Anda di halaman 1dari 27

LOG BOOK

KONSEP RONDE KEPERAWATAN DALAM MANAJEMEN


KEPERAWATAN

Disusun Oleh 6B
SUBAI’AH (130012078)

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA
2015

1
RONDE KEPERAWATAN

1. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi
masalah keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat di samping
melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan.
Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor,
kepala ruangan, dan perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh
anggota tim kesehatan.
a. Tujuan Ronde Keperawatan
a) Tujuan umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan
diskus.
b) Tujuan Khusus
1) Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.
2) Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4) Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang
berorientasi pada masalah pasien.
5) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
6) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
b. Manfaat
1) Masalah pasien dapat teratasi.
2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3) Terciptanya komunitas keperawatan yang professional.
4) Terjadinya kerja sama antar tim kesehatan.
5) Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat
dan benar.

2
c. Ktiteria Pasien
Pasien yan dipilih untuk melakukan ronde keperawatan adalah pasien
yang memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah
dilakukan tindakan keperawatan.
2) Pasien dengan kasus baru atau langka.

2. Tahap-Tahap Ronde Keperawatan


a. Praronde
1) Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah
yang langka).
2) Menentukan tim ronde.
3) Mencari sumber atau literatur.
4) Membuat proposal.
5) Mempersiapkan pasien: informed consentdan pengkajian.
6) Diskusi: apa diagnosis keperawatan? Apa data yang mendukung?
Bagaimana intervensi yang sudah dilakukan? Apa hambatan yang
ditemukan selama perawatan?
b. Pelaksana Ronde
1) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada
masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan dilaksanakan serta
memilih prioritas yang perlu didiskusikan.
2) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut.
3) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala
ruangan tentang masalah pasien serta rencana tindakan yang akan
dilakukan.
c. Pascaronde
1) Evalusi, revisi dan perbakan.
2) Kesimpulan dan rekomendasi penegakan diagnosis: intervensi
keperawatan selanjutnya.

3
3. Pelaksanaan Ronde Keperawatan dan Masalah yang Sering Timbul.
a) Lampiran contoh proposal
RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA
PASIEN NY. S DENAGAN MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA DIAGNOSIS MEDIS
PPOK, DM, DAN HIPERTENSI (DI RUANG X RS Y)
Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Masalah
Keperawatan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Pada Diagnosis Medis PPOK, DM, dan Hipertensi.
Sasaran : Pasien Ny. S/68 tahun.
Hari/Tanggal : Selasa/30 Agustus 2005.
Waktu : 60 menit. (Pkl. 11-00-1200).
I. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Tujuan Khusus
1) Menjustifikasi masalah yang belum teratasi
2) Mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat
primer, tim kesehatan lain
3) Menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien
4) Merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai
masalah pasien.
II. Sasaran
Pasien Ny. S umur 68 tahun yang dirawat di kelas II no. tempat
tidur 4 Ruang Paru RS X.
III. Materi
1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan PPOK, DM, dan
hipertensi.
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan PPOK,
DM, dan hipertensi serta intervensi keperawatan pada pasien

4
dengan PPOK, DM, dan hipertensi dengan masalah
keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
IV. Metode

Diskusi

V. Media

1. Dukumentasi/status pasien.
2. Sarana diskusi: kertas, bolpen.

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Keg. Tempat

pasien

1 hari Praronde Praronde Penanggung Ruang


sebelum jawab:
ronde 1. Menentukan kasus paru RS X
dan topic
2. Menentukan tim
ronde.
3. Menentukan
literature.
4. Membuat proposal.
Mempersiapkan pasien
dengan pemberian
informed consent.

5 menit Ronde Pembukaan Kepala Nurse


(nurse ruangan station
station) 1. Salam pembuka.
2. Memperkenalkan
tim ronde.
3. Menjelaskan tujuan
ronde.
4. Mengenal masalah
pasien secara
sepintas.
30 Penyajian masalah PP Mend Nurse
menit engar station
1. Memberi salam dan kan
memperkenalkan
pasien dan keluarga
kepada tim ronde.
2. Menjelaskan
riwayat penyakit

5
dan keperawatan
pasien.
3. Menjelaskan
masalah pasien dan
rencana tindakan
yang telah
dilaksanakan dan
serta menetapkan
prioritas
yang perlu
didiskusikan.

Validasi data (bed pasien).

4. Mencocokkan dan
menjelaskan
kembali data yang
telah disampaikan
dan
diwawancara,obser
vasi dan
pemeriksaan Karu,PP,
keadaan pasien
secara langsung, Perawat
dan melihat konselor.
dukumentasi.
5. Diskusi antar
anggota tim dan
pasien tentang
masalah
keperawatan
tersebut di bet
pasien.
6. Pemberian
justifikasi oleh
perawat primer atau
konselor atau
kepala ruang
tentang masalah
pasien.
Karu, PP,
Perawat
konselor
karu

6
10 1. Melanjutkan Karu, Nurse
menit Pascaron diskusi dan Supervisior, station
de masukan dari tim.
(Nurse 2. Menyimpulkan Perawat
station) untuk menentukan konselor,
tindakan pembimbing
keperawatan pada
masalah prioritas
yang telah
ditetapkan.
3. Merekomendasikan
intervensi
keperawatan.
4. Penutup.

3. Materi yang disampaikan secara lisan.


IV. kegiatan ronde keperawatan .

VII. Kriteria evaluasi

1. Struktur:
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di ruangan paru RS X.
b. Peserta keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde
keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses:
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde
sesuai peran yang telah ditentukan.
3. Hasil:
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah pasien dapat teratsi.
c. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berfikir secara kritis dan
sistematis.
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis
keperawatan. Menumbuhkan pemikiran tentang
tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien.
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.
7
VII. Pengorganisasian :
1. Kepala ruangan :
2. PP I :
PP II :
3. PA I :
PA II :
4. Konselor : dr.
Ahli gizi.
5. Pembimbing :
6. Supervisior :

Surat Persutujuan Dilakukan Ronde Keperawatan

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : ……………………………………
Umur : ……………………………………
Alamat : ……………………………………

Adalah suami/ istri/ orang tua/ anak dari pasien:


Nama : ……………………………………
Umur : ……………………………………
Alamat : ……………………………………
Ruang : …………………………………...
No. RM : …………………………………...

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan:

Surabaya,

8
Perawat yang menerangkan Penanggung Jawab

..…..……………………….
……………………….

Saksi-saksi: Tanda tangan:


1. …………… ……………….

2. …………… ……………….
Kriteria evaluasi:
3. Struktur:
a) Ronde keperawatan dilaksanakan di ruangan paru RS X.
b) Peserta keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.
c) Persiapan dilakukan sebelumnya.
4. Proses:
a) Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b) Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah
ditentukan.
5. Hasil:
a) Pasien puas dengan hasil kegiatan.
b) Masalah pasien dapat teratasi.
c) Perawat dapat:
6. Menumbuhkan cara berfikir secara kritis dan sistematis.
7. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
8. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada
masalah pasien.
9. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
10. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
11. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

9
4. Pelaksanaan Ronde Keperawatan
1) Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan difokuskan
pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah
dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan
2) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan
3) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan
ditetapkan.

5. Masalah yang Timbul pada Ronde Keperawatan


Kelemahan metode ini adalah klien dan keluarga merasa kurang nyaman
serta privasinya terganggu.Masalah yang biasanya terdapat dalam metode ini
adalah sebagai berikut:
1) Berorientasi pada prosedur keperawatan
2) Persiapan sebelum praktek kzurang memadai
3) Belum ada keseragaman tentang laporan hasil ronde keperawatan
4) Belum ada kesempatan tentang model ronde keperawatan

6. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Ronde Keperawatan


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan ronde yaitu :
a. Pesiapan
1) Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum pelaksanaan ronde.
2) Pemberian informed consent kepada klien/keluarga.
b. Pelaksanaan Ronde
1) Penjelasan tentang klien oleh Perawat dalam hal ini penjelasan
difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang
akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu
didiskusikan.
2) Pemberian justifikasi oleh perawat tentang masalah klien serta rencana
tindakan yang akan dilakukan.
3) Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang
akan ditetapkan.

10
c. Pasca Ronde.
Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta
menerapkan tindakan yang perlu dilakukan.

7. Menyusun Renstra Pelaksanaan Ronde Keperawatan yang Efektif dan


Efesien
Ramani (2003)menyebutkan ada beberapa strategi agar ronde
keperawatan berjalan efektif:
1) Melakukan persiapan dengan seksama terkait dengan pelaksanaan ronde
keperawatan, baik waktu pelaksanaan, pasien, masalah yang terkait.
2) Membuat perencanaan yang akan dilakukan meiputi : siste apa yang akan
diajarkan, aspek-aspekapa yang hars ditekanka: pemeriksaan fisik,
melakukan tindakan, dsb, rencanakan agar semua aktif terlibat dalam
kegaiatan, pilih pasien yang akan dilakukan proses pembelajaran, serta
tentukan berapabanayak waktu yang harus dihabiskan dengan pasien
tertentu.
3) Orientasikan pada perawat tujuan yang ingin dicapai. Kegiatan berikut ini
dapat dilakuakan selama fase orientasi:
a. Orientasikan perawat untuk tujuan latihan dan kegiatan yang
direncanakan.
b. Memberikan peran kepada setiap anggota tim.
c. Buat aturan mengenai ronde
d. Setiap diskusi sensitif perlu ditunda dan seluruh tim harus menyadari hal
ini.
4) Perkenalkan diri anda dan tim pada pasien meliputi:
a. Meperkenalkan diri kepada pasien
b. Pasien perlu diberitahu bahwa pertemuan itu terutama dimaksudkan
untuk berdiskusi mengenai peralatan pada pasien.
c. Keluarga tidak perlu diminta untuk pergi jika pasien ingin ditemani.
5) Meninggalkan waktu untuk pertanyaan, klarifikasi, menempatkan
pembacaan lebih lanjut. Fase ini terjadi diluar ruangan, keluar dari pasien

11
jarak pendengaran. Ini adalah kesempatan untuk mendiskusikan aspek
sensitif dari riwayat pasien.
6) Evaluasi pelaksanaan yang telah telah dilakukan. Mulai persiapan untuk
pertemuan berikutnya dengan merefleksikan pada diri mengenai hasil
ronde yang telah dilakukan.

12
Discharge Planning

1. Pengertian Discharge Planning


Perencanaan pulang merupakan suatu proses yang dinamis dan sistematis
dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk memberikan
kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum
dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis, agar
tim kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien
melakukan keperawatan mandiri dirumah.
Tujuan perencanaan pulang
a. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis, dan sosial.
b. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga.
c. Meningkatkan keperawatan yang berkelanjutan pada pasien.

2. Identifikasi Masalah pada Discharge Planning


Saat ini masih banyak pelayanan keperawatan yang kurang optimal.
Salah satu kegiatan keperawatan yang belum optimal adalah kegiatan
discharge planning (perencanaan pulang). Perencanaan pulang (discharge
planning) akan menghasilkan sebuah hubungan yang terintegrasi jika
perawatan di rumah sakit dilanjutkan dengan perawatan di rumah. Namun,
sampai saat ini, perencanaan pulang bagi pasien yang dirawat di rumah sakit
belum optimal dilaksanakan, di mana peran perawat terbatas pada kegiatan
rutinitas saja, yaitu hanya berupa informasi kontrol ulang.
Discharge planning  yang dijalankan oleh perawat sebenarnya hanya
berpusat pada jadwal kontrol rutin dan nutrisi pasien. Pemberiannya pun hanya
spontan dan tanpa disertai format discharge planning. Dari data di atas dapat
menunjukkan masih kurang optimalnya pemberian discharge planning di ruang
perawatan.

3. Proses Discharge Planning


Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis,
sosial, budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses

13
discharge planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan
berkelanjutan. Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha
discharge planning . Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut
selalu terlihat, tetapi tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai
dipersiapkan untuk pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan.
Pada fase pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan
setelah pemulangan. Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge
planning sebagai berikut:
1) Pengkajian
a. Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan
menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care
giver, fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik
pasien.
b. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan
kesehatan berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah.
c. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam
perawatan.
d. Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain.
e. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan
kesehatan di luar rumah sakit.
f. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan dengan
pembatasi.
g. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang
kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat
klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah).
Tentukan kebutuhanrujukan pada waktu yang berbeda.
2) Diagnosa
Diagnosa keperawatan didasarkan pada pengkajian discharge planning,
dikembangkan untuk mengetahui kebutuhan klien dan keluarga. Keluarga
sebagai unit perawatan memberi dampak terhadap anggota keluarga yang

14
membutuhkan perawatan. Adalah penting untuk menentukan apakah masalah
tersebut aktual atau potensial.

3) Perencanaaan : Hasil yang diharapkan


Kelompok perawat berfokus pada kebutuhan rencana pengajaran yang baik
untuk persiapan pulang klien, yang disingkat dengan METHOD, yaitu:
a. Medication (obat)
Pasien sebaiknya mengetahui obat yang harus dilanjutkan setelah pulang.
b. Environment (Lingkungan)
Lingkungan tempat klien akan pulang dari rumah sakit sebaiknya aman.
c. Treatrment (pengobatan)
Perawat harus memastikan bahwa pengobatan dapat berlanjut setelah
klien pulang, yang dilakukan oleh klien atau anggota keluarga.
d. Health Teaching (Pengajaran Kesehatan)
Klien yang akan pulang sebaiknya diberitahu bagaimana
mempertahankan kesehatan. Termasuk tanda dan gejala yang
mengindikasikan kebutuhan pearwatan kesehatan tambahan.
e. Outpatient referral
Klien sebaiknya mengenal pelayanan dari rumah sakit atau agen
komunitas lain yang dapat meningkatan perawatan yang kontinu.
f. Diet
Klien sebaiknya diberitahu tentang pembatasan pada dietnya. Ia
sebaiknya mampu memilih diet yang sesuai untuk dirinya. 
4) Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan rencana pengajaran dan referral. Seluruh
pengajaran yang diberikan harus didokumentasikan pada catatan perawat dan
ringkasan pulang (Discharge summary). Penyerahan home care dibuat
sebelum klien pulang. Informasi tentang klien dan perawatannya diberikan
kepada agen tersebut. Seperti informasi tentang jenis pembedahan,
pengobatan (termasuk kebutuhan terapi cairan IV di rumah), status fisik dan
mental klien, factor social yang penting (misalnya kurangnya pemberi

15
perawatan, atau tidak ada pemberi perawatan) dan kebutuhan yang
diharapkan oleh klien. Transportasi harus tersedia pada saat ini
5) Evaluasi
Evaluasi terhadap discharge planning adalah penting dalam membuat kerja
proses discharge planning. Perencanaan dan penyerahan harus diteliti dengan
cermat untuk menjamin kualitas dan pelayanan yang sesuai. Evaluasi berjalan
terus-menerus dan membutuhkan revisi dan juga perubahan.
Evaluasi lanjut dari proses pemulangan biasanya dilakukan seminggu setelah
klien berada di rumah. Ini dapat dilakukan melalui telepon, kuisioner atau
kunjungan rumah (home visit). Keberhasilan program rencana pemulangan
tergantung pada enam variabel:
a. Derajat penyakit
b. Hasil yang diharapkan dari perawatan
c. Durasi perawatan yang dibutuhkan
d. Jenis-jenis pelayanan yang diperlukan
e. Komplikasi tambahan
f. Ketersediaan sumber-sumber

4. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan pada Discharge Planning


Meskipun pasien telah dipulangkan, penting bagi pasien dan keluarga
mengetahui apa yang telah dilaksanakan dan bagaimana mereka dapat
meneruskan untuk meningkatkan status kesehatan pasien. Selain itu, ringkasan
pulang tersebut dapat disampaikan oleh perawat praktisi/perawat home care dan
mungkin dikirim ke dokter primer/dokter yang terlibat untuk dimasukkan dalam
catatan institusi untuk meningkatkan kesinambungan perawatan dengan kerja
yang kontinu ke arah tujuan dan pemantauan kebutuhan yang berubah.
Discharge Planning harus disesuaikan dengan:
a. Kebutuhan klien, tersedianya tim kesehatan
b. Dimulai sejak awal masuk rumah sakit.
c. Disusun oleh tim.

16
Pengelolaan / Kontroling Obat

1. Pengertian Pengelolaan / Kontroling Obat


Pengelolaan obat adalah rangkaian kegiatan puskesmas yang menyangkut
aspek perencanaan, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan obat.
Pengelolaan merupakan suatu proses yang dimaksudkan untuk mencapai suatu
tujuan tertentu yang dilakukan secara efektif dan efisien. Proses pengelolaan dapat
terjadi dengan baik bila dilaksanakan dengan dukungan kemampuan
menggunakan sumber daya yang tersedia dalam suatu sistem.

Tujuan Pengelolaan Obat


Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi.
Hal-hal berikut ini adalah beberapa alasan yang paling sering mengapa
obat perlu di sentralisasi:
1) Memberikan bermacam-macam obat untuk satu pasien.
2) Menggunakan obat yang mahal dan bermerek, padahal obat standar yang
lebih murah dengan mutu yang terjamin memiliki efektivitas dan keamanan
yang sama.
3) Meresepkan obat sebelum diagnosis pasti dibuat “hanya untuk mencoba”.
4) Menggunakan dosis yang lebih besar daripada yang diperlukan.
5) Memberikan obat kepada pasien yang tidak mempercayainya, dan yang
akan membuang atau lupa untuk diminum.
6) Memesan obat lebih daripada yang dibutuhkan, sehingga banyak yang
tersisa sesudah batas kedaluarsa.
7) Tidak menyediakan lemari es, sehingga vaksin dan obat menjadi tidak
efektif.
8) Meletakkan obat di tempat yang lembab, terkena cahaya, atau panas.
9) Mengeluarkan obat (dari tempat penyimpanan) terlalu banyak pada suatu
waktu sehingga dipakai berlebihan atau dicuri.

17
2. Pengelolaan Obat Desentralisasi
Pengelolaan obat desentralisasi adalah pengelolaandiserahkan kepada
keluarga seeluarga telah keluarga / pasien mendapatkan pengertian yang
memadai seputar penggunaan obat dari perawat.
a. Peran Perawat pada PengelolaanObat Desentralisasi
1) Penerimaan dan pencatatan obat
a) Obat yang telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat
b) Obat yang diserahkan dicatatan dalam buku masuk obat
c) Perawat menyerahkan kartu pemberian obat kepada keluarga / pasien
d) Keluarga/ pasien mendapatkan penyuluhan tentang : rute pemberian
obat, waktu pemberian obat ,tujuan pemberian dan efek samping
yang mungkin timbul
e) Perawat menyerahkan kembali obat pada keluarga / pasien; pasien /
keluarga mendatangi lembar penyuluhan
2) Pemberian obat
a) Obat diberikan oleh keluarga atau diminum sendiri oleh klien,perawat
melakukan kontroling terhadap pemberian obat memungkan .
b) Obat yang telah diminum dicek adanya efek samping , juga dilakukan
pengecekan obat tiap hari ( pagi ) untuk menentukan apakah obat
benar-benar diminum tepat dosis.
c) Obat yang hilang / berkurang /jumlah tlarifikasikidak sesuai dengan
perhitungan diklasifikasikana pada keluarga/ pasien
3) Penambahan obat
a) Penambahan obat baru harus dilaporkan pada perawat untuk dicatat
dalam buku masuk obat
b) Bila terdapat obat jenis baru, maka dilakukan penyuluhan khusus
tentang obat baru tersebut sebelum di serahkan pada pasien
4) Obat khusus
a) Penjelasan/penyuluhan tentang obat khusus akan diberikan oleh
perawat primer
b) Pemberian obat khusus sebaiknya dilakukan oleh perawat

18
b. Keuntungan dari Penerapan Metode Desentralisasi
1) Penyediaanobat pesanan atau permintaan dapat dipenuhi dengan waktu
yang lebih singkat.
2) Komunikasilangsung yang terjadi antara farmasis, dokter, dan perawat.
3) Farmasisdapat langsung memberikan informasi mengenai obat yang
dibutuhkan oleh dokter dan perawat.
4) Pelayanan farmasi klinik.
5) Penurunan waktu keterlibatan perawaran dalam distribusi obat.
c. Alur Distribusi Obat Desentralisasi
Faktor-faktor yang menjadi dasar untuk mengadakan pelayanan:
1) Kebutuhan pasien
Penggunaan obat di rumah sakit dapat mempengaruhi keadaan pasien,
ketidaktepatan penggunaan antibiotic, mencakup ketidaktepatan dosis,
interaksi obat yang merugikan, duplikasi penggunaan, kombinasi antagonis,
dan ketidaktepatan durasi penggunaan. Dalam hal ini pasien adalah objek
yang paling merasakan dampak negaatif dari ketidaksesuaian pemberian
obat tersebut. Sistem distribusi obat sentralisasi untuk pasien rawat inap
yang dispensing dari IFRS sentral, seringkali mengakibatkan meningkatnya
biaya yang dikeluarkan pasien.
2) Kebutuhan perawat
Perawat memiliki peranan penting dalam sistem distribusi obat di
rumah sakit. Perawat dapat mengorder obat dari IFRS, menyiapkan dan
merekonstitusi dosis untuk konsumsi, pemberian obat, merekam tiap obat
yang dikonsumsi, juga memelihara rekaman obat yang terkendali yang
diterima dan digunakan serta memelihara persediaan obat diruang.
3) Kebutuhan dokter
Dokter mendiagnosis masalah medikbagi pasien dan menulis suatu
rencana terapi. Komplikasi obat menggambaarkan kebutuhan dokter akan
informasi umum obat dan informasi klinik obat tertentu. Apoteker yang
praktek ditempat perawatan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman
klinik obat untuk membantu dokter mengelola terapi obat penderita mereka.

19
4) Kebutuhan apoteker
Tugas apoteker dalam suatu sistem distribusi obat sentralisai mungkin
disdominasi oleh tugas menyiapkan, dispensing, dan memberikan partisipasi
minimal dalam pelayanan klinikdalam lingkup minimal, tidak melayani
secara memadai atau tidak memenuhi kebutuhan pasien, dokter dan perawat
yang berkaitan dengan obat.
Apoteker dapat mengembangkan keahlian dalam perawatan pasien
tertentu. Dengan demikian pengalaman apoteker dalam terapi pasien dapat
bertambah.

3. Pengelolaan Obat Sentralisasi


Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat yang akan
diberikan kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat.
a. Teknik Pengelolaan Obat Sentralisasi
Pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat.
a) Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara
operasional dapat didelegasikan kepada staf yang ditunjuk.
b) Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat.
c) Penerimaan obat.
1) Obat yang telah diresepkan ditujukan kepada perawat dan obat yang
telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan
menerima lembar terima obat.
2) Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan
sediaan (bila perlu) dalam kartu control, serta diketahui
(ditandatangani) oleh keluarga atau pasien dalam buku masuk obat.
Keluarga atau pasien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan
atau bilamana obat tersebut akan habis, serta penjelasan tentang 5T
(jenis, dosis, waktu, dan cara pemberian).
3) Pasien atau keluarga selanjutnya mendapatkan salinan obat yang
harus diminum beserta kartu sediaan obat.
4) Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam
kotak obat (Nursalam, 2007).

20
d) Pembagian obat
1) Obat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar
pemberian obat.
2) Obat yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawt
dengan memperhatikan alur yang tercantum dalam buku daftar
pemberian obat; dengan terlebih dahulu dicocokkan dengan terapi
yang diinstruksi dokter dan kartu obat yang ada pada pasien.
3) Pada saat pemeberian obat, perawat menjelaskan macam obat,
kegunaan obat, jumlah obat, dan efek samping obat pada pasien.
4) Sediaan obat yang ada selanjutnya diperiksa setiap pagi oleh kepala
ruang atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku
masuk obat.
5) Obat-obatan yang hampir habis akan diinformasikan kepada
keluarga dan kemudian dimintakan resep (juka masih perlu
dilanjutkan) kepada dokter penanggung jawab pasien (Nursalam,
2007).
e) Penambahan obat baru
1) Bilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosis atau
perubahan alur pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukkan
dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam
kartu sediaan obat.
2) Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin (sewaktu saja) maka
dokumentasi hanya dilakukan pada buku masuk obat dan selanjutnya
diinformasikan kepada keluarga dengan kartu khusus obat
(Nursalam, 2007).
f) Obat khusus
1) Obat dikategorikan khusus apabila sediaan memiliki harga yang
cukup mahal, menggunakan alur obat dikategorikan khusus apabila
sediaan memiliki harga yang cukup mahal, menggunakan alur
pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup
besar atau hanya diberikan dalam waktu tertentu/sewaktu saja.

21
2) Pemberian obat khusus dilakukan menggunakan kartu khusus obat,
dilaksanakan oleh perawat primer.
3) Informasi yang diberikan kepada pasien atau keluarga; nama obat,
kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab
pemberian, dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjukkan
kepada keluarga setelah pemberian. Usahakan terdapat saksi dari
keluarga saat pemberian obat (Nursalam, 2007).
Seorang manajer keperawatan kesehatan dapat mendidik staf
mengenai obat dengan cara-cara berikut ini:
a) Membuat catatan mengenai obat-obatan yang sering dipakai,
jelaskan penggunaan, dan efek samping, kemudian berikan
salinan kepada semua staf.
b) Tuliskan dosis yang tepat obat-obatan yang sering digunakan
dan gantungkan di dinding.
c) Adakan pertemuan staf untuk membahas penyebab pemborosan
obat.
d) Beritahu kepada semua staf mengenai harga bermacam-macam
obat.
e) Aturlah kuliah atau program diskusi dan bahaslah mengenai satu
jenis obat setiap minggu pada waktu pertemuan staf.
f) Taruhlah satu atau lebih eksemplar buku farmakologi sederhana
di perpustakaan (Mc Mahon, 1999).
b. Diagram Alur Pelaksanaan Sentralisasi Obat

Dokter
Koordinasi dengan
perawat
Pasien/Keluarga
Surat persetujuan
Farmasi/Apotek sentralisasi obat dari
perawat
Pasien Keluarga
Lembar serah terima obat
PP/Perawat yang menerima Buku serah terima/masuk
obat
Pengaturan dan pengelolaan oleh perawat

Pasien / Keluarga 22
Gambar : Alur Sentralisasi Obat (Nursalam, 2002)
c. Surat Persetujuan Sentralisasi Obat
Surat Persetujuan Dilakukan Sentralisasi Obat
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Untuk : ( ) Diri sendiri ( ) Istri ( ) Suami
( ) Anak ( ) Orang Tua ( ) Lainhya
Nama pasien :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Ruang :
No. Reg :
Menyatakan (setuju / tidak setuju*) untuk dilakukan sentralisasi
obat, setelah mendapatkan penjelasan tentang sentralisasi obat yang diatur /
dikoordinasikan oleh perawat sesuai ketentuan dosis yang diberikan dokter.

Sentralisasi obat ini dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:


a. Pasien/ keluarga mengisi surat persetujuan untuk kerja sama dalam
pengelolaan sentralisasi obat.
b. Setiap ada resep dari dokter diserahkan dahulu kepada perawat yang
bertugas saat itu.
c. Obat dari apotik diserahkan kepada perawat.
d. Nama obat, dosis, jumlah yang diterima akan dicatat dalam buku serah
terima dan ditandatangani ole keluarga/pasien dan perawat yang
menerima.
e. Obat akan disimpan di lemari obat di kantor perawatan.

23
f. Setiap hari perawat memberikan obat sesuai dengan program terapi dari
dokter yang merawat.
g. Bila pasien pulang dan obat masih ada atau belum habis sisa obat akan
diberikan kepada pasien / keluarga.
Dengan demikian saya menyatakan bertanggung jawab atas
pernyataan yang dibuat dan tidak akan melakukan tuntutan / gugatan di
kemudian hari atas tindakan tersebut.

Surabaya,……….
Perawat yang menerangkan Menyetujui

(……....…………..) (......…...…………)
Saksi 1 :………….(………....…)
Saksi 2 :………….(………........)
NB: harap diisi dengan nama jelas dan tanda tangan
*) Coret yang tidak perlu

4. Hal-Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengelolaan Obat


Sistem Transport obat dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit ke penderita
harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Produk obat harus terlindung dari kerusakan dan pencurian selama proses
transportasi
b) Sistem transpor tidak merusak atau memperlambat penyampaian obat ke
penderita
c) Dalam sistem transpor, pengecekan obat dilakukan sebelum obat dibawa
dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit, periksa kecocokan jenis obat dan
kuantitasnya dengan resep. Lakukan pemeriksaan ulang saat obat tiba dan
diterima di unit perawat.
d) Prosedur dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit ke daerah penderita harus
terdokumentasi

24
5. Menyimpan Persediaan Obat
a. Memeriksa ulang atas kebenaran obat dan jenis obat, jumlah obat, serta
menulis etiket dan alamat pasien. Penyimpangan stok (persediaan) yang
teratur dengan baik merupakan bagian penting dari manajemen.
b. System kartu persediaan
Sebuah kartu persediaan (kartu stok) kadang-kadang digunakan untuk
menggantikan buku besar persediaan. Kartu ini berfungsi seperti buku
besar persediaan, yakni secara diseimbangkan dengan menambahkan
barang yang diterima dan mengurangi dengan jumlah barang yang
dikeluarkan. Dalam buku besar persediaan, masing-masing barang
ditempatkan pada halaman yang terpisah, tetapi dalam system kartu
persediaan, masing-masing barang dituliskan dalam kartu yang terpisah.
c. Lemari obat
Periksa keamanan mekanisme kunci dan penerangan lemari obat serta
lemari pendingin. Periksa persediaan obat, pemisahan antara obat untuk
penggunaan oral (untuk diminum), obat luar. Perlu disediakan tempat
khusus untuk obat-obatan yang mempunyai risiko salah, misalnya 1)
LASA (Look alike sound alike); 2) elektrolit konsentrasi tinggi, dan 3)
obat sejenis narkotika.
Manajemen rumah sakit perlu dilengkapi dengan manajemen farmasi yang
sistematis karena obat sebagai salah satu bahan yang dapat menyembuhkan
penyakit tidak dapat diadakan tanpa sistematika.

6. Format Penggunaan Obat Injeksi


FORMAT PENGGUNAAN OBAT INJEKSI
Nama Waktu/Jam Jenis Injeksi TTD
Nama
No. Pasien/ Pelaksan
Obat Pagi Siang Malam IC SC IM IV
No.TT a

25
7. Format Pemberian Obat Oral
Format Pemberian Obat Oral

Nama : No. Reg :

Umur : Ruangan :

Nama Tgl
Obat

Terima

Frek

Pagi Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf

Sisa

Sore Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf


Dosis:

Nama
Dr:
Sisa

Malam Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf Jam Pf

Sisa

Ekstra

Sisa

Keterangan :
1. Tidak ada persediaan (TAP)
2. Pasien tidak mau minum
3. Obat dihentikan
4. Pasien tidak diperbolehkan minum obat

26
8. Format Serah Terima Obat
FORMAT SERAH TERIMA OBAT
Nama Pasien : Ruangan :
Umur : No. Reg :
TT/Nama
Keterangan TT/Nama
Nama Terang
No Dosis Jumlah (Diterima/Di Terang yang Keterangan
Obat yang
serahkan) Menyerahkan
Diserahi

27

Anda mungkin juga menyukai