Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN BY “A” DENGAN BBLR (BERAT BADAN


LAHIR RENDAH) DI RUANG PERINATALOGI RSUD PROVINSI NTB
TANGGAL 22 S/D 26 NOVEMBER 2021

DISUSUN OLEH :

HUSNUL KHOTIMAH
038STYJ21

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM PENDIDIKAN NERS TAHAP AKADEMIK
T.A 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN BY “A” DENGAN BBLR (BERAT BADAN
LAHIR RENDAH) DI RUANG PERINATALOGI RSUD PROVINSI NTB
TANGGAL 22 S/D 26 NOVEMBER 2021

ASKEP ini di sahkan pada :


Hari :
Tanggal :

MENGETAHUI

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik


BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

A. KONSEP TEORI
1. PENGERTIAN
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
kurang dari 2500 gram pada waktu lahir  (Amru sofian,2012).
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
yang berat badannya 2500 gram atau lebih rendah. Dalam definisi ini
tidak termasuk bayi-bayi dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
(Nugroho Iman santosa)

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO). Berat badan lahir
rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada
waktu lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan
usia gestasi (Wong,2009).

BBLR merupakan bayi (neonates) yang lahir dengan memiliki


berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram.
(Hidayah,2005).

Dalam hal ini dibedakan menjadi :

1) Prematuritas murni
Yaitu bayi pada kehamilan < 37 minggu dengan berat badan
sesuai.

2) Retardasi pertumbuhan janin intra uterin (IUGR)


Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan rendah dan tidak
sesuai dengan usia kehamilan.
2. KLASIFIKASI
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat
lahir rendah dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari
saifuddin,2001) :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500
gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari
1500 gram.
3) Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari
1000 gram.
Sedangkan menurut  WHO  membagi Umur kehamilan dalam
tiga kelompok :
1) Preterm   : kurang dari 37 minggu lengkap.
2) Aterm     : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu
lengkap.
3) Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.

Ada dua macam BBLR yaitu :


1) Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi
yang dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat
badan sesuai.
2) Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari
seharusnya untuk masa gestasi itu.

3. ETIOLOGI
Menurut huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013).
Penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah,yaitu :
a. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan
kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan yang sesuai
dengan masa kehamilan atau disebut juga neonates preterm atau
BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
premature atau BBLR adalah :
a. Faktor ibu :
b. Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
c. Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
d. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
e. Penyakit ibu : HT, jantung, gangguan pembuluh
darah  (perokok).
f. Primigravidarum.
g. Usia ibu  <  20 tahun.
h. Faktor kehamilan
i. Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan
ganda, anomaly congenital.
j. Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.

Karakteristik yang dapat ditemukan pada Premature Murni adalah :


1) LK <33 cm, LD < 30 cm.
2) Gerakan otot bmasih hipotonis.
3) Umur kehamilan <37 minggu.
4) Kepala lebih besar dari badan dan memiliki rambut tipis dan
halus.
5) Pernapasan belum normal dan sering terserang apnea.
6) Kulit tipis, lanugo banyak terutama pada bagian dahi dan
pelipis lengan.
7) Genetelia belum sempurna, pada wanita labia minora belum
tertutup oleh labia mayora, pada laki-laki testis belum turun.
8) Reflek menelan dan reflek batuk masih lemah.

b. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan
kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan
dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan dalam kandungan.
Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Proportionate IUGR

Janin yang menderita distress yang lama dimana


gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu.

b. Disporpotionate IUGR

Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa


minggu sampai beberapa hari sampai janin lahir. Factor-faktor
yang mempengaruhi BBLR pada dismatur adalah :
- Faktor ibu (HT,GGK,perokok,DM,toksemia, dan hipoksia ibu)

- Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi


tali pusat).
- Faktor janin (kelainan kromosom,gamelli,cacat bawaan, infeksi
dalam kandungan)
- Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

4. Patofisiologi (Pathway)
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi
janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri
selalu menimbulkankan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada
bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi “Primary
gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama
kehamilan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan
ini akan mempengaruhi fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan
menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat
reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh
pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini
tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua
(Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan
penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3
metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh
bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya
menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut dalam tubuh bayi
akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan
berkuang.asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan
menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya
akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa
keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan
mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga
menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang
kurang adekuat akan menyebabkan akan tingginya resistensinya
pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan kesistem
tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel
otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau
gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Medicine and linux.com)
5. MANISFESTASI KLINIS
Menurut Huda dan Hardhi. (2013) tanda dan gejala dari bayi berat
badan rendah adalah :
a. Sebelum lahir
- Pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan.
- Pergerakan janin  lebih lambat.
- Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai
yang seharusnya.
b. Setelah bayi lahir
- Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin.
- Bayi premature yang alhir sebelum kehamilan 37 minggu.
- Bayi small for date sama dengan bayi retradasi
pertumbuhan intra uterine.
- Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat
dalam tubuhnya.
       Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
- Berat badan dari 2500 gram.
- Panjang kurang dari 45 cm.
- LD < 30 cm.
- LK < 33 cm.
- Umur kehamilan  < 37 minggu
- Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
- Otot hipotonik lemah.
- Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea.
- Ekstremitas : paha abduks, sendi lutut atau kaki fleksi-lurus.

6. TANDA DAN GEJALAH


a. Prematuriktas Murni
- Berat badan kurang dari 2500 gram, Panjang badan kurang
dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan  lingkar
dada kurang dari 30 cm.
- Masa gestrasi kurang dari 37 minggu
- Kulit tipis dan transparan, tampak mengkilap dan licin
- Kepala lebih besar daripada badan
- Lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga, dan
lengan
- Lemak subkutan kurang
- Ubun-ubun dan sutura lebar
- Rambut tipis dan halus
- Tulang rawan dan daun telinga immature
- Puting susu belum terbentuk dengan baik
- Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat
terlihat
- Genetalia belum sempurna, labia minora belum tertutup
oleh labia mayora (perempuan)
- Bayi masih lemah, Otot masih hipotonik
- Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan belum teratur dan
sering mengalami serangan apnue
- Reflek tonick neck lemah
- Reflek menghisap dan menelan belum sempurna
- Dismastur

b. Preterm sama dengan bayi prematur murni


Posterm:     
- Kulit pucat atau bernod, mekonium kering keriput, tipis
- Verniks caseaosa tipis atau tidak ada
- Jaringan lemak dibawah kulit tipis
- Banyak tampak agresif, kulit dan aktif
- Tali pusat berwarna kuning kehijauan.
- (pantiawati, 2010)
7. KOMPLIKASI BBLR 
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani
secepatnya menurut Mitayanti, 2009 yaitu :
a. Sindrom aspirasi mekonium (menyababkan kesulitan bernapas
pada bayi).
b. Hipoglikemia simtomatik.
c. Penyakit membrane hialin disebabkan karena surfaktan paru
belum sempurna,sehingga alveoli kolaps. Sesudah bayi
mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam
alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang tinggi
untuk yang berikutnya.
d. Asfiksia neonetorom.
e. Hiperbulirubinemia.

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia.
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan.
c. Titer torch sesuai indikasi.
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi.
e. Pemantauan elektrolit.
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan (mis : fhoto thorak)

9. PENATALAKSANAAN BBLR
a. Penanganan bayi.
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka
semakin besar perawatan yang diperlukan, karena
kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator.
b. Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup
hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat
dalam incubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg
adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c.
bila tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk
memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum, warna
kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit
dapat dikenali sedini mungkin.

c. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau
lengan baju. Sebelum memasukan bayi kedalam incubator.
Incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 C
untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang
lebih kecil.

d. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan
menggunakan head box.
e. Pencegahan infeksi
f. Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
- Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air
mengalir selama 2 menit.
-  Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan
sesudah memegang bayi.

g. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk
membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI
merupakan pilihan utama, dianjurkan untuk minum pertama
sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril untuk bayi dengan
berat badan kurang dari 1000 gram
B. KONSEP ASKEP
1. Pengkajian
a. Riwayat Maternal
- Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35
thn)
- Kehamilan ganda ( gemeli)
- Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang
- Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya
- Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll
- Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta
previa dll
- Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok
b. Riwayat Kelahiran
- Gestasi : 24- 37 minggu
- BB : < 2500 gramAPGAR SKORE
c. Sistem kardiovaskuler
- HR : 120-160 x/menit
- Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya
shunt ke kiri dan tekanan paru yang masih tinggi atau
adanya atelektasis
d. Sistem gastrointestinal
- Abdomen menonjol
- Pengeluaran mekonium: 12-24 jam
- Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan
lemah
- Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital
- Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).
e. Sistem integumen
- Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau
kemerahan
- Kulit tipis, transparan, halus dan licin
- Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak
- Terdapat edema umum atau lokal
- Kuku pendek
- Rambut sedikit dan halus
- Garis tangan sedikit dan halus
f. Sistem muskuloskeletal
- Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum
berkembang, telinga halus dan lunak
- Tulang kepala dan tulang rusuk lunak
- Reflek kurang dan letargi
g. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut.
Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura
mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau
terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata
mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan
baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk
menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada
gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks
Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen
keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar)
tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz
menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
h. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal,
tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau
periodik(40-60x/mt).  Mengorok, pernafasan cuping hidung,
retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat
sianosis mungkin ada. Adanya bunyi “ampelas” pada
auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan
(RDS).
i. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin
lemah.Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput
suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna
mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh
tubuh.. Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki
mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku
mungkin pendek.
j. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia
mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak
turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d tidak adekuatnya ekspansi paru
2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar
sekunder terhadap defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan
elektrolit b/d ketidakmampuan ginjal mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak adekuatnya persediaan zat besi, kalsium, metabolisme
yang tinggi dan intake yang kurang adekuat
5. Resiko tinggi hipotermi atau hipertermi b/d imaturitas fungsi
termoregulasi atau perubahan suhu lingkungan
6. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas
fungsi kardiovaskuler
7. Resiko tinggi injuri susunan saraf pusat b/d hipoksia
8. Resiko tinggi infeksi b/d imaturitas fungsi imunologik
9. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d imaturitas struktur kulit
10. Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman,
taktil b/d stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan
perawatan intensif
11. Koping keluarga tidak efektif b/d kondisi kritis pada bayinya,
perawatan yang lama dan takut untuk merawat bayinya setelah
pulang dari RS

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan/Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan
1. Pola nafas tidak Pola nafas yang  Berikan posisi kepala
efektif b/d tidak efektif sedikit ekstensi
adekuatnya  Berikan oksigen
Kriteria :
ekspansi paru dengan metode yang
 Kebutuhan sesuai
oksigen  Observasi irama,
menurun kedalaman dan
frekuensi pernafasan
 Nafas spontan,
adekuat
 Tidak sesak.
Tidak ada retraksi
2. Gangguan Pertukaran gas  Lakukan isap lendir kalau
pertukaran gas b/d adekuat perlu
kurangnya  Berikan oksigen dengan
ventilasi alveolar metode yang sesuai
sekunder terhadap Kriteria :  Observasi warna kulit
defisiensi  Ukur saturasi oksigen
 Tidak sianosis.
surfaktan  Observasi tanda-tanda
 Analisa gas
perburukan pernafasan
darah normal
 Lapor dokter apabila
 Saturasi
terdapat tanda-tanda
oksigen normal.
perburukan pernafasan
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan analisa gas
darah
 Kolaborasi dalam
pemeriksaan surfaktan

3. Resiko tinggi Hidrasi baik  Observasi turgor kulit.


gangguan  Catat intake dan output
Kriteria:
keseimbangan  Kolaborasi dalam
keseimbangan  Turgor kulit pemberian cairan intra
cairan dan elastik vena dan elektrolit
elektrolit b/d  Tidak ada  Kolaborasi dalam
ketidakmampuan edema pemeriksaan elektrolit
ginjal  Produksi urin darah
mempertahankan 1-2 cc/kgbb/jam
keseimbangan  Elektrolit
cairan dan darah dalam
elektrolit batas normal

4. Perubahan nutrisi Nutrisi adekuat  Berikan ASI/PASI dengan


kurang dari metode yang tepat
kebutuhan tubuh Kriteria :  Observasi dan catat
berhubungan toleransi minum
 Berat badan
dengan tidak  Timbang berat badan
naik 10-30
adekuatnya setiap hari
gram / hari
persediaan zat  Catat intake dan output
 Tidak ada
besi, kalsium,  Kolaborasi dalam
edema
metabolisme yang pemberian total parenteral
 Protein dan
tinggi dan intake nutrition kalau perlu
albumin darah
yang kurang 
dalam batas
adekuat
normal

5. Resiko tinggi Suhu bayi stabil  Rawat bayi dengan suhu


hipotermi atau lingkungan sesuai
 Suhu 36,5 0C
hipertermi b/d  Hindarkan bayi kontak
-37,2 0C
imaturitas fungsi langsung dengan benda
 Akral hangat
termoregulasi sebagai sumber
atau perubahan dingin/panas
suhu lingkungan  Ukur suhu bayi setiap 3
jam atau kalau perlu
Ganti popok bila
basah
6. Resiko tinggi Perfusi jaringan  Ukur tekanan darah kalau
terjadi gangguan baik perlu
perfusi jaringan  Observasi warna dan suhu
 Tekanan darah
b/d imaturitas kulit
normal
fungsi  Observasi pengisian
 Pengisian
kardiovaskuler kembali kapiler
kembali kapiler
 Observasi adanya edema
<2 detik
perifer
 Akral hangat
 Kolaborasi dalam
dan tidak
pemeriksaan laboratorium
sianosis
 Kolaborasi dalam
 Produksi urin
pemberian obat-obatan
1-2 cc/kgbb/jam
 Kesadaran
composmentis

7. Resiko tinggi Tidak ada injuri  Cegah terjadinya hipoksia


injuri susunan  Ukur saturasi oksigen
Kriteria :
saraf pusat b/d  Observasi kesadaran dan
hipoksia  Kesadaran aktifitas bayi
composmentis  Observasi tangisan bayi
 Gerakan aktif  Observasi adanya kejang
dan  Lapor dokter apabila
terkoordinasi ditemukan kelainan pada
 Tidak ada saat observasi
kejang ataupun  Ukur lingkar kepala kalau
twitching perlu
 Tidak ada  Kolaborasi dalam
tangisan pemeriksaan USG kepala
melengking
 Hasil USG
kepala dalam
batas normal
8. Resiko tinggi Bayi tidak  Hindari bayi dari
infeksi b/d terinfeksi orang-orang yang
imaturitas fungsi terinfeksi kalau perlu
Kriteria :
imunologik rawat dalam incubator
 Suhu 36,5 0C  Cuci tangan sebelum
-37,2 0C dan sesudah kontak
 Darah rutin dengan bayi
normal  Lakukan tehnik
aseptik dan antiseptik
bila melakukan
prosedur invasif

9. Resiko tinggi Integritas kulit  Kaji kulit bayi dari


gangguan baik tanda-tanda
integritas kulit b/d kemerahan, iritasi,
Kriteria :
imaturitas struktur rash, lesi dan lecet
kulit  Tidak ada rash pada daerah yang
 Tidak ada tertekan
iritasi  Gunakan plester non
Tidak plebitis alergi dan seminimal
mungkin
 Ubah posisi bayi dan
pemasangan elektrode
atau sensor
 Lakukan perawatan
tali pusat
 Observasi tanda-tanda
vital
 Kolaborasi
pemeriksaan darah
rutin
 Kolaborasi pemberian
antibiotika
10 Gangguan Persepsi dan  Membelai bayi
. persepsi-sensori : sensori baik sebelum malakukan
penglihatan, tindakan
Kriteria :
pendengaran,  Mengajak bayi
penciuman, taktil  Bayi berespon berbicara atau
b/d stimulus yang terhadap merangsang
kurang atau stimulus pendengaran bayi
berlebihan dari dengan memutarkan
lingkungan lagu-lagu yang lembut
perawatan intensif  Memberikan rangsang
cahaya pada mata
 Kurangi suara monitor
jika memungkinkan
 Lakukan stimulas
untuk refleks
menghisap dan
menelan dengan
memasang dot

11. Koping keluarga Koping keluarga  Memberikan


tidak efektif b/d efektif kesempatan pada ortu
kondisi kritis pada berkonsultasi dengan
Kriteria :
bayinya, dokter
perawatan yang  Ortu  Rujuk ke ahli
lama dan takut kooperatif dg psikologi jika perlu
untuk merawat perawatan  Berikan penkes cara
bayinya setelah bayinya. perawatan bayi BBLR
pulang dari RS  Pengetahuan di rumah termasuk
ortu bertambah pijat bayi, metode
 Orang tua kanguru, cara
dapat merawat memandikan
bayi di rumah  Lakukan home visit
jika bayi pulang dari
RS untuk menilai
kemampuan orang tua
merawat bayinya

4. Implementasi
Penatalaksanaan implemantasi keperawatan merupakan kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah direncanakan.Selama
kegiatan pelaksanaan bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama
melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan
kesehatan klien. (Santosa. NI,1989;62)

5. Evaluasi
Tahap evaluasi dalam proses keperawatan menyangkut pengumpulan
data subjektif dan objektif yang akan menunjukkan apakah tujuan
pelayanan keperawatan sudah dicapai atau belum. Bila perlu langkah
evaluasi ini merupakan langkah awal dari identifikasi dan analisa
masalah selanjutnya. (Santosa. NI,1989;62)
DAFTAR PUSTAKA

Hasan, R dkk 2011, Penata Laksanaan Kegawat Daruratan Pediatrik, Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta, EGC.

Wong, 2003, Keperawatan pediatri, Jakarta, EGC.

Anda mungkin juga menyukai