Anda di halaman 1dari 22

STRU

MA
PENDAHULUAN

Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang


Struma adalah pembesaran kelenjar tiroid yang
disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar tiroid itu
disebabkan oleh penambahan jaringan kelenjar tiroid itu
sendiri.
sendiri.

Pembesaran kelenjar tiroid ini ada yang menyebabkan perubahan fungsi


pada tubuh dan ada juga yang tidak mempengaruhi fungsi.
ANATOMI
FISIOLOGI
PENYEBAB PEMBESARAN TIROID

Hiperplasia dan Hipertrofi

Inflamasi atau Infeksi

Neoplasma
KLASIFIKASI STRUMA
B E R D AS AK A N FISIOLOGISNYA STRUMA DAPAT D I K L A S I F I K AS I K AN SEBAGAI
BE R I KU T

E U O T IR O DI S M E HIPOTIRODISME

• Suatu keadaan hipertrofi pada kelenjar – kelainan struktural atau fungsional kelenjar
tiroid sehingga sintesis dari hormon tiroid
tiroid yang disebabkan stimulasi kelenjar
menjadi berkurang.
tiroid yang berada di bawah normal
sedangkan kelenjar hipofisis menghasilkan – Kegagalan dari kelenjar untuk
TSH dalam jumlah yang meningkat mempertahankan kadar plasma yang cukup
dari hormon
– Gejala hipotiroidisme adalah penambahan berat
badan, sensitif terhadap udara dingin, dementia,
sulit berkonsentrasi, gerakan lamban, konstipasi,
kulit kasar, rambut rontok, mensturasi berlebihan,
pendengaran terganggu dan penurunan
kemampuan bicara.
KLASIFIKASI STRUMA
Berdasakan fisiologisnya struma dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

3. Hipertirodisme
– Dikenal juga sebagai tirotoksikosis atau Graves yang dapat didefenisikan sebagai
respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh metabolik hormon tiroid yang
berlebihan
– Keadaan ini dapat timbul spontan atau adanya sejenis antibodi dalam darah yang
merangsang kelenjar tiroid
– Gejala hipertiroidisme berupa berat badan menurun, nafsu makan meningkat,
keringat berlebihan, kelelahan, leboh suka udara dingin, sesak napas. Selain itu juga
terdapat gejala jantung berdebar-debar, tremor pada tungkai bagian atas, mata
melotot (eksoftalamus), diare, haid tidak teratur, rambut rontok, dan atrofi otot
PEMBESARAN KELENJAR TIROID (KECUALI KEGANASAN) MENURUT
AMERICAN SOCIETY FOR STUDY OF GOITER MEMBAGI :

1.Struma
Non
Toxic
Diffusa
4.Struma 2.Struma
Toxic Non
Nodusa Toxic
Nodusa

3.Stuma
Toxic
Diffusa
STRUMA DIFUSA TOKSIK
1. Definisi 3. Gejala klinis

Struma difusa toksik dapat kita temukan pada • Penyakit ini lebih sering ditemukan pada orang muda
Grave’s Disease. Penyakit ini juga biasa disebut dengan gejala seperti berkeringat berlebihan, tremor
tangan, menurunnya toleransi terhafap panas, penurunan
Basedow. Trias Basedow meliputi pembesaran
berat badan, ketidakstabilan emosi, gangguan
kelenjar tiroid difus, hipertiroidi dan eksoftalmus. menstruasi berupa amenorrhea, dan polidefekasi ( sering
2. Patofisiologis buang air besar ).
Grave’s Disease merupakan suatu penyakit yang • Klinis sering ditemukan adanya pembesaran kelenjar
disebabkan oleh kelainan system imun dalam tubuh, tiroid, kadang terdapat juga manifestasi pada mata
di mana terdapat suatu zat yang disebut sebagai berupa exophthalmus dan miopatia ekstrabulbi.
Thyroid Receptor Antibodies. • Walaupun etiologi penyakit Graves tidak diketahui
pasti, tampaknya terdapat peran dari suatu antibodi yang
Zat ini menempati reseptor TSH di sel-sel tiroid dapat ditangkap reseptor TSH, yang menimbulkan
dan menstimulasinya secara berlebiham, sehingga stimulus terhadap peningkatan hormon tiroid. Penyakit
TSH tidak dapat menempati reseptornya dan kadar ini juga ditandai dengan peningkatan absorbsi yodium
hormone tiroid dalam tubuh menjadi meningkat. radiokatif oleh kelenjar tiroid
STRUMA DIFUSA TOKSIK
4. Tatalaksana
• Terapi penyakit Graves ditujukan pada
pengendalian keadaan tirotoksisitas/
hipertiroidi dengan pemberian antitiroid,
seperti propil-tiourasil ( PTU ) atau
karbimazol.
• Terapi definitif dapat dipilih antara
pengobatan anti-tiroid jangka panjang, ablasio
dengan yodium radiokatif, atau tiroidektomi.
STRUMA NODUSA TOKSIK
1. Definisi 3. Gejala klinis
Struma nodosa toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid pada Saat anamnesis, sulit untuk membedakan antara
salah satu lobus yang disertai dengan tanda-tanda hipertiroid.
Grave’s disease dengan Plummer’s disease karena sama-
Pembesaran noduler terjadi pada usia dewasa muda sebagai sama menunjukan gejala-gejala hipertiroid. Yang
suatu struma yang nontoksik. Bila tidak diobati, dalam 15-20 membedakan adalah saat pemeriksaan fisik di mana pada
tahun dapat menjadi toksik. Pertama kali dibedakan dari penyakit
saat palpasi kita dapat merasakan pembesaran yang hanya
Grave’s oleh Plummer, maka disebut juga Plummer’s disease.
terjadi pada salah satu lobus.
2. Patofisiologi
Penyakit ini diawali dengan timbulnya pembesaran noduler
pada kelenjar tiroid yang tidak menimbulkan gejala-gejala 4. Tatalaksana
toksisitas, namun jika tidak segera diobati, dalam 15-20 tahun Terapi yang diberikan pada Plummer’s Disease juga
dapat menimbulkan hipertiroid.
sama dengan Grave’s yaitu ditujukan pada pengendalian
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan dari nontoksik keadaan tirotoksisitas/ hipertiroidi dengan pemberian
menjadi toksik antara lain adalah nodul tersebut berubah menjadi
antitiroid, seperti propil-tiourasil ( PTU ) atau karbimazol.
otonom sendiri (berhubungan dengan penyakit autoimun),
pemberian hormon tiroid dari luar, pemberian yodium radioaktif Terapi definitif dapat dipilih antara pengobatan anti-
sebagai pengobatan. tiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium radiokatif,
atau tiroidektomi.
STRUMA DIFUSA NONTOKSIK
1. Definisi 3. Gejala klinis
Struma endemik adalah penyakit yang ditandai dengan Sebagian besar manifestasi klinik berhubungan dengan
pembesaran kelenjar tiroid yang terjadi pada suatu populasi, pembesaran kelenjar tiroid. Sebagian besar pasien tetap
dan diperkirakan berhubungan dengan defisiensi diet dalam menunjukkan keadaan eutiroid, namun sebagian lagi
harian. mengalami keadaaan hipotiroid. Hipotiroidisme lebih sering
Goiter endemik terjadi karena defisiensi yodium dalam diet. terjadi pada anak-anak dengan defek biosintetik sebagai
2. Patofisiologi penyebabnya, termasuk defek pada transfer yodium.
Umumnya, mekanisme terjadinya goiter disebabkan oleh adanya
defisiensi intake iodin oleh tubuh. Selain itu, goiter juga dapat 4. Tatalaksana
disebabkan oleh kelainan sintesis hormon tiroid kongenital ataupun
Tujuan dari pengobatan struma endemik adalah untuk
goitrogen (agen penyebab goiter seperti intake kalsium berlebihan
maupun sayuran familiBrassica). mengecilkan struma dan mengatasi hipotiroidisme yang
Kurangnya iodin menyebabkan kurangnya hormon tiroid yang dapat mungkin ada, yaitu dengan pemberian SoL Lugoli selama
disintesis. Hal ini akan memicu peningkatan pelepasan TSH (thyroid- 4-6 bulan. Bila ada perbaikan, pengobatan dilanjutkan
stimulating hormone) ke dalam darah sebagai efek kompensatoriknya. sampai tahun dan kemudian tapering off dalam 4 minggu.
Efek tersebut menyebabkan terjadinya hipertrofi dan hiperplasi dari sel Bila 6 bulan sesudah pengobatan struma tidak juga
folikuler tiroid, sehingga terjadi pembesaran tiroid secara makroskopik.
mengecil maka pengobatan medikamentosa tidak berhasil
dan harus dilakukan tindakan operatif.
STRUMA NODOSA NONTOKSIK
1. Definisi 3. Gejala klinis
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid Pada umumnya struma nodosa non toksik tidak
yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai mengalami keluhan karena tidak ada hipo- atau
tanda-tanda hypertiroidisme.
hipertiroidisme. Yang penting pada diagnosis SNNT adalah
Istilah struma nodosa menunjukkan adanya suatu proses, baik tidak adanya gejala toksik yang disebabkan oleh perubahan
fisiologis maupun patologis yang menyebabkan pembesaran
kadar hormon tiroid, dan pada palpasi dirasakan adanya
asimetris dari kelenjar tiroid. Karena tidak disertai tanda-tanda
pembesaran kelenjar tiroid pada salah satu lobus.
toksisitas pada tubuh, maka pembesaran asimetris ini disebut
Biasanya tiroid mulai membesar pada usia muda dan berkembang menjadi
sebagai struma nodosa nontoksik. multinodular pada saat dewasa. Karena pertumbuhannya berangsur-angsur, struma
2. Patofisiologi dapat menjadi besar tanpa gejala kecuali benjolan di leher.

SNNT dapat juga disebut sebagai goiter sporadis. Jika goiter 4. Tatalaksana
endemis terjadi 10% populasi di daerah dengan defisiensi • Lobektomi, yaitu mengangkat satu lobus, bila subtotal maka kelenjar disisakan
seberat 3 gram
yodium, maka goiter sporadis terjadi pada seseorang yang tidak
• Isthmolobektomi, yaitu pengangkatan salah satu lobus diikuti oleh isthmus
tinggal di daerah endemik beryodium rendah.
• Tiroidektomi total, yaitu pengangkatan seluruh kelenjar tiroid
Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui dengan jelas, • Tiroidektomi subtotal bilateral, yaitu pengangkatan sebagian lobus kanan dan
bisa terdapat gangguan enzim yang penting dalam sintesis sebagian kiri, sisa jaringan 2-4 gram di bagian posterior dilakukan untuk mencegah
hormon tiroid atau konsumsi obat-obatan yang mengandung kerusakan pada kelenjar paratiroid atau N. Rekurens Laryngeus

litium, propiltiourasil, fenilbutazone, atau aminoglutatimid.


PERBEDAAN NODUL TIROID JINAK DAN GANAS
• Konsistensi keras pada beberapa bagian atau menyeluruh pada nodul dan sukar digerakkan,
walaupun nodul ganas dapat mengalami degenerasi kistik dan kemudian menjadi lunak.
• Sebaliknya nodul dengan konsistensi lunak lebih sering jinak, walaupun nodul yang mengalami
kalsifikasi dapat ditemukan pada hiperplasia adenomatosa yang sudah berlangsung lama.
• Infiltrasi nodul ke jaringan sekitarnya merupaka tanda keganasan, walaupun nodul ganas tidak selalu
melakukan infiltrasi. Jika ditemukan ptosis, miosis, dan enoftalmus merupakan tanda infiltrasi ke
jaringan sekitar
• 20% nodul soliter bersifat ganas sedangkan nodul multipel jarang yang ganas.
• Nodul yang muncul tiba-tiba atau cepat membesar perlu dicurigai ganas terutama yang tidak disertai
nyeri. Atau nodul lama yang tiba-tiba membesar progresif
• Nodul dicurigai ganas bila disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening regional atau perubahan
suara menjadi serak.
• Pulsasi arteri karotis teraba dari arah tepi belakang muskulus sternokleidomastoideus karena desakan
pembesaran nodul (Berry’s Sign)
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
keluhan utama yang diutarakan oleh pasien bisa berupa benjolan di leher yang sudah
berlangsung lama, maupun gejala-gejala hipertiroid atau hipotiroidnya.
Jika pasien mengeluhkan adanya benjolan di leher, maka harus digali lebih jauh apakah
pembesaran terjadi sangat progresif atau lamban, disertai dengan gangguan menelan, gangguan
bernafas dan perubahan suara. Setelah itu baru ditanyakan ada tidaknya gejala-gejala hiper dan
hipofungsi dari kelenjer tiroid.
Perlu juga ditanyakan tempat tinggal pasien dan asupan garamnya untuk mengetahui apakah ada
kecendrungan ke arah struma endemik.
Sebaliknya jika pasien datang dengan keluhan ke arah gejala-gejala hiper maupun hipofungsi
dari tiroid, harus digali lebih jauh ke arah hiper atau hipo dan ada tidaknya benjolan di leher.
DIAGNOSIS
2. Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi : dilihat apakah pembesaran simetris atau tidak, timbul tanda-tanda gangguan pernapasan atau
tidak, ikut bergerak saat menelan atau tidak.
• Palpasi : menentukan apakah bejolan tersebut benar adalah kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening.
Perbedaannya terasa pada saat pasien diminta untuk menelan. Jika benar pembesaran tiroid maka
benjolan akan ikut bergerak saat menelan, sementara jika tidak ikut bergerak maka harus dipikirkan
kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening leher.
• Pembesaran yang teraba harus dideskripsikan :
- Lokasi: lobus kanan, lobos kiri, ismus
- Ukuran: dalam sentimeter, diameter panjang
- Jumlah nodul: satu (uninodosa) atau lebih dari satu (multinodosa)
- Konsistensinya: kistik, lunak, kenyal, keras
- Nyeri: ada nyeri atau tidak pada saat dilakukan palpasi
- Mobilitas: ada atau tidak perlekatan terhadap trakea, muskulus sternokleidomastoidea
- Kelenjar getah bening di sekitar tiroid : ada pembesaran atau tidak
DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan Penunjang
• Labolatorium : Pemeriksaan untuk mengukur fungsi tiroid. Pemeriksaan untuk mengetahui kadar
T3 dan T4 serta TSH paling sering menggunakan teknik radioimmunoassay (RIA) dan ELISA
dalam serum atau plasma darah. Kadar normal T4 total pada orang dewasa adalah 50-120 ng/dl.
Kadar normal untuk T3 pada orang dewasa adalah 0,65-1,7 ng/dl.
• Pemeriksaan untuk menunjukkan penyebab gangguan tiroid. Antibodi terhadap macam-macam
antigen tiroid yang ditemukan pada serum penderita dengan penyakit tiroid autoimun. Seperti
antibodi tiroglobulin dan thyroid stimulating hormone antibody
DIAGNOSIS
3. Pemeriksaan Penunjang
• Radiologis :
• Foto rontgen dapat memperjelas adanya deviasi trakea atau pembesaran struma retrosternal yang pada umumnya
secara klinis pun sudah bisa diduga. Foto rontgen leher posisi AP dan lateral biasanya menjadi pilihan.
• USG tiroid yang bermanfaat untuk menentukan jumlah nodul, membedakan antara lesi kistik maupun padat,
mendeteksi adanya jaringan kanker yang tidak menangkap iodium dan bisa dilihat dengan scanning tiroid.
• Scanning Tiroid dasarnya adalah presentasi uptake dari I 131 yang didistribusikan tiroid. Dari uptake dapat
ditentukan teraan ukuran, bentuk lokasi dan yang utama ialah fungsi bagian-bagian tiroid (distribusi dalam
kelenjar). Uptake normal 15-40% dalam 24 jam. Dari hasil scanning tiroid dapat dibedakan 3 bentuk, yaitu cold
nodule bila uptake nihil atau kurang dari normal dibandingkan dengan daerah disekitarnya, ini menunjukkan
fungsi yang rendah dan sering terjadi pada neoplasma. Bentuk yang kedua adalah warm nodule bila uptakenya
sama dengan sekitarnya, menunjukkan fungsi yang nodul sama dengan bagian tiroid lain. Terakhir adalah hot
nodule bila uptake lebih dari normal, berarti aktifitasnya berlebih dan jarang pada neoplasma.
• FNAB. Pemeriksaan histopatologis akurasinya 80%. Hal ini perlu diingat agar jangan sampai menentukan terapi
definitif hanya berdasarkan hasil FNAB saja.
TATALAKSANA
1. Indikasi operasi pada struma adalah :
• Struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa
• Struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan
• Struma dengan gangguan kompresi
• Kosmetik
2. Kontraindikasi pada operasi struma :
• Struma toksika yang belum dipersiapkan sebelumnya
• Struma dengan dekompensasi kordis dan penyakit sistemik lain yang belum terkontrol
• Struma besar yang melekat erat ke jaringan leher sehingga sulit digerakkan yang biasanya karena
karsinoma. Karsinoma yang demikian biasanya sering dari tipe anaplastik yang jelek prognosisnya.
Perlekatan pada trakea ataupun laring dapat sekaligus dilakukanreseksi trakea atau laringektomi,
tetapi perlekatan dengan jaringan lunak leher yang luas sulit dilakukan eksisi yang baik.
TATALAKSANA
3. Komplikasi Pembedahan
• Perdarahan dari A. Tiroidea superior
• Dispneu
• Paralisis N. Rekurens Laryngeus. Akibatnya otot-oto laring terjadi kelemahan
• Paralisis N. Laryngeus Superior. Akibatnya suara penderita menjadi lenih lemah dan sukar
mengontrol suara nada tinggi, karena terjadi pemendekan pita suara oleh karena relaksasi M.
Krikotiroid. Kemungkinan nervus terligasi saat operasi
KESIMPULAN
• Struma adalah suatu penyakit yang sering kita jumpai sehari-hari. Sangat penting untuk
melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti dan cermat untuk mengetahui ada tidaknya
tanda-tanda toksisitas yang disebabkan oleh perubahan kadar hormon tiroid dalam tubuh. Begitu
juga dengan tanda-tanda keganasan yang dapat diketahui secara dini.
• Selanjutnya adalah menentukan pemeriksaan penunjang yang tepat untuk menentukan diagnosis
pasti dari jenis struma yang ada. Dengan menegakkan diagnosis pasti maka kita dapat mnentukkan
tatalaksana yang tepat bagi struma yang dialami oleh pasie. Apakah memerlukan tindakan
pembedahan, atau cukup diberi pengobatan dalam jangka waktu tertentu.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai