Anda di halaman 1dari 6

Dunia Kesehatan

Wednesday, 18 March 2015

Makalah Sifilis (Raja Singa)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Sifilis atau Raja Singa adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum , yang merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik . Selama perjalanan
penyakit ini dapat menyerang seluruh organ tubuh. Selain itu penyakit sifilis ini juga bersifat
laten dan kronis, juga dapat kambuh lagi sewaktu-waktu.
Sifilis dimasa lalu, merupakan salah satu penyakit yang dikatakan dalam masyarakat
sebagai penyakit kutukan karena tubuh penderita akan digrogoti oleh kuman sifilis ini dan
sulit untuk dilakukan pengobatan jika sudah terkena. Penyebaran dari penyakit sifilis terjadi
dengan kontak langsung dengan penderita salah satunya adalah dengan seks. Orang-orang
yang termasuk rentan untuk penyakit sifilis adalah para pekerja seks seperti gigolo dan
wanita pekerja seks, namun tidak menutup kemungkinan juga pada orang yang sering
bergonta-ganti pasangan.
Insiden sifilis telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus
pada tahun 1996, sedangkan pada tahun 1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis
primer dan sekunder meningkat pada tahun 2000-2007.Pada tahun 2007, 11.466 kasus
dilaporkan kepada US Centers for Disease Control and Prevention.Sebagian besar dari
peningkatan ini terjadi pada pria, terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain.
Keseluruhan kasus yang dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang
dilaporkan di selatan Amerika Serikat. Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi
penurunan selama sepuluh tahun terakhir.
Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis
sehingga penderita sifilis dapat berkurang secara signifikan, namun tidak hilang. Selama
penderita melakukan kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya sifilis tidak dapat
dikatakan sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas maka penulis mencoba
memberikan pemahaman lebih mengenai penyakit sifilis mulai dari definisi, tanda terkena
penyakit sifilis (gejala), diagnosis, dan khususnya cara penularannya yaitu dengan kontak
langsung.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah yang dimaksud dengan sifilis.?
2.      Bagaimanakah cara sifilis menular.?
3.      Apa saja stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis.?
4.      Bagaimana gejala dari penyakit sifilis.?
5.      Bagaimana cara mencegah penyakit sifilis.?
C.     TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan penyakit sifilis
2.      Untuk mengetahui cara dan proses penularan dari penyakit sifilis
3.      Untuk mengetahui stadium-stadium yang dilalui oleh penyakit sifilis
4.      Untuk mengetahui gejala-gejala awal dari penyakit sifilis
5.      Untuk mengetahui cara mencegah penyakit sifilis

BAB II
PEMBAHASAN
A.    SIFILIS
Sifilis adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri spiroset Treponema pallidum sub-spesies pallidum. Rute utama penularannya
melalui kontak seksual; infeksi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke janin selama kehamilan
atau saat kelahiran, yang menyebabkan terjadinya sifilis kongenital. Penyakit lain yang
diderita manusia yang disebabkan oleh Treponema
pallidum termasuk yaws (subspesies pertenue), pinta (sub-spesies carateum), dan bejel (sub-
spesies endemicum) (Anonim, 2014).
Sifilis atau penyakit Raja Singa adalah salah satu penyakit menular seksual (PMS)
yang kompleks, disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum. Perjalanan penyakit ini
cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk
sistem kardiovaskuler dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat
menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat
menyababkan kelainan bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis
dapat disembuhkan dengan antibiotika. Tetapi jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke
fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat kelamin (Hartono Olivia R,
2008: 2).
Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492, penyakit ini belum dikenal di
Eropa. Ada yang berpendapat bahwa penyakit ini berasal dari penduduk indian yang dibawa
oleh anak buah Christopher Colombus sewaktu mereka kembali ke Spanyol dari benua
Amerika pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli, Italia. Pada abad ke 18
baru diketahui bahwa penyebaran sifilis dan gonore terutama disebabkan oleh senggama dan
keduanya dianggap sebagai infeksi yang sama. Dengan berjalannya waktu, akhirnya
diketahui bahwa kedua penyakit itu disebabkan oleh jenis kuman yang berbeda dan gejala
klinisnyapun berlainan (Hartono Olivia R, 2008: 2-3).

B.     PENULARAN SIFILIS
Sifilis terutama ditularkan melalui kontak seksual atau selama kehamilan dari ibu
ke janinnya, spiroseta mampu menembus membran mokusa utuh atau ganguan kulit. Oleh
karena itu dapat ditularkan melalui mencium area di dekat lesi, serta seks oral, vaginal, dan
anal. Sekitar 30 sampai 60% dari mereka yang terkena sifilis primer atau sekunder akan
terkena penyakit tersebut. Contoh penularannya, seseorang yang disuntik dengan hanya 57
organisme mempunyai peluang 50% terinfeksi. Sebagian besar (60%) dari kasus baru di
United States terjadi pada laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki. Penyakit
tersebut dapat ditularkan lewat produk darah. Namun, produk darah telah diuji di banyak
negara dan risiko penularan tersebut menjadi rendah. Risiko dari penularan karena berbagi
jarum suntik tidaklah banyak. Sifilis tidak dapat ditularkan melalui dudukan toilet, aktifitas
sehari-hari, bak panas, atau berbagi alat makan serta pakaian (Anonim, 2014).

C.     STADIUM SIFILIS
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan tersier. Tiap
stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda dan menyerang organ
tubuh yang berbeda-beda pula.
1.      Stadium Dini (primer) Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya Treponema pallidum.
Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer berupa penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran
1-2 cm, berbentuk bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila diraba ada
pengerasan. Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak
lurus, sedangkan sifat lainnya seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum. Sekitar tiga
minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar,
padat, kenyal pada perabaan, tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini
disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat pada alat kelamin, dapat pula di bibir,
lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu, cepat
atau lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi.
2.      Stadium II (sekunder) Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I sudah sembuh.
Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu. Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I
masih ada saat timbul gejala stadium II. Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal. Gejala
konstitusi seperti nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang, dan leher biasanya mendahului, kadang-
kadang bersamaan dengan kelainan pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-
tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II seringkali disebut sebagai The Greatest
Immitator of All Skin Diseases karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain
pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar getah bening di seluruh tubuh.
3.      Sifilis Stadium III Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi. Guma umumnya
satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua
jaringan dan organ, termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat ditemukan pada
organ dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-paru, testis dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit,
kemerahan dan nyeri.
4.      Sifilis Tersier Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis (pada
jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah infeksi primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan
mengalami stadium ini. Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis terutama
disebabkan oleh stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan apabila dapat ditemukan Treponema pallidum.
Pemeriksaan dilakukan dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-turut) (Hartono
Olivia R, 2008:3-4).

D.    GEJALA-GEJALA PENYAKIT SIFILIS


Tanda dan gejala sifilis bervariasi bergantung pada fase mana penyakit tersebut
muncul (primer, sekunder, laten, dan tersier). Fase primer secara umum ditandai dengan
munculnya chancre tunggal (ulserasi keras, tidak menimbulkan rasa sakit, tidak gatal di
kulit), sifilis sekunder ditandai dengan ruam yang menyebar yang seringkali muncul di
telapak tangan dan tumit kaki, sifilis laten biasanya tidak memiliki atau hanya menunjukkan
sedikit gejala, dan sifilis tersier dengan gejala gumma, neurologis, atau jantung. Namun,
penyakit ini telah dikenal sebagai "peniru ulung" karena kemunculannya ditandai dengan
gejala yang tidak sama. Diagnosis biasanya dilakukan melalui tes darah; namun, bakteri juga
dapat dilihat melalui mikroskop. Sifilis dapat diobati secara efektif dengan antibiotik,
khususnya dengan suntikan penisilin G (yang disuntikkan untuk neurosifilis),
ataupun ceftriakson, dan bagi pasien yang memiliki alergi berat terhadap
penisilin, doksisiklin atau azitromisin dapat diberikan secara oral atau diminum (Anonim,
2014).
a.       Primer
Sifilis primer umumnya diperoleh dari kontak seksual secara langsung dengan orang yang
terinfeksi ke orang lain. Sekitar 3 sampai 90 hari setelah awal kedapatan (rata-rata 21 hari)
luka di kulit dinamakan chancre, tampak pada saat kontak. Lesi ini biasanya (40 % dari
waktu) tunggal, kokoh, tanpa rasa sakit, pemborokan kulit tanpa rasa gatal dengan dasar yang
bersih serta berbatasan tajam antara ukuran 0,3 dan 3,0 cm. Walau bagaimanapun luka bisa
dikeluarkan hampir dalam bentuk apapun. Pada bentuk yang umum, luka baerkembang
dari macule ke papule dan akhirnya ke erosion atau ulcer. Kadang-kadang, lesi ganda
mungkin muncul (~40%). Lesi ganda lebih umum ketika koinfeksi dengan HIV. Lesi
mungkin nyeri atau perih (30%), dan bisa terjadi di luar kelamin (2–7%). Letak paling umum
pada wanita adalah di cervix (44%), penis laki-laki heteroseksual (99%),
dan anal serta rektal umumnya secara relatif (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-
laki) (34%). Pelebaran nodus limfa;(80%) sering kali terjadi di sekitar daerah infeksi, terjadi
selama 10 hari setelah pembentukan tukak. Lesi dapat bertahan selama tiga hingga enam
minggu tanpa pengobatan (Anonim, 2014).
b.      Fase Skunder
Fase sekunder biasanya dimulai dengan suatu ruam kulit, yang muncul dalam waktu 6-12
minggu setelah terinfeksi. Ruam ini bisa berlangsung hanya sebentar atau selama beberapa
bulan. Meskipun tidak diobati, ruam ini akan menghilang. Tetapi beberapa minggu atau bulan
kemudian akan muncul ruam yang baru. Pada fase sekunder sering ditemukan luka di mulut.
Sekitar 50% penderita memiliki pembesaran kelenjar getah bening di seluruh tubuhnya dan
sekitar 10% menderita peradangan mata. Peradangan mata biasanya tidak menimbulkan
gejala, tetapi kadang terjadi pembengkakan saraf mata sehingga penglihatan menjadi
kabur (Anonim, 2008).
c.       Fase Laten
Setelah penderita sembuh dari fase sekunder, penyakit akan memasuki fase laten dimana
tidak nampak gejala sama sekali. Fase ini bisa berlangsung bertahun-tahun atau berpuluh-
puluh tahun atau bahkan sepanjang hidup penderita. Pada awal fase laten kadang luka yang
infeksi kembali muncul (Anonim, 2008).
d.      Tersier
Sifilis tersier bisa terjadi kira-kira 3 hingga 15 tahun setelah infeksi awal, dan bisa dibagi
kedalam tiga bentuk berbeda; sifilis gummatous (15%), akhir neurosifilis (6.5%),dan
kardiovaskular sifilis (10%). Tanpa pengobatan, ketiga dari orang yang terinfeksi
berkembang ke penyakit tersier. Orang dengan sifilis tersier adalah bukan penular. Sifilis
gummatous atau sifilis akhir benign biasanya terjadi 1 hingga 46 tahun setelah infeksi awal,
dengan rata-rata 15 tahun. Fase ini ditandai oleh pembentukan gumma kronik, yang
lembut,mirip peradangan bola tumor yang bisa bermacam-macam dan sangat signifikan
bentuknya gumma umumnya mempengaruhi kulit, tulang, dan liver, tetapi bisa terjadi
dimanapun. Neurosifilis merujuk pada infeksi yang melibatkan sistem saraf pusat yang bisa
terjadi dini, menjadi tak bergajala atau dalam bentuk dari meningitis sifilistik yang
berhubungan dengan keseimbangan yang lemah dan nyeri kilat pada ekstrimitas lebih rendah.
Akhir neurosifilis umumnya terjadi 4 hingga 25 tahun setelah infeksi awal. Siflis
meningovaskular umumnya muncul dengan apati dan sawan, serta telah umum dengan
demensia dan dorsalis. Juga di sana mungkin terdapat pupil Argyll Robertson, tempat pupil
kecil bilateral menyempit ketika orang fokus pada objek dekat, tapi tidak menyempit ketika
terkena cahaya terang. Sifilis kardiovaskular biasanya terjadi 10-30 tahun setelah infeksi
awal. Komplikasi yang paling umum adalah syphilitic aortitis, yang dapat mengakibatkan
pembentukan aneurisme (anonim, 2014).

E.     PENCEGAHAN PENYAKIT SIFILIS


Tidak ada vaksin yang efektif untuk pencegahan. Berpantang dari kontak fisik intim
dengan orang yang terinfeksi secara efektif mengurangi penularan sifilis, seperti penggunaan
yang tepat dari kondom lateks. Namun, penggunaan kondom, tidak sepenuhnya
menghilangkan risiko.[13][10] Oleh karena itu, Centers for Disease Control and
Prevention merekomendasikan hubungan jangka panjang dengan satu pasangan yang tidak
terinfeksi dan menghindari zat seperti alkohol dan zat terlarang lainnya yang dapat
meningkatkan risiko perilaku seksual. Sifilis bawaan pada bayi dapat dicegah dengan
penapisan ibu selama awal kehamilan dan mengobati mereka yang terinfeksi. United States
Preventive Services Task Force (USPSTF) sangat merekomendasikan penapisan universal
pada semua wanita hamil, sedangkan Organisasi Kesehatan Dunia menyarankan agar semua
wanita dites pada kunjungan pertama antenatal dan sekali lagi pada trimester ketiga. Jika
mereka positif, mereka menganjurkan agar pasangan mereka juga dirawat. Meskipun
demikian, sifilis bawaan masih banyak terjadi di negara berkembang, karena banyak wanita
yang sama sekali belum menerima perawatan antenatal, dan bahkan perawatan lain sebelum
melahirkan yang diterima tidak termasuk penapisan, dan ini terkadang masih terjadi di negara
maju, karena mereka yang kemungkinan besar tertular sifilis (melalui penggunaan obat-
obatan terlarang, dll.) adalah yang paling sedikit menerima perawatan selama kehamilan.
Beberapa langkah untuk meningkatkan akses ke tes tampaknya efektif untuk mengurangi
tingkat sifilis bawaan di negara berpendapatan rendah sampai menengah. Sifilis
adalah penyakit yang harus dilaporkan di beberapa negara, termasuk di Kanada Uni Eropa ,
dan Amerika Serikat. Ini berarti penyedia layanan kesehatan diwajibkan untuk
memberitahukan kepada otoritas Kesehatan Masyarakat, yang idealnya nanti akan
memberikan pemberitahuan pasangan kepada pasangan pasien. Dokter juga dapat mendorong
pasien untuk mengirim pasangan pasien untuk mencari perawatan kesehatan. CDC
merekomendasikan laki-laki yang aktif secara seksual yang melakukan hubungan seks
dengan laki-laki dites sekurang-kurangnya sekali dalam setahun (Anonim, 2014).

BAB III
PENUTUP
A.    SIMPULAN
Penyakit sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Treponema
Pallidium, merupakan penyakit kronis dan laten. Penyakit ini dapat menyerang dan merusak
seluruh tubuh jika tidak ditangani secepatnya. Penyakit sifilis dapat ditularkan melalui
banyak cara yaitu dengan jalan kontak langsung seperti berhubungan seks, menerima donor
darah dari orang yang telah infeksi penyakit ini, dapat juga ditularkan dari ibu kepada
bayinya selama didalam kandungan.
Tidak ada vaksin khusus untuk mencegah penularan penyakit raja singa ini, hanya
saja dapat dilakukan pencegahan dari penularan penyakit ini yaitu dengan setia terhadap satu
pasangan dan tidak bergonta-ganti pasangan.
B.     SARAN
Penyakit sifilis dimasa kini sudah dapat ditangani penyakit ini tetap ada meskipun
penyebarannya sudah dapat ditekan. Setia pada satu pasangan dan tidak bergonta-ganti
pasangan adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyakit ini.

Anda mungkin juga menyukai