglihatan untuk
Sensori b.d infiltrat keperawatan selama 1x24 jam, kriteria hasil mengidentifikasi kemampuan visual
tumor d.d leucoria yang diharapkan : pasien.
berat dengan sedikit 1. Pasien mampu menunjukkan pola-pola 2. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik
proptosis alternatif untuk meningkatkan sekitarnya, untuk meningkatkan
penerimaan rangsang penglihatan kemampuan persepsi sensori.
3. Anjurkan penggunaan alternative rangsang

20
lingkungan, untuk meningkatkan
kemampuan respons stimulus lingkungan.
4. Cegah adanya sinar yang menyilaukan,
untuk mencegah distress.
5. Optimalisasi lingkungan untuk
menurunkkan resiko cedera.
b.
3. Ansietas b.d ancaman Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Teknik Distraksi
pada status terkini d.d keperawatan selama 2x24 jam, kriteria hasil a. Jelaskan manfaat dan jenis distraksi bagi
tampak cemas yang diharapkan : panca indera (mis. Musik, )Anjurkan
1.Tingkat Ansietas (0800) menggunakan teknik yang sesuai dengan
a. Perilaku gelisah diturunkan dari skala 3 ke tingkat energi, kemampuan,usia dan
skala 5 tingkat perkembangan
b. Pucat diturunkan dari skala 3 ke skala 5 b. beri obat atau airan IV (misalnya antiperik,
2. Tingkat Pengetahuan (L. 12111) agen antibakteri, dan agen anti menggigil)
a. Perilaku sesuai dengan pengetahuan 2. Terapi Musik
ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3 a. Identifikasi perubahan perilaku atau
b. Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi fisiologis yang akan di capai (mis.
diturunkan dari skala 3 ke skala 5 Relaksasi, stimulasi, konsentrasi,
c.pengurangan
k rasa sakit)
b. Pilih
m musik yang disukai
c. Berikan
l terapi musik sesuai indikasi

21
d. Jelaskan
k tujuan dan prosedur terapi musik
m
l
d.

22
3.6 Evaluasi

No. Hari/Tanggal/Jam Evaluasi Paraf & Nama


Dx
1 Senin, 13 september 2020 S : Klien mengatakan masih terasa nyeri pada bagian mata sebelah kiri
Pukul 14.00 O : Skala nyeri turun menjadi 4
Wajah klien Nampak sedikit pucat £
TD : 120/80 mmHg
Ns. NB
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

2 Senin, 13 september 2020 S : Klien mengatakan masih sulit melihat dengan jelas keadaan sekitar £
Pukul 15.00 O : masih terdapat benjolan pada mata bagian kiri dan terasa nyeri
Ns. NB
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
3 Senin, 13 september 2020 S : Klien mengatakan masih merasa sedikit cemas
Pukul 16.00 O : wajah Nampak sedikit pucat
A : masalah teratasi sebagian £
P : Lanjutkan intervensi intervensi Ns. NB

23
3.7 WOC/ Pathway

24
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

Retinoblastoma

Laya Rares

Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: layarares@yahoo.com

Abstract: Retinoblastoma is a malignant intraocular neuroblastic tumor that occurs at


childhood, and has a hereditary property in around 40% of cases. The most common
symptoms are leukocoria (50-62%), strabismus (20%), spontaneous hyphema, and amaurotic
cat’ eye. Diagnosis is based on X ray examination, USG, CT Scan or MRI, and LDH,
however, genetic counseling is also needed. The classification system commonly used for
intraocular retinoblastoma is Reese-Ellsworth classification. Retinoblastoma therapy has to be
performed at the time of confirmed diagnosis. However, there is a controversy whether surgey
or chemotherapy will come first because both have their own advantages and disadvantages.
The prognosis of children with localized intraocular retinoblastoma treated with modern
therapy is good and the survival rate is more than 95%. Around 90% of children can survive
more than 5 years after the diagnosis of retinoblastoma
Keywords: retinoblastoma, leukocoria, strabismus, holistic management

Abstrak: Retinoblastoma merupakan tumor neuroblastik intraokuler ganas, terjadi pada masa
anak-anak, bersifat herditer (40%). Gejala yang paling sering adalah leukokoria (50-62%),
strabismus (20%), hifema spontan, dan amaurotic cat’ eye. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan X foto, USG, CT Scan atau MRI, dan LDH. Konseling genetik juga diperlukan
dalam pemeriksaan pasien retinoblastoma. Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada
retinoblastoma intraokular ialah klasifikasi Reese-Ellsworth. Terapi retinoblastoma harus
dilakukan saat anak terdiagnosis. Yang menjadi kontroversi apakah dilakukan pembedahan
atau kemoterapi terlebih dahulu karena masing-masing tindakan ini mempunyai efek
menguntungkan dan merugikan. Anak-anak dengan retinoblastoma intraokular terlokalisasi
yang mendapatkan terapi modern mempunyai prognosis yang baik untuk bertahan hidup
dengan persentase melebihi 95%. Sekitar 90% anak-anak dapat bertahan lebih dari 5 tahun
setelah terdiagnosis retinoblastoma.
Kata kunci: retinoblastoma, leukokoria, strabismus, penanganan holistik

Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam secara sporadik didiagnosis antara usia 1
mata yang berasal dari jaringan embrional dan 3 tahun. Onset setelah usia 5 tahun
retina. Insidennya 1:14.000-1:20.000 jarang namun dapat juga terjadi.4,5-9
1-3
kelahiran hidup. Meskipun retino- Retinoblastoma merupakan tumor yang
blastoma dapat terjadi pada semua usia, dapat terjadi secara herediter (40%), dan
namun paling sering terjadi pada anak-anak non herediter (60%). Retinoblastoma
sebelum usia 2 tahun. Sekitar 95% kasus herediter meliputi pasien dengan riwayat
retinablastoma didiagnosis sebelum usia 5 keluarga positif (10%) dan yang mengalami
tahun. Retinoblastoma secara tipikal mutasi gen yang baru pada waktu
didiagnosis selama tahun pertama pembuahan (30%).5,6 Bentuk herediter
kehidupan pada kasus familil dan kasus dapat bermanifestasi sebagai penyakit
bilateral sedangkan pada kasus unilateral unilateral atau bilateral. Pada bentuk
Rares: Retinoblastoma

herediter, tumor cenderung terjadi pada Histopatologi


usia muda. Tumor unilateral pada bayi Secara histologik, retinoblastoma
lebih sering dalam bentuk herediter, terdiri dari sel-sel bulat, oval atau
sedangkan anak yang lebih tua lebih sering kumparan dengan ukuran kira-kira dua kali
mengalami bentuk non-herediter. Tumor limfosit, hiperkromatik, dengan sedikit
unilateral pada anak yang muda mengalami sitoplasma. Nuklei sama besar, bentuk roset
abnormalitas genetik yang ringan atau pseudoroset dengan proliferasi sel di
dibandingkan pada anak yang lebih tua.7,9 sekitarnya. Ketika tumor tumbuh kedalam
Dahulu retinoblastoma dianggap vitreus atau ruang subretinal, tumor sering
berasal dari mutasi gen autosomal tumbuh keluar mengikuti peredaran darah,
dominan, tetapi pendapat terakhir menghasilkan pola karakteristik nekrosis
menyebutkan bahwa kromosom alela dan kalsifikasi yang sering ditemukan pada
nomor 13q14 berperan dalam mengontrol area nekrosis.1,3,4
bentuk hereditable dan non-hereditable Gambaran histologik intraokuler untuk
(sifat menurun atau tidak menurun) suatu diagnosis definitif lebih penting daripada
tumor. Jadi pada setiap individu sebenarnya gambaran histologik rekuren sebab bila
sudah ada gen retinoblastoma normal. Pada tumor telah menyebar ke luar bola mata
kasus yang herediter, tumor muncul bila gambaran histologiknya akan berubah,
satu alela 13q14 mengalami mutasi spontan misalnya pseudoroset menghilang bila sel
sedangkan pada kasus yang non-herediter tumor berkembang dan tumbuh intrasklera
baru muncul bila kedua alela 13q14 sehingga besar sel tidak sama.2-4
mengalami mutasi spontan.3,8
Pada saat ini banyak sekali pilihan Manifestasi klinik
terapi retinoblastoma. Pemilihan terapi Gejala dan tanda-tanda
tergantung pada luasnya penyakit dalam retinoblastoma ditentukan oleh luas dan
mata dan penyebaran penyakit, baik ke otak lokasi tumor pada waktu didiagnosis.
atau bagian tubuh yang lain. Oleh karena Gejala yang paling sering ialah leukokoria
itu banyak sekali kontroversial dalam tata (refleks putih pada pupil) sekitar 50-62%,
laksana terapi retinoblastoma karena strabismus (20%).1-5 Ciri-ciri lain meliputi
banyaknya pilihan terapi.10,11 heterokromia, hifema spontan, amauritic
cat’ eye (bila mata kena sinar akan
Patogenesis memantulkan cahaya seperti mata kucing)
Retinoblastoma adalah suatu dan selulitis.3,4 Dalam perkembangan
neuroblastik tumor ganas yang tidak selanjutnya tumor dapat tumbuh ke arah
berdiferensiasi yang muncul dari lapisan badan kaca (endofilik) dan kearah koroid
retina manapun, dan secara biologik mirip (eksofilik). Pada pertumbuhan endofilik,
dengan neuroblastoma dan medulo- tampak massa putih yang menembus
blastoma. Studi imunohistokimia melalui membran limitan interna.
menunjukkan bahwa sel tumor terwarnai Retinoblastoma endofilik kadang-kadang
positif pada enolase neuron-spesifik, berhubungan dengan adanya sel individual
fotoreseptor segmen rod-outer-S antigen atau fragmen jaringan tumor pada vitreus
spesifik, dan rhodopsin. Sel tumor juga yang terpisah dari massa utama. Kadang-
menyekresi substansi ekstrasel seperti kadang sel ganas memasuki anterior
interfotoreceptor retinoid-binding protein chamber dan membentuk pseudo-
1,6,9
(produk normal fotoreseptor). Adanya hipopion.
sejumlah kecil jaringan glial dalam Tumor eksofilik berwarna putih-
retinoblastoma menunjukkan bahwa sel kekuningan dan terjadi pada ruang
tumor dapat memengaruhi kemampuan subretinal sehingga pembuluh darah retina
berdiferensiasi menjadi astroglia atau sel yang terdapat di atasnya sering bertambah
glial residen berproliferasi sebagai respon ukurannya dan berkelok-kelok.
sel neoplasma primer.2,3 Pertumbuhan eksofilik retinoblastoma
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

sering kali berhubungan dengan akumulasi hifema. Komplikasi lain berupa terhambat-
cairan subretinal yang dapat mengaburkan nya pengaliran akuos humor, sehingga
tumor dan hampir mirip dengan exsudative timbul glaukoma sekunder.3,4,8
retinal detachment yang memberi kesan Pada metastase yang pertama terjadi
coats’ disease.1,6,9 penyebaran ke kelenjar preaurikuler dan
Tumor yang besar sering menunjukkan kelenjar getah bening yang berdekatan.
tanda-tanda pertumbuhan endofilik dan Metastase kedua terjadi melalui lamina
eksofilik. Bila tumor tumbuh cepat tanpa kribosa ke saraf optik, kemudian
diikuti sistem pembuluh darah, maka mengadakan infiltrasi ke vaginal sheath
sebagian sel tumor akan mengalami subarachnoid masuk kedalam intrakranial.
nekrosis dan melepaskan bahan-bahan Metastase ketiga dapat meluas ke koroid
toksik yang menyebabkan iritasi pada dan secara hematogen sel tumor akan
jaringan uvea, sehingga timbul uveitis menyebar ke seluruh tubuh.3,4
disertai dengan pembentukan hipopion dan

Tabel 1. Presenting signs of retinoblastoma

Diagnosis dan pemeriksaan penunjang retinoblastoma hanya dapat ditegakkan


Diagnosis retinoblastoma secara umum dengan pemeriksaan patologi anatomi.
dapat diketahui dengan pemeriksaan mata Karena tindakan biopsi merupakan
secara lengkap. Pemeriksaan awal meliputi kontraindikasi, maka untuk menegakkan
pemeriksaan fungsi penglihatan, slit lamp diagnosis digunakan beberapa pemeriksaan
biomikroskop pada vitreus dan segmen sebagai sarana penunjang: 6,7
anterior bila memungkinkan dan • Pemeriksaan X foto: dengan
oftalmoskop indirect dengan depresi pemeriksaan ini hampir 60-70%
sklera.1,3,5 terdeteksi adanya kalsifikasi di dalam
Anak dengan retinoblastoma seharus- tumor. Bila tumor mengadakan infiltrasi
nya mendapatkan pemeriksaan fisik oleh ke saraf optik, foramen optikum akan
spesialis anak atau onkologis anak. tampak melebar.
Anestesi digunakan pada bayi di atas usia 2 • Pemeriksaan USG atau CT scan atau
bulan untuk mendapatkan pemeriksaan MRI: dapat mengetahui adanya massa
lengkap. Pemeriksaan tekanan intraokuler tumor intraokuler meskipun media
dan diameter kornea juga dilakukan selama keruh. Bila lesi masih dini maka akan
pemeriksaan dibawah pengaruh anestesi. nampak gambaran solid, sedangkan bila
1,3,5
tumor telah mengalami nekrosis akan
Secara umum diagnosis pasti nampak gambaran yang kistik.
Rares: Retinoblastoma

• Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase mewakili mutasi germinal. Oleh karena itu
(LDH): dengan membanding-kan kadar seluruh saudara kandung dari pasien
LDH dalam akuos humor dan serum retinoblastoma harus mendapatkan
darah dapat diperkirakan adanya pemeriksaan mata secara rutin. Suatu studi
retinoblastoma intraokuler. Rasio menunjukkan bahwa analisis polimorfisme
normal ialah <1; bila rasio >1,5 DNA dapat membantu memrediksi apakah
dicurigai kemungkinan adanya retino- seseorang berisiko retinoblastoma dan
blastoma. memerlukan follow up.3,4
Untuk mendiagnosis retinoblastoma
Pada saat ini konseling genetik juga perlu diketahui juga diagnosis banding agar
diperlukan dalam pemeriksaan pasien tidak salah mendiagnosis. Pada saat ini
retinoblastoma. Meskipun hanya 6% pasien terdapat bermacam-macam diagnosis
retinoblastoma yang mempunyai riwayat banding leukokoria yang merupakan tanda
keluarga retinoblastoma namun dengan klinis terbanyak dari retinoblastoma. Oleh
konseling genetik dapat memungkinkan karena itu diperlukan ketelitian dalam
untuk didiagnosis lebih dini. Orang tua memeriksa dan menetapkan diagnosis. Lesi
yang normal dengan seorang anaknya yang retina yang paling mirip dengan
terkena bilateral memungkinkan risiko retinoblastoma ialah coats’ disease. Pada
sebesar 5% bagi anaknya yang lain untuk coats’ disease terdapat adanya material
terkena. Bila dua atau lebih saudara pada lensa kristalina, cairan subretinal yang
kandungnya terkena maka kemungkinan berlebihan, dan abnormalitas pembuluh
terkena anaknya yang lain menjadi 45%. darah perifer, dikombinasi dengan tidak
Pada pasien yang mengalami adanya kalsium.3,4,9
retinoblastoma bilateral kira-kira 98%

Tabel 2. Peluang anak/keturunan untuk terkena retinoblastoma

Klasifikasi retinoblastoma kontroversi penatalaksanaan retinoblastoma


Meskipun terdapat beberapa sistem yang terjadi selama ini.5,6
klasifikasi untuk retinoblastoma namun
untuk tujuan terapi retinoblastoma Retinoblastoma intraokular
dikategorikan menjadi intraokular dan Harapan hidup 5 tahun >90%.
ekstraokular. Hal ini untuk menghindari Retinoblastoma intraokular terdapat dalam
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

mata dan terbatas pada retina atau mungkin digunakan pada retinoblastoma ekstra-
dapat meluas dalam bola mata. okular. Reese-Ellsworth mengembangkan
Retinoblastoma intraokular tidak akan sistem klasifikasi retinoblastoma intra-
meluas menuju jaringan sekitar mata atau okular untuk menandai pemeliharaan
bagian tubuh yang lain. penglihatan dan kontrol penyakit lokal
ketika terapi external-beam merupakan
Retinoblastoma ekstraokular satu-satunya pilihan terapi. Klasifikasi
Harapan hidup 5 tahun <10%. Reese-Ellsworth tidak menyediakan
Retinoblastoma ekstraokular dapat meluas informasi mengenai harapan hidup pasien
keluar mata. Secara tipikal dapat mengenai atau penglihatannya dan hanya
sistem saraf pusat (SSP) dan tersering mengklasifikasikan berdasarkan jumlah,
mengenai sumsum tulang atau nodi limf. ukuran, lokasi tumor, dan ada tidaknya
Salah satu sistem klasifikasi yang vitreous seeds. Klasifikasi klinik
sering digunakan pada retinoblastoma retinoblastoma yang lain ialah Essen
intraokular ialah Reese-Ellsworth classification.3,4
classification; klasifikasi ini tidak

Tabel 3. Reese-Ellsworth classification of retinoblastoma

Tabel 4. Essen classification of retinoblastoma


Rares: Retinoblastoma

Pemilihan terapi mematikan tumor, juga digunakan untuk


Pada terapi retinoblastoma berdasarkan tumor yang kecil)
prinsip umum bertujuan untuk menghilang- 6. Termoterapi (merupakan terapi panas
kan tumor dan menyelamatkan nyawa yang menggunakan infra merah untuk
penderita, mempertahankan penglihatan mematikan tumor, digunakan untuk
bila memungkinkan, menyelamatkan mata, tumor yang kecil)
menghindari tumor sekunder yang dapat 7. Subtenon (subconjunctival) kemoterapi
juga disebabkan karena terapi terutama
pada anak yang mengalami retinoblastoma Pada standar terapi berdasarkan lokasi
yang diturunkan. Faktor terpenting yang tumor intraokuler (unilateral atau bilateral)
menentukan pemilihan terapi meliputi atau ekstraokuler, terapi yang digunakan
apakah tumor pada satu mata atau kedua meliputi :5
mata, bagaimana penglihatannya, dan
apakah tumor telah meluas keluar bola Intraokular
mata. Secara keseluruhan lebih dari 90% Unilateral
anak-anak yang dapat mengalami Karena penyakit unilateral biasanya
penyembuhan. Hasil terapi akan lebih baik masif dan sering kali menunjukkan tidak
bila tumor masih terbatas dalam mata dan ada harapan penglihatannya dapat
akan memburuk bila tumor telah menyebar. dipertahankan maka biasanya dilakukan
Berdasarkan stadium tumor, terapi enukleasi dan terapi radiasi tidak diberikan
yang dapat digunakan ialah:3,4,5,9,10 pada badan tumor. Sekarang ini masih
1. Kemoterapi dilakukan percobaan kemoterapi pada
2. Pembedahan: Ketika tumor terjadi pasien dengan penyakit unilateral dalam
hanya pada satu mata, maka cenderung rangka untuk mempertahankan penglihatan
untuk bertambah besar sebelum pada mata yang terkena. Suatu studi
terdiagnosis. Penglihatan telah rusak, menunjukkan bahwa anak-anak dengan
tanpa adanya harapan untuk pulih retinoblastoma dengan gejala yang nyata
kembali. Terapi umum pada kasus ini seperti leukokoria, strabismus, atau mata
ialah enukleasi dan biasanya disertai merah biasanya memerlukan enukleasi.
pemasangan implan orbita. Namun pada anak-anak dengan gejala yang
Pengangkatan bola mata biasanya dapat tidak nyata dapat menghindari tindakan
memengaruhi pertumbuhan tulang dan enukleasi.5,6,9
jaringan sekitar mata. Pemasangan Suatu studi mengatakan bahwa bila
orbital implan dapat meminimalkan efek terdapat potensial untuk mempertahankan
tersebut. Bila retinoblastoma terjadi penglihatan karena tumor masih kecil,
pada kedua mata, maka enukleasi pada maka terapi seperti radiasi, fotokoagulasi,
kedua mata mengakibatkan pasien tidak krioterapi, termoterapi, kemoreduksi dan
bisa melihat namun prosedur ini yang brachyterapi lebih diutamakan daripada
paling aman karena kerusakan mata terapi pembedahan. Namun perlu juga
disebabkan oleh karena tumornya. Ada diperhatikan bahwa anak-anak dengan
juga yang mengatakan bahwa bila pada unilateral retinoblastoma dapat
satu mata atau dua mata penglihatannya berkembang ke mata sebelahnya. Oleh
masih berfungsi dapat dipertimbangkan karena itu diperlukan pemeriksaan secara
terapi konservatif terlebih dahulu.5,6 berkala pada mata sebelahnya.
3. Terapi radiasi (brachytherapy atau Pemeriksaan spesimen enukleasi diperlu-
terapi radiasi eksternal beam) kan untuk menentukan adanya resiko
4. Fotokoagulasi (menggunakan laser metastase. Terapi sistemik tambahan
untuk mematikan tumor, digunakan dengan vincristin, doxorubicin, dan
untuk tumor yang kecil) cyclophosphamid atau vincristine,
5. Krioterapi (menggunakan probe yang carboplatin, dan etoposide telah digunakan
sangat dingin untuk membekukan dan pada pasien dengan berisiko tinggi
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016

berdasarkan pemeriksaan histopatologik melebihi 95%. Faktor risiko terpenting


setelah enukleasi untuk mencegah yang berhubungan dengan kematian ialah
perkembangan metastase.9,10 perluasan tumor ekstraokular baik yang
meluas ke sklera atau ke nervus optikus.
Bilateral Beberapa bukti menunjukkan tumor
Penatalaksanaan retinoblastoma bilateral dapat meningkatkan risiko
bilateral tergantung pada luasnya penyakit kematian karena hubungannya dengan
pada setiap mata. Biasanya penyakit lebih tumor intrakranial primer.2-4
menonjol pada salah satu mata. Standar Anak-anak dengan retinoblastoma
terapi pada masa lalu ialah enukleasi pada bilateral yang dapat bertahan mempunyai
mata yang lebih parah. Bila masih ada insiden keganasan intraokular yang
harapan pada penglihatan kedua matanya, meningkat dalam perjalanan hidupnya.
maka iradiasi bilateral atau kemoreduksi Rata-rata berkembangnya tumor sekunder
disertai follow up respon dan terapi fokal sekitar 9 tahun setelah penatalaksanaan
merupakan tindakan yang perlu dilakukan. retinoblastoma primer. Tumor sekunder
Sejumlah pusat-pusat besar di Eropa yang sering terjadi ialah sarkoma
dan Amerika Utara memublikasikan hasil osteogenik. Bentuk retinoblastoma
percobaannya menggunakan kemoterapi herediter dapat berulang dalam waktu
sistemik pada pasien dengan tumor setahun setelah terapi; oleh karena itu
intraokular yang tidak berhasil diterapi follow up setelah terapi sangat penting
dengan terapi lokal. Contohnya ialah tumor dilakukan.1,3,4,7
yang terlalu besar untuk diterapi dengan Secara keseluruhan 90% anak-anak
krioterapi atau fotokoagulasi laser atau dapat bertahan lebih dari 5 tahun setelah
bayi baru lahir dengan tumor yang terdiagnosis retinoblastoma.4
melebihi optic disc.9 Pada seluruh kasus,
tujuan kemoterapi ialah pengurangan SIMPULAN
volume tumor sehingga terapi lokal Retinoblastoma ialah tumor ganas
(krioterapi, fotokoagulasi, thermoterapi) dalam mata yang berasal dari jaringan
dapat dilakukan. 9 embrional retina. Meskipun retinoblastoma
dapat terjadi pada semua umur namun
Ekstraokular paling sering terjadi pada anak-anak
Beberapa pasien dengan retino- sebelum usia 2 tahun. Retinoblastoma
blastoma menunjukkan penyakit ekstra- merupakan tumor yang dapat terjadi secara
okular, dapat terlokalisasi pada jaringan herediter dan non herediter.
lunak sekitar mata atau ke nervus optikus. Gejala yang paling sering ialah
Perluasan lebih lanjut dapat mengenai otak leukokoria dan strabismus. Ciri-ciri lain
dan meningen. Pada saat ini tidak ada meliputi heterokromia, hifema spontan, dan
standar terapi efektif yang digunakan untuk amaurotic cat’ eye. Untuk menegakkan
terapi retinoblastoma ekstraokular; iradiasi diagnosis digunakan pemeriksaan X foto,
orbital dan kemoterapi dapat digunakan. USG, CT scan atau MRI, pemeriksaan
Percobaan klinik melaporkan pasien LDH. Konseling genetik juga diperlukan
dengan metastase non-CNS (Central dalam pemeriksaan pasien retinoblastoma.
nervous system) telah diterapi dengan Salah satu sistem klasifikasi yang sering
sukses menggunakan kemoterapi digunakan pada retinoblastoma intraokular
5,6
mieloablasi dengan sel stem. ialah klasifikasi Reese-Ellsworth.
Terapi retinoblastoma telah mengalami
Prognosis banyak perubahan selama 10 tahun terakhir
Anak-anak dengan retinoblastoma ini yang menyebabkan banyak sekali
intraokular terlokalisasi yang mendapatkan kontroversial dalam terapi terutama
terapi modern mempunyai prognosis baik pemilihan terapi awal yang harus dilakukan
untuk bertahan hidup dengan persentase saat anak terdiagnosis retinoblastoma.
Rares: Retinoblastoma

Pilihan pembedahan atau terapi terlebih Tumors. Basic and Clinical Science
dahulu masih kontroversial karena masing- Course. Section 4; American Academy
masing mempunyai efek menguntungkan of Opthalmology, 2006-7: Chapter 19;
dan merugikan. Terapi yang dapat p. 251-64.
digunakan antara lain: kemoterapi, 5. Retinoblastoma article. Available from:
http://www.retinoblastoma.net
pembedahan, terapi radiasi, fotokoagulasi,
6. Opthalmology tumors in children: diagnosis
krioterapi, termoterapi, subtenon and therapeutic strategy. Available
(subkonyungtival) kemoterapi. from: http//www.cancer.org
Dewasa ini prognosis anak-anak 7. Udell IJ. Duane’s Clinical Opthalmology on
dengan retinoblastoma intraokular cd rom Volume 6, Chapter 109.
terlokalisasi yang mendapatkan terapi Lippincott Williams and Wilkins, 2005
modern mempunyai prognosis baik untuk 8. Kanski JJ. Clinical Opthalmology (5th).
bertahan hidup dengan persentase melebihi Philadelphia: Butterworth Heinemann
95%. International Edition, 2007; p. 542-51.
9. Gooddard A, Kingston JE, Hungerford
JL. Delay in diagnosis of
DAFTAR PUSTAKA
retinoblastoma: risk factor and
1. Vaughan DG. Oftalmologi Umum (14th ed).
treatment outcome. Br J Opthalmol.
Jakarta: Widya Medika, 2000; p. 217-
1999;83:1320-3.
19.
10. Chemotherapy plus local treatment in the
2. Jubran RF, Erdreich-Epstein A, Butturini
management of intraocular
A, Murphree AL, Villablanca JG.
retinoblastoma. Available from: //
Approaches to treatment for extraocular
www.cancer.gov
retinoblastoma: Children's Hospital Los
11. Chemotherapy for retinoblastoma.
Angeles experience. J Pediatric
Available from: //
Hematol Oncol 26 (1): 31-4, 2004
www.eyecancer.md.org/retinoblastoma
3. Pediatric Opthalmology and Strabismus,
12. First-line chemotherapy can prevent
Basic and Clinical Science Course.
external beam irradiation and
Section 6; American Academy of
enucleation in low-stage
Opthalmology, 2006-7: Chapter 26; p.
retinoblastoma. Available from: //
390-9.
www.kellogg.umich.edu
4. Opthalmic Pathology and Intraocular
BAB IV. ANALISIS JURNAL

Judul Retinoblastoma

Penulis Laya Rares

Nama Jurnal/ Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Volume/ Ratulangi Manado Email: layarares@yahoo.com
Nomor/ Tahun

Analisis Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam mata yang berasal dari
jaringan embrional retina. Meskipun retinoblastoma dapat terjadi
pada semua umur namun paling sering terjadi pada anak-anak
sebelum usia 2 tahun. Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat
terjadi secara herediter dan non herediter. Meskipun retinoblastoma
dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering terjadi pada
anak-anak sebelum usia 2 tahun. Retinoblastoma secara tipikal
didiagnosis selama tahun pertama kehidupan pada kasus familil dan
kasus bilateral sedangkan pada kasus unilateral secara sporadik
didiagnosis antara usia 1 dan 3 tahun. Onset setelah usia 5 tahun
jarang namun dapat juga terjadi. Tumor unilateral pada anak yang
muda mengalami abnormalitas genetik yang ringan dibandingkan
pada anak yang lebih tua. Retinoblastoma adalah suatu neuroblastik
tumor ganas yang tidak berdiferensiasi yang muncul dari lapisan
retina manapun, dan secara biologik mirip dengan neuroblastoma
dan meduloblastoma. Gejala dan tanda-tanda retinoblastoma
ditentukan oleh luas dan lokasi tumor pada waktu didiagnosis.
Gejala yang paling sering ialah leukokoria (refleks putih pada pupil)
sekitar 50-62%, strabismus (20%). 1-5 Ciri-ciri lain meliputi
heterokromia, hifema spontan, amauritic cat’ eye (bila mata kena
sinar akan memantulkan cahaya seperti mata kucing) dan selulitis.
Dalam perkembangan selanjutnya tumor dapat tumbuh ke arah

25
badan kaca (endofilik) dan kearah koroid (eksofilik).

Hasil Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat terjadi secara herediter


(40%), dan non herediter (60%). Retinoblastoma herediter meliputi pasien
dengan riwayat keluarga positif (10%) dan yang mengalami mutasi gen
yang baru pada waktu pembuahan (30%).5,6 Bentuk herediter dapat
bermanifestasi sebagai penyakit unilateral atau bilateral. Pada bentuk
herediter, tumor cenderung terjadi pada usia muda. Tumor unilateral pada
bayi lebih sering dalam bentuk herediter, sedangkan anak yang lebih tua
lebih sering mengalami bentuk non-herediter. Tumor unilateral pada anak
yang muda mengalami abnormalitas genetik yang ringan dibandingkan
pada anak yang lebih tua. Pada terapi retinoblastoma berdasarkan prinsip
umum bertujuan untuk menghilangkan tumor dan menyelamatkan nyawa
penderita, mempertahankan penglihatan bila memungkinkan,
menyelamatkan mata, menghindari tumor sekunder yang dapat juga
disebabkan karena terapi terutama pada anak yang mengalami
retinoblastoma yang diturunkan. Pemilihan terapi tetap bergantung pada
tingkat keparahan dan penyebaran.

Intervensi Pada terapi retinoblastoma berdasarkan prinsip umum bertujuan untuk


Teraru menghilangkan tumor dan menyelamatkan nyawa penderita,
mempertahankan penglihatan bila memungkinkan, menyelamatkan mata,
menghindari tumor sekunder yang dapat juga disebabkan karena terapi
terutama pada anak yang mengalami retinoblastoma yang diturunkan.
Faktor terpenting yang menentukan pemilihan terapi meliputi apakah
tumor pada satu mata atau kedua mata, bagaimana penglihatannya, dan
apakah tumor telah meluas keluar bola mata. Secara keseluruhan lebih dari
90% anak-anak yang dapat mengalami penyembuhan. Hasil terapi akan
lebih baik bila tumor masih terbatas dalam mata dan akan memburuk bila
tumor telah menyebar. Berdasarkan stadium tumor, terapi yang dapat
digunakan ialah:

1. Kemoterapi

2. Pembedahan: Ketika tumor terjadi hanya pada satu mata, maka

26
cenderung untuk bertambah besar sebelum terdiagnosis. Penglihatan telah
rusak, tanpa adanya harapan untuk pulih kembali. Terapi umum pada
kasus ini ialah enukleasi dan biasanya disertai pemasangan implan orbita.
Pengangkatan bola mata biasanya dapat memengaruhi pertumbuhan tulang
dan jaringan sekitar mata.

3. Terapi radiasi (brachytherapy atau terapi radiasi eksternal beam)

4. Fotokoagulasi (menggunakan laser untuk mematikan tumor, digunakan


untuk tumor yang kecil)

5. Krioterapi (menggunakan probe yang sangat dingin untuk membekukan


dan mematikan tumor, juga digunakan untuk tumor yang kecil)

6. Termoterapi (merupakan terapi panas yang menggunakan infra merah


untuk mematikan tumor, digunakan untuk tumor yang kecil)

7. Subtenon (subconjunctival) kemoterapi.

Pada standar terapi berdasarkan lokasi tumor intraokuler (unilateral atau


bilateral) atau ekstraokuler, terapi yang digunakan meliputi :5 Intraokular
Unilateral Karena penyakit unilateral biasanya masif dan sering kali
menunjukkan tidak ada harapan penglihatannya dapat dipertahankan maka
biasanya dilakukan enukleasi dan terapi radiasi tidak diberikan pada badan
tumor. Penatalaksanaan retinoblastoma bilateral tergantung pada luasnya
penyakit pada setiap mata. Biasanya penyakit lebih menonjol pada salah
satu mata. Standar terapi pada masa lalu ialah enukleasi pada mata yang
lebih parah. Ekstraokular Beberapa pasien dengan retinoblastoma
menunjukkan penyakit ekstraokular, dapat terlokalisasi pada jaringan
lunak sekitar mata atau ke nervus optikus. Perluasan lebih lanjut dapat
mengenai otak dan meningen.

Kelebihan Intervensi ini dapat memperkecil resiko komplikasi.

Kekurangan Perlu adanya pemeriksaaan penunjang untuk memastikan dan memilih


tindakan terapi.

27
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan salah satu jenis tumor yang umumnya
muncul pada anak-anak, tersering pada usia di bawah 2 tahun. Sejumlah kira-
kira 95% kasus didiagnosis sebelum pasien berusia 5 tahun. Sementara bila
muncul pada usia >5 tahun, umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk
(KANKER 2015).
Di Amerika Serikat, kasus retinoblastoma diperkirakan ditemukan
pada 1 dari 18000 anak di bawah umur 5 tahun. Secara genetik tumor ini
berkem- bang karena mutasi lengan panjang kromosom pada lokus 13q14 dan
mutasi pada kedua alel gen Rb1. Tumor ini dapat diturunkan secara herediter
atau sporadik, dan dapat unilateral (70-75% kasus), maupun bilateral (25-30%
ka- sus). Tidak terdapat predileksi sex dan ras. Umur yang sering dikenai rata-
rata usia 18 bulan dan 90% pasien didiagnosis sebelum usia 5 tahun
(Penelitian and Rahman 2014).
Di Indonesia, data lengkap terkait insiden kasus Retinoblastoma masih
belum ada. Namun penelitian di Surabaya menunjukkan adanya peningkatan
angka pnderita Retinoblastoma hingga 35 pasien per tahunnya. Pda tahun
2010 di RSU dr. Soetomo hanya ada 18 orang anak yang terdiagnosa
menderita penyakit tumor ganas tersebut (Penelitian and Rahman 2014).

5.2 Saran

a. Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat memahami informasi tentang retinoblastoma
agar dapat melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit ini.
b. Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan edukasi kepeda masyarakat tentang
cara pencegahan retinoblastoma dan cara pengobatannya. Serta mampu
memberikan perawatan yang professional kepada pasien retinoblastoma.

28
DAFTAR PUSTAKA

KANKER, KOMITE NASIONAL PENANGGULANGAN. 2015. PANDUAN


NASIONAL PENANGANAN KANKER RETINOBLASTOMA.
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Penelitian, Artikel and Ardizal Rahman. 2014. “Dilema Dalam Manajemen


Retinoblastoma.” 37(94):101–6.

Rares, Laya, Bagian Ilmu, Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas


Sam, and Ratulangi Manado. 2016. “Retinoblastoma.” 4.

Rosdiana, Nelly. 2011. “Gambaran Klinis Dan Laboratorium Retinoblastoma.”


12(5):319–22.

Dahl, A.A. Stoppler M.C., 2011.Keratitis. http://www.medicinenet.com/keratitis/


article.htm

29

Anda mungkin juga menyukai