PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Genus Plasmodium
yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat
yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil, serta dapat menurunkan
produktivitas kerja. 300-500 juta penduduk dunia menderita malaria setiap tahunnya, 23 juta
diantaranya tinggal di daerah endemis tinggi di benua afrika. Sebanyak 1,5-2,7 juta jiwa
meninggal setiap tahunnya terutama terjadi pada anak-anak dan ibu hamil.
Kejadian malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu host (manusia dan nyamuk),
terhadap ada tidaknya malaria pada suatu daerah. Tingginya penularan malaria disebabkan
karena adanya tempat perindukan nyamuk berupa rawa dan genangan air di got, kebiasaan
penduduk tidur tanpa menggunakan kelambu, serta kepatuhan masyarakat akan minum obat
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman masyarakat di daerah
tropis dan subtropis terutama pada bayi, anak balita dan ibu melahirkan. Diseluruh dunia setiap
bulan ditemukan 500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1 juta orang meninggal dunia
(Teukuputra,2011).
Di Indonesia malaria menjadi salah satu penyakit menular utama khususnya di beberapa
wilayah yang dinyatakan masih endemis. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 2 juta kasus malaria
klinis, sedangkan tahun 2007 menjadi 1,75 juta kasus. Jumlah penderita positif malaria tahun
2006 sekitar 350 ribu kasus dan pada tahun 2007 sekitar 311 ribu kasus. (lukman,2011). Menurut
1
hasil survai kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 2001, 70 juta tinggal diendemik malaria dan
56,3 juta penduduk diantaranya tinggal diendemi malaria sedang sampai tinggi dengan 15 juta
Laporan WHO tahun 2005 menyebutkan, di seluruh dunia jumlah kasus baru malaria
berkisar 300-500 juta orang dengan kematian 2,7 juta orang/tahun, sebagian besar anak-anak di
bawah lima tahun yang merupakan kelompok paling rentan terhadap penyakit dan kematian
akibat malaria dengan jumlah Negara endemis malaria pada tahun 2004 sebanyak 107 negara
(Lukman,2011).
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, insiden malaria berdasarkan diagnosis sebesar
0,35% atau 3,5 per 1.000 penduduk. Pada survei ini tiga provinsi dengan insiden tertinggi sama
dengan hasil laporan rutin yaitu Papua (6,1%), Papua Barat (4,5%) dan Nusa Tenggara Timur
(2,6%). Sementara insiden malaria berdasarkan diagnosis/gejala sebesar 1,9% atau 19 per 1.000
Di Papua, malaria masih merupakan masalah utama bagi kesehatan masyarakat, karena
Papua merupakan daerah endemis tinggi. Menurut Data dan Informasi Kementrian Kesehatan
menyebutkan bahwa di Papua pada tahun 2016 lalu telah terjadi 128.066 kasus malaria. Selain
itu, jumlah kabupaten/kota dengan API <1/1.000 penduduk di provinsi Papua masih nol
Berdasarkan hal tersebut maka kami menulis makalah tentang bagaimana karakteristik
penderita malaria dari bulan Maret 2018 hingga bulan Maret tahun 2019 di wilayah kerja
Puskesmas Abepura?
2
1.2 Tujuan Umum
malaria.
terutama.
Universitas Cenderawasih.
3
1.3.4 Bagi Peneliti
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Definisi
Malaria adalah suatu penyakit akut maupun kronik, yang disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium dengan manifestasi klinis berupa demam, anemia dan pembesaran
limpa. Sedangkan menurut ahli lain malaria merupakan suatu penyakit infeksi akut
maupun kronik yang disebakan oleh infeksi Plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalam darah, dengan gejala demam,
2.2 Epidemiologi
1) Orang
penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di wilayah Timur.
Epidemiologi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah dengan angka kematian
yang lebih tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa. Namun
seluruh kelompok umur, dan lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingkan jenis
kelamin perempuan.
2) Tempat
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS (Argentina).
Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut mati
dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax
5
mempunyai distribusi geografis yang paling luas, mulai dari daerah beriklim dingin,
subtropik sampai kedaerah tropik. Malaria di suatu daerah dikatakan endemik apabila
kesakitannya yang disebabkan oleh infeksi alamiah, kurang lebih konstan selama
beberapa tahun berturut-turut. Berdasarkan hasil Spleen Rate (SR), yaitu persentase
penduduk yang limpanya membesar dari seluruh penduduk yang diperiksa pada
kelompok umur 2-9 tahun, suatu daerah dapat diklasifikasikan menjadi 4 tingkat
endemisitas :
2. Mesoendemik SR 11-50%
6
Gambar 2.1 Peta Distribusi Penderita Malaria (Global)
Gambar 2.2 Peta Endemisitas Malaria di Indonesia tahun 2014 dan 2015
jumlah yang sangat tajam daerah endemis tinggi dari 17,4% pada tahun 2011 menjadi
8,8% pada tahun 2015. Dan daerah endemis sedang juga menurun dari 18,6% tahun
2011 menjadi 17% pada tahun 2015, serta daerah endemis rendah juga mengalami
menurun yang tajam dari 42,8% pada tahun 2011 menjadi 28,8% pada tahun 2015.
Sebaliknya daerah bebas malaria mengalami peningkatan dari 21,5% pada tahun 2011
menjadi 45,4% pada tahun 2015. Pada RPJM 2015-2019 indikator yang pakai adalah
jumlah kumulatif kabupaten/kota mencapai status eliminasi. Saat ini terdapat 232
kabupaten/kota yang telah mencapai status eliminasi dari 225 kabupaten/kota yang
Angka kesakitan malaria pada tahun 2012 mengalami kenaikan kasus bila
dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu dari 19,550 kasus (18,37%) menjadi 23,195 kasus
(20,93%) tahun 2012 dan menempati posisi kedua setelah penyakit SPBA dengan jumlah
7
kasus 41,514 kasus (37,49%) serta diikuti kasus-kaus lain seperti ; penyakit pada sistem
otot dan jaringan pengikat 11,309 kasus (10,21%) penyakit kulit 10,029 kasus (9,05%),
gastritis 5,143 kasus (5,0%) Diare dengan jumlah 4.974 kasus (4,49%), kecelakaan 3,187
kasus (2,88%), hipertensi 1,504 kasus (1,36%), konjungtivitis jumlah 1.056 kasus
(0,95%) dan skabies dengan jumlah 1,38 kasus (0,94%). Angka kesakitan malaria yang
dinialai menggunakan API (Annual Parasite incidence) per 1.000 penduduk di provinsi
papua tahun 2011 sebesar 58 pada tahun 2012 meningkat menjadi 77, API tertinggi
terdapat di kabupaten keerom (554) dan menyusul kebupaten Mimika (502) dan
Dogiyai.
3) Waktu
Menurut data Profil Dinkes Kota Jayapura Tahun 2016, terjadi kasus malaria positif
malaria sebanyak 6.060 penderita. Menurut data laporan bulanan malaria di Wilayah
Kerja Puskesmas Abepura Distrik Heram jumlah kasus postif malaria sebanyak 896
penderita.
b. Determinan Malaria
Dalam epidemiologi selalu ada 3 faktor yang diselidiki : Host (umumnya manusia),
Host
8
Agent Environment
Gambar 2.3 Model Epidemiologi Tentang Kesehatan dan Penyakit
1. Faktor Host
Penyakit malaria mempunyai keunikan karena ada 2 macam host yakni manusia
sebagai host intermediate (dimana siklus aseksual parasit terjadi) dan nyamuk Anopheles
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena
malaria. Setiap orang rentan terhadap penularan kecuali pada mereka yang
mempunyai galur genetika spesifik. Toleransi atau daya tahan terhadap munculnya
gejala klinis ditemukan pada penduduk dewasa yang tinggal di daerah endemis
alamiah dan kekebalan yang didapat. Kekebalan alamiah timbul tanpa memerlukan
infeksi lebih dahulu. Kekebalan yang didapat ada yang merupakan kekebalan aktif
sebagai akibat dari infeksi sebelumnya atau vaksinasi, dan ada juga kekebalan pasif
didapat melalui pemindahan antibodi dari ibu kepada anak atau pemberian serum
9
(2) Umur dan Jenis Kelamin
Perbedaan angka kesakitan malaria pada laki-laki dan wanita atau pada berbagai
istirahat (di luar atau dalam rumah), tempat menggigit (di luar atau dalam
mengigit satu orang setiap kali mengisap darah, berbeda dengan nyamuk
vektor.
10
Nyamuk yang terlalu banyak parasit dalam perutnya tentu bisa melebihi
2. Faktor Agent
Parasit adalah suatu istilah yang diberikan kepada mahluk hidup baik tumbuhan
atau binatang yang menumpang pada mahluk hidup lain (induk semang) dan dalam
kehidupannya merugikan induk semangnya tersebut . Untuk hidup dan berkembang biak
parasit ini mengambil makanan dari dalam tubuh induk semangnya, sehingga induk
adalah Plasmodium spp. yaitu binatang bersel satu (protozoa) yang termasuk genus
darah merah (SDM) tempat ia hidup sehingga induk semangnya (penderita) mengalami
anemia dan gangguan lainnya. Plasmodium sebagai parasit malaria baru ditemukan pada
11
seorangpenderitamalaria. Kemudian diketahui oleh Ross pada tahun 1897 bahwa malaria
Secara keseluruhan Plasmodium terdiri dari 12 sub genera. Dari kedua belas sub
genera tersebut, hanya tiga sub genera yang menjadi parasit pada mamalia termasuk
manusia yaitu sub genera Plasmodium, sub generaLaverinia , dan subgenera Vinckeria .
Lima sub genera menjadi parasit pada reptilia dan empat sub genera lagi hidup pada
burung (Aves).
terdiri dari spesies P. vivax, P. ovale, dan P. malariae . Sub generaLaverinia terdiri dari
P.reichenowi, P. schwetzi , dan P. rhodaini tidak menjadi parasit padamanusia tapi pada
mamalia lain.
Di Indonesia, spesies Plasmodium yang hidup pada manusia yang dominan adalah
a. Pembiakan seksual.
Pembiakan ini terjadi di dalam tubuh nyamuk melalui proses sporogoni. Bila
bersama darah penderita, maka proses perkawinan antara kedua sel kelamin itu a kan
terjadi. Dari proses ini akan terbentuk zigot t yang kemudian akan berubah menjadi
12
ookinet dan selanjutnya menjadi ookista .Terakhir ookista pecah dan membentuk
sporozoit yang tinggal dalam kelenjarludah vektor. Perubahan dari mikrogametosit dan
makrogametosit sampai menjadi sporozoit di dalam kelenjar ludah vektor disebut masa
ookista adalah30 -40 butir dan siklus sporogoni selama 8 - 9 hari; sporozoit P. falci-
parum adalah 10-12 butir dan siklus sporogoni selama 10 hari, P.malariae adalah 6-8
b. Pembiakan aseksual
menjad 2,4,8, dan seterusnya sampai batas tertentu tergantung pada spesies
kepada setiap inti dan terjadilah sel baru yang disebut merozoit. Dengan adanya proses -
proses pertumbuhan dan pembiakan aseksual di dalam sel darah merah manusia, maka
dikenal ada tiga tingkatan (stadium) Plasmodium yaitu (1) stadium tropozoit,
Plasmodium ada dalam proses pertumbuhan, stadium schizon, Plasmodium ada dalam
proses pembiakan, (3). stadiumgametosit, Plasmodium ada dalam proses pembentukan sel
kelamin .
Karena dalam setiap stadium terjadi proses, maka morfologi parasit juga mengalami
perubahan. Dengan demikian, maka dalam stadium itu sendiri terdapat tingkatan umur
13
yaitu tropozoit muda, tropozoit setengah dewasa, tropozoit dewasa, sizon muda, schizon
tua, schizon matang, gametosit muda, gametosit tua, dan gametosit matang.
Jumlah merozoit dan schizon yang dihasilkan oleh satu sel sporozoit, tidak sama
sizon dewasa sebanyak 32 dan lama siklusnya 24 jam; artinya reproduksi tinggi dan cepat
sehingga kepadatan tropozoit pada darah sangat tinggi. Jumlah merozoit P .vivaxdan P.
ovale sebanyak 16 dan lama siklusnya 48 jam, artinya reproduksi rendah dan lebih lambat
sehingga kepadatan tropozoit pada darah sering rendah. Sedangkan jumlah merozoit P.
malariae sebanyak 8 danlama siklusnya 72 jam, artinya reproduksi lebih rendah dan lebih
14
Fase eritrositik dimulai saat merozoit dari hati menginvasi sel darah merah.Di
dalam eritrosit, parasit ini bertransformasi menjadi bentuk cincin yang kemudian
kemudian ruptur dan mengeluarkan eritrositik merozoit, yang secara klinis ditandai
dengan demam. Beberapa dari merozoit ini berkembang menjadi gametosit jantan dan
jantan dan gametosit betina ini dicerna oleh nyamuk Anopheles betina saat mengisap
darah dari manusia.Dalam perut nyamuk, gametosit jantan dan betina ini bergabung
lambung nyamuk. Pada dinding luar, nyamuk ookinet akan menjadi ookista dan
selanjutnya menjadi sporozoit. Sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke
Karena perbedaan proses perkembangan, maka masa tunas atau pre paten atau masa
berbeda. P. falciparum selama 9-14 hari, P. vivax selama 12-17 hari, dan P. malariae 18
hari.
a. Plasmodium falciparum
malaria berat/malaria otak yang fatal, gejala serangnya timbul berselang setiap dua
b. Plasmodium vivax
15
Penyebab penyakit malaria tertiana yang gejala serangannya timbul berselang
c. Plasmodium malariae
d. Plasmodium ovale
Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat,
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium.
banyak dua jenis parasit, yakni campuran antara P. falciparum dengan P. vivax
(inkubasi ekstrinsik) yaitu periode mulai nyamuk mengisap gamet pada darah manusia,
kemudian berkembang menjadi sporozoit yang berkumpul da-lam kelenjar ludah nyamuk
waktu lebih dari 2 minggu tergantung dari spesies Plasmodium.Spesies anopheles yang
menjadi vektor malaria adalah apabila anggota populasi berumur cukup panjang, kontak
dengan manusia cukup tinggi, dan merupakan jenis yang dominan di lokasi yang
bersangkutan.
16
Di Indonesia dijumpai lebih dari 90 spesies anopheles spp. dan yang telah diketahui
menjadi vektor adalah sebanyak 18 spesies. Yang paling dikenal adalah An .sundaicus,
dalam air dan tingkatan di luar air yaitu di darat dan udara.Tingkatan dalam air dimulai
dari telur yang umurnya satu atau dua hari yang kemudian menetas jadi jentik.Jentik
yang baru keluar dari telur, sangat halus seperti jarum.Dalam pertum-buhannya, jentik
nyamuk mengalami pelepasan kulit sebanyak empat kali (maka dikenal Stadium I
sampai IV).Waktu yang diperlukan untuk pertum-buhan jentik antara 8-10 hari
tergantung pada suhu, keadaan makanan serta spesies. Dari jentik akan tumbuh menjadi
kepompong (pupa) yang merupakan stadium istirahat dan tidak makan. Pada tingkatan
ini akan dibentuk alat-alat tubuh nyamuk dewasa serta alat kelamin. Tingkatan
kepompong ini memakan waktu sampai dua hari. Setelah itu nyamuk akan menjadi
17
Gambar 2.3 Siklus Hidup Nyamuk
air). Lingkungan kimiawi (kadar garam, pH) dan lingkungan biologik (tumbuhan bakau,
Dalam kehidupannya, ada tiga macam tempat dan jenis perilaku yang diperlukan
nyamuk yaitu tempat dan perilaku berkembang biak, tempat dan perilaku mencari darah
18
Pantai
Daerah pantai dengan karakteristik airnya payau, kelembaban tinggi serta sinar
matahari langsung, biasanya disenangi oleh spesies An. sundaicus dan An.
subpictus.Disamping itu ada pula spesies lain yang ditemukan seperti An. barbirostris,
An. vagus. An.kochi dll .Tapi yang dominan dan biasanya menjadi vektor di daerah ini
Sawah
Karakteristik daerah seperti ini adalah airnya tawar dan tersedia sepanjang tahun,
sinar matahari tidak langsung mengenai air, kelembaban tinggi dan suhu stabil .
pegunun-gan airnya bersumber dari mata air yang ada sepanjang tahun.
Di daerah seperti ini spesies Anopheles yang dominan ada lah An. aconitus di
samping itu juga biasa ditemukan An. barbirostris, An. vagus, An. kochi dll .Di samping
di sawah, An. aconitus juga bisa berkembang biak di aliran sungai irigasi yang berasal
dari mata air yang sisinya ditumbuhi rumput .Kepadatan nyamuk tertinggi, biasanya
terjadi pada saat tanaman padi mulai berusia 50 hari sampai panen tiba, pada saat
Daerah pegunungan
Karakteristik daerah seperti ini adalah airnya jernih dan tawar, kelembaban tinggi
.Perairan yang dijadikan tempat perindukan adalah tepi danau yang terlindung, mata air
yang terlindung serta kobakan yang ada di dasar sungai pada musim kemarau.Populasi
Anopheles yang dominan di daerah ini adalah An.maculatus. Di samping itu juga bisa
ditemukan An. philipinensis, An. ramsayi, An. annularis, An. barbirostris dll .Kepadatan
19
nyamuk tertinggi biasanya terjadi pada musim kemarau ketika air danau dan mata air
volumenya berkurang dan debitnya mengecil . Juga dasar sungai pegunungan biasanya
Hutan
Karakteristik daerah ini adalah lembab dan suhu rendah.Air yang dijadikan tempat
perindukan biasanya berasal dari air hujan yang tergenang pada lubang di tanah bekas
kaki binatang.Karena itu kepadatan tertinggi dari daerah ini biasanya terjadi pada musim
3. Faktor Environment
biak dengan baik bila lingkungannya sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh
nyamuk tidak sama tiap jenis/spesies nyamuk. Nyamuk Anopheles conitus cocok pada
daerah perbukitan dengan sawah non teknis berteras, saluran air yang banyak ditumbuhi
rumput yang menghambat aliran air. Nyamuk Anopheles balabacensis cocok pada daerah
perbukitan yang banyak terdapat hutan dan perkebunan. Jenis nyamuk Anopheles
maculatus dan Anopheles balabacensis sangat cocok berkembang biak pada tempat
genangan air seperti bekas jejak kaki, bekas jejak roda kendaraan dan bekas lubang
galian.
Faktor lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan dimana manusia dan nyamuk
berada, lingkungan tersebut terbagi atas lingkungan fisik, lingkungan kimia, lingkungan
20
1. Suhu udara, sangat mempengaruhi panjang pendeknya siklus sporogoni atau
masa inkubasi ekstrinsik. Makin tinggi suhu (sampai batas tertentu) makin
berkembangbiakan Anopheles.
berbeda-beda.
6. Arus air, An. barbirostris menyukai tempat perindukan dengan air yang statis
atau mengalir sedikit, sedangkan An. minimus menyukai aliran air cukup
deras.
b. Lingkungan kimiawi, dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah
dapat menghalangi sinar matahari yang masuk atau melindungi dari serangan
d. Lingkungan sosial budaya, kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut
luar rumah) dan eksofagik (lebih suka menggigit di luar rumah) akan
21
repellent akan mempengaruhi angka kesakitan malaria dan pembukaan lahan
breeding places).
Karena itu, penularan malaria dipengaruhi oleh keberadaan dan fluktuasi populasi
vektor (penular yaitu nyamuk Anopheles spp), yang salah satunya dipengaruhi oleh
intensitas curah hujan, serta sumber parasit Plasmodium spp atau penderita di samping
adanya host yang rentan.Sumber parasit Plasmodium spp. adalah host yang menjadi
penderita positif malaria.Tapi di daerah endemis malaria tinggi, seringkali gejala klinis
pada penderita tidak muncul (tidak ada gejala klinis) meskipun parasit terus hidup di
dalam tubuhnya. Ini disebabkan adanya perubahan tingkat resistensi manusia terhadap
parasit malaria sebagai akibat tingginya frekuensi kontak dengan parasit, bahkan di
beberapa negara terjadinya kekebalan ada yang diturunkan melalui mutasi genetik.
Keadaan ini akan mengakibatkan penderita carrier (pembawa penyakit) atau penderita
malaria tanpa gejala klinis (asymptomatic), setiap saat bisa menularkan parasit kepada
orang lain, sehingga kasus baru bahkan kejadian luar biasa (KLB) malaria bisa terjadi
pada waktu yang tidak terduga. Selain penularan secara alamiah, malaria juga bisa
ditularkan melalui transfusi darah atau transplasenta dari ibu hamil ke bayi
yangdikandungnya.
Kejadian luar biasa (KLB) ditandai dengan peningkatan kasus yang disebabkan
adanya peningkatan populasi vektor sehingga transmisi malaria meningkat dan jumlah
perubahan lingkungan yang berkaitan dengan tempat perindukan potensial seperti luas
22
kepadatan larva.Untuk mencegah KLB malaria, maka peningkatan vektor perlu diketahui
gigitan nyamuk Anopheles spp, kurang lebih dalamwaktu 30 menit akan sampai ke dalam
sel hati . Selanjutnya akan melakukan siklus dalam sel hati dengan berubah dari sporozoit
menjadi schizon hati muda, kemudian tua dan matang. Selanjutnya schizon hati yang
2.3 Etiologi
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
Phylum apicomplexan.
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan
pada tubuh nyamuk Anopheles betina.Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium
yang menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang
primata).
Sementara itu terdapat empat plasmodium yang dapat menginfeksi manusia, yang
sering dijumpai Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana dan Plasmodium
dilaporkan dijumpai di Irian Jaya, pulau Timor, dan pulau Owi (utara Irian Jaya). Sejak
23
tahun 2004 telah dilaporkan munculnya malaria baru dikenal sebagai malaria ke-5 (the
fifth malaria) yang disebabkan oleh Plasmodium knowlesi yang sebelumnya menginfeksi
(Harijanto,2014).
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara parasit, inang dan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak sebanding dengan
ini diduga akibat adanya toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan
sebagian eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain yang
(Rampengan, 2000).
pecah.Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi.Pada malaria kronis
24
parasit.Perubahan tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,
falciparum pada reseptor di bagian endotelium venule dan kapiler.Selain itu eritrosit juga
dapat melekat pada eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset (Harijanto,
2014).
mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh sekitar 10 atau lebih eritrosit non
parasit, sehingga berbentu seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan darah A dan B
yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan eritrosit yang tidak terinfeksi
(Harijanto,2014)
1. Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit tetapi juga terhadap
eritrosit yang tidak mengandung parasit sehingga menimbulkan anemia dan hipoksemia
jaringan. Pada hemolisis intravascular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (black
2. Mediator endotoksin-makrofag
25
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu makrofag yang
dari saluran cerna dan parasit malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor
(TNF) yang merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia dan
hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat menimbulkan demam,
antibodi malaria dan berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung parasit
terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni berlangsung di sirkulasi alat
dalam. Eritrosit yang terinfeksi menempel pada endothelium dan membentuk gumpalan
yang mengandung kapiler yang bocor dan menimbulkan anoksia dan edema
jaringan(Pribadi,2000).
2.5 Klasifikasi
dan penderita tidak ada gejala/keluhan.Penderita ini biasanya ditemukan pada waktu
survailens dan dijumpai pada orang yang di daerah hiperendemik.Penderita ini dengan
imunitas yang tinggi sehingga adanya parasit dalam darahnya tidak memberi gejala.Bila
dijumpai kasus seperti ini penderita harus tetap diberikan obat anti-malaria.
26
Ditemukannya parasit bentuk aseksual dari seorang penderita disertai dengan
gejala-gejala klinis malaria.Gejala dapat klasik maupun tidak klasik.Pada penderita ini
sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada pendatang dan ibu
hamil.Kompikasi terjadi 5-10% pada seluruh penderita malaria yang dirawat di RS dan
20% nya merupakan kasus yang fatal. Penderita malaria berat yang menurut WHO
diidentifikasikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi berikut :
1. Malaria serebral : penurunan kesadaran (koma) yang tidak disebabkan oleh penyakit
lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang, derajat penurunan kesadaran
2. Acidemia/acidosis: pH <7,25 atau plasma bikarbonat <15 mmol/L kadar laktat vena
4. Gagal ginjal akut (urin kurang dari 400 ml/24 jam pada orang dewasa atau 12
ml/kgBB pada anak-anak setelah dilakukan rehidrasi, disertai kreatinin >3 mg%
27
8. Gagal sirkulasi atau syok : tekanan sistolik, <70mmHg (anak 1-5 tahun
derajat celcius
9. Perdarahan spontan
12. Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti
13. Diagnosis post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh
Beberapa keadaan lain yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan
1. Gangguan kesadaran ringan (GCS <15) di Indonesia sering dengan keadaan delirium
(Harijanto, 2014)
transmisi infeksi malaria. Berat/ringannya infeksi dipengaruhi oleh jenis plasmodium (P.
28
falciparum sering memberikan komplikasi), daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap
pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih berat), ada dugaan konstitusi genetic,
2014)
Dikenal 5 jenis plasmodium yang menginfeksi manusia yaitu P. vivax yang paling
komplikasi dan mempunyai perjalanan klinis yang cukup serius, mudah resisten dengan
quartana/malariae, P. ovale dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, memberikan
infeksi yang paling ringan dan sering sembuh spontan tanpa pengobatan dan
29
menyebabkan malaria ovale, P. knowlesi dilaporkan pertama kali di Serawak sering
didiagnosa sebagai P. malariae dan dapat menyebabkan malaria berat (Harijanto, 2014).
kelesuan, malaise, sakit kepala, sakit punggung, nyeri sendi dan tulang, demam ringan,
anoreksia, sakit perut, diare ringan dan kadang-kadang dingin. Keluhan prodromal sering
terjadi pada P. vivax dan P. ovale, sedang pada P. falciparum dan malariae keluhan
Gejala yang klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan: periode dingin
(15-60 menit): mulai menggigil, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi geligi saling
terantuk, diikuti dengan meningkatnya temperature, diikuti dengan periode panas: muka
penderita merah, nadi cepat, dan suhu badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan
temperature turun dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada
infeksi P. vivaks, pada P. falciparum menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak
ada. Periode tidak panas berlangsung 12 jam pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax
dan P. ovale, 60 jam pada P. malariae. Timbulnya gejala trias malaria ini juga
Anemia merupakan gejala yang sering dijumpai pada infeksi malaria. Beberapa
30
sementara eritropoiesis, hemolysis oleh karena kompleks imun yang diperantarai
sitokin. Pembesaran limpa (splenomegaly) sering dijumpai pada malaria, limpa akan
teraba setelah 3 hari dari serangan infeksi akut, limpa menjadi bengkak, nyeri dan
hiperemis. Limpa merupakan organ yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap
eritrosit yang terinfeksi melalui perubahan metabolism, antigenic dan rheological dari
Serangan primer: mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan
paroksismal ini dapat pendek atau panjang tergantung dari jumlah parasite dan keadaan
Pariode latent: periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya
infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal (Harijanto, 2014).
gejala klinik sesudah periode laten dari serangan primer. Sering disebut relaps waktu
31
Relaps atau Rechute: berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama
dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer atau setelah periode yang lama
dari masa laten (sampai 5 tahun) biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh
bentuk diluar eritrosit (hati) pada malaria vivaks atau ovale (Harijanto, 2014).
Masa inkubasi 12-17 hari, bias lebih panjang 12-20 hari.Pada hari pertama panas
irregular, kadang-kadang remiten atau intermiten, pada saat tersebut perasaan dingin atau
menggigil jarang terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan periodik
setiap 48 jam dengan gejala klasik trias malaria. Serangan paroksismal biasanya terjadi
waktu sore hari.Kepadatan parasite mencapai maksimal dalam waktu 7-14 hari
(Harijanto, 2014).
Pada minggu kedua limpa mulai teraba.Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari,
limpa masih dapat membesar dan panas masih berlangsung.Pada akhir minggu kelima
panas mulai turun.Pada malaria vivaks, limpa dapat membesar sampai derajat 4 atau 5
hipoalbuminemia. Malaria vivaks sering menyebabkan relaps. Pada penderita yang semi-
imun infeksi malaria vivaks tidak spesifik dan ringan saja; parasitemia hanya rendah;
kloroquin pada malaria vivaks juga dilaporkan di Irian Jaya dan didaerah lainnya
(Sumatera).Relaps sering terjadi karena keluarnya bentuk hipnozoit yang tertinggal dihati
pada saat stastus imun tubuh menurun.Malaria vivaks saat ini dapat juga berkembang
32
menjadi malaria berat dan memberikan komplikasi seperti gagal pernafasan, malaria
Masa inkubasi 18-40 hari.Manifestasi klinik seperti pada malaria vivaks hanya
berlangsung lebih ringan, anemia jarang terjadi, splenomegaly sering dijumpai walaupun
ringan.Serangan paroksismal terjadi tiap 3-4 hari biasanya pada waktu sore dan
pada anak-anak di Afrika. Diduga komplikasi ginjal disebabkan oleh karena deposit
kompleks imun pada glomerulus ginjal. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan IgM
prognosisnya jelek, respon terhadap pengobatan anti malaria tidak menolong, diet kurang
garan dan tinggi protein dan diuretic boleh dicoba, steroid tidak berguna. Pengobatan
dengan azatioprin dengan dosis 2-2,5 mg/kgBB selama 12 bulan tampaknya memberikan
hasil yang baik; siklofosfamid lebih sering memberikan efek toksik. Rekrudesensi sering
terjadi pada P. malaria, parasite dapat bertahan lama dalam darah perifer, sedangkan
bentuk diluar eritrosit (dihati) tidak terjadi pada P. malariae (Harijanto, 2014).
Masa inkubasi 11-16 hari, serangan paroksismal 3-4 hari terjadi pada malam hari
dan jarang lebih dari 10 kali walaupun tanpa terapi. Apabila terjadi infeksi campuran
dengan plasmodium lain, maka P. ovale tidak akan tampak didarah tepi, tetapi
33
plasmodium yang lain yang akan ditemukan. Gejala klinis hampir sama dengan malaria
vivaks, lebih ringan, puncak panas lebih rendah dan berlangsung lebih pendek dan dapat
sembuh spontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi dan splenomegaly
Malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang
cepat, dan parasitemia yang tinggi dan menyerang semua bentuk eritrosit.Gejala
prodromal yang sering dijumpai yaitu sakit kepala, nyeri punggung/nyeri tungkai, lesu,
perasaan dingin, mual, muntah, dan diare.Panas biasanya ireguler dan tidak periodic,
sering terjadi hiperpireksia dengan temperature diatas 40 oC. Gejala lain berupa konvulsi,
pneumonia aspirasi dan banyak keringat walaupun temperature normal. Apabila infeksi
memberat nadi cepat, nausea, muntah, diarea menjadi berat dan diikuti kelainan paru
(batuk).Splenomegaly dijumpai lebih sering dari hepatomegaly dan nyeri pada perabaan;
dapat disertai timbulnya icterus.Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin dan
(Harijanto, 2014).
Sejak dipublikasikan tahun 2004 sebagai hasil study retrospektif terhadap adanya
ini dikenal sebagai Simian malaria yang menginfeksi kera berekor panjang dikenal
34
sebagai Maccaca fascicularis, M. nemestrina dan juga Presbytis femoralis.Selain di
Myanmar.Di Indonesia juga pernah dilaporkan penderita dari Kalimantan. Sebagai vector
utama ialah Anopheles cracens, An. Latens, An. Balabacencis. Malaria ini sering
didiagnosa sebagai P. malariae yang tidak klasik karena gejala panas lebih dominan,
dengan puncak panas tiap hari, kadang dengan 2 puncak. Mempunyai siklus aseksual tiap
24 jam dan masa inkubasi eksperimental 9-12 hari. Sering dijumpai gejala nyeri abdomen
berat dapat terjadi berupa penurunan kesadaran, hipotensi, gagal ginjal, ikterik, gagal
pernafasan dan menyebabkan kematian.Diagnosa pasti malaria knowlesi saat ini dengan
mikroskopik. Gejala klinis saja sering bervariasi dan tidak spesifik sehingga penegakkan
riwayat/anamnesa penderita tentang asal apakah dari daerah endemic malaria, riwayat
diagnosis berdasarkan adanya demam selama 3 hari dan tidak ditemukan penyebab
infeksi lainnya
35
2. Bila penderita risiko malaria tinggi, dan transmisi malaria sangat tinggi, diagnosis
berdasarkan adanya demam satu hari disertai adanya anemia, pada anak sering ditandai
pemeriksaan mikroskopik sebagai standar baku dan bila tidak dimungkinkan dibantu
sangat penting untuk menegakkan diagnosis.Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative
tidak menyingkirkan diagnosis malaria.Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negative
Tetesan preparat darah tebal. Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit
malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Ketebalan
parasite dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandang dengan pembesaran
kuat).Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandang dengan
dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasite per 200 leukosit.Bila
leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasite dikalikan 50 merupakan
36
Hapusan darah tipis.Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan
parasite (parasite count), dapat dilakukan berdasarkan jumlah eritrosit yang mengandung
parasite per 1000 sel darah merah.Bila jumlah parasite >100.000/ul darah menandakan
malaria, walaupun komplikasi juga dapat timbul dengan jumlah parasite yang minimal.
Pengecatan dilakukan dengan cat Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga
Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan
merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik (Harijanto, 2014).
Ada 2 jenis antigen yaitu Histidine Rich Protein II mendeteksi antigen dari P.
falciparum dan antigen terhadap LDH (Laktase Dihidrogenase) yang terdapat pada
plasmodium lainnya.Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan
khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Beberapa tes mendeteksi
antigen spesifik terhadap P. falciparum sedang yang lain deteksi pan-spesifik antigen
(aldolase atau pan-malaria pLDH). Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid
Tes).Karena sensitivitas dan spesivitasnya tinggi, tes ini sangat bermanfaat untuk tes
penyaring dan dapat dipakai sebagai tes deteksi parasite untuk pemberian obat malaria
ACT.Tes ini tidak dapat dipakai untuk monitoring maupun mendeteksi adanya
37
2.7.3 Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai teknik
immuno fluorescent antibody (IFA).Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasite sangat sedikit jumlahnya.Tes ini
kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah 2 minggu
terjadinya infeksi dan menetap 3-6 bulan.Tes ini sangat spesifik dan sensitiv, manfaat tes
serologi terutama untuk digunakan pada penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor
darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru; dan tes > 1:20 dinyatakan positif
terinfeksi. Metode tes serologi lain adalah indirect haemagglutination test, immune-
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu
dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi.Keunggulan tes ini
walaupun jumlah parasite sangat sedikit dapat memberikan hasil positif.Tes ini baru
dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin. Termasuk dalam
(Harijanto, 2014).
Demam merupakan salah satu gejala malaria yang menonjol, yang juga dijumpai
pada hampir semua penyakit infeksi seperti infeksi virus pada system respiratorius,
influenza, bruselosis, demam tifoid, demam dengue, dan infeksi bacterial lainnya seperti
38
pneumonia, ISK, dan tuberculosis.Pada malaria dengan icterus, diagnosis banding adalah
demam tifoid dengan hepatitis, kolesistitis, abses hati dan leptospirosis. Pada malaria
serebral harus dibedakan dengan infeksi pada otak lainnya seperti meningitis, ensefalitis,
2.9 Penatalaksanaan
Pengobatan malaria yang dianjurkan saat ini dengan pemberian ACT. Pemberian
komplikasi diobati dengan pemberian ACT secara oral. Malaria berat diobati dengan
injeksi Artesunat dilanjutkan dengan ACT oral. Disamping itu diberikan primakuin
Pengobatan malaria falsiparum, knowlesi dan vivaks saat ini menggunakan DHP
ditambah primakuin.
Dosis DHP untuk malaria falsiparum, malaria knowlesi sama dengan malaria
vivaks, primakuin untuk malaria falsiparum dan malaria knowlesi hanya diberikan pada
hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB,dan untuk malaria vivaks selama 14 hari
dengan dosis 0,25 mg/kgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia<6 bulan dan
39
Table . Pengobatan Malaria Falsifarum Dan Malaria Knwlesi Menurut Berat Badan
Table. Pengobatan Malaria vivaks Menurut Berat Badan Dengan DHP Dan Primakuin.
Catatan:
berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan
kelompok umur.
b. Apabila ada ketidaksesuaian antara umur dan berat badan (pada tabel
c. Untuk anak dengan obesitas gunakan dosis berdasarkan berat badan ideal.
40
e. Khusus untuk penderita defisiensi enzim G6PD yang dicurigai melalui anamnesis
ada keluhan atau riwayat warna urine coklat kehitaman setelah minum obat
2. Pengobatan malaria vivaks yang relaps (kambuh) diebrikan dengan regimen DHP yang
sama tapi dosis primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari (harus disertai dengan
3. Pengobatan malaria ovale menggunakan DHP yaitu DHP ditambah dengan primakuin
selama 14 hari. Dosis pemberian obatnya sama dengan untuk malaria vivaks.
4. Pengobatan malaria malariae cukup diberikan DHP 1 kali perhari selama 3 hari dengan
dosis yang sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin.
Tabel. Pengobatan Infeksi Campur P.Falciparum, P. Vivax Dan Ovale DHP Dan
Primakuin
41
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP 1/3 ½ ½ 1 11/2 2 3 4 5
1-14 Primakuin - - ¼ ¼ 1/2 3/4 1 1 1
2.10 Komplikasi
1. Malaria serebral
2. Anemia berat
5. Hipoglikemia
7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, alat pencernaan dan atau disertai kelainan
9. Asidemia (pH darah < 7,25) atau asidosis (biknat plasma < 15 mmol/L)
2. 11 Pencegahan
arti turis dosmetik/internasional ataupun pelaku bisnis yang umumnya ialah pendatang
yang tinggal dalam waktu pendek. Sebagian lain ialah pendatang sebagai pekerja ataupun
pendatang yang akan tinggal tetap baik berupa migrasi spontan maupun program
infeksi dari kelompok yang rentan terhadap infeksi malaria dimana umumnya tidak
42
memiliki kekebalan sehingga menifestasi malaria sangat mungkin berlaku berat dan dapat
Umumnya gejala klinis malaria pada pelancong timbul 30 hari setelah kembali dari
perjalanan (95%); akan tetapi dapat terjadi pada kurun waktu 12 hari sampai berbulan-
1. Tingkah laku dan intervensi non-obat: meliputi pengetahuan tentang transmisi malaria
nyamuk.
2. Pemilihan obat kemoprofilaksis tergantung dari pola resistensi daerah kunjungan, usia
3. Obat kemoprofilaksis: yang dapat dipakai sebagai obat pencegahan ialah atovaquone-
proguanil (Malarone), doksisiklin, kloroquine, dan mefloquine. Obat yang ideal adalah
Malarone karena berefek pada parasite yang beredar didarah dan juga yang dihati
karenanya boleh dihentikan 1 minggu setelah selesai perjalanan, sedang obat lain
selesai perjalanan. Malarone dan doksisiklin dapat dimulai 1-2 hari sebelum perjalanan
merupakan obat yang dapat digunakan untuk profilaksis dengan risiko terjadinya
43
profilaksis primakuin. Dapat dimulai 1 hari sebelum berangkat dan 7 hari setelah
Pada daerah dengan resistensi klorokuin dianjurkan doksisiklin 100 mg/hari atau
mefloquin 250 mg/minggu atau klorokuin 2 tab/minggu ditambah proguanil 200 mg/hari.
Obat lain yang dipakai untuk pencegahan yaitu primakuin dosis 0,5 mg/kgBB/hari;
2. Malaria berat, namun pasien harus terlebih dahulu diberi dosis awal Artemisin atau
Artesunat per intramuscular atau intravena dengan dosis awal 3,2 mg/kgBB
2.14 Prognosis
adalah dubia ad bonam.Penyakit ini dapat terjadi kembali apabila daya tahan tubuh
menurun.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif
retrospektif.
45
3.4 Populasi Penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita penyakit malaria yang
penderita.
3.4.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi penderita malaria pada periode
Februari – Juli 2019 sebanyak 896 penderita, dimana terdata yaitu malaria falciparum
Pada penelitian ini menggunakan teknik sampling yaitu Total sampling, Total
sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana jumlah sampel sama dengan
sampling pada penelitian ini adalah semua masyarakat yang terdiagnosis sebagai
penderita penyakit malaria, yang terdata dalam data rekam medik Puskesmas Abepura
frekuensi.
46
F
P= x 100%
N
Keterangan:
F= frekuensi
N= jumlah sampel
ditekankan pada:
1. Anonimity
Untuk privasi penderita maka pada pengambilan data yang diambil tidak dicantumkan
2. Confidentiality
Kerahasiaan informasi atau data yang diberikan oleh pihak Puskesmas kepada peneliti
1. Usia
47
2. Jenis Kelamin
3. Kelurahan
4 Jenis Plasmodium
3.6.1 Usia
Usia adalah selisih antara tanggal pengambilan spesimen darah dengan tanggal lahir
responden. Dalam hal ini usia pasien penderita malaria dalam penelitian ini dibagi
Jenis kelamin adalah ciri khas organ reproduksi yang dimiliki oleh penderita yang
1. Laki-laki
2. Perempuan
3.6.3 Kelurahan
48
Kelurahan adalah tempat penderita tinggal atau berdomisili menetap sesuai yang
3.6.4 Plasmodium
Jenis plasmodium adalah parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk
adalah:
1. Plasmodium falciparum
2. Plasmodium vivax
3. Plasmodium malariae
4. Plasmodium ovale
5. Mixed- malariae
Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara sekunder. Data
sekunder adalah data yang didapatkan dari medical record yang bersumber dari pihak Puskesmas
Abepura.
49
BAB IV
Puskesmas Abepura memiliki luas wilayah ± 382 km2 dimana puskesmas kotaraja
memiliki wilayah kerja terdiri dari 5 (lima) kelurahan di 1 (satu) distrik yaitu:
50
Batas-batas ini dapat dilihat pada peta di bawah ini:
4.1.2 Iklim
Puskesmas Abepura bertempat di daerah kota jayapura yang mana memiliki iklim
tropis. Kota Jayapura memiliki curah hujan yang signifikan, dengan variasi bahkan
selama bulan terkering. Suhu rata-rata di Jayapura adalah 33,9° C. Variasi curah hujan
4.056 mm/th. Curah hujan paling sedikit terlihat pada bulan juli. Rata-rata dalam bulan
ini adalah 211 mm. Pada april presipitasi mencapai puncaknya, denganrat-rata 425 mm.
Suhu tertiggi rata-rata terjadi pada bulan Mei, sekitar 34,4° C, dan Januari menjadi bulan
terdingan dengan suhu rata 33,4° C. Musim hujan dan musim kemarau di kota Jayapura
tidak teratur.
51
penderita malaria di wilayah kerja puskesmas Abepura, Kota Jayapura periode
Februari – Juli 2019. Berikut ini adalah gambaran sampel yang diteliti:
februari-juli 2019
No Kelurahan/ Kampung N %
1. Asano 11 1.22
2. Awiyo 40 4.46
3. Hedam 688 76.78
4. KotaBaru 81 9.04
5. Yobe 59 6.02
6. Luar wilayah 17 1.90
Jumlah 896 100
Berdasarkan tabel 4.2.1 terlihat bahwa penderita malaria yang paling terbanyak
banyak di wilayah kerja Puskesmas Abepura yaitu kelurahan Hedam yaitu sebanyak 688
penderita atau 76.78 %, sedangkan kelurahan Kota Baru sebanyak 81 penderita atau
9.04%, kelurahan Yobe ebanyak 59 penderita atau 6.02%, kelurahan Awiyo sebanyak 40
penderita atau 4.46%, luar wilaya sebanyak 17 penderita atau 1.89%, dan kelurahan
52
No Jenis N %
Kelamin
1. Laki-Laki 543 60.60
2. Perempuan 353 39.40
Jumlah 896 100
Berdasarkan tabel 4.2.2 terlihat bahwa penderita malaria yang paling banyak di
Puskesmas Abepura yaitu penderita yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 543
penderita atau 60.60%, sedangkan penderita yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
No Kelompok N %
. Usia
1. 0-11 5 0.55
Bulan
2. 1-4 tahun 54 6.02
3. 5-9 tahun 93 10.37
4. 10-14 82 9.15
tahun
5. ≥ 15 tahun 662 73.88
Jumlah 896 100
53
Berdasarkan tabel 4.2.3 terlihat bahwa penderita malaria yang paling banyak di
Puskesmas Abepura yaitu penderita yang berusia ≥ 15 tahun sebanyak 662 orang atau
73.88%, di lanjutkan dengan usia 5-9 tahun sebanyak 93 penderita atau 10.37%, usia 10-
14 sebanyak 82 penderita atau 9.15%, usia 1-4 54 penderita atau 6.02%, dan sedangkan
penderita paling sedikit yaitu penderita yang berusia 0-11 bulan sebanyak 5 orang atau
0.55%.
No Jenis N %
. Plasmodium
1. Plasmodium 49 55.13
Falciparum 4
2. PlasmodiumVivax 35 40.06
9
3. Plasmodium 0 0
Malariae
4. PlasmodiumOvale 0 0
5. Mixed 43 4.80
Jumlah 89 100
54
Berdasarkan tabel 4.2.4 terlihat bahwa penderita malaria yang paling banyak di
Puskesmas Abepura yaitu penderita dengan jenis Plasmodium Falciparum sebanyak 494
penderita atau 55.13%, Plasmodium Vivax 359 penderita atau 40.06%, Plasmodium
Malariae 0 orang atau 0%, Mixed 43 penderita atau 4.80 % sedangkan penderita yang
4.3 Pembahasan
Abepura khususnya karakteristik penderita malaria dari tanggal 19 maret - 21 Mei 2019.
Kota Jayapura periode februari-juli 2019 dengan jumlah penderita sebnyak 896 penderita.
Berdasarkan tabel 4.2.1 terlihat bahwa penderita malaria yang paling terbanyak
banyak di wilayah kerja Puskesmas Abepura yaitu kelurahan Hedam yaitu sebanyak 688
penderita atau 76.78 %, sedangkan kelurahan Kota Baru sebanyak 81 penderita atau
9.04%, kelurahan Yobe ebanyak 59 penderita atau 6.02%, kelurahan Awiyo sebanyak 40
penderita atau 4.46%, luar wilaya sebanyak 17 penderita atau 1.89%, dan kelurahan
55
sesuai dengan keadaan yang dibutuhkan oleh nyamuk untuk berkembang biak. Nyamuk
Anopheles sp biasanya akan meletakkan telurnya dalam genangan air bersih dan tidak
terkena polusi. Kondisi lingkungan yang mendukung perkembangan nyamuk tidak sama
tiap jenis/spesies nyamuk. Secara garis besar tempat perkembangbiakan Anopheles sp.
punculatus, dll.
dll.
berkembang biak pada tempat genangan air seperti setelah hujan atau banjir, bekas jejak
yang berawa (daerah hedam) juga daerah perbukitan (daerah kota baru) dan kawasan
sp. yang tumbuh dewasa digenangan air, di tempat-tempat yang rimbun seperti hutan,
Berdasarkan tabel 4.2.2 terlihat bahwa penderita malaria yang paling banyak di
Puskesmas Abepura yaitu penderita yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 543
56
penderita atau 60.60%, sedangkan penderita yang berjenis kelamin perempuan sebanyak
Kotaraja pada umumnya lebih sering disebabkan oleh kecenderungan laki-laki untuk
tetap berkatifitas di luar rumah pada malam hari sehingga hal ini dapat memicu terjadinya
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ramadhani (2005) dan Riskesdas (2007)
dalam Dwithania, (2013: 78) juga menjelaskan bahwa jumlah kasus malaria lebid
didominasi oleh jenis kelamin laki-laki. Hal ini lebih berkaitan dengan aktivitas kerja,
sosial dan budaya suatu daerah. Penduduk laki-laki umumnya pekerja sebagai petani,
sering duduk diluar rumah atau warung pada malam hari dan bahkan mendirikan gubuk
di ladang-ladang untuk menjaga hasil pertanian agar tidak diganggu binatang, sehingga
berpeluang lebih besar menderita malaria, selain itu penyebab insiden malaria juga
dipengaruhi faktor lain yang memungkinkan risiko kontak penderita dengan vektor
malaria, seperti tidur tanpa kelambu, tanpa obat nyamuk, atau bangunan rumah yang
memberi kesempatan nyamuk vektor malaria masuk pada malam hari (Dwithania, 2013:
78).
rumah pada malam hari sehingga angka kejadian penderita malaria lebih banyak pada
Berdasarkan tabel 4.2.3 terlihat bahwa penderita malaria yang paling banyak di
Puskesmas Abepura yaitu penderita yang berusia ≥ 15 tahun sebanyak 662 orang atau
57
73.88%, di lanjutkan dengan usia 5-9 tahun sebanyak 93 penderita atau 10.37%, usia 10-
14 sebanyak 82 penderita atau 9.15%, usia 1-4 54 penderita atau 6.02%, dan sedangkan
penderita paling sedikit yaitu penderita yang berusia 0-11 bulan sebanyak 5 orang atau
0.55%.
Penelitian ini juga sesuai dengan Williana pada tahun 2002 dalam Gusra et al,
(2014: 236) bahwa jumlah penderita malaria pada orang dewasa >15 tahun lebih besar
dari pada anak-anak. Penderita malaria yang ditemukan didominasi oleh kelompok usia
dewasa. Hal tersebut diduga disebabkan oleh kegiatan orang dewasa lebih banyak di luar
Usia ≥15 tahun sudah dikategorikan sebagai usia produktif yang mana tingkat
aktivitas dalam dan luar rumah (lingkungan) lebih banyak, termasuk harus bekerja untuk
puskesmas Kotaraja pada umumnya adalah pegawai, swasta, namun tidak jarang pula
sebagai pedagang, nelayan, dan petani dimana mereka harus mulai bekerja waktu subuh
hari dan senja hari. Hal ini berkaitan erat dengan risiko menderita penyakit malaria yang
semakin besar karena sifat nyamuk Anopheles yang aktif menggigit pada waktu subuh
dan senja hari sehingga hal ini memicu terjadinya peningkatan penularan malaria.
Berdasarkan tabel 4.2.4 terlihat bahwa penderita malaria yang paling banyak di
Puskesmas Abepura yaitu penderita dengan jenis Plasmodium Falciparum sebanyak 494
penderita atau 55.13%, Plasmodium Vivax 359 penderita atau 40.06%, Plasmodium
58
Malariae 0 orang atau 0%, Mixed 43 penderita atau 4.80 % sedangkan penderita yang
puskesmas Kotaraj periode Januari – Desember 2017, yang dilakukan oleh dokter muda
di stase IKM pada tanggal 19 – 24 Maret 2018. Hasil yang diperoleh pada penulisan
tersebut juga menyebutkan bahwa jenis penderita malaria yang paling banyak di
Puskesmas Kotaraja yaitu penderita dengan jenis Malaria Tropika sebanyak 1760 orang
atau 56%, Malaria Tersiana 1220 orang atau 38.8%, Malaria Malariae 44 orang atau
disebabkan karena berbagai hal, diduga disebabkan karena kondisi atau iklim dan
59
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil data yang didapat menunjukkan bahwa penderita malaria di wilayah kerja
2. Dari hasil data yang didapat menunjukkan bahwa penderita malaria di wilayah kerja
3. Dari hasil data yang didapat menunjukkan bahwa penderita malaria di wilayah kerja
4. Dari hasil data yang didapat menunjukkan bahwa penderita malaria di wilayah kerja
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian atau pengamatan mengenai pengetahuan sikap, perilaku dan
persepsi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Abepura mengenai malaria serta cara
pencegahannya
2. Perlu perhatian dan pendataan secara khusus terhadap kejadian malaria pada kondisi
khusus yaitu malaria pada malaria berat dengan hiv/aids, malaria pelancong, malaria
60
3. Malaria dapat menyerang siapa saja baik laki-laki maupun perempuan sehingga upaya
4. Perlunya peningkatan sosialisasi dan pengawasan minum obat agar tidak terjadi
5. Bagi penulis harus lebih sering melakukan latihan terkait penulisan KTI dengan baik
dan benar
61
DAFTAR PUSTAKA
Babba Ikrayama, Hadisahputro Suharyo, Sawandi Suandi. Tahun 2006. Faktor-Faktor Resiko
Yang Mempengaruhi Kejadian Malaria (Studi Kasus di Wilayah Kerja Puskesmas Hamadi
Dwithania M, Irawati N, Rasyid R (2013). Insiden malaria di puskesmas sungai durian dan
puskesmas talawi kota Sawahlunto bulan oktober 2011 sampai februari 2012.
http://terbitan.litbang.depkes.go.id/penerbitan/index.php/lpb/catalog/download/63/
Gusra, T.,Irawati, N., Sulastri, D., Gambaran Penyakit Malaria di Puskesmas Tarusan dan
Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan periode Januari - Maret 2013
[Online] Tersedia di
http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/98/93 [Diakses: 23
agustus 2019].
62
Hakim, Lukman. 2011. Malaria: Epidemiologi dan Diagnosis. Aspirator Vol. 3. Hal: 107.
Harani R. S, et al. Karakteristik Penderita Malaria dari Bulan Januari hingga Desember 2017
di Puskesmas Kotaraja: Dokter Muda (editor). Jayapura, RSUD Dok II, 2018; Hal: 49-51.
Harijanto PN. Malaria. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I, edisi VI. Fakultas Kedokteran
Harijanto PN, Langi J, Richie TL. Patogenesis Malaria Berat. Dalam: Harijanto PN (editor).
Indriati Ira,Patanduk Yonan. 2015. Malaria Pada Anak di Bawah Umur Lima tahun. Jurnal
Putra, Teuku Romi Imansyah. 2011. Malaria dan Permasalahannya. Jurnal Kedokteran Syiah
Parasitologi Kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UI, 2000, Hal: 171-97.
Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Harijanto PN (editor). Malaria, Epidemiologi,
Patogenesis, Manifestasi Klinis dan Penanganan. Jakarta: EGC, 2000; Hal: 249-60.
63
64