GERONTIK
Disusun Oleh:
ANDRI SULENTHIA
BANDI SAPUTRA
REFKY BUSTA FEBRY
WIWIK JUNIASTRI
HASNA DEWI SYAPUTRA
RINA MARTUTI
LUGIA MAY HUDATAMA
FEFI DWI ANUGRAH
WINDA SARI
ENGLA PUTRI AMANDA
2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
a. Lansia dapat berespon terhadap stimulus yang diberikan oleh perawat yaitu musik
b. Lansia dapat mengekspresikan perasaan berupa pengalaman yang menyenangkan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan kusus terapi aktivitas kelompok dengan stimulasi sensori suara musik adalah:
a. Lansia mampu mengenali musik yang didengar
b. Lansia mampu memberi respon terhadap musikyang di dengar
c. Lansia mampu menebak lagu
d. Lansia mampu mengungkapkan perasaannya setelah mendengar musik
e. Untuk melatih pengorganisasian diri dan kerja sama antar lansia
f. Lansia mampu memberikan pengalaman di dalam struktur
g. Kesempatan untuk pertemuan kelompok dimana individu telah mengesampingkan
kepentingan demi kepentingan kelompok.
A. Terapi Aktivitas Kelompok
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua
panca indra (sensori) agardapat memberi respon yang adekuat. Maksudnya adalah
menstimualsi sensori pada klien yang mengalami kemunduran sensoris. Tujuannya
meningkatkan kemampuan sensori, memusatkan perhatian, kesegaran jasmani, dan
mengekspresikan perasaan. Aktivitas stimulasi sensori dapat berupa stimulus
terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain spereti gambar, video, tarian dan
nyanyian (Keliat,2004).
B. Psikologi Lansia
1. Faktor Psikologi Lansia
Ada 5 faktor yang sangat berpengaruh terhadap psikologi lansia.
Kelima faktor tersebut adalah penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi
seksual, perubahan aspek psikososial, perubahanyang berkaitan dengan pekerjaan,
dan perubahan dalam peran sosial dimasyarakat (Stuart, 2007)
2. Keadaan Psikologi Lansia Terlantar
Lansia terlatar yang menempati panti werdha akan memasuki lingkungan baru yang
menuntut mereka untuk menyesuaikan diri. Selain itu, keberhasilan penyesuaian diri
ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan, kecewa, sedih, dan
pasrah.Sedangkan kegagalan mereka untuk beradaptasi ditandai dengan guncangan
emosi, ketidakpuasan, dan keluhan terhadap lingkungan yang baru. TKGS
(organisasi untuk lansia terlantar di Singapura), lansia yang terlantar lebih sering
menghadapi masalah emosional seperti keras kepala dan sentimental(Santrock,2002).
3. Perubahan Psikologis Lansia Secara Umum
Perubahan psikologis pada lansia meliputi short term memory, rustasi, kesepian,
takut kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan keinginan,
depresi, dan kecemasan. Dalam psikologi perkembangan, lansia dan perubahan yang
dialaminya akibat proses penuaan digambarkan oleh hal – hal berikut:
a. Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga harus bergantung pada orang
lain.
b. Status ekonomi sangat terancam sehingga cukup beralasan untuk melakukan
bebagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
c. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan
kondisi fisik.
d. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal,
pergi jauh atau cacat.Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus
direncanakan untuk orang dewasa.
e. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk lansia, dan
memiliki kemampuan untuk mengganti kegiatan lama dengan yang lebih cocok.
f. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang semakin
bertambah.
4. Emosi
Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek – efek
tersebut menentukan apakah lansia tersebut akan melakukan penyesuaian diri secara
baik atau buruk (Hurlock, 1991).
Perubahan – perubahan fisik yang terjadi pada pada usia lanjut dapat
menyebabkan perubahan pada kondisi jiwanya. Hal ini menyebabkan lansia menjadi
demotivasi dan menarik diri dari lingkungan sosial (Hurlock, 1991).
Masalah – masalah yang terkait dengan emosi lansia diantaranya: kesepian,
perasaan tidak berguna, keinginan untuk cepat mati atau bunuh diri, dan perasaan
untuk membutuhkan perhatian lebih (Hurlock, 1991).
5. Mental
Ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan mental lansia:
a. Kepribadian
Individu yang berambisi tinggi dan selalu dikejar – kejar waktu akan cenderung
mudah stres, frustasi, dan merasa diremehkan. Sedangkan, individu yang
berkepribadian tenang akan lebih mudah untuk menerima keadaan mereka dan
berpikir positif ketika memasuki masa usia lanjut.
b. Sosial
Sikap sosialisasi yang kurang baik akan berdampak negatif pada penyesuaian
diri lansia. Hal ini dapat menyebabkan lansia bersikap psikopat, depresi, dan
paranoid.
c. Budaya
Budaya barat sering menggangap lansia tidak berguna dan menjadi beban
keluarga atau masyrakat.Hal ini menyebabkan lansia memiliki mental
negatif.Sedangkan budaya timur lebih menghormati orang tua, dan
menganggap mereka sebagai orang yang bijaksana dan pantas dijadikan
panutan (Stuart, 2007).
6. Kebutuhan Psikologi Lansia
Berikut merupakan beberapa kebutuhan lansia secara psikologis menurut ahli
psikologi Tody Lalenoh.
a. Kasih sayang, termasuk tanggapan atau perhatian dari orang lain, agar para
lansia merasa tentram.
b. Jati diri dan status yang jelas.
Para lansia sebaiknya memiliki paling tidak satu area privasi, agar mereka dapat
tetap menjaga hal – hal yang ersifat pribadi, termasuk barang – barang pribadi.
c. Pengaturan pola hidup yang melibatkan rekreasi dan aktivitas – aktivitas yang
dapat menyenangkan para lansia dan membuat mereka merasa berguna.
d. Para lansia sebaiknya tinggal di lingkungan yang tenang namun tidak jauh dari
keramaian, agar para lansia tidak merasa terasingkan.
e. Para lansia sebaiknya berda di lingkungan yang ‘hangat’ dan penuh dengan
dukungan, agar semangat hidup mereka dapat meningkat (Stuart, 2007).
7. Sosiologis Lansia
Terdapat beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
teori interaksi sosial (socialexchanetheory), teori penarikan diri
(disengagementtheory), teori aktivitas (activitytheory), teori kesinambungan
(continuitytheory), teori perkembangan (developmenttheory), dan teori stratifikasi
usia (agestratification theory).
Karakteristi klien yang akan mengikuti terapi aktivitas kelompok persepsi sensori
adalah lansia yang berusia 60 tahun ke atas, berjenis kelamin sama, dengan jumah 5
sampai 7 orang per-kelompok terapi.
1. Kriteria peserta dalam terapi aktivitas kelompok
a. Peserta yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya terapi aktifitas
kelompok
b. Kondisi fisik dalam keadaan baik
c. Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas
d. Peserta yang panca inderanya masih memungkinkan
1. Uraian Seleksi Kelompok
a. Hari/tanggal :
b. Tempat pertemuan :
c. Waktu :
d. Lamanya : 30 menit
e. Kegiatan : Mendengarkan musik dan menebak lagu
B. PERSIAPAN
1. Musik judul lagu
2. Hp
3. Spiker
C. PERAN DAN FUNGSI
1. Leader : Winda Sari
Tugas leader yaitu:
a. Memimpin jalannya terapi aktifitas kelompok.
b. Merencanakan, mengontrol, dan mengatur jalannya terapi.
c. Menyampaikan materi sesuai tujuan TAK.
d. Menyampaikan Tata tertib TAK
e. Menutup acara TAK
2. Co Leader : Fefi Dwi Anugrah
Tugas Co Leader :
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3. Fasilitator : Wiwik Juni Astri, Hasna Dewi Syaputri, Lugia May Hudatama, Refki Busta
Febri, Rina Martuti, Bandi Saputra
Tugas Fasilitator yaitu :
a. Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b. Memberikan stimulus dan motivator pada anggota kelompok untuk aktif mengikuti
jalannya terapi.
4. Observer : Andri Sulenthia, Engla Putri Amanda
Husni Maiyanuti, Dini Marsya Yuni, Aldona Septiani, Nadya qisti, Hafsatul Husni,
Siska Wulandari
Tugas observasi yaitu:
a. Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format yang tersedia)
b. Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses, hingga
penutupan.
D. SETTING TEMPAT
Peserta
Leader
d
Vasilitator
Observer
E. METODE
Kelompok terbimbing
F. MEDIA
Microphonedan soundsystem
G. ALAT
Alat yang digunakan antara lain:
- Spidol
- Laptop
- Lembar evaluasi dan dokumentasi
H. METODE
Adapun metode yang digunakan pada terapi aktivitas ini adalah diskusi dan sharing
presepsi.
I. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN
1. Fase Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien
b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Salam dan terapis pada klien
b. Evaluasi/ validasi
Menyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu menebak lagu musik
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut:
a) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta izin kepada
terapis
b) Lama kegiatan 30 menit
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Fase Kerja
a. Terapis mengajak lansia untuk saling memperkenalkan diri (nama dan nama
panggilan) dimulai secara berurutan searah jarum jam.
b. Setiap lansia selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua lansia untuk
bertepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu selama 15 detik lalu lansia menebak
judul lagu tersebut, setelah judul lagu tersebut terjawab lansia boleh langsung
menyanyikan lagu tersebut dengan bertepuk tangan dan berjoget ( 3 menit). Musik
yang diputar bergantian sesuai giliran lansia dan terapis mengobservasi respons lansia
terhadap musik.
d. Secara bergiliran lansia akan menebak judul lagu dengan benar sesuai musik yang di
putar dan terapis mengajak semua lansia untuk bertepuk tangan ketika judul lagu
terjawab dengan benar.
e. Terapis meminta lansia untuk mengungkapkan perasaannya setelah menebak lagu dan
bernyanyi bersama-sama.
f. Terapis memberikan pujian, setiap lansia selesai mengungkapkan perasaanya dan
megajak lansia bertepuk tangan.
g. Terapis dan lansia bernyanyi bersama.
4. Fase Terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti TAK
2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan lansia dan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan lansia untuk mendengarkan musik yang disukai dan bermakna
dalam kehidupannya.
Nama Klien
Aspek yang dinilai
Mengikuti kegiatan
dari awal samapi akhir
Memberi respon (ikut
bernyanyi/menari/berj
oget/menggerakkan
tangan-kaki-dagu
sesuai irama)
Memberi pendapat
tentang musik yang
didengar
Menjelaskan perasaan
setelah mendengar
lagu
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, BA. 2004. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC