Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Oleh

KELOMPOK 1

1. I KOMANG ADI BUDHIARTA ( 22089144006 )


2. SAYU PUTU PUTRI ARIANI ( 22089144019 )
3. GEDE SOMABAWA ( 22089144018 )
4. I PT ANDREYANA SUYASTAWAN ( 22089144024 )

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM PROFESI NERS

1
A. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir.
Dalam hal ini dibedakan menjadi :
1. Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak sesuai dengan usia kehamilan.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan kurang
atau sama dengan 250 gram (WHO, 1961), sedangkan bayi dengan berat badan kurang
dari 1500 gr termasuk bayi dengan berat badan lahir sangat rendah. Pada kongres
European Prenatal Medicine II (1970) di London diusulkan definisi sebagai berikut:
- Preterin Infant (bayi kurang bulan: masa gestasi kurang dari 269 hari (37mg).
- Term infant (bayi cukup bulan: masa gestasi 259-293 hari (37 – 41 mg).
- Post term infant (bayi lebih bulan, masa gestasi 254 hari atau lebih (42 mg/lebih).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah neonatus dengan berat badan kurang dari
2500 gram.Bayi yang dilahirkan dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam
tekanan lingkungan yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2016).
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa
memandang usia masa kehamilan. BBLR biasa terdiri atas BBLR kurang bulan atau bayi
lahir prematur dan BBLR cukup bulan/lebih bulan dengan hambatan pertumbuhan
intrauterine (IUGR). BBLR kurang bulan/prematur khususnya yang masa kehamilannya,
biasanya mengalami penyulit seperti gangguan nafas, ikterus, infeksi dan
sebagainya,yang apabila tidak dikelola sesuai dengan standar pelayanan medis akan
berakibat fatal. Sementara BBLR yang cukup /lebih bulan pada umumnya organ
tubuhnya sudah matur sehingga tidak terlalu bermasalah dalam perawatannya
(Purwanto,2016).
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat
lahir kurang dari 2.500 gram (Seotjinningsing & Renuh,2014). Pada tahun 1961 menurut
WHO semua bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram disebut Low
Birth Weinght Infant. Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500
gram pada waktu lahir bayi prematur. Bayi dengan BBLR dapat dibagi menjadi 2
golongan, yaitu :
a. Prematuritas murni

2
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat
badan untuk gestasinya itu atau biasa disebut dengan neonatus kurang bulan sesuai
untuk masa kehamilan.
b. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi itu berarti bayi mengalami retraksi pertumbuhan intrauterin dan merupakan
bayi yang kecil untuk masa kehamilannya. Dismatur dapat terjadi dalam preterm,
term dan post term yang terbagi dalam :
* Neonatus kurang bulan – kecil untuk masa kehamilan (NKB- KMK).
* Neonatus cukup bulan – kecil untuk masa kehamilan (NCB – KMK).
* Neonatus lebih bulan – kecil untuk masa kehamilan (NLB – KMK).
Dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500gr
yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu berat badan lebih rendah dari
semestinya sekalipun umur cukup/ karena kombinasi keadaannya. (Manuaba, 2017).

B. ETIOLOGI
Penyebab kelahiran prematur tidak diketahui, tapi ada beberapa faktor yang
berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu :
- Riwayat kelahiran prematur sebelumnya
- Perdarahan antepartum
- Malnutrisi
- Hidromion
- Penyakit jantung/penyakit kronis lainnya
- Umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
- Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat
- Infeksi
- Penderita DM berat
2. Faktor Janin :
- Cacat bawaan
- Kehamilan ganda/gemili
- Ketuban pecah dini/KPD
3. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
4. Kebiasaan
5. Idiopatik

3
C. PATOFISIOLOGI
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup
bulan atau premature, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan ( usia kehamilan 38 minggu ), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya,
yaitu tidk mencapai 2500 gram.
Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yng menyebabkan supli makanan ke bayi jadi
berkurang. Gizi yang baik diperlukan oleh seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan
bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kehamilan yang tinggi, terlebih lagi jika ibu menderita anemia.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di
dalam kandungan, abortus cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
dapat mengakibatkan morbiditas mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi.
Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu
dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar. BBLR dapat
terjadi dengan mekanisme dasar sebagai berikut :
Etiologi (faktor ibu, faktor kehamilan, faktor janin, dan faktor kebiasaan ibu) dapat
menyebabkan pertumbuhan intrauteri yang lambat. Dalam hal ini dapat menimbulkan
terjadinya kelahiran prematur, yaitu bayi lahir dibawah umur kehamilan 37 minggu yang
akhirnya dapat menimbulkan BBLR. Namun BBLR juga terjadi pada kehamilan cukup
bulan, dimana hal ini juga disebabkan oleh karena pertumbuhan intrauteri yang lambat. Pada
bayi dengan BBLR dapat menimbulkan manifestasi klinis pada sistem pencernaan dapat
terjadi kecepatan respirasi lebih dari 70x/menit. Konsentrasi CO2 meningkat rintihan waktu
inspirasi, nafas cuping hidung, kadar oksigen arteri menurun oleh karena konsolidasi paru
progresif akibat kurangnya surfaktan.
Pada sistem integumen dapat terjadi resiko termoregulasi, hipotermi, akibat struktur kulit
yang halus dan tipis, pada sistem imunologi dapat terjadi penurunan daya tahan tubuh yang
dapat menimbulkan resiko tinggi terjadinya infeksi. Komplikasi yang dapat terjadi pada
BBLR adalah sindroma distress respiratory , asfiksia, serangan apnea dan kematian.

4
D. MANIFESTASI KLINIS
1) Prematuritas murni
 BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
 Masa gestasi < 37 minggu
 Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
 Lanugo (bulu-bulu halus) banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis,
telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
 Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
 Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
 Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
 Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
 Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
 Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
apnea, otot masih hipotonik
 Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum sempurna
2) Dismaturitas
 Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
 Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
 Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
 Tali pusat berwarna kuning kehijauan
a) Pada sistem pencernaan
Reflek menghisap dan menelan yang belum sempurna, lingkar kepala kurang dari
35 cm, panjang badan kurang dari 45 cm, berat badan kurang dari 2500 gram.
b) Pada sistem pernafasan
Kecepatan respirasi lebih dari 60x/menit , rintihan waktu inspirasi nafas cuping
hidung, kadar oksigen arteri menurun, konsentrasi CO2meningkat.
c) Pada sistem integumen
Struktur kulit yang halus dan tipis, lewat subkutan yang kurang.
d) Pada sistem imunologi
Daya tahan tubuh lemah, gerakan kurang.

5
E. KOMPLIKASI

- Hipotermia
- Hipoglikemia
- Hiperbilirubin / ikterus
- Sindroma gawat nafas
- Infeksi
- Perdarahan intracranial

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PENUNJANG


a. Radiologi
1) fotothoraks / baby gram pada bayi baru lahir dengan usia kehamilan kurang
bulan. Dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto toraks pada bayi dengan
penyakit membrane hyaline karena kekurangan surfaktan berupa terdapat nyeri
tikulogranular pada parenkin dan grukogramudara.Pada kondisi berat hanya
tampak gambaran white long (mansjoer,dkk,2007).
2) USG kepala terutama pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada
umur 2 hari untuk mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intra cranial
dengan menyisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka.(Ngastiyah,2015)

b. Laboratorium
1) Darahrutin
a) Hematokrit ( HCT)
- bayi usia 1 hari 48 – 69 %
- bayi usia 2 hari 48 – 75%
- bayiusia 3 hari 44 – 72 %
2) Hemoglobin (Hb) untukbayiusia 1-3 hari 14,5 – 22,5 g/dl
3)  Hb A>95% dari total atau 0,95fiaksiHb.
4) JumlahLeukosit
a) bayibarulahir 9,0 - 30,0 x 103 sel/mm3(NL)
b) bayi usia 1 hari / 24 jam 9,4 - 43,0x 103 sel/mm3(NL)
c) usia 1 bulan 9,0 - 19,5 x103 sel/mm3 (NL)

c. Bilirubin
kadarsetelah 1 bulansebagaiberikut :
- terkonjungsi 0 - 0,3 mg/dl (0,5 Nmol/L)
- tak terkonjungsi 0,1 - 0,7 mg/dl (2-12 Nmol/L)

6
c. Glukosa
(8-12 jam post natal )disebuthipoglikemiabilakosentrasiglukosa plasma < 50 ml/dl.
e. Analisa gas darah
1) Tekananpotensial CO2 (PCO2) bayibarulahir 27-40mmHg
2) Tekananpotensial O2 (PO2)
a) lahir 8-24mmHg
b) 5-8 menit 33-75 mmHg
c) 30 menit 31-85 mmHg
d) 71 jam 55-80 mmHg
e) 1 hari 54-95 mmHg
f) kemudian (menurun sesuai usia ) 83-108 mmHg
3) Saturasi oksigen
a) bayi baru lahir 85 - 90 %
b) kemudian 95 - 99 %
4) PH bayi premature (48 jam) 7,35 – 7,50
a. Elektrolit Darah
1) Natrium
a) Serum atau Plasma
- bayibarulahir 136 – 146 mEa/L
- bayi 139 – 146 mEa/L
b) Urin 24 jam 40 – 220 mEa/L
2) Kalium
a) Serum bayi baru lahir 3,0 – 6,0 mEa/L
b) Plasma (heparin) 3,4- 4,5 mEa/L
c) Urin 24 jam 2,5 – 125 mEa/L
3) Klorida
a) Serum/Plasma
- Tali pusat 96 – 104 mEa/L
- Bayi baru lahir 97- 110 mEa/L

 Test Kocok (shake Test)


Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia < 1jam dengan mengambil
cairan amnion yang tertelan dilambung dan bayi nelum diberikan
makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambahgaramfaal 0,5 cc, kemudian
ditambah 1 cc alcohol 95 % dicampur dalam tabung kemudian kocok 15
detik, kemudian diamkan selama 15 menit dengan tabung tetap berdiri.
a) (+) : bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk cincin artinya
surfaktan terdapat dalam paru dalam jumlah yang cukup.

7
b) (-) : bila tidak ada gelembung atau gelembung sebanyak ½
permukaan artinya paru – paru belum matang / tidak ada surfaktan.
c) Ragu : bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin jika hasilnya ragu
maka tes harus diulang.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS / KEPERAWATAN


1. Pengaturan suhu
Untuk mencegah hipotermi, diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam inkubator maka suhunya untuk
bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2 – 2,5 kg adalah 34C.
Bila tidak ada inkubator, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan
meletakkan botol-botol hangat yang telah dibungkus dengan handuk atau lampu
petromak di dekat tidur bayi. Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit, pernafasan, kejang dan
sebagainya sehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin.
2. Pengaturan makanan/nutrisi
Prinsip utama pemberian makanan pada bayi prematur adalah sedikit demi
sedikit. Secara perlahan-lahan dan hati-hati. Pemberian makanan dini berupa glukosa,
ASI atau PASI atau mengurangi resiko hipoglikemia, dehidrasi atau hiperbilirubinia.
Bayi yang daya isapnya baik dan tanpa sakit berat dapat dicoba minum melalui mulut.
Umumnya bayi dengan berat kurang dari 1500 gram memerlukan minum pertama
dengan pipa lambung karena belum adanya koordinasi antara gerakan menghisap dengan
menelan.
Dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 ml larutan glukosa 5 % yang steril
untuk bayi dengan berat kurang dari 1000 gram, 2 – 4 ml untuk bayi dengan berat antara
1000-1500 gram dan 5-10 ml untuk bayi dengan berat lebih dari 1500 Gr.
Apabila dengan pemberian makanan pertama bayi tidak mengalami kesukaran,
pemberian ASI/PASI dapat dilanjutkan dalam waktu 12-48 jam.
3. Mencegah infeksi
Bayi prematur mudah terserang infeksi. Hal ini disebabkan karena daya tubuh
bayi terhadap infeksi kurang antibodi relatif belum terbentuk dan daya fagositosis serta
reaksi terhadap peradangan belum baik. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai
berikut:
- Mencuci tangan sampai ke siku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit
sebelum masuk ke ruang rawat bayi.
- Mencuci tangan dengan zat anti septic/ sabun sebelum dan sesudah memegang
seorang bayi.

8
- Mengurangi kontaminasi pada makanan bayi dan semua benda yang berhubungan
dengan bayi.
- Membatasi jumlah bayi dalam satu ruangan.
- Melarang petugas yang menderita infeksi masuk ke ruang rawat bayi.

9
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
PADA BAYI DENGAN BBLR

a. Pengkajian
- Penurunan BB < 2500 gram
- Panjang badan < 45 cm
- Lingkar kepala < 33 cm
- Lingkar dahi < 30 cm
- Kulit tipis tipis
- Adanya banyak lanugo terutama didaerah hati, pelipis, telinga dan lengan, jumlah
lemak subkutan kurang.
- Ubun-ubun dan sutura lebar
- Pergerakan kurang dan lemah
- Tangisan lemah
- Pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea, reflek tonus leher
lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna
- Kulit pucat atau bernoda mekanium, kering keriput tipis
- Jaringan lemak dibawah kulit tipis

b. Diagnosa Keperawatan
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi / hiperventilasi
2) Gangguan pernafasan gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
sekunder akibat maturasi sistem pernafasan
3) Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan maturasi sistem
pencernaan
4) Resiko terjadinya hipotermi berhubungan dengan fungsi termostat yang belum matur
dan lapisan lemak yang tipis
5) Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan daya imunologi yang lemah
6) Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit
anak

c. Perencanaan
a) Prioritas masalah
Prioritas masalah diangkat dari kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow,
yaitu :
1. Pola nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas

10
3. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko terjadinya hipotermia
5. Resiko terjadinya infeksi
6. Kecemasan orang tua
b) Rencana Keperawatan
1) Diagnosa 1
Tujuan : Pola nafas pasien efektif
Kriteria Hasil : Pasien menunjukan pola nafas yang efektif, ekspansi dada simetris,
tidak ada nafas tambahan, kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal 30-
60x/menit.
Intervensi :
- Observasi TTV pasien
Rasional : merupakan indikator perkembangan pasien
- Beri posisi yang nyaman kepala bayi diekstensikan
Rasional : membuka jalan nafas
- Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai kebutuhan
Rasional : mengetahui kebutuhan oksigenasi yang tepat
- Kolaborasi dalam pemakaian alat bantu nafas dan periksa AGD
Rasional : memberi bantuan nafas yang optimal pada pasien dan mengetahui
perkembangan oksigen pasien
- Kolaborasi dalam pemberian O2sesuai kebutuhan
Rasional : mempertahankan kadar O2dalam jaringan

2) Diagnosa 2
Tujuan : tidak terjadi gangguan pertukaran gas
Kriteria Hasil : pasien tidak sesak nafas, fungsi paru dalam batas normal
Intervensi :
- Kaji bunyi paru, frekuensi nafas dan kedalaman nafas
Rasional : mengetahui perubahan yang terjadi apakah poernafasan dalam
batas normal/ tidak
- Monitor saturasi O2 tiap 2 jam
Rasional : mengetahui kadar O2 dalam jaringan apakah dalam batas normal/
tidak (terjadi gangguan)
- Pantau hasil analisa gas darah (AGD)
Rasional : mengetahui adanya gangguan/ tidak dalam kadar gas darah dan
menentukan intervensi yang tepat.
- Kolaborasi dalam pemberian O2 sesuai kebutuhan
Rasional : mempertahankan kadar O2 dalam jaringan

11
3) Diagnosa 3
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi/ adekuat
Kriteria Hasil : Bayi mau minum susu, BB bayi dalam keadaan normal, tidak ada
tanda-tanda malnutrisi
Intervensi :
- Kaji reflek hisap dan menelan pada bayi
Rasional : reflek hisap dan menelan bayi menandakan bayi mudah dapat
diberikan asupan oral
- Timbang BB per hari
Rasional : status nutrisi terindentifikasi
- Beri ASI/ PASI tiap 2 jam jika tidak terjadi retensi
Rasional : ASI/ PASI sebagai nutrisi utama pada bayi
- Lakukan oral higiene
Rasional : mencegah terjadinya penumpukan sisa makanan dan terjadinya
pertumbuhan jamur
- Kolaborasi dalam pemberian cairan sesuai kebutuhan
Rasional : kebutuhan cairan tubuh terpenuhi

4) Diagnosa 4
Tujuan : termoregulasi hipotermi tidak terjadi
Kriteria Hasil : badan pasien teraba hangat, suhu dalam batas normal
Intervensi :
- Observasi TTV pasien terutama suhu
Rasional : untuk mengetahui suhu bayi dalam normal/ tidak
- Beri selimut pada bayi
Rasional : agar bayi tetap hangat
- Kolaborasi dalam penempatan bayi pada inkubator dan atur suhu inkubator
sesuai dengan keadaan bayi
Rasional : mencegah hipotermi dan menghangatkan bayi

5) Diagnosa 5
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
- Kaji tanda-tanda infeksi
Rasional : tanda infeksi diantaranya dolor, kalor, rubor, fungsiolesia
- Obeservasi TTV pasien
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien/bayi

12
- Perawatan NGT (jika ada)
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
- Perawatan IVFD
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi
- Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional : mencegah terjadinya infeksi

6) Diagnosa 6
Tujuan : kecemasan orang tua teratasi
Kriteria Hasil : Orang tua pasien mengetahui tentang keadaan anaknya dan tidak
tampak cemas
Intervensi :
- Kaji tingkat kecemasan orang tua
Rasional : mengetahui derajat kecemasan orang tua dan memudahkan dalam
menentukan perencanaan/intervensi
- Beri penjelasan tentang keadaan bayinya
Rasional : menambah pengetahuan orang tua tentang keadaan bayinya
- Beri waktu orang tua untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : menurunkan kecemasan orang tua

c) Implementasi
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun sebenarnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat,
dimana tindakan yang diberikan mencakup tindakan dan kolaborasi (Tarwoto dan
Wartonah,2015).

d) Evaluasi
Evaluasi sesuai dengan tujuan yang dibuat dalam rencana keperawatan, yaitu :
1. Pola nafas pasien efektif
2. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas
3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi/adekuat
4. Termoregulasi hipotermi tidak terjadi
5. Infeksi tidak terjadi
6. Kecemasan orang tua pasien teratasi

13
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono (2016). Buku Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Purwanto. (2016). Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mansjoer, Arif, dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ketiga. Jilid 1. Jakarta : EGC.

Nanda, Internasional, (2012-2014). Diagnosa Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Jakarta:


ECG

Ngastiyah, (2015). Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku kedokteran. Jakarta: ECG.

Manuaba. (2017). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: ECG.

Seotjinngsing & Ranuh, U. N (2014). Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta:
ECG.

14

Anda mungkin juga menyukai