TENTANG
DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT yang masih memberikan
saya kesehatan, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini dengan judul
“Askep Jiwa Pada Klien Dengan Diagnosa Harga diri rendah”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa II.
Dalam makalah ini mengulas tentang”ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN KLIEN
HARGA DIRI RENDAH”.
Saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat saya harapkan
dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas
yang lain dan pada waktu mendatang.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
a. Pengertian
b. Rentang respon
c. Faktor penyebab
d. Tanda gejala
e. Proses terjadinya
f. Mekanisme koping
g. Penatalaksanaan
h. Prinsip tindakan keperawatan
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
1. Identitas
2. Alasan masuk
3. Faktor predisposisi
4. Pemeriksaan fidik
5. Psikososial
6. Hubungan sosial
7. Spiritual
8. Status mental
9. Kebutuhan persiapan pulang
10. Mekanisme kopin
11. Masalah psikososial
12. Pengetahuan
13. Aspek medis
b. Daftar Masalah
c. Pohon Masalah
d. Kemungkinan diagnosa keperawatan
e. Rencana keperawatan
f. Implementasi
g. Evaluasi
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUN
1. Latar Belakang
Menurut (Herman, 2011) gangguan jiwa adalah terganggunya kondisi mental atau
psikologi seseorang dipengaruhi dari faktor diri sendiri dan lingkungan. Hal-hal
yang dapat mempengaruhi prilaku manusia ialah keturunan dan konstitusi, umur
dan sex, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-isitadat,
kebudayaan dan kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan
dan kematian orang yang dicintai, rasa permusuhan hubungan antar
manusia.Gangguan jiwa menyebabkan pasien tidak sanggup menilai dengan baik
kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri untuk mencegah mengganggu orang
lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu perlu dilakukan asuhan
keperawatan jiwa.
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Penelitian World Health Organization (WHO) atau Badan
Kesehatan Dunia 2014 menunjukkan tidak kurang dari 450 juta penderita
mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan
jiwa saat ini, 25% diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu.
Gangguan jiwa yang mencapai 13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada
tahun 2030. Menurut WHO gangguan jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang di
dunia terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat dan alkohol
38juta epilepsi,25juta skizofrenia,serta hampir 1juta melakukanbunuhdiri di setiap
tahun,dan hamper ¾ beban global penyakit neuropsikiatrik didapati
berpenghasilan rendah dan menengah ke bawah.
Jumlah pasien gangguan jiwa di Indonesia saat ini menurut Riskesdas (2013)
adalah 236 juta orang dengan kategori gangguan jiwa ringan 6% dari populasi
dan 0,17% menderita gangguan jiwa berat, 14,3% diantaranya mengalami pasung.
Tercatat sebanyak 6% penduduk berusia 15,24 tahun mengalami gangguan jiwa.
Dari 34 provinsi di Indonesia, Sumatera Barat merupakan peringkat ke 9 dengan
jumlah gangguan jiwa sebanyak 50.608 jiwa dan prevalensi masalah skizofrenia
pada urutan ke-2 sebanyak 1.9 permil. Peningkatan gangguan jiwa yang terjadi
saat ini akan menimbulkan masalah baru yang disebabkan ketidakmampuan dan
gejala-gejala yang ditimbulkan olehpasien.
2. Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian harga diri rendah
2. Untuk menjelaskan rentang respond harga diri rendah
3. Untuk menjelaskan faktor penyebab harga diri rendah
4. Untuk menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah
5. Untuk menjelaskan proses terjadinya harga diri rendah
6. Untuk menjelaskan mekanisme koping harga diri rendah
7. Untuk menjelaskan penatalaksanaan harga diri rendah
8. Untuk menjelaskan prinsip tindakan keperawtan pada klien harga diri rendah
9. Untuk menjelaskan pengkajian asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
10. Untuk menjelaskan daftar masalah asuhan keperawatan pada klien harga diri
rendah
11. Untuk menjelaskan pohon masalah asuhan keperawatan pada klien harga diri
rendah
12. Untuk menjelaskan kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien harga diri
rendah
13. Untuk menjelaskan rencana keperawatan asuhan keperawatan pada klien harga
diri rendah
14. Untuk menjelaskan implementas asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
15. Untuk menjelaskan evaluasi asuhan keperawatan pada klien harga diri rendah
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
a. Pengertian Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif terhadap diri sendiri, hilangnya percaya diri
dan harga diri, merasa gagal dalam mencapai keinginan (Direja, 2011)
Aktualisasi diri konsep diri harga diri rendah difusi indentitas depersonalisasi
Keterangan:
a. Respon Adaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidak
seimbangan dalam diri sendiri.
b. Respon Maladaptif :
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak (destruktif)
dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam
diri sendiri.
c. Aktualisasi Diri :
f. Difusi Identitas :
Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang
berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
sdirinya dengan orang lain.
3. Faktor Penyebab (Etiologi)
1. Faktor predisposisi menurut stuart gail (2013)
b. Faktor psikologis
Pada pasien yang mengalami harga diri rendah, dapat ditemukan adanya
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, seperti penolakan dan harapan
orang tua yang tidak realisitis, kegagalan berulang, kurang mempunyai tanggung
jawab personal, ketergantungan pada orang lain, penilaian negatif pasien terhadap
gambaran diri, krisis identitas, peran yang terganggu, ideal diri yang tidak
realisitis, dan pengaruh penilaian internal individu.
Menurut Kemenkes RI (2012) faktor presipitasi harga diri rendah antara lain:
e. Sulit bergaul
a. Jangka pendek
1) Menutup identitas
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. (Nurarif dan Hardhi, 2015, p. 56).
b. Terapi hubungan interpersonal
Menurut Enjang (2009, p. 68) Hubungan interpersonal adalah komunikasi antar
orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta menangkap
langsung baik secara verbal maupun secara tatap muka.
8.Prinsip tindakan keperawatan harga diri rendah
1. Beneficence (Berbuat Baik)
Prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat
mencegah kesalahan atau kejahatan.Contoh perawat menasehati klien tentang
program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum, tetapi perawat
menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan risiko serangan jantung.
2. Justice (Keadilan)
Nilai ini direfleksikan dalam praktik profesional ketika perawat bekerja untuk
terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas sendirian
dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang memerlukan
bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor dalam
faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Veracity (Kejujuran)
Nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki oleh seluruh
pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia klien untuk
meyakinkan agar klien mengerti.Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif.Kebenaran merupakan dasar membina hubungan
saling percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan
informasi yang ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai
macam fraktur karena kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan
tersebut dan meninggal dunia.Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan
suaminya.Dokter ahli bedah berpesan kepada perawat untuk belum
memberitahukan kematian suaminya kepada klien perawat tidak mengetahui
alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan menyampaikan intruksi dokter
harus diikuti.Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh konflik kejujuran.
6. Confidentiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien.Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien.Diskusi tentang klien
diluar area pelayanan harus dihindari.
7. Accountability (Akuntabilitasi)
Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.Contoh perawat
bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman sejawat,
karyawan, dan masyarakat.Jika perawat salah memberi dosis obat kepada klien
perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi
tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status
kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien,
serta merumuskan diagnosa keperawatan. Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien agar
dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien baik mental, sosial, dan lingkungan (Keliat,2011)
1. Identitas pasien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan,
status marital, suku/bangsa, alamat, nomor rekam medis, ruang rawat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, diagnosa medis, dan identitas
penanggung jawab.
2. Keluhan utama/alasan masuk
Biasanya pasien datang ke rumah sakit jiwa atau puskesmas dengan alasan masuk
pasien sering menyendiri, tidak berani menatap lawan bicara, sering menunduk
dan nada suara rendah.
3. Faktor predisposisi
a) Riwayat gangguanjiwa
4.Pemeriksaan fisik
Tanda tanda vital:Biasanya tekanan darah dan nadi pasien dengan harga diri
rendah meningkat.
5.Psikososial
a) Genogram
(1) Gambarandiri
Biasanya pasien dengan harga diri rendah merasa tidak berdaya dan
rendah diri sehingga tidak mempunyai status yang di banggakan
atau diharapkan di keluarga maupun di masyarakat.
(3) Peran
Biasanya pasien mengalami penurunan produktifitas, ketegangan peran
dan merasa tidak mampu dalam melaksanakan tugas.
6. Hubungan sosial
(1) Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau
meminta dukungan
(2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam
7.Spritual
8.Status mental
(1) Penampilan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah penampilannya tidak rapi,
tidak sesuai karena klien kurang minta untuk melakukan perawatan
diri. Kemuduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat
merupakan tanda adanya depresi atau skizoprenia.
(2) Pembicaraan
Afek pasien biasanya tumpul yaitu klien tidak mampu berespon bila
ada stimulus emosi yangbereaksi.
(6) Interakasi selama wawancara
a) Makan
Biasanya pasien makan 3 kali sehari dengan lauk pauk dan sayuran
Biasanya pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun, menyikat gigi dan
pasien selalu mencuci rambutnya setiap 2 hari 1 kali. Klien menggunting
kuku setiap kuku pasien dirasakanpanjang.
d).Berpakaian
Biasanya pasien tidur siang setelah makan siang lebih kurang 2 jam, dan
pada malam hari pasien tidur lebih kurang 7-8 jam. Terkadang pasien
terbangun dimalam hari karena halusinasinya muncul.
f).Penggunaan obat
Biasanya pasien minum obat 3 kali dalam sehari, cara pasien meminum
obatnya dimasukkan kemudian pasienmeminum air. Biasanya pasien
belum paham prinsip 5 benar dalam meminum obat.
g).Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien akan melanjutkan obat untuk terapi dengan dukungan dari
keluarga serta petugas kesehatan dan orang disekitarnya.
h).Aktivitas di dalam rumah
10.Mekanisme koping
Pasien dengan harga diri rendah biasanya menggunakan mekanisme koping maladaptif
yaitu dengan minum alkohol, reaksi lambat, menghindar dan mencederai diri.
11.Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien dengan harga diri rendah tidak mengetahui penyakit jiwa yang ia
alami dan penatalaksanaan program pengobatan.
13.Aspek medik
Biasanya pasien dengan harga rendah perlu perawatan dan pengobatan yang tepat.
Pasien dengan diagnosa medis Skizofrenia biasanya klien mendapatkan
Clorpromazine 1x100 mg, Halloperidol 3x5 mg, Trihexy penidil 3x2 mg, dan
Risporidon 2x2 mg.
b.daftar masalah
1. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan
Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan
masalah.
c.pohon masalah
3. Isolasisosial
4. Defisit PerawatanDiri
e.rencana tindak keperawatan
(5) Membantu pasien memilih salah satu kegiatan yang dapat dilakukan saat
ini untukdilatih
(6) Melatih kegiatan yang dipilih oleh pasien (alat dan caramelakukannya)
(7) Memasukkan kegiatan yang telah dilatih pada jadwal kegiatan untuk
dilatih dua kali per hari
(6) Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan: dua kegiatan, masing-
masing dua kali perhari
c) Strategi pelaksanaan ketiga pasien: latihan kegiatan ketiga
(6) Memasukan pada jadwal kegiatan untuk latihan: empat kegiatan masing-
masing dua kali perhari.
f.Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan prioritas yang telah dibuat dimana
tindakan yang diberikan mencakup tindakan mandiri maupun kolaboratif (Damaiyanti, 2014).
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan perawat perlu
menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan
kondisi klien pada saat ini (here and now) dan sebelumnya harus dilakukan kontrak dengan
klien.
g.Evaluasi
Evaluasi adalah tahap kelima atau terakhir dalam proses keperawatan. Penilaian terakhir
pada proses keperawatan yang ditetapkan, penetapan keberhasilan asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang sudah ditetapkan, yaitu terjadi
adaptasi pada individu (Nursalam, 2016).
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Setiap perubahan situasi kehidupan baik positif maupun negatif dapat
mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan psikososial seperti konflik yang
dialami sehingga berdampak sangat besar terhadap kesehatan jiwa seseorang yang
berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa (Keliat, 2011).
Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat
adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dan bertingkah laku.
Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan(Muhith,2011).
dapat menarik kesimpulan bahwa dalam malakukan perawatan jiwa sangat penting
sekali membina hubungan saling percaya dan juga membutuhkan kolaborasi yang baik
dengan tenaga medis (dokter dan perawata), keluarga dan juga lingkungan (tetangga dan
masarakat) terapeutik, agar semua maksud dan tujuan klien dirawat maupun perawat yang
merawat tercapai.
B.Saran
1. Klien
- Libatkan klien dalam aktivitas positif
- Minum obat secara rutin dengan prinsip 5B
- Memahami aspek positif dan kemampuan yang dimilikinya
- Berlatih untuk berinteraksi dengan orang lain
2. Keluarga
- Mau dan mampu berperan serta dalam pemusatan kemajuan klien
- Membantu klien dalam pemenuhan aktivitas positif
- Menerima klien apa adanya
- Hindari pemberian penilaian negatif
3. Perawat
- Lebih mengingatkan terapi theraupetik terhadap klien
- Menyarankan keluarga untuk menyiapkan lingkungan dirumah
- Meningkatkan pemenuhan kebutuhan dan perawatan klien
- Memberi reinforcement
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden dan Rusdi. (2013) Keperawatan jiwa; konsep dan kerangka
kerja asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Enjang ,AS. 2009. Komunikasi Konseling. Bandung : Nuansa.
Fitria Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
1. PENGKAJIAN
A. Identitas Klien
Nama : Tn. I
Umur : 31 Tahun
Alamat : Ngabang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
Pendidika : SD
Pekerjaan : Petani
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan disuruh ibu dan istri nya untuk melanjutkan berobat, sering menyendiri
dikamar, bicara sedikit, sulit komunikasi.
3. ALASAN MASUK
2 bulan sebelum masuk RSJ klien sering menyendiri, membanting barang, bicara sedikit,
sulit komunikasi, bicara sendiri dan sulit tidur.
4. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Klien pernah mengalami gangguan jiwa ±3 tahun yang lalu, pernah rawat jalan di
RSJ.HB.SAANIN PADANG
2. Kontrol tidak rutin, pengobatan kurang berhasil
3. Klien mengatakan bahwa didalam keluarganya tidak ada anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
4. Klien mempunyai pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan yaitu ia jatuh dari
sepeda.
5. PEMERIKSAAN FISIK
A. Tanda – tanda vital :
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5 ºC
Pernafasan : 26 x/menit
B. Ukuran :
Tinggi badan : 169 cm
Berat badan : 62 Kg
C. Kondisi Fisik :Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan
fisik.
6. PSIKOSOSIAL
A. Genogram
Keterangan:
:laki-laki :pasien
B. Konsep Diri
Citra Tubuh: Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai adalah mata karena
bisa melihat.
Identitas : Klien mengatakan anak ke-5 dari 5 bersaudara.
Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai anak.
Ideal diri : Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang, merasa bosan dan
ingin bekerja lagi.
Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan orang lain selain
ibu dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika berada diantara orang lain, kurang
interaksi sosial.
Masalah Keperawatan : harga diri rendah
C. Hubungan Sosial
Orang yang dekat dengan klien adalah ibu, istri dan ke dua anak ny.
Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien sakit sering mengikuti gotong
royong didesanya.
Hambatan dalam hubungan dengan orang lain: selama klien rawat jalan / berobat jalan
temannya berkurang karena klien malu berkomunikasi.
Masalah Kepeawatan : Menarik diri
D. Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, jika sholat klien shabis sholat klien
berdoa agar cepat sembuh.
7. STATUS MENTAL
A. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, klien menggunakan baju yang disediakan
diRSJ.
B. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat dipahami.
C. Aktivitas Motorik : Klien labih banyak menunduk, aktivitas klien menyesuaikan.
D. Alam perasaan : Klien mengatakan bosan diRSJ ingin cepat sembuh dan pulang, klien
sedih belum bisa bertemu ibu ,istri dan kedua anak nya.
E. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
F. Interaksi selama wawancara: Kontak mata kurang karena menunduk,sesekali klien
menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
G. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
H. Pola Fikir : Tidak ada waham.
I. Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat pengkajian, hari jum’at
tanggal 28 november 2014 jam 10.30 WIB,hari berikutnya juga klien sadar hari sabtu
tanggal 12 januari 2014.
J. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa lalunya.
8. MEKANISME KOPING
A. Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
B. Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
C. Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.
Beri contoh
cara
pelaksanaan
kegiatan
yang boleh
klien
lakuka.
-Klien dapat Klien melakukan 1. Beri kesempatan
klien untuk
melakukan kegiatan kegiatan yang
sesuai mencoba
sesuai kondisi sakit kegiatan yang
dengankondisi sakit
telah
dan kemampuannya dan kemampuannya
direncanakan
2. Beri pujian atas
keberhasilan
klien
3. Diskusikan
kemungkinan
melaksanakan
dirumah.
Klien dapat Klien melakukan 1.Beri kesempatan
melakukan kegiatan kegiatan yang klien untuk
mencoba kegiatan
sesuai kondisi sakit sesuai dengan yang telah
dan kemampuannya kondisi sakit dan direncanakan
2.Beri pujian atas
kemampuannya keberhasilan klien
3.Diskusikan
kemungkinan
melaksanakan
dirumah
4.Berikan
reinsforcement
posotif tentang
pencapaian kegiatan
yang telah sesuai
dengan keputusan
yang ditentukannya
13. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DDS : Harga diri Rendah Menarik Diri
- Klien mengatakan
sering menunduk,
kurangnya
interaksi sosial
Do :
Pp :
Lanjutkan SP 2 adakan
kontrak waktu
pertemuan berikutnya.
Pk :
P:
-Lanjutkan SP 3 adakan
kontrak waktu
pertemuan berikutnya.
Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya
A : SP 3 teratasi sebagian
P:
-lanjutkan SP 1 keluarga