DOI:10.31983/link.v15i2.4487
http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/link
_________________________________________________________________
Ni Kadek Dwi Ari Lestari*)1) ; Putu Wira Kusuma Putra ; Ida Ayu Agung Laksmi
1)Jurusan
Keperawatan ; STIKES Bina Usada Bali
Kompleks Kampus MAPINDO ; Jl. Padang Luwih ; Tegal Jaya Dalung ; Badung
Abstrak
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular seringkali dikaitkan dengan kemiskinan dan
umumnya menyerang rentang usia produktif (15-59 tahun). Indonesia termasuk peringkat ke-5
dunia dengan kasus TB paru terutama masalah Multi Drug Resistant (MDR). Tujuan penelitian
mengetahui bagaimana pengalaman hidup, makna hidup, hambatan serta harapan hidup
penderita TB paru. Penelitian ini penelitian kualititatif fenomenologi, menggunakan desain
deskriptif fenomenologi dengan metode wawancara mendalam. Data dikumpulkan melalui
rekaman wawancara, catatan dan dokumentasi lapangan dianalisis dengan teknik Creswell empat
strategi. Terdapat empat makna hasil penelitian yaitu pengalaman kehidupan penderita TB paru
terindikasi buruk, makna hidup penderita TB paru adalah penderitaan, hambatan kehidupan yang
dirasakan penderita TB paru berupa hambatan fisik (cepat lelah, nafsu makan menurun, batuk,
lemas, dan sesak), hambatan psikologi (rasa bosan dalam mengonsumsi obat TB), hambatan sosial
(berkurangnya interaksi sosial) hambatan finansial (tidak bekerja sama sekali dan berdiam diri di
tempat tinggalnya), dan harapan kehidupan penderita TB paru menginginkan sembuh dari
penyakitnya. Mengingat penyakit TB menyebabkan gangguan fisik, sosial, psikologi, finansial
bagi penderitanya, dimana penderita akan merasa menderita, sedih tidak produktif, hidup bosan,
maka sangat penting mengintensifkan pola penyuluhan agar masyarakat terhindar dari penyakit
TB.
Abstract
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan pasien TB paru yang tidak dapat berkomunikasi,
penelitian pasien TB paru yaitu mengenai pasien TB paru baru. Sampel dalam penelitian
pengalaman hidup pasien TB paru pada usia kualitatif disebut narasumber atau partisipan
dewasa di wilayah kerja Puskesmas 1 Gerokgak, atau informan (Sugiono, 2009). Jumlah sampel
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali. yang direkrut pada penelitian ini sebanyak 7
sampel yang masih dalam pengobatan dan
2. Metode pasien dengan kasus lama serta dalam kondisi
MDR. Sehingga hanya 4 partisipan yang sesuai
Jenis penelitian yang digunakan dalam
dengan kriteria inklusi sehingga pada penelitian
penelitian ini adalah penelitian kualititatif
ini menggunakan sebanyak 4 partisipan.
fenomenologi dengan menggunakan desain
Langkah (1) mengolah dan mempersiapkan
deskriptif fenomenologi. Studi fenomenologi
data untuk dianalisis: Peneliti mulai melakukan
adalah sebuah desain penelitian yang dapat
analisis data dengan mengumpulkan data yang
digunakan untuk mendeskripsikan pemaknaan
diperoleh dari hasil rekaman wawancara dan
umum dari sejumlah individu terhadap berbagai
catatan lapangan kemudian melakukan verbatim
pengalaman hidup terkait dengan konsep atau
menjadi transkrip. Langkah (2) membaca
fenomena yang ada (Creswell, 2014). Pendekatan
keseluruhan data: peneliti mencari pernyataan
fenomenologi ini merupakan suatu penelitian
partisipan yang terkait dengan pengalaman klien
yang melihat pengalaman dan perilaku
kemudian menggaris bawahi pernyataan
seseorang secara mendalam, menemukan makna,
partisipan yang signifikan dimana peneliti akan
serta memperoleh gambaran kehidupan dari
memilih pernyataan yang bermakna sesuai
sudut pandang orang pertama (Kuswarno, 2009).
tujuan khusus dan berusaha untuk
Sedangkan desain deskriptif fenomenologi
memperhatikan setiap data sebagai pernyataan
bersifat menggambarkan suatu fenomena dari
yang berharga sehingga tidak terjadi kelebihan
partisipan yang nyata dalam kehidupan
data. Peneliti menemukan informasi terkait
sehari-hari (Polit & Beck, 2012). Penelitian ini
dukungan yang diharapkan partisipan lebih
peneliti akan secara langsung mengeksplorasi
mengarah keharapan partisipan, sehingga
pengalaman partisipan, menganalisa, serta
peneliti mengganti tujuan khusus ke lima
menyajikan deskripsi pengalaman yang akurat
menjadi dukungan yang diterima oleh partisipan
sebagai gambaran realita yang dialami oleh
dari keluarga dan petugas kesehatan. Langkah (3)
partisipan dan suatu fenomena yang tengah
menganalisis lebih detail dengan mengkoding
dipelajari mengenai pengalaman hidup pasien
data yaitu memberi makna dari setiap
TB paru usia dewasa.
pernyataan yang signifikan. Peneliti melakukan
Sumber data utama penelitian ini adalah
analisis data dengan memilih kata kunci sesuai
sumber data primer yang diperoleh langsung
pernyataan partisipan didalam transkrip.
dari penuturan dan observasi penderita TB.
Langkah (4) melakukan pengelompokan
Sumber data skunder berupa data dari
kedalam makna pernyataan: peneliti menyusun
Puskesmas 1 Gerokgak. Meliputi jumlah pasien
kata kunci kedalam kategori-kategori sesuai
TB, jumlah yang masih berobat, jumlah yang
transkrip. Langkah (5) mengembangkan textual
meninggal akibat TB, serta pasien yang sembuh.
description, apa yang terjadi, bagaimana
Untuk mendapatkan partisipan dalam
fenomena dialami dan mencari intisari dari
penelitian ini digunakan teknik sampling
pengalaman. Peneliti berusaha menyampaikan
nonprobability yaitu Purposive sampling, yaitu
informasi dari partisipan tentang pengalaman
teknik pengambilan sampel atas dasar
hidup pasien TB paru usia dewasa dan mencari
pertimbangan dan tujuan tertentu. Penelitian ini
intisari dari pengalaman tersebut. Langkah (6)
menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi
Peneliti mendeskripsikan dan menyajikan
dimana kriteria inklusinya adalah orang dewasa
tema-tema dalam bentuk narasi/laporan
umur 20-60 tahun yang tinggal di ruang lingkup
kualitatif. Peneliti memasukkan intisari yang
Wilayah Kerja Puskesmas 1 Gerokgak, penderita
didapat kedalam tabel yang berisi kata kunci,
TB yang masih menjalani pengobatan, dalam
kategori, sub tema dan tema (Creswell, 2010).
kondisi MDR, penderita TB dengan kasus lama,
bersedia sebagai informan, dan mampu
3. Hasil dan Pembahasan
menceritakan pengalaman hidupnya selama
menderita TB. Kriteria eksklusinya atau yang Pertama, Pengalaman Hidup Pasien TB
tidak masuk dalama informan penelitian yaitu Paru Usia Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas
tetangga sebelah rumahnya. Informan I dalam hal finansial yang mendukung serta
mengatakan bisa berinteraksi dengan tetangga menjadi dasar dalam proses penyembuhan, pada
ataupun masyarakat lainnya, keluarga informan dasarnya OAT gratis tetapi pada bagian
memberikan saran agar tetap tinggal dirumah akomodasi, biaya hidup sehari-hari, foto rontgen,
karena kondisi sakit yang dialami informan, serta baiaya perlengkapan lainnya perlu
informan III mengatakan tidak berani untuk dukungan finansial demi keberlangsungan
keluar rumah hanya berdiam diri di rumahnya, hidup jangka panjang.
serta istrinya juga menyarankan agar tetap diam Keempat, Harapan kehidupan penderita TB
dirumah, informan IV mengatakan hanya diam paru Usia Dewasa Di Wilayah Kerja Puskesmas
dirumah karena masih masa pemulihan, Gerokgak 1 Kabupaten Buleleng Provinsi Bali.
informan tidak berani kemana-mana membawa Harapan kehidupan partisipan untuk kehidupan
motor saja tidak diperbolehkan oleh keluarganya selanjutnya. Harapan partisipan adalah
informan II mengatakan ketika informan sakit kesembuhan serta kembali ke kondisi dulu serta
hanya keluar ke tetangga sebelah rumah dengan aktivitas seperti dulu lagi. Tema yang muncul
memakai masker. pada analisa data harapan kehidupan adalah
Menurut penelitian Wulandari (2015) satu tema yaitu ingin sembuh. Keempat
menyampaikan bahwa kejadian penularan partisipan yang dilakukan wawancara, observasi
penyakit TB terjadi akibat beberapa faktor yaitu dan dokumentasi. Partisipan P.1, P.2, P.3, P.4
faktor kepadatan hunian, suhu ruangan, semua menginginkan kesembuhan.
kelembaban ruangan, jenis lantai rumah, Berdasarkan hasil analisa data dengan sub
kebiasaan membuang dahak sembarang tempat, tema, didapatkan hasil tema besar yang
kebiasaan batuk/bersin tanpa menutup mulut, menyatakan bahwa harapan kehidupan
sehingga semua partisipan mengetahui resiko penderita TB paru usia dewasa di Wilayah Kerja
penularan jika partisipan melakukan interaksi Puskesmas Gerokgak 1, Kabupaten buleleng,
sosialnya di masyarakat. Hal ini akan Provinsi Bali adalah penderita menginginkan
menimbulkan stigma buruk masyarakat karena sembuh dari penyakitnya.
partisipan tidak pernah melakukan interaksi Harapan adalah kemampuan untuk
sosial dilingkungan rumah, sehingga perlunya merencanakan jalan keluar dalam upaya
pemahaman masyarakat serta pentingnya mencapai tujuan walaupun disertai dengan
keluarga dalam penyampaian kondisi keluarga rintangan, namun menjadikan hal tersebut
sehingga tidak menimbulkan stigma buruk sebuah motivasi sebagai suatu cara dalam
masyarakat. mencapai suatu tujuan, serta harapan memiliki
Hambatan finansial atau hambatan target serta mampu memberikan makna dalam
keuangan merupakan suatu masalah seseorang kehidupannya (Burns, 2010). Harapan klien TB
yang terjadi akibat ketidakmampuan memenuhi pada penelitian ini adalah ketika menjalani
keuangan seseorang atau pengurangan pengobatan adalah sembuh. Kesembuhan yang
pemasukan perekenomian seseorang atau diharapkan klien adalah sembuh total dan tidak
keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Rejeki kambuh lagi karena dari empat partisipan satu
(2011) menyampaikan bahwa ketika seseorang diantaranya terjadi karena kekambuhan.
mengalami sakit dan menjalani pengobatan Kekambuhan yang dialami klien dalam
kondisi klien lemah sehingga tidak dapat bekerja. penelitian ini terjadi karena tidak teraturnya
Klien mengatakan bahwa keuangan menjadi meminum obat. Didapatkan hasil dari penelitian
masalah nomor satu. Obat TB diberikan secara ini berupa wawancara, observasi serta
gratis tapi untuk membeli spuit dan foto rontgen, dokumentasi, partisipan I mengatakan rasa
administrasi di BKPM juga harus bayar ini yang bosan saat meminum obat TB karena banyaknya
memberatkan klien. menjadi sebuah masalah jumlah butir obat yang diberikan, namun
bagi partisipan karena keempat partisipan masih harapan dari keluarga ataupun dari partisipan
dalam usia produktif sehingga mereka tidak mengatakan ingin cepat sembuh, Partisipan II
dapat bekerja dengan seharusnya karena sangat bosan dalama mengonsumsi obat TB ini
penyakit yang mereka derita. Sejalan dengan namun karna harapan Partisipan ingin tetap
penelitian ini yaitu dari keempat partisipan sembuh maka ia memaksakan untuk selalu rutin
menyampaikan hal yang sama tidak bekerja serta tepat dalam mengonsumsi obat. Partisipan
seperti semula karena penyakit yang mereka III mengatakan ia bosan meminum obat sampai
derita. Hal ini perlunya dukungan keluarga pernah bertanya kepada petugas kenapa ia
diberikan obat sangat banyak, namun Partisipan Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yaitu
harus mengikuti anjuran petugas, karena hambatan fisik (cepat lelah, nafsu makan
Partisipan berharap ingin sembuh dari menurun, batuk, lemas, dan sesak), hambatan
penyakitnyamengatakan ia bosan meminum psikologi (rasa bosan dalam mengonsumsi obat
obat sampai pernah bertanya kepada petugas TB), hambatan sosial (mengurangi interaksi
kenapa ia diberikan obat sangat banyak, namun sosial dan interaksi sosial seperti biasanya) dan
Partisipan harus mengikuti anjuran petugas, hambatan finansial (tidak bekerja sama sekali
karena Partisipan berharap ingin sembuh dari dan berdiam diri di tempat tinggalnya). Keempat,
penyakitnya. Partisipan IV mengatakan ingin harapan kehidupan penderita TB paru usia
sembuh dari penyakitnya, namun terkadang bau dewasa di Wilayah Kerja Puskesmas Gerokgak 1,
obat yang sangat keras serta jumlah obat yang Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yaitu
sangat banyak sekali menelan membuat penderita menginginkan sembuh dari
Partisipan merasakan tidak nafsu makan serta penyakitnya.
sangat bosan, Partisipan juga mengatakan saat Saran untuk pihak pelayanan puskesmas,
akan meminum obat ia harus berfikir dua kali. yang pertama pentingnya petugas kesehatan
Hasil penelitian ini berkatan dengan hasil memberikan pengetahuan tentang penyakit TB
penelitian dari Rejeki (2011) yaitu harapan hidup lebih spesifik sangat diperlukan terutama bagi
pasien TB adalah harapan ingin sembuh, keluarga pasien TB yang menjadi faktor utama
harapan klien terhadap keluarga resiko penularan TB. Kedua, penyediaan OAT
menggambarkan keinginan diri klien terhadap atau perubahan bentuk OAT agar tidak
orang–orang, terdekat dalam bentuk dukungan menimbulkan kebosanan bagi penderita TB dan
yang diharapkan. Klien TB mengharap mampu meminimalisir terjadinya TB MDR.
dukungan dan pengertian dari keluarganya Kepada keluarga penderita diharapkan,
karena menjalani pengobatan yang lama juga mempertahankan dukungan keluarga serta
berdampak terhadap keluarganya, termasuk meningkatkan dukungan keluarga seperti
sumber dana yang digunakan untuk keluarga mengingatkan untuk meminum obat,
bukan berasal dari klien, serta harapan klien mengingatkan jadwal kontrol serta pengambilan
terhadap petugas kesehatan untuk memberikan obat, serta memberikan gizi seimbang seperti
lebih banyak informasi dan nasehat-nasehat makanan tinggi karbohidrat dan protein, agar
terkait dengan penyakit TB, penularan, tetap bertahan serta kuat keinginan sembuh dari
pengobatan serta informasi resiko jika tidak penyakit TB, penyampaian kondisi keluarga
teratur dalam proses konsumsi OAT. sehingga tidak menimbulkan stigma buruk
masyarakat. Untuk masyarakat, mengingat
4. Simpulan dan Saran penyakit TB menyebabkan gangguan fisik, sosial,
psikologi, finansial bagi penderitanya, dimana
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian
penderita akan merasa menderita, sedih tidak
pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
produktif, hidup bosan, maka sangat penting
Pengalaman Hidup Pasien TB paru usia dewasa
mengintensifkan pola penyuluhan agar
di wilayah kerja Puskesmas Gerokgak 1,
masyarakat terhindar dari penyakit TB. Untuk
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali adalah
peneliti lain, mampu menjadikan acuan atau
sebagai berikut. Pertama, pengalaman
pedoman dalam melakukan penelitian pada
kehidupan penderita TB paru pada usia dewasa
kualitas hidup serta pengalaman hidup
di Wilayah Kerja Puskesmas Gerokgak 1,
penderita TB paru sehingga mampu melakukan
Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali yaitu buruk.
pengembangan penelitian melalui eksplorasi
Ketika penderita mengetahui dirinya
secara mendalam tentang TB paru dalam proses
terdiagnosis TB merasa sedih, gelisah, menangis,
kesembuhan dan peningkatan kualitas hidup
tidak percaya. Kedua, makna hidup penderita
penderita TB paru dan keluarga.
TB paru usia dewasa di Wilayah Kerja
Puskesmas Gerokgak 1, Kabupaten Buleleng,
5. Ucapan Terima Kasih
Provinsi Bali yaitu penderitaan keempat
partisipan menggatakan sedih, khawatir, tidak Ucapan terimakasih saya sampaikan
percaya dengan penyakit yang dideritanya, kepada STIKES Bina Usada Bali yang mampu
muncul rasa takut, menangis. Ketiga, hambatan memberikan dukungan dalam penelitian ini
yang dirasakan penderita TB paru usia dewasa terutama bagi pembimbing yang tiada hentinya
di Wilayah Kerja Puskesmas Gerokgak 1, memberikan motivasi serta waktu luang