OLEH :
NIM. C2221186
2021
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan Oleh:
Ns. Ni Putu Ari Wijayanti,S.Kep Ns.I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep
NIK. NIK.11.01.0045
Mengetahui
Program Studi Profesi Ners
Ketua
A. DEFINISI
Appendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira-kira 10 cm (94
inci), melekat pada sekum tepat di bawah katup ileosekal. Appendiks berisi makanan
dan mengosongkan diri secara teratur ke dalam sekum. Karena pengosongannya tidak
efektif dan lumennya kecil, appendiks cenderung menjadi tersumbat dan rentan
terhadap infeksi. (Smeltzer, 2002).
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermivormis, dan merupakan
penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur
baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia
antara 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, Arief,dkk, 2007).
Apendisitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh
fekalith (batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen
merupakan penyebab utama Apendisitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat
terjadi karena parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris
trichiura, danEnterobius vermikularis (Ovedolf, 2006).
Apendisitis merupakan inflamasi apendiks vermiformis, karena struktur yang
terpuntir, appendiks merupakan tempat ideal bagi bakteri untuk berkumpul dan
multiplikasi (Chang, 2010)
Apendisitis merupakan inflamasi di apendiks yang dapt terjadi tanpa
penyebab yang jelas, setelah obstruksi apendiks oleh feses atau akibat terpuntirnya
apendiks atau pembuluh darahya (Corwin, 2009).
Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks
(Haryono, 2012).
Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi hanya
untuk penyakit apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang
terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko
perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau abses (Marijata dalam
Pristahayuningtyas, 2015).
Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan
pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi. Kondisi post operasi dimulai
saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi
selanjutnya. Pasien yang telah menjalani pembedahan dipindahkan ke ruang
perawatan untuk pemulihan post pembedahan (memperoleh istirahat dan
kenyamanan) (Muttaqin, 2009).
Aktivitas keperawatan post operasi berfokus pada peningkatan penyembuhan
pasien dan melakukan penyuluhan. Peran perawat yang mendukung proses
kesembuhan pasien yaitudengan memberikan dorongan kepada pasien untuk
melakukan mobilisasi setelah operasi (Potter & Perry, 2010).
Mobilisasi penting dilakukan karena selain mempercepat proses kesembuhan
juga mencegah komplikasi yang mungkin muncul (Muttaqin, 2009).
B. ANATOMI FISIOLOGI
C. ETIOLOGI/PREDISPOSISI
Apendisitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor
prediposisi yaitu:
1. Faktor yang tersering adalah obstruksi lumen. Pada umumnya obstruksi ini terjadi
karena:
1) Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
2) Adanya faekolit dalam lumen appendiks
3) Adanya benda asing seperti biji-bijian
4) Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya.
b. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan Streptococcus
c. Laki-laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15-30 tahun
(remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada
masa tersebut.
d. Tergantung pada bentuk apendiks:
1) Appendik yang terlalu panjang
2) Massa appendiks yang pendek
3) Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks
4) Kelainan katup di pangkal appendiks
(Nuzulul, 2009)
E. PATOFISIOLOGI
Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh
hiperplasia folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis akibat
peradangan sebelumnya, atau neoplasma.
Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami
bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding
apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan penekanan tekanan
intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang
mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah
terjadi terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium.
Bila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut
akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus
dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritoneum setempat
sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks
yang diikuti dengan gangren. Stadium ini disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi.
Bila semua proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan
akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat
apendikularis. Peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang.
Pada anak-anak, karena omentum lebih pendek dan apediks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang masih
kurang memudahkan terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena telah ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2007) .
F. PATWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG / DIAGNOSTIK
a. Laboratorium
Terdiri dari pemeriksaan darah lengkap dan C-reactive protein (CRP).
Pada pemeriksaan darah lengkap ditemukan jumlah leukosit antara 10.000-
18.000/mm3 (leukositosis) dan neutrofil diatas 75%, sedangkan pada CRP
ditemukan jumlah serum yang meningkat. CRP adalah salah satu komponen
protein fase akut yang akan meningkat 4-6 jam setelah terjadinya proses inflamasi,
dapat dilihat melalui proses elektroforesis serum protein. Angka sensitivitas dan
spesifisitas CRP yaitu 80% dan 90%
b. Radiologi
Terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan Computed Tomography
Scanning(CT-scan). Pada pemeriksaan USG ditemukan bagian memanjang pada
tempat yang terjadi inflamasi pada appendiks, sedangkan pada pemeriksaan CT-
scan ditemukan bagian yang menyilang dengan fekalith dan perluasan dari
appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum. Tingkat
akurasi USG 90-94% dengan angka sensitivitas dan spesifisitas yaitu 85% dan
92%, sedangkan CT-Scan mempunyai tingkat akurasi 94-100% dengan sensitivitas
dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90-100% dan 96-97%.
c. Analisa urin bertujuan untuk mendiagnosa batu ureter dan kemungkinan infeksi
saluran kemih sebagai akibat dari nyeri perut bawah.
d. Pengukuran enzim hati dan tingkatan amilase membantu mendiagnosa peradangan
hati, kandung empedu, dan pankreas.
e. Serum Beta Human Chorionic Gonadotrophin (B-HCG) untuk memeriksa adanya
kemungkinan kehamilan.
f. Pemeriksaan barium enema untuk menentukan lokasi sekum. Pemeriksaan Barium
enema dan Colonoscopy merupakan pemeriksaan awal untuk kemungkinan
karsinoma colon.
g. Pemeriksaan foto polos abdomen tidak menunjukkan tanda pasti Apendisitis,
tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan Apendisitis dengan obstruksi
usus halus atau batu ureter kanan.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada penderita Apendisitis meliputi
penanggulangan konservatif dan operasi.
a. Penanggulangan konservatif
Penanggulangan konservatif terutama diberikan pada penderita yang tidak
mempunyai akses ke pelayanan bedah berupa pemberian antibiotik. Pemberian
antibiotik berguna untuk mencegah infeksi. Pada penderita Apendisitis perforasi,
sebelum operasi dilakukan penggantian cairan dan elektrolit, serta pemberian
antibiotik sistemik
b. Operasi
Bila diagnosa sudah tepat dan jelas ditemukan Apendisitis maka tindakan yang
dilakukan adalah operasi membuang appendiks (appendektomi). Penundaan
appendektomi dengan pemberian antibiotik dapat mengakibatkan abses dan
perforasi. Pada abses appendiks dilakukan drainage (mengeluarkan nanah).
c. Pencegahan Tersier
Tujuan utama dari pencegahan tersier yaitu mencegah terjadinya komplikasi yang
lebih berat seperti komplikasi intra-abdomen. Komplikasi utama adalah infeksi
luka dan abses intraperitonium. Bila diperkirakan terjadi perforasi maka abdomen
dicuci dengan garam fisiologis atau antibiotik. Pasca appendektomi diperlukan
perawatan intensif dan pemberian antibiotik dengan lama terapi disesuaikan
dengan besar infeksi intra-abdomen.
Luaran Tambahan :
Kontrol Nyeri
1. Penggunaan
analgesic
2. Kemampuan
menggunakan
teknik non
farmakologi
Kriteria evaluasi :
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Sandar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Sandar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Sandar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus PPNI
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung-Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web: binausadabali.ac.id
I. PENGKAJIAN
A. Tanggal Masuk : 10 Mei 2021
B. Tanggal Pengkajian : 10 Mei 2021
C. Jam Pengkajian : pkl 13:00
D. CM : 25.44.94
E. Sumber Data : Pasien dan keluarga pasien
F. Identitas
1. Identitas klien
Nama : Ny. IF
Umur : 26 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Gunung Cemara VII A No 24 Denpasar
Status Pernikahan : Belum Menikah
2. Penanggung Jawab Pasien
Nama : Tn. BF
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : Sarjana
Pekerjaan : Swasta
G. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Masuk Rumah Sakit dan Perjalanan Penyakit Saat Ini
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah.
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri perut karena bekas operasi2 hari SMRS,
awalnya nyeri dirasakan di perut bagian tengah dekat dengan pusar
kemudian berpindah ke kanan bawah. sebelumnya pasien mengeluh
mual. Kemuadian disertai dengan panas badan.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan nyeri perut sejak 2 hari SMRS, awalnya nyeri
dirasakan di perut bagian tengah dekat dengan pusar kemudian berpindah
ke kanan bawah. sebelumnya pasien mengeluh mual. Kemudian disertai
dengan panas badan.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan. Jika pasien
mengalami keluhan biasanya pasien berobat ke puskesmas terdekat, atau
di dokter praktek dekat rumahnya
4. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, ataupun
makanan tertentu.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan di keluarganya kedua orang tuanya tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan
6. Genogram
Keterangan Genorgam
: perempuan : pasien
: laki-laki
5. Eliminasi
Pasien mengatakan sebelum sakit BAB rutin 1 x sehari dengan konsistensi
lembek, tidak disertai darah dan BAK tidak ada keluhan.
Selama sakit pasien mengatakan BAB tidak ada keluhan, BAB 1x sehari
dengan konsistensi lembek tidak ada darah, nau khas feses. Tidak ada
keluhan BAK, frekuensi kencing masih sama 4-5x/hari
9. Manajemen Koping
Sebelum sakit pasien mengatakan pasien dapat menyelesaikan masalah
yang terjadi di keluarganya, biasanya mereka membicarakan permaslahan
keluarga saat malam hari selesai makan malam.
3. Keadaan Umum:
a. Sakit/ nyeri : Sedang
Skala nyeri : 5
Lokasi nyeri : di perut kanan
b. Status gizi : Normal
BB: 59 kg TB: 160 cm
c. Sikap : Gelisah Menahan nyeri
d. Personal hygiene : Bersih
Lain-lain :
e. Orientasi waktu/ tempat/ orang : Baik
4. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
Bentuk : Mesochepale
Lain-lain :
Lesi/luka : -
Lain-lain :
b. Rambut
Warna : hitam
Distribusi rambut :
Kelainan : tidak ada
c. Mata
Penglihatan : Normal
Lain-Lain :
Sklera : Tidak ikterik
Konjungtiva : Tidak Anemis
Pupil : Isokor
d. Hidung
Penghidu : Normal
Secret/darah/polip:
Tarikan cuping hidung : Tidak
Lain-lain:
e. Telinga
Pendarahan : -
Lain-lain : tidak ada
3. Irama : Teratur
4. Lain-lain:
4. Batuk : Tidak
i. Abdomen
Peristaltik usus : Ada 20x/menit
Kembung : Tidak
Nyeri tekan : Ya, dikuadran bagian bawah
Ascites : Tidak ada
I : warna kulit sawo matang
A: terdengar suara bising usus
j. Genetalia
Pimosis : Tidak
Alat bantu : Tidak
Kelainan : Tidak
k. Kulit
Turgor : Elastis
Laserasi : -
Warna kulit : sawo matang
l. Ekstrimitas
Kekuatan otot : 5555 5555
5555 5555
m. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hb : 9,7g/Dl
Hematocrit :26,5 %
Leukosit : 6,63rb/mm3
Trombosit : 276rb/ul
n. Terapi Medik
Tanggal :
Cara
No Terapi Dosis Fungsi Terapi
Pemakaian
1 Infus Ringer 20Tpm cairan
Laktat
2 Ceftriaxone 3 x 1 Gr antibiotika iv
3 ondancentron 3 x 4 mg Obat mual muntah iv
4 omeprazole 2 x 40 Obat lambung iv
mg
5 paracetamol 3 x 500 antipiretik oral
mg
6 Ketorolac 3 x 30 analgetik iv
mg
Stimulus
Korteks
Serebri
Rasa Nyeri
Diekspreksika
n
TGL Dx
Senin, 10 1,2 14.00 Melakukan pengkajian Ds: Pasien mengatakan
Mei nyeri nyeri pada luka operasi
2021
P : Pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi
Q : Pasien mengetakan
nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk
R :Pasien mengatakan
nyeri dirasakan dibagian
abdomen kanan bawah
S : 5(0-10)
T : Pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
Mengajarkan teknik
1 15.05
nonfarmakologis nafas Ds : pasien merasa
dalam nyaman
Do : pasien tampak
kooperatif
Manganjurkan keluarga
agar membantu pasien saat Ds : Keluarga
17.30
toileting mengatakan akan
mengikuti perintah
perawat
Do : Keluarga tampak
kooperatif
Menganjurkan pasien untuk
istirahat Ds : pasien mengatakan
18.00
sudah tidur siang
Do : pasien tampak
kooperatif
Selasa, 1,2 14.00 Melakukan pengkajian Ds: Pasien mengatakan
11 Mei nyeri nyeri pada luka operasi
2021
P : Pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi
Q : Pasien mengetakan
nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk
R :Pasien mengatakan
nyeri dirasakan dibagian
abdomen kanan bawah
S : 4(0-10)
T : Pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
Mengajarkan teknik
nonfarmakologis nafas
1 15.05 Ds : pasien merasa
dalam
nyaman
Do : pasien tampak
kooperatif
Manganjurkan keluarga
agar membantu pasien saat
17.30 Ds : Keluarga
toileting
mengatakan akan
mengikuti perintah
perawat
Do : Keluarga tampak
kooperatif
Menganjurkan pasien untuk
istirahat Ds : pasien mengatakan
18.00
sudah tidur siang
Do : pasien tampak
kooperatif
Rabu, 12 1,2 14.00 Melakukan pengkajian Ds: Pasien mengatakan
Mei nyeri nyeri pada luka operasi
2021
P : Pasien mengatakan
nyeri pada luka operasi
Q : Pasien mengetakan
nyeri yang dirasakan
seperti ditusuk-tusuk
R :Pasien mengatakan
nyeri dirasakan dibagian
abdomen kanan bawah
S : 2(0-10)
T : Pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
Ds : pasien bersedia
1,2 16.00 diberikan obat
Delegasi pemberian obat
Ceftriaxone 3mg/iv Do : obat masuk +, reaksi
Keterolac iv
Do : Keluarga tampak
kooperatif
18.00
Ds : pasien mengatakan
Menganjurkan pasien untuk sudah tidur siang
istirahat
Do : pasien tampak
kooperatif
VI. EVALUASI