MINI RISET
TUGAS KEPERAWATAN JIWA
Disusun Oleh:Kelompok 23
HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Halusinasi.....................................................................................4
2.1.3 PohonMasalah....................................................................9
2.2. TerapiAktivitasKelompok...........................................................9
2.2.1 Pengertian...........................................................................9
3.5 VariabelPenelitian.........................................................................20
1. Teknik Pengolahan..................................................................23
2. Analisa Data.............................................................................24
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
2.1 HALUSINASI
2.1.1MASALAH UTAMA
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2.1.2PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada (Keliat & Akemat, 2016).
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberikan persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata (Farida, 2010).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang
salah (Stuart, 2016). Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh
para ahli mengenai halusinasi di atas, maka penulis mengambil
kesimpulan bahwa halusinasi adalah persepsi klien melalui panca
indera terhadap lingkungan tanpa ada stimulus atau rangsangan yang
nyata.
2. Tanda dan gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering
didapatkan duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah
tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau
menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang
halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar atau dirasakan)
(Direja, 2011).
Bicara, senyum, tertawa sendiri
4. Jenis Halusinasi
1) Halusinasi Pendengaran
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara-suara atau
kebisingan, paling sering suara orang, suara berbentuk kebisingan
yang kurang keras sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang atau lebih.
2) Halusinasi Penglihatan
Halusinasi penglihatan adalah stimulus dalam bentuk kelihatan
cahaya, gambaran geometris, gambaran kartun, bayangan yang rumit
dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti
melihat monster.
3) Halusinasi Penghidung
Halusinasi penghiduan adalah menghirup bau-bauan tertentu seperti
bau darah, bau urin, atau bau feses, umumnya bau-bauan yang tidak
menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat dari stroke, tumor,
kejang atau dimensia.
4) Halusinasi Pengecapan
Halusinasi pengecapan adalah merasa mengecap sesuatu seperti darah,
urin atau feses.
5) Halusinasi Perabaan
Halusinasi perabaan adalah mengalami nyeri atau tidak nyamanan
tanpa stimulus yang jelas.
3. Penyebab terjadinya masalah
Halusinasi dipengaruhi oleh faktor (Stuart dan Laraia, 2013), dibawah ini
antara lain :
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan
respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini
ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor
dopamin dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada
anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan
pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagiandepan dan
atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak
tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu
terhadap stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan
kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2016).
Menurut Stuart& Laira (2016), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
Data objektif :
a. Wajah tegang, merah
b. Mondar-mandir
c. Mata melotot rahang mengatup
d. Tangan mengepal
e. Keluar keringat banyak
f. Mata merah
2.1.3 POHON MASALAH
Akibat
Cause
Isolas sosial Menarik diri
3. Proses Seleksi
a. Berdasarkan observasi dan wawancara.
b. Menindak lanjuti asuhan keperawatan.
c. Informasi dan keterangan dari pasien sendiri dan perawat.
d. Penyelesian masalah berdasarkan masalah keperawatan
e. Pasien cukup kooperatif dan dapat memahami pertanyaan yang
diberikan.
f. Mengadakan kontrak dengan pasien.
4. Waktu dan Tempat
Mengenai pelaksanaan hari, tanggal, waktu tempat, dan nama anggota
kelompok
5. Media dan Alat
a. Boardmarker/ spidol
b. Whiteboard/ papan tulis
c. Kertas
d. Bolpoin
6. Metode
a. Diskusi
b. Bermain peran
7. Susunan Pelaksana
Berikut peran perawat dan uraian tugas dalam terapi aktivitas kelompok
menurut Sutejo (2017) adalah sebagai berikut :
a. Leader
b. Co-leader
c. Fasilitator
d. Observer
8. Uraian Tugas
a. Leader
1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas
kelompok sebelum kegiatan dimulai.
2) Memberikan memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
3) Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan
tertib.
4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
5) Menjelaskan permainan.
b. Co-Leader
1) Menyampaikan informasi dari fasilitatorke leader tentang aktifitas
pasien.
2) Membantuleader dalam memimpin permainan.
3) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
4) Memberikan reward bagi kelompok yang menyelesaikan perintah
dengan cepat.
5) Memberikan punishment bagi kelompok yang kalah.
c. Fasilitator
1) Memfasilitasi pasien yang kurang aktif.
2) Memberikan stimulus pada anggota kelompok.
3) Berperan sebagai role play bagi pasien selama kegiatan
d. Observer
1) Mengobservasi dan mencatat jalannya proses kegiatan.
2) Mencatat perilaku verbal dan non verbal pasien selama kegiatan
berlangsung.
3) Mencatat peserta yang aktif dan pasif dalam kelompok.
4) Mencatat jika ada peserta yang drop out dan alasan drop out.
e. Setting Tempat
L CL O
P
P
F F
P
P
F P F
Keterangan :
L : Leader F : Fasilitator
CL : Co-Leader O :Observer
P :Pasien
BAB III
METODOLOGI
Keterangan :
R : Responden penelitian semua mendapat perlakuan
O1 : pre test pada kelompok perlakuan
O2 : post test pada kelompok perlakuan
X1 : Uji coba intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protokol
3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti memakai Alat Perlindungan Diri (APD) berupa baju
gown, Masker, dan face shield.
b. Peneliti memperkenalkan diri, menjelaskan maksud dan tujuan
penelitian kepada klien
c. Peneliti memilih responden sesuai criteria inklusi. Sebelum
penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada
pasien, menjelaskan tujuan yang akan dilakukannya mengecek
instrumen penunjang seperti lembar kuesioner
d. Peneliti memberikan lembar persetujuan (informed concent) pada
calon responden yang tidak mengalami gangguan interpretasi
warna dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
e. Peneliti melakukan proses pengambilan data ke responden
penelitian dengan mengisi data secara langsung. Proses
pengumpulan data peneliti melakukan observasi tentang
kemampuan mengontrol halusinasi, yaitu mengenal halusinasi,
selanjutnya pasien akan diberikan TAK: Stimulasi Persepsi Sesi I,
setelah diberikan TAK pasien diobservasi lagi mengenai
kemampuan pasien dalam hal mengenal halusinasi, jika dari hasil
observasi ada pasien yang belum mampu mengenal halusinasi
maka responden tersebut akan dilatih oleh peneliti sampai dapat
mengenal halusinasi sesuai kontrak dengan responden, agar
responden tersebut dapat mengikuti sesi selanjutnya. Sebelum
masuk ke sesi II pasien akan diobservasi mengenai kemampuan
mengontrol halusinasi yaitu menghardik, selanjutnya pasien
diberikan TAK: Stimulasi Persepsi Sesi II, setelah diberikan TAK
pasien diobservasi kembali mengenai kemampuan mengontrol
halusinasi yaitu menghardik. Dari hasil observasi jika ada pasien
yang belum mampu menghardik maka responden tersebut akan
dilatih oleh peneliti sampai dapat menghardik halusinasi sesuai
kontrak dengan responden, agar responden tersebut dapat
mengikuti sesi selanjutnya. Sebelum masuk ke sesi III pasien
akan diobservasi mengenai kemampuan mengontrol halusinasi
yaitu mencegah halusinasi dengan melakukan kegiatan,
selanjutnya pasien diberikan TAK: Stimulasi Persepsi Sesi III.
Setelah diberikan TAK pasien diobservasi kembali mengenai
kemampuan mengontrol halusinasi yaitu mencegah halusinasi
dengan melakukan kegiatan. Pelaksanaan TAK dilakukan dalam 1
kali pertemuan.
f. Peneliti mengucapkan terimakasih kepada responden atas
keterlibatannya dalam penelitian
g. Kemudian data yang telah terkumpul diolah menggunakan SPSS
16.0
3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
1. Teknik Pengolahan
Menurut Notoatmodjo (2014), teknik pengolaahan data dibagi menjadi:
a. Editing
Hasil pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan
(editing) terlebih dahulu. Editing merupakan kegiatan untuk
pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuisioner. Pada penelitian
ini editing dilakukan dengan pengecekan data dengan melihat apakah
lembar observasi terisi semua.
b. Coding
Sesudah pengeditan/penyuntingan kuisioner, selanjutnya
dilakukan pengkodean atau “coding” yakni mengubah data berbentuk
kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan. Coding atau
pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan data (data entry).
Sesudah dilakukan editing data dimasukkan ke dalam spss kemudian
data tersebut dirubah dengan pengkodean masing – masing item. Dalam
penelitian ini Dalam penelitian ini karakteristik pasien halusinasi usia
20-30 tahun dengan kode angka 1, usia 31-40 tahun dengan kode angka
2, usia 41-50 tahun dengan kode angka 3, usia 51-60 tahun dengan kode
angka 4, usia > 60 tahun dengan kode angka 5. Untuk karakteristik jenis
kelamin laki – laki kode 1 dan perempuan kode 2. Untuk karakteristik
riwayat dirawat diberikan kode 1 dan tidak ada riwayat dirawat
diberikan kode 0. Untuk karakteristik melakukan SP yaitu SP I dengan
kode 1, SP II kode 2 dan SP III dengan kode 3.
c. Entry Data
Data yang telah terkumpul kemudian dimasukan dalam program
analisis dengan menggunakan perangkat computer.
d. Tabulating
Mengelompokan data-data kategorik untuk keperluan analisis statistik.
e. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan data yang sudah dimasukan untuk
diperiksa ada tidaknya kesalahan
2. Analisa Data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan karakteristik
variabel penelitian. Data yang ada dalam kuisioner disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel
(Notoatmodjo, 2014). Analisa univariat dalam penelitian ini meliputi
usia, jenis kelamin, riwayat dirawat dan melakukan strategi pelaksana
(SP).
Karakteristik reponden dalam penelitian ini yaitu: usia, jenis
kelamin, riwayat dirawat dan melakukan strategi pelaksana (SP)
berbentuk kategorik yang dianalisis menggunakan analisa proporsi
dan dituangkan dalam bentuk tabel frekuensi dan prosentase.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk menganalisis dua variabel,
dan bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu hubungan
dan pengaruh antara variabel satu dengan veriabel yang lainnya
(Donsu, 2016). Analisa bivariat digunakan untuk menguji pengaruh
dari Terapi Aktivitas Keompok(TAK): stimulasi persepsipada pasien
gangguan jiwa halusinasi.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 1 kelompok
perlakuan tanpa kelompok pembanding dan jenis data yang digunakan
adalah data dengan skala rasio maka data diuji normalitas dengan
kolmogorov smirnov jika data terdistribusi normal maka menggunakan
paired t-test sedangkan jika data tidak terdistribusi normal maka
menggunakan uji wilcoxon, uji ini digunakan untuk menguji beda
mean peringkat dari 2 hasil pengukuran pada kelompok yang sama.
Dalam penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan dan tingkat
signifikansi (α)=0,05, yaitu:
1) Apabila p-value> 0,05 maka Hₒ diterima Hₐ ditolak yang berarti
tidak ada pengaruh Terapi Aktivitas Keompok(TAK): stimulasi
persepsi pada pasien gangguan jiwa halusinasi.
2) Apabila p-value< 0,05 maka Hₒ ditolak Hₐ diterima yang berarti
ada pengaruh Terapi Aktivitas Keompok(TAK): stimulasi
persepsipada pasien gangguan jiwa halusinasi.
3.8 Etika Penelitian
Penelitian keperawatan pada umumnya melibatkan manusia sebagai
subyek penelitian. Penelitian mempunyai resiko ketidaknyamanan atau cedera
pada subyek mulai dari resiko ringan sampai dengan berat. Manusia sebagai
subyek penelitian adalah makhluk yang holistik, merupakan integrasi aspek
fisik, psikologis, sosial dan spiritual yang tidak bias dipisahkan. Masalah yang
terjadi pada salah satu aspek yang lain sehingga penelitian keperawatan harus
dilandasi dengan etika penelitian yang memberikan jaminan bahwa keuntungan
yang di dapat dari penelitian jauh melebihi efek samping yang ditimbulkan
(Dharma, 2011). Prinsip etika penelitian dibidang kesehatan dan hukum secara
umum mempunyai tiga prinsip, yaitu (Kemenkes, 2017):
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for persons)
Bentuk penghormatan terhadap harkat martabat manusia sebagai
pribadi (personal) yang memiliki kebebasan berkehendak atau memilih
dan sekaligus bertanggung jawab secara pribadi terhadap keputusannya
sendiri.
Prinsip ini bertujuan untuk menghormati otonomi, yang
mempersyaratkan bahwa manusia yang mampu memahami pilihan
pribadinya untuk mengambil keputusan mandiri (self-determination), dan
melindungi manusia yang otonominya terganggu atau kurang.
Mempersyaratkan bahwa manusia dapat bergantung (dependent)
atau rentan (vulnerable) perlu diberikan perlindungan terhadap kerugian
atau penyalahgunaan (harm and abuse). Dalam penelitian ini calon
responden diberikan lembar informed concent sebagai bukti jika calon
responden setuju menjadi responden penelitian tanpa adanya suatu
paksaan.
2. Berbuat Baik (Beneficience)
Prinsip berbuat baik menyangkut kewajiban membantu orang lain
dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian yang
minimal. Subjek manusia diikutsertakan dalam penelitian kesehatan
dimaksudkan untuk membantu tercapainya suatu tujuan penelitian
kesehatan yang sesuai untuk diaplikasikan pada manusia.
Prinsip etik berbuat baik mempersyaratkan bahwa:
1) Risiko penelitian harus wajar (reasonable) dibanding manfaat yang
diharapkan
2) Desain penelitian harus memenuhi persyarataan ilmiah
(scientificallysound)
3) Para peneliti mampu melaksanakan penelitian sekaligus mampu
menjaga kesejahteraan subjek penelitian
4) Prinsip do no harm (non-maleficent-tidak merugikan) yang menentang
segala tindakan dengan sengaja merugikan subjek penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti membimbing responden selama
proses penelitian berlangsung.
a. Tidak Merugikan (Non Maleficience)
Prinsip tidak merugikan adalah jika tidak dapat melakukan hal
yang bermanfaat, maka sebaiknya jangan merugikan orang lain. Prinsip
ini bertujuan agar subjek penelitian tidak diperlakukan sebagai sarana
dan memberikan perlindungan terhadap tindakan penyalahgunaan.
Dalam penelitian ini data responden yang menjadi obyek
penelitian tidak akan di sebarluaskan, peneliti hanya menggunakan
nama inisial
b. Keadilan (Justice)
Prinsip etik pengadilan mengacu pada kewajiaban etik untuk
memperlakukan setiap orang (sebagai pribadi yang otonom) sama
dengan moral yang benar dan layak dalam memperoleh haknya. Prinsip
etik keadilan terutama menyangkut keadilan yang merata (distributive
justice) yang mempersyaratkan pembagian seimbang (equitable), dalam
hal beban dan manfaat yang diperoleh subjek dari keikutsertaan dalam
penelitian. Ini dilakukan dengan memperhatikan distribusi usia dan
gender, status ekonomi, budaya dan pertimbangan etnik. Perbedaan
dalam distribusi beban dan manfaat hanya dapat dibenarkan jika
didasarkan pada perbedaan yang relevan secara moral antara orang-
orang yang diikutsertakan. Salah satu perbedaan perlakuan tersebut
adalah kerentanan (vulnerability). Kerentanan adalah ketidakmampuan
menentukan pilihan untuk memperoleh pelayanan atau keperluan lain
yang mahal, atau karena tergolong yang muda atau berkedudukan
rendah pada hirarki kelompoknya. Untuk itu, diperlukan ketentuan
khusus untuk melindungi hak dan kesejahteraan subjek yang rentan.
Dalam penelitian ini semua responden diukur dengan skala pengukuran
yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, D., Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Jakarta.
Nuha Medika
Kemenkes, RI. (2017). Pedoman dan standar etik penelitian dan pengembangan
https://keppkn.kemkes.go.id.
Jakarta: EGC.
Prabowo,E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Stuart, G.W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa buku 1 alih bahasa Budi Keliat
dan Akemat. Singapura: Elsevier.
Alfabeta
Lampiran
LEMBAR PENILAIAN
Nama :
Umur :
Jenis kelamin : L □ P□
SP : 1□ 2□ 3□
Riwayat dirawat :
dengan menghardik
4. Memperagakan cara menghardik
halusinasi
halusinasi