Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM SIFAT DAN

KEKUATAN BAHAN
KELELAHAN PADA LOGAM TERTENTU

KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
1. LISTINA MILIEN (H41181206)
2. USWATUN CHASANAH (H41191534)
3. FARHAN SYARIF H (H41191562)
4. M. HUSEIN NUR’ALIF (H41191598)
5. TASHWIRUL AFKAR F F (H41191607)
6. CHELA TIA RANI (H41191676)
7. DUTA CATUR P P (H41191680)

Dosen Pembimbing : Risse Entikaria Rachmanita, S.Pd, M.Si

Program Studi Teknik Eenergi Terbarukan


Jurusan Teknik
Politeknik Negeri Jember
2019

i
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL........................................................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................... ii

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG ......................................................................................................... 1

B. TUJUAN .............................................................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................... 3

BAB III. METODOLOGI ............................................................................................................... 8

A. ALAT DAN BAHAN .......................................................................................................... 8

B. PROSEDUR KERJA ........................................................................................................... 8

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 9

BAB V. KESIMPULAN ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Fatiq adalah salah satu modulus kegagalan material.Telah umum
diketahui dalam dunia perekayasaan, fatik merupakan penyebab utama
kegagalan pada struktur.Kegagalan material ditandai dengan kerusakan yang
terjadi secara tiba-tiba pada tingkat tegangan di bawah tegangan luluh.
Penelitian tentang kekuatan fatik diperlukan untuk dapat mengestimasi umur
fatik suatu komponen sehingga dapat mencegah terjadinya un-scheduled
shutdown dan mitigrasi kecelakaan pada instalasi yang beroperasi.
Pada komponen penyusun reaktor nuklir, fenomena fatik dapat terjadi
pada beberapa sistem, misalnya fenomena fatik siklus rendah (low cycles)
yang dapat terjadi pada komponen bejana tekan reaktor, pipa pendingin
primer, pressurizer, main sistem isolation valve dan pompa resirkulasi reaktor,
sedangkan pada fatik siklus tinggi (high cycles), fatik dapat terjadi pada
komponen pompa pendingin dan tube penukar panas.
Di dalam memprediksi umur fatik, terdapat tiga pendekatan yaitu
pendekatan tegangan (stress approach), pendekatan regangan (strain
approach), dan pendekatan mekanika patahan (fracture
mechanics).Pendepatan tegangan biasanya menggunakan metoda kurva S-N
dan pendekatan regangan menggunakan metoda umur regangan (strain-life
method).
Keunggulan pendekatan tegangan adalah sederhana, mudah diaplikasikan
dan dapat langsung dipakai untuk perhitungan perencanaan.Pendekatan ini
efektif untuk kondisi pembebanan elastis, mampu menunjukkan batas rentang
pakai yang aman (safe life) bahkan tak hingga (infinite life), namun metoda
ini tidak dapat menghitung pengaruh tegangan-regangan yang sebenarnya
pada saat terjadi deformasi puluhan lokal.Keunggulan pendekatan regangan
adalah mampu mengestimasi umur fatik pada siklus rendah dan dapat
menghitung pengaruh tegangan regangan sebenarnya pada saat terjadi
deformasi puluhan lokal. Keunggulan pendekatan mekanika patahan (fracture

1
mechanics) adalah dapat mengukur dan mengamati proses terjadinya
kerusakan fatik skala mikro dan estimasi yang dihasilkan paling akurat
dibandingkan kedua metoda yang lain namun perhitungannya rumit dan
membutuhkan waktu yang lama.

B. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami kelelahan pada bahan logam.
2. Mahasiswa mampu menggambarkan grafik S-N kelelahan logam
3. Mahsiswa dapat menentukan logam yang lebih tahan terhadap kelelahan.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Fatigue atau kelelahan adalah kerusakan material yang diakibatkan oleh


adanya tegangan yang berfluktuasi yang besarnya lebih kecil dari tegangan tarik
maksimum (ultimate tensile strength) ( u) maupun tegangan luluh (yield) material
yang diberikan beban konstan.

Terdapat tiga fase dalam perpatahan fatik yaitu :

1. Permulaan retak

Mekanisme fatik umumnya dimulai dari crack initiation yang terjadi di


permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi konsentrasi tegangan
di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll) akibat adanya pembebanan
berulang.

2. Penyebaran retak
Crack initiation ini berkembang menjadi microcracks. Perambatan atau
perpaduan microcracks ini kemudian membentuk macrocracks yang akanberujung
pada failure.

3. Patah

Perpatahan terjadi ketika material telah mengalami siklus tegangan dan


regangan yang menghasilkan kerusakan yang permanen.

Fatigue atau kelelahan menurut ASM (1975) didefinisikan sebagai proses


perubahan struktur permanen progressive localized pada kondisi yang
menghasilkan fluktuasi regangan dan tegangan dibawah kekuatan tariknya dan

3
pada satu titik atau banyak titik yang dapat memuncak menjadi retak (crack) atau
patahan (fracture) secara keseluruhan sesudah fluktuasi tertentu.

Progressive mengandung pengertian proses fatigue terjadi selama jangka


waktu tertentu atau selama pemakaian, sejak komponen atau struktur digunakan.
Localized berarti proses fatigue beroperasi pada luasan lokal yang mempunyai
tegangan dan regangan yang tinggi karena pengaruh beban luar, perubahan
geometri, perbedaan temperatur, tegangan sisa dan tidak kesempurnaan diri.
Crack merupakan awal terjadinya kegagalan fatigue dimana kemudian crack
merambat karena adanya beban berulang. Fracture merupakan tahap akhir dari
proses fatigue dimana bahan tidak dapat menahan tegangan dan regangan yang
ada sehingga patah menjadi dua bagian atau lebih.

Kegagalan akibat fatigue telah diteliti lebih dari 150 tahun lalu. Salah satu
studi paling awal dilakukan W.A.J. Albert, dengan menguji beban siklik pada
rantai pengangkat di Jerman tahun 1828. Istilah fatigue digunakan pertama tahun
1839 pada mekanika oleh J.V Poncelet dari Prancis. A. Wohler dari Jerman,
mulai meneliti fatigue tahun 1850 dan menguji beberapa besi baja dan logam lain
dengan beban aksial, lentur dan torsi. Wohler juga menunjukan bahwa fatigue
tidak hanya dipengaruhi oleh beban siklik namun juga oleh besar tegangan rerata
(mean stress). Studi dilanjutkan oleh Soderberg, Geber dan Goodman untuk
memprediksi pengaruh mean stress terhadap umur fatigue.

Collins (1981) menyatakan bahwa ketidakteraturan dan kekasaran


permukaan secara umum mengakibatkan sifat fatigue lebih rendah daripada
permukaan yang halus. Pada beberapa pelapisan (chromizing) menyebabkan
kekuatan fatigue menjadi lebih rendah dibanding dengan tanpa pelapisan.

Hotta et al (1995) meneliti pengaruh kombinasi teknik pelapisan terhadap


ketahanan fatigue baja karbon rendah. Thermocreative deposition (TRD) untuk
lapisan vanadium carbida dan chromium carbida, chemical vapour deposition
(CVD) untuk titanium carbida, physical vapour deposition (PVD) untuk titanium
nitrida dan chromium plating.

4
Secara alami logam berbentuk kristalin artinya atom-atom disusun
berurutan.Kebanyakan struktur logam berbentuk poli kristalin yaitu terdiri atas
sejumlah besar kristal-kristal yang tersusun individu. Tiap-tiap butir memiliki sifat
mekanik yang khas, arah susunan dan susunan tiap arah, dimana beberapa butir
diorientasikan sebagai bidang-bidang yang mudah slip atau meluncur dalam arah
tegangan geser maksimum. Slip terjadi pada logam-logam liat dengan gerakan
dislokasi sepanjang bidang kristalografi. Slip terjadi disebabkan oleh beban siklik
monotonik.
Ketahanan fatigue suatu bahan tergantung dari perlakuan permukaan atau
kondisi permukaan dan temperatur operasi. Perlakuan permukaan merubah
kondisi permukaan dan tegangan sisa di permukaan. Perlakuaan permukaan shoot
peening menghasilkan tegangan sisa tekan yang mengakibatkan ketahan lelah
yang meningkat ( Collins,1981).

Sedangkan perlakuan permukaan yang menghasilkan tegangan sisa tarik


menurunkan ketahanan fatigue-nya (Hanshem and Aly, 1994, Hotta at al,
1995).Hal itu terjadi karena pada permukaan terjadi konsentrasi tegangan tekan
atau tarik yang paling tinggi. Pada kondisi permukaan sedang menerima tegangan
tarik maka tegangan sisa tekan pada permukaan akan menghasilkan resultan
tegangan tekan yang semakin besar. Tegangan tekan akan menghambat terjadinya
initial crack atau laju perambatan retak. Sehingga ketahanan lelah meningkat, dan
akan terjadi sebaliknya apabila terjadi tegangan sisa tarik di permukaan.

Pada dasarnya kegagalan fatigue dimulai dengan terjadinya retakan pada


permukaan benda uji. Hal ini membuktikan bahwa sifat-sifat fatigue sangat peka
terhadap kondisi permukaan, yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kekasaran permukaan, perubahan sifat-sifat permukaan dan tegangan sisa
permukaan (dieter,1992).

Penyajian data fatigue rekayasa adalah menggunakan kurva S-N yaitu


pemetaan tegangan (S) terhadap jumlah siklus sampai terjadi kegagalan (N).
Kurva S-N ini lebih diutamakan menggunakan skala semi log seperti ditunjukan
pada gambar 1.

5
Untuk beberapa bahan teknis yang penting.

Gambar 1. Kurva S-N

Kurva tersebut didapat dari pemetaan tegangan terhadp jumlah siklus


sampai terjadi kegagalan pada benda uji.Pada kurva ini siklus menggunakan skala
logaritma. Batas ketahan fatigue (endurance limit ) baja ditentukan pada jumlah
siklus N>107 ( Dieter, 1992).

Persamaan umum kurva S-N dinyatakan oleh persamaan ( dowling,1991).

S = B + C ln (Nf) ....................................................(1)

Dengan :

B dan C adalah konstanta empiris material

Pengujian fatigue dilakukan dengan cara memberikan stress level tertentu


sehingga spesimen patah pada siklus tertentu. Dieter (1992) menyatakan untuk
mendapatkan kurva S-N dibutuhkan 8-12 spesimen.

Retak fatigue biasanya dimulai pada permukaan di mana lentur dan torsi
menyebabkan terjadinya tegangan-tegangan yang tinggi atau di tempat-tempat

6
yang tidak rata menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan. Oleh karena itu,
batas ketahanan (endurance limit) sangat tergantung pada kualitas penyelesaian
permukaan (Van Vlack,2005).

Pengujian fatigue dilakukan dengan Rotary Bending Machine. Jika benda


uji diputar dan diberi beban, maka akan terjadi momen lentur pada benda uji.
Momen lentur ini menyebabkan terjadinya beban lentur pada permukaan benda uji
dan besarnya dihitung dengan persamaan (international for use of ONO’S,-).

/
= / / …………..………………(2)

Dengan: σ = Tegangan lentur ( kg/cm2)

W = Beban lentur (kg) d =


Diameter benda uji (cm)

7
BAB III
METODOLOGI

A. ALAT DAN BAHAN


1. Ragum
2. Mistar
3. Tang
4. Kawat logam alumunium
5. Kawat logam kuningan

B. PROSEDUR KERJA
1. Kawat baja sepanjang 20 cm ditekuk 90°, kemudian diluruskan lagi seperti
semula.
2. Setelah kawat lurus ditekuk 90° lagi, kemudian diluruskan lagi seperti
semula.
3. Mengulangi langkah 1 dan 2 terus menerus hingga kawat mengalami
kelelahan atau patah.
4. Catat berapa kali bahan ditekuk dan diluruskan himgga mengalami
kelelahan.
5. Mengulangi langkah 1 sampai 4 untuk bahan logam yang lain.
6. Menentukan bahan yang paling kuat terhadap kelelahan.
7. Menggambarkan grafik S-N uji kelelahan berdasarkan data sekunder.

8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PERCOBAAN

Pada praktikum kali ini, kelompok kami menentukan batas kelelahan dari
macam-macam logam yang di antaranya adalah kuningan dan aluminium. Kelompok
kami menentukan batas kelelahan logam-logam tersebut dengan menggunakan alat
yang bernama Ragum. Dengan demikian kelompok kami memperoleh data sebagai
berikut :

Jenis Logam Panjang (cm) Diameter (cm) Takikan


Kuningan 17,7 0,3 3
Aluminium 17,9 0,34 14

Dari data tersebut dapat kita ketahui yang memiliki batas kelelahan yang
tinggi adalah alumunium dibandingkan dengan kuningan.

4.2 PEMBAHASAN

Praktikum kali ini kami melakukan percobaan kelelahan pada logam.


Pada uji kelelahan ini diberikan 2 jenis logam yaitu kuningan dan
aluminium. Percobaan dilakukan dengan membengkokkan benda uji sebesar
90o, kemudian meluruskannya kembali, begitu pula seterusnya hingga patah.
Patah yang terjadi merupakan indikasi bahwa benda uji telah mengalami
kelelahan. Kelelahan pada benda uji dapat diartikan sebagai tumbuhnya inti
keretakan disebabkan adanya siklus tegangan dan regangan.
Kelelahan sebuah benda dapat diperoleh dengan membandingkannya
terhadap benda lainnya. Percobaan ini dapat diperoleh hasil berupa logam
jenis apakah yang memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap kelelahan.
Sehingga akan sangat membantu perancang alat atau bangunan yang
membutuhkan bahan-bahan yang kuat untuk beberapa jangka waktu yang
dikehendaki.

9
Percobaan terhadap kedua bahan tersebut didapatkan data bahwa
aluminium memiliki ketahanan yang paling kuat terhadap kelelahan
(Fatique), yaitu dapat menahan hingga 14 lekukan. Kemudian logam kedua
yaitu kuningan yang hanya dapat menahan hingga 3 lekukan. Perbedaan
kekuatan dalam menahan kelelahan tersebut disebabkan oleh perbedaan
konstanta logam yang mana aluminium memiliki konstanta yang lebih besar
dibandingkan dengan kuningan. Kelelahan logam tersebut terjadi karena
padaa logam tersebut diberikan lekukan lekukan secara berulang (Cyclic
stress) yang besarnya masih jauh di bawah batas elastiknya sehingga
menyebabkan adanya kecenderungan logam untuk patah.
Pada uji lelah spesimen akan diberikan beban dinamik untuk mengetahui
kelakuan dari material tersebut bila diberikan beban dinamik. Beban dinamik ada 3 yaitu
beban tegangan bolak-balik dimana benda atau spesimen akan menerima tegangan tarik
dan tegangan tekan secara bergantian, beban tegangan berulang dimana benda hanya
mendapatkan tegangan tarik saja, dan beban tegangan tidak beraturan dimana pada
satu titik benda akan mengalami teganan tarik saja dan pada titik lain benda akan
mengalami tegangan tarik dan tekan.

Untuk baja dan aluminium merupakan material yang mempunyai kurva S


terhadap N seperti gambar dibawah ini, dari kurva S-N aluminium dan baja kita dapat
melihat bahwa Aluminium tidak mempunyai batas lelah karena walaupun diberi beban
dinamis yang kecil sekalipun grafiknya tidak akan pernah konstan dan akan terdapat
kerusakan. Sedangkan baja mempunyai batas lelah seperti terlihat pada grafik terdapat
daerah yang linear. Jadi kita dapat mengetahui batas lelah atau umur lelah suatu material
juga bergantung dari material tersebut.

Bahaya dari beban dinamik adalah kita tidak akan dapat mengetahui kapan
material tersebut akan rusak karena dapat terjadi kerusakan sewaktu-waktu tanpa dapat

10
kita duga. Yang dapat kita perkirakan hanya kapan material tersebut mengalami
kelelahan. Jadi untuk industri yang menggunakan benda-benda atau alat-alat yang terus
bekerja seperti halnya turbin sangatlah penting untuk mengetahui batas lelah dan umur
lelah dari alat-alat tersebut.

11
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, praktikan menyimpulkan bahwa :


1. Kelelahan dari 2 bahan logam yang kami uji adalah :
a. Kuningan 3 kali Takikan
b. Alumunium 14 kali Takikan
2. (GAMBAR GRAFIK)

3. Logam yang paling kuat atau memiliki ketahanan lelah yang paling besar dari 2
bahan logam yang digunakan untuk praktikum adalah alumunium dengan 14 kali
Takikan

12
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unila.ac.id/11361/14/14.%20BAB%20II%20oke.pdf

Julie A Bannantine,Fundamentals of Metal Fatigue Analysis,Prentice-Hall, New


Jersey, 1990.
ASM International Hand Book, 1997, Vol. 19 Fatigue And Fracture, United State
Of America
Jaap Schijve, 2009, Fatigue of Structures and Materials, Springer Science,
Netherland

13

Anda mungkin juga menyukai