YOGI ARYANTO
NIM : 2022207209309
A. PENGERTIAN
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari
2500 gram. Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang atau sama
dengan 2500 gram disebut premature. Untuk mendapatkan keseragaman, pada
Kongres “European Perinatal Medicine” II di London telah disusun definisi
sebagai berikut:
1. Bayi kurang bulan: bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37
minggu (259 hari).
2. Bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu
sampai dengan 42 minggu (259 – 293 hari).
3. Bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu
atau lebih (294 hari atau lebih)
Dengan pengertian diatas maka bayi dengan berat badan lahir rendah
dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu prematuritas dan dismaturitas.
Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37
minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
kehamilan, atau disebut neonatus kurang bulan-sesuai masa kehamilan (NKB-
SMK) (Kristiyanasari, 201).
B. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan BB lahir
a. BBLR : BB < 2500gr
b. BBLSR : BB 1000-1500gr
c. BBLASR : BB <1000 gr
2. Berdasarkan umur kehamilan
a. Prematuritas murni kurang dari 37 hari dan BB sesuai dengan masa
kehamilan/ gestasi (neonatus kurang bulan - sesuai masa kehamilan/
NKB-SMK).
b. Dismatur (IUGR), BB kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi/kehamilan akibat bayi mengalami retardasi intra uteri dan
merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilan (KMK). Dismatur
dapat terjadi dalam pre-term, term dan post-term yang terbagi dalam :
1) Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB-
KMK), dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259
hari)
2) Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB –
KMK), dengan masa kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu
(259-293 hari)
3) Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB –
KMK), 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih)
(Ridha, 2014)
C. ETIOLOGI
BBLR dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1. Faktor Ibu
a. Penyakit:
1) Toksemia gravidarum
2) Perdarahan antepartum
3) Truma fisik dan psikologis
4) Nefritis akut
5) Diabetes mellitus
b. Usia Ibu
1) Usia <16 tahun
2) Usia >35 tahun
3) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
c. Keadaan sosial
1) Golongan sosial ekonomi rendah
2) Perkawinan yang tidak sah
d. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
2) Ibu peminum alcohol
3) Ibu pecandu narkotik
2. Faktor janin
a. Hidramnion
b. Kehamilan ganda
c. Kelainan kromosom
3. Faktor lingkungan
a. Tempat tinggal dataran tinggi
b. Radiasi
c. Zat-zat racun.
(Hidayat, 2012)
D. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan
yang belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),
tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai
2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi
sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya
kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik
diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami
hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak
menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun
saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi
kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa
hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang
tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan
pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.Anemia gizi dapat
mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan,
BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan
morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan
resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
prematur juga lebih besar.
E. GEJALA KLINIS
1. Prematuritas murni
a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm,
lingkar kepala kurang dari 33 cm, lingkar dada krang dari 30 cm
b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu
c. Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilat dan licin
d. Kepala lebih besar dari badan
e. Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan
f. Lemak subkutan kurang
g. Ubun- ubun dan satura lebar
h. Rambut tipis dan halus
i. Tulang rawan dan daun telinga immature
j. Putting susu belum berbentuk dengan baik
k. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltic usus dapat terlihat
l. Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora (pada wanita), testis belum turun (pada laki-laki)
m. Bayi masih posisi fetal
n. Pergerakan kurang dan lemah
o. Otot masih hipotonik
p. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
mengalami serangan apnoe
q. Reflex tonic neck lemah
r. Reflex menghisap dan menelan belum sempurna
2. Dismatur (IUGR)
a. Pre-term: sama dengan bayi prematuritas murni
b. Post-term:
1) kulit pucat/bernod, mekonium kering keriput, tipis
2) vernix caseosa tipis/ tidak ada
3) jaringanlemak dibawah kulit tipis
4) bayi tampak gesit, aktif dan kuat
5) tali pusat berwarna kuning kehijauan
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan skor ballard
Penilaian usia kehamilan yang tepat penting dalam pemeriksaan bayi baru
lahir untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya. Salah satu metode
untuk menilai masa gestasi yang dipakai adalah New Ballard Score (NBS).
2. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah
4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/
diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas
5. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
G. PENATALAKSANAAAN
1. Medis
a. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen
b. Pengawasan terhadap PDA (Patent Ductus Arteriosus)
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup
d. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotik
yang tepat
H. KOMPLIKASI
1. Sindrom aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindrom distres
respirasi, penyakit membran hialin
2. Dismatur preterm terutama bila masa gestasinya kurang dari 35 minggu
3. Hiperbilirubinemia, patent ductus arteriosus, perdarahan ventrikel otak
4. Hipotermia, Hipoglikemia, Hipokalsemia, Anemi, gangguan pembekuan
darah
5. Infeksi, retrolental fibroplasia, necrotizing enterocolitis (NEC)
6. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi konginetal
I. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah
kesehatan Data subyektif terdiri dari :
a. Biodata atau identitas pasien :
1) Bayi meliputi nama tempat tanggal lahir jenis kelamin
2) Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
b. Riwayat kesehatan
1) Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari
riwayatantenatal pada kasus BBLR yaitu:
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi
buruk, merokok ketergantungan obat-obatan atau dengan
penyakit seperti diabetes mellitus, kardiovaskuler dan
paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya
kelahiran multiple, kelainan kongenital, riwayat
persalinan preterm.
c) Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau
periksa tetapi tidak teratur dan periksa kehamilan tidak
pada petugas kesehatan.
d) Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia
kehamilan (kehamilan postdate atau preterm).
2) Riwayat natal komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan
yang sangat erat dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang
perlu dikaji :
a) Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta
maupun plasenta previa.
b) Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena
pemakaian obat penenang (narkose) yang dapat menekan
sistem pusat pernafasan.
3) Riwayat post natal
Yang perlu dikaji antara lain :
a) Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua
AS (0-3) asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10)
asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm
2500 gram lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-
36 cm).
c) Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus
anetrecial aesofagal.
4) Pola nutrisi
Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan
kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori
dan juga untuk mengkoreksi dehidrasi, asidosis metabolik,
hipoglikemi disamping untuk pemberian obat intravena.
a) Kebutuhan parenteral
Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
b) Kebutuhan nutrisi enteral
BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
c) Kebutuhan minum pada neonatus :
Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
Untuk tiap harinya sampai mencapai 180 – 200 cc/kg
BB/hari
5) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji pada neonatus adalah
a) BAB : frekwensi, jumlah, konsistensi.
b) BAK : frekwensi, jumlah
6) Latar belakang sosial budaya
a) Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR kebiasaan ibu
merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropika
b) Kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,
kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan
tertentu.
7) Hubungan psikologis
Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung
dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian
serta dapat mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Lain halnya dengan BBLR karena memerlukan perawatan yang
intensif
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran dan pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui
atau berlaku
a. Keadaan umum
Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang
aktif dan menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari
responnya terhadap rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang
badan sesuai dengan usianya tidak ada pembesaran lingkar kepala
dapat menunjukkan kondisi neonatus yang baik.
b. Tanda-tanda Vital
Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila penanganan
asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi
hipertermi bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh
antara 36,5C – 37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit
respirasi normal antara 40-60 kali permenit, sering pada bayi post
asfiksia berat pernafasan belum teratur
c. Pemeriksaan fisik
1) Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
2) Kepala
Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung
kemungkinan adanya peningkatan tekanan intrakranial.
3) Mata
Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada
bleeding conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukkan refleksi terhadap cahaya.
4) Hidung
Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
5) Mulut
Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
6) Telinga
Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
7) Leher
Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
8) Thorax
Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100
kali per menit.
9) Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus
costaae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut
buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya
hernia diafragma, bising usus timbul 1 sampai 2 jam setelah
masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI Tract
belum sempurna.
10) Umbilikus
Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya
tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
11) Genitalia
Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki – laki, neonatus
perempuan lihat labia mayor dan labia minor, adanya sekresi
mucus keputihan, kadang perdarahan.
12) Anus
Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air
besar serta warna dari faeses.
13) Ekstremitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-
jari tangan serta jumlahnya.
14) Refleks
Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan
mengenai keadaan susunan syaraf pusat atau adanya patah
tulang
3. Data Penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula. Pemeriksaan yang diperlukan
adalah:
1) Darah : GDA > 20 mg/dl
2) Test kematangan paru
3) CRP
4) Hb dan Bilirubin : > 10 mg/dl
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi, sindrom
hipoventilasi, disfungsi neuromuscular, imaturitas neurologis, kerusakan
neurologis.
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan, ketidakmampuan
menelan makanan, ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrient, faktor
biologis.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
sekunder, malnutrisi, pemajanan terhadap pathogen lingkungan
meningkat, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat.
4. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan berat badan
ekstrem, kegagalan fungsi regulator, kehilangan volume cairan aktif.
5. Hipotermia berhubungan dengan pemajanan lingkungan yang dingin,
penyakit, malnutrisi, pemajanan pakaian yang tidak adekuat, penurunan
laju metabolisme.
(NANDA International, 2014)
K. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi, sindrom
hipoventilasi, disfungsi neuromuscular, imaturitas neurologis, kerusakan
neurologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
a. Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
b. Membran mukosa merah muda
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri
1. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan
pernapasan, perhatikan adanya periode perputaran pernapasan
apnea dan perubahan frekwensi normal dari serangan apnetik
jantung sejati, terutama sering terjadi pad
gestasi minggu ke-30
2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan 2. Menghilangkan mukus yang
neyumbat jalan napas
3. Posisikan bayi pada abdomen atau 3. Posisi ini memudahkan pernapasan
posisi telentang dengan gulungan dan menurunkan episode apnea,
popok dibawah bahu untuk khususnya bila ditemukan adanya
menghasilkan hiperekstensi hipoksia, asidosis metabolik atau
hiperkapnea
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap 4. Magnesium sulfat dan narkotik
obat-obatan yang akan menekan pusat pernapasan dan
memperberat depresi pernapasan aktifitas SSP
pada bayi
Kolaborasi : Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan 1. Hipoksia, asidosis netabolik,
laboratorium sesuai indikasi hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis
memperberat serangan apnetik
2. Berikan oksigen sesuai 2. Perbaikan kadar oksigen dan
indikasi karbondioksida dapat
meningkatkan funsi pernapasan
3. Berikan obat-obatan yang 3. Untuk membantu dalam
sesuai indikasi bernafas pasien dan
mengentalkan mukus
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri
1. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Menentukan metode pemberian
dengan pemberian makan makan yang tepat untuk bayi
(misalnya : mengisap, menelan,
dan batuk)
2. Auskultasi adanya bising usus, 2. Pemberian makan pertama bayi
kaji status fisik dan statuys stabil memiliki peristaltik dapat
pernapasan dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.
Bila distres pernapasan ada cairan
parenteral di indikasikan dan cairan
peroral harus ditunda
3. Kaji berat badan dengan 3. Mengidentifikasikan adanya resiko
menimbang berat badan setiap derajat dan resiko terhadap pola
hari, kemudian dokumentasikan pertumbuhan. Bayi SGA dengan
pada grafik pertumbuhan bayi kelebihan cairan ekstrasel
kemungkinan kehilangan 15% BB
lahir. Bayi SGA mungkin telah
mengalami penurunan berat badan
dealam uterus atau mengalami
penurunan simpanan
lemak/glikogen.
4. Pantau masukan dan dan 4. Memberikan informasi tentang
pengeluaran. Hitung konsumsi masukan aktual dalam hubungannya
kalori dan elektrolit setiap hari dengan perkiraan kebutuhan untuk
digunakan dalam penyesuaian diet.
5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan 5. Peningkatan kebutuhan metabolik
fontanel, turgor kulit, berat jenis dari bayi SGA dapat meningkatkan
urine, kondisi membran mukosa, kebutuhan cairan. Keadaan bayi
fruktuasi berat badan. hiperglikemia dapat mengakibatkan
diuresi pada bayi. Pemberian cairan
intravena mungkin diperlukan untuk
memenuhi peningkatan kebutuhan,
tetapi harus dengan hati-hati
ditangani untuk menghindari
kelebihan cairan
6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; 6. Karena glukosa adalah sumber
takipnea dan pernapasan tidak utama dari bahan bakar untuk otak,
teratur, apnea, letargi, fruktuasi kekurangan dapat menyebabkan
suhu, dan diaphoresis. Pemberian kerusakan SSP
makan buruk, gugup, menangis, permanen.hipoglikemia secara
nada tinggi, gemetar, mata bermakna meningkatkan mobilitas
terbalik, dan aktifitas kejang. mortalitas serta efek berat yang lama
bergantung pada durasi masing-
masing episode.Hipoglikemia dapat
terjadi pada awal 3 jam lahir bayi
SGA saat cadangan glikogen dengan
cepat berkurang dan
glukoneogenesis tidak adekuat
karena penurunan simpanan protein
obat dan lemak.
Kolaborasi : Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan laboratorium 1. Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
sesuai indikasi berhubungan dengan penurunan
· Glukas serum simpanan nutrien dan kadar cairan
· Nitrogen urea darah, kreatin, akibat malnutrisi.
osmolalitas serum/urine, elektrolit
urine
2. Berikan suplemen elektrolit sesuai 2. Ketidakstabilan metabolik pada bayi
indikasi misalnya kalsium SGA/LGA dapat memerlukan
glukonat 10% suplemen untuk mempertashankan
homeostasis.
Kolaborasi : Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan laboratorium 1. Dehidrasi meningkatkan kadar Ht
sesuai dengan indikasi Ht diatas normal 45-53% kalium
serum
2. Berikan infus parenteral dalam 2. Hipoglikemia dapat terjadi karena
jumlah lebih besar dari 180 ml/kg, kehilangan melalui selang
khususnya pada PDA, displasia nasogastrik diare atau muntah.
bronkopulmonal (BPD), atau
entero coltis nekrotisan (NEC)
3. Berikan tranfusi darah. 3. Penggantian cairan darah
menambah volume darah,
membantu mengenbalikan
vasokonstriksi akibat dengan
hipoksia, asidosis, dan pirau kanan
ke kiri melalui PDA dan telah
membantu dalam penurunan
komplikasi enterokolitis nekrotisan
dan displasia bronkopulmonal. Ini
dilakukan mungkin perlu untuk
mempertahankan kadar Ht/Hb
optimal dan menggantikan
kehilangan darah.
Intervensi Rasional
Mandiri: Mandiri:
1. Pertahankan suhu lingkungan 1. Dalam respon terhadap suhu
lingkungan yang rendah, bayi
cukup bulan meningkatkan suhu
tubuh.
2. Pantau suhu bayu sedikitnya 2. Stabilitassuhu mungkin tidak
setiap 30 – 60 menit selam periode terjadi sampai 8 – 12 jam setelah
stabilitas. lahir.
3. Kaji frekuensi pernapasan : 3. Bayu menjadi takipnea dalam
perhatikan takipnea respon terhadap peningkatan
kebutuhan oksigen yang
dihubungkan dengan stress dingin
4. Tunda mandi pertama sampai 4. Membantu mencegah kehilangan
suhu tubuh stabil dan mencapai panas lanjut karena evaporasi
36,5 OC
5. Mandikan bayi dengan cepat 5. Mengurangi kemungkinan
untuk menjaga supaya bayi tidak khilangan panas melalui eksplorasi
kedinginan dan mengeringkannya dan koveksi
dengan segera.
6. Perhatikan tanda-tanda sekunder 6. Hipotermi meningkatkan lagu
sters dingin (misal : peka penggunaan oksigen dan glukosa
rangsang, pucat, tremor, kulit
dingin.
7. Petahankan termonetral 7. Mencegah ketidak seimbangan
lingkungan melalui penggunaan panas atau kehilangan panas.
pengontrol automatik atau alat
pemanas yang disesuaikan pada
37 OC
8. Libatkan keluarga jika bayi 8. Mencegah hipotermi terhadap bayi
kedinginan dekapkan erat bayi ke baru lahir.
tubuh ibu
DAFTAR PUSTAKA
Eko, dkk. 2007. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : EGC
Hidayat, Aziz Alimul. 2012. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta:
Salemba Medika
Kristiyanasari, Weni.2011. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.
Yogyakarta : Nuha Medika
NANDA International. 2014. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi
2012-2014. Jakarta:EGC
Ridha, Nabiel. 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak.Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Mengetahui
Pembimbing Praktik Mahasiswa
Mengetahui,
Pembimbing Akademik