Oleh :
Kelompok 1 / D 2018
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2020
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. LATARBELAKANG
Indonesia merupakan negara yang dikelilingi oleh banyak pulau dan memiliki iklim
tropis yang heterogen dan rentan terhadap dampak perubahan iklim regional dan global.
Perubahan iklim yang terjadi tersebut dapat mempengaruhi penyebaran penyakit menular.
Peningkatan kelembapan dan curah hujan dapat mengakibatkan peningkatan kepadatan
nyamuk. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit malaria (plasmodium) bentuk
aseksual yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles spp) betina (Lisanuddin, 2016).
Menurut data dari World Health Organization (WHO), secara global prevalensi kematian
yang diakibatkan oleh penyakit malaria pada tahun 2010 adalah sebanyak 655.000 kasus
malaria di seluruh dunia. Selain itu, tercatat 86 % kematian yang terjadi pada anak yang
berusia dibawah 5 tahun. Penyakit ini tersebar di daerah di seluruh dunia terutama di daerah
endemis seperti asia dan afrika. Sedangkan di Indonesia sendiri menurut data WHO pada
tahun 2010 tercatat 544.470 kasus malaria, dimana pada tahun 2009 terdapat 1.100.000 kasus
klinis dan tahun 2010 meningkat menjadi 1.800.000 kasus dan sudah mendapat mengobatan.
Pada tahun 2011, jumlah kasus malaria di Indonesia sebanyak 256.592 orang dari 1.322.451
kasus malaria yang sudah diperiksa sample darahnya dengan tingkat kejadian tahunan
1,75/1000 penduduk.
2.3 EPIDEMIOLOGI
Penyakit malariadisebabkan oleh parasit plasmodium yang dapat ditularkan melalui
gigitan nyamuk anhopeles betina.Tahun 2006 telah dilaporkan dari 109 negara di dunia
diantaranya terdapat 3,3 miliar orang yang beresiko terserang malaria dan 247 juta
diantaranya terserang malaria. Lalu sekitar satu juta penduduk meninggal akibat penyakit
malaria.Pada tahun 2012 terdapat 207 juta penduduk penderita malaria dan 627 ribu
meninggal dunia.
Di Indonesia tahun 2015 terdapat 255.602.872 penduduk yang beresiko terserang
malaria dan diketahui 217.025 sudah terserang malaria. Menurut Annual Malaria
Incidence (AMI) angka tertinggi malaria terjadi di wilayah timur indonesia khususnya
papua yaitu sebesar 2,9%. Di Indonesia angka kejadian malaria cenderung stabil, tetapi
mengalami peningkatan yang sangat signifikan pada tahun 2006 dan mengalami
penurunan kembali pada tahun 2007. Di Indonesia angka annual parasite incidence (API)
sebesar 0,84% dengan API tertinggi di Provinsi Papua (45,85 %) dan terendah di Provinsi
Jawa Timur (0,01 %), sedangkan Provinsi Banten adalah Provinsi Bebas Malaria (0,00%)
(Ummi et al. 2016).
2.4 ETIOLOGI
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan order
Coccidiidae. Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:
1. Plasmodium falciparum
Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas)
atau dikenal dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam
setiap hari.
2. Plasmodium vivax
Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak).
3. Plasmodium malariae
Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.
4. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di masa inkubasi malaria
atau waktu antara gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis sekitar 7-14 hari
untuk P. falciparum, 8-14 hari untuk P. vivax dan P. ovale, dan 7-30 hari untuk P.
malariae. Masa inkubasi ini dapat memanjang antara 8-10 bulan terutama pada
beberapa strain P. vivax di daerah tropis. Pada infeksi melalui transfusi darah, masa
inkubasi tergantung pada jumlah parasit yang masuk dan biasanya singkat tetapi
mungkin sampai 2 bulan.Dosis pengobatan yang tidak adekuat seperti pemberian
profilaksis yang tidak tepat dapat menyebabkan memanjangnya masa inkubasi. P.
falciparum( banyak diteliti dan angka kematian dan kesakitan paling banyak), salah
satu organisme penyebab malaria, merupakan jenis yang paling berbahaya
dibandingkan dengan jenis plasmodium lain yang menginfeksi manusia, yaitu P.
vivax, P. malariae, dan P. ovale.
2.5 PATOFISIOLOGI
Parasit pertama kali menginfeksi sel-sel hati dan kemudian berpindah ke eritrosit.
Infeksi menyebabkan hemolisis berat sel-sel darah merah. Pada titik ini semakin banyak
parasit yang dibebaskan ke dalam sirkulasi dan timbul siklus infeksi berikutnya.
Cara penularan penyakit malaria ada 2 yaitu penularan secara alamiah dan
penularan secara non-alamiah :
1. Penularan secara alamiah : kebanyakan penderita terinfeksi penyakit malaria
disebabkan oleh gigitan nyamuk betina yaitu Anopheles, hanya nyamuk jenis
Anopheles yang dapat menularkan parasit Plasmodium. Nyamuk Anopheles ini
menghisap darah yang mengandung gametosit sampai mengandung sporozoit dalam
kelenjar ludahnya disebut dengan masa inkubasi ekstristik dan merupakan bentuk
infektif terhadap manusia, lalu masuk ke dalam aliran darah, parasit akan bergerak
menuju ke hati, dan di dalam hati parasit akan tumbuh dan berkembang selama
beberapa hari.
2. Penularan non alami, terjadi jika stadium aseksual dalamm eritrosit secara tidak
sengaja masuk ke dalam tubuh manusia secara:
a. Bawaan, terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau plasenta.
b. Secara mekanis, terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum suntik yang
tidak steril lagi.
c. Secara oral, cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam, burung
dara, dan monyet.
Gejala Malaria akan muncul 10-15 hari setelah gigitan nyamuk.Namun pada
beberapa khasus,gejala baru timbul setelah beberpa bulan karna parasite.Geajala yang
dirasakan penderita malaria antara lain:
a. Demam dan menggigil
b. Sakit kepala dan lemas
c. Berkeringat banyak
d. Pegal linu dan nyeri darah perut
e. Gejala anemia atau kurang darah
f. Mual atau muntah
g. Diare dan BAB berdarah
Pada penatalaksanaan malaria, menurut Wiwik Handayani dan Andi Sulistyo Wibowo
dalam buku “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi”
penatalaksanaan pada klien dengan malaria antara lain:
1. Terapi profilaksis terhadap malaria dianjurkan bagi orang yang berpergian ke
daerah endemik.
2. Pencegahan didaerah endemik antari lain terdiri atas eliminasi sumber-sumber
genangan air dan penggunaan insektisida, kelambu, dan insect repellent.
3. Tersedia obat antimalaria untuk mengatasi penyakit apabila terjangkit.
4. Kadang-kadang dilakukan transfusi darah jika Hb tidak normal.
Selain itu, pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien malaria (Julia,
2018) antara lain:
1. Pemeriksaan darah rutin
2. kimia darah lain (gula darah, serum bilirubin, SGOT & SGPT, alkali fosfatase,
albumin/globulin, ureum, kreatinin, natrium dan kalium, anaIisis gas darah)
3. EKG/Foto Toraks
4. Analisis cairan serebrospinalis
5. Biakan darah dan uji serologi,
6. Urinalisis
Saat ini, malaria masih jadi masalah penyakit global. Jutaan jiwa meninggal setiap
tahunnya akibat malaria dan 90 persen di antaranya di wilayah tropis Afrika. Malaria
merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak dalam lima tahun ini dan
perempuan hamil seringkali terjangkit. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), pada
tahun 2015 terdapat 214 juta kasus malaria baru di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri,
penyakit malaria menjadi penyakit yang paling banyak ditemukan di Papua, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, dan Maluku.
Gerakan malaria telah dimulai sejak April 2000 dengan tujuan untuk mengurangi
beban penyakit yang disebabkan nyamuk tersebut., namun malaria masih menjadi isu
kesehatan di Indonesia. Daerah yang sudah dikenal endemis malaria, yakni daerah timur
Indonesia, Jawa dan Bali serta sebagian di Pantai Timur dan Barat Sumatera. Malaria
juga menjadi salah satu faktor penting penyebab tingginya angka kematian bayi dan anak-
anak. Infeksi malaria selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kematian
prakelahiran, dan berat bayi lahir rendah. Pada tahun 1998 malaria diidentifikasi oleh
Direktur Jenderal WHO, sebagai proyek prioriotas utama dengan kembalinya penyakit
malaria. WHO, UNICEF, UNDP dan Bank Dunia mengembangkan satu respon terpadu
untuk mengatasi masalah endemis malaria di negara-negara berkembang. Direktorat
Jenderal (Dirjen) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (2015) menuturkan
bahwa penyakit malaria ini masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat.
Disamping itu, penyakit malaria ini juga menjadi tujuan ke-6 MDGs dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Pada tahun 2016, di Papua Barat terdapat 155.670 kasus malaria yang terbukti positif
berdasarkan hasil pemeriksaan darah (Kemenkes, 2017). Hasil tersebut sebagai
representasi dari Elizabeth Jane Soepardi selaku Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes menyebutkan bahwa peta situasi penyakit malaria
di sebagian Indonesia Timur masih berwarna merah atau endemis tinggi dan kuning atau
endemis menengah seperti Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) masih
menjadi daerah berkategori endemis tinggi penyebaran penyakit malaria.