Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEBIDANAN

KOMPREHENSIF

“By. Ny. S Usia 1 Hari Bayi Baru Lahir dengan BBLR”

Disusun oleh :

Sheilla Hapsari Ariza Putri

NIM : P17321194062

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berat Lahir adalah ukuran antropometri yang sangat penting dan paling sering
digunakan pada bayi baru lahir. Berat bayi lahir normal adalah 2500 – 4000 gram
dengan umur kehamilan 37 minggu. BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang delam 1 jam setelah lahir. Untuk keperluan bidan di desa
berat lahir ditimbang dalam 24 jam pertama setelah lahir. Menurut WHO, BBLR
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), Berat
Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR) BBL < 1000 gram, Bayi Berat Lahir Sangat
Rendah (BBLSR) BBL < 1500 gram.
WHO mendefinisikan BBLR sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram. Hal ini didasarkan pengamatan secara epidemiologis bahwa BBLR kurang dari
2500 gram mempunyai kemungkinan meninggal sebesar 20 kali dibandingkan bayi
dengan BBl lebih dari atau sma dengan 2500 gram. BBLR kurang dari 2500 gram lebih
sering terjadi di negara yang sedang berkembang dan memberikan konstribusi untuk
berbagai masalah kesehatan. Mengurangi insiden BBLR sebesar sepertiga selama 10
tahun merupakan salah satu tujuan utama dari A World Fit for Childern, sebuah
deklarasi dan Encana aksi yang diadopsi oleh Mjelis Umum PBB sesi khusus tentang
anak-anak tahun 2002.
Berdasarkan latar belakang diatas kasus BBLR masih tinggi dari hasil studi
pendahuluan diatas maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif Bayi Baru Lahir pada By. Ny. S dengan BBLR di
Rumah Sakit”.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By. Ny S
dengan BBLR di Rumah Sakit dengan menerapkan metode tujuh langkah
varney.
1.2.2 Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Asuhan Kebidanan
Komprehensif Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Rumah Sakit.
2. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada Asuhan Kebidanan
Komprehensif Bayi Baru Lahir dengan BBLR.
3. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan tindakan pada Asuhan
Kebidanan Komprehensif Bayi Baru Lahir dengan BBLR.
4. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi tindakan pada Asuhan Kebidanan
Komprehensif Bayi Baru Lahir dengan BBLR.
1.3 Metode Pengumpulan Data
a. Studi dokumentasi
Yaitu merupakan cara pengumpulan data dengan melihat data dan riwayat ibu
direkam medis.
b. Pemeriksaan Fisik
Yaitu pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi untuk
mendapatkan data yang objektif.
c. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku,
makalah dan dari internet.
a.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Teori


a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan lebih dari
atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir 2500 – 4000 gram. Ciri-ciri bayi
baru lahir :
1. Berat badan 2500-4000 gram
2. Panjang badan 48-52 cm
3. Lingkar dada 30-38 cm
4. Lingkar kepala 33-35 cm
5. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit
6. Pernafasan ± 40-60 kali/menit
7. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan sub kutan cukup
8. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna
9. Kuku agak panjang dan lemas
10. Genitalia : Perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, laki-laki
testis sudah turun, skortum sudah ada
11. Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik’reflek morrow atau
gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik
12. Reflek graps atau menggenggam sudah baik
13. Reflek rooting atau mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi
dan daerah mulut terbentuk dengan baik
14. Eliminasi baik, mekonium ana kelurdalam 24 jam pertama, mekonium
berwarna hitam kecoklatan
Selain bayi baru lahir dalam keadaan normal ada bayi yang terlahir BBLR atau
bayi berat lahir rendah. Ada dua macam BBLR, yang ertama bayi kahir kecil
akibat kurang bulan, dan yang kedua adalah abyi lahri kecil dengan berat yang
seharusnya untuk masa gestasi (dismatur). BBLR adalah bayi baru lahir yang
berat badannya 2500 gram atau kurangn. Menurut WHO BBLR adalah bayi yang
lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram.
b. Etiologi dan Predisposisi
1. Etiologi
a. Faktor Ibu
 Penyakit seperti malaria, anemia, sifilis, infeksi, TORCH, dan lain-
lain.
b. Komplikasi pada Kehamilan
Komplikasi yang terjadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan
antepartum, preeklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran pretern
c. Usia ibu dan paritas
Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu-ibu dengan usia.
d. Faktor kebiasaan ibu
Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu
pecandu alcohol dan ibu pengguna narkotika.
e. Faktor Janin
Premature, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan
kromosom.
f. Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain tempat tinggal di dataran tinggi,
radiasi, sosio ekonomi, dan paparan zat racun.
2. Predisposisi
a) Ibu merokok (yang meningkatkan risiko 2x lipat disertai hubungan
dosis respons)
b) Pemberian susu melalui botol
c) Status sosioekonomi lebih rendah
d) Insiden hampir kena SIDS
e) Tidur tengkurap
f) Penggunaan opiate pada ibu
g) Tempat tidur lunak yang menyebbakan gas hasil ekspirasi
terperangkap dihirup kembali oleh bayi
h) BBLR
i) Usia ibu muda
j) Riwayat melahirkan bayi besar (>4000 gram) sebelumnya
k) Orangtua bertubuh besar, terutama obesitas pada ibu
l) Multiparitas
m) Kehamilan lewat waktu
n) Usia ibu yang sudah tua
o) Janin kelamin laki-laki
p) Perawatan prenatal terlambat atau tidak ada
q) Prematuritas
r) Ras dan suku
c. Fisiologi / Patofisiologi
1. Sistem pernapasan
Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, faktor sensorik, dan faktor
kimia (sondakh, 2013)
a) Faktor-faktor fisik meliputi usaha yang diperlukan untuk
mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps
b) Faktor-faktor sensorik meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan
penurunan suhu
c) Faktor-faktor kimia meliputi perubahan dalam darah (misalnya,
penurunan kadar oksigen, peningkatan kadar karbondioksida dan
penurunan pH) sebagai akibat asfiksia sementara selama kelahiran.
Paru berasal dari titik tumbuh (jaringan endoderm) yang muncul dari
faring yang kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan
bronkus dan alveolus sepenuhnya berkembang, walaupun janin
memperlihatkan gerakan napas sepanjang trimester ke 2 dan 3.
Ketidakmatangan paru akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi
baru lahir sebelum usia 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak
mencukupinya jumlah surfaktan (Rochmah, 2012)
Selama kehidupan dalam uteus janin tidak membutuhkan paru-paru
untuk mendapatkan oksigen, karena oksigen didapat dari darah ibu dengan
cara sirkulasi plasenta. Bagaiamanapun jauh sebelum lahir, mekanisme
bernafas telah dibentuk. Kucup paru-paru janin mulai terbentuk pada usia
kehamilan 4 minggu, maka akan pada saat ini gerakan pra pernapasan telah
dimulai. Selama minggu terekhir kehamilan, paru-paru mengeluarkan
surfaktan yang mencegah sakus olveolus kolaps selama ekspirasi,
menyebabkan atelektasis (dalam keadaan kolaps) diantara gangguan-gangguan
lain. Pada saat lahir, oksigen dari plasenta terputus, terbentuk karbondioksida
dalam darah bayi, dan bayi secara tiba-tiba terpapar pada lingkungan yang
mengejutkan. Sebagai respon bayi berupaya untuk bernafas pertama kali
mengisi paru-paru dengan udara dan dibantu dengan menangis pada saat
ekspirasi pertama.
Frekuensi pernapasan neonatus berkisar 30-60x/menit. Neonatus
bernapas melalui hidung. Respons refleks terhadap obstruksi nasal dan
membukan mulut untuk mempertahankan jalan napas tidak ada pada sebagian
besar bayi sampai 3 minggu setelah kelahiran pernapasan pertama bayi normal
terjadi dalam waktu 30 detik setelah kelahiran. Pernapasan ini timbul akibat
aktivitas normal sistem saraf pusat dan perifer kemudian melanjutkan
rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma, serta otot-otot
pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada saat lahir per vaginam
mengakibatkan paru-paru kehilangan 1/3 dari cairan yang terdapat
didalamnya, sehingga tersisa 80-100ml. Setelah bayi lahir. Cairan yang hilang
tersebut akan diganti dengan udara (sondakh, 2013).
2. Sistem Kardiovaskuler
Pada awal perkembangnnya, jantung merupakan tuba lurus. Antara
minggu kedua dan kesepuluh kehamilan, jantung mengalami serangkaian
perubahan menjadi organ yang mempunyai empat ruangan. Jantung mulai
berdenyut pada minggu ketiga kehamilan. Selama kehidupan janin, jantung
mendistribusikan oksigen dan zat nutrisi yang disuplai melalui plasenta.
Darah sebagian besar melaui paru-paru dan hepar melaui duktus venosus,
foramen ovale dan duktus arteriosus.
Darah neonatus harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan
bersirkulasi ke seluruh tubuh guna menghantarkan oksigen ke jaringan. Agar
terbentuk sirrkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar regim, terjadi
dua perubahan besar yaitu penutupan foramen ovale pada atrium paru dan
aorta, serta penutupan duktus arteriosus antara arteri paru dan aorta. Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh
darah tubuh sehingga perubahan tekanan tersebut berpengaruh pada aliran
darah (Rochmah, 2012)
3. Sistem termoregulasi
Setelah sistem pernafasan dan kardiovaskuler, pengaturan panas adalah
hal yang paling penting untuk kelangsungan hidup bayi baru lahir.
Temperatur pada bayi baru lahir sekitar 3 derajat lebih tinggi dari ibunya,
namun pada detik kedua terdapat penurunan dalam temperatur tubuh bayi.
Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh mereka sehingga mereka
dapat mengalami stress akibat perubahan lingkungan (Rochmah, 2012). Suhu
bayi baru lahir dapat turun beberapa derajat karena lingkungan eksternal
lebih dingin daripada lingkungan pada uterus. Selain itu, suplai lemak
subkutan yang terbatas dan area permukaan kulit yang besar dibandingkan
dengan berat badan menyebabkan bayi mudah menghantarkan panas pada
lingkungan. Kehilangan panas yang cepat dalam lingkungan yang dingin
terjadi melalui konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Trauma dingin
(hipotermi) pada bayi baru lahir dalam hubungannya dengan asidosis.
Metabolik dapat bersifat mematikan, bahkan pada bayi cukup bulan yang
sehat. Sesaat sesudah bayi baru lahir dibiarkan dalam suhu kamar, maka bayi
akan mendapatkan panas melaui evaporasi, konduksi, konveksi dan radiasi
sebanyak 200 kalori/kg/BB/Menit (Sondakh, 2013)
Mekanisme untuk memproduksi panas pada bayi baru lahr tidak seperti
orang dewasa yang dapat memproduksi panas dengan cara menggigil, bayi
baru lahir yang kedinginan tidak dapat meggigil tetapi memproduksi panas
melalui nonshivering inermogenesis/NST (pengaturan panas tidak dengan
cara menggigil). NST diproduksi dengan menstimulasi respirasi seluler.
Sumber inermogenesis yang unik lainnya pada bayi baru lahir aterm (cukup
bulan) adalah adanya jaringan lemak adipose coklat atau lemak coklat dan
kemudian dibentuk akibat peningkatan aktivitas metabolisme diotak, jantung
dan di hati. Lokasi lemak coklat bisa menjelaskan mengapa bagian tengkuk
leher sering terasa lebih hangat daripada bagian tubuh lainnya. Cadangan
lemak coklat ini biasanya bertahan selama beberapa minggu setelah bayi baru
lahit dan menurun dengan cepat jika terjadi trauma dingin. Oleh karena itu
pada intinya bahwa bayi harus terjaga kehangatannya segera setelah lahir dan
mengukur termeprature dalam 24 jam pertama dengan frekuensi sering untuk
mengetahui dengan pasti apakah bayi mampu mempertahankan panas tubuh
dan bayi baru lahir dapat mempertahankan tubuhnya dengan mengurangi
konsumsi energi serta merawatnya didalam suhu lingkungan rata-rata dimana
produksi panas, pemakaian oksigen, dan kebutuhan nutrisi untuk pertubuhan
adalah minimal agar suhu tubuh menjadi normal (Sondakh, 2013)
4. Sistem Neurologi
Sistem saraf bayi baru lahir masih sangat muda, belum berkembang
sempurna baik secara anatomi maupun fisiologi. Ini mnyebabkan kegiatan
refleks spina dan batang otak dengan control minimal oleh lapisan luar
serebrum pada beberapa bulan pertama kehidupan, walaupun interaksi sosial
terjadi lebih awal. Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak memerlukan
persediaan oksigen dan glukosa yang tetap dan memadai. Bayi baru lahir
memperlihatkan sejumlah aktivitas refleks pada usia yang berbeda-beda yang
menunjukkan normalitas dan perpaduan antara sistem neurologi dan
musculoskeletal. Refleks bayi merupakan indikator penting perkembangan
normal (Sondakh, 2013).

Tabel 2.1 Refleks Pada Neonatus

Refleks Respons Normal Respons Abnormal


Rooting dan mengisap Bayi baru lahir Respons yang lemah
menolehkan kepala ke atau tidak ada respons
arah stimulus, membuka terjadi pada
mulut, dan mulai prematuritas,
mengisap bila pipi, bibir, penurunan atau cedera
atau sudut mulut bayi neurologis, atau depresi
disentuh dengan jari atau sistem saraf pusat
putting (SSP)
Menelan Bayi baru lahir menelan Muntah, batuk, atau
berkoordinasi dengan regurgitasi cairan dapat
mengisap bila cairan terjadi kemungkinan
ditaruh dibelakang lidah berhubungan dengan
sianosis sekunder
karena prematuritas,
deficit neurologis, atau
cedera terutama terlihat
setelah larioskopi
Ekstrusi Bayi baru lahir Ekstrusi lidah secara
menjulurkan lidah kontinu atau
keluar bila ujung lidah menjulurkan lidah yang
disentuh dengan jari atau berulang-ulang terjadi
putting pada kelainan SSP dan
kejang
Moro Ekstensi simetris Respons asimetris
bilateral dan abduksi terlihat pada cedera
seluruh ektremitas saraf perifer (pleksus
dengan ibu jari dan jari brakialis) atau fraktur
telunjuk membentuk klavikula atau fraktur
huruf “c” diikuti dengan tulang panjang lengan
adduksi ekstemitas dan atau kaki
kembali ke fleksi refleks
jika posisi bayi berubah
tiba-tiba atau jika bayi
diletakkan telentang
pada permukaan yang
datar
Melangkah Bayi akan melangkah Respons asimetris
dengan satu kaki dan terlihat pada cedera
kemudian kaki lainnya saraf SSP atau perifer
dengan gerakan berjalan atau fraktur tulang
bila satu kaki disentuh panjang kaki
pada permukaan rata
Merangkak Bayi akan berusaha Respons asimetris
untuk merangkak ke terlihat pada cedera
depan dengan kedua saraf SSP dan
tangan dan kaki bia gangguan neurologis
diletakkan telungkup
pada permukaan datar
Tonik leher atau Ektremitas pada satu sisi Respons persisten
fencing di mana saat kepala setelah bulan keempat
ditolehkan akan ekstensi dapat menandakan
dan ektremitas yang cedera neurologis.
berlawanan akan fleksi Respons menetap
bila kepala bayi tampak pada cedera
ditolehkan ke satu sisi SSP dan gangguan
selagi beristirahat neurologis
Terkejut Bayi melakukan abduksi Tidak adanya respons
dan fleksi seluruh dapat menandakan
ektremitas dan dapat deficit neurolologis
mulai menangis bila atau cedera. Tidak
mendapat gerakan adanya respons secara
mendadak atau suara lengkap dan konsisten
keras terhadap bunyi keras
dapat menandakan
ketulian. Respons dapat
menjadi tidak ada atau
berkurang selama tidur
malam
Ekstensi silang Kaki bayi yang Respons yang lemah
berlawanan akan fleksi atau tidak ada respons
dan kemudian ekstensi terlihat pada cedera
dengan cepat seolah- saraf perifer atau
olah berusaha untuk fraktur tulang panjang
memindahkan stimulus
ke kaki yang lain bila
diletakkan telentang,
bayi akan
mengekstensikan satu
kaki sebagai respon
terhadap stimulus
telapak kaki
Glabellar “Blink” Bayi akan berkedip bila Terus berkedip dan
dilakukan 4 atau 5 ketuk gagal untuk berkedip
pertama pada batang menandakan
hidung saat mata terbuka kemungkinan
gangguan neurologis
Palmer grasp Jari bayi akan melekuk Respon yang berkurang
di sekeliling benda dan pada prematuritas.
menggegamnya seketika Asimetris terjadi pada
bila jari diletakkan di kerusakan saraf perifer
tangan bayi (pleksus brakialis) atau
fraktur humerus. Tidak
ada respons yang
terjadi pada deficit
neurologis yang berat
Plantar grasp Jari bayi akan melekuk Respons yang
di sekeliling benda berkurang terjadi pada
seketika bila jari prematuritas. Tidak ada
diletakkan di telapak respons yang terjadi
kaki bayi pada defisit neurologis
yang berat
Tanda Babinski Jari-jari kaki bayi akan Tidak ada respons yang
hiperekstensi dan terjadi pada deficit SSP
terpisah seperti kipas
dari dorsofleksi ibu jari
kaki bila satu sisi kaki
digosok dari tumit ke
atas melintasi bantalan
kaki

5. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir aterm mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan
mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak.
Enzim-enzim digestif aktif saat lahir dan dapat menyokong kehidupan
ekstrauterin pada kehamilan 36-38 minggu. Perkembangan otot dan refleks
yang penting untuk menghantarkan makanan sudah terbentuk saat lahir
(Sondakh, 2013). Enzim tersedia untuk mengkatalisa protein dan karbohidrat
sederhana (monosakarida dan disakarida) tetapi produksi amylase pancreas
yang sedikit mengganggu penggunaan karbohidrat kompleks (polisakarida).
defisiensi lipase pancreas membatasi absorbs lemak, terutama pada makanan
yang memiliki kandungan asam lemak jenuh tinggi, seperti susu sapi. Liver
merupakan organ pencernaan yang paling belum matang. Aktivitas enzim
glucuronyl transferase berkurang, mempengaruhi konjugasi bilirubin dengan
asam glukoronik yang berkontribusi terhadap jaundice/kuning fisiologis.
Pada bayi baru lahir dengan hidrasi yang cukup, membran mukosa
pada mulut berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam dalam gusi dan
sekresi ptyalin sedikit. Refleks muntah dan batuk yang matur sudah terbentuk
dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi menelan dan mencerna
makanan masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung
masih belum sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir.
Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml (15-30ml) untuk bayi
baru lahir cukup bulan. Jumlah asam lambung pada bayi sama sekali tidak
memiliki asam hidroklorida yang akan meningkatkan risiko infeksi. Lama
pengosongan adalah 2,5-3 jam. Pengaturan makan yag sering oleh bayi
sendiri sangat penting, contohnya memberikan ASI sesuai keinginan bayi
(ASI on demand).
Pada waktu lahir bayi, usus bayi dalam keadaan steril hanya dalam
beberapa jam. Bising usus terdengar dalam 1 jam kelahiran. Mekonium yang
ada dalam usus besar sejak 16 minggu kehamilan akan dikeluarkan dalam 24
jam pertama kehidupan pada 90% bayi baru lahir yang normal dan benar-
benar dibuang dalam waktu 48-72 jam. Kotoran pertama berwarna hijau
kehitam-hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada hari ke 3-5, kotoran
berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu bayi diberi makanan,
kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu botol lebih
pucat warnanya, lunak dan berbau sedikit tajam. Bayi defekasi 4-6 kali
sehari, namun ada kecenderungan untuk sulit defekasi (Rochmah, 2012)

6. Sistem Ginjal
Perubahan pada sistem ginjal bayi adalah berikut :
a) Ginjal bayi baru lahir menunjukkan penurunan aliran darah ginjal
dan penurunan kecepatan filtrasi glomerulus. Kondisi itu mudah
menyebabkan retensi cairan dan intoksikasi air.
b) Fungsi tubulus tidak matur sehingga dapat menyebabkan
kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan
elektrolit lain
c) Bayi baru lahir tidak mampu mengonsentrasikan urin dengan baik
yang tercermin dalam berat jenis urin yaitu 1.004 dan osmolalitas
urin yang rendah
d) Bayi baru lahir mengeksresikan sedikit urin pada 48 jam pertama
kehidupan, sering kali hanya 30 hingga 60 ml
7. Sistem Hepatika
a. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas
kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen
b. Hati janin yang berfungsi sebagai produksi hemoglobin setelah lahir
mulai menyimpan besi sejak masih dalam kandungan. Apabila ibu
mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki simpanan
besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupan diluar Rahim
c. Hati mengatur jumlah bilirubin tidak terikat (tak terkonjugasi) dalam
peredaran darah. Bilirubin tak terkonjugasi relative tidak larut dalam air
dan hampir seluruhnya terikat dengan albumin. Tempat ikatan-ikatan
albumin (albumin binding) serum yang adekuat tersedia, kecuali jika
bayi mengalami asfiksia neonatarum, cold stress, atau hipoglikemia. Ibu
yang menggunakan obat-obatan sebelum melahirkan, misalnya sulfa dan
aspirin dapat mengalami penurunan jumlah tempat ikatan albumin pada
bayi baru lahir, sehingga beresiko terjadi hiperbilirubinemia.
d. Meskipun bayi baru lahir memiliki kapasitas fungsional untuk mengubah
bilirubin, kebanyakan bayi mengalami hiperbilirubinemia fisiologis oleh
karena bayi baru lahir memiliki produksi bilirubin dengan kecepatan
produksi yang lebih tinggi.
e. Hiperbilirubinemia (ikterik) dikatakan fisiologis jika :
 Bayi dalam keadaan baik
 Pada bayi aterm, ikterik pertama kali terlihat setelah 24 jam dan
hilang pada akhir hari ketujuh
 Pada bayi premature, ikterik terlihat pertama kali setelah 48 jam dan
menghilang pada hari ke 9 atau ke 10
 Konsentrasi bilirubin tak terkonjugasi dalam serum tidak melebihi
12 mg/100 ml, baik pada bayi cukup bulan maupun bayi premature
 Hiperbilirubinemia hampir secara ekslusif terjadi pada bilirubin tak
terkonjugasi dan nilai bilirubin terkonjugasi tidak boleh melebihi 1-
1,5 mg/100 ml
 Peningkatan konsentrasi bilirubin setiap hari tidak boleh melebihi 5
mg/100 ml. Kadar bilirubin lebih dari 12 mg/100 ml dapat
menunjukkan kegagalan fisiologis yang berat atau suatu penyakit
d. Klasifikasi
Bayi yang beresiko tinggi sering dikategorikan menurut berat lahir, usai
kehamilan, dan terjadinya kondisi patofisiologis yang mempernagruhi bayi-bayi
ini. Kondisi fisiologis umumnya terkait dengan status perkembangan anak dan
kelainan kimia (misalnya hipoglikemia, hipokalsemia) dan efek serta ketidak
dewasaan organ dan proses. Neonates resiko tinggi diklasifikasikan menjadi 3
kelompok dalam hal ini :
1. Bayi baru lahir resiko tinggi yang terkait dengan gangguan usia kehamilan
dan berat lahir, dalam hal ini terdiri dari bayi premature, bayi kecil hamil,
bayi besar hamil dan bayi postmature.
2. Bayi baru lahir resiko tinggi yang berhubungan dengan gangguan
pertumbuhan, yaitu bayi dengan kelainan genetic dan kongenital yang
antara lain terdiri dari kelainan jantung bawaan, hipospadia,
hydrocephalus, anenchepal, omphalocele, down syndrome, atresia ani,
masalah intersex, dan sebagainya.
3. Bayi baru lahir resiko tinggi yang berhubungan dengan kelainan didapat
(acquired disorder), yang terdiri dari, bayi dengan trauma persalinan,
infeksi neonatal, bayi dengan ibu diabetis, hyperbilirubinemia, dan bayi
dengan ibu pengguna zat adiktif.
e. Penatalaksanaan
1. Mengobservasi tanda-tanda vital dan tangisan bayi, bayi mengis kuat
2. Menjaga suhu tubuh bayi tetap hangat untuk mencegah hipotermi, bayi
dibungkus kain flannel
3. Bonding attachment dan memberikan asi pada bayi segera dan bayi mau
menghisap
4. Memberikan injeksi vit k 0,1 mg intra muscular pada paha kiri
5. Memberikan obat tetes mata : 1 tetes tiap mata (dengan chlorophenicol tetes
mata)
6. Pemberian tanda pengenal (gelang bayi)
7. Merawat tali pusat
2.2 Tinjauan Asuhan Kebidanan pada BBL Fisiologis
a. Konsep manajemen asuhan varney
1. Pengumpulan Data Dasar
Data dasar merupakan alat utama untuk mengumpulkan pada saat pasien
masuk. Data ini dikumpulan berdasarkan pengkajian dan pengevaluasian
pasien secara lengkap.
2. Interpretasi Dasar
Setelah terkumpul data dasar kemudian diinterprestasi dengan hati-hati agar
didapatkan diagnosis yang benar serta masalah kebutuhan pasien yang benar.
3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial
Setelah interpretasi data dasar selesai dilakukan, berdasarkan langkah tersebut
akan ditetapkan diagnosis dan masalah potensial pada pasien. Langkah ini
membutuhkan antisipasi yang cukup dan jika memungkinkan dilakukan proses
pencegahan atau segera dilakukan tindakan.
4. Identifikasi dan Penetapan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Setelah menegakkan diagnosis dan mengetahui masalah potensial pada pasien,
bidan melakukan identifikasi apakah pasien memerlukan penanganan segera
atau tidak. Pada tahap ini bidan melakukan konsultasi, kolaborasi, dan
memberikan rujukan.
5. Perencanaan Asuhan Secara Menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan diperlukan perencanaan secara
menyeluruh terhadap masalah diagnosis yang ditegakkan dalam proses
perencanaan ini dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar
penanganan secara menyeluruh dapat berhasil.

6. Pelaksanaan Perancanaan
Setelah semua perencanaan selesai dibuat, rencana tersebut dilaksanakan oleh
bidan baik mandiri atau berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain.
7. Evaluasi
Setelah asuhan dilaksanakan, evaluasi diperlukan untuk mengetahui apakan
asuhan tersebut berhasil atau tidak dengan evaluasi bidan dapat merencanakan
langkah atau progam selanjutnya.
b. Pendokumentasian secara SOAP
1. S (data subjektif)
Data subjektif merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan.
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien yang
diperoleh melalui anamnesa. Pada pasien yang bisu dibagian data di
belakang huruf ”S”, diberi tanda huruf ”O” atau ”X”. tanda ini akan
menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
2. O (data objektif)
Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien yang diperolah melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan
fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostic lain.
3. A (assesment)
Analysis/assessment merupakan pendokumentasian hasil analisis dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
Analisis/assessment merupakan langkah kedua, ketiga, dan keempat
sehingga mencakup hal-hal berikut ini:
a. Diagnosis/masalah kebidanan
b. Diagnosis/masalah potensial
c. Perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi
diagnosis/masalah potensial
4. Perencanaan/ Planning
Perencanaan dan pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan
antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif, dan
penyuluhan.

c. Bagan alur berfikir varney dan pendokumentasian SOAP


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Menggunakan Dokumentasi SOAP


Pengkajian dilakukan tanggal 9 Oktober 2020 di Rumah Sakit oleh Dokter
3.1.1 Data Subyektif
Nama : Bayi Ny. L
Umur : 1 hari
Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Permata Biru Blok B 12, Kota Kediri
Nama Ayah : Tn. S

ANAMNESA
Keluhan utama : Bayi baru lahir tidak ada keluhan
Riwayat penyakit sekarang : Tidak ada riwayat penyakit
Jenis persalinan : Spontan
APGAR Score : 1 menit 8 pada 5 menit 10
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 50 cm
Usia kehamilan : 40 minggu
Ketuban :

Pecah dini pada jam : ………….. jelas……. Warna :


Jernih/Keruh/Meconeal
Tidak pecah dini

Lain-lain

Riwayat ketuban dan kelahiran :


Antenatal : Dokter / Bidan / Puskesmas / RS / Dll
Berapa kali : 6 kali
Tempat kelahiran :

Dokter Bidan Puskesmas

 Rumah Sakit Lain-lain


Prenatal : TM I : Ibu periksa 1x di RS dengan keluhan mual. Ibu
di beri terapi vitamin serta ibu dianjurkan untuk makan sedikit- sedikit
tapi sering, menjaga pola nutrisi.
TM II : Ibu periksa di RS sebanyak 1x di RS dan tidak mempunyai
keluhan ibu di beri terapi tablet tambah darah dan vitamin dan
dianjurkan untuk ikut senam hamil, control rutin ANC, menjaga pola
nutrisi dan istirahat.
TM III : ibu periksa 4x di RS dengan keluhan perut sering kencang-
kencang dan keputihan. Ibu di beri tablet tambah darah, dianjurkn
untuk menjaga pola nutrisi, pola istirahat, senam hamil, tanda-tanda
persalinan, perawatan payudara.
Natal : Ibu merasa perutnya kencang-kencang sejak pukul
20.30 WIB tanggal 7 Oktober 2020. Ini adalah anak pertama lahir pada
tanggal 8 Oktober 2020 jenis kelamin perempuan lahir
spontan,belakang kepala, ketuban jernih, langsung menangis.
Post Natal : Bayi lahir pukul 08.00 WIB. Setelah lahir bayi
langsung diletakkan di dada ibu. Setelah itu dilakukan perawatan pada
bayi. Dilakukan pemeriksaan fisik pada bayi, diberi salep mata,
disuntikan imunisasi dan vitamin di paha kiri dan kanan. Kondisi
umum dalam keadaan baik. Bayi mau menyusuke ibunya.
Imunisasi : HB 0
Riwayat Kesehatan Keluarga :

TIDA
YA TIDAK YA Sebutkan
K
DM  HIPERTENSI  LAIN-LAIN
TBC  HIPERTENSI  LAIN-LAIN

3.1.2 Data Obyektif


3.1.2.1 Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : Cukup/Baik/Lemah
Suhu : Suhu rektal 36,6˚C
Nadi : 138x/menit
Pernafasan : 56x/menit
Berat badan : 3000 gram
Panjang badan : 50 cm
Lingkar kepala : 33 cm
Lingkar lengan : 11 cm
Lingkar perut : 34 cm
Lingkar dada : 34 cm
b. Kesadaran
(  ) Gerak aktif (  ) Menangis kuat ( ) Lethargi
( ) Merintih ( ) Koma ( ) Lain-lain
c. Kepala
1) Rambut
Tipis Ya/Tidak Kering Ya/Tidak
Kotor Ya/Tidak Jarang Ya/Tidak
2) Mata
Konjugtiva Anemis Ya/tidak Merah Ya/Tidak
Sklera Leterus Ya/Tidak Lain/lain Ya/Tidak
3) Wajah
Leterus Ya/Tidak Grimace
Ya/Tidak
Pucat Ya/Tidak Cyanosis Ya/Tidak
Lain-lain………
4) Telinga
Simetris Ya/Tidak Radang Ya/Tidak
Sekret Ada/Tidak Pendarahan Ya/Tidak
Tulang rawan + /- Lain-lain……..
5) Hidung : Pernafasan cuping hidung Ya/Tidak
Lubang hidung : Terdapat septum
6) Mulut : Bibir Kering Ya/Tidak
Trismus Ya/Tidak
Lidah Kotor Ya/Tidak
Palatun Ada/Tidak
Lain-lain……….
7) Leher : Pembesaran vena Ada/Tidak
Kaku Kuduk Ada/Tidak
d. Thorak
Gerak nafas : Relaksasi otot dada Normal/Tidak
Bentuk :  Normal Chest

Barel Chest

Irama Nafas : Reguler



Irreguler

Stidor

Payudara : Gynecomasti Ada/Tidak


Putting Menonjol/Masuk
Asi Keluar/Tidak
Paru-paru : Ronchi Ada/Tidak
Whezing Ada/Tidak

Jantung : Regular

Murmur

Irregular

Irama Galop

e. Abdomen
Inspeksi : Bentuk : Buncit/Tegang/Normal
Acites : Ada/Tidak
Tali Pusar : Segar/Layu
Perdarahan : Ya/Tidak
Berbau : Ya/Tidak
Kotor : Ya/Tidak
Palpasi : Massa Ada/Tidak
Fecalit Ada/Tidak
Distensi Ada/Tidak
Perbesaran Hepar Ada/Tidak
Perkusi : Thyampany

Hypertimpany

Dulnes
Lain-lain

Auskultasi : Suara Peristaltik : Normal/Meningkat/Turun


f. Genetalia
Labia : Oedema Ya/tidak
Pendarahan Ya/Tidak
Labia Mayor menutup labia minor Ya/Tidak
g. Anus
Berlubang : Ya/Tidak
Pendarahan : Ya/Tidak
Lain-lain : ……
h. Extermitas
Atas : Polidactili Ya/Tidak
Syndactili Ya/Tidak
Gerak aktif Ya/Tidak
Fraktur Ya/Tidak
Bawah : Polidactili Ya/Tidak
Syndactili Ya/Tidak
CTEV Ya/Tidak
Genovalgus Ya/Tidak
i. Neurologi :

YA TIDAK YA TIDAK
Kaku kuduk  Kejang 
Muntah  Panas 

j. Reflek bayi
1. Rooting reflek Ya/Tidak
2. Sucking reflek Ya/Tidak
3. Moro reflek Ya/Tidak
4. Babynski reflek Ya/Tidak
5. Graps reflek Ya/Tidak
6. Swallowwing reflek Ya/Tidak
3.1.2.2 Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : Tidak ada
Foto : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
3.1.3 Analisis
Diagnosa : Neonatus cukup bulan, usia bayi 1 hari
Masalah : Tidak ada
Kebutuhan : Tidak Ada
3.1.4 Penatalaksanaan
Tanggal : 9 Oktober 2020 Jam : 08.00 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi bayi saat ini baik S : 36,6 ºC
N : 138x/menit PR : 56x/menit
2. Memberitahu ibu cara menyusui yang benar yaitu mult bayi
menempel, pada aerola ke mulut bayi, dagu menempel pada payudara
ibu, perut bayi menempel pada prut ibu, dan tidak terdapat suara
decakan.
3. Memberitahu cara menyendawakan bayi dengan cara digendong agak
tinggi, kepala bersandar pada Pundak ibu, kemudian punggung bayi
di tepuk-tepuk secara perlahan sampai keluar suara sendawa.
4. Beritahu ibu untuk memberika asi eksklusif 6 bulan, menjelaskan
manfaat pemberian asi eksklusif dapat memberikan kekebalan pada
bayi, dan merupakan zumber nutrisi terlengkap bagi bayi.
5. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi sehari-hari seperti perawtan tali
pusat pada bayi yaitu dengan diberikan menggunakan kapas alcohol
dan kemudian dibungkus dengan kassa steril dan Ketika memandikan
bayi bungkus tali pusat di lepat terlebih dahulu dan memberitahu ibu
untuk tidak memandikan bayi terlalu lama untuk mencegah bayi
kedinganan.
6. Menganjurkan ibu untuk datang ke RS untuk control pada tanggal 13
Oktober 2020 untuk kunjungan neonatus ke 2 dan untuk melihat
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
7. Melakukan pendokumentasian pada buku KIA dan rekam medis.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tanggal 7 Oktober 2020 Ny. S datang ke rumah sakit diantar suami dengan
mengeluhkan perut kencang-kencang, setelah dilakukan pemeriksaan ibu sudah kala 1 fase
aktif. Sesuai teori bahwa persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks.

Saat bayi dilahirkan segera dilakukan pemeriksaan fisik. Didapat hasil pemeriksaan
fisik yang baik dan normal. By Ny. S memiliki Suhu: 36,6 °C, Nadi: 138 x/menit,
Pernafasan: 56 x/menit, Berat badan: 3000 gram, Panjang badan: 50cm, Lingkar kepala: 33
cm, Lingkar lengan: 11 cm, Lingkar perut: 34 cm, Lingkar dada: 34 cm. By Ny. S juga
memiliki reflek normal. Bayi Ny. S juga langsung menangis keras saat di lahirkan dan
langsung mencari puting susu ibu saat mulutnya di dekatkan di puting susu ibu. Kulit bayi
Ny. S berwarna kemerah merahan. Sesuai dengan konsep teori yang sudah dijelaskan bahwa
neonatus dikatakan normal jika : berat badan bayi antara 2500-4000 gram, panjang badan
antara 48-52 cm, lingkar kepala bayi 33-35 cm, lingkar dada 30-38 cm, detak jantung 120-
140x/menit, frekuensi pernapasan 40-60x/menit, warna kulit badan memerah muda dan licin,
refleks menghisap dan menelan sudah baik ketika diberikan Inisiasi Menyusui Dini (IMD),
reflek gerak memeluk dan menggenggam sudah baik. (Bobak & Jensen 1997:362)

Pada tanggal 9 Oktober 2020 jam 08.00 wib dokter memberitahukan kepada ibu
tentang hasil pemeriksaan fisik. Dokter juga menganjurkan ibu untuk menyusui selama 6
bulan dan menyusui secara on demand, kapan saja tanpa dijadwal. Dokter juga menganjurkan
ibu untuk menjaga kebersiha bayinya. Dokter juga memberikan injeksi VIT K 0,1 mg intra
muscular pada paha kiri dan memberi obat tetes mata. Hal ini sesuai dengan teori yang sudah
di jelaskan di atas.

Setelah melakukan pelaksanaan, evaluasi perlu dilakukan untuk meninjau apakan


sudah benar asuhan yang diberikan kepa klien. Dari kasus yang sudah dibuat asuhan yang
diberikan sudah benar dan sesuai dengan teori. Bidan atau dokter mampu memberikan asuhan
kepada bayi baru lahir dengan benar dan sesuai dengan teori yang sudah ada. Untuk
selanjutnya bidan atau dokter dapat memberikan tindakan selanjutnya seperti memberikan
edukasi bagaimana memberikan asuhan yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan
bayi kedepanya.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bayi Ny. S dilahirkan sehat dan normal dengan pemeriksaan fisik, Suhu: 36,6 °C,
Nadi: 138 x/menit, Pernafasan: 56 x/menit, Berat badan: 3000 gram, Panjang badan:
50cm, Lingkar kepala: 33 cm, Lingkar lengan: 11 cm, Lingkar perut: 34 cm, Lingkar
dada: 34 cm. By Ny. S juga memiliki reflek normal. Bayi Ny. S juga langsung
menangis keras saat di lahirkan dan langsung mencari puting susu ibu saat mulutnya di
dekatkan di puting susu ibu. Kulit bayi Ny. S berwarna kemerah merahan. Pada laporan
pendahuluan ini dapat disimpulkan bahwa Bayi baru lahir normal adalah bayi yang
lahir dengan umur kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu dengan berat lahir
2500 – 4000 gram. Jika bayi memiliki berat > 2500 gram bayi termasuk dalam
klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah.
5.2 Saran
Saran bagi mahasiswa diharapkan setelah mengetahi asuhan pada bayi baru lahir
dapat memberikan asuhan bayi baru lahir sesuai teori. Kemudian bagi pembaca
diharapkan dengan adanya makalah ini dapat mengedukasi pembaca agar dapat bersifat
bijak dalam memberikan asuhan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA

Rohmatin, Homsiatur, Agustina Widayati dan Umi Narsih. 2018. Mencegah Kematian
Neonatal Dengan P4K. Malang : Unidha Press

Armini, Ni Wayan, Ni Gusti Kompiang Sriasih, dan Gusti Ayu Marhaeni. 2017. Asuhan
Kebidanan : Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Sekolah. Yogyakarta : Andi

Sulisdian, Erfiani Mail, dan Zulfa Rufaida. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan
dan Bayi Baru Lahir. Surakarta : CV Oase Group

Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru lahir.
Yogyakarta : Deepublish

Girsang, Bina Melvia. 2020. Asuhan Keperawatan : Perawatan metode Kanguru (PMK).
Yogyakarta : Deepublish

Dwienda R, Octa, dkk.2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan neonates, Bayi/ Balita dan Anak
Pra Sekolah. Yogyakarta: Deepublish

Anda mungkin juga menyukai