Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANALISIS LAPORAN BULANAN MALARIA


SUMATERA SELATAN

Martha Desi Sintya


Nia Zulviona Aldriani
Henny Febriyanti
Rahmah Aisyah P.N
M. Nauvaldi
M. Tegar Setiawan

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit malaria merupakan penyakit infeksi parasit utama di dunia yang mengenai
hampir 170 juta orang tiap tahunnya. Penyakit ini juga menjangkit di 103 negara terutama
di daerah negara tropik pada ketinggian antara 400-3000 m dari permukaan laut dengan
kelembaban udara tidak kurang dari 60%. Malaria juga penyebab kematian tertinggi untuk
penyakit menular di samping penyakit tuberkulosis, yaitu satu juta manusia setiap
tahunnya. Estimasi WHO (World Health Organization) memperkirakan saat ini kira-kira
2,5 milyar manusia di dunia tinggal atau hidup di wilayah-wilayah endemis malaria. Bila di
wilayah endemis itu malaria tidak ditanggulangi secara efektif dan sistemik, dapat
dipastikan bahwa penduduk akan mendapat risiko yang sangat besar untuk ditulari malaria
dan memberi kerugian sosial ekonomi yang tak terhingga.
Di Indonesia malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting
khususnya diluar Jawa dan Bali. Berdasarkan SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga)
tahu 1995, diperkirakan 15 juta penduduk Indonesia menderita malaria, sebanyak 30.000
diantaranya meninggal dunia. Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles.
Di Indonesia terdapat 24 Kabupaten endemis malaria dari 576 kabupaten yang ada,
dan diperkirakan 45% penduduk Indonesia berisiko tertular malaria. Di Sumatera Selatan
terdapat 8 Kabupaten endemis malaria dari 15 Kabupaten /Kota yang ada, dan diperkirakan
8 per 1000 penduduk Sumatera Selatan berisiko tertular malaria. Tujuan Program
Pemberantasan Malaria di Provinsi Sumatera Selatan adalah terwujudnya masyarakat yang
hidup sehat dalam lingkungan yang terbebas dari penularan malaria tahun 2020.
Berdasarkan survei vektor yang dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan
tahun 2007, spesies anopheles yang menjadi vektor malaria di Prov. Sumsel antara lain
jenis An.Vagus, An.Hyrcanus dan An.Barbirostris.
Penyakit Malaria hingga kini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, termasuk di Prov. Sumsel. Semua Kabupaten/Kota telah melaporkan adanya
kasus malaria dan hampir 80% merupakan daerah endemis malaria. Kejadian Malaria akan
meningkat seiring dengan tingginya curah hujan, karena akan terbentuk banyak genangan
air disekitar lingkungan yang merupakan tempat ideal untuk perindukan nyamuk
Anopheles. Dengan bertambahnya tempat perindukan nyamuk Anopheles, maka populasi
nyamuk tersebut juga bertambah sehingga jumlah penularannya akan bertambah pula.
Penyakit malaria dapat menyebabkan kekurangan darah (anemia) pada penderita ,
karena sel-sel darah merah dihancurkan oleh Plasmodium. Pada ibu hamil, malaria dapat
menyebabkan gangguan pada ari-ari (placenta) dengan akibat bayi lahir mati atau bayi
lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Selain itu, pada kasus malaria berat dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah otak sehingga menimbulkan kejang, koma,
hilang kesadaran dan ingatan bahkan kematian.
Berdasarkan laporan yang didapat, terdapat tren menurun setiap tahunnya berbagai
daerah jumlah kasus malaria klinis selama lima tahun terakhir dari tahun 2008 sampai
tahun 2012, yang mana pada tahun 2008 jumlah kasus malaria klinis mencapai 60544 dan
28932 pada tahun 2012. Berdasarkan laporan yang didapat juga terdapat penurunan jumlah
malaria positif selama lima tahun terakhir dari tahun 2008 sampai tahun 2012, yang mana
pada tahun 2008 jumlah malaria positif mencapai 5112 dan 3512 pada tahun 2012.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut yaitu:
1. Apa itu penyakit malaria beserta epidemiologinya, penyebabnya, gejalanya, siklusnya,
diagnosisnya, dan pencegahannya
2. Laporan malaria sumatera selatan

2.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Surveilans Epidemiologi mengenai laporan
malaria sumatera selatan.
2. Menjelaskan hal yang berkaitan dengan penyakit malaria, seperti pengertiannya,
epidemiologinya, penyebabnya, gejalanya, siklusnya, diagnosisnya dan
pencegahannya.
3. Menjelaskan analisis laporan malaria yang terjadi di sumatera selatan.
BAB II

ISI

2.1 Konsep Tentang Malaria


2.1.1 Penyakit Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit malaria (Plasmodium) yang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah manusia yang ditularkan oleh nyamuk malaria
(Anopheles) betina.
2.1.2 Epidemiologi
a. Faktor Host
Secara alami, penduduk disuatu daerah endemis malaria yang mudah dan ada
yang sukar terinfeksi malaria, meskipun gejala klinisnya ringan. Perpindahan
penduduk dari dan ke daerah endemis malaria hingga kini masih menimbulkan
masalah. Sejak dahulu telah diketahui bahwa wabah penyakit ini sering terjadi
didaerah pemukiman baru, seperti di daerah perkebunan dan transmigrasi. Hal ini
terjadi karena para pekerja yang datang dari daerah lain belum mempunyai kekebalan
sehingga rentan terinfeksi. Kerentanan manusia terhadap penyakit malaria berbeda-
beda. Ada manusia yang rentan, yang dapat tertular oleh penyakit malaria, tetapi ada
pula yang lebih kebal dan tidak mudah tertular oleh penyakit malaria.
b. Faktor Agent (Penyebab)
Penyakit malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk anopheles
betina. Spesies anopheles diseluruh dunia terdapat sekitar 2.000 spesies dan 60 spesies
diantaranya diketahui sebagai penular malaria. Spesies anopheles di Indonesia ada
sekitar 80 jenis dan 24 spesies diantaranya telah terbukti penular penyakit malaria.
Nyamuk anopheles hidup di daerah beriklim tropis dan subtropis, tetapi juga bisa
hidup di daerah yang beriklim sedang. Nyamuk ini jarang ditemukan pada daerah
ketinggian lebih dari 2.000-2.500 m. Tempat perindukannya bervariasi (tergantung
spesiesnya) dan dapat dibagi menjadi tiga kawasan yaitu pantai, pedalaman, dan kaki
gunung.Nyamuk anopheles betina biasanya menggigit manusia pada malam hari atau
sejak senja hingga subuh. Jarak terbangnya tidak lebih dari 0,5-3 km dari tempat
perindukannya. Nyamuk anopheles biasa meletakkan telurnya diatas permukaan air
satu persatu.Telur dapat bertahan hidup dalam waktu cukup lama dalam bentuk
dorman. Bila air cukup tersedia, telur-telur tersebut biasanya menetas 2-3 hari setelah
diletakkan. Nyamuk anopheles sering disebut nyamuk malaria karena banyak jenis
nyamuk ini yang menularkan penyakit malaria.
c. Faktor Enviroment (lingkungan)
Keadaan lingkungan berpengaruh besar terhadap ada tidaknya malaria di suatu
daerah. Keberadaan air payau,genangan air hutan, persawahan, tambak ikan,
pembukaan hutan dan pertambangan di suatu daerah akan meningkatkan
kemungkinan timbulnya penyakit malaria karena tempat-tempat tersebut
merupakan tempat perindukan nyamuk malaria. Hal ini diperburuk dengan adanya
perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan
sebaliknya.
Tidak semua daerah yang dimasuki penderita malaria akan terjangkit malaria.
Jika di daerah tersebut tidak terdapat nyamuk malaria, penularan penyakit tersebut
tidak akan terjadi. Demikian pula sebaliknya, sekalipun di suatu daerah terdapat
nyamuk malaria tetapi jika di daerah tersebut tidak ada penderita malaria, penularan
malaria tidak akan terjadi. Suatu daerah akan terjangkit penyakit malaria apabila di
daerah itu ada nyamuk malaria yang pernah menggigit penderita malaria.
2.1.3 Penyebab Penyakit Malaria
Penyebab penyakit malaria ada beberapa faktor :
a. Faktor Parasit
Agar dapat hidup terus sebagai spesies, parasit malaria harus ada dalam tubuh manusia
untuk waktu yang cukup lama dan menghasilkan gametosit jantan pada yang sesuai
penularan. Parasit juga harus menyesuaikan diri dengan sifat-sifat spesies nyamuk
anopheles yang antorphofilik agar sporogoni dimungkinkan dan menghasilkan
sporosoit yang infektif.
b. Faktor Manusia
Secara umum dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap orang dapat terkena
malaria. Perbedaan pravelensi menurut umur dan jenis kelamin sebenarnya berkaitan
dengan derajat kekebalan karena variasi keterpaparan pada gigitan nyamuk. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa perempuan mempunyai respon imun yang lebih kuat
dibanding laki-laki namun kehamilan menambah resiko malaria. Malaria pada wanita
hamil mempunyai dampak yang buruk terhadap kesehatan ibu dan anak antara lain
berat badan lahir yang rendah partus prematur dan kematian janin intra uterin. Faktor-
faktor genetik manusia dapat mempengaruhi terjadinya malaria dengan ppencegahan
invasi parasit kedalam sel, mengubah respon imunologik atau mengurangi
keterpaparan terhadap vektor.
c. Faktor Nyamuk
Malaria pada manusia hanya dapat ditularkan oleh nyamuk betina anopheles. Disetiap
daerah dimana terjadi transmisi malaria biasanya ada satu atau yang paling banyak 3
spesies anopheles yang menjadi vektor penting. Nyamuk anopheles terutama hidup di
daerah tropik dan sub tropik, namun bisa juga hidup didaerah beriklim sedang.
Anopheles jarang ditemukan didaerah pada ketinggian lebih dari 2.000-2.500 meter.
Sebagian besar nyamuk anopheles ditemukan didaratan rendah. Efektifitas vektor
untuk menularkan malaria ditentukan hal-hal sebagai berikut.
1) Efektifitas vektor dekat pemukiman manusia
2) Kesukaan menghisap darah atau antropofilia
3) Frekuensi menghisap darah (ini tergantung suhu)
4) Lamanya sporogoni (berkembangnya parasit dalam nyamuk sehingga menjadi
infektif)
5) Lama hidup nyamuk untuk sporogoni dan kemudian menginfeksi jumlah yang
berbeda-beda menurut spesies
6) Nyamuk anopheles betina menggigit antara waktu senja dan pagi hari, dengan
jumlah yang berbeda-beda menurut spesies

Kebiasaan makan dan istirahat nyamuk anopheles dapat dikelompokkan sebagai


berikut.
a) Endofili : suka tinggal dalam rumah atau bangunan
b) Eksofili : suka tinggal diluar rumah
c) Endofagi : menggigit dalam rumah atau dalam bangunan
d) Eksofagi : menggigit diluar rumah atau bangunan
e) Antropofili : suka menggigit manusia
f) Zoofili : suka menggigit binatang
Agent penyebab penyakit malaria dari genus plamodium, familia, plamodidae,
dari orde cocidiidae. Penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini ada empat
plasmodium yaitu :
1) Plasmodium falciparum, penyebab penyakit malaria tropika
2) Plasmodium vivax, penyebab penyakit malaria tertiana
3) Plasmodium malariae, penyebab penyakit malaria kuartana
4) Plasmodium ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai, umumya banyak di amerika
2.1.4 Siklus Malaria
Plasmodium akan mengalami dua siklus. Siklus aseksual (skizogoni) terjadi pada tubuh
manusia, sedangkan siklus seksual (sporogoni) terjadi pada nyamuk. Siklus seksual dimulai
dengan bersatunya gamet jantan dan betina untuk membentuk ookinet dalam perut nyamuk.
Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di selaput luar lambung
nyamuk. Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari, tergantung dari situasi
lingkungan dan jenis parasit. Pada tempat inilah kista akan membentuk ribuan sporozoit yang
terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada
kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap ditularkan bila nyamuk menggigit manusia.
Menurut Garcia dkk (1996), apabila nyamuk yang terinfeksi plasmodium dari penderita
menggigit manusia yang sehat maka sporozoit yang terdapat dalam kelenjar ludah nyamuk
dimasukkan melalui luka tusuk. Dalam satu jam bentuk efektif ini terbawa oleh darah menuju
hati kemudian masuk ke sel parenkim hati dan mulai perkembangan siklus preeritrosit atau ekso-
eritrositik primer. Sporozoit akan menjadi bulat atau lonjong dan mulai membelah dengan cepat.
Hasil skizogoni tersebut adalah merozoit eksoeritrosit dalam jumlah besar.
Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai dengan jumlah
sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium
eksoeritrositer dengan masuk ke sel hati. Di hati sporozoit matang menjadi skizon yang akan
pecah dan melepaskan merozoit jaringan. Merozoit akan memasuki darah dan menginfeksi
eritrosit untuk memulai siklus eritrositer. Merozoit dalam eritrosit akan mengalami perubahan
morfologi yaitu : merozoit menjadi bentuk cincin selanjutnya trofozoit dan terakhir menjadi
merozoit. Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Di antara merozoit-merozoit
tersebut akan ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai siklus seksual
menjadi mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina). Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah
yang bermanifestasi pada gejala klinis.
Pecahnya sel darah merah yang terinfeksi plasmodium ini menyebabkan timbulnya gejala
demam disertai mengigil dan menyebabkan anemia. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia
yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk.
Dengan demikian, siklus seksual pada nyamuk dimulai, demikian seterusnya penularan malaria.
Masa inkubasi malaria :
1) Plasmodium falcifarum, masa inkubasi 9-14 hari (12 hari)
2) Plasmodium vivax, masa inkubasi 12-17 hari (15 hari)
3) Plasmodium malariae, masa inkubasi 18-40 hari (28 hari)
4) Plasmodium ovale, masa inkubasi 16-18 hari (17 hari)
2.1.5 Gejala Klinis
1. Anamnesis
Keluhan utama yang sering kali muncul adalah demam lebih dari dua hari,
menggigil, dan berkeringat (sering disebut dengan trias malaria). Demam pada
keempat jenis malaria berbeda sesuai dengan proses skizogoninya. Demam karena P.
falciparum dapat terjadi setiap hari, pada P.vivax atau ovale demamnya berselang satu
hari, sedangkan demam pada P. malariae menyerang berselang dua hari.
Masa tunas/inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang
kemudian baru muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti
demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak
pucat/anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh atau pekat karena
mengganggu hemoglobin, terasa geli pada kulit dan mengalami kejang.
Tanda dan gejala klinis malaria yang timbul bervariasi tergantung pada berbagai
hal antara lain usia penderita, cara transmisi, status kekebalan, jenis plasmodium,
infeksi tunggal atau campuran (Sarumpaet, 2006 dalam Munazir, 2012).
2. Pemeriksaan fisik
Pasien mengalami demam 37,5 - 40C, serta anemia yang dibuktikan dengan
konjungtiva palpebra yang pucat. Penderita sering disertai dengan adanya pembesaran
limpa (splenomegali) dan pembesaran hati (hepatomegali). Bila terjadi serangan berat,
gejala disertai dengan syok yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi
berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi napas meningkat.
2.1.6 Diagnosis
Menurut Widoyono 2008 (dalam Hasibuan ,2010), dengan adanya tanda dan gejala yang
dikeluhkan serta tampak oleh tim kesehatan, maka akan segera dilakukan pemeriksaan
laboratorium (khususnya pemeriksaan darah) untuk memastikan penyebabnya dan diagnosa yang
akan diberikan kepada penderita. Pemeriksaan laboratorium lainnya seperti parasitologi, darah
tepi lengkap, uji fungsi hati, uji fungsi ginjal. Dilakukan punksi lumbal, foto toraks untuk
menyingkirkan/mendukung diagnosis atau komplikasi lain.
2.1.7 Pencegahan Malaria
Usaha pencegahan penyakit malaria di Indonesia belum mencapai hasil yang optimal
karena beberapa hambatan diantaranya yaitu : tempat perindukan nyamuk malaria yang tersebar
luas, jumlah penderita yang sangat banyak serta keterbatasan SDM, infrastruktur dan biaya.
Prinsip pencegahan malaria ada dua macam yaitu mencegah infeksi melalui pencegahan
kontak dengan nyamuk dan pencegahan sakit apabila sudah terlanjur infeksi. Mencegah infeksi
dilakukan dengan pemberantasan vektor misalnya dengan penyemprotan rumah juga dengan
perlindungan perseorangan, misalnya pemakaian kelambu pada saat tidur malam hari. Pemakaian
kasa rumah atau obat nyamuk bakar atau lotion.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan penyakit malaria,
diantaranya :
1. Berbasis masyarakat
a. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan
melalui penyuluhan kesehatan, pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui
kampanye masal untuk mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang
nyamuk, PSN). Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya
dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang atau wadah yang
memungkinkan sebagai tempat air tergenang). Materi utama edukasi adalah mengajarkan
tentang cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang terpenting pengenalan
gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria, pengetahuan tentang upaya menghilangkan
tempat perindukan.
b. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat membantu mencegah
penularan. Usaha pengobatan pencegahan secara berkala, terutama di daerah-daerah
endemis malaria dengan obat dari puskesmas, dari toko-toko obat seperti kina, chlorokuin
dan sebagainya. Dengan obat-obat tradisionil seperti air dari daun johar, daun kates dan
meniran atau obat pahit yang lain
c. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang bionomik anopheles seperti
waktu kebiasaan menggigit , jarak terbang, dan resistensi terhadap insektisida.
2. Berbasis pribadi
a. Pencegahan gigitan nyamuk, antara lain
(1) tidak keluar rumah antara senja dan malam hari, bila terpaksa keluar, sebaiknya
menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terang karena nyamuk lebih
menyukai warna gelap . Tindakan menghindari gigitan nyamuk sangat penting, terutama
di daerah dimana angka penderita malaria sangat tinggi. Penduduk yang tinggal di daerah
pedesaan atau pinggiran kota yang banyak sawah, rawa-rawa, tambak ikan (tempat ideal
untuk perindukan nyamuk malaria), disarankan untuk memakai baju lengan panjang dan
celana panjang saat keluar rumah, terutama pada malam hari. Nyamuk malaria biasanya
mengigit pada malam hari .
(2) menggunakan repelan yang mengandung dimetiltalat atau zat antinyamuk lainnya,
(3) membuat kontruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa antinyamuk
pada ventilasi pintu dan jendela). Mereka yang tinggal di daerah endemis, sebaiknya
memasang kawat kasa di jendela dan ventilasi rumah serta menggunakan kelambu saat
tidur
(4) menggunakan kelambu yang mengandung insektisida (insecticide-treated mosquito
net, ITN). Upaya penggunaan kelambu juga merupakan salah satu cara untuk
menghindari gigitan nyamuk. Kelambu merupakan alat yang telah digunakan sejak
dahulu.
(5) menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat anti nyamuk bakar.
Penyemprotan dengan menggunakan semprotan pembasmi serangga di dalam dan di luar
rumah dan serta mengoleskan obat anti nyamuk dikulit, serta penyemprotan dengan
insektisida sebaiknya dilaksanakan dua kali dalam setahun dengan interval waktu enam
bulan di daerah endemis malaria.
b. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemik meliputi :
1) Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif terhadap klorokuin, diberikan
klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin fosfat untuk daerah sampai 4 minggu
setelah meninggalkan tempat tersebut.
2) Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan pengobatan supresif,
yaitu dengan meflokuin 5 mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100 mg/hari atau
sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg, 3 tablet sekali minum.
c. Pencegahan dan pengobatan malaria pada wanita hamil meliputi :
1) Klorokuin, bukan kontraindikasi
2) Profilaksis dengan klorokuin 5 mg/kgBB/minggu dan proguanil 3 mg/kgBB/hari
untuk daerah yang masih sensitif klorokuin.
3) Meflokuin 5 mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat kehamilan untuk
daerah di mana plasmodiumnya reisten terhadap klorokuin.
4) Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
d. Kebersihan lingkungan terhadap sarang nyamuk, seperti membersihkan ruang tidur,
semak-semak sekitar rumah, air tergenang, kandang-kandang ternak dan sebagainya.

2.2 Laporan Bulanan Malaria Sumatera Selatan


2.2.1 Absensi Laporan Bulanan Penemuan dan Pengobatan Malaria Periode Semester 1
(Jan-jun 2012)
Absensi laporan di Kab/Kota OKU, OKI, MUBA, MURA, MUARA ENIM dan LUBUK
LINGGAU dari bulan Januari-Juni 2012 laporan yang di terima lengkap sedangkan Palembang
dan Prabumulih tidak ada laporan yang masuk.
Di kota lainnya seperti :
Lahat laporan yang masuk hanya pada bulan Februari-Mei sedangkan pada bulan Januari
dan Juni tidak ada laporan yang masuk
Pagar alam laporan yang masuk hanya pada bulan Februari sedangkan pada bulan Januari,
Maret, April, dan Juni tidak ada laporan yang masuk
Banyuasin laporan yang masuk hanya pada bulan Januari-April sedangkan pada bulan Mei-
Juni tidak ada laporan yang masuk
Oku Timur laporan yang masuk hanya pada bulan Februari, Maret, April, dan Juni
sedangkan pada bulan Januari dan Mei tidak ada laporan yang masuk
Ogan Ilir laporan yang masuk hanya pada bulan Januari-Maret sedangkan pada bulan April-
Juni tidak ada laporan yang masuk
Empat Lawang laporan yang masuk hanya pada bulan Januari-April sedangkan pada bulan
Mei-Juni tidak ada laporan yang masuk
2.2.2 Grafik dan Hasil Jumlah Kasus Malaria Klinis Tahun 2008-2012

16000
14000
JUMLAH KASUS MALARIA
12000
KLINIS 2012/ Agst
10000
8000 JUMLAH KASUS MALARIA
6000 KLINIS 2011
4000 JUMLAH KASUS MALARIA
2000 KLINIS 2010
0
JUMLAH KASUS MALARIA
OKU TIMUR
PAGAR ALAM
MUBA

PALEMBANG

OKU SELATAN
MURA
M. ENIM

LUBUK LINGGAU
BANYUASIN

OGAN ILIR
OKU
OKI

PRABUMULIH

EMPAT LAWANG
LAHAT

KLINIS 2009
JUMLAH KASUS MALARIA
KLINIS 2008

Hasil Kasus Malaria Klinis Tahun 2008-2012


Pada tahun 2008 banyak terjadi di Muara Enim dan paling sedikit di Ogan Ilir dan
Prabumulih
Pada tahun 2009 banyak terjadi di Muara Enim dan paling sedikit di Pagar Alam
Pada tahun 2010 banyak terjadi di Lahat dan paling sedikit di Prabumulih
Pada tahun 2011 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di Oku Timur
Pada tahun 2012 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di Palembang dan
Prabumulih
2.2.3 Grafik dan Hasil Jumlah Malaria Klinis Diperiksa Tahun 2008-2012

12000
10000 JUMLAH MALARIA KLINIS
8000 DIPERIKSA 2012/ Agst
6000 JUMLAH MALARIA KLINIS
DIPERIKSA 2011
4000
JUMLAH MALARIA KLINIS
2000
DIPERIKSA 2010
0
JUMLAH MALARIA KLINIS

BANYUASIN
PAGAR ALAM

OGAN ILIR
MUBA

PALEMBANG

LUBUK LINGGAU
MURA
M. ENIM

OKU SELATAN
OKU
OKI

LAHAT

OKU TIMUR
PRABUMULIH

EMPAT LAWANG
DIPERIKSA 2009
JUMLAH MALARIA KLINIS
DIPERIKSA 2008

Hasil Malaria Klinis Diperiksa Tahun 2008-2012


Pada tahun 2008 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di Pagar Alam
Pada tahun 2009 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di OKI
Pada tahun 2010 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di Empat Lawang
Pada tahun 2011 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di Oku Timur
Pada tahun 2012 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di Palembang, Pagar
Alam, Banyuasin dan Prabumulih
2.2.4 Grafik dan Hasil Jumlah Malaria Positif Tahun 2008-2012

2500
2000 JUMLAH MALARIA
POSITIF 2012/ Agst
1500
JUMLAH MALARIA
1000 POSITIF 2011
500 JUMLAH MALARIA
0 POSITIF 2010
PAGAR ALAM
M. ENIM
MUBA

PALEMBANG
MURA

OKU SELATAN
OKI

LUBUK LINGGAU
BANYUASIN
OKU TIMUR

OGAN ILIR
EMPAT LAWANG
OKU

LAHAT

PRABUMULIH

JUMLAH MALARIA
POSITIF 2009
JUMLAH MALARIA
POSITIF 2008
Hasil Malaria Positif Tahun 2008-2012
Pada tahun 2008 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di OKI, Banyuasin
dan Pagar Alam
Pada tahun 2009 banyak terjadi di Muara Enim dan tidak ada kasus di OKI
Pada tahun 2010 banyak terjadi di Lahat dan tidak ada kasus di Pagar Alam dan Empat
Lawang
Pada tahun 2011 banyak terjadi di Lahat dan tidak ada kasus di Pagar Alam, Oku Timur
dan Empat Lawang
Pada tahun 2012 banyak terjadi di Oku Selatan dan tidak ada kasus di OKI, Palembang,
Pagar, Empat Lawang, Banyuasin dan Prabumulih
2.2.5 Tabel dan Grafik Penderita Malaria Berdasarkan Umur

Kategori Umur 2009 2010 2011 2012

0-11 bln 132 150 111 44

1-4 thn 706 552 398 277

5-9 thn 601 739 493 422

10-14 thn 946 818 636 769

15 thn 4266 2938 2092 2687

jumlah 6651 5680 3934 4199


GRAFIK PENDERITA MALARIA POSITIF BERDASARKAN UMUR
THN 2009-2011

5000 4266
4000
2938
3000 2009
2092
2010
2000
946818 2011
1000
706552 601739493 636
398
132150111
0
0-11 bln 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15 thn

Pada tahun 2009 untuk kelompok umur >15 tahun paling banyak menderita malaria
positif sebanyak 4266 orang.
Pada tahun 2011 untuk kelompok umur 0-11 bulan tahun paling sedikit menderita malaria
positif sebanyak 111 orang.
DAFTAR PUSTAKA

RAUF, RILLA RIEZKA. HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG PENCEGAHAN


MALARIA DENGAN KEJADIAN GEJALA MALARIA DI DESA LUHU KECAMATAN TELAGA
KABUPATEN GORONTALO. 2014. PhD Thesis. Universitas Negeri Gorontalo.
AKAL, Yohanis Ganti, et al. PENGETAHUAN, TINDAKAN DAN PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG
KEJADIAN MALARIA DALAM KAITANNYA DENGAN KONDISI LINGKUNGAN: Stndi di Puskesmas Puu
Weri Kecamatan Loli, Kabupaten Sumba Barat Propinsi Nusa Tenggara Timor. 2005. PhD Thesis.
UNIVERSITAS AIRLANGGA.

Anda mungkin juga menyukai