Anda di halaman 1dari 15

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT LAHIR AMAT SANGAT RENDAH

Disusun Oleh:
Indah Hikmatul Qamariyah
P17212215005

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATN POLTEKKES KEMENKES MALANG
TAHUN AKADEMIK 2021/ 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan BBLASR di Ruang
Arimbi RSUD Jombang, periode tanggal 3 s/d 8 Bulan Januari Tahun 2022.
Telah disetujui dan disahkan pada tanggal…….. Bulan Januari Tahun 2022.

Preceptor Lahan RS Malang,……………………………....


Ruang Arimbi RSUD Jombang Preceptor Akademik

(……………………………………) (Naya Ernawati, S.Kep., Ns., M.Kep.)

Mengetahui,
Kepala Ruang Arimbi RSUD Jombang

(……………………………………)
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

I. Definisi
 Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) atau biasa disebut juga dengan
berat  badan lahir ekstrim rendah (BBLER) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan dibawah nornal (kurang dari 1000 gr) (Huda dan Hardhi, 2013).
 Berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 1000 gram (Proverawati,2010).
 Kejadian BBLASR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan
nutrisi  pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor
dan lebih utama  pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makanan  pun kurang.
 Kesimpulannya BBLASR adalah bayi baru lahir dengan berat badan dibawah
normal yaitu kurang dari 1000 gram.

II. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan berat badan :
1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir kurang dari 1500 gram.
3) Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Berdasarkan masa gestasinya
1) Prematuritas murni
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badan sesuai dengan
berat badan untuk usia kehamilan atau disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan (NKB-SMK).
2) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi
itu. Berat bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi yang
kecil untuk masa kehamilannya (KMK).
3) Bayi Premature Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Terdapat derajat prematuritas, menurut Usher digolongkan menjadi 3 kelompok:
 Bayi sangat prematur (extremely premature): 24-30 minggu
 Bayi prematur sedang (moderately prematur): 31-36 minggu
 Bayi yang mempunyai sifat premature atau matur (Borderline prematur): 37- 38
minggu
III. Etiologi
Menurut Proverawati (2010) Penyebab terbanyak penyebab terjadinya BBLR adalah
kelainan premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka pendek dan
jangka panjang dapat terjadi. Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi
BBLR secara umum yaitu :
1) Penyakit
 Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan antepartum,
preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.
 Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, hipertensi,
HIV/AIDS, TORCH, penyakit jantung.
 Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.  
2) Faktor Ibu
 Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan pada usia Ibu <20 tahun
atau lebih dari 35 tahun.
 Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun).
3) Faktor Janin
Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,
rubella bawaan), ketuban pecah dini, gawat janin, dan kehamilan kembar.
4) Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion (keadaan di mana  banyaknya air ketuban
melebihi 2000 cc), plasenta previa, solutio  plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), dan ketuban  pecah dini.
5) Faktor lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di dataran tinggi, terkena
radiasi, serta terpapar zat beracun.
IV. Manifestasi Klinis
Menurut Huda dan Hardhi, (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir amat sangat
rendah adalah: 1) Sebelum Bayi Lahir a) Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat
abortus, partus  prematurus, dan lahir mati.  b) Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya
kehamilan. c) Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut d) Pertambahan berat badan ibu lambat dan
tidak sesuai menurut seharusnya. Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion
gravidarum atau perdarahan anterpartum. 2) Setelah Bayi Lahir a) Bayi dengan retadasi
pertumbuhan intra uterin  b) Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu c)
Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine. d) Bayi
premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya. Selain itu ada
gambaran klinis BBLASR secara umum adalah : 1. Berat kurang dari 1000 gram. 2. Panjang
kurang dari 45 cm. 3. Lingkar dada kurang dari 30 cm. 4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm. 5.
Umur kehamilan kurang dari 37 minggu. 6. Kepala lebih besar. 7. Kulit tipis, transparan,
rambut lanugo banyak, terutama di punggung. Lemak kurang. 8. Otot hipotonik lemah. 9.
Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea. 10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki
fleksi-lurus. 11. Kepala tidak mampu tegak. 12. Pernapasan 40 –  50 kali / menit. 13.  Nadi
100 –  140 kali / menit.
V. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLASR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang  belum cukup
bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup
bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa
kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya
gangguan pertumbuhan  bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu
seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu
hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan
bayi dengan  berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi
normal,tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun
saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan
kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil
sering melahirkan bayi BBLASR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih lagi
bila ibu menderita anemia. Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB
berada di  bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang
paling sering tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi
sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi
yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu
turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat
menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel
otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,abortus,cacat
bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLASR dan premature juga lebih besar.
VI. Komplikasi
a. Sindroma distress respiratorik idiopatik Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak
konsolidasi paru  progresif akibat kurangnya surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di
alveoli dan mencegah kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami : 1)
Rintihan waktu inspirasi 2)  Napas cuping hidung. 3) Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit. 4)
Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada). 5)  Nampak gambaran sinar-X dada yang khas
bronkogrm udara dan  pemeriksaan gas darah menunjukkan : 6) Kadar oksigen arteri menurun 7)
Konsentrasi CO2 meningkat 8) Asidosis metabolic Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan,
antibiotika,  bikarbonas intravena dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan
positif berkelanjutan menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila
timbul gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.  b. Takipnea selintas pada
bayi baru lahir Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup  bulan tetap edematosus
untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak berbahaya,
biasanya tidak menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan membaik kembali 12-24 jam
setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi  pada bayi kurang bulan yang biasanya lahir
normal. Perdarahan intraventrikular dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik
dan nampaknya berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi
lemas dan mengalami serangan apnea. c. Fibroplasias Retrorental Oksigen konsentrasi tinggi pada
daerah arteri berakibat  pertumbuhan jaringan serat atau fibrosa dibelakang lensa dan  pelepasan
retina yang menyebabkan kebutaan. Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi
oksigen di bawah 40% (kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 %).sebagian besar incubator
mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik melebihi 40% tetapi lebih baik
menggunakan pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah didapat untuk memantau tekanan
oksigen arteri bayi. d. Serangan Apnea Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional
pusat  pernapasan atau ada hubunganya dengan hipoglikemi atau  perdarahan intracranial. Irama
pernapasan bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan mengunakan pemantau apnea
dan memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian besar
bayi akan dapat bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin berlanjut selama
beberapa hari atau mingu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin mungkin  bermanfaat. e.
Enterokolitis Nekrotik Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat
asfiksia. Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah
dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi. Pengobatan
diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan minuman oral dan berikan
pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan pembedahan.

VII. Pemeriksaan Penunjang


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain 1)
Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang menggambarkan reflek dan maturitas
fisik untuk menilai reflek pada bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas
atau maturitas 2) Darah rutin, glokosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah. 3) Foto dada ataupun babygram merupakan foto
rontgen untuK melihat bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang  bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat / diperkirakan akan terjadi
sindrom gawat nafas. 4) Test Kocok (shake Test) Sebaiknya dilakukan pada bayi yang berusia
< 1jam dengan mengambil cairan amnion yang tertelan dilambung dan bayi belum diberikan
makanan. Cairan amnion 0,5 cc ditambah garam faal 0,5 cc, kemudian ditambah 1 cc alcohol
95 % dicampur dalam tabung kemudian kocok 15 detik, kemudian diamkan selama 15 menit
dengan tabung tetap  berdiri , a) (+) , bila terdapat gelembung-gelembung yang membentuk
cincin artinya surfaktan terdapat dalam paru dalam jumlah yang cukup.  b) (-) , bila tidak ada
gelembung atau gelembung sebanyak ½ permukaan artinya paru –  paru belum matang /
tidak ada surfaktan. c) ragu , bila terdapat gelembung tapi tidak ada cincin jika hasilnya ragu
maka tes harus diulang.
Pemeriksaan diagnostik  a. Radiologi 1) foto thoraks / baby gram pada bayi baru lahir
dengan usia kehamilan kurang bulan. Dapat dimulai pada umur 8 jam. Gambaran foto toraks
pad bayi dengan penyakit membran hyaline karena kekurangan surfaktan berupa
terdapatnya retikulogranularpada parenkin dan grukogram udara. Pada kondisi  berat hanya
tampak gambaran white long (mansjoer,dkk,2000) 2) USG kepala terutama pada bayi
dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari untuk mengetahui adanya
hidrosefalus atau perdarahan intra cranial dengan menyisualisasi ventrikel dan struktur otak
garis tengah dengan fontanel anterior yang terbuka.(merensten,2002) 3) Laboratorium 1.
Darah rutin a. Hematokrit ( HCT) o  bayi usia 1 hari 48 –  69 % o  bayi usia 2 hari 48 –  75% o
bayi usia 3 hari 44 –  72 %  b. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5 –  22,5 g/dl c.
Jumlah Leukosit o  bayi baru lahir 9,0 - 30,0 x 103  sel/mm3 (NL) o  bayi usia 1 hari / 24 jam
9,4 - 43,0x 103  sel/mm3 (NL) o  bayi usia 1 bulan 9,0 - 19,5 x103  sel/mm3 (NL) d. Bilirubin o
kadar setelah 1 bulan sebagai berikut : o terkonjungsi 0 - 0,3 mg/dl (0,5 Nmol/L) o tak
terkonjungsi 0,1 - 0,7 mg/dl (2-12 Nmol/L) e. Glukosa ( 8 - 12 jam post natal ) disebut
hipoglikemia  bila kosentrasi glukosa plasma < 50 ml/dl
2. Analisa gas darah
a. Tekanan potensial CO2   (PCO2 ) bayi baru lahir 27- 40mmHg  b. Tekanan potensial O2
(PO2 ) o lahir 8-24mmHg o 5-8 menit 33-75 mmHg o 30 menit 31-85 mmHg o 71 jam 55-80
mmHg o 1 hari 54-95 mmHg o kemudian (menurun sesuai usia) 83-108 mmHg c. saturasi
oksigen o  bayi baru lahir 85 - 90 % o kemudian 95 - 99 % o PH bayi premature (48 jam)
7,35 –  7,50 3. Elektrolit Darah a)  Natrium Serum atau Plasma o  bayi baru lahir 136 –  146
mEa/L o  bayi 139 –  146 mEa/L o Urin 24 jam 40 –  220 mEa/L  b) Kalium o Serum bayi baru
lahir 3,0 –  6,0 mEa/L o Plasma (heparin) 3,4- 4,5 mEa/L o Urin 24 jam 2,5 –  125 mEa/L c)
Klorida Serum/Plasma o Tali pusat 96 –  104 mEa/L o Bayi baru lahir 97- 110 mEa/L
VIII. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BBLASR menurut Proverawati, (2010): a. Penanganan bayi Semakin kecil
bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin  besar perawatan yang diperlukan, karena
kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua perawatan bayi harus dilakukan
didalam incubator  b. Pelestarian suhu tubuh. Untuk mencegah hipotermi diperlukan
lingkungan yang cukup hangat dan istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam
incubator maka suhunya untuk bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-
2,5 kg adalah 34c. bila tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk memudahkan
pengawasan mengenai keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan
sebagainyasehingga penyakit dapat dikenali sedini mungkin. c. Inkubator Prosedur
perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan  baju. Sebelum memasukan bayi
kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai sekitar 29,4 C untuk bayi
dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil. d. Pemberian oksigen Konsentrasi
O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box. e. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut : 1) Mencuci tangan samoai kesiku
dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit. 2) Mencuci tangan dengan zat antiseptic
sebelum dan sesudah memegang bayi.
f. Pemberian makanan. Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk
membantu terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan  pilihan utama,
dianjurkan untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril untuk bayi
dengan berat badan kurang dari 1000 gram.
IX. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Biodata klien
Nama klien, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, dan usia.
b. Biodata orangtua
Nama ayah dan ibu, usia, agama, suka, bangsa, pendidikan, dan alamat.
c. Keluhan utama
Bayi tampak kecil, kulit tipis, lanugo masih banyak, malas menyusu, keadaan
umum lemah, reflek hisap lemah, dan bayi tampak lebih sering tidur.
d. Riwayat kesehatan
Keadaan umum bayi lemah dan reflek hisap lemah.
e. Riwayat kesehatan dahulu
Selama hamil ibu mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, hipertensi, preeklamsia berat, eklamsia, diabetes melitus, penyakit
jantung, infeksi selama kehamilan, dan ibu menderita HIV/ AIDS.
f. Riwayat antenatal
 Keadaan ibu selama kehamilan dengan anemia, hipertensi, diabetes
melitus, penyakit jantung, dan ketergantungan obat – obatan.
 Kehamilan dengan risiko persalinan preterm, misalnya kelahiran multiple
dan kongenital.
 Riwayat komplikasi persalinan.
 Kala I mengalami perdarahan antepartum (solusio plasenta atau plasenta
previa).
 Kala II mengalami persalinan dengan tindakan pembedahan.
g. Riwayat postnatal
Apgar score dan berat badan lahir.
h. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum pada neonatus dengan BBLR adalah lemah, kesadaran
dapat dilihat dari respon tubuh terhadap rangsangan, dan jarang
menangis.
 Tanda – tanda vital pada neonates dengan BBLR berisiko terjadi
hipotermia, jika suhu tubuh kurang dari 36 ⁰C dan juga berisiko terjadi
hipetermia jika suhu tubuh lebih dari 37,5 ⁰C, sedangakan suhu norml
adalah 36,5 – 37,5 ⁰C, nadi normal antara 120 – 140 kali per menit, dan
pernapasan normal antara 40 – 60 kali per menit.
 Panjang badan biasanya kurang dari 45 cm dan berat badan kurang dari
2500 gram.
 Kepala lebih besar dari badan, lingar kepala 31 cm, ubun – ubun besar
cekung, dan kemungkinan ditemukan caput succedaneum.
 Mata dilihat dari konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak,
dan pupil menunjukkan refleksi terhadap cahaya atau tidak.
 Hidung terdapat pernapasan cuping hidung atau tidak dan terdapat
penumpukkan lendir atau tidak.
 Mulut dilihat dari bibir tampak pucat atau tidak, reflek rooting lemah,
refleks menghisap sucking lemah, dan reflek menelan lemah.
 Telinga dilihat dari tulang rawan masih sangat lunak dan adanya kelainan
pada telinga.
 Leher dilihat dari kebersihannya kare leher neonatus pendek.
 Thoraks dilihat dari bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal,
perhatikan suara wheezing dan ronchi, fan frekuensi bunyi jantung.
 Abdomen dilihat dari bentuknya adalah silindris, hepar terletak 1 – 2 cm
dibawag arcus costae pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut
buncit terdapat acites, perut cekung terdapat hernia diafragma, dan bising
usus timbul 1 – 2 jam setelah masa kelahiran bayi.
 Genetalia dilihat adakah kelainan pada genetalia dan anus, dan keluar
mekonium.
 Ekstermitas dilihat dari warna biru atau tidak, gerakan lemah, akral dingin
atau hangat, perhatikan adanya patah tulang atau kelainan saraf, dan
keadaan jari – jarinya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. D.0005 Pola napas tidak efektif b.d. hambatan upaya napas (kelemahan otot
napas) d.d. penggunaan otot bantu, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal, dan pernapasan cuping hidung.
b. D.0019 Defisit nutrisi b.d. ketidakmampuan menelan makanan d.d. berat badan
menurun, bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
dan membran mukosa pucat.
c. D.0131 Hipotermia b.d. berat badan eksterm d.d. kuli teraba dingin, menggigil,
suhu tubuh dibawah normal, dan kutis memorata (pada neonatus).
3. Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Keperawatan


1. D.0005 Pola napas tidak Tujuan: I.01011 Manajemen Jalan Napas
efektif b.d. hambatan Setalah dilakukan tindakan asuhan Observasi
upaya napas. keperawatan selama …x24 jam, diharapkan 1. Monitor pola napas.
pola napas adekuat sesuai dengan kriteria 2. Monitor bunyi napas tambahan.
hasil. Terapeutik
Kriteria Hasil: 1. Peratahankan kepatenan jalan napas.
L.01004 Pola Napas 2. Posisikan semifowler.
1. Dispnea menurun. 3. Berikan oksigen.
2. Penggunaan otot bantu napas menurun. Kolaborasi
3. Pemanjangan fase ekspirasi menurun. 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
4. Frekuensi napas membaik. ekspektoran, dan mukolitik, jika
5. Kedalaman napas mebaik. perlu.
2. D.0019 Defisit nutrisi b.d. Tujuan: I. 03119 Manajemen Nutrisi
ketidakmampuan menelan Setelah dilakukan tindakan asuhan Observasi
makanan. keperawatan selama …x24 jam, diharapkan 1. Identifikasi status nutrisi.
asupan nutrisi adekuat sesuai dengan kriteria 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
hasil. jenis nutrien.
Kriteria Hasil: 3. Identifikasi perlunya penggunaan
L.03030 Status Nutrisi selang nasogastrik.
1. Berat badan membaik. 4. Monitor asupan makanan.
2. Indeks massa tubuh membaik. 5. Monitor berat badan.
3. Membran mukosa membaik. 6. Monitor hasil pemeriksaan
L.06052 Status Menelan laboratorium.
1. Reflek menelan meningkat. Terapeutik
1. Fasilitasi menentukan pedoman diet.
2. Berikan suplemen makanan, jika
perlu.
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan.
3. D.0131 Hipotermia b.d. Tujuan: I.14507 Manajemen Hipotermia
berat badan eksterm. Setalah dilakukan tindakan asuhan Observasi
keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan 1. Monitor suhu tubuh.
suhu tubuh normal sesuai dengan kriteria 2. Identifikasi penyebab hipotermia.
hasil. 3. Monitor tanda dan gejala hipotermia.
Kriteria Hasil: Terapeutik
L.14135 Termoregulasi Neonatus 1. Sediakan lingkungan yang hangat.
1. Suhu tubuh membaik. 2. Ganti pakaian atau linen yang basah.
2. Suhu kulit membaik. 3. Lakukan penghangatan pasif.
3. Menggigil menurun. 4. Lakukan penghangatan internal.
DAFTAR PUSTAKA

Sembiring J. 2019. Buku Ajar Neonatus, Bayi, Balita, Anak Pra Sekolah. Sleman: CV
Budi Utama.
Tim Pokja SDKI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia; Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SIKI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia; Definisi dan
Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SLKI. 2018. Standar LuaranKeperawatan Indonesia; Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Yuliastanti dan Ningning. 2016. Modul Bahan Cetak Keperawatan Anak. Jakarta:
Kemterian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai