Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PRE-KLINIK

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK SAKIT KRONIS DAN TERMINAL

“Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)”

Dosen Pembimbing:
Ns. Ira Mulya Sari, M.Kep., Sp.Kep.An

Pembimbing Klinik:
Ns. Gauri, S.Kep

Disusun Oleh:

Zaky El-karim
2111311050
Kelas A2
Kelompok Praktikum B

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2023
1. Pengertian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi, berat lahir adalah berat yang ditimbang 1 (satu ) jam
setelah lahir (Noorbaya dan Johan, 2019). Berat badan lahir adalah salah satu indikator
tumbuh kembang mulai masa anak-anak hingga masa dewasa dan gambaran status gizi
yang diperoleh janin dalam kandungan.
BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah) adalah salah satu dari sekian masalah pada
defisiensi zat gizi di beberapa wilayah. Definisi BBLR adalah bayi yang dilahirkan dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa melihat masa kehamilan (Kosim, 2012). BBLR
dibagi menjadi dua kategori yakni BBLR disebabkan prematur (persalinan pada usia
kehamilan minggu) dan BBLR disebabkan retardasi pertumbuhan intrauteri atau bayi yang
lahir pada usia kehamilan >37 minggu namun berat lahir badan.

2. Etiologi
Usia ibu hamil termasuk faktor BBLR terutama bagi ibu hamil yang berusia kurang
atau lebih dari usia reproduksi optimal yakni 20-35 tahun(Manuaba, 2012). Ibu dengan
usia kurang dari 20 tahun belum memiliki peredaran darah menuju serviks dan uterus yang
sempurna sehingga menyebabkan gangguan pada proses penyaluran nutrisi dari ibu ke
janin (Manuaba, 2012).
Tingginya kasus-kasus BBLR tersebut kemungkinan disebabkan karena masih banyak
ibu hamil dengan resiko tinggi yaitu 4T atau yang biasa disebut dengan 4 terlalu yaitu ibu
hamil terlalu muda, terlalu tua, terlalu banyak punyak anak dan terlalu pendek jarak
melahirkan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Selain itu adanya penyakit-
penyakit yang diderita oleh ibu hamil juga berperan signifikan menyebabkan terjadinya
BBLR, diantaranya yaitu penyakit HIV, Sipilis dan Hepatitis B serta Pre eklamsi.
Munculnya hipertensi saat kehamilan dapat mengganggu tumbuh kembang janin intrauteri
akibat pertumbuhan plasenta yang terlalu kecil atau terjadi infark yang luas.
Kunjungan ANC sebanyak ≥4 kali memiliki makna penting bagi ibu hamil supaya
petugas kesehatan dapat memantau dan memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
anak, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik dan mental, mengenali secara
dini adanya komplikasi dan kecacatan, dan mempersiapkan persalinan cukup bulan.
Dampak dari kurangnya jumlah kunjungan ANC dapat menyebabkan kurang pengetahuan
pada ibu hamil dalam menjaga kesehatan selama kehamilan dan tumbuh kembang janin
(Rahmi et al., 2014). Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013).
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah, yaitu:

1. Faktor genetik atau kromosom


2. Infeksi
3. Bahan toksik
4. Insufisiensi atau disfungsi plasenta
5. Radiasi
6. Faktor nutrisi
7. Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa kehamilan,
plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan sebagainya.

Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah
yang berhubungan, yaitu:
1. Faktor ibu
a. Paritas
b. Abortus spontan sebelumnya
c. Infertilitas
d. Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun
e. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
f. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok
2. Faktor kehamilan
a. Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
b. Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
a. Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
b. Infeksi congenital (missal : rubella)
4. Faktor yang masih belum diketahui

3. Patofisiologi
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. Secara umum penyebab dari bayi berat badan lahir rendah dipengaruhi
oleh beberapa factor antara lain gizi saat hamil yang kurang dengan umur kurang dari 20
tahun atau diatas 35 tahun, jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu
berat, penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah, perokok.
BBLR biasanya disebabkan juga oleh hamil dengan hidramnion, hamil ganda,
perdarahan, cacat bawaan, infeksi dalam rahim. Hal ini akan menyebabkan bayi lahir
dengan berat 2500 gram dengan panjang kurang dari 45 cm, lingkar dada kurang dari 30
cm kepala lebih besar, kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang, otot
hipotonik lemah, pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea biasanya terjadi pada umur
kehamilan kurang dari 37 minggu.
Kemungkinan yang terjadi pada bayi dengan BBLR adalah Sindrom aspirasi
mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres respirasi, penyakit membran hialin,
dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu,
hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak, hipotermia,
hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan darah, infeksi, retrolental
fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC), bronchopulmonary dysplasia, dan
malformasi konginetal.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir rendah
adalah:
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus,
dan lahir mati.

b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.


c. Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau
perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
b. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
c. Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
d. Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 – 50 kali / menit.
13. Nadi 100 – 140 kali / menit.

5. Penatalaksanaan

1. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik yang
tepat
2. Penanganan secara umum:
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b. Pelestarian suhu tubuh
Bayi dengan berat lahir rendah, mempunyai kesulitan dalam mempertahankan
suhu tubuh. Bayi akan berkembang secara memuaskan, asal suhu rectal
dipertahankan antara 35,50 C s/d 370 C.Bayi berat rendah harus diasuh dalam
suatu suhu lingkungan dimana suhu normal tubuhnya dipertahankan dengan
usaha metabolic yang minimal. Bayi berat rendah yang dirawat dalam suatu
tempat tidur terbuka, juga memerlukan pengendalian lingkungan secara
seksama. Suhu perawatan harus diatas 25 0 C, bagi bayi yang berat sekitar 2000
gram, dan sampai 300C untuk bayi dengan berat kurang dari 2000 gram
c. Inkubator
Bayi dengan berat badan lahir rendah, dirawat didalam incubator. Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui “jendela“ atau “lengan baju“. Sebelum
memasukkan bayi kedalam incubator, incubator terlebih dahulu dihangatkan,
sampai sekitar 29,4 0 C, untuk bayi dengan berat 1,7 kg dan 32,20C untuk bayi
yang lebih kecil. Bayi dirawat dalam keadaan telanjang, hal ini memungkinkan
pernafasan yang adekuat, bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian, observasi
terhadap pernafasan lebih mudah.
d. Pemberian oksigen
Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR,
akibat tidak adanya alveolo dan surfaktan. Konsentrasi O 2 yang diberikan sekitar
30- 35 % dengan menggunakan head box, konsentrasi o2 yang tinggi dalam
masa yang panjang akan menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang
dapat menimbulkan kebutaan.
e. Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap
infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus,
cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
f. Pemberian makanan
Pemberian makanan secara dini dianjurkan untuk membantu mencegah
terjadinya hipoglikemia dan hiperbillirubin. ASI merupakan pilihan pertama,
dapat diberikan melalui kateter ( sonde ), terutama pada bayi yang reflek hisap
dan menelannya lemah. Bayi berat lahir rendah secara relative memerlukan
lebih banyak kalori, dibandingkan dengan bayi preterm.

6. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simtomatik.
3. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna,
sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara
residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi untuk
yang berikutnya.
4. Asfiksia neonetorom.
5. Hiperbulirubinemia
6. Gangguan cairan dan elektrolit .
7. Sindroma gawat nafas (asfiksia).
8. Paten suktus arteriosus.
9. Infeksi.
10. Perdarahan intraventrikuler.
11. Apnea prematuritas.
12. Anemia

Komplikasi pada masa berikutnya yaitu:


1. Gangguan perkembangan.
2. Gangguan pertumbuhan.
3. Gangguan penglihatan (retinopati).
4. Gangguan pendengaran.
5. Penyakit paru kronis.
6. Meningkatnya jumlah nyeri dan seringnya rawat inap.
7. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

8. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan Kegiatan dalam
pengkajian adalah pengumpulan data. Pengumpular data adalah kegiatan untuk
menghimpun data meliputi: anamnesa. observasi, dan pemeriksaan (Setiawan, Prasetyo,
Santuso, dkk, 2014).
a. Identitas bayi, terdiri dari nama bayi, tanggal lahir bayi, tanggal pemeriksaan, jenis
kelamin, berat badan lahir, pengukuran antroprometri seperti panjang bayi, lingkar
kepala bayi, lingkar dada bayi, denyut jantung/menit, pemapasan reguler/ireguler,
respirasi, suhu.
b. Identitas orang tua bayi, terdiri dari nama ayah dan ibu bayi, umur kedua orang tua,
pekerjaan orang tua, pendidikan terakhir, alamat tinggal, tanggal masuk Rumah Sakit
(MRS).
c. Keluhan utama, terdiri dari berat badan bayi, suhu bayi, lingk dada bayi, lingkar
kepala bayi, dan kesadaran bayi.
d. Riwayat penyakit sekarang adalah mengkaji keadaan bayi yan saat ini, seperti apakah
berat badan bayi menurun atau tida apakah bayi bergerak aktif, apakah menangis
lemah, apakah suhu tubuh bayi pernah tinggi, apakah dirawat menggunakan inkubator
atau tidak.
e. Riwayat penyakit keluarga adalah mengkaji kedua orang tuanya seperti mengkaji
derajat pendidikan, sosial ekonomi dan khususnya ibu untuk mengetahui riwayat
penyakit diderita ibu dan riwayat kehamilan.
f. Riwayat penyakit dahulu atau persalinan adalah mengkaji proses persalinan ibu
seperti tanggal, waktu kelahiran, lalu saat kehamilan apakah ibu rajin memeriksakan
kehamilannya.
g. Pemeriksaan fisik biologis
A. Kondisi umum
1) Tingkat kesadaran/ keaktifan bayi
2) BB <2500 gram
3) PB 45cm
4) LK <33 cm
5) LD<30cm
6) TD : 80/46 mmHg
7) Nadi : 120-160x/menit
8) Suhu : 36,5-37°C
9) Pernapasan : 40-60 x/ menit
10) Posture cenderung ekstensi
Catatan untuk bayi normal :
1) PB : 48-55 cm
2) LK : 33-35 cm
3) LD : kurang dari 2-3 cm dari LK
4) Setelah beberapa hari LD=LK karena ada ekspansi paru
5) Ubun-ubun besar 2-3 cm
6) Ubun-ubun kecil : 0,5-1 cm
7) Ubun ubun berbentuk khas “Diamond”
8) Posture fleksi
B. Pengkajian Umum
1) Dengan menggunakan timbangan elektronik, timbang setiap hari, atau lebih
sering apabila diinstruksikan
2) Ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik
3) Gambarkan bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat, kemudahan
bernafas adanya edema, dan lokasinya
4) Gambarkan adanya deformitas yang nyata
5) Gambarkan adanya tanda disstres: warna buruk, mulut terbuka, kepala
terangguk-angguk, meringis, alis berkerut
C. Pengkajian Pernapasan
1) Gambarkan bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi,
selang dada atau penyimpangan lain.
2) Gambarkan otot aksesori: pernafasan cuping hidung atau substansial,
interkostal, atau retraksi subklavikular.
3) Tentukan frekuensi keteraturan pernafasan
4) Auskultasi dan gambarkan bunyi pernafasan: stridor, krekels, mengi, ronki
basah, area yang tidak ada bunyinya, mengorok, penurunan udara masuk,
keseimbangan bunyi nafas
5) Tentukan apakah penghisapan diperlukan
6) Gambarkan tangisan bila tidak diinstubasi
7) Gambarkan oksigen ambien dan metode pemberian, bila diinstubasi
gambarkan ukuran selang, jenis ventilator dan penyiapannya, serta metode
pengamanan selang
8) Tentukan saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen
dan karbondioksida dengan oksigen transkutan dan karbondioksida
transkutan
D. Pengkajian Kardiovaskular
1) Tentukan frekuensi dan irama jantung
2) Gambarkan bunyi jantung, termasuk adanya murmur
3) Tentukan titik intensitas maksimum, titik dimana bunyi dan palpasi denyut
jantung yang terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat
menunjuukan pergeseran mediastinum)
4) Gambarkan warna bayi: sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling
5) Kaji wama kuku, membran mukosa, bibir
6) Tentukan tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan ukuran
manset, periksa setiap ekstremitas setidaknya sekali
7) Gambaran nadi perifer, pengisian kapiler (<2-3 detik), perfusi mottling
8) Gambarkan monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi
"on"
E. Pengkajian Gastrointestinal
1) Tentukan distensi abdomen lingkar perut bertambah, kulit mengkilat, tanda-
tanda eritma dinding abdomen, peristaltik, yang dapat dilihat, lengkung susu
yang dapat dilihat, status umbilikus
2) Tentukan adanya tanda-tanda regurgitasi dan waktu yang berhubungan
dengan pemberian makan
3) Gambarkan jumlah, warna, konsistensi feses, periksa adanya darah samar dan
ata penurunan substansi bila diinstruksikan dengan tampilan feses
4) Gambarkan bising usus, ada atau tidak ada
F. Pengkajian Genitourinaria
1. Gambarkan adanya abnormalitas genetalia
2. Gambarkan jumlah urin (warna, pH, dll)
3. Periksa BB (pengkajian paling akurat untuk hidrasi)
G. Pengkajian Neurologis - Muskuloskeletal
1. Gambarkan gerakan bayi acak, bertuan, gelisah kedutan, spontan, menonjol
tingkayt akitivitas dengan stimulasi, evaluasi berdasarkan usia gestasi
2. Gambarkan posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi
3. Gambarkan reflek yang diamati: moro, menghisap, babinski, reflek plantas,
dan reflek yang diharapkan
4. Tentukan perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan)
H. Pengkajian Suhu
1. Tentukan suhu kulit dan aksila
2. Tentukan dengan suhu lingkungan
I. Pengkajian Kulit
1. Gambarkan adanya perubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh,
abrasi atau area gundul, khususnya dimana alat pemantau, infus, atau alat lain
kontak dengan kulit, periksa juga dan perhatikan adanya preparat kulit yang
digunakan (misal plester, providin-iodin)
2. Tentukan tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah-pecah, terkelupas dll
3. Gambarkan adanya kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya
dan amati adanya tanda-tanda infiltrasi
4. Gambarkan jalur pemadangan kateter infus intravena, jenis (aretri, vena,
perifer, umnilikus, sentral, vena sentral perifer), jenis infus (obat, salin,
dekstrosa, elektrolit, lemak, nutrisi parenteral total), jenis pompa infus dan
frekuensi aliran, jenis jarum (kupu-kupu, kateter), tampilan area insersi
J. Tanda Stres atau Keletihan Pada Neonatus
1. Stress otonimik akrosianosis, pernafasan dalam dan cepat, frekuensi jantung
reguler dan cepat
2. Perubahan pada status: status tidur atau dangal. Menangis atau rewel, mata
berkaca- kaca atau kewaspadaan terganggu
3. Perubahan perilaku
a) Mata tidak berfokus atau tidak terkoordinasi
b) Lengan dan kaki lemas
c) Bahu faksid ke bawah kembali
d) Cegukan
e) Bersin
f) Menguap
g) Mengejan, buang air besar
h. Pemeriksaan refleks fisiologis
Adapun refleks fisiologis yang dikaji pada bayi BBLR antara lain:
a. Sucking (mengisap), kaji bagaimana bayi memulai gerakan menghisap kuat atau
lemah sebagai respons terhadap ransangan.
b. Muntah, kaji stimulasi terhadap faring posterior pada bay dengan isap, atau
masuknya selang.
c. Swallowing (menelan), kaji apakah bayi sudah bisa menelan dengan baik tanpa
tersedak.
d. Rooting (mencari), kaji dengan menyentuh dan menekan dagu sepanjang sisi
mulut apakah akan membuat bayi membalikkan kepala ke arah sisi tersebut.
e. Ekstrusi, kaji pada bayi jika lidah disentuh atau ditekan maka bayi akan
merespons dengan mendorongnya keluar
9. Diagnosa Keperawatan
a) Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas
b) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d spasme jalan nafas
c) Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolus-kapiler

10. Kriteria Hasil, Intervensi

NO DIAGNOSA SIKI
1 Pola nafas tidak efektif b.d Manajemen jalan nafas
hambatan upaya nafas Observasi
Tujuan:  Monitor Pola Nafas
Pola nafas pasien mulai  Pantau perubahan suara pernafasan
membaik baik itu inspirasi  Pantau dahak
dab ekspirasinya bisa  Monitor saturasi oksigen (SpO2 dan Co₂)
memberikan ventilasi yang Terapeutik
kuat, lalu dilakukan
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari
tindakan luaran keperawatan
15 detik
sebagai berikut:
 Lakukan sebelura endotrakeal
1. Dispnea menurun
hiperoksigenasi penghisapan
2. Penggunaan otot
 Berikan oksigen, jika perlu
bantu nafas menurun
Edukasi
3. Pemanjangan fase
 Anjurkan asupan cairan
ekspirasi menurun
Kolaborasi
4. Ortopnea menurun
 Kolaborasi bronkodilator, pemberian
5. Frekuensi nafas
ekspektoran, raukolitik, jika perlu
membaik
6. Kedalaman nafas
membaik
7. Ekskursi dada
membaik

2 Bersihan jalan nafas tidak Pemantauan respirasi


efektif b.d spasme jalan Observasi
nafas  Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
Tujuan: upaya nafas
Membersihkan jalan nafas  Pantau pernafasan
pasien yang tersumbat oleh  Monitor adanya produksi sputum
benda asing atau  Monitor jalan nafas adanya sumbatan jalan
secret/sputum, lalu nafas
dilakukan tindakan luaran  Monitor saturasi oksigen
keperawatan sebagai  Auskultasi bunyi nafas
berikut:
Terapeutik
1. Batuk efektif
 Atur interval per tahun respirasi sesuai
meningkat
kondisi pasien
2. Mengi, wheezing
 Dokumentasikan hasil pemantauan
menurun
3. Mekonium menurun
4. Dispnea, ortopnea
menurun
5. Sianosis menurun
6. Frekuensi nafas dan
pola nafas membaik

3 Gangguan pertukaran gas Insersi jalan nafas buatan


b.d perubahan membran Observasi
alveolus-kapiler  Monitor status pernafasan
Tujuan:  Identifikasi kebutuhan insersi jalan nafas
Meningkatnya kadar O2 buatan
dalam tubuh pasien  Monitor koroplikasi selaroa proses
sehingga pasien menjadi tindakan dilakukan
nyaman, lalu dilakukan Terapeutik
tindakan luaran keperawatan  Gunakan APD
sebagai berikut:  Lakukan penghisapan pada daerah mulut
1. Dispnea menurun dan orofaring, jika perlu
2. Bunyi nafas tambahan
 Lakukan fiksasi jalan nafas dengan plester
menurun
Edukasi
3. Pusing, penglihatan
 Jelaskan tujuan dan prosedur instubasi
kabur, gelisah pada keluarga pasien
menurun
4. Cuping hidung (-)
5. PCO2 dan PO2
membaik
6. Sianosis (-)
7. Pola nafas dan warna
kulit membaik
DAFTAR PUSTAKA

Azzizah, Elsa Nur., dkk. 2021. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Bayi Berat
Lahir Rendah (Studi di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya). Jurnal
Kesehatan komunitas Indonesia Vol 17 no 1 Maret 2021.

Ismayanah,. dkk. 2020. Manajemen Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada Bayi Ny “I”
dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa Tanggal 23 Juli - 25 Juli 2019. Vol 2 No 2 Tahun 2020. 2746-2153.

Latifah, Lulu,. dkk. 2017. Hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah dengan Kejadian
Ikterus di Rumah Sakit Umum Daerah Soreang Periode Januari-Desember Tahun
2015. Jurnal Bidan “Midwife Journal” Volume 3 No. 02, Juli 2017.

Suryani, Etti. 2020. Bayi Berat Lahir Rendah Dan Penatalaksanaannya. Strada Press: Kediri.
978-602-5842-69-6.

Anda mungkin juga menyukai