Anda di halaman 1dari 7

PENGASUHAN (GOOD PARENTING) BAGI ANAK DENGAN

DISABILITAS

Gabriela Chrisnita Vani, Santoso Tri Raharjo, Eva Nuriyah Hidayat, Sahadi Humaedi

Gabrielacv_68@yahoo.com; santosotriraharjo@gmail.com

ABSTRAK
Setiap anak tidak terkecuali anak dengan disabilitas mempunyai hak untuk tumbuh dan
berkembang, mendapatkan pendidikan, dan hak-hak lainnya. Akan tetapi jumlah anak
disabilitas di Indonesia yang ternyata tidak sedikit harus diperhatikan bersama terutama oleh
lingkungan terdekat atau orangtua. Hal ini dibuktikan dengan adanya jumlah anak
penyandang disabilitas yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menurut Pendataan
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat Kementerian Sosial (2009) , terdapat 65.727
anak, yang terdiri dari 78.412 anak dengan kedisabilitasan ringan, 74.603 anak dengan
kedisabilitasan sedang dan 46.148 anak dengan kedisabilitasan berat. Lalu berdasarkan
Susenas Triwulan 1 Maret 2011, jumlah anak Indonesia sebanyak 82.980.000. Dari populasi
tersebut, 9.957.600 anak adalah anak berkebutuhan khusus dalam kategori penyandang
disabilitas. Anak dengan disabilitas memerlukan penanganan khusus, tetapi tidak semua
orangtua yang tulus menerima anak dengan disabilitas dan memberikan kasih sayang secara
penuh hal ini dapat terlihat dari penerimaan orangtua yang sedih, malu, dan terkejut. Dengan
penerimaan tersebut, akan mengakibatkan orangtua tidak memperdulikan anak dengan
disabilitas dan kurangnya perhatian atau kasih sayang orangtua kepada anak dengan
disabilitas. Belum banyak orangtua yang menerima anak dengan disabilitas dengan hati yang
tulus, yang mengakibatkan kurang terpenuhinya hak dan kebutuhan anak dengan disabilitas.
Dalam hal ini, perlu adanya pengasuhan baik dari keluarga terutama kedua orangtua anak.
Pengasuhan yang baik akan menghasilkan anak dengan disabilitas dapat memenuhi
kebutuhan dan mendapatkan hak mereka sehingga dapat berfungsi secara sosial. Perlunya
edukasi akan fungsi keluarga yang memang harus dipenuhi yaitu afeksi, keamanan,
identitas,afiliasi, sosialisasi, kontrol harus diberikan orangtua kepada anak penyandang
disabilitas. Pelayanan sosial bagi keluarga juga dapat diterapkan diadakan misalnya dengan
pelayanan konseling keluarga, family life education (pendidikan kehidupan keluarga), dan
parent support group dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam memberdayakan orangtua
serta anak dengan disabilitas. Kata kunci: orangtua anak disabilitas, pengasuhan, pelayanan
sosial keluarga

PENDAHULUAN terdapat 679.048 anak usia sekolah


berkebutuhan khusus atau 21,42 % dari
Anak-anak penyandang disabilitas seluruh jumlah anak berkebutuhan khusus.
adalah mereka yang sering kali tidak Sedangkan menurut sussenas pada tahun
mendapatkan perawatan kesehatan atau 2009, persentase jumlah anak penyandang
bersekolah. Mereka yang paling rentan disabilitas semakin meningkat yaitu Tuna
mengalami kekerasan, pelecehan, Netra 10,71 %, Tuna Rungu 5,15 %. Tuna
eksploitasi dan penelantaran, terutama jika Wicara 6,09 %, Tuna Rungu Wicara 13,73
mereka tersembunyi atau ditempatkan %, Tuna Daksa 31,71 %, Tuna Grahita
dalam lembaga - seperti banyak dari 22,07 %, Tuna Ganda 8,25 %, dan
mereka karena stigma sosial atau biaya Gangguan Jiwa 2,29 %. Anak dengan
ekonomi untuk membesarkannya. Menurut disabilitas mempunyai berbagai macam
data Sussenas tahun 2003, di Indonesia jenis hambatan. Setiap hambatan pada

122
anak disabilitas mempunyai penanganan Akan tetapi jumlah anak disabilitas
yang berbeda. Dalam data di atas jenis di Indonesia yang ternyata tidak sedikit,
hambatan yang paling tinggi yaitu tuna harus diperhatikan bersama terutama oleh
daksa atau anak yang memiliki hambatan lingkungan terdekat atau orangtua. Karena
pada bagian tubuh. anak dengan disabilitas memerlukan
Jumlah anak dengan disabilitas penanganan khusus, tetapi tidak semua
menurut RISKESDAS 2007, sekitar 4 orangtua yang tulus menerima anak
persen dari anak usia 15 sampai 19 tahun dengan disabilitas dan memberikan kasih
mengalami kesulitan yang signifikan pada sayang. Orangtua terkadang tidak
setidaknya satu domain fungsional memperdulikan atau kurangnya perhatian
(penglihatan, pendengaran, berjalan, atau kasih sayang orangtua kepada anak
berkonsentrasi dan memahami orang lain dengan disabilitas. Belum banyak orangtua
serta perawatan diri) dan oleh karena itu yang menerima anak dengan disabilitas
dianggap sebagai hidup dengan disabilitas. dengan hati yang tulus. Anak dengan
Sensus 2010 menemukan bahwa sekitar 2 disabilitas tidak merasakan diterima secara
persen dari anak usia 0 sampai 14 tahun penuh di lingkungan keluarga terutama
memiliki disabilitas. Dua persen dari orangtua. Orangtua menganggap anak
semua anak usia 0 sampai 18 di Indonesia dengan disabilitas merupakan aib bagi
berjumlah sekitar 1,5 juta anak, empat keluarga. Begitu juga dengan stigma
persen dari jumlah semua anak akan negatif bahwa anak dengan disabilitas
meningkatkan jumlah total sekitar 3 juta hanya dapat menunggu bantuan saja dan
anak-anak dan remaja yang hidup dengan tidak bisa melakukan aktivitas sendiri.
disabilitas. Reaksi orangtua mempunyai anak dengan
Jumlah anak penyandang disabilitas juga bermacam-macam.
disabilitas semakin meningkat dari tahun Berbagai emosi dan reaksi orang
ke tahun. Berdasarkan data Dinas Sosial tua dengan kehadiran anak yang cacat,
Dinas Sosial jumlah penyandang cacat menurut model Cunningham
pada tahun 2011 adalah 29.110, yang (Cunninghams model of psychic crisis)
terdiri dari 15.667 pria dan 13.443 wanita, menurut Yayasan Pendidikan Anak Cacat
sedangkan untuk tahun 2010 jumlah (YPAC) Tahun 2014, mengalami beberapa
penyandang cacat adalah 36.607, yang tahapan, yaitu:
terdiri dari 19.867 pria dan 16.990 wanita. 1. Fase terkejut (shock phase)
Di 24 propinsi menurut Pendataan Pada tahap ini timbul perasaan tragedy,
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang orang tua panik, sedih karena melahirkan
Cacat Kementerian Sosial (2009) , terdapat anak cacat. Reaksi anggota keluarga lain
65.727 anak, yang terdiri dari 78.412 anak makin menambah perasaan ini, pada
dengan kedisabilitasan ringan, 74.603 anak umumnya orang tua merasa mereka lain
dengan kedisabilitasan sedang dan 46.148 dari orang tua lainnya, merasa terkucil.
anak dengan kedisabilitasan berat. Lalu Pada tahap ini timbul perasaan bingung,
berdasarkan Susenas Triwulan 1 Maret mengingkari, irasional, bahkan perasaan
2011, jumlah anak Indonesia sebanyak jadi tumpul. Pada tahap ini sikap ketakutan
82.980.000. Dari populasi tersebut, pada orangtua sangata muncul karena
9.957.600 anak adalah anak berkebutuhan mereka merasa tidak sanggup mengurus
khusus dalam kategori penyandang anak dengan disabilitas. Orangtua tidak
disabilitas. Sedangkan jumlah anak dengan percaya mengasuh anak dengan hambatan
kecerdasan istimewa dan berbakat yang dimiliki, namun hal tersebut
istimewa adalah sebesar 2,2% dari sebenarnya salah, setiap anak adalah
populasi anak usia sekolah (4-18 tahun) anugerah Tuhan yang memang harus kita
atau sekitar 1.185.560 anak. jaga dan kita berikan kasih sayang.

123
2. Fase bereaksi (reaction phase) yang ada dalam diri anak, mencari
Pada tahap ini orang tua mudah informasi terkait dengan pengasuhan anak
mengekspresikan perasaan duka yang dengan disabilitas.
dalam, kecewa, cemas, agresi dan perasaan 4. Fase orientasi (orientation phase)
gagal. Perasaan-perasaan ini menyebabkan Orang tua mulai mengorganisasi pikiran
orang tua takut berbuat kesalahan lagi, dan perasaannya sendiri, berupaya mencari
mereka biasanya mencari bantuan dan bantuan yang terarah & sistematis dan
pakar medis atau ahli lain sebagai satu- melaksanakan program yang disarankan
satunya dewa penolong dan menjadi serta membuat rencana masa depan bagi
sangat tergantung pada mereka. Pada tahap anak cacatnya. Tahap ini, orangtua mulai
ini orangtua merasakan kecemasan dan berusaha mencari dan memfasilitasi
gagal dalam mengasuh anak, maka itu perkembangan anak misalnya dalam
orangtua lebih banyak melibatkan atau pendidikan anak mulai dimasukkan ke
secara tidak langsung memberikan SLB (sekolah luar biasa). Orangtua juga
pengasuhan anak mereka kepada orang mulai mendengar saran misalnya dari
lain. Perasaan ini salah, karena seharusnya lingkungan terdekat orangtua terkait
orangtua harus lebih banyak meluangkan dengan pengasuhan yang baik kepada anak
waktu mengasuh anak mereka. dengan disabilitas.
Dalam kenyataannya orangtua-lah yang Begitu juga yang diungkapkan oleh
selalu ada bersama anak sehingga Duncan dan Moses (dalam Gargiulo,
merekalah yang paling kenal dengan 1985) bahwa orangtua yang mempunyai
perkembangan anaknya. Timbul anak dengan disabilitas akan mengalami 3
kecenderungan bersikap terlalu melindungi fase, yaitu:
anak dari kesulitan atau bahaya lain, 1. Fase primary (Shock, denial, grief,
terkesan bersikap memanjakan anak. depression)
Orang Tua spesial untuk Anak Spesial. 2. Fase secondary (ambivalensi, guilt,
Reaksi lain adalah kontrol yang berlebihan anger, shame, embarrassment)
(anak dilarang untuk melakukan berbagai 3. Fase tertiary (bargaining, adaption
kegiatan), sehingga mengurangi dan reorganitation, acceptance,
kesempatan untuk mendapatkan adjustment)
pengalaman sosial yang bervariasi. Dalam
hal ini, orangtua mempunyai pengasuhan PEMBAHASAN
tidak melihat kebutuhan anak terlebih Keluarga merupakan lingkungan yang
dahulu. Ada 2 jenis pengasuhan yang tidak paling dekat dengan anak, keluarga
baik, yang pertama orangtua yang selalu terutama orangtua bertugas untuk
memanjakan anaknya dan yang kedua memberikan perlindungan serta kasih
pengasuhan yang terlalu possessive yaitu sayang kepada anak. Keluarga mempunyai
anak tidak boleh melakukan hal-hal yang pengaruh yang besar dalam pengasuhan
anak sukai karena semua yang dilakukan kepada anak dengan disabilitas dengan
oleh anak dibatasi oleh orangtua. tujuan anak dengan disabilitas dapat
3. Fase penyesuaian (adaptation phase) memenuhi kebutuhan mereka secara
Pada tahap ini orang tua secara realistik mandiri. orangtua wajib mendampingi
mulai menerima kondisi anak. Dalam anak, mengasuh anak, dan memberikan
tahap ini para ahli perlu memberikan hak-hak yang seharusnya mereka miliki.
banyak informasi mengenai keadaan anak, Banyak keluarga khususnya para orangtua
khususnya mengenali kemampuan yang memandang rendah dan hanya
kekuatan yang ada pada anak cacat dan bisa bergantung pada orang lain. ABK
upaya pengembangannya. Tahap ini, juga sama seperti kita mempunyai hak
orangtua mulai berani menerima anak, untuk mendapatkan pengahargaan.
mencari dan mengembangkan potensi Menurut Menurut Heward (2003)

124
menyatakan bahwa efektivitas berbagai menerima individu sebagai anggota
program penanganan dan peningkatan keluarga. Orangtua dapat menerima anak
kemampuan hidup anak berkebutuhan secara utuh dengan tidak mengatakan
khusus akan sangat ditentukan oleh peran bahwa anak sebuah aib bagi keluarga
serta dan dukungan penuh dari keluarga, serta memberikan rasa aman kepada anak.
sebab keluarga adalah pihak yang 3. Identity and satisfaction (Identitas dan
mengenal dan memahami berbagai aspek memuaskan)
dalam diri seseorang dengan jauh lebih Keluarga merupakan suatu media yang
baik daripada orang-orang yang lain. Di dipergunakan untuk mengembangkan diri,
samping itu, dukungan dan penerimaan yaitu mengembangkan peran dan self
dari orangtua dan anggota keluarga yang image, mempertahankan motivasi, dan
lain akan memberikan energi dan mengidentifikasi tingkat sosial dan
kepercayaan dalam diri anak berkebutuhan kepuasan aktivitas. Orangtua dapat
khusus untuk lebih berusaha mempelajari membantu anak dalam mengembangkan
dan mencoba hal-hal baru yang terkait dirinya, misalnya mencari dan
dengan ketrampilan hidupnya dan pada memfasilitasi minat dan bakat anak.
akhirnya dapat berprestasi. Orangtua pasti 4. Affiliation and companionship
lebih mengenal anaknya dibandingkan (Afiliasi dan pertemanan)
orang lain, maka dari itu pengasuhan dari Fungsi ini dilakukan dengan
orangtua lah yang berpengaruh pada mengembangkan pola komunikasi dan
tumbuh kembang anak dengan disabilitas. mempertahankan hubungan yang
Orangtua yang mempunyai anak dengan harmonis. Orangtua berusaha untuk
hambatan, merasa bahwa anak tersebut membangun komunikasi yang baik dengan
tidak berguna dan menimbulkan malu bagi anak dan menjaga hubungan yang baik
keluarga. Padahal, seperti kita ketahui antar anggota keluarga.
bahwa orangtua mempunyai peran penting 5. Socialization (Sosialisasi)
dalam memberikan asuhan kepada anak. Sosialisasi juga salah satu fungsi yang
Jika pola pikir orangtua tertanam bahwa dilakukan dalam keluarga yang tujuannya
anak dengan disabilitas tidak dapat untuk mengenal kultur (nilai dan perilaku)
berdaya, hal ini akan mempengaruhi serta sebagai peraturan/pedoman hubungan
pengasuhan yang diberikan orangtua internal dan eksternal. Pada akhirnya,
kepada anak. pengasuhan dapat sosialisasi juga bertujuan untuk melepas
diimplementasikan dengan fungsi pokok anggota keluarga. Misalnya saat anak
keluarga. Adapun fungsi pokok keluarga sudah dewasa dan menikah. Orangtua
menurut Allender (1998): dapat memberikan bimbingan sosial
1. Affection (Afeksi) kepada anak misalnya mengenalkan anak
Fungsi affection yang dilakukan keluarga kepada tetangga, teman, masyarakat.
diantaranya adalah dengan menciptakan
suasana persaudaraan/menjaga perasaan, 6. Controls (Kontrol)
mengembangkan kehidupan seksual dan Keluarga juga berfungsi sebagai kontrol,
kebutuhan seksual, serta menambah yaitu mempertahankan kontrol sosial yang
anggota keluarga baru. Orangtua dapat ada di keluarga. Selain itu fungsi kontrol
memberikan cinta kasih yang tulus dan dapat diterapkan untuk melakukan
rasa kasih sayang kepada anak. penempatan dan pembagian kerja anggota
2. Security and Acceptance (Keamanan keluarga sesuai dengan peran mereka
dan Penerimaan) masing-masing yang pelaksanaannya
Di dalam keluarga, fungsi keamanan dan dengan menggunakan sumber daya yang
penerimaan juga dibutuhkan. secara umum ada. Orangtua dapat memberikan kontrol
usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan kepada anak berupa monitoring secara
mempertahankan kebutuhan fisik, dan intenif kepada anak.

125
Penerimaan orangtua kepada anak orangtua tidak dapat melakukan coping
dengan disabilitas menjadi nilai tersendiri, strategy, dampaknya biaya perawatan
pasalnya belum banyak orangtua yang untuk ABK pun tergolong mahal. Namun
dapat menerima anak dengan disabilitas setidaknya terdapat tiga strategi yang biasa
secara penuh. Hal ini juga dapat diadopsi oleh masyarakat di negara-negara
menyebabkan kegelisahan tersendiri pada maju dan berkembang seperti Australia
orangtua dan akibatnya menyebabkan (Ros & Cuskelly, 2006), China (Chen &
parenting stress. parenting stress yaitu Silbereisen, 2010), dan Iran (Assadi,
ketegangan yang berlebihan secara khusus 2011). Dalam hal pengasuhan, orangtua
terkait dengan peran orangtua dan interaksi harus mengetahui bagaimana kondisi dan
orangtua dengan anak. biasanya parenting kebutuhan masing-masing anak.
stress akan lebih tinggi pada pengasuhan Pengasuhan yang baik kepada anak dengan
anak. Seharusnya orangtua dapat menjadi disabilitas yaitu cara berkomunikasi.
role model bagi anak dan mencoba Jerome bruner (1975) menyatakan dengan
mengajarkan anak untuk mencoba kemampuan berkomunikasi dapat lebih
melakukan pekerjaan rumah mengetahui kebutuhan psikososial anak,
(kerumahtanggan), memberikan kasih antara lain: Anak harus dipersepsi sebagai
sayang dan perhatian yang lebih kepada seseorang dengan kualitas-kualitas
anak, tidak menganggap bahwa mengurus individu yang memiliki kebutuhan,
ABK sangat sulit karena hambatan yang keinginan, temperamen, kepribadian dan
dimiliikinya, membawa anak ke keterampilan. Komunikasi yang diberikan
lingkungan luar, mengawasi anak. akan kepada anak disabilitas memang sedikit
tetapi para orangtua sudah terlebih dulu berbeda tergantung dengan jenis disabilitas
khawatir dengan anak mereka. Akan tetapi anak.
dampak parenting stress ini, harus diatasi Saat ini juga banyak orangtua yang
secara bersama-sama. Orangtua anak bekerja, maka dari itu waktu berasama
dengan disabilitas juga harus mendapatkan anakpun dirasa kurang. Anak lebih sering
dukungan dari keluarga besar dan bersama dengan orang lain misalnya
lingkungan di sekitar orangtua anak pembantu rumah tangga dibandingkan
misalnya tetangga terdekat ataupun teman- dengan kedua orangtuanya. Orangtua juga
teman dari orangtua. Support dari keluarga tidak secara maksmimal mendampingi
besar ataupun lingkungan luar kepada anak dengan disabilitas. Hal ini dinyatakan
orangtua menjadi kekuatan tersendiri agar oleh Deputi Bidang Keluarga Sejahtera
orangtua dapat benar-benar yakin dan dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN,
percaya diri untuk memberikan Sudibyo Alimoeso (2013) melalui
pengasuhan kepada anak dengan sindonews.com, bahwa
disabilitas, begitu juga dengan dukungan asuhnya kepada para pembantu
sosial yang diberikan kepada anak dengan atau pengasuh. Hal ini banyak
disabilitas. Dukungan sosial yang dilakukan orangtua yang harus
diberikan kepada anak dengan disabilitas bekerja.
antara lain: Dukungan emosional, Hal ini memang sudah banyak terjadi di
informasi, atau materi alat bantu yang wilayah perkotaan, karena biaya hidup
diberikan. Dukungan sosial berpengaruh yang cukup tinggi. Berbeda dengan
terhadap anak berkebutuhan khusus dalam masyarakat perkotaan, masyarakat di
membuat anak tersebut tidak merasa pedesaan kurang mengetahui bagaimana
berbeda dari anak normal. Support, pengasuhan kepada anak dengan
motivasi, semangat serta penghargaan bagi disabilitas, oleh karena itu perlu adanya
mereka sangat mempengaruhi psikis anak. edukasi kepada masyarakat khususnya
dampaknya anak semakin yakin akan orangtua yang mempunyai anak dengan
potensi yang ada dalam dirinya. Tak jarang disabilitas. Dengan adanya pengasuhan

126
yang baik dari orangtua maupun keluarga Anak dengan disabilitas harus
besar, akan terlihat pengembangan dari mempunyai pengasuhan yang baik
dalam diri anak, karena pada dasarnya terutama dari orangtua anak. Dengan
anak mempunyai potensi yang dapat adanya pengasuhan yang baik antara lain
dikembangkan. Memang, orangtua harus pemberian kasih sayang, perhatian, dan
secara ekstra menjaga anak dengan pemenuhan kebutuhan kepada anak, anak
disabilitas tetapi dengan ketulusan hati, dapat berfungsi secara optimal.
orangtua tidak akan merasakan kelelahan Dalam hal ini, pekerja sosial
ataupun emosi. mempunyai beberapa peran yaitu sebagai
Setiap anak tidak terkecuali anak fasilitator dalam hal memfasilitasi
dengan disabilitas mempunyai hak yang orangtua dalam hal pengasuhan terhadap
sama. Menurut Komnas Perlindungan anak dengan disabilitas hal ini dapat
Anak (2009), empat dasar hak yang harus dilakukan dengan konseling dan parent
didapatkan oleh anak antara lain: support group. Pekerja sosial dapat
1. Hak hidup lebih layak menjadi edukator dalam hal pemberian
Misalnya seperti berhak atas kasih sayang informasi terkait dengan anak dengan
orang tua, ASI eksklusif, akte kelahiran disabilitas dan bagaimana pengasuhan
dan lain sebagainya. Setiap anak, tidak terhadap anak dengan disabilitas.
terkecuali anak dengan disabilitas berhak Pelayanan berbasis keluarga yang
mendapatkan kehidupan yang layak. diberikan oleh pekerja sosial antara lain:
a. Pelayanan konseling keluarga
2. Hak tumbuh dan berkembang Pelayanan ini bertujuan membantu
Contoh seperti hal atas pendidikan yang penyesuaian dan peran dalam mengahadi
layak, istirahat, makan-makanan yang permasalahan
bergizi, belajar, bermain, dan lain-lain. b. Pendidikan kehidupan keluarga
Setiap anak, tidak terkecuali anak dengan Keluarga yang mempunyai masalah dan
disabilitas berhak untuk tumbuh dan tekanan diberi kemampuan untuk
berkembang, antara lain mendapatkan mengantisipasi berbagai masalah dan
kebutuhan dasar yaitu makanan yang untuk mencegah kehancuran dalam
bergizi, mendapatkan pendidikan, keluarga.
mendapatkan rekreasi, dan lain-lain.
3. Hak perlindungan PENUTUP
Contohnya yaitu seperti dilindungi dari Pengasuhan yang baik harus
kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan diberikan kepada setiap anak tidak
seksual, tindak kriminal, pekerjaan terkecuali anak dengan disabilitas.
layaknya orang dewasa, dan lain Pengasuhan dari orangtua bertujuan agar
sebagainya. Setiap anak, tidak terkecuali anak dapat memenuhi haknya. Setidaknya
anak dengan disabilitas mempunyai hak terdapat empat hak yang harus dimiliki
untuk mendapatkan perlindungan dari oleh anak antara lain: Hak mendapatkan
adanya kekerasan dan kriminalitas penghidupan yang layak, hak untuk
4. Hak berpartisipasi tumbuh dan berkembang, hak untuk
Setiap anak berhak untuk menyampaikan berpendapat, dan hak berpartisipasi. Akan
pendapat, punya suara dalam musyawarah tetapi masih banyak orangtua yang tidak
keluarga, punya hak berkeluh kesah, dan menerima anak dengan disabilitas,
memilih pendidikan sesuai minat dan orangtua menganggap anak mereka tidak
bakat, dan lain-lain. Setiap anak, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak sanggup, dan
terkecuali anak dengan disabilitas, hanya bisa mengandalkan bantuan orang
mempunyai hak untuk memberikan lain. Rasa malu dan kecewa pun dirasakan
pendapatnya, mempunyai tujuan dalam orangtua, karena mereka malu mempunyai
hidupnya. anak yang tidak sempurnya, mereka malu

127
orang lain mencemooh mereka. Selain itu diunduh pada tanggal 15 Oktober
orangtua biasanya kecewa dengan keadaan 2014
anak yang tidak bisa sesempurna anak http://nasional.sindonews.com/read/76357
lainnya. Akibatnya, hak-hak anak tidak 6/15/peran-orangtua-dibutuhkan-
secara menyeluruh terpenuhi karena tidak rawat-anak-berkebutuhan-khusus
adanya pengasuhan yang baik. Dalam hal diunduh pada tanggal 29 Oktober
ini, perlu adanya informasi yang diberikan 2014
kepada orangtua, motivasi atau support http://www.unicef.org/indonesia/id/media_
dari lingkungan sekitar, dan pemberian 20985.html diunduh pada tanggal 2
pengertian mengenai anak dengan November 2014
disabilitas. Dalam memberikan www.organisasi.org/1970/01/empat-4-hak-
pengasuhan kepada anak dengan dasar-anak-indonesia-menurut-seto-
disabilitas, keluarga khususnya orangtua mulyadi-komnas-perlindungan-
dapat mengimplementasikan fungsi anak.html 3 November 2014
keluarga berupa fungsi afeksi, keamanan
dan penerimaan, identitas, kontrol, dan
sosialisasi. Selain itu, parent support group
dapat dipraktikan misalnya di sekolah
khusus anak dengan disabilitas (SLB),
perkumpulan penyandang disabilitas.
Pekerja sosial dapat memfasilitasi
konseling kepada orangtua dan
memberikan edukasi mengenai
pengasuhan kepada anak dengan
disabilitas.

PUSTAKA
Dyah Wieka,dkk. 2005. Retardasi mental,
Tingkat penerimaan. Jakarta:
Fakultas Unika Atma Jaya
Wibhawa Budi, dkk. 2010. Dasar-dasar
pekerjaan sosial. Bandung: Widya
Padjadjaran
Jurnal:
http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/2-
13_1.pdf.\ diunduh pada tanggal 14
Oktober 2014
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345
6789/33631/4/Chapter%20I.pdf\
diunduh pada tanggal 14 Oktober
2014
lib.ui.ac.id/file?file=digital/125956-
649..pdf\ diunduh pada tanggal 14
Oktober 2014
www.idp-
europe.org/docs/uio_upi_inclusion_
book/8-
Membantu_anak_dan_Keluarga.php

128

Anda mungkin juga menyukai