Anda di halaman 1dari 23

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................3
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3
2.1 Definisi...............................................................................................................3
2.2 Epidemiologi......................................................................................................3
2.3 Etiologi...............................................................................................................6
2.4 Siklus Parasit Malaria.........................................................................................9
2.5 Gejala Klinis.....................................................................................................11
2.6 Diagnosis..........................................................................................................12
2.6.1 Anamnesis................................................................................................12
2.6.2 Pemeriksaan fisis......................................................................................13
2.6.3 Pemeriksaan Penunjang............................................................................13
2.7 Tatalaksana.......................................................................................................14
2.8 Pencegahan.......................................................................................................15
BAB III...........................................................................................................................18
PENUTUP.......................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................19

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

Malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang

dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi,

anak balita dan ibu hamil. Selain itu, malaria secara langsung menyebabkan

anemia dan dapat menurunkan produktivitas kerja.1 Malaria adalah penyakit yang

disebabkan oleh parasit Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles.2

Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut

maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit

dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala

demam, menggigil, anemia, dan pembesaran limpa.3

Berdasarkan data WHO (2015) ditemukan 214 juta kasus baru malaria di

seluruh dunia dengan kisaran 149 juta sampai dengan 303 juta kasus. Daerah

Afrika sebesar 88%, Asia Tenggara sebesar 10% dan daerah Timur Tengah

sebesar 2%. Tahun 2015, ditemukan 438. 000 kematian akibat malaria dengan

kisaran 236.000 sampai 438.000 kematian di seluruh dunia. Kematian tertinggi

ditemukan di Afrika sebesar 90%, Asia Tenggara sebesar 7%, Timur Tengah

sebesar 2%.4

Pada tahun 2010 di Indonesia terdapat65% kabupaten endemis dimana

hanyasekitar45% penduduk yang berisiko tertular malaria. Prevalensi malaria

menurun dari 1,39%(tahun2007) menjadi 0,6% (tahun 2010).5

1
Malaria disebabkan oleh limaspesiesdari genus Plasmodiumyang dapat

mengenai manusia, yaitu P. falciparum, P. vivax, P. ovale, P. malariae dan P.

knowlesi.6 Plasmodium falciparum diketahui sebagai penyebab malaria dengan

gejala klinis yang berat. Spesies ini merupakan spesies Plasmodium yang paling

dominan di Indonesia di atas Plasmodium vivax.7

P. falciparum dapat menyebabkan malaria berat dengan prognosis buruk

seperti malaria serebral dengan tingkat kematian mencapai 15-20%.2 Selain itu

dapat terjadi penurunan kesadaran, kejang berulang, syok, anemia berat, edema

paru, gagal ginjal dan hemoglobinuria.8

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik disebabkan oleh

protozoa genus Plasmodium dengan manifestasi berupa demam, anemia dan

pembesaran limpa. Sedangkan meurut ahli lain malaria merupakan suatu

penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium

yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual

dalam darah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan pembesaran

limpa.4

2.2 Epidemiologi

Secara alamiah, penularan malaria terjadi karena adanya interaksi antara

agent (parasit Plasmodium spp), host de-finitive (nyamuk Anopheles spp) dan

host intermediate (manusia). Karena itu, penu- laran malaria dipengaruhi oleh

keberadaan dan fluktuasi populasi vektor (penular yaitu nyamuk Anopheles

spp), yang salah satunya dipengaruhi oleh in- tensitas curah hujan, serta

sumber parasit Plasmodium spp. atau penderita di samping adanya host yang

rentan. Sum- ber parasit Plasmodium spp. adalah host yang menjadi penderita

positif malaria. Tapi di daerah endemis malaria tinggi, seringkali gejala klinis

pada penderita tidak muncul (tidak ada gejala klinis) meskipun parasit terus

hidup di dalam tubuhnya. Ini disebabkan adanya peru- bahan tingkat resistensi

3
manusia terhadap parasit malaria sebagai akibat tingginya frekuensi kontak

dengan parasit, bahkan di beberapa negara terjadinya kekebalan ada yang

diturunkan melalui mutasi ge- netik.2

Source : Roll Back Malaria,


WHO

Gambar 1. Peta distribusi penderita malaria global

Keadaan ini akan mengakibatkan penderita carrier (pembawa penyakit)

atau penderita malaria tanpa gejala klinis (asymptomatic), setiap saat bisa

menular- kan parasit kepada orang lain, sehingga kasus baru bahkan kejadian

luar biasa (KLB) malaria bisa terjadi pada waktu yang tidak terduga.2

Kejadian luar biasa (KLB) ditandai dengan peningkatan kasus yang

disebab- kan adanya peningkatan populasi vektor sehingga transmisi malaria

meningkat dam jumlah kesakitan malaria juga me- ningkat. Sebelum

peningkatan populasi vektor, selalu didahului perubahan ling- kungan yang

berkaitan dengan tempat perindukan potensial seperti luas per- airan, flora

serta karakteristik lingkungan yang mengakibatkan meningkatnya

4
kepadatan larva. Untuk mencegah KLB malaria, maka

peningkatan vektor perlu diketahui melalui pengamatan yang terus

menerus (surveilans). 2

Malaria di Indonesia merupakan salah satu indikator dari target Millenium

Development Goals (MDGs). Insiden malaria tahun 2015 ditargetkan untuk

dihentikan penyebaran dan pengurangan terhadap kemungkinan terjadinya

kasus baru, hal ini dilihat dari indikator penurun angka kesakitan dan angka

kematian akibat malaria. Global Malaria Programme (GMP) menyatakan

bahwa malaria merupakan penyakit yang harus dilakukan pengamatan secara

terus-menerus, monitoring dan evaluasi serta diperlukan formulasi kebijakan

dan strategi yang tepat.3

Gambar 2. Peta Endemisitas Malaria di Indonesia Tahun 2013

5
Tahun 2012 jumlah kasus malaria di Indonesia dilaporkan 417.000

(Kemenkes, 2013). Stratifikasi endemisitas wilayah Indonesia berdasarkan

Annual Parasite Incidence (API) digolongkan menjadi; 1) Endemisitas tinggi

dengan API > 5 per 1000 penduduk; 2) Endemisitas sedang adalah API

bekisar antara 1 – <5 per 1000 penduduk; 3) Endemisitas rendah adalah API 0

– 1 per 100 penduduk dan daerah non Endemis adalah daerah yang tidak

terdapat penularan malaria (daerah bebas malaria) API = 0. Annual Parasite

Incidence pada tahun 2012 adalah 1.69/1000 penduduk (Kemenkes, 2013) dan

menurun menjadi 1.38/1000 penduduk pada tahun 2013, tetapi di daerah

endemis tinggi seperti Provinsi Maluku API masih diatas angka nasional yaitu

8.25%.3

2.3 Etiologi

Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu

parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina.

Parasit malaria memiliki siklus hidup yang kompleks, untuk kelangsungan

hidupnya parasit tersebut membutuhkan host (tempatnya menumpang hidup)

baik pada manusia maupun nyamuk, yaitu nyamuk anopheles. Ada empat

jenis spesies parasit malaria di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah

manusia, yaitu:4

1) Plasmodium falciparum

2) Plasmodium vivax

3) Plasmodium malariae

6
4) Plasmodium ovale

Keempat spesies parasit malaria tersebut menyebabkan jenis penyakit

malaria yang berbeda, yaitu:4

1) Plasmodium falciparum

Menyebabkan malaria falsiparum (disebut juga malaria tropika),

merupakan jenis penyakit malaria yang terberat dan satu-satunya

parasit malaria yang menimbulkan penyakit mikrovaskular., karena

dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria

(malaria otak), anemia berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan,

sesak nafas, dll.

2) Plasmodium vivax

Menyebabkan malaria tertiana. Tanpa pengobatan: berakhir dalam 2 –

3 bulan. Relaps 50%dalam beberapa minggu – 5 tahun setelah

penyakit awal.

3) Plasmodium malariae

Menyebabkan malaria quartana. Asimtomatis dalam waktu lama.

4) Plasmodium ovale

Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan

Pasifik Barat. Lebih ringan. Seringkali sembuh tanpa pengobatan.

Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis

plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran (mixed

infection). Biasanya campuran P.Falciparum dengan P.Vivax atau

P.Malariae. Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang sekali terjadi.

7
Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka

penularannya. Malaria yang disebabkan oleh P.Vivax dan P.Malariae

dapat kambuh jika tidak diobati dengan baik. Malaria yang

disebabkan oleh spesies selain P.Falciparum jarang berakibat fatal,

namun menurunkan kondisi tubuh; lemah, menggigil dan demam

yang biasanya berlangsung 10-14 hari.

Parasit Plasmodium sebagai penyebab (agent). Agar dapat hidup terus

menerus, parasit penyebab penyakit malaria harus berada dalam tubuh

manusia untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan

dan betina yang sesuai untuk penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri

dengan sifat-sifat spesies nyamuk Anopheles yang antropofilik agar

sporogoni memungkinkan sehingga dapat menghasilkan sporozoit yang

infektif.4

Sifat-sifat spesifik parasitnya berbeda untuk setiap spesies Plasmodium

dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan penularan.

P.falciparummempunyai masa infeksi yang paling pendek diantara jenis yang

lain, akan tetapi menghasilkan parasitemia yang paling tinggi. Gametosit

P.falciparum baru berkembang setelah 8-15 hari sesudah masuknya parasit ke

dalam darah. Parasit P.vivax dan P.ovale pada umumnya menghasilkan

parasitemia yang rendah, gejala yang lebih ringan dan mempunyai masa

inkubasi yang lebih lama daripada P.falciparum. Walaupun begitu, sporozoit

P.vivax dan P.ovale di dalam hati dapat berkembang menjadi skizon jaringan

primer dan hipnozoit. Hipnozoit ini menjadi sumber terjadinya relaps.4

8
2.4 Siklus Parasit Malaria

Silkus Pada Manusia. Ketika nyamuk anoples betina (yang mengandung

parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah

nyamuk masuk ke dalam darahdan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya

parasit malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium

ekso-eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit/kriptozoit yang

masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium

eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua/matang

sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit. Sebagian besar Merozoit masuk

kemabli ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan.4

Siklus Pada Nyamuk Anopheles Betina. Betina yang siap untuk diisap

oleh nyamuk malaria betina dan melanjutkan siklus hidupnya di tubuh

nyamuk (stadium sporogoni). Didalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan

antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet)

yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet, kemudian masuk ke

dinding lambung nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang

kemudian pecah, keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk dan

siap untuk ditularkan ke manusia.4

Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya di jaringan hati (sizon

jaringan) sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan

siklusnya ke sel eritrosit, akan tetapi tertanam di jaringan hati –disebut

9
hipnosit. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan malaria relapse. Pada

penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya

tahan tubuh menurun misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau

perubahan iklim (musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang

untuk melanjutkan siklus parasit dari sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang

berparasit pecah akan timbul kembali gejala penyakit. Misalnya 1 – 2 tahun

sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, bila

kemudia mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul

kembali sekalipun yang bersangkutan tidak digigit oleh nyamuk anopheles.

Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati Pemeriksaan sediaan darah (SD)

positif P. vivax/ovale.4

Gambar 3. Siklus hidup Plasmodium pada Manusia

10
Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain

dan menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung,

yang mengakibatkan terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium

Falciparum dalam jaringan yang mengandung parasit tua – bila jaringan

tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut sekustrasi. Pada penderita

malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi karena

telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral

mencapai 20-50% hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan

gejala sisa neurologis (sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil

dapat terjadi sekuel.Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila

dilakukan pemeriksaan Pemeriksaan sediaan darah (SD) sering dijumpai

Pemeriksaan sediaan darah (SD) positif tanpa gejala klinis pada lebih dari

60%penduduk.4

2.5 Gejala Klinis

Gejala klinis malaria merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosis

malaria. Manifestasi klinis malaria sangat khas dengan adanya serangan

demam yang intermitten, anemia dan splenomegali. Penyakit ini cenderung

untuk beralih dari demam akut ke keadaan menahun. Selama stadium akut

terdapat masa demam yang intermitten. Sedangkan pada infeksi oleh

plasmodium vivax, panas bersifat ireguler, kadang-kadang remiten atau

intermiten. Dalam stadium menahun berikutnya terdapat masa laten yang

diselingi kambuh beberapa kali. Kambuhnya penyakit ini sangat mirip dengan

11
serangan pertama. Sementara itu rekrudensi sering terjadi pada infeksi yang

disebabkan plasmodium malariae.5

2.6 Diagnosis

Diagnosis malaria umumnya didasarkan pada manifestasi klinis

(termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit

(plasmodium) dalam darah penderita. Manifestasi klinis demam malaria

seringkali tidak khas dan menyerupai penyakit infeksi lain seperti demam

dengue dan demam tifoid, sehingga sulit dilakukan diagnosa dengan

mengandalkan pengamatan secara klinis saja, namun perlu dilakukan

pemeriksaan laboratorium untuk menunjang diagnosis malaria sedini

mungkin.5

2.6.1 Anamnesis

Keluhan utama dapat meliputi demam, menggigil, dapat disertai sakit

kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal. Riwayat

berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke daerah endemik malaria.

Riwayat tinggal didaerah endemik malaria. Riwayat sakit malaria. Riwayat

minum obat malaria satu bulan terakhir. Gejala klinis pada anak dapat tidak

jelas. Riwayat mendapat transfusi darah. Selain hal-hal tadi, pada pasien

penderita malaria berat, dapat ditemukan keadaan seperti Gangguan

kesadaran dalam berbagai derajat, Keadaan umum yang lemah, Kejang-

12
kejang, Panas sangat tinggi, Mata dan tubuh kuning, Perdarahan hidung, gusi,

tau saluran cerna, Nafas cepat (sesak napas), Muntah terus menerus dan tidak

dapat makan minum, Warna air seni seperti the pekat dan dapat sampai

kehitaman, Jumlah air seni kurang bahkan sampai tidak ada dan Telapak

tangan sangat pucat.4

2.6.2 Pemeriksaan fisis

1) Malaria Ringan

Demam (pengukuran dengan termometer ≥ 37,5°C), Konjungtiva atau

telapak tangan pucat, Pembesaran limpa (splenomegali), dan

Pembesaran hati (hepatomegali).4

2) Malaria Berat

Manifestasi malaria berat dapat disertai berupa penurunan kesadaran,

demam tinggi, ikterik, oliguria, urin berwarna coklat kehitaman (black

water fever), kejang dan sangat lemah (prostration). Pasien malaria

berat harus segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang

memiliki sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk mendapatkan

perawatan lebih lanjut.1

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Diagnose berdasarkan pemeriksaan laboratorium, awalnya hanya

berdasarkan pemeriksaan sediaan darah tepi yang te- lah diwarnai dan

diperiksa dibawah mikroskop. Tujuannya untuk mengetahui keberadaan

13
parasit Plasmodium spp, menentukan spesiesnya serta menghitung

kepadatannya.2

Tapi dengan berkem- bangnya ilmu pengetahuan dan teknologi,

pemeriksaan laboratorium bukan hanya berdasarkan pemeriksaan

mikroskopis, tapi lebih jauh lagi dilakukan dengan pemeriksaan

keberadaan antibodi anti parasit Plasmodium spp yang berdasar- kan

deteksi enzyme-linked immuno- sorbent assays (ELISA) melalui pemerik-

saan polymerase chain reaction (PCR). Bahkan sekarang ini sudah bisa

dilakukan pemeriksaan secara cepat menggunakan rapid diagnostic

test (RDT) untuk mendeteksi keberadaan an- tibodi anti parasit

Plasmodium spp yang bisa dilakukan secara cepat di lapangan. Dari

beberapa jenis pemerik- saan laboratorium, yang dianggap paling baik

sehingga dijadikan sebagai goal standard pemeriksaan laboratorium ma-

laria adalah pemeriksaan secara mikros- kopis.2

2.7 Tatalaksana

Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan

membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun

tujuan pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan

parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Semua obat anti malaria

tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi

lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan

minum obat anti malaria.4

14
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut

kosong karena bersifat iritasi lambung. Dosis pemberian obat berdasarkan

berat badan.1

a. Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks

Pengobatan malaria falsiparum dan malaria vivaks saat ini menggunakan

obat-obat golongan ACT ditambah primakuin. Saat ini ACT yang dipakai

di Indonesia adalah DHP (dihydroartemisinin-piperakuin). Dosis obat

DHP diberikan sama untuk malaria falsiparum dan malaria vivaks. Obat

primakuin untuk malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama

saja, sedangkan malaria vivaks selama 14 hari. Dosis primakuin adalah

0,25 mg/kgBB.1

b. Pengobatan malaria vivaks yang relaps

Dugaan Relaps pada malaria vivaks adalah apabila pemberian primakuin

dosis 0,25 mg/kgBB/hari sudah diminum selama 14 hari dan pasien sakit

kembali dengan parasit positif dalam kurun waktu 4 minggu sampai 52

minggu setelah pengobatan tanpa ada riwayat perjalanan lagi ke daerah

endemis malaria.1

2.8 Pencegahan

Pencegahan terhadap penularan malaria dapat dilakukan secara primer,

sekunder dan tertier, yang dapat diuraikan sebagai berikut :8

1) Pencegahan Primer, yaitu pencegahan yang dilakukan melalui tindakan

terhadap manusia. Yang meliputi:

15
a. Edukasi merupakan faktor terpenting yang harus diberikan kepada

setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di daerah endemis

malaria. Materi penting yang harus disampaikan adalah cara penularan

malaria, risiko penularan malaria, pengenalan gejala dan tanda malaria,

pengobatan malaria, dan upaya menghilangkan tempat perindukan.

b. Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini melalui penyuluhan

kepada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.

c. Proteksi pribadi untuk menghidari gigitan nyamuk dengan

menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan kelambu, memakai

obat penolak nyamuk, menghindari kunjungan pada daerah yang

rawan penularan malaria.

d. Modivikasi perilaku dengan mengurangi aktivitas di luar rumah mulai

senja sampai subuh.

2) Kemopropilaksis (Tindakan terhadap Plasmodium Sp) Kemopropilaksis

merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah risiko jatuh sakit jika

telah didigit nyamuk yang terinfeksi Plasmodium. Pencegahan infeksi

malaria pada pendatang yang berkunjung ke daerah endemis malaria

dilakukan dengan memberikan obat setiap minggunya, dimulai dengan

minum obat 1-2 minggu sebelum berkunjung ke daerah endemis malaria

kemudian dilanjutkan setiap minggu selama dalam perjalanan atau tinggal

di daerah endemis malaria dan selama 4 minggu setelah kembali dari

daerah tersebut.

3) Tindakan terhadap vector

16
a. Pengendalian secara mekanis Pengendalian secara mekanis dilakukan

dengan memusnahkan saranng vektor seperti mengeringkan genangan

air yang menjadi saranng nyamuk, mengurangi kontak nyamuk dengan

manusia misalnya memasang kasa atau kawat pada ventilasi rumah,

b. Pengendalian secara biologis Cara ini dilakukan dengan menggunakan

makhluk hidup yang sifatnya parasitik trhadap nyamuk, atau

penggunaan hewan predator, keuntunngan menerapkan penngendalian

biologis ini adalah terjadinya penurunan populasi nyamuk tanpa

timbulnya gangguan keseimbanngan ekologi. Pengendalian secara

biologi ini dapat dilakukan dengan memelihara ikan pemangsa jentik

nyamuk, melakukan radiasi terhadap nyamuk jantan agar steril

sehingga tidak mampu membuahi. Pengendalian nyamuk dewasa dapat

dilakukan oleh masyarakat yang memiliki ternak seperti kerbau,sapi,

babi, dengan menempatkan kandang di luar lumah, karena nyamuk An.

Aconitus menyukai darah ternak, dengan demikian akan mengurangi

risiko gigitan nyamuk bagi penghuni rumah.

c. Pengendalian secara kimia Pengendalian secara kimia dilakukan

dengan menggunakan insektisida, seperti anti nyamuk bakar, semprot,

repellent.

4) Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder dapat melalui diagnosis dini

yang dilakukan dengan anamnesa yang tepat untuk mengetahui gejala

klinis pada penderita, melakukan pemeriksaan laboratorium, dan

pemeriksaan penunjang.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit

Plasmodium yang ditularkan secara langsung melalui gigitan nyamuk Anopheles

atau secara tidak langsung melalui transfusi darah. Manifestasi klinis yang khas

meliputi demam intermiten, menggigil dan berkeringat. Pemeriksaan fisik dapat

ditemukan demam, konjungtiva dan akral pucat, splenomegali dan hepatomegali.

Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan mikroskopis yang menemukan

parasit malaria. Terapi yang diberikan adalah antimalaria sesuai pedoman yang

dikeluarkan Kementerian Kesehatan RI.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan menteri kesehatan

Republik Indonesia nomor 5 tahun 2013 tentang pedoman tata laksana

malaria. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.

2. Lukman H. 2011. Malaria: Epidemiologi dan Diagnosis. Jurnal Aspirator

3(2): 107-116.

3. Fitriany J, Sabiq A. 2018. Malaria. Jurnal Averrous 4(2): 2-19.

4. Sillehu S, Utami T. Pengrenalan Diagnosis Malaria. Editor: Byba Melda

Suhita. Ponorogo: Forum Ilmiah Kesehatan (FORIKES). 2018.

5. Departemen Kesehatan RepublikIndonesia. Riset kesehatan dasar 2010.

Jakarta: Depkes RI; 2010.

6. Aminake MN, Pradel G. Antimalarial drugsresistance in

Plasmodiumfalciparumandthe current strategies to overcomethem. Dalam:

Mendez-Vilas A, editor. Microbial pathogens and strategies for

combatingthem: science, technology andeducation. Spain: Formatex

Research Center; 2013.

19
7. Elyazar IRR, Gething PW, Patil AP, RogayahH, Kusriastuti R, Wismarini

DM, et al., Plasmodium falciparummalariaendemicity in Indonesia in

2010. PLoSOne.2011; 6:e21315.

8. Fani Nur F. 2015. Malaria Falciparum pada Anak. J Agromed Unila 2(3):

212-215

20

Anda mungkin juga menyukai