Anda di halaman 1dari 55

KASUS SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny. E


DENGAN SYNDROM ASPIRASI MEKONIUM
USIA KRONOLOGIS 7 HARI DI RUANG PERINATOLOGI
RSUD WALED

Disusun oleh :
Kelompok : 2

1. Rakmadi M 6. Tita Fadiah


2. Rudi 7. Tunipah
3. Sandy Tyas p 8. Yanti Lealasari
4. Siti wahyuni 9. Aqilatul Munawwaroh
5. Sumiyati

YAYASAN INDRA HUSADA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) INDRAMAYU
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah Mekonium
Aspirasi Sindrom ( MAS ) , makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu komponen
tugas pada mata kuliah STASE ANAK di Program PROFESI NERS STIKes
Indramayu
Makalah ini mencoba memaparkan tentang penatalaksanaan asuhan
keperawatan pada bayi dengan Penyakit Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS )
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan
makalah ini, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif
dari semua pihak demi perbaikan dan penambahan wawasan kami di masa yang akan
datang
Demikian akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi
penulis khususnya bagi pembaca pada umumnya terima kasih

Cirebon, November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 3
C. Tujuan ....................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ................................................................................ 4
B. Etiologi ..................................................................................... 5
C. Patofisiologi ............................................................................. 6
D. Manifestasi klinis...................................................................... 9
E. Penatalaksanaan Medis ............................................................. 9
F. Komplikasi ............................................................................... 11
G. Pengkajian ............................................................................... 11
H. Pemeriksaan Penunjang ............................................................ 14
I. Analisa Data ............................................................................. 14
J. Daftar Diganosa Keperawatan Prioritas ................................... 16
K. Intervensi Keperawatan ............................................................ 17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian ............................................................................... 23
B. Analisa Data ............................................................................. 33
C. Diganosa Keperawatan Prioritas .............................................. 35
D. Intervensi Keperawatan ............................................................ 36
E. Implementasi Keperawatan ...................................................... 38
F. Catatan Perkembangan ............................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) merupakan sekumpulan
gejala yangdiakibatkan oleh terhisapnya mekonium ke dalam saluran pernafasan
bayi. Etiologi terjadinya sindroma aspirasi mekonium adalah cairan amnion yang
mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar di dalam
kandungan bila terjadi stres /kegawatan intrauterin. Mekonium yang
terhirup bisa menyebabkan penyumbatan parsial atau pun total pada
saluran pernafasan, sehingga terjadi gangguan pernafasan dan gangguan
pertukaran udara di paru -paru. Selain itu, mekonium juga
menyebabkan iritasi dan peradangan pada saluran
u d a r a , menyebabkan suatu pneumonia kimiawi. Cairan amnion yang terwarna-
mekonium ditemukan pada 5-15% kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada bayi
cukup bulan atau lewat bulan. Pada 5% bayi yang berkembang pneumonia
aspirasi, dimana 30% darinya memerlukan ventil asi mekanis dan 5-10
persennya dapat m e n i n g g a l . K e g a w a t a n j a n i n d a n h i p o k s i a t e r j a d i
bersama dengan masuknya meconium kedalam cairan amnion.
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2017, menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 24 kematian per 1.000
kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal (AKN) 15 kematian per 1.000 kelahiran
hidup, dan Angka Kematian Balita (AKABA) 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup.
Angka kematian neonatal, balita, dan anak di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
penurunan (SDKI, 2017).
Menurut data Dinas Kesehatan Jawa Barat tahun 2016 Angka Kematian Bayi
di Jawa barat sebesar 3,39/1000 kelahiran hidup, menurun 0,16 poin dibanding tahun
2015 sebesar 4,09/1000 kelahiran hidup. Proporsi kematian kematian bayi berasal dari
bayi usia 0-28 hari (Neonatal) sebesar 84,63% atau 3,32/1000 kelahiran hidup.

1
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan
keperawatan pada klien anak yang menderita Mekonium Aspirasi Sindrom ( MAS ) ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan,
memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan
keperawatan pada klien bayi yang menderita Mekonium Aspirasi Sindrom
(MAS).

2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada Bayi yang menderita
Mekonium Aspirasi Sindrom (MAS).
b) Mampu merumuskan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas
masalah pada Bayi yang menderita Mekonium Aspirasi Sindrom (MAS).
c) Mampu merumusan perencanaan secara tepat pada Bayi yang menderita
Mekonium Aspirasi Sindrom (MAS).
d) Mampu melaksanakan implementasi dan evaluasi pada Bayi yang
menderita Mekonium Aspirasi Sindrom (MAS).
e) Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Bayi yang
menderita Mekonium Aspirasi Sindrom (MAS).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh terhisapnya mekonium / cairan
amnion mekonial ke dalam saluran pernafasan bayi. (Doenges, E.Marilynn, 2012)
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang paling seringmenyebabkan kegagalan
pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun post-term. Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi
gastrointestinal, hepar,dan pancreas janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo. lahir saat di dalam uterus atau
saat bernafas pertama kali. (Nurarif, A. H & Hardhi K, 2013)
Sindroma aspirasi meconium (SAM) adalah terjadi jika janin menghirup mekonium yang tercampur dengan cairan ketuban,
baik ketika bayi masih berada di dalam rahim maupun sesaat setelah dilahirkan. (Wilkinson, J. M, 2013)

B. Etiologi

1. Asfiksiafetal
2. Prolonged labour
3. Peningkatan aktivitas usus janin.

3
4. Cairan amnion yang mengandung mekoneum terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar (intrauterin) bila terjadi
stres/kegawatan intrauterin.

Faktor Risiko
1. Usia kehamilan melebihi 40 minggu (Postterm)
2. Berat badan lahir rendah. Bedakan dengan prematuritas, dimana SAM jarang terjadi bila bayi lahir sebelum 34 minggu.
Dengan demikian, prematuritas bukan faktor risiko untuk terjadinya SAM
3. Kesulitan dalam melahirkan
4. Pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi pada ibu, DM pada ibu, ibu yang perokok berat/penderita penyakit paru
kronik/penyakit kardiovaskular
Insidensi
Cairan amnionmekonial terdapat sekitar 10-15% dari semua jumlah kelahiran cukup bulan (aterm), tetapi SAM terjadi
pada 4-10% bayi ini. Dan sepertiga diantaranya membutuhkan bantuan ventilator. Adanya mekonium pada cairan amnion
jarang dijumpai pada kelahiran preterm. Resiko SAM dan kegagalan pernapasan yang terkait, meningkat ketika
mekoniumnya kental dan apabila diikuti dengan asfiksia perinatal. Beberapa bayi yang dilahirkan dengan cairan
amnion yang mekonial memperlihatkan distres pernapasan walaupun tidak ada mekonium yang terlihat
dibawah korda vokalis setelah kelahiran. Pada beberapa b ayi, aspirasi mungki terjadi intrauterine sebelum
dilahirkan.

4
C. Patofisiologi
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada keadaan ini, janin yang
mengalami distres akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya
peningkatan aktivitas usus disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam cairan amnion.
Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterin dapat meningkatkan peristaltik usus janin disertai relaksasi sfinkter ani
eksterna sehingga terjadi pengeluaran mekoneum ke cairan amnion. Saat bayi dengan asfiksia menarik napas (gasping) baik in
utero atau selama persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekoneum ke dalam saluran napas. Mekoneum
yang tebal menyebabkan obstruksi jalan napas, sehingga terjadi gawat napas.
Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium ditemukan pada cairan amnion dari 10% dari keseluruhan
neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan aspiksia dalam kandungan. Aspiksia mengakibatkan peningkatan peristaltik
intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium keluar. Mekonium
tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau partial dan vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam
mekonium bekerja seperti detergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi
pneumothoraks, hipertensi pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai
28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang teraspirasi, derajat infiltrasi paru dan tindakan

5
suctioning yang cukup. Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning langsung pada
trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.

6
pathway

Fetal Disterss

Hipoksia Asfiksia

O2 dalam jaringan Janin Keluarnya


O2 dan kadar
Co2

Sindrom aspirasi Kurangnya suplai


mekonium darah 02 dalam
darah

Cairan akan Terjadi


bercampur dengan inflamasi
Hipoglikemia
mekonium

Respon
inflamasi

7
Merangsang
Mengakibatkan
hipotalamus
janin
meningkatkan
mempengaruhi
titik patokan
nafas
suhu

Pernafasan janin menggigil

Obstruksi jalan Resiko hipotermi


nafas tidak
efektif

Bersihan jalan
nafas tidak efektif

8
Keluarnya mekonium

Meconium Meconium
dapat secara
mengiritasi langsung
kulit mengubah
cairan
amniotik
Insiden
eritema
toksirkum Aktivitas
anti
bacterial
Gangguan
intergritas kulit Resiko
infeksi

9
D. Manisfestasi Klinis
Cairan ketuban berwarna hijau tua dapat jernih maupun kental, mekonium pada cairan ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi,
kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), pernafasan cepat (takipnea) , sesak nafas (apnea), frekuensi denyut jantung janin rendah
sebelum kelahiran , skor APGAR yang rendah , bayi tampak lemas , auskultasi: suara nafas abnormal Kadang-kadang terdengar
ronki pada kedua paru. Mungkin terlihat emfisema atau atelectasis

E. Penatalaksanaan Medis

Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal
intensive care unit [NICU]). Tata laksana yang dilakukan biasanya meliputi :
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa infeksi ventilasi
mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan maksud untuk melepaskan lendir yang kental.
4. Pada SAM berat dapat juga dilakukan:
a. Pemberian terapi surfaktan.

10
b. Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke dalam paru bayi.
Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam ventilator. Penambahan ini berguna untuk
melebarkan pembuluh darah sehingga lebih banyak darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi.
Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal
membrane oxygenation (ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh
bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka.

F. Komplikasi
1. Displasia bronkopulmoner
2. Pneumotoraks
3. Aspirasi pneumonia
Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk menderita mengi (wheezing) dan infeksi paru
dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi sejalan dengan perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan
demikian, prognosis jangka panjang tetap baik.
Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik, bahkan mungkin juga menderita
abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus yang jarang terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian

11
G. Pengkajian
i. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
ii. Orang tua : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan dan alamat.
iii. Riwayat kesehatan :
a. Riwayat antenatal ibu
c. Pengkajian Behavioral
- Disminished activity
1. Riwayat post natal :
1) Apgar score bayi baru lahir
a. Bayi normal atau tidak asfiksia : Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak memerlukan resusitasi dan pemberian
oksigen secara terkendali.
b. Asfiksia Ringan : Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa, tidak
memerlukan pemberian oksigen dan tindakan resusitasi.
c. Asfiksia Sedang : Skor APGAR 3-4. Pada Pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100
kali/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan
resusitasi serta pemberian oksigen sampai bayi dapat bernafas normal.
d. Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan pemberian oksigen terkendali,
karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan,
dan cairan glukosa 40% 1-2 ml/kg berat badan, diberikan lewat vena umbilikus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan

12
frekuensi jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, refleks
iritabilitas tidak ada.
2) Berat badan lahir : kaji berat badan bayi
3) Pola nutrisi yang perlu dikaji gangguan absorbsi gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan menghisap sehingga
perlu diberikan cairan parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk mencukupi kebutuhan elektrolit,
cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
4) Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB : frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
5) Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis psikotropika,
kebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantangan makanan
tertentu.
6) Hubungan psikologis . sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi
memungkinkan.
7) Keadaan umum :
Status infant saat lahir
a) Stress intra uterin
b) Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan
c) Apgar skor dibawah 5
d) Terdapat mekonium pada cairan amnion

13
e) Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen
f) Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan per menit), gargling, retraksi, dan nasal
flaring
g) Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium dalam paru
h) Cyanosis
i) Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)
8) Tanda-tanda vital : Suhu normal pada tubuh bayi (36,5ºC-37,5ºC), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi
normal pada bayi (40-60 x/m)
9) Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
10) Kepala : kesimetrisan, pertumbuhan rambut, warna adanya masa atau tidak
11) Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil
menunjukan refleksi terhadap cahaya.
12) Hidung : biasanya terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
13) Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
14) Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
15) Leher : perhatikan keberhasilannya
16) Thorak : bentuk simetris, terdapat tarikan intercostals, perhatikan suara wheezing dan ronchi, perhatikan adanya bunyi
jantung tambahan.

14
17) Abdomen : bentuk silindris, hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae pada garis papilla mamae, lien tidak
teraba, perut buncit berarti adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena gastrointestinal tract belum sempurna.
18) Umbilicus : tali pusat layu atau segar, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya tanda-tanda infeksi pada tali pusat
19) Genetalia : lihat adakah kelainan letak muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
20) Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja, frekwensi buang air besar serta warna dari feces.
21) Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah tulang atau adanya kelumpuhan syraf
atau keadaan jari-jari tangan serta jumlahnya.
22) Reflex
a) Refleks moro : menimbulkan suara keras secara mendadak ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi secara
mendadak.
Muncul pada usia sejak lahir dan menghilang pada usia 6 bulan.
b) Refleks palma grasp : jari telunjuk pemeriksa menyentuh sisi luar tangan menuju bagian tengah telapak tangan
secara cepat sambil menekan permukaan telapak tangan. Muncul sejak lahir dan menghilang usia 6 bulan.
c) Refleks plantar grasp : ibu jari pemeriksa menekan pangkal ibu jari bayi atau anak didaerah plantar. Muncul sejak
lahir dan menghilang usia 9-10 bulan.
d) Refleks snout : dikatakan positif apabila didapatkan respon berupa bibir atas dan bawah menyengir atau kontraksi
otot-otot disekitar bibir atas bawah hidung. Muncul sejak lahir dan menghilang usia 3 bulan.

15
e) Refleks tonic neck : bayi ditidurkan kemudian kepalanya diarahkan menoleh kesasu sisi. Muncul sejalak lahir dan
menghilang usia 5-6 bulan.
f) Refleks terjun (parachute) : bayi dipegang pada daerah thoraks dengan kedua tangan dan kemudia diposisikan
seolah-olah akan terjun meja periksa dengan posisi kepala lebih rendah dari kari. Muncul sejak 8-9 dan seterusnya
ada.
g) Refleks landau : reflek yang terlihat pada bayi normal dari 3 bulan - 1 tahun mulai hilang . jika bayi dipegang
horizontal dengan wajah kebawah, ia akan meluruskan kedua kaki dan punggungnya untuk mencoba mengangkat
kepala.

H. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan ballard skor

16
17
b. Rontgen dada untuk menemukan adanya
atelektasis, peningkatan diameter antero posterior, hiperinflation, flatened diaphragm akibat obstruksi dan terdapatnya
pneumothorax ( gambaran infiltrat kasar dan iregular pada paru.

c. Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan penurunan PO2 dan peningkatan
tingkat PCO2

d. Darah rutin, glukosa darahm kadar elektrolit dan analisa gas darah (AGD).

e. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan, dimulai pada umur 8
jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat napas.

f. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan

18
R. Informasi tambahan

Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan dikirim ke unit perawatan intensif neonatal (neonatal
intensive care unit [NICU]). Tata laksana yang dilakukan biasanya meliputi :
1. Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen.
2. Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa infeksi
ventilasi mekanik.
3. Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan maksud untuk melepaskan lendir yang kental.
4. Pada SAM berat dapat juga dilakukan:
· Pemberian terapi surfaktan.
· Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke dalam paru bayi.
· Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam ventilator. Penambahan ini berguna untuk
melebarkan pembuluh darah sehingga lebih banyak darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi.
Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal
membrane oxygenation (ECMO). Pada terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh
bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka.

19
I. Analisa Data

DATA SENJANG PENYEBAB/ETIOLOGI MASALAH


DS dan DO KEPERAWATAN
DS : Dispnea, ortopnea Fetal distress
DO : Penggunaan otot bantu ↓ Pola Nafas
pernafasan, pola napas abnormal Afiksia Tidakefektif
(takipnea, bradipnea, cheyne ↓
stokes), pernapasan cuping Sindrom aspirasi meconium
hidung, tekanan ekspirasi/inspirasi ↓
menurun. Cairan akan bercampur dengan
meconium

Mengakibatkan janin
mempengaruhi nafas

Meconium yang tidak bersih
terhirup

20

Meconium menjadi jalan nafas
dan

Partikel gangguan yang ada
didalam meconium bekerja seperti
deterjen

Obstruksi jalan nafas

Pola nafas tidak efektif
DS : Nafsu makan menurun, nyeri Fetal distress

abdomen. Defisit Nutrisi
Afiksia
DO : Berat badan menurun

minimal 10% dibawah rentang
Reflek menelan atau mengisap
ideal, bising usus hiperaktif, belum sempurna

membran mukosa kering, diare,
Defisit nutrisi
otot menelan kemah

21
DS : Merasa lemah, mengeluh Fetal distress

haus Hipovolemia
afiksia
DO : Frekuensi nadi meningkat, ↓
nadi teraba lemah, turgor kulit Retensi cairan berlebih

menurun, membran mukosa
Suction
kering, volume urine menurun, Ht

meningkat
Diet puasa

Hipovolemia
DS : - Fetal distress

DO : malnutrisi, kerusakan Resiko Infeksi
Afiksia
integritas kulit, ketuban pecah

lama, perubahan sekresi pH,
Retra deterjen paru supali oksigen
ketuban pecah sebelum waktunya,
ke paru menurun
peningkatan paparan organisme

petogen lingkungan, penurunan
Kerusakan organ
Hb, Leukopenia, imunosupresi

Resiko infeksi

22
DS : - Fetal distress

DO : kulit teraba dingin, Hipotermia
Afiksia
menggigil,hipoglikemi,suhu

tubuhh dibawah normal
Janin berkurang oksigen co2

Suplai dalam darah naik

Peritaltik usus dan janin

Hipotermia

J. Diagnosa Keperawatan Prioritas


a. Pola nafas tidak efektif dibuktikan dengan imaturitas pusat pernapasan ditandai dengan :
DS: Dispnea, ortopnea
DO: Penggunaan otot bantu pernafasan, pola napas abnormal (takipnea, bradipnea, cheyne stokes), pernapasan cuping
hidung, tekanan ekspirasi/inspirasi menurun.
b. Defisit nutrisi Dibuktikan dengan penurunan simpanan nutrisi ditandai dengan:
DS: Nafsu makan menurun, nyeri abdomen

23
DO: Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal, bising usus hiperaktif, membran mukosa kering, diare, otot
menelan kemah
c. Hipovolemia dibuktikan dengan usia dan berat ekstrem ( <2500 gram) ditandai dengan :
DS: Merasa lemah, mengeluh haus
DO: Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun,
Ht meningkat
d. Resiko infeksi yang dibuktikan dengan pertahanan imunologis yang tidak efektif ditandai dengan:
DS:
DO: malnutrisi, kerusakan integritas kulit, ketuban pecah lama, perubahan sekresi pH, ketuban pecah sebelum waktunya,
peningkatan paparan organisme petogen lingkungan, penurunan Hb, Leukopenia, imunosupresi
e. Hipotermi ditandai dengan:
DS :
DO : kulit teraba dingin, menggigil,hipoglikemi,suhu tubuhh dibawah normal
K. Intervensi Keperawatan

No. Dx Tujuan Rencana Tindakan Rasional


1 Setelah dilakukan 1. Posisikan bayi senyaman mungkin 1. Memberi rasa nyaman dan mengurangi
tindakan hambatan jalan nafas

24
Pola nafas keperawatan selama 2. Bersihkan jalan nafas dan mulut jika ada 2. Jalan nafas harus tetap di pertahankan
tidak efektif 3x24 jam sumbatan bebas dari lendir untuk menjamin
diharapkan pola pertukaran gas
nafas pasien dapat
teratasi dengan 3. Obsevarsi respirasi pasien 3. Deteksi dini adanya kelainan pada
kriteria hasil : respirasi pasien
1.Pernafasan normal 4. Kolaborasikan dengan team medis dalam 4. Mencegah terjadinya hipogelemik
40-60 x/ menit pemberian O2 dan pemeriksaan kadar gas
2.Wajah dan tubuh darah arteri
bewarna kemerahan
(tidak ada sianosi)
2 Setelah dilakukan 1. Lakukan obsevarsi BAB dan BAK jumlah 1. Deteksi adanya kelainan pada eliminasi
Defisit tindakan dan frekuensi serta konsistensi bayi
nutrisi keperawatan selama 2. Monitor mukosa mulut 2. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
3x24 jam adekuat
diharapkan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

25
dapat teratasi dengan
kriteria hasil: 3. Beri asi sesuai kebutuhan/ berikan infus 3. Kebutuhan nutrisi terpenuhi secara
1.Bb tidak turun glukosa D10% jika asi belum di bolehkan adekuat
lebih dari 10%
2.Retensi tidak ada
4. Lakukan control BB setiap hari 4. Penambahan dan perawatan dapat
dimenitor

3 Setelah dilakukan 1. Bandingkan masukan dan pengeluaran 1. Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,
Hipovolemia tindakan urine setiap shift dan keseimbangan sementara kebutuhan terapi cairan kira-
keperawatan selama kumulatif setiap periodik 24 jam kira 80-100 ml/kg/hari pada hari
3x24 jam pertama, meningkat sampai 120-140
diharapkan ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
hipovolemia dapat Pengambilan darah untuk tes
teratasi menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht

26
2. Meskipun imaturitas ginjal dan
2. Pantau berat jenis urine setiap selesai ketidaknyamanan untuk
berkemih atau setiap 2-4 jam dengan mengonsentrasikan urine biasanya
menginspirasi urine dari popok bayi bila mengakibatkan berat jenis yang rendah
bayi tidak tahan dengan kantong pada bayi preterm ( rentang
penampung urine. normal1,006-1,013). Kadar yang rendah
menandakan volume cairan berlebihan
dan kadar lebih besar dari 1,013
menandakan ketidakmampuan masukan
cairan dan dehidrasi.
3. Kehialangan atau perpindahan cairan
3. Evaluasi turgor kulit, membran mukosa, yang minimal dapat dengan cepat
dan keadaan fontanel anterior. menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh
turgor kulit yang buruk, membran
mukosa kering, dan fontanel cekung.
4. Dehidrasi meningkatkan kadar
4. Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai Hematokrit diatas normal 45-53%
dengan indikasi Hematokrit kalium serum

27
5. Berikan infus parenteral dalam jumlah 5. Hipoglikemia dapat terjadi karena
lebih besar dari 180 ml/kg, khususnya pada kehilangan melalui selang nasogastrik
PDA, displasia bronkopulmonal (BPD), diare atau muntah.
atau entero coltis nekrotisan (NEC)
4 Setelah dilakukan
Resiko tindakan
infeksi keperawatan selama 1. Mencegah terjadinya infeksi
1. Monitor tanda-tanda infeksi
3x24 jam
diharapkan resiko 2. Mencegah terjadinya infeksi pada tali
2. Lakukan perawatan tali pusat
infeksi dapat teratasi pusat
dengan kriteria hasil: 3. Mikroorganisme dari luar tidak
3. Ajarkan cuci tangan pada keluarga pasien
1.Hipotermi menyebar ke pasien
sebelum melakukan kontak dengan pasien
2.Ketidakstabilan 4. Mencegah kondisi pasien
4. Kolaborasi dengan dokter
suhu memburuk
3.Peningkatan sel
darah
5 Setelah dilakukan 1. Letakan bayi di intubator 1. Mengurangi kehilangan
Hipotermi tindakan 2. Hindari klien yang bersih panas pada suhu lingkungan
keperawatan selama 3. Observasi suhu bayi tiap 6 jam 2. Mengkaji kedinginan bayi

28
3x24 jam 4. Kolaborasi dengan tenaga medis pemberian 3. Perubahan suhu tubuh bayi
diharapkan infus glukosa D10 karena ASI belum di dapat menentukan tingkat
hipotermi dapat berikan hiportemi
teratasi dengan 4. Agar hiportemi dapat
kriteria hasil teratasi
Suhu tubuh 36,5 –
37,5
Akral dingin
Warna seluruh tubuh
kemerahan

29
DAFTAR PUSTAKA

30
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
PENGKAJIAN NEONATUS
IDENTISAS PASIEN IDENTITAS ORANG TUA
Ayah Ibu
Nomor RM : 19899699 Nama : Tn. D Ny. E
Nama : By. Ny. E Usia : 25 Tahun 23 Tahun
Tempat, Tanggal lahir : 04-11-2019 Agama : Islam Islam
Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan : SMP SMP
Alamat : Karang Pekerjaan : Wiraswasta IRT
Wareng, Cirebon Kewarganegaraan : WNI WNI
Tanggal Masuk RS : 04-11-2019 Suku : Jawa Jawa
Tanggal Pengkajian : 05-11-2019 Alamat : Karang Karang Wareng,
Jam : 23.00 WIB Wareng, Cirebon Cirebon
Diagnosa Medis : Ketuban No Telp :- -
Mekonial
Keluhan Utama Sesak nafas
Riwayat Penyakit Sekarang Ketuban mekonial menghambat jalan nafas
KEADAAN BAYI SAAT LAHIR

Lahir tanggal :04 November 2019


Jenis kelamin : Perempuan
Kelahiran tunggal
Kondisi saat lahir hidup dengan BB 2062 gram
IMD ( Inisiasi Menyusu Dini )

Tidak dilakukan IMD pada By. Ny. E

31
Status Nutrisi dan Cairan
Status Nutrisi
Antopometri BB = 2062 gr
PB = cm
LK = 32 cm
LLA = cm
LP = cm
LD = 30 cm
Jumlah Kebutuhan Nutrisi Kalori enternal = 100 Kkal X 2,06 kg/BB
= 206/24 = 8,5 ml/jam X 3= 25ml/
3 jam
Usia Gestasi : Minggu
Jenis Nutrisi Susu Formula
Cara pemberian nutrisi Botol Susu
Masalah pemberian makanan Tidak ada
Status Cairan
Kebutuhan cairan harian jenis : Susu Formula
Jumlah : 20 cc/3 jam

Status Eliminasi
Buang Air Besar Melalui anus
frekuensi 2-3 kali/hari
Karakteristik feses Warna : Hitam Kehijauan
Konsistensi : lembek

32
Buang Air Kecil Spontan
Warna Urine kuning
Tidak ada keluhan
Aktivitas dan Istirahat
Istirahat dan Tidur
Tidur 16-17 Jam/ hari
Pergerakan Pergerakan bebas. Pada saat menangis bayi selalu
mendorong kakinya dan mengepalkan tangannya
Pemeriksaan Fisik
Kepala Bentuk kepala : Normochepali
Keadaan rambut : sebaran merata, berwarna hitam
Bentuk wajah : simetris
Lingkar Kepala (LK) : 32 cm
Mata Bentuk Simetris
Konjungtiva Ananemis (normal)
Refleks cahaya Isokor (Mengecil saat terkena
cahaya)
Telinga Simetris
Hidung Simetris
Tidak ada mucus
Terdapat pernafasan cuping hidung
Mulut Mulut simetris
Mukosa bibir pucat
Dada dan paru-paru Bentuk normal, titerdapat retraksi dinding dada,
bernafas tanpa alat bantu, pergerakan dinding
dada simetris, terdengar suara gargling
Lingkar Dada (LD) : 30 cm
Jantung Auskultasi

33
Terdengar BJ 1 dan BJ 2 reguler
Abdomen Tali pusat segar, tidak ada distensi abdomen,
bentuk abdomen datar, turgor kulit elastis
Lingkar Perut (LP) : 27 cm
Ekstremitas dan Pergerakan bebas
Muskuloskeletal tidak ada kelainan tulang
Lingkar Lengan Atas (LLA) : cm
Kulit
Warna kulit Kemerahan
Sianosis Tidak ada
Ptekie Tidak ada
Kemerahan Tidak ada
Tanda lahir Tidak ada
Turgor kulit Elastis
Edema Tidak ada
CRT < 3 detik
Luka Tidak terdapat luka
Penilaian Ikterus 5
Neonatorum dengan Kramer Tangan dan kaki
Anus dan Genitalia Anomalirectal
Anus dan Genitalia bersih
Jenis kelamin Perempuan
Defekasi melalui anus
Karakteristik feses: warna hitam
konsistensi lembek
Urin keluar secara spontan
Tidak ada kelainan
Kebersihan diri

34
Mandi Frekuensi 1kali/hari
Lingkungan Internal
Riwayat Kehamilan Ibu
1. Prenatal
Usia ibu saat hamil : 23 tahun
Persepsi kehamilan : kehamilan yang diinginkan
Antenatal Care : ya, 5 kali selama kehamilan
Kenaikan BB selama Kehamilan : 9 kg
Konsumsi obat selama kehamilan : vit k, tab fe, kalsium
Riwayat injury selama kehamilan : tidak ada
Komplikasi selama kehamilan : tidak ada
Riwayat Hospitalisasi : Tidak pernah dirawat di RS
sebelumnya
Pemeriksaan penunjang kehamilan : USG
2. Intranatal
Riwayat Kehamilan : P2A0
Usia Kelahiran : Minggu
Penolong persalinan : Dokter
Komplikasi :
3. Postnatal
Kebutuhan Alat Bantu : Inkubator dan Saction
Berat Bada Lahir (BBL) : 2062 gr
Panjang Badan (PB) : cm
Lingkar Kepala (LK) : cm
Lingkar Perut (LP) : cm
Lingkar Dada (LD) : cm

35
Riwayat Obstetri Sebelumnya
Riwayat Penyakit Terdahulu
Penyakit yang pernah dialami Tidak ada
Penatalaksanaan yang Tidak ada
dilakukan
Riwayat Hospitalisasi Tidak pernah
Riwayat Operasi Tidak pernah
Riwayat penggunaan obat Obat anti hipertensi
Riwayat injury/kecelakaan Tidak terkaji
Riwayat Alergi Tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat Imunisasi
Imunisasi TT saat hamil sebanyak 2x
Alergi dan reaksi
Tidak ada alergi
Lingkungan Eksternal
Prseptual Cahaya / penerangan : baik
Suhu inkubator : 33,2 0C
Resiko Jatuh: Ya
Resiko infeksi tular: Ya
GCS dan Tanda-tanda vital
GCS
Kesadaran : Compos Mentis (E4V5 M5)
Tanda-tada vital
N : 140 x/menit
S : 36,9 ºC
RR : 43 x/menit
SPO2 : %

36
Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Interpretasi


Rujukan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 16,9 14,5-22,5 gr% Normal
Hematocrit 51 36-48 % Meningkat
Trombosit 194 150-400 mm3 Normal
Leukosit 9,8 9-31 / mm3 Normal
MCV 113,9 100-120 Mikro m3 Normal
MCH 37,5 34-38 Pg Normal
MCHC 33,0 32-36 g/dl Normal
Eritrosit 4,51 5-6 mm3 Menurun
RDW CV 18,2 11,5-14,5 % Meningkat
RDW SD 74,4 29-46 fL Meningkat
Basophil 0 0-1 % Normal
Eosinophil 1 2-4 % Menurun
Netrofil 0 3-5 % Menurun
batang
Netrofil 40 50-80 % Menurun
segmen
Limfosit 52 25-40 % Meningkat
Monosit 7 2-8 % Normal
Golongan darah + Rh
Golongan B
darah
Rhesus Positif

37
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Interpretasi
Rujukan
GDS 50 80-135 mg/dL Menurun
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 18,2 14,5-22,5 gr% Normal
Hematocrit 52 36-48 % Meningkat
Trombosit 143 150-400 mm3 Menurun
Leukosit 4,9 9-31 / mm3 Menurun
MCV 102,0 100-120 Mikro m3 Normal
MCH 35,9 34-38 Pg Normal
MCHC 35,2 32-36 g/dl Normal
Eritrosit 5,07 5-6 mm3 Normal
RDW CV 18,4 11,5-14,5 % Meningkat
RDW SD 67,2 29-46 fL Meningkat
Basophil 1 0-1 % Normal
Eosinophil 8 2-4 % Meningkat
Netrofil 0 3-5 % Menurun
batang
Netrofil 22 50-80 % Menurun
segmen
Limfosit 47 25-40 % Meningkat
Monosit 22 2-8 % Meningkat
KIMIA KLINIK
Bilirubin 6,59 1,5-12,0 mg/dL Normal
total
Bilirubin 0,64 <0,2 mg/dL Meningkat
direk

38
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Satuan Interpretasi
Rujukan
Bilirubin 5,95 0,0-0,8 mg/dL Meningkat
indirek
GDS 80 80-135 mg/dL Normal

B. ANALISA DATA

Tanggal Data senjang Penyebab / etiologi Masalah Tanda


jam (Ds & Do ) keperawatan tangan dan
Nama
15 Ds : - Prematuritas Defisit nutrisi Kelompok 2
Oktober Do : ↓
2019 1. Keadaan umum pasien Fungsi organ belum baik
lemah ↓
2. Saat bayi di beri susu Otak
reflek menghisap masih ↓
lemah Imaturitas sentram vital
3. BB 2090 gram ↓
Reflek menelan belum
sempurna

Defisit nutrisi
15 Ds : BBLR Ikterus Kelompok 2
Oktober Do : ↓ neonates
2019 1. BB = 2090 gram Prematuritas
2. Usia kelahiran 32-33 ↓
minggu Fungsi organ belum baik

39
Tanggal Data senjang Penyebab / etiologi Masalah Tanda
jam (Ds & Do ) keperawatan tangan dan
Nama
3. Skor ikterik 5 (pada ↓
tangan dan kaki) Hati
4. Bilirubin total : 6,59 ↓
mg/dl (1,5-12,0 Konjugasi bilirubin
mg/dl) belum baik
5. Bilirubin direk : 0,64 ↓
mg/dl (< 0,2 mg/dl) Hiperbilirubin
6. Bilirubin indirek : ↓
5,95 mg/dl (0,0-0,8 Ikterus neonatus
mg/dl)

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT PRIORITAS


1. Defisit nutrisi berhubungan dengan imaturitas organ tubuh ditandai dengan
BB : 2090 gram
2. Ikterus neonatus berhubungan dengan prematuritas

40
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tgl, No. Dx TTD dan


jam Perencanaan keperawatan Nama
Jelas
Tujuan Rencana Tindakan Rasional
16- 1 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor BB 1. Mengetahui BB Kelompok
10- Defisit keperawatan selama 3x24 2. Monitor intake nutrisi 2. Mengetahui asupan nutrisi 2
2019 Nutrisi jam diharapkan kebutuhan 3. Mengkaji reflek menghisap 3. Mengetahui reflek menghisap
nutrisi terpenuhi 4. Memberikan nutrisi sesuai 4. Memenuhi kebutuhan nutrisi
Kriteria Hasil: indikasi
1. Adanya peningkatan
berat badan (0,5 gram)
2. Tidak ada tanda -tanda
malnutrisi
3. Menunjukan reflek
menghisap yang efektif
16- 2 Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda – tanda 1. Mengetahui keadaan umum Kelompok
10- Ikterus keperawatan selama 3x24 vital 2
2019 neonatu jam diharapkan Resiko 2. Amati tanda – tanda 2. Mengetahui ada/tidaknya
s ikterus neonatus b.d ikterik tanda-tanda ikterik
konjugasi bilirubin belum 3. Kolaborasi pemeriksaan 3. Mengetahui kadar bilirubin
baik teratasi laboratorium (bilirubin)

41
Kriteria Hasil:
1. Status nutrisi
adekuat
2. TTV dalam batas
normal

42
43
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosa Tanggal Implementasi Tanggal Evaluasi Tanda Tangan


Keperawatan Waktu Waktu dan Nama
Defisit nutrisi 16 1. Monitor BB 16 S: - Kelompok 2
oktober R:S:- oktober O: 1. BB = 2090 gram
2019 O : 1. BB = 2090 gram 2019 2. Pemberian susu
2. Monitor intake nutrisi formula BBLR
R:S:- sebanyak 25 cc
O : 1. pemberian susu 3. Reflek menghisap
formula BBLR belum efektif
sebanyak 25 cc 4. Pemberian nutrisi
3. Mengkaji reflek menghisap melalui selang
R:S:- OGT
O : 1. reflek menghisap A: Masalah belum teratasi
belum efektif P : Lajutkan Intervensi
1. Monitor BB
2. Monitor intake
nutrisi
3. Mengkaji reflek
menghisap

44
Resiko ikterus 16 1. Memonitor tanda – tanda vital 16 S: Kelompok 2
neonates oktober R:S:- oktober O : 1. RR : 40x/menit
2019 O : 1. RR : 40x/menit 2019 2. N : 140x/menit
1. N : 140x/menit 3. S : 36,7 oC
2. S : 36,7 oC 4. Bayi tidak kuat
2. Mengkaji tanda – tanda ikterik menyusu
R:S:- 5. Bayi tampak
O : 1. Bayi tidak kuat lemah
menyusu 6. Reflek menghisap
2. Bayi tampak lemah belum efektif
3. Reflek menghisap A: Masalah belum teratasi
belum efektif P : Lajutkan Intervensi
1. Monitor tanda –
tanda vital
2. Kaji tanda – tanda
ikterik
3. Kolaborasi
pemeriksaan
laboratorium
(bilirubin)

45
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Dx Tanggal/ Catatan perkembangan Tanda tangan
Keperawatan Waktu dan Nama
1 16 S:- Kelompok 2
Oktober O : 1. BB : 2090 gram
2019 2. Reflek menghisap lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor BB
2. Monitor intake nutrisi
3. Mengkaji reflek menghisap
I: 1. Monitor BB
R:S:-
O : 1. BB = 2090 gram
2. Memonitor intake nutrisi
R:S:-
O : 1. pemberian susu formula BBLR sebanyak 25 cc
3. Mengkaji reflek menghisap
R:S:-
O : 1. Reflek menghisap belum efektif
2. Pemberian nutrisi melalui selang OGT
E:S:-

46
Dx Tanggal/ Catatan perkembangan Tanda tangan
Keperawatan Waktu dan Nama
O : 1. BB = 2090 gram
2. Pemberian susu formula BBLR sebanyak 25 cc
3. Reflek menghisap belum efektif
4. Pemberian nutrisi melalui selang OGT
A : Masalah belum teratasi
P : Lajutkan Intervensi
1. Monitor BB
2. Monitor intake nutrisi
3. Mengkaji reflek menghisap
R:-
2 16 S:- Kelompok 2
Oktober O : 1. N : 137x/menit
2019 2. RR : 40x/menit
3. S : 36,7 o C
4. Bayi tampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : 1. Memonitor TTV
R:S:-
O : 1. RR : 40x/menit

47
Dx Tanggal/ Catatan perkembangan Tanda tangan
Keperawatan Waktu dan Nama
2. N : 140x/menit
3. S : 36,7 oC
2. Mengkaji tanda-tanda ikterik
R:S:-
O : 1. Bayi tidak kuat menyusu
2. Bayi tampak lemah
3. Reflek menghisap belum efektif
E:S:
O : 1. RR : 40x/menit
2. N : 140x/menit
3. S : 36,7 oC
4. Bayi tidak kuat menyusu
5. Bayi tampak lemah
6. Reflek menghisap belum efektif
A : Masalah belum teratasi
P : Lajutkan Intervensi
1. Monitor tanda – tanda vital
2. Kaji tanda – tanda ikterik
R:-

48
Dx Tanggal/ Catatan perkembangan Tanda tangan
Keperawatan Waktu dan Nama
1 17 S:- Kelompok 2
Oktober O : 1. BB : 2090 gram
2019 2. Reflek menghisap lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Monitor BB
2. Monitor intake nutrisi
3. Mengkaji reflek menghisap
I: 1. Monitor BB
R:S:-
O : 1. BB = 2090 gram
2. Memonitor intake nutrisi
R:S:-
O : 1. pemberian susu formula BBLR sebanyak 25 cc
3. Mengkaji reflek menghisap
R:S:-
O : 1. Reflek menghisap belum efektif
2. Pemberian nutrisi melalui selang OGT
E:S:-
O : 1. BB = 2090 gram

49
Dx Tanggal/ Catatan perkembangan Tanda tangan
Keperawatan Waktu dan Nama
2. Pemberian susu formula BBLR sebanyak 25 cc
3. Reflek menghisap belum efektif
4. Pemberian nutrisi melalui selang OGT
A : Masalah belum teratasi
P : Lajutkan Intervensi
1. Monitor BB
2. Monitor intake nutrisi
3. Mengkaji reflek menghisap
R:-
2 17 S:- Kelompok 2
Oktober O : 1. N : 137x/menit
2019 2. RR : 40x/menit
3. S : 36,7 o C
4. Bayi tampak lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
I : 1. Memonitor TTV
R:S:-
O : 1. RR : 40x/menit
4. N : 140x/menit

50
Dx Tanggal/ Catatan perkembangan Tanda tangan
Keperawatan Waktu dan Nama
5. S : 36,7 oC
2. Mengkaji tanda-tanda ikterik
R:S:-
O : 1. Bayi tidak kuat menyusu
2. Bayi tampak lemah
3. Reflek menghisap belum efektif
E:S:
O : 1. RR : 40x/menit
2. N : 140x/menit
3. S : 36,7 oC
4. Bayi tidak kuat menyusu
5. Bayi tampak lemah
6. Reflek menghisap belum efektif
A : Masalah belum teratasi
P : Lajutkan Intervensi
1. Monitor tanda – tanda vital
2. Kaji tanda – tanda ikterik
R:-

51
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, E.Marilynn. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan - Edisi 3. Jakarta : EGC.

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta
: EGC.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media
Action Publishing.

Wilkinson, Judith M. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

52

Anda mungkin juga menyukai