Anda di halaman 1dari 8

Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 28 - 35

DOI:10.31983/link.v15i2.4487

http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link
_________________________________________________________________

PENGALAMAN HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU USIA


DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEROKGAK I,
KABUPATEN BULELENG, PROVINSI BALI

Ni Kadek Dwi Ari Lestari*)1) ; Putu Wira Kusuma Putra ; Ida Ayu Agung Laksmi

1)Jurusan
Keperawatan ; STIKES Bina Usada Bali
Kompleks Kampus MAPINDO ; Jl. Padang Luwih ; Tegal Jaya Dalung ; Badung

Abstrak

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular seringkali dikaitkan dengan kemiskinan dan
umumnya menyerang rentang usia produktif (15-59 tahun). Indonesia termasuk peringkat ke-5
dunia dengan kasus TB paru terutama masalah Multi Drug Resistant (MDR). Tujuan penelitian
mengetahui bagaimana pengalaman hidup, makna hidup, hambatan serta harapan hidup
penderita TB paru. Penelitian ini penelitian kualititatif fenomenologi, menggunakan desain
deskriptif fenomenologi dengan metode wawancara mendalam. Data dikumpulkan melalui
rekaman wawancara, catatan dan dokumentasi lapangan dianalisis dengan teknik Creswell empat
strategi. Terdapat empat makna hasil penelitian yaitu pengalaman kehidupan penderita TB paru
terindikasi buruk, makna hidup penderita TB paru adalah penderitaan, hambatan kehidupan yang
dirasakan penderita TB paru berupa hambatan fisik (cepat lelah, nafsu makan menurun, batuk,
lemas, dan sesak), hambatan psikologi (rasa bosan dalam mengonsumsi obat TB), hambatan sosial
(berkurangnya interaksi sosial) hambatan finansial (tidak bekerja sama sekali dan berdiam diri di
tempat tinggalnya), dan harapan kehidupan penderita TB paru menginginkan sembuh dari
penyakitnya. Mengingat penyakit TB menyebabkan gangguan fisik, sosial, psikologi, finansial
bagi penderitanya, dimana penderita akan merasa menderita, sedih tidak produktif, hidup bosan,
maka sangat penting mengintensifkan pola penyuluhan agar masyarakat terhindar dari penyakit
TB.

Kata kunci: penderita TB paru ; pengalaman hidup ; multi drug resistant

Abstract

[LIFE EXPERIENCE OF PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN ADULT IN THE


WORKING AREA OF PRIMARY HEALTH GEROKGAK I, BULELENG REGENCY, BALI
PROVINCE] Pulmonary tuberculosis is an infectious disease that is often associated with poverty
and generally attacks the population in the productive age range (15-59 years). Indonesia is ranked
5th in the world with pulmonary TB cases, especially in Multi Drug Resistance (MDR) problems.
The purpose of this study is to find out how life experiences, life meanings, obstacles and life
expectancy of pulmonary TB sufferers. This research is a phenomenological qualitative research,
using descriptive phenomenology design with in-depth interview method. Data was collected
through interview records, field notes and documentation and analyzed by Creswell's four
strategies. There are four meanings of research results, namely the first life experience of
pulmonary TB patients is poorly indicated, the two meanings of life for pulmonary TB sufferers
are suffering, the three life barriers felt by pulmonary TB sufferers in the form of physical barriers
(fatigue, decreased appetite, coughing, weakness, and tightness), psychological barriers (boredom
in taking TB drugs), social barriers (reduced social interaction) financial constraints (not working
at all and staying silent in his residence), and the four life expectancies of pulmonary TB patients
wanting to recover from their illness. Given that TB causes physical, social, psychological, financial
problems for sufferers, where sufferers will feel suffering, sadly not productive, live bored, it is
very important to intensify the pattern of counseling so that people avoid TB disease.

Keywords: pulmonary TB patients ; life experience ; multi drug resistant


*) Correspondence Author (Ni Kadek Dwi Ari Lestari)
E-mail: dwikberit12@gmail.com
Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077
Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 29 - 35
DOI:10.31983/link.v15i2.4487

1. Pendahuluan menyelesaikan regimen self-administered akan


menyebabkan terjadinya kegagalan pengobatan,
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular
kemungkinan kambuh penyakit, resisten
yang seringkali dikaitkan pada kemiskinan dan
terhadap obat dan akan terus menerus
umumnya menyerang penduduk yang dalam
mentransmisikan infeksi sehingga akan terjadi
rentang usia produktif (15-59 tahun). Hal ini
MDR (Prabawa , 2017).
kerap menjadi masalah di negara berkembang
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
salah satunya adalah Indonesia. Angka kejadian
peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas I
TB paru di Indonesia sangat besar karena setiap
Gerokgak bersama dengan kader TB, di Wilayah
tahunnya mencapai 250.000 dengan kasus baru
kerja Puskesmas I Kecamatan Gerokgak
dan sekitar 140.000 kematian terjadi pada setiap
penderita TB pada tahun 2016 sebanyak 61 orang
tahun yang disebabkan oleh TB paru. Indonesia
dengan jumlah keberhasilan berobat 31 orang
telah mencapai kemajuan pesat dalam hal
pada kasus pasien baru dan pengobatan lengkap
meningkatkan penemuan kasus TB paru dan
30 orang. Tahun 2017 jumlah kasus TB sebanyak
sebanyak 51,6% yang dapat diobati dan dengan
51 orang dengan jumlah keberhasilan berobat
demikian sebesar 49,4% masalah TB paru belum
sebanyak 25 orang pada kasus pasien baru,
teratasi. Program penanggulangan penyakit TB
jumlah pasien yang masih berobat lengkap
dari tahun ke tahun semakin gencar dilakukan,
berjumlah 23 orang serta meninggal sebanyak
program penanggulangan penyakit TB yakni
tiga orang. Pada tahun 2018 sebanyak 19 orang
Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS)
pada tri wulan pertama kemudian bertambah 6
(Muhamed, 2015 & Rejeki, 2011).
orang dengan pasien baru pada bulan April,
DOTS dimulai sejak tahun 1995 hingga
sehingga jumlah saat ini sebanyak 25 orang yang
sekarang dengan konsolidasi dan implementasi
masih dalam pengobatan serta sejumlah 53 kasus
inovasi ke seluruh pelayanan kesehatan di
lama pada tahun 2017 dan 2016. Kader TB
wilayah Indonesia. Program tersebut mencapai
mengatakan 53 kasus lama pada tahun 2017 dan
tingkat keberhasilan yang sangat signifikan pada
tahun 2016 sebanyak 33 penderita TB mengalami
tahun 2015, akan tetapi masih perlu peningkatan
keberhasilan dalam berobat sedangkan sebanyak
karena Indonesia peringkat ke-5 di dunia dengan
20 penderita TB masih dalam pengobatan dan
kasus TB paru terutama pada masalah Multi
dalam kondisi MDR. Kader TB juga menjelaskan
Drug Resistant (MDR). Program DOTS di
bahwa penderita TB paru mengalami
Indonesia melayani hampir seluruh wilayah
keputusasaan dengan penyakitnya, banyak dari
termasuk Bali. Keberhasilan pengobatan TB di
mereka yang memilih untuk berhenti berobat
wilayah Indonesia sudah mencapai tingkatan
karena keputusasaan ini, sehingga
yang sangat baik termasuk keberhasilan
mempengaruhi kehidupannya sehari–hari
pengobatan pasien TB di Bali yang sangat tinggi
dimana rasa tidak perduli dengan kondisinya.
dengan temuan penyakit TB paling rendah
Kader TB juga menjelaskan beberapa pasien TB
namun tingkat keberhasilan yang mampu
paru juga merasa harga dirinya rendah ketika
dicapai hanya pada pasien baru. Hal ini
telah terdiagnosis penyakit TB paru, mereka
mengindikasikan pasien berada dalam status
akan mulai mengasingkan diri karena mereka
MDR (Kementrian Kesehatan RI, 2011 &
takut sebagai faktor utama penyebar penyakit
Infodatin, 2016).
TB paru.
MDR merupakan suatu kondisi seseorang
Hasil penemuan dari studi pendahuluan
dengan TB paru yang resistan terhadap obat
tersebut mengatakan bahwa pengalaman hidup
Isoniazid dan Rifampisin secara bersamaan, hal ini
penderita TB paru di Wilayah Kerja Puskesmas I
disebabkan oleh proses pengobatan TB yang
sangat beragam. Maka dari itu perlunya kajian
panjang menimbulkan rasa bosan pada
terkait kompleks masalah yang dialami
penderita TB. Ketidakpatuhan dalam
penderita TB paru. Hasil penelitian ini
pengobatan akan memicu putus berobat atau
diharapkan mampu memberikan sebuah
drop out (DO) penderita TB dalam proses
gambaran tentang pengalaman hidup penderita
pengobatannya. Pengobatan yang tidak teratur
TB paru sehingga dapat digunakan sebagai
atau kelalaian dalam mengkonsumsi obat,
acuan dalam mengembangkan desain asuhan
pemakaian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang
keperawatan agar dapat memahami dan
tidak atau kurang tepat, maupun pengobatan
menyesuaikan terhadap respon yang terjadi
yang terputus dapat mengakibatkan resistensi
pada pasien dengan TB paru. Pemaparan
bakteri terhadap obat. Ketidakmampuan pasien

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 30 - 35
DOI:10.31983/link.v15i2.4487

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan pasien TB paru yang tidak dapat berkomunikasi,
penelitian pasien TB paru yaitu mengenai pasien TB paru baru. Sampel dalam penelitian
pengalaman hidup pasien TB paru pada usia kualitatif disebut narasumber atau partisipan
dewasa di wilayah kerja Puskesmas 1 Gerokgak, atau informan (Sugiono, 2009). Jumlah sampel
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. yang direkrut pada penelitian ini sebanyak 7
sampel yang masih dalam pengobatan dan
2. Metode pasien dengan kasus lama serta dalam kondisi
MDR. Sehingga hanya 4 partisipan yang sesuai
Jenis penelitian yang digunakan dalam
dengan kriteria inklusi sehingga pada penelitian
penelitian ini adalah penelitian kualititatif
ini menggunakan sebanyak 4 partisipan.
fenomenologi dengan menggunakan desain
Langkah (1) mengolah dan mempersiapkan
deskriptif fenomenologi. Studi fenomenologi
data untuk dianalisis: Peneliti mulai melakukan
adalah sebuah desain penelitian yang dapat
analisis data dengan mengumpulkan data yang
digunakan untuk mendeskripsikan pemaknaan
diperoleh dari hasil rekaman wawancara dan
umum dari sejumlah individu terhadap berbagai
catatan lapangan kemudian melakukan verbatim
pengalaman hidup terkait dengan konsep atau
menjadi transkrip. Langkah (2) membaca
fenomena yang ada (Creswell, 2014). Pendekatan
keseluruhan data: peneliti mencari pernyataan
fenomenologi ini merupakan suatu penelitian
partisipan yang terkait dengan pengalaman klien
yang melihat pengalaman dan perilaku
kemudian menggaris bawahi pernyataan
seseorang secara mendalam, menemukan makna,
partisipan yang signifikan dimana peneliti akan
serta memperoleh gambaran kehidupan dari
memilih pernyataan yang bermakna sesuai
sudut pandang orang pertama (Kuswarno, 2009).
tujuan khusus dan berusaha untuk
Sedangkan desain deskriptif fenomenologi
memperhatikan setiap data sebagai pernyataan
bersifat menggambarkan suatu fenomena dari
yang berharga sehingga tidak terjadi kelebihan
partisipan yang nyata dalam kehidupan
data. Peneliti menemukan informasi terkait
sehari-hari (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini
dukungan yang diharapkan partisipan lebih
peneliti akan secara langsung mengeksplorasi
mengarah keharapan partisipan, sehingga
pengalaman partisipan, menganalisa, serta
peneliti mengganti tujuan khusus ke lima
menyajikan deskripsi pengalaman yang akurat
menjadi dukungan yang diterima oleh partisipan
sebagai gambaran realita yang dialami oleh
dari keluarga dan petugas kesehatan. Langkah (3)
partisipan dan suatu fenomena yang tengah
menganalisis lebih detail dengan mengkoding
dipelajari mengenai pengalaman hidup pasien
data yaitu memberi makna dari setiap
TB paru usia dewasa.
pernyataan yang signifikan. Peneliti melakukan
Sumber data utama penelitian ini adalah
analisis data dengan memilih kata kunci sesuai
sumber data primer yang diperoleh langsung
pernyataan partisipan didalam transkrip.
dari penuturan dan observasi penderita TB.
Langkah (4) melakukan pengelompokan
Sumber data skunder berupa data dari
kedalam makna pernyataan: peneliti menyusun
Puskesmas 1 Gerokgak. Meliputi jumlah pasien
kata kunci kedalam kategori-kategori sesuai
TB, jumlah yang masih berobat, jumlah yang
transkrip. Langkah (5) mengembangkan textual
meninggal akibat TB, serta pasien yang sembuh.
description, apa yang terjadi, bagaimana
Untuk mendapatkan partisipan dalam
fenomena dialami dan mencari intisari dari
penelitian ini digunakan teknik sampling
pengalaman. Peneliti berusaha menyampaikan
nonprobability yaitu Purposive sampling, yaitu
informasi dari partisipan tentang pengalaman
teknik pengambilan sampel atas dasar
hidup pasien TB paru usia dewasa dan mencari
pertimbangan dan tujuan tertentu. Penelitian ini
intisari dari pengalaman tersebut. Langkah (6)
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi
Peneliti mendeskripsikan dan menyajikan
dimana kriteria inklusinya adalah orang dewasa
tema-tema dalam bentuk narasi/laporan
umur 20-60 tahun yang tinggal di ruang lingkup
kualitatif. Peneliti memasukkan intisari yang
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gerokgak, penderita
didapat kedalam tabel yang berisi kata kunci,
TB yang masih menjalani pengobatan, dalam
kategori, sub tema dan tema (Creswell, 2010).
kondisi MDR, penderita TB dengan kasus lama,
bersedia sebagai informan, dan mampu
3. Hasil dan Pembahasan
menceritakan pengalaman hidupnya selama
menderita TB. Kriteria eksklusinya atau yang Pertama, Pengalaman Hidup Pasien TB
tidak masuk dalama informan penelitian yaitu Paru Usia Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 31 - 35
DOI:10.31983/link.v15i2.4487

Gerokgak 1 Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. menerimanya.


Pengalaman partisipan terhadap hidupnya serta Kedua, Makna Hidup Penderita TB Paru
penyakit merupakan pemahaman partisipan Usia Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas
dalam mempersepsikan pengetahuan tentang Gerokgak 1 Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.
hidup serta penyakit berdasarkan pengalaman Persaan yang dirasakan partisipan ketika
yang dideritanya. Pengalaman hidup partisipan terdiagnosis TB paru merupakan perasaan yang
pada hasil wawancara, observasi serta dialami oleh partisipan dalam hidupnya. Tema
dokumentasi tema yang muncul pada analisa yang muncul pada analisa data mengenai
data adalah satu tema yaitu buruk. perasaan penderita TB paru mendapatkan tiga
Sesudah diuraikan didapatkan hasil tema tema yaitu rasa sedih, rasa tidak percaya, dan
besar yaitu bahwa pengalaman kehidupan rasa khawatir dari keempat partisipan yang
penderita TB paru serta penderita TB MDR pada dilakukan wawancara, observasi dan
usia dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas dokumentasi satu partisipan yaitu P.1
Gerokgak 1, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali merasakan sedih, dua partisipan P.2, P.4
adalah buruk dibuktikan dengan pendapat merasakan rasa tidak percaya terhadap penyakit
partisipan. Partisipan pertama menyampaikan yang dideritanya, kemudian satu partisipan P.3
bahwa partisipan merasa sedih karena tidak merasakan rasa khawatir.
dapat beraktivitas seperti dulu, partisipan kedua Didapatkan tema besar mengenai perasaan
menyampaikan bahwa tidak enak hati,resah, yang dirasakan penderita terdiagnosis TB paru
gelisah karena sesak dan batuk yang dirasakan usia dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas 1
ketika melakukan aktivitas. Kemudian Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali
partisipan juga merasakan rasa tidak percaya adalah penderitaan. Hal tersebut dibuktikan
dengan penyakit yang dideritanya karena dengan hasil wawancara keempat partisipan.
partisipan memeriksakan penyakitnya kembali Partisipan pertama mengatakan bahwa merasa
ke tempat yang berbeda untuk memastikan sedih dirasakan ketika pertama kali didiagnosis
penyakitnya, partisipan ketiga mengatakan TB paru, kemudian partisipan kedua
badan menjadi lemas, batuk terus-menerus mengatakan rasa tidak percaya dengan penyakit
sampai sehari 3 kali mengeluarkan darah, yang diderita, partisipan ketiga mengatakan ada
merasa sedih ketika sakit partisipan tidak dapat rasa takut dengan penyakitnya dan
bekerja hanya mengandalkan istrinya, karena kemungkinan timbl kembali, dan partisipan
tempat yang jauh dari puskesmas menyebabkan keempat menyampaikan bahwa adanya rasa
partisipan kadang terlambat untuk mengambil khawatir dengan penyakitnya.
obat ke tempat, serta partisipan keempat yang Makna hidup yang dirasakan partisipan
mengatakan bahwa batuk terus menerus, rasa adalah penderitaan, yang didapatkan dari hasil
tidak percaya ketika terdiagnosis TB, kemudian analisis data berdasarkan tujuan khusus serta
rasanya ingin menangis ketika waktu yang sub tema. Makna hidup dari keempat partisipan
sudah ditentukan untuk meminum obat, sangat beragam, partisipan I menggatakan
menjadi beban pikiran bagi partisipan ketika merasa sedih dengan penyakitnya terlihat dari
meminum obat. raut wajah partisipan, hasil observasi penderita
Pengalaman hidup yang dirasakan keempat hanya bisa berbaring di dalam kamarnya,
partisipan buruk karena ketika penderita partisipan II mengatakan adanya rasa khawatir
mengetahui dirinya terdiagnosis TB merasa tentang penyakitnya, rasa ragu atau tidak
sedih, merasa gelisah, rasa ingin menangis, rasa percaya dengan penyakit yang dideritanya,
tidak percaya. partisipan III mengatakan muncul rasa takut,
Hasil penelitian ini sejalan dengan partisipan IV mengatakan timbul rasa tidak
penelitian Prawulandari (2018) bahwa percaya, rasa ingin menangis dan tidak bisa
pengalaman pasien selama menjalani menerima ketika informan terdiagnosa penyakit
pengobatan TB adalah munculnya stressor TB.
(kecemasan) pada saat didiagnosa sampai Sejalan dengan hasil penelitian dari Dias,
dengan tahap akhir pengobatan. Kecemasan ini Deoiviera dan Turato (2013) bahwa hal paling
muncul akibat banyak faktor mulai dari pasien utama yang menyebabkan pasien TB menderita
tidak menerima dengan penyakitnya, factor adalah rasa takut sekarat, menularkan penyakit
ekonomi, tidak adanya support system dari ke orang lain, dan menjadi didiskriminasi,
keluarga sampai dengan lingkungan yang tidak terutama karena stigma negatif tentang TB, serta

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 32 - 35
DOI:10.31983/link.v15i2.4487

ketakutan akan penularan, kecemasan akan melanjutkan atau menyelesaikan aktifitas


penyakit, sehingga membuat pasien menghindar kehidupan sehari-hari yang harus dilakukan
dari interaksi sosial. Penelitian lainnya dari akibat respon pulmonal (Nurarif, dan Kusuma,
Akeju, Wright, dan Maja (2017) bahwa yang 2015). Pada penelitian ini didapatkan hasil
dirasakan penderita TB dimulai dari sejak bahwa keempat partisipan tidak dapat
didiagnosis, partisipan merasa sedih didiagnosis melakukan aktifitas fisik seperti biasanya akibat
menderita TBC dan bahkan menyangkalnya kondisi dari penyakitnya, ketiga partisipan
pasien TB merasakan rasa tidak senang atau merasakan mudah lelah ketika melakukan
marah dengan hasil diagnosis. aktifitas, hasil dari observasi terlihat salah satu
Ketiga, Hambatan yang dirasakan partisipan hanya berbaring di tempat tidur.
Penderita Selama Menjalani Pengobatan TB paru Masalah intoleransi aktifitas ini dapat diatasi
Usia Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas dengan istirahat dan tidak melakukan kerja berat,
Gerokgak 1 Kabupaten Buleleng Provinsi Bali. selain mengatasi kelelahan akibat kekurangan
Hambatan atau kendala yang dirasakan klien energi dan mampu meminimalisir terjadinya
selama menderita TB serta pengobatan TB. penularan TB di lingkungan aktifitas maupun
Empat partisipan semua mengalami kesulitan tempat pekerjaan penderita.
selama menjalani pengobatan. Kesulitan yang Kesulitan lain yang juga dialami klien
dialami klien selama menjalani pengobatan TB adalah masalah psikologis, masalah psikologis
terdiri dari masalah fisik, masalah psikologi, merupakan permasalahan tingah laku seseorang
masalah sosial, masalah fiinansial. tidak secara langsung melainkan secara abstrak
Berdasarkan sub tema yang sudah yang didapatkan melalui ekspresi serta
ditentukan serta disusun didapatan tema besar dikuatkan dengan kalimat yang dikemukakaan
yang akan menjawab tujuan khusus yaitu seseorang (Isfada, 2018). Masalah psikologi yang
mengetahui hambatan yang dirasakan penderita dirasakan partisipan yang meliputi rasa bosan
TB paru usia dewasa di Wilayah Kerja meminum OAT serta harus selalu ingat untuk
Puskesmas Gerokgak 1, Kabupaten Buleleng, minum obat, dari hasil observasi ketika
Provinsi Bali yang dimana masalah hambatan partisipan menyampaikan kalimat rasa bosan
yang dirasakan dari fisik didapatkan bahwa dari terlihat raut wajah pasien mengkerutkan alis
keempat responden mengatakan hambatan serta seperti menelan ludah seakan-akan
kegiatan sehari–hari berbeda beda antara lain mengekspresikan rasa jenuh ketika partisipan
seperti cepat lelah, nafsu makan menurun, batuk, meminum OAT, serta terlihat berdiam diri.
lemas, dan sesak. Hambatan yang dirasakan dari Masalah psikologi ini sapat diatasi dengan sabar
psikologi yaitu semua responden dan berserah diri pada yang kuasa, mengingat
menyampaikan rasa bosan dalam mengonsumsi akan harapan ingin sembuh, perlunya dukungan
obat TB. Hambatan selanjutnya yaitu mengenai keluarga dan tenaga kesehatan agar tetap
hambatan sosial dimana dari keempat bertahan serta kuat keinginan sembuh dari
responden hambatan sosialnya berbeda yaitu penyakit TB, serta penyediaan OAT atau
mengurangi interaksi sosial dengan masyarakat perubahan bentuk OAT agar tidak menimbulkan
dan masih seperti biasa dalam interaksi sosial. kebosanan bagi penderita TB dan mampu
Hambatan yang dirasakan terakhir adalah meminimalisir terjadinya TB MDR.
hambatan dalam finansial dimana dari keempat Masalah selanjutnya pada penelitian ini
responden menyampaikan hal sama yaitu tidak adalah sosial, yaitu interaksi sosial partisipan.
bekerja sama sekali dan berdiam diri di tempat Masalah interaksi sosial merupakan suatu
tinggalnya. permasalahan ketidakmampuaan seseorang
Hambatan yang dirasakan penderita individu dalam melakukan hubungan sosial
merupakan suatu pembatasan aktivitas sehari- dengan individu lain atau kelompok dengan
hari dari partisipan baik dari segi fisik, psikologi, ditandai adanya kontak social dan komunikasi
sosial, serta finansial. Hambatan dari segi fisik (Chaplin, 2011). Hasil penelitian ini
yaitu karena klien mengalami penyakit menular membuktikan bahwa interaksi sosial antara
yang menyebabkan tidak bisa beraktivitas partisipan dengan masyarakat tidak terjalin
seperti orang lain. Klien juga merasakan dengan baik dari keempat partisipan yang
keterbatasan untuk beraktifitas karena mudah diwawancarai tiga orang mengatakan bahwa
lelah. Hal ini disebabkan karena klien informan hanya tinggal di dalam rumah namun
mengalami ketidakcukupan energi untuk hanya satu partisipan yang berinteraksi dengan

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 33 - 35
DOI:10.31983/link.v15i2.4487

tetangga sebelah rumahnya. Informan I dalam hal finansial yang mendukung serta
mengatakan bisa berinteraksi dengan tetangga menjadi dasar dalam proses penyembuhan, pada
ataupun masyarakat lainnya, keluarga informan dasarnya OAT gratis tetapi pada bagian
memberikan saran agar tetap tinggal dirumah akomodasi, biaya hidup sehari-hari, foto rontgen,
karena kondisi sakit yang dialami informan, serta baiaya perlengkapan lainnya perlu
informan III mengatakan tidak berani untuk dukungan finansial demi keberlangsungan
keluar rumah hanya berdiam diri di rumahnya, hidup jangka panjang.
serta istrinya juga menyarankan agar tetap diam Keempat, Harapan kehidupan penderita TB
dirumah, informan IV mengatakan hanya diam paru Usia Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas
dirumah karena masih masa pemulihan, Gerokgak 1 Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.
informan tidak berani kemana-mana membawa Harapan kehidupan partisipan untuk kehidupan
motor saja tidak diperbolehkan oleh keluarganya selanjutnya. Harapan partisipan adalah
informan II mengatakan ketika informan sakit kesembuhan serta kembali ke kondisi dulu serta
hanya keluar ke tetangga sebelah rumah dengan aktivitas seperti dulu lagi. Tema yang muncul
memakai masker. pada analisa data harapan kehidupan adalah
Menurut penelitian Wulandari (2015) satu tema yaitu ingin sembuh. Keempat
menyampaikan bahwa kejadian penularan partisipan yang dilakukan wawancara, observasi
penyakit TB terjadi akibat beberapa faktor yaitu dan dokumentasi. Partisipan P.1, P.2, P.3, P.4
faktor kepadatan hunian, suhu ruangan, semua menginginkan kesembuhan.
kelembaban ruangan, jenis lantai rumah, Berdasarkan hasil analisa data dengan sub
kebiasaan membuang dahak sembarang tempat, tema, didapatkan hasil tema besar yang
kebiasaan batuk/bersin tanpa menutup mulut, menyatakan bahwa harapan kehidupan
sehingga semua partisipan mengetahui resiko penderita TB paru usia dewasa di Wilayah Kerja
penularan jika partisipan melakukan interaksi Puskesmas Gerokgak 1, Kabupaten buleleng,
sosialnya di masyarakat. Hal ini akan Provinsi Bali adalah penderita menginginkan
menimbulkan stigma buruk masyarakat karena sembuh dari penyakitnya.
partisipan tidak pernah melakukan interaksi Harapan adalah kemampuan untuk
sosial dilingkungan rumah, sehingga perlunya merencanakan jalan keluar dalam upaya
pemahaman masyarakat serta pentingnya mencapai tujuan walaupun disertai dengan
keluarga dalam penyampaian kondisi keluarga rintangan, namun menjadikan hal tersebut
sehingga tidak menimbulkan stigma buruk sebuah motivasi sebagai suatu cara dalam
masyarakat. mencapai suatu tujuan, serta harapan memiliki
Hambatan finansial atau hambatan target serta mampu memberikan makna dalam
keuangan merupakan suatu masalah seseorang kehidupannya (Burns, 2010). Harapan klien TB
yang terjadi akibat ketidakmampuan memenuhi pada penelitian ini adalah ketika menjalani
keuangan seseorang atau pengurangan pengobatan adalah sembuh. Kesembuhan yang
pemasukan perekenomian seseorang atau diharapkan klien adalah sembuh total dan tidak
keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Rejeki kambuh lagi karena dari empat partisipan satu
(2011) menyampaikan bahwa ketika seseorang diantaranya terjadi karena kekambuhan.
mengalami sakit dan menjalani pengobatan Kekambuhan yang dialami klien dalam
kondisi klien lemah sehingga tidak dapat bekerja. penelitian ini terjadi karena tidak teraturnya
Klien mengatakan bahwa keuangan menjadi meminum obat. Didapatkan hasil dari penelitian
masalah nomor satu. Obat TB diberikan secara ini berupa wawancara, observasi serta
gratis tapi untuk membeli spuit dan foto rontgen, dokumentasi, partisipan I mengatakan rasa
administrasi di BKPM juga harus bayar ini yang bosan saat meminum obat TB karena banyaknya
memberatkan klien. menjadi sebuah masalah jumlah butir obat yang diberikan, namun
bagi partisipan karena keempat partisipan masih harapan dari keluarga ataupun dari partisipan
dalam usia produktif sehingga mereka tidak mengatakan ingin cepat sembuh, Partisipan II
dapat bekerja dengan seharusnya karena sangat bosan dalama mengonsumsi obat TB ini
penyakit yang mereka derita. Sejalan dengan namun karna harapan Partisipan ingin tetap
penelitian ini yaitu dari keempat partisipan sembuh maka ia memaksakan untuk selalu rutin
menyampaikan hal yang sama tidak bekerja serta tepat dalam mengonsumsi obat. Partisipan
seperti semula karena penyakit yang mereka III mengatakan ia bosan meminum obat sampai
derita. Hal ini perlunya dukungan keluarga pernah bertanya kepada petugas kenapa ia

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 34 - 35
DOI:10.31983/link.v15i2.4487

diberikan obat sangat banyak, namun Partisipan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yaitu
harus mengikuti anjuran petugas, karena hambatan fisik (cepat lelah, nafsu makan
Partisipan berharap ingin sembuh dari menurun, batuk, lemas, dan sesak), hambatan
penyakitnyamengatakan ia bosan meminum psikologi (rasa bosan dalam mengonsumsi obat
obat sampai pernah bertanya kepada petugas TB), hambatan sosial (mengurangi interaksi
kenapa ia diberikan obat sangat banyak, namun sosial dan interaksi sosial seperti biasanya) dan
Partisipan harus mengikuti anjuran petugas, hambatan finansial (tidak bekerja sama sekali
karena Partisipan berharap ingin sembuh dari dan berdiam diri di tempat tinggalnya). Keempat,
penyakitnya. Partisipan IV mengatakan ingin harapan kehidupan penderita TB paru usia
sembuh dari penyakitnya, namun terkadang bau dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Gerokgak 1,
obat yang sangat keras serta jumlah obat yang Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yaitu
sangat banyak sekali menelan membuat penderita menginginkan sembuh dari
Partisipan merasakan tidak nafsu makan serta penyakitnya.
sangat bosan, Partisipan juga mengatakan saat Saran untuk pihak pelayanan puskesmas,
akan meminum obat ia harus berfikir dua kali. yang pertama pentingnya petugas kesehatan
Hasil penelitian ini berkatan dengan hasil memberikan pengetahuan tentang penyakit TB
penelitian dari Rejeki (2011) yaitu harapan hidup lebih spesifik sangat diperlukan terutama bagi
pasien TB adalah harapan ingin sembuh, keluarga pasien TB yang menjadi faktor utama
harapan klien terhadap keluarga resiko penularan TB. Kedua, penyediaan OAT
menggambarkan keinginan diri klien terhadap atau perubahan bentuk OAT agar tidak
orang–orang, terdekat dalam bentuk dukungan menimbulkan kebosanan bagi penderita TB dan
yang diharapkan. Klien TB mengharap mampu meminimalisir terjadinya TB MDR.
dukungan dan pengertian dari keluarganya Kepada keluarga penderita diharapkan,
karena menjalani pengobatan yang lama juga mempertahankan dukungan keluarga serta
berdampak terhadap keluarganya, termasuk meningkatkan dukungan keluarga seperti
sumber dana yang digunakan untuk keluarga mengingatkan untuk meminum obat,
bukan berasal dari klien, serta harapan klien mengingatkan jadwal kontrol serta pengambilan
terhadap petugas kesehatan untuk memberikan obat, serta memberikan gizi seimbang seperti
lebih banyak informasi dan nasehat-nasehat makanan tinggi karbohidrat dan protein, agar
terkait dengan penyakit TB, penularan, tetap bertahan serta kuat keinginan sembuh dari
pengobatan serta informasi resiko jika tidak penyakit TB, penyampaian kondisi keluarga
teratur dalam proses konsumsi OAT. sehingga tidak menimbulkan stigma buruk
masyarakat. Untuk masyarakat, mengingat
4. Simpulan dan Saran penyakit TB menyebabkan gangguan fisik, sosial,
psikologi, finansial bagi penderitanya, dimana
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
penderita akan merasa menderita, sedih tidak
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
produktif, hidup bosan, maka sangat penting
Pengalaman Hidup Pasien TB paru usia dewasa
mengintensifkan pola penyuluhan agar
di wilayah kerja Puskesmas Gerokgak 1,
masyarakat terhindar dari penyakit TB. Untuk
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali adalah
peneliti lain, mampu menjadikan acuan atau
sebagai berikut. Pertama, pengalaman
pedoman dalam melakukan penelitian pada
kehidupan penderita TB paru pada usia dewasa
kualitas hidup serta pengalaman hidup
di Wilayah Kerja Puskesmas Gerokgak 1,
penderita TB paru sehingga mampu melakukan
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yaitu buruk.
pengembangan penelitian melalui eksplorasi
Ketika penderita mengetahui dirinya
secara mendalam tentang TB paru dalam proses
terdiagnosis TB merasa sedih, gelisah, menangis,
kesembuhan dan peningkatan kualitas hidup
tidak percaya. Kedua, makna hidup penderita
penderita TB paru dan keluarga.
TB paru usia dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Gerokgak 1, Kabupaten Buleleng,
5. Ucapan Terima Kasih
Provinsi Bali yaitu penderitaan keempat
partisipan menggatakan sedih, khawatir, tidak Ucapan terimakasih saya sampaikan
percaya dengan penyakit yang dideritanya, kepada STIKES Bina Usada Bali yang mampu
muncul rasa takut, menangis. Ketiga, hambatan memberikan dukungan dalam penelitian ini
yang dirasakan penderita TB paru usia dewasa terutama bagi pembimbing yang tiada hentinya
di Wilayah Kerja Puskesmas Gerokgak 1, memberikan motivasi serta waktu luang

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077


Jurnal LINK, 15 (2), 2019, 35 - 35
DOI:10.31983/link.v15i2.4487

sehingga terrealisasikan penelitian ini. Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an Di Iain


Tulungagung: Sebuah Studi
6. Daftar Pustaka Fenomenologi.
Nurarif, Amin Huda., & Kusuma Hardi (2015).
Akeju, O. O., Wright, S. C., & Maja, T. M. (2017).
Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Lived experience of patients on
Diagnose Medis dan NANDA NIC-NOC.
tuberculosis treatment in Tshwane,
Jogjakarta : Mediaction Publishing
Gauteng province. Health Sa
Jogjakarta.
Gesondheid, 22(1), 259-267.
Prawulandari, A. (2018). Pengalaman Pasien
Burns, R. B. 1980. The Self Concept : Theory,
Multi Drug Resistant Tuberculosis
Measurement, Develoment, and Behaviour.
(Tb-Mdr) Dalam Keberhasilan Pengobatan
London : Longman Group Uk Ltd.
Di Wilayah Kota Semarang (Doctoral
Chaplin‐Kramer, R., O’Rourke, M. E., Blitzer, E.
dissertation, Universitas Muhammadiyah
J., & Kremen, C. (2011). A meta‐analysis of
Semarang).
crop pest and natural enemy response to
Rejeki, Herni. (2011). Pengalaman mrnjalani
landscape complexity. Ecology letters, 14(9),
pengobatan TB kategori II di wilayah
922-932.
kabupaten pekalongan jawa tengah
Crewswell, J.C. (2010). Penelitian Kualitatif &
(Doctoral dissertation, Universitas Indonesia).
Desain Riset : Memilih di antara Lima
Sugiyono. (2010). Metodelogi Penelitian Kuantitatif
Pendekatan, Edisi Kedua. Yogyakarta :
Kualitatif dan R&D Cetakan ke-9. Bandung :
Pustaka Pelajar.
Penerbit Alfabeta
Dias, A. A. L., de Oliveira, D. M. F., Turato, E. R.,
Wulandari, D. H. (2018). Analisis Faktor-Faktor
& de Figueiredo, R. M. (2013). Life
yang Berhubungan dengan Kepatuhan
experiences of patients who have
Pasien Tuberkulosis Paru Tahap Lanjutan
completed tuberculosis treatment: a
Untuk Minum Obat di RS Rumah Sehat
qualitative investigation in southeast
Terpadu Tahun 2015. Jurnal Administrasi
Brazil. BMC public health, 13(1), 595.
Rumah Sakit Indonesia, 2(1).
Isfada, K. (2018). Artikel Dinamika Psikologis

Copyright © 2019, Jurnal LINK, e-ISSN 2461-1077

Anda mungkin juga menyukai