RETINOBLASTOMA
KEPERAWATAN ANAK
(disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak dengan dosen
pengajar Ns. Ira Rahmawati S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.An. )
Oleh:
KELAS C 2018
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
KEPERAWATAN ANAK
MAKALAH
Oleh:
Tyas Dyah Tristiana NIM 182310101121
Alfian Sindhu Andara NIM 182310101122
Nabilla Novia Mahdi NIM 182310101146
Miratul ‘Uzaimah Az-zuhri NIM 182310101147
KELAS C 2018
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala limpahan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak dengan Retinablastoma” mata kuliah Keperawatan Anak dengan
baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga dapat memberikan wawasan dan tambahan bagi
kami khususnya dan juga pembaca.
Penyusun
iii
Daftar isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat ................................................................................................................. 2
BAB 2 STUDI LITERATUR .......................................................................................... 3
2.1 Definisi (Retinaoblastoma) .................................................................................... 3
2.2 Anatomi fisiologi (Retinaoblastoma) ..................................................................... 4
2.3 Klasifikasi (Retinaoblastoma) ................................................................................ 5
2.4 Manifestasi Klinis (Retinaoblastoma) .................................................................... 6
2.5 Patofisiologi (Retinaoblastoma) ............................................................................. 6
2.6 Pemeriksaan Penunjang (Retinaoblastoma) ...................................................... 7
2.7 Penatalaksanaan (Retinaoblastoma) ....................................................................... 8
BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN............................................................................. 11
3.1 KASUS ............................................................................................................... 11
3.2 Pengkajian ........................................................................................................... 11
3.3 Analisis Data ....................................................................................................... 18
3.3 Diagnosa Keperawatan .................................................................................. 19
3.5 Intervensi ............................................................................................................ 20
3.6 Evaluasi .............................................................................................................. 23
3.7 WOC/ Pathway.................................................................................................... 24
BAB IV. ANALISIS JURNAL .......................................... Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP............................................................. Error! Bookmark not defined.
5.1 Kesimpulan .............................................................. Error! Bookmark not defined.
iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas, makalah ini mempunyai tujuan,
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami definisi dari Retinoblastoma
2. Mengetahui dan memahami klasifikasi Retinoblastoma
3. Mengetahui dan memahami patofisologi Retinoblastoma
4. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan Retinoblastoma
1
1.3 Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas diharapkan makalah ini mempunyai
manfaat, yakni dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait
Retinoblastoma baik klasifikasi, patofisologi ,dan penatalaksanaan
Retinoblastoma.
2
BAB 2
STUDI LITERATUR
3
2.2 Anatomi fisiologi (Retinaoblastoma)
Retina adalah bagian mata yang 4ersama4e terhadap cahaya yang terletak
di segmen posterior mata. Retina merupakan struktur yang terorganisasi
memberikan informasi visual ditransmisikan melalui nervus optikus ke
korteks visual. Retina berkembang dari cawan optikus eksterna yang
mengalami invaginasi mulai dari akhir empat minggu usia janin (Vaughan &
Asbury’s general ophthalmology, 2007).
Retina mendapatkan vaskularisasi dari arteri oftalmika (cabang pertama
dari arteri karotis interna kanan dan kiri) dan arteri siliaris (nervus optikus).
Arteri siliaris memberikan vaskularisasi pada lapisan luar dan tengah,
termasuk lapisan pleksiform luar, lapisan fotoreseptor, lapisan inti luar, dan
lapisan epitel pigmen.
Retina adalah bagian mata yang paling kompleks dan paling sensitif
terhadap cahaya. Retina memiliki lapisan fotoreseptor berisi sel batang dan
kerucut yang memiliki peran dalam menangkap stimulus cahaya lalu
mentransmisikan impuls melalui nervus optikus ke korteks visual bagian
oksipital (Vaughan & Asburry’s general ophthalmology, 2007).
4
Fotoreseptor tersusun rapi pada bagian terluar avaskuler retina dan banyak
terjadi perubahan biokimia untuk proses melihat. Komposisi sel kerucut lebih
banyak pada bagian makula (fovea) dan sedikit pada bagian perifer, sedangkan
sel batang densitasnya tinggi pada bagian perifer dan sedikit pada bagian
makula (fovea). Sel kerucut berfungsi untuk melihat warna dan saat siang hari
sehingga fovea bertanggung jawab pada penglihatan warna dan cahaya
banyak. Sel batang, mengandung pigmen fotosensitif rhodopsin, berfungsi
untuk melihat warna hitamputih dan saat malam hari sehingga bagian perifer
bertanggung jawab untuk penglihatan gelap pada malam hari (Dahl, A., 2013).
5
tidaknya vitreous seeds. Klasifikasi klinik retinoblastoma yang lain ialah
Essen classification.
6
submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera, terutama
pada hati (Rosdiana 2011).
Sel tumor menginvasi retina, koroid minor (hanya 1 fokus dan , 3mm)
dan nervus optikus prelaminer
2. Faktor resiko menengah
Sel tumor telah menginvasi koroid mayor (invasi koroid minor multiple
atau invasi > 3 mm), intrasklera, segmen anterior dan nervus optikus
post laminar
3. Faktor resiko tinggi
Sel tumor telah menginvasi transklera dan batas sayatan nervus optikus
positif
7
Dengan membanding-kan kadar LDH dalam akuos humor dan
serum darah dapat diperkirakan adanya retinoblastoma intraokuler. Rasio
normal ialah <1; bila rasio >1,5 dicurigai kemungkinan adanya
retinoblastoma.
8
4. Fotokoagulasi (menggunakan laser untuk mematikan tumor, digunakan
untuk tumor yang kecil)
5. Krioterapi (menggunakan probe yang sangat dingin untuk membekukan
dan mematikan tumor, juga digunakan untuk tumor yang kecil)
6. Termoterapi (merupakan terapi panas yang menggunakan infra merah
untuk mematikan tumor, digunakan untuk tumor yang kecil)
7. Subtenon (subconjunctival) kemoterapi Pada standar terapi berdasarkan
lokasi tumor intraokuler (unilateral atau bilateral) atau ekstraokuler, terapi
yang digunakan meliputi :
a. Intraokular
Unilateral
Karena penyakit unilateral biasanya masif dan sering kali
menunjukkan tidak ada harapan penglihatannya dapat dipertahankan
maka biasanya dilakukan enukleasi dan terapi radiasi tidak diberikan
pada badan tumor. Sekarang ini masih dilakukan percobaan
kemoterapi pada pasien dengan penyakit unilateral dalam rangka untuk
mempertahankan penglihatan pada mata yang terkena. Suatu studi
menunjukkan bahwa anak-anak dengan retinoblastoma dengan gejala
yang nyata seperti leukokoria, strabismus, atau mata merah biasanya
memerlukan enukleasi. Namun pada anak-anak dengan gejala yang
tidak nyata dapat menghindari tindakan enukleasi.5,6,9 Suatu studi
mengatakan bahwa bila terdapat potensial untuk mempertahankan
penglihatan karena tumor masih kecil, maka terapi seperti radiasi,
fotokoagulasi, krioterapi, termoterapi, kemoreduksi dan brachyterapi
lebih diutamakan daripada terapi pembedahan. Namun perlu juga
diperhatikan bahwa anak-anak dengan unilateral retinoblastoma dapat
berkembang ke mata sebelahnya. Oleh karena itu diperlukan
pemeriksaan secara berkala pada mata sebelahnya.
Bilateral
Penatalaksanaan retinoblastoma bilateral tergantung pada luasnya
penyakit pada setiap mata. Biasanya penyakit lebih menonjol pada
9
salah satu mata. Standar terapi pada masa lalu ialah enukleasi pada
mata yang lebih parah. Bila masih ada harapan pada penglihatan kedua
matanya, maka iradiasi bilateral atau kemoreduksi disertai follow up
respon dan terapi fokal merupakan tindakan yang perlu dilakukan.
Sejumlah pusat-pusat besar di Eropa dan Amerika Utara
memublikasikan hasil percobaannya menggunakan kemoterapi
sistemik pada pasien dengan tumor intraokular yang tidak berhasil
diterapi dengan terapi lokal. Contohnya ialah tumor yang terlalu besar
untuk diterapi dengan krioterapi atau fotokoagulasi laser atau bayi baru
lahir dengan tumor yang melebihi optic disc.9 Pada seluruh kasus,
tujuan kemoterapi ialah pengurangan volume tumor sehingga terapi
lokal (krioterapi, fotokoagulasi, thermoterapi) dapat dilakukan.
b. Ekstraokular
Beberapa pasien dengan retinoblastoma menunjukkan penyakit
ekstraokular, dapat terlokalisasi pada jaringan lunak sekitar mata atau
ke nervus optikus. Perluasan lebih lanjut dapat mengenai otak dan
meningen. Pada saat ini tidak ada standar terapi efektif yang digunakan
untuk terapi retinoblastoma ekstraokular; iradiasi orbital dan
kemoterapi dapat digunakan. Percobaan klinik melaporkan pasien
dengan metastase non-CNS (Central nervous system) telah diterapi
dengan sukses menggunakan kemoterapi mieloablasi dengan sel stem.
10
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS
Seorang anak laki-laki berusia 6 tahun bernama An.X datang ke RS
KLIEN SEHAT dengan keluhan nyeri pada matanya dan adanya benjolan
pada mata bagian kiri serta adanya pembengkakan pada bagian mata
sebelah kiri. Hal tersebut pertama kali diketahui oleh ibunya sekitar 15-20
hari lalu. Anak tersebut sempat di diagnosa retinaoblastoma 1 tahun yang
lalu dan dokter menyarankan untuk pembedahan namun keluarga
menunda-nunda pengobatan hingga tidak mau dilakukan pembedahan
karena kasihan pada anak. Ketika pemeriksaan mata anak mampu
mengikuti cahaya ketika bersinar di mata kanannya, tetapi tidak merespon
ketika cahaya itu bersinar di mata kirinya. Pemeriksaan mata eksternal
menunjukkan leukocoria berat dengan sedikit proptosis di mata kirinya.
Pemeriksaan slit lamp menunjukkan ruang anterior yang tenang dengan
kedalaman normal, pupil bulat dan reaktif, dan lensa bening secara
bilateral. Anak tampak cemas terhadap kondisi yang dialaminya. Suhu :
380C Respirasi: 28 x/menit, Nadi : 100x/menit,Tekanan Darah : 110/72
mmHg
3.2 Pengkajian
3.2.1 Identitas Pasien
Nama : An.X No. RM : 1742
Umur : 6 tahun Pekerjaan :-
Jenis kelamin : laki-laki Tgl Masuk :12 september
2020
Alamat : Gebanglangkap Tgl Pengkajian: 12
september 2020
Sumber Informasi: Keluarga
11
3.2.2 Identitas orang Tua
12
Tidak ada
6. Riwayat Operasi
Tidak ada
7. Riwayat Alergi
Tidak ada
B- Berat Badan - 22 Kg 21 Kg
B. Cairan
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jenis minuman Air putih Air putih dan susu
2. Frekwensi minum 6 gelas ukuran 350ml 4 gelas ukuran 250ml
3. Kebutuhan cairan Tidak diketahui Tergantung
4. Cara pemberian - -
13
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Tempat pembuangan Toilet Toilet
2. Frekwensi/waktu BAK= sering BAK jarang
BAB = 2 x sehari BAB 4-6x sehari
3. Konsistensi Sering encer Encer
4. Kesulitan Tidak ada Tidak ada
5. Obat pencahar Tidak pernah
digunakan
d. Istirahat/Tidur
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. Jam tidur
- Siang 12.00 – 14.00 Jam 14.00-15.00
- Malam Jam 20.00- 06.00 Jam 21.00-3.30
2. Pola tidur Tidur dilaksanakan pada Tidur dilaksanakan pada
siang dan malam hari siang dan malam hari
3. Kebiasaan sebelum tidur - -
4. Kesulitan tidur Tidak ada Sering terbangun karena
pasien mengeluh nyeri di
bagian dada.
D. Olahraga
Tidak dikaji
1.2.6 Pemeriksaan Fisik dan Pengkajian Fungsional
1. Keadaan umum : kesadaran composmentis
2. TTV :
a) Suhu : 380C
14
b) Respirasi : 28X/menit
c) Nadi : 100X/menit
d) Tekanan Darah : 110/72 mmHg
3. BB : 21 Kg; Panjang badan : 147 cm
4. Kepala : lingkar kepala 46 cm
a. Inspeksi : kepala simetris, Rambut berwarna coklat
kemerahan, tipis, sedikit mudah dicabut, agak kasar dengan
distribusi merata dan rambut rontok
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ditemukan benjolan,
rambut terasa agak kasar
5. Mata :
a. Inspeksi : Terdapat bejolan pada mata kiri
b. Palpasi: terdapat benjolan, dan nyerti pada area benjolan
6. Mulut dan lidah :
a. Inspeksi : mukosa bibir tampak pucat
7. Telinga :
a. Inspeksi :bentuk simetris kiri-kanan, terdapat kotoran, tidak
ada kemerahan
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan
8. Hidung :
a. Inspeksi : penciuman baik, bentuk simetris, mukosa hidung
ikterik.
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi
9. Leher :
a. Inspeksi : tidak terjadi pembesaran KGB
b. Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan
10. Thoraks : lingkar dada 33 cm
a. Inspeksi : gerakan dada simetris
b. Palpasi : Tidak ada lesi,edema
c. Auskultasi : Tidak ada suara
11. Jantung
15
a. Palpasi : Ictus cordis di ICS IV teraba
1. Batas kiri jantung : ICS II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), ICS IV kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri.
2. Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV
kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
b. Perkusi : suara jantung pekak
c. Aukskultasi : tidak ada suara jantung tambahan
12. Abdomen :
a. Inspeksi : bentuk perut simetris
b. Auksultasi : tidak ada
c. Palpasi : hepar dan lien teraba
d. Perkusi : tidak ada
13. Anus : terdapat lubang anus
14. Genetalia : Laki-laki
15. Ekstermitas :
a. Inspeksi : Tungkai dan punggung kaki ukuran sama
b. Palpasi : tidak ada edema, lesi
1.2.7 Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium Tanggal 12 November 2019 (saat MRS)
Darah Lengkap Kimia darah
Hb: 12,2 SGOT: 22 (< 25)
Hematokrit: 38,3 (40-48) SPGT: 25 (< 20)
Trombosit: 309.000 Trigliserida: 123
Leukosit : 11.600 Kolesterol: 110
MCV: 77,1 (82-89) HDL: 45
MCH: 25 (27-31) LDL: 109
MCHC:32,4 (32-36) Ureum darah: 39 (20-40)
Kreatinin darah: 1,14 (0,5-1,5)
Na: 136 (135-47)
16
K: 4,1 (8,5-10,1)
Cl: 104 (100-106)
Pemeriksaan penunjang lainnya:
1. CD4 Absolut: 6
2. Sputum positif BTA
17
3.3 Analisis Data
No. Data penunjang Etiologi Diagnosa
1. Ds: Inflitasi tumor Nyeri kronis
a. Keluarga pasien
mengatan anak Leucocoria berat
X mengeluh
nyeri
b. Keluarga Proptosis
mengatakan
bahwasanya Mengakibatkan
terkadang Anak nyeri kronis
X mengalami
nyeri dibagian
ulu hatinya
Do:
a. Berat Badan 21 Kg
b. Bising usus
39x/menit,
c. Terdapat sariawan
18
dan tubuh tumor
pada mata
Gangguan
persepsi sensori
kurang
3. Ds : Ibu pasien Adanya factor Ansietas
mengatakan
penyebab
khawatir akan
keadaan an. Z
Kurang
Do : Ibu klien tampak
pengetahuan
cemas dan selalu
tentang penyakit
bertanya terkait kondisi
anaknya
anaknya
gelisah
ansietas
1. Nyeri kronis b.d Infiltrasi tumor d.d leukocoria berat dengan sedikit proptosis
2. Gangguan Persepsi Sensori kurang b.d gangguan penglihatan
3. Ansietas b.d status terkini d.d cemas
19
3.5 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri kronik b.d Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Manajemen Nyeri
infiltrat tumor keperawatan selama 1x24 jam, kriteria hasil a. Berikan teknik non farmakologis (mis;
yang diharapkan : terapi musik, terapi bermain)
1. Kontrol Nyeri (L. 08063) b. Kontrol lingkungan yang memperberat
a. Kemampuan mengenali penyebab rasa nyeri (pencahayaan, kebisingan)
nyeri ditingkatkan dari skala 1 ke c. Kolaborasi pemberian analgesik jika
skala 3 perlu
b. Kemampuan menggunakan teknik
non farmakologis ditingkatkan dari
skala 1 ke skala 3
a.
2. Gangguan Persepsi Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji ketajaman penglihatan untuk
Sensori b.d infiltrat keperawatan selama 1x24 jam, kriteria hasil mengidentifikasi kemampuan visual
tumor d.d leucoria yang diharapkan : pasien.
berat dengan sedikit 1. Pasien mampu menunjukkan pola-pola 2. Orientasikan pasien akan lingkungan fisik
proptosis alternatif untuk meningkatkan sekitarnya, untuk meningkatkan
penerimaan rangsang penglihatan kemampuan persepsi sensori.
3. Anjurkan penggunaan alternative rangsang
20
lingkungan, untuk meningkatkan
kemampuan respons stimulus lingkungan.
4. Cegah adanya sinar yang menyilaukan,
untuk mencegah distress.
5. Optimalisasi lingkungan untuk
menurunkkan resiko cedera.
b.
3. Ansietas b.d ancaman Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 1. Teknik Distraksi
pada status terkini d.d keperawatan selama 2x24 jam, kriteria hasil a. Jelaskan manfaat dan jenis distraksi bagi
tampak cemas yang diharapkan : panca indera (mis. Musik, )Anjurkan
1.Tingkat Ansietas (0800) menggunakan teknik yang sesuai dengan
a. Perilaku gelisah diturunkan dari skala 3 ke tingkat energi, kemampuan,usia dan
skala 5 tingkat perkembangan
b. Pucat diturunkan dari skala 3 ke skala 5 b. beri obat atau airan IV (misalnya antiperik,
2. Tingkat Pengetahuan (L. 12111) agen antibakteri, dan agen anti menggigil)
a. Perilaku sesuai dengan pengetahuan 2. Terapi Musik
ditingkatkan dari skala 1 ke skala 3 a. Identifikasi perubahan perilaku atau
b. Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi fisiologis yang akan di capai (mis.
diturunkan dari skala 3 ke skala 5 Relaksasi, stimulasi, konsentrasi,
c.pengurangan
k rasa sakit)
b. Pilih
m musik yang disukai
c. Berikan
l terapi musik sesuai indikasi
21
d. Jelaskan
k tujuan dan prosedur terapi musik
m
l
d.
22
3.6 Evaluasi
2 Senin, 13 september 2020 S : Klien mengatakan masih sulit melihat dengan jelas keadaan sekitar £
Pukul 15.00 O : masih terdapat benjolan pada mata bagian kiri dan terasa nyeri
Ns. NB
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
3 Senin, 13 september 2020 S : Klien mengatakan masih merasa sedikit cemas
Pukul 16.00 O : wajah Nampak sedikit pucat
A : masalah teratasi sebagian £
P : Lanjutkan intervensi intervensi Ns. NB
23
3.7 WOC/ Pathway
24
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 2, Juli-Desember 2016
Retinoblastoma
Laya Rares
Abstrak: Retinoblastoma merupakan tumor neuroblastik intraokuler ganas, terjadi pada masa
anak-anak, bersifat herditer (40%). Gejala yang paling sering adalah leukokoria (50-62%),
strabismus (20%), hifema spontan, dan amaurotic cat’ eye. Diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan X foto, USG, CT Scan atau MRI, dan LDH. Konseling genetik juga diperlukan
dalam pemeriksaan pasien retinoblastoma. Sistem klasifikasi yang sering digunakan pada
retinoblastoma intraokular ialah klasifikasi Reese-Ellsworth. Terapi retinoblastoma harus
dilakukan saat anak terdiagnosis. Yang menjadi kontroversi apakah dilakukan pembedahan
atau kemoterapi terlebih dahulu karena masing-masing tindakan ini mempunyai efek
menguntungkan dan merugikan. Anak-anak dengan retinoblastoma intraokular terlokalisasi
yang mendapatkan terapi modern mempunyai prognosis yang baik untuk bertahan hidup
dengan persentase melebihi 95%. Sekitar 90% anak-anak dapat bertahan lebih dari 5 tahun
setelah terdiagnosis retinoblastoma.
Kata kunci: retinoblastoma, leukokoria, strabismus, penanganan holistik
Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam secara sporadik didiagnosis antara usia 1
mata yang berasal dari jaringan embrional dan 3 tahun. Onset setelah usia 5 tahun
retina. Insidennya 1:14.000-1:20.000 jarang namun dapat juga terjadi.4,5-9
1-3
kelahiran hidup. Meskipun retino- Retinoblastoma merupakan tumor yang
blastoma dapat terjadi pada semua usia, dapat terjadi secara herediter (40%), dan
namun paling sering terjadi pada anak-anak non herediter (60%). Retinoblastoma
sebelum usia 2 tahun. Sekitar 95% kasus herediter meliputi pasien dengan riwayat
retinablastoma didiagnosis sebelum usia 5 keluarga positif (10%) dan yang mengalami
tahun. Retinoblastoma secara tipikal mutasi gen yang baru pada waktu
didiagnosis selama tahun pertama pembuahan (30%).5,6 Bentuk herediter
kehidupan pada kasus familil dan kasus dapat bermanifestasi sebagai penyakit
bilateral sedangkan pada kasus unilateral unilateral atau bilateral. Pada bentuk
Rares: Retinoblastoma
sering kali berhubungan dengan akumulasi hifema. Komplikasi lain berupa terhambat-
cairan subretinal yang dapat mengaburkan nya pengaliran akuos humor, sehingga
tumor dan hampir mirip dengan exsudative timbul glaukoma sekunder.3,4,8
retinal detachment yang memberi kesan Pada metastase yang pertama terjadi
coats’ disease.1,6,9 penyebaran ke kelenjar preaurikuler dan
Tumor yang besar sering menunjukkan kelenjar getah bening yang berdekatan.
tanda-tanda pertumbuhan endofilik dan Metastase kedua terjadi melalui lamina
eksofilik. Bila tumor tumbuh cepat tanpa kribosa ke saraf optik, kemudian
diikuti sistem pembuluh darah, maka mengadakan infiltrasi ke vaginal sheath
sebagian sel tumor akan mengalami subarachnoid masuk kedalam intrakranial.
nekrosis dan melepaskan bahan-bahan Metastase ketiga dapat meluas ke koroid
toksik yang menyebabkan iritasi pada dan secara hematogen sel tumor akan
jaringan uvea, sehingga timbul uveitis menyebar ke seluruh tubuh.3,4
disertai dengan pembentukan hipopion dan
• Pemeriksaan lactic acid dehydrogenase mewakili mutasi germinal. Oleh karena itu
(LDH): dengan membanding-kan kadar seluruh saudara kandung dari pasien
LDH dalam akuos humor dan serum retinoblastoma harus mendapatkan
darah dapat diperkirakan adanya pemeriksaan mata secara rutin. Suatu studi
retinoblastoma intraokuler. Rasio menunjukkan bahwa analisis polimorfisme
normal ialah <1; bila rasio >1,5 DNA dapat membantu memrediksi apakah
dicurigai kemungkinan adanya retino- seseorang berisiko retinoblastoma dan
blastoma. memerlukan follow up.3,4
Untuk mendiagnosis retinoblastoma
Pada saat ini konseling genetik juga perlu diketahui juga diagnosis banding agar
diperlukan dalam pemeriksaan pasien tidak salah mendiagnosis. Pada saat ini
retinoblastoma. Meskipun hanya 6% pasien terdapat bermacam-macam diagnosis
retinoblastoma yang mempunyai riwayat banding leukokoria yang merupakan tanda
keluarga retinoblastoma namun dengan klinis terbanyak dari retinoblastoma. Oleh
konseling genetik dapat memungkinkan karena itu diperlukan ketelitian dalam
untuk didiagnosis lebih dini. Orang tua memeriksa dan menetapkan diagnosis. Lesi
yang normal dengan seorang anaknya yang retina yang paling mirip dengan
terkena bilateral memungkinkan risiko retinoblastoma ialah coats’ disease. Pada
sebesar 5% bagi anaknya yang lain untuk coats’ disease terdapat adanya material
terkena. Bila dua atau lebih saudara pada lensa kristalina, cairan subretinal yang
kandungnya terkena maka kemungkinan berlebihan, dan abnormalitas pembuluh
terkena anaknya yang lain menjadi 45%. darah perifer, dikombinasi dengan tidak
Pada pasien yang mengalami adanya kalsium.3,4,9
retinoblastoma bilateral kira-kira 98%
mata dan terbatas pada retina atau mungkin digunakan pada retinoblastoma ekstra-
dapat meluas dalam bola mata. okular. Reese-Ellsworth mengembangkan
Retinoblastoma intraokular tidak akan sistem klasifikasi retinoblastoma intra-
meluas menuju jaringan sekitar mata atau okular untuk menandai pemeliharaan
bagian tubuh yang lain. penglihatan dan kontrol penyakit lokal
ketika terapi external-beam merupakan
Retinoblastoma ekstraokular satu-satunya pilihan terapi. Klasifikasi
Harapan hidup 5 tahun <10%. Reese-Ellsworth tidak menyediakan
Retinoblastoma ekstraokular dapat meluas informasi mengenai harapan hidup pasien
keluar mata. Secara tipikal dapat mengenai atau penglihatannya dan hanya
sistem saraf pusat (SSP) dan tersering mengklasifikasikan berdasarkan jumlah,
mengenai sumsum tulang atau nodi limf. ukuran, lokasi tumor, dan ada tidaknya
Salah satu sistem klasifikasi yang vitreous seeds. Klasifikasi klinik
sering digunakan pada retinoblastoma retinoblastoma yang lain ialah Essen
intraokular ialah Reese-Ellsworth classification.3,4
classification; klasifikasi ini tidak
Pilihan pembedahan atau terapi terlebih Tumors. Basic and Clinical Science
dahulu masih kontroversial karena masing- Course. Section 4; American Academy
masing mempunyai efek menguntungkan of Opthalmology, 2006-7: Chapter 19;
dan merugikan. Terapi yang dapat p. 251-64.
digunakan antara lain: kemoterapi, 5. Retinoblastoma article. Available from:
http://www.retinoblastoma.net
pembedahan, terapi radiasi, fotokoagulasi,
6. Opthalmology tumors in children: diagnosis
krioterapi, termoterapi, subtenon and therapeutic strategy. Available
(subkonyungtival) kemoterapi. from: http//www.cancer.org
Dewasa ini prognosis anak-anak 7. Udell IJ. Duane’s Clinical Opthalmology on
dengan retinoblastoma intraokular cd rom Volume 6, Chapter 109.
terlokalisasi yang mendapatkan terapi Lippincott Williams and Wilkins, 2005
modern mempunyai prognosis baik untuk 8. Kanski JJ. Clinical Opthalmology (5th).
bertahan hidup dengan persentase melebihi Philadelphia: Butterworth Heinemann
95%. International Edition, 2007; p. 542-51.
9. Gooddard A, Kingston JE, Hungerford
JL. Delay in diagnosis of
DAFTAR PUSTAKA
retinoblastoma: risk factor and
1. Vaughan DG. Oftalmologi Umum (14th ed).
treatment outcome. Br J Opthalmol.
Jakarta: Widya Medika, 2000; p. 217-
1999;83:1320-3.
19.
10. Chemotherapy plus local treatment in the
2. Jubran RF, Erdreich-Epstein A, Butturini
management of intraocular
A, Murphree AL, Villablanca JG.
retinoblastoma. Available from: //
Approaches to treatment for extraocular
www.cancer.gov
retinoblastoma: Children's Hospital Los
11. Chemotherapy for retinoblastoma.
Angeles experience. J Pediatric
Available from: //
Hematol Oncol 26 (1): 31-4, 2004
www.eyecancer.md.org/retinoblastoma
3. Pediatric Opthalmology and Strabismus,
12. First-line chemotherapy can prevent
Basic and Clinical Science Course.
external beam irradiation and
Section 6; American Academy of
enucleation in low-stage
Opthalmology, 2006-7: Chapter 26; p.
retinoblastoma. Available from: //
390-9.
www.kellogg.umich.edu
4. Opthalmic Pathology and Intraocular
BAB IV. ANALISIS JURNAL
Judul Retinoblastoma
Nama Jurnal/ Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Volume/ Ratulangi Manado Email: layarares@yahoo.com
Nomor/ Tahun
Analisis Retinoblastoma adalah tumor ganas dalam mata yang berasal dari
jaringan embrional retina. Meskipun retinoblastoma dapat terjadi
pada semua umur namun paling sering terjadi pada anak-anak
sebelum usia 2 tahun. Retinoblastoma merupakan tumor yang dapat
terjadi secara herediter dan non herediter. Meskipun retinoblastoma
dapat terjadi pada semua usia, namun paling sering terjadi pada
anak-anak sebelum usia 2 tahun. Retinoblastoma secara tipikal
didiagnosis selama tahun pertama kehidupan pada kasus familil dan
kasus bilateral sedangkan pada kasus unilateral secara sporadik
didiagnosis antara usia 1 dan 3 tahun. Onset setelah usia 5 tahun
jarang namun dapat juga terjadi. Tumor unilateral pada anak yang
muda mengalami abnormalitas genetik yang ringan dibandingkan
pada anak yang lebih tua. Retinoblastoma adalah suatu neuroblastik
tumor ganas yang tidak berdiferensiasi yang muncul dari lapisan
retina manapun, dan secara biologik mirip dengan neuroblastoma
dan meduloblastoma. Gejala dan tanda-tanda retinoblastoma
ditentukan oleh luas dan lokasi tumor pada waktu didiagnosis.
Gejala yang paling sering ialah leukokoria (refleks putih pada pupil)
sekitar 50-62%, strabismus (20%). 1-5 Ciri-ciri lain meliputi
heterokromia, hifema spontan, amauritic cat’ eye (bila mata kena
sinar akan memantulkan cahaya seperti mata kucing) dan selulitis.
Dalam perkembangan selanjutnya tumor dapat tumbuh ke arah
25
badan kaca (endofilik) dan kearah koroid (eksofilik).
1. Kemoterapi
26
cenderung untuk bertambah besar sebelum terdiagnosis. Penglihatan telah
rusak, tanpa adanya harapan untuk pulih kembali. Terapi umum pada
kasus ini ialah enukleasi dan biasanya disertai pemasangan implan orbita.
Pengangkatan bola mata biasanya dapat memengaruhi pertumbuhan tulang
dan jaringan sekitar mata.
27
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Retinoblastoma merupakan salah satu jenis tumor yang umumnya
muncul pada anak-anak, tersering pada usia di bawah 2 tahun. Sejumlah kira-
kira 95% kasus didiagnosis sebelum pasien berusia 5 tahun. Sementara bila
muncul pada usia >5 tahun, umumnya memiliki prognosis yang lebih buruk
(KANKER 2015).
Di Amerika Serikat, kasus retinoblastoma diperkirakan ditemukan
pada 1 dari 18000 anak di bawah umur 5 tahun. Secara genetik tumor ini
berkem- bang karena mutasi lengan panjang kromosom pada lokus 13q14 dan
mutasi pada kedua alel gen Rb1. Tumor ini dapat diturunkan secara herediter
atau sporadik, dan dapat unilateral (70-75% kasus), maupun bilateral (25-30%
ka- sus). Tidak terdapat predileksi sex dan ras. Umur yang sering dikenai rata-
rata usia 18 bulan dan 90% pasien didiagnosis sebelum usia 5 tahun
(Penelitian and Rahman 2014).
Di Indonesia, data lengkap terkait insiden kasus Retinoblastoma masih
belum ada. Namun penelitian di Surabaya menunjukkan adanya peningkatan
angka pnderita Retinoblastoma hingga 35 pasien per tahunnya. Pda tahun
2010 di RSU dr. Soetomo hanya ada 18 orang anak yang terdiagnosa
menderita penyakit tumor ganas tersebut (Penelitian and Rahman 2014).
5.2 Saran
a. Masyarakat
Diharapkan masyarakat dapat memahami informasi tentang retinoblastoma
agar dapat melakukan pencegahan dan deteksi dini penyakit ini.
b. Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan edukasi kepeda masyarakat tentang
cara pencegahan retinoblastoma dan cara pengobatannya. Serta mampu
memberikan perawatan yang professional kepada pasien retinoblastoma.
28
DAFTAR PUSTAKA
29