Disusun Oleh :
Wilda Azka Fikriyah (P17321194060)
Pingky Malakianno P.N. (P17321194061)
Sheilla Hapsari A.P. (P17321193052)
Rismina Solichah (P17321194063)
Arifah Wirahastari (P17321193052)
Filzati Hanna Nafi’ah (P17321194065)
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAN KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES MALANG JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia, serta taufik
dan hidayah-Nya, makalah mengenai “Hipertrofi Labia Minora” ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Meskipun kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan didalamnya. Tidak lupa
pula kami ucapkan terima kasih kepada ibu Arika Indah Setyarini, S.St., M.Keb. yang telah
membimbing dan memberikan tugas ini.
Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengetahuan
tentang kewaspadaan universal. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemudian makalah kami ini dapat kami
perbaiki dan menjadi lebih baik lagi.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Kami
juga yakin bahwa makalah kami jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik
serta saran dari pembaca, untuk menjadikan makalah ini lebih baik ke depannya.
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari hipertrofi labia minora.
2. Untuk mengetahui anatomi dari labia minora.
3. Untuk mengetahui etiologi dari labia minora.
4. Untuk mengetahui tanda-tanda yang dapat menyebabkan hipertrofi labia minora.
5. Untuk mengetahui pengklasifikasian dari hipertrofi labia minora.
6. Untuk mengetahui pengobatan yang diberikan kepada pasien yang menderita
hipertrofi labia minora.
BAB II
ISI
2.2 Anatomi
Genitalia eksterna wanita disebut juga sebagai vulva yang terdiri dari labia mayora,
labia minora, klitoris, dan meatus uretra dan vagina. Labia mayora, bagian terluar, terentang
mulai dari mons pubis hingga rektum. Di dalam labia mayora terdapat labia yang lebih kecil,
yaitu labia minora. Pada beberapa orang, labia minora tersembunyi di bawah labia mayora.
Labia minora terdiri dari 2 lipat jaringan ikat yang tidak mengandung atau hanya
sedikit sekali mengandung jaringan lemak. Secara anterior dan superior, labia minora dibagi
menjadi 2 bagian. Satu bagian melewati klitoris untuk membentuk preputium. Bagian lainnya
bergabung dengan klitoris membentuk frenulum. Labia minora bergabung dengan labia
mayora di bagian posterior dan dihubungkan dengan lipatan transversal dikenal dengan
frenulum labia atau fourchette. Kulit dan mukosa labia minora kaya akan kelenjar sebasea.
2.3 Etiologi
Etiologi hipertrofi labia minora bervariasi dan mungkin multifaktor. Beberapa wanita
lahir dengan labia minora yang menonjol. Pada beberapa wanita, hipertrofi labia minora
terjadi akibat iritasi mekanis seperti hubungan seksual atau masturbasi, melahirkan, stasis
limfa, dan inflamasi kronis dari dermatitis atau inkontinensia urine. Persalinan pervaginam
dapat menyebabkan hipertrofi labia minora akibat hematom.
2.7 Pengobatan
Labiaplasti merupakan tindakan untuk mengatasi hipertrofi labia minora. Umur yang
dianjurkan untuk tindakan ini minimal 18 tahun. Tindakan pembedahan ini dilakukan saat
tidak menstruasi untuk mengurangi risiko infeksi dan mengurangi efek hormonal. Indikasi
tindakan ini adalah masalah estetis, masalah hygiene, iritasi kronis, nyeri saat berhubungan
seksual, dan nyeri saat memakai baju ketat. Kontraindikasi tindakan ini adalah pasien dengan
penyakit ginekologis aktif seperti infeksi atau malignansi, dan gangguan perdarahan.
BAB III
KESIMPULAN
Hipertrofi labia minora merupakan kondisi dimana terjadi disproporsi dari ukuran
labia minora relatif dari ukuran labia mayora. Hipertrofi sebenarnya bukan hal yang dapat
menyebabkan gangguan, namun apabila penderita merasa tidak nyaman pengangkatan
jaringanpun bisa dilakukan dengan melalui operasi labioplasty.
DAFTAR PUSTAKA