Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

TENTANG

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA II DENGAN KLIEN HARGA DIRI


RENDAH”

DISUSUN OLEH:

NAMA : CINDY SONIA PUTRI

NIM : 1914201011 (KEPERAWATAN 4.A)

DOSEN PENGAMPU:

Ns. Amelia Susanti, S.Kep, M.Kep, Sp.J

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKes ALIFAH PADANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
saya kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
“Askep Jiwa Pada Klien Dengan Diagnosa Harga diri rendah”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Dalam makalah ini mengulas tentang”ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KLIEN
HARGA DIRI RENDAH”.

Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan
dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.

Padang, 02 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar
a. Pengertian
b. Rentang respon
c. Faktor penyebab
d. Tanda gejala
e. Proses terjadinya
f. Mekanisme koping
g. Penatalaksanaan
h. Prinsip tindakan keperawatan
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
1. Identitas
2. Alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Pemeriksaan fidik
5. Psikososial
6. Hubungan sosial
7. Spiritual
8. Status mental
9. Kebutuhan persiapan pulang
10. Mekanisme kopin
11. Masalah psikososial
12. Pengetahuan
13. Aspek medis

b. Daftar Masalah
c. Pohon Masalah
d. Kemungkinan diagnosa keperawatan
e. Rencana keperawatan
f. Implementasi
g. Evaluasi

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUN
1. Latar Belakang

Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat


mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang
dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang
berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat
adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku.
Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan(Muhith,2011).

Menurut (Herman, 2011) gangguan jiwa adalah terganggunya kondisi mental atau
psikologi seseorang dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi prilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur
dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-isitadat,
kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan
dan kematian orang yang dicintai, rasa permusuhan hubungan antar
manusia.Gangguan jiwa menyebabkan pasien tidak sanggup menilai dengan baik
kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri untuk mencegah mengganggu orang
lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu perlu dilakukan asuhan
keperawatan jiwa.

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Penelitian World Health Organization (WHO) atau Badan
Kesehatan Dunia 2014 menunjukkan tidak kurang dari 450 juta penderita
mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
jiwa saat ini, 25% diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu.
Gangguan jiwa yang mencapai 13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada
tahun 2030. Menurut WHO gangguan jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang di
dunia terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat dan alkohol
38juta epilepsi,25juta skizofrenia,serta hampir 1juta melakukanbunuhdiri di setiap
tahun,dan hamper ¾ beban global penyakit neuropsikiatrik didapati
berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
Jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia saat ini menurut Riskesdas (2013)
adalah 236 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi
dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.
Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15,24 tahun mengalami gangguan jiwa.
Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan
jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia
pada urutan ke-2 sebanyak 1.9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi
saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan
gejala-gejala yang ditimbulkan olehpasien.

2. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian harga diri rendah
2. Untuk menjelaskan rentang respond harga diri rendah
3. Untuk menjelaskan faktor penyebab harga diri rendah
4. Untuk menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah
5. Untuk menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah
6. Untuk menjelaskan mekanisme koping harga diri rendah
7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan harga diri rendah
8. Untuk menjelaskan prinsip tindakan keperawtan pada klien harga diri rendah
9. Untuk menjelaskan pengkajian asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
10. Untuk menjelaskan daftar masalah asuhan keperawatan pada klien harga diri
rendah
11. Untuk menjelaskan pohon masalah asuhan keperawatan pada klien harga diri
rendah
12. Untuk menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien harga diri
rendah
13. Untuk menjelaskan rencana keperawatan asuhan keperawatan pada klien harga
diri rendah
14. Untuk menjelaskan implementas asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
15. Untuk menjelaskan evaluasi asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
a. Pengertian Harga Diri Rendah

Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berharga,


tidak berarti, rendah diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri
sendiri dan kemampuan diri (Keliat,2011).

Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)

Harga diri rendah merupakan keadaan dimana individu mengalami


evaluasi diri negatif tentang kemampuan dirinya (Fitria,2012).
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa harga diri rendah yaitu dimana individu
mengalami gangguan dalam penilaian terhadap dirinya sendiri dan kemampuan yang dimiliki,
yang menjadikan hilangnya rasa kepercayaan diri akibat evaluasi negatif yang berlangsung
dalam waktu yang lama karena merasa gagal dalam mencapai keinginan.
b. Rentang respond harga diri rendah

Respond Adaptif Respond maladaptive

Aktualisasi diri konsep diri harga diri rendah difusi indentitas depersonalisasi
Keterangan:

a. Respon Adaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidak
seimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon Maladaptif :

Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak (destruktif)
dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam
diri sendiri.
c. Aktualisasi Diri :

Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengespresikan kemampuan


yang dimiliki.
d. Konsep Diri Positif :

Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan secara jujur dan


dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistis.
e. Harga Diri Rendah :

Transisi antara respon konsep diri adaptif dan maladaptif.

f. Difusi Identitas :

Suatu kegagalan individu untuk mengintegrasikan berbagai identifikasi masa


kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial dewasa yang harmonis.
g. Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
sdirinya dengan orang lain.
3. Faktor Penyebab (Etiologi)
1. Faktor predisposisi menurut stuart gail (2013)

Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri


seseorang. Menurut Kemenkes RI (2012) faktor predisposisi ini dapat dibagi
sebagaiberikut:
a. Faktor Biologis

Pengaruh faktor biologis meliputi adanya faktor herediter anggota


keluarga yang mengalami gangguan jiwa, riwayat penyaakit atau trauma
kepala.

b. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan
orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak
realisitis, dan pengaruh penilaian internal individu.

c. Faktor sosial budaya

Pengaruh sosial budaya meliputi penilaian negatif dari lingkungan


terhadap pasien yang mempengaruhi penilaian pasien, sosial ekonomi
rendah, riwayat penolakan lingkungan pada tahap tumbuh kembang anak,
dan tingkat pendidikan rendah.
2. Faktor Presipitasi Harga Diri Rendah

Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan


bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau
produktifitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri
rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik. Secara situsional
misalnya karena trauma yang muncul tiba-tiba, sedangkan yang kronik
biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah
memiliki pikiran negatif dan memingkat saat dirawat (yosep, 2009)

Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:

1) Trauma:penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan


peristiwa yang mengancam kehidupan
2) Ketegangan peran: berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dan individu mengalaminya sebagai frustasi
a) Transisi peran perkembangan: perubahannormatifyang berkaitan
dengan pertumbuhan
b) Transisi peran situasi: terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian.

c) Transisi peran sehat-sakit: sebagai akibat pergeseran dari keadaan


sehat dan keadaan sakit. Transisi ini dapat dicetuskan oleh kehilangan
bagian tubuh; perubahan ukuran, bentuk, penampilan atau fungsi
tubuh; perubahan fisik yang berhubungan dengan tumbuh kembang
normal; prosedur medis dan keperawatan.
4. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari harga diri rendah pada seseorang berbeda-beda dan bervariasi antara
individu satu dengan yang lainnya, tetapi biasanya dimanifestasikan (Keliat 2007)
sebagai berikut :
a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak mampu

c. Pandangan hidup yang pesimis

d. Merasa bersalah dan khawatir

e. Sulit bergaul

f. Tidak menerima pujian

g. Lebih banyak menunduk

h. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri

i. Gangguan hubungan sosial

j. Rasa bersalah terhadap diri sendiri, menyalahkan , mengkritik, mengejek diri


sendiri
k. Merendah martbat : saya tidak bisa, saya bodoh, saya tidak tahu apa-apa

,saya tidak mampu

l. Bicara lambat dengan nada suara lemah.

5. Proses terjadi Harga diri rendah


Keliat, dkk. (2011, p. 76) menyatakan bahwa harga diri rendah muncul apabila
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuanya.
Proses terjadinya harga diri rendah disebabkan karena sering disalahkan pada
masa kecil, jarang diberi pujian atas keberhasilanya. Individu pada saat mencapai masa
remaja keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan.
6. Mekanisme koping harga diri rendah
Mekanisme koping pasien harga diri rendah menurut Ridhyalla Afnuhazi
(2015) adalah:

a. Jangka pendek

1) Kegiatan yang dilakukan untuk lari sementara dari krisis:


pemakaian obat-obatan, kerja keras, nonton TV terusmenerus.
2) Kegiatan mengganti identitas sementara (ikut kelompok sosial,
keagaman,politik).
3) Kegiatan yang memberi dukungan sementara (kompetisi olahraga
kontespopularitas).
4) Kegiatan mencoba menghilangkan identitas sementara
(penyalahgunaanobat).
b. Jangka panjang

1) Menutup identitas

2) Identitas negatif: asumsi yang bertentangan dengan nilai dan


harapan masyarakat.

7. Penatalaksanaan harga diri rendah


Terapi yang dapat diberikan pada pasien harga diri rendah antara lain :

a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. (Nurarif dan Hardhi, 2015, p. 56).
b. Terapi hubungan interpersonal
Menurut Enjang (2009, p. 68) Hubungan interpersonal adalah komunikasi antar
orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap
langsung baik secara verbal maupun secara tatap muka.
8.Prinsip tindakan keperawatan harga diri rendah
1. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan.Contoh perawat menasehati klien tentang
program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat
menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan risiko serangan jantung.

2. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian
dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan
bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam
faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.

3. Non-maleficence (tidak merugikan)


Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada
klien.Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada dokter secara tertulis
menolak pemberian transfusi darah dan ketika itu penyakit perdarahan (melena)
membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus mengistruksikan
pemberian transfusi darah.akhirnya transfusi darah tidak diberikan karena prinsip
beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsip
nonmaleficince.

4. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti.Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif.Kebenaran merupakan dasar membina hubungan
saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan
informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan
tersebut dan meninggal dunia.Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan
suaminya.Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui
alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter
harus diikuti.Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.

5. Fidelity (Menepati janji)


Tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan kesehatan,
mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan penderitaan.
Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.

6. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien.Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien.Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan harus dihindari.

7. Accountability (Akuntabilitasi)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.Contoh perawat
bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat.Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien
perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi
tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien,
serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar
dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat,2011)

1. Identitas pasien

Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan identitas
penanggung jawab.
2. Keluhan utama/alasan masuk

Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan alasan masuk
pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan bicara, sering menunduk
dan nada suara rendah.
3. Faktor predisposisi

a) Riwayat gangguanjiwa

Biasanya pasien dengan harga diri rendah memiliki riwayat gangguan


jiwa dan pernah dirawat sebelumnya.
b) Pengobatan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah pernah memiliki riwayat


gangguan jiwa sebelumnya, namun pengobatan klien belum
berhasil.
c) Aniaya

Biasanya pasiendengan harga diri rendah pernah melakukan,


mengalami, menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan
dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal.
d) Anggota keluarga yang mengalami gangguanjiwa

Biasanya ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama


dengan pasien.
e) Pengalaman masa lalu yang kurangmenyenangkan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah mempunyai pengalaman yang


kurang menyenangkan pada masa lalu seperti kehilangan orang
yang dicintai, kehilangan pekerjaan serta tidak tercapainya ideal diri
merupakan stressor psikologik bagi klien yang dapat menyebabkan
gangguan jiwa.

4.Pemeriksaan fisik

Tanda tanda vital:Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan harga diri
rendah meningkat.

5.Psikososial

a) Genogram

Biasanya menggambarkan garis keturunan keluarga pasien, apakah ada


keluarga pasien yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami
pasien.
b) Konsepdiri

(1) Gambarandiri

Biasanya pasien dengan harga diri rendah akan mengatakan


tidak ada keluhan apapun
(2) Identitas diri

Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak berdaya dan
rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang di banggakan
atau diharapkan di keluarga maupun di masyarakat.
(3) Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan peran
dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.

(4) Ideal diri


Biasanya pasien dengan harga diri rendah ingin diperlakukan
dengan baik oleh keluarga maupun masyarakat, sehingga pasien
merasa dapat menjalankan perannya di keluarga maupun di
masyarakat.
(5) Harga diri

Biasanya pasien dengan harga diri rendah kronis selalu


mengungkapkan hal negatif tentang dirinya dan orang lain,
perasaan tidak mampu, pandangan hidup yang pesimis serta
penolakan terhadap kemampuan diri. Hal ini menyebabkan
pasien dengan harga diri rendah memiliki hubungan yang
kurang baik dengan orang lain sehingga pasien merasa
dikucilkan di lingkungan sekitarnya.

6. Hubungan sosial

(1) Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau
meminta dukungan
(2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam

(3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepadaklien

(4) Pasien sulit berinteraksi karena berprilaku kejam dan


mengeksploitasi oranglain.

7.Spritual

(1) Falsafah hidup

Biasanya pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan


ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap
sakit serta dengan penyembuhannya
(2)Konsep kebutuhan dan praktek keagamaan

Pasien mengakui adanya tuhan, putus asa karena tuhan tidak


memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak mau
menjalankan kegiatan keagamaan.

8.Status mental

(1) Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak rapi,
tidak sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan perawatan
diri. Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat
merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.

(2) Pembicaraan

Biasanya pasien berbicara dengan frekuensi lambat, tertahan, volume


suara rendah, sedikit bicara, inkoheren, dan bloking.
(3) Aktivitas motorik

Biasanya aktivitas motorik pasien tegang, lambat, gelisah, dan terjadi


penurunan aktivitasinteraksi.
(4) Alam perasaan

Pasien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang


pesimis.
(5) Afek

Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila
ada stimulus emosi yangbereaksi.
(6) Interakasi selama wawancara

Biasanya pasien dengan harga diri rendah kurang kooperatif dan


mudah tersinggung.
(7) Persepsi

Biasanya pasien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam


atau memberi perintah.
(8) Proses pikir

Biasanya pasien dengan harga diri rendah terjadi pengulangan


pembicaraan (perseverasi) disebabkan karena pasien kurang
kooperatif dan bicara lambat sehingga sulit dipahami.
(9) Isi pikir

Biasanya pasien merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau


menolak diri sendiri, mengejek dan mengkritik diri sendiri.
9.Kebutuhan persiapan pulang

a) Makan

Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan sayuran

b). Buang air besar dan buang airkecil

Biasanya pasien BAB dan Bak secara mandiri dengan menggunakan


toilet. Klien jarang membersihkannya kembali
c).Mandi

Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat gigi dan
pasien selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali. Klien menggunting
kuku setiap kuku pasien dirasakanpanjang.

d).Berpakaian

Biasanya pasien dapat mengenakan pakaian yang telah disediakan, klien


mengambil, memilih dan mengenakan secara mandiri.
e).Istirahat dan tidur

Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2 jam, dan
pada malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam. Terkadang pasien
terbangun dimalam hari karena halusinasinya muncul.
f).Penggunaan obat

Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien meminum
obatnya dimasukkan kemudian pasienmeminum air. Biasanya pasien
belum paham prinsip 5 benar dalam meminum obat.
g).Pemeliharaan kesehatan

Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengan dukungan dari
keluarga serta petugas kesehatan dan orang disekitarnya.
h).Aktivitas di dalam rumah

Biasanya pasien jarang membantu di rumah, pasien jarang menyiapkan


makanan sendiri dan membantu membersihkan
i).Aktivitas di luar rumah.
Biasanya pasien jarang bersosialisasi dengan keluarga maupun dengan
lingkungannya.

10.Mekanisme koping

Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan mekanisme koping maladaptif
yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat, menghindar dan mencederai diri.
11.Masalah psikososial dan lingkungan

Biasanya pasien mempunyai masalah dengan dukungan dari keluarganya. Pasien


merasa kurang mendapat perhatian dari keluarga. Pasien juga merasa tidak diterima
di lingkungan karena penilaian negatif dari diri sendiri dan orang lain.
12.pengetahuan

Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak mengetahui penyakit jiwa yang ia
alami dan penatalaksanaan program pengobatan.
13.Aspek medik

Biasanya pasien dengan harga rendah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia biasanya klien mendapatkan
Clorpromazine 1x100 mg, Halloperidol 3x5 mg, Trihexy penidil 3x2 mg, dan
Risporidon 2x2 mg.
b.daftar masalah
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan

 Pasien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, pasien hanya


memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan follow up secara
periodik karena tidak ada masalah dan pasien telah mempunyai
pengetahuan untuk antisipasi masalah.
 Pasien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan
promosi sebagai program antisipasi terhadap masalah.

2. Ada masalah dengan kemungkinan:

 Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan
masalah.

 Aktual terjadi masalah disetai data pendukung

c.pohon masalah

Defisit perawtan diri isolasi sosial

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

d.kemungkinan diagnosa keperawatan

Yosep (2014) menjelaskan terdapat beberapa masalah keperawatan yang mungkin


muncul pada pasien dengan harga diri rendah diantaranya adalah:
1. Harga diri rendah kronik

2. Koping Individu tidakefektif

3. Isolasisosial

4. Defisit PerawatanDiri
e.rencana tindak keperawatan

Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien menurut Kemenkes RI (2012),


yaitu:
a) Strategi pelaksanaan pertama pasien: pengkajian dan latihan kegiatan
pertama
(1) Identifikasi pandangan/penilaian pasien tentang diri sendiri dan
pengaruhnya terhadap hubungan dengan orang lain, harapan yang telah
dan belum tercapai, upaya yang dilakukan untuk mencapai harapan yang
belum terpenuhi
(2) Identifikasi kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif pasien
(buat daftarkegiatan)
(3) Membantu pasien menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari daftar kegiatan mana kegiatan yang dapatdilaksanakan)
(4) Membuat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saatini

(5) Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini untukdilatih
(6) Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan caramelakukannya)

(7) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk
dilatih dua kali per hari

b) Strategi pelaksanaan kedua pasien: latihan kegiatan kedua

(1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah.

(2) Memvalidasi kemampuan pasien melakukan kegiatan pertama yang telah


dilatih dan berikanpujian.
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatanpertama

(4) Membantu pasien memilih kegiatan kedua yang telahdilatih

(5) Melatih kegiatan kedua (alat dancara)

(6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan, masing-
masing dua kali perhari
c) Strategi pelaksanaan ketiga pasien: latihan kegiatan ketiga

(1) Mengevaluasi tanda dan gejala harga diri rendah

(2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama dan kedua yang


telah dilatih dan berikanpujian
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama dan kedua

(4) Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih

(5) Melatih kegiatan ketiga (alat dan cara)

(6) Memasukkan jadwal kegiatan untuk latihan: tiga kegiatan, masing-


masing dua kali perhari.

d) Strategi pelaksanaan keempat pasien: latihan kegiatankeempat

(1) Mengevaluasi data harga dirirendah

(2) Memvalidasi kemampuan melakukan kegiatan pertama, kedua, dan


ketiga yang telah dilatih dan berikanpujian
(3) Mengevaluasi manfaat melakukan kegiatan pertama, kedua danketiga.

(4) Membantu pasien memilih kegiatan keempat yang akandilatih

(5) Melatih kegiatan keempat (alat dancara)

(6) Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing-
masing dua kali perhari.
f.Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri maupun kolaboratif (Damaiyanti, 2014).
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan perawat perlu
menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan
kondisi klien pada saat ini (here and now) dan sebelumnya harus dilakukan kontrak dengan
klien.
g.Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dalam proses keperawatan. Penilaian terakhir
pada proses keperawatan yang ditetapkan, penetapan keberhasilan asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang sudah ditetapkan, yaitu terjadi
adaptasi pada individu (Nursalam, 2016).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat
mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang
dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang
berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat
adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku.
Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan(Muhith,2011).
dapat menarik kesimpulan bahwa dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting
sekali membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik
dengan tenaga medis (dokter dan perawata), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan
masarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang
merawat tercapai.

B.Saran
1. Klien
- Libatkan klien dalam aktivitas positif
- Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
- Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
- Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
- Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
- Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
- Menerima klien apa adanya
- Hindari pemberian penilaian negatif
3. Perawat
- Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
- Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
- Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
- Memberi reinforcement
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :


Cv. Trans Info Media.

Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013) Keperawatan jiwa; konsep dan kerangka
kerja asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Enjang ,AS. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung : Nuansa.

Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Afnuhazi, Ridhyalla. 2015. Komunikasi Terapeutik Dalam keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Gosyen Publishing

Badan PPSDM.2012. Modul pelatihan Kesehatan Jiwa Masyarakat.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Dermawan, D. 2013. Keperawatan Jiwa, Konsep dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Biru

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.

Yogyakarta: Nuha Medika

Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan


Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP
dan SP). Jakarta: Salemba Medika
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN GANGGUAN HARGA DIRI
RENDAH DI RUANG PERKASA RUMAH SAKIT JIWA HB.SAANIN PADANG

1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. I
Umur : 31 Tahun
Alamat : Ngabang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
Pendidika : SD
Pekerjaan : Petani

2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan disuruh ibu dan istri nya untuk melanjutkan berobat, sering menyendiri
dikamar, bicara sedikit, sulit komunikasi.
3. ALASAN MASUK
2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering menyendiri, membanting barang, bicara sedikit,
sulit komunikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah rawat jalan di
RSJ.HB.SAANIN PADANG
2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil
3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu ia jatuh dari
sepeda.
5. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – tanda vital :
 Tekanan darah : 130/80 mmHg
 Nadi : 84 x/menit
 Suhu : 36,5 ºC
 Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran :
 Tinggi badan : 169 cm
 Berat badan : 62 Kg
C. Kondisi Fisik :Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan
fisik.

6. PSIKOSOSIAL
A. Genogram

Keterangan:

:laki-laki :pasien

:perempuan :tinggal serumah


:meninggal

B. Konsep Diri
 Citra Tubuh: Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata karena
bisa melihat.
 Identitas : Klien mengatakan anak ke-5 dari 5 bersaudara.
 Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai anak.
 Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, merasa bosan dan
ingin bekerja lagi.
 Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain selain
ibu dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain, kurang
interaksi sosial.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah

C. Hubungan Sosial
 Orang yang dekat dengan klien adalah ibu, istri dan ke dua anak ny.
 Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering mengikuti gotong
royong didesanya.
 Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat jalan / berobat jalan
temannya berkurang karena klien malu berkomunikasi.
Masalah Kepeawatan : Menarik diri

D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis sholat klien
berdoa agar cepat sembuh.

7. STATUS MENTAL
A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, klien menggunakan baju yang disediakan
diRSJ.
B. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami.
C. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
D. Alam perasaan : Klien mengatakan bosan diRSJ ingin cepat sembuh dan pulang, klien
sedih belum bisa bertemu ibu ,istri dan kedua anak nya.
E. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
F. Interaksi selama wawancara: Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien
menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H. Pola Fikir : Tidak ada waham.
I. Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari jum’at
tanggal 28 november 2014 jam 10.30 WIB,hari berikutnya juga klien sadar hari sabtu
tanggal 12 januari 2014.
J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.

K. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh 20 – 15= 5


L. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan
atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi.
M. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit jiwa.

8. MEKANISME KOPING
A. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
B. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.

9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


A. Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari lingkungan
B. Masalah dengan kesehatan (-)
C. Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan kedua orang tua dan 2
saudaranya.
D. Masalah dengan Ekonomi: Kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya.

10. MASALAH KEPERAWATAN


A. Harga Diri Rendah
B. Menarik Diri
C. Koping Individu Tidak Efektif

11. POHON MASALAH


Menarik Diri _ _ _ _ ( Efek )

Harga Diri Rendah _ _ _ ( Core problem )

Koping Individu Tidak Efektif _ _ _ ( Causa / Penyebab )


12. DIAGNOSA KEPERAWATAN

TGL DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA INTERVE


KEPERAWATAN HASIL NSI
14- 01-13 Menarik Diri TUM  Klien ekspresi 1. Beri
berhubungan dengan -K-Klien dapat wajah salam /
harga Diri Rendah berhubungan bersahabat. panggil
 Klien nama
dengan orang lain
menunjukan rasa 2. yang
secara optimal. disukai
senang.
-Klien dapat 3. Jelaskan
 Klien mau
membina kontak mata. BHSP
hubungan saling  Klien mau dengan
percaya berjabat tangan. komunik
 Klien mau asi
membalas salam. terapeuti
 Klien mau k
duduk 4. Memper
berdampingan. kenalkan
diri
 dengan perawat.
dengan
 Klien mau
sopan
menyebut nama
5. Tanyaka
dan mau
n nama
mengutaraka
lengkap
masalah yang
dan
dihadapi.
panggila
n tujuan
6. Jujur dan
menepati
janji
7. Tunjukan
sikap
empati
dan
menerim
a klien
apa
adanya
8. Lakukan
kontak
singkat
tapi
sering
Klien dapat  Klien mampu 1. Diskusik
mengidentifikasi mengidentifikasi an
kemampuan dan kemampuan kemamp
yang dimiliki uan dan
aspek positif
 Aspek positif aspek
yang dimiliki positif
keluarga
 Aspek positif yang
lingkungan yang dimiliki
dimiliki klien 2. Hindarka
n dari
penilaian
yang
negatif
3. Utamakan
pemberian
pujian yang
realistic
Klien dapat Klien mampu 1. Diskusik
menilai menilai an
kemampuan yang kemampuan yang kemamp
uan yang
dimiliki dimiliki selama
dapat
sakit digunaka
n selama
sakit
2. Diskusik
an
kemamp
uan yang
dapat
ditunjuka
n
penggun
aannya
-Klien dapat Klien dapat 1. Rencana
menetapkan membuat rencana kan
perencanaan kegiatan harian bersama
klien
kegiatan sesuai
aktifitas
dengan yang
kemampuannya dapat
dilakuka
n setiap
hari
- Kegi
atan
man
diri
- Diba
ntu
seba
gian
- Den
gan
bant
uan
total
Tingkatkan
kegiatan
sesuai
dengan
toleransi
kondisi
klien

Beri contoh
cara
pelaksanaan
kegiatan
yang boleh
klien
lakuka.
-Klien dapat Klien melakukan 1. Beri kesempatan
klien untuk
melakukan kegiatan kegiatan yang
sesuai mencoba
sesuai kondisi sakit kegiatan yang
dengankondisi sakit
telah
dan kemampuannya dan kemampuannya
direncanakan
2. Beri pujian atas
keberhasilan
klien
3. Diskusikan
kemungkinan
melaksanakan
dirumah.
Klien dapat Klien melakukan 1.Beri kesempatan
melakukan kegiatan kegiatan yang klien untuk
mencoba kegiatan
sesuai kondisi sakit sesuai dengan yang telah
dan kemampuannya kondisi sakit dan direncanakan
2.Beri pujian atas
kemampuannya keberhasilan klien

3.Diskusikan
kemungkinan
melaksanakan
dirumah

Harga Diri Rendah


tutTUM  Klien mampu 1.Lakukan
-K-Klien dapat duduk pendekatan dengan
berhubungan
melakukan berdampingan baik, menerima
dengan Koping dengan perawat klien apa adanya
keputusan yang
Individu Tidak efektif untuk  Klien mampu dan bersikap
berbincang - empati
Efektif mengendalikan bincang dengan 2.Cepat
situasi kehidupan perawat mengendalikan
yang demikian  Klien mampu perasaan dan reaksi
menurunkan merespon perawatan diri
perasaan rendah diri tindakan perawat
sendiri misalnya
-Klien dapat rasa marah ,empati.
menbina hubungan 3.Sediakan waktu
untuk berdiskusi
terapeutik dengan dan bina hubungan
perawat yang sopan.
4.Berikan
kesempatan kepada
klien untuk
merespon.

Klien dapat  Klien dapat 1.Tunjukan


mengungkapkan emosional yang
mengenali dan
perasaannya sesuai
mengekspresikan  Klien mampu 2.Gunakan tekhnik
emosinya mengenali komunikasi
emosinya dan terapeutik terbuka,
dapat 3.Bantu klien
mengekspresika mengekspresikan
nnya perasaannya
4.Bantu klien
mengidentifikasikan
situasi kehidupan
yang tidak berada
dalam kemampuan
dan mengontrolnya
5.Dorong untuk
menyatakan secara
verbal perasaan –
perasaan yang
berhubungan
dengan ketidak
mampuannya.

Klien dapat  Klien dapat 1. Diskusikan


mengidentifikasi masalah yang
memodifikasi pola
pemikiran yang dihadapi klien
kognitif yang negative dengan
negative  Klien dpat memintanya untuk
menurunkan menyimpulkannya
penilaian yang 2.Identifikasi
negatifpada pemikiran negatif
dirinya. klien dan bantu
untuk menurunkan
melalui interupsi
dan substitusi
3.Evaluasi
ketetapan persepsi
logika dan
kesimpulan yang
dibuat klien
4.Kurangi penilaian
klien yang negatif
terhadap dirinya
5.Bantu klien
menerima nilai
yang dimilikinya
atau perilakunya
atau perubahan
yang terjadi pada
dirinya.

Klien dapat  Klien mampu 1.Libatkan klien


berpartisipasi dalam menentukan dalam menetapkan
mengambil kebutuhan untuk tujuan yang ingin
keputusan yang perawatan pada dicapai
berkenan dengan dirinya 2.Motivasi klien
perawatan dirinya  Klien dapat untuk membuat
berpartisipasi jadwal aktivitas
dalam perawatan dirinya
pengambilan 3.Berikan privasi
keputusan
sesuai kebutuhan
yang ditentukan

4.Berikan
reinsforcement
posotif tentang
pencapaian kegiatan
yang telah sesuai
dengan keputusan
yang ditentukannya
13. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DDS : Harga diri Rendah Menarik Diri
- Klien mengatakan
sering menunduk,
kurangnya
interaksi sosial
Do :

-Klien tampak menyendiri


2. DDS: Koping Individu Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan Tidak Efektif
teman berkurang
semenjak sakit
- Klien malu dengan
teman karena klien
merasa tidak pantas
diantara mereka
Do :

- Klien tampak malu


saat berbicara

14. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN


TANGGAL / NO IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM
4-4-2020/ JAM 1. Bina hubungan saling percaya S:
12.0 dengan :
 Menyapa klien dengan  Klien menjawab
ramah salam dan
 Memperkenalkan diri mengatakan selamat
dengan sopan pagi,menyebutkan
 Menanyakan nama lengkap nama dan alamat
serta alamat klien O:
 Menunjukan sikap empati,
jujur dan menempati janji  Klien mau berjabat
tangan
 Menanyakan masalah yang
dihadapi  Klien mau duduk
berdampingan
dengan perawat
 Klien mau
mengutarakan
masalahnya
A : SP 1 tercapai

Pp :

Lanjutkan SP 2 adakan
kontrak waktu
pertemuan berikutnya.

Pk :

Anjurkan klien untuk dapat


menyapa perawat jika
bertemu dan percaya jika
perawat akan membantu
masalah yang dihadapi
4-4-2021 / JAM 2. Bina hubungan terapeutik S:
15.30 dengan perawat dengan :
 Pendekatan dengan baik  Klien mau duduk
,menerima klien apa adanya berdampingan
 Mengidentifikasi perasaan dengan perawat
dan reaksi perawatan diri O:
sendiri
 Menyediakan waktu untuk  Klien mampu
bina hubungan yang sopan berbincang –
 Menberikan kesempatan bincang dengan
untuk merespon perawat
 Klien mampu
merespon tindakan
perawat.
A : SP 2 tercapai

P:

-Lanjutkan SP 3 adakan
kontrak waktu
pertemuan berikutnya.

-Anjurkan klien mampu


berkomunikasi,mampu
memulai berbicara dan
tidak janggung
5-4-2021/ JAM: 3. Mengidentifikasi kemampuan S:
13.00 dan aspek positif yang dimiliki
dengan :  Klien mengatakan
 Membantu cara penilaian
mengidentifikasi dengan positif tidak boleh
aspek yang positif berfikir jelek
 Mendorong agar terhadap orang
berpenilaian positif lain,sopan santun
 Membantu dan ramah yang
mengungkapkan diutamakan.
perasaannya O:

Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
A : SP 3 teratasi sebagian

P:

-lanjutkan SP 1 keluarga

-Anjurkan klien untuk


mempertahankan hubungan
saling percaya berinteraksi
secara terarah.

Anda mungkin juga menyukai