OLEH :
OLEH :
Oleh
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Penguji Pada
Oleh
NAHG£AVDYAUTAMA
LULUS
Tim Penguj i Akhir
ABSTRAK
Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah Kota Bukittinggi tahun 2017 adalah
1.44%, dimana ditemukan 35 bayi dengan berat badan lahir <2500 gram 42 dari 2.427
bayi yang lahir. Pada tahun 2018 angka kejadian BBLR di RSUD dr. Achmad Mochtar
Bukittinggi sebanyak 390 orang. Tujuannya mampu memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif pada BBLR dengan penerapan development care. Metode ini
dilakukan dengan asuhan keperawatan pada bayi Ny. S dengan intervensi penerapan
development care. Hasil menunjukkan bahwa masalah pola nafas tidak efektif dapat
teratasi pada hari keempat dengan pernafasan 58 x/i. Disimpulkan bahwa dari
implementasi yang sudah dilakukan, terdapat adanya pengaruh development care
terhadap masalah pola nafas tidak efektif pada bayi BBLR, hal ini dapat dilihat dari
evaluasi yang telah dilakukan yang menunjukkan masalah dapat teratasi dengan
implementasi yang sudah dilakukan. Diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan
masukan untuk Rumah Sakit guna Diharapkan dapat menambah referensi di Stikes
Perintis pada bidang obsetrik dan ginekologi. Selain itu dapat digunakan sebagai bahan
referensi untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai BBLR dalam penerapan
development care.
ABSTRACT
The percentage of babies with low birth weight in the City of Bukittinggi in 2017 is
1.44%, where 35 babies with birth weight <2500 gram 42 out of 2,427 babies born. In
2018 the incidence of LBW in RSUD dr. Achmad Mochtar Bukittinggi totaling 390
people. The aim is to be able to provide comprehensive nursing care for LBW with the
application of development care. This method is carried out with nursing care for babies.
S with development care implementation intervention. The results showed that the
problem of ineffective breathing patterns could be resolved on the fourth day with
breathing 58 x / i. It was concluded that from the implementation that has been done,
there is the influence of development care on the problem of ineffective breathing
patterns in LBW infants, this can be seen from the evaluation that has been done which
shows the problem can be overcome with the implementation that has been done. t is
hoped to be a reference material and input for hospitals to be expected to be able to add
references in Pioneer Stikes in the field of obstetrics and gynecology. Moreover, it can be
used as reference material to conduct further research on LBW in the application of
development care.
Agama : Islam
Ayah : Nelayan
Riwayat pendidikan
Assalamu’alaikumWr.Wb
Puji syukur saya panjatkan kepadaAllah SWT, karena atas berkah dan rahmat-
Nya, saya dapat menyelesaikan KIA-N yang berjudul “Analisis Praktek Klinik
Pada Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah”. Dalam penyusunan KIA-N,
penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, maka dari
2. Ibu Ns. Mera Delima, M. Kep, selaku Ketua Prodi Profesi Ners STIKes
Perintis Padang
4. Bapak dan ibu staf pengajar Prodi Profesi Ners STIKes Perintis Padang.
baik secara moril maupun materil serta doa dan kasih sayang yang tulus
dalam mencapai cita-cita sehingga penulis lebih bersemanagat dalam
mungkin.
agar tulisan ini menjadi lebih baik, penulis menyadari bahwa KIA-N ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis dengan senang hati
Wassalamu’alaikumWr.Wb
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................1
1.2 Rumusan masalah….............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum...........................................................................6
1.3.2 Tujuan Khusus..........................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................7
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Profil Lahan Praktek.............................................................................55
4.2 Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait Dan Konsep Kasus
Terkait....................................................................................................56
4.2.1 Pengkajian....................................................................................56
4.2.2 Diagnosa Keperawatan................................................................58
4.2.3 Intervensi Keperawatan...............................................................60
4.2.4 Implementasi...............................................................................62
4.2.5 Evaluasi.......................................................................................63
4.3 Analisis Intervensi Dengan Konsep dan Penelitian Terkait.................63
4.4 Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan......................................66
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan.............................................................................................67
6.2 Saran.......................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Menurut Williamson & Kenda, 2013 Berat bayi lahir rendah didefinisikan
sebagai bayi yang mempunyai berat badan 2500 gram atau kurang saat
lahir. Bayi berat badan lahir rendah merupakan bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 1500-2500 gram (Marmi & Kukuh, 2015). Berdasarkan
teori di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa BBLR merupakan bayi
dengan berat badan yang kurang dari 2500 gram - 1500 gram dan umur
besar dua kali lipat dari negara maju (7%). Pada tahun 2013 sekitar 22 juta
bayi yang dilahirkan di dunia, dimana 16% diantaranya lahir dengan berat
BBLR (11,1%), setelah negara India (27,6%) dan juga negara Afrika
Selatan (13,2%). Selain itu, Indonesia (11,1%) juga menjadi negara kedua
dari tahun 2010 yaitu sebesar 11,1% namun perubahannya tidak terlalu
Barat pada tahun 2015 bahwa kejadian BBLR di Sumbar sebanyak 1.376
kasus dari 58.529 kelahiran yang hidup (2,35 %) kejadian ini mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu bayi dengan BBLR 1.493 kasus
kejadian BBLR sangat bervariasi dari berbagai daerah. Pada tahun 2018,
dari 93.472 bayi lahir yang hidup, terdapat 2.066 (2,2%) bayi dengan
BBLR pada tahun 2018. Persentase bayi dengan berat badan lahir rendah
dengan berat badan lahir <2500 gram 42 dari 2.427 bayi yang lahir. Pada
alat tubuh yang belum lengkap seperti bayi matur, oleh karena itu ia
mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Jika
darah, system imunologik, dan sistem imaturitas. Dalam hal ini, perawat
mendukung kelangsungan hidup bayi berat lahir rendah. Namun disatu sisi
Kondisi stres yang dialami bayi berat badan lahir rendah yang sedang
yang demikian dapat terlihat dari perilaku yang ditampilkan bayi, termasuk
didalamnya berbagai perubahan secara fisiologis, aktivitas motorik, dan
Perilaku dari stimulus yang berlebihan akan berespon terhadap bayi berat
memiliki hasil yang lebih baik secara jangka pendek maupun jangka
Bayi berat lahir rendah yang sebagian besar adalah bayi prematur, selain
care terhadap status oksigenasi pada bayi dengan berat badan lahir rendah.
oksigenasi.
Mochtar Bukittinggi.
Bukittinggi.
BBLR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Berat bayi lahir rendah merupakan bayi yang memiliki berat badan yang
kurang dari 2500 gram saat lahir (Williamson & Kenda, 2013). BBLR
merupakan bayi yang lahir dengan kurang dari 2500 gram tanpa memandang
masa gastasi berat lahir (Hanifah, 2010). Bayi BBLR merupaka bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia
mengubah istilah bayi prematur (premature baby) menjadi berat bayi lahir
rendah dan lansung mengubah kriteria BBLR yang sebelumnya ≤2500 gram
bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram - 1500 gram dan umur
Pada bayi dengan berat 900 g alveoli cenderung kecil dengan adanya
matur dan bayi lebih besar berat badannya, maka akan semakin besar
tidak ada preterm yang terkecil relaks batuk. Hal ini dapat mengarah
timbulnya akibat yang serius. Saluran hidung sangat sempit dan cidera
terhadap mukosa nasal mudah terjadi. Hal ini penting untuk diingat
bayi yang baru lahir dan bayi preterm. Pada bayi baru lahir sewaktu
b. Sistem sirkulasi
Jantung saat lahir secara relatif kecil, pada beberapa bayi pre-term
akan bekerja lemah dan lambat. Dinding pembuluh darah juga lemah
Tekanan sistolik pada bayi aterm sekitar 80 mmhg dan pada bayi pre-
c. Sistem pencernaan
dan menghisap, bayi yang paling kecil cenderung tidak mampu untuk
terjadi. Hal ini disebabkan karena spingter pilorus yang secara relatif
pencernaan itu sendiri. Lambung dari bayi dengan berat 900 gram
d. Sistem urinarius
fungsi ginjal akan kurang efisien, dan bahan terlarut yang juga rendah.
fungsi vital, suhu tubuh, pernafasan, dan pusat reflek. Pada bayi
prematur yang ditemukan reflek leher tonik dan reflek moro di, tetapi
2.1.3 KLASIFIKASI
yaitu :
b. Berat bayi lahir sangat rendah dengan berat badan lahir 1000–1499
gram.
c. Berat bayi lahir ekstrem rendah dengan berat badan lahir < 1000 gram
Berdasarkan masa usianya, BBLR di bagi lagi menjadi dua bagian yaitu
sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan
sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan. Kulit tipis, kepala
relatif lebih besar dari badannya, lemak subkutan kurang, transparan,
dengan berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya untuk
usia kehamilan.
2.1.4 ETIOLOGI
BBLR banyak disebabkan oleh kelahiran prematur. Faktor lain dari ibu
a. Faktor ibu
1) Penyakit
berat,
Bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < 15 Tahun atau >
narkotika.
b. Faktor Janin
kembar/ganda (gemeli).
c. Faktor Lingkungan
a. Prematuriktas Murni
kurang dari 33 cm, panjang badan kurang 45 cm, dan lingkar dada
banyak
13) Banyak tidur, tangis lemah, pernapasan tidak teratur dan sering
mengalami apnue
b. Dismastur
Posterm:
l. Kepala tidak mampu tegak, fungsi saraf belum/ tidak efektif dan
tangisan lemah
2.1.6 PATOFISIOLOGI
Akibat berbagai dari berat badan lahir rendah yaitu faktor yaitu, faktor ibu,
faktor janin dan faktor lingkungan. Faktor ibu seperti penyakit yang diderita
ibu, usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun atau kurang dari 16 tahun,
keadaan sosial ekonomi. Adapun dari berbagai Faktor janin seperti kelainan
akan mengalami gangguan dan suplai makanan ke bayi jadi berkurang yang
badan lahir yang belum cukup dari 2500 gram. Jika hal tersebut terjadi,
Penyebab dari BBLR juga oleh hamil dengan infeksi dalam rahim,
menyebabkan bayi lahir dengan berat 2500 gram dengan panjang tidak
kurang dari 30 cm, banyaknya rambut lanugo, lemak kurang, pernapasan tak
Prematur Dismatur
BBLR
a. Radiologi
1) Pada umur 8 jam dapat dimulai foto thoraks pada bayi baru lahir
2) Pada umur 2 hari USG kepala terutama pada bayi dengan usia
yang terbuka.
b. Laboratorium
1) Pada hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis ) terdapat
23.000-24.000/mm3,
6) Pemeriksaan AGD
2.1.10 PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Penanganan bayi
lahir rendah. Jika suhu rectal dipertahankan antara 35,50 C s/d 370
dan bayi berat rendah juga harus diasuh dalam suatu suhu
diperlukan jika bayi berat rendah dirawat dalam suatu tempat tidur
yang terbuka. Untuk bayi yang berat sekitar 2000 gram maka suhu
1,7 kg dan 32,20C untuk bayi yang lebih kecil. Untuk pernafasan
telanjang, hal ini agar bayi dapat bergerak tanpa dibatasi pakaian,
4) Pemberian oksigen
5) Pencegahan infeksi
b. Medis
hiperbilirubinemia.
2.1.11 KOMPLIKASI
mekonium
d. Asfiksia neonetorum.
lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 berhubungan
lebih lengkap dalam pola yang teratur dan dapat dibayangkan sebagai hasil
Otak bayi akan berkembang hingga bayi lahir dan akan terus berlanjut
hingga usia 3 tahun, akan tetapi perkembangan otak akan terganggu ketika
seroang bayi harus lahir prematur. (Horner, 2012). Bayi prematur dengan
stres pada bayi berat lahir rendah dengan pemberikan stimulus yang
berlebihan.
a. Mengurangi stress
perkembangan saraf
selimut atau kain penutup dan memakaikan penutup pada mata bayi, hal
ada beberapa bayi yang tidak stabil apabila dipindahkan secara tiba-tiba
dan apabila terjadi pergerakan yang tidak teratur maka bayi harus
c. Untuk mengurangi stress maka posisi bayi harus dibantu dengan cara
miring dan fleksi pada tulang belakang, hal ini dilakukan terutama
nyeri pada bayi saat dilakukan prosedur invasif (Buonocore & Bellieni,
2008). Dengan dilakukan pembedongan respon fisiologis dan perilaku
atau kain yang diletakkan pada tempat tidur bayi bagian bawah untuk
Dalam Bobak, dkk (2005) disebutkan pula bahwa posisi fleksi bayi baru
suhu lingkungan. Bayi baru lahir memiliki rasio permukaan tubuh besar
kehilangan panas.
f. Skin to skin contact dan pijatan sesaat, prosedur ini dapat menurunkan
stress pada bayi premature. Kontak kulit pasif antara ibu dan bayi secara
regular dapat meringankan stress. Orang tua dalam hal ini ibu atau ayah
Kondisi stress dan periode istirahat dan tidur yang terganggu pada bayi
tidur merupakan fase yang terpenting bagi bayi karena selama fase ini
terjadi sekresi hormon pertumbuhan dan imunitas tubuh. Selain itu pada fase
panjang serta preserfasi plastisitas saraf otak sehingga akan terjadi maturasi.
Plastisitas otak sendiri berperan dalam proses belajar, adaptasi, respon dan
Perkembangan otak akan terganggu ketika seorang bayi harus lahir prematur
hanya tergantung pada faktor endogen saja tetapi juga dipengaruhi oleh
input sensori dan pengalaman. Oleh karena itu pemberian perawatan pada
bayi dapat mempengaruhi struktur otak dan perilaku selama periode sensitif
berkembang, dan paling rentan terjadi saat bayi berada di NICU (Browne,
2007).
Bayi berat lahir rendah seringkali mengalami beberapa masalah pada
periode segera setelah lahir sebagai akibat karakteristik organ yang belum
2.3.1 Pengkajian
a. Biodata
dan alamat)
b. Keluhan Utama
c. Riwayat kesehatan
BBLR.
1) Riwayat prenatal
2) Riwayat natal
kuning kehijauan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Bayi BBLR memiliki berat kurang dari 2500 gram, panjang badan
APGAR 0 1 2
Appearance (Warna Pucat Badan merah, Seluruh tubuh
kulit) ekstremitas biru kemeraha-
merahan
Pulse Rate Tidak ada < 100 >100
(Frekuensi nadi)
Grimace (Reaksi Tidak ada Sedikit gerakan Batuk atau
rangsang) mimik bersin
(grimace)
Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif
(Tonus otot) dalam sedikit
fleksi
Respiration (Pernafasan) Tidak ada Lemah atau Baik atau
tidak teratur menangis
Sumber : (Sondakh, 2013 : 158)
Keterangan :
daripada badan, dan tulang rawan dan daun telinga imatur, batang
hidung cekung, hidung pendek mencuat, bibir atas tipis, dan dagu
Dada
Paru-paru
substernal).
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Penonjolan abdomen, tali pusat berwarna kuning
kehijauan.
setelahkelahiran.
Genetalia
sempurna dengan ruga yang kecil, dan testis tidak turun ke dalam
skrotum.
Anus
Ektremitas
Kulit (intergumen)
Menelan
Ekstrusi
Moro
Glabellar “blink”
Palmar grasp
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
Plantar grasp
Pada bayi normal jari bayi akan melekuk di sekeliling benda dan
Tanda babinski
dorsofleksi ibu jari kaki bila satu sisi kaki di gosok dari tumit ke
atas melintasi bantalan kaki pada respon normal bayi, namun pada
defisit SSP tidak ada respon yang terjadi pada pemeriksaan tanda
babinski.
Diagnosa yang dapat ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan
BBLR yaitu:
imaturitas
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang
kurang.
2.3.4 IMPLEMENTASI
2.3.5 EVALUASI
tujuan dan kriteria hasil, klien bias keluar dari siklus proses keperawatan.
Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali kedalam siklus tersebut mulai
untuk :
\
BAB III
GAMBARAN KASUS
By.Ny S lahir pada tanggal 30 Desember 2018 bayi lahir dengan spontan
riwayat ibu dengan DM dengan BB 2200 gram, panjang badan 42 cm, apgar
score 5/6 dengan usia gestasi 33-34 minggu. Pada saat pengkajian bayi di
rawat dalam inkubator yang terpasang CPAP dengan fio2 :21 dan PEEP : 5
mmhg, bayi juga terpasang saturasi ditangan sebelah kanan, suhu bayi 36,3
o
C, pernafasan 64 x/i, akral teraba dingin. Bayi juga terpasang OGT. Pada
ekstremitas bawah. Hasil laboratorium HGB 15,6 mg/dl terletak dalam batas
normal, RBC 4,91 (10^6/Ul) dalam batas normal, dan leukosit 13,27
(10^3/Ul) yang tinggi dari angka normal, dengan diagnosa medis adalah
BBLR.
3.2.1 Pengkajian
a. Data demografi
Pada saat pengkajian hari Selasa, 1 Januari 2019 jam 08.00 Wib.
Bayi berinisial By. Ny. S dengan jenis kelamin laki-laki lahir pada
44
BBLR. Penanggung jawab yaitu orang tua kandung bernama Ny S
yang terpasang CPAP dengan fio2 :21 dan PEEP : 5 mmhg, bayi
juga terpasang saturasi ditangan sebelah kanan, suhu bayi 36,3 oC,
mg/dl terletak dalam batas normal, RBC 4,91 (10 ^6/Ul) dalam
batas normal, dan leukosit 13,27 (10^3/Ul) yang tinggi dari angka
normal
berat lahir 2200 gram, panjang 42 cm. By. Ny. S lahir secara
spontan, apgar score 5/6, bayi sesak nafas, cupung hidung ada,
akral bayi teraba dingin 36,30C, daya hisap lemah. Bayi terpasang
OGT.
c. Riwayat Sosial
terhadap hospitalisai, hal ini dilihat dari kedua orang tua ingin
bayinya karna ASI Ny. S sedikit keluar dan Ny. S hanya bisa
dalam batas normal, RBC 4,91 10^6/Ul juga dalam batas nomal,
HCT 46,5 % juga dalam batas normal, dan pada WBC 13,27
IVFD kogtil10 gtt permenit, zamel 0,3 cc, ampicilin 120 mg 2x1,
gantamicin 1x1.
Pernafasan menggunakan
cuping hidung
Terdapat sianosis pada
tubuh bayi
Saturasi O2: 90 %
RR : 64 x/menit
Nadi : 148 x/menit
2 Ds :- Fluktasi suhu Hipotermi
lingkungan
Do :
Do:
3.2.3 Intervensi
nic. Pada diagnosa yang pertama pola nafas tidak efektif b/d
nafas, monitor respirasi dan status O2, pertahankan jalan nafas yang
panas.
bilirubin.
3.2.4 Implementasi
(146 x/i), dan menghitung frekuensi pernafasan bayi (64 x/i), pada
pada bayi dengan cara menekan tumit bayi didapatkan CRT >2
warna kulit bayi, memantau hasil labor bayi. WBC pada tanggal 1
Januari 13,27/mm3 dan pada tanggal 3 Januari 201 WBC sudah
tanda vital bayi dengan data (nadi : 146 x/i, suhu : 36,2 oC, RR : 61
2.2.5 Evalusi
: 148 x/i, akral bayi teraba dingin, bayi masih dalam inkubator,
mulai berkurang.
care dapat berpengaruh baik terhadap pola nafas dan suhu tubuh
bayi.
BAB IV
PEMBAHASA
rumah sakit rujukan tipe B. Di RSUD Dr. Achmad Mochtar banyak terdapat
ruangan salah satunya adalah ruangan perinatologi, dimana ruangan ini terdiri
dari ruangan NICU/PICU dan ruangan gabung bersama pasien dan ibu
perinatologi jumlah BBLR tiap tahunnya meningkat. Pada tahun 2018 ini
Sayang Bayi (BaSaBa). Inovasi yang masuk Top 99 dan Top 40 Inovasi
langsung kulit ibu dengan bayi untuk memberikan kehangatan kepada bayi,
sehingga bayi merasakan seperti di dalam rahim dan jauh terhindar dari
stressor dari luar. “Bedanya, dalam inovasi ini dilakukan oleh sang ayah.
55
4.2 Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep Terkait Dan Konsep
Kasus Terkait
4.2.1 Pengkajian
Dimulai dari data yang didapatkan saat pengkajian bayi masuk dengan
diagnosa medis BBLR dengan berat badan bayi 2200 gram dengan usia
gestasi 33-34 minggu. Sedangkan menurut teori bayi berat lahir rendah
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. Bayi yang
Pada hasil pengkajian By. Ny. S berusia 3 hari terpasang CPAP dengan
90%, nadi : 148 x/menit, data ini sesuai dengan tanda gangguan pola nafas
tidak efektif pada bayi. Hasil wawancara dengan salah satu perawat
penurunan suhu tubuh dan pola nafas yang tidak efektif. Hal ini
CPAP karena bayi sering kali mengalami sesak nafas, dan kadang-kadang
juga apneu.
By. Ny. S seringkali mengalami masalah gangguan pola nafas, hal tersebut
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah menurut
Proverawati dan Ismawati, (2010) yaitu Faktor ibu, faktor janin, faktor
plasenta dan faktor lingkungan. Salah satu dari faktor ibu adalah melalui
imaturitas
kurang.
toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah sehingga mudah
kandungan ibu, bayi berada pada suhu lingkungan 36°C- 37°C dan
akibat jaringan lemak dibawah subkutis sangat tipis hal ini disebabkan
melalui aliran darah apabila otak bayi terdapat keadaan berat lahir
4.2.3 Intervensi
keperawatan yang telah disusun oleh NANDA NIC NOC, dalam hal ini
pernafasan.
care.
suhu secara kontinyu, monitor TTV bayi, monitor warna dan suhu
development care.
invasif
organisme pathogen. Pada bayi prematur dan bblr sistem imun sebagai
tanda dan gejala infeksi, monitor hitung granulosit dan WBC, Batasi
panas, drainase.
Intervensi yang penulis ambil yaitu : pasang foto therapy dan eye
protector, ukur tanda tanda vital, jaga kehangatan bayi, beri minum
4.2.4 Implementasi
sebagai berikut :
c. Resiko infeksi dapat teratasi pada hari ke 3, hal ini di dukung dengan
development care terhadap masalah pola nafas tidak efektif pada bayi BBLR,
hal ini dapat dilihat dari evaluasi yang telah dilakukan yang menunjukkan
akan mengganggu proses perkembangan saraf otak. Fase tidur merupakan fase
yang terpenting bagi bayi karena selama fase ini terjadi sekresi hormon
pertumbuhan dan imunitas tubuh. Selain itu pada fase tidur terjadi pula
plastisitas saraf otak sehingga akan terjadi maturasi. Plastisitas otak sendiri
berperan dalam proses belajar, adaptasi, respon dan regulasi stimulus yang
nafas ini didasarkan pada tujuan development care itu sendiri yaitu dapat
mengurangi stress pada bayi. Bayi berat lahir rendah seringkali mengalami
dibutuhkan. Salah satu strategi yang dapat tercapai untuk mengurangi stres
ini dapat mengurangi stress pada bayi. Karena jika bayi mengalami stress
fisiologi maka akan mempengaruhi terhadap saturasi O2, hal ini sejalan dengan
lebih baik secara jangka pendek maupun jangka panjang apabila hasilnya
developmental care.
kendala dalam penerapan development care ini, yaitu pengadaan jam tenang,
hal ini dikarenakan sulitnya untuk mengontrol suara ruangan. Intervensi ini
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang masa gestasi.Berat lahir adalah berat bayi yang
dan sistem termoregulasi yang masih belum sempurna pada bayi ini, hal yang
Salah satunya masalah yang sering terjadi paa bayi berat lahir rendah adalah
pola nafas yang tidak efektif. Hal tersebut dapat diakibatkan dari defisiensi
surfaktan paru, toraks yang lunak dan otot respirasi yang lemah sehingga
Salah satu intervensi pada BBLR dengan gangguan oksigenasi yang paling
mengurangi stres. Hal ini dilakukan dengan cara menciptakan suasana tenang
invasif untuk mencegah terjadinya stres pada bayi, pemasangan nesting untuk
Hal ini dapat dilihat dari hasil sebelum dilakukan development care
5.2 Saran
a. Bagi Institusi
Diharapkan ini dapat menjadi bahan referensi dan masukan untuk Rumah
Alwi, Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Bobak, Irene M. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Marmi dan Kukuh Rahardjo. 2015. Asuhan neonatus bayi balita & anak pra
sekolah. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Maryanti, D., Sujianti, & Budiarti, T. (2012). Buku Ajar Neonatus, Bayi, dan
Balita.Jakarta:Trans Info Media.
Saputra. 2014. Pengantar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Tangerang: Binapura
Aksara.
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1 PENGKAJIAN
Data Neonatus
Usia : 3 Hari
Agama : Islam
Riwayat Bayi
OGT.
dengan DM .
a. Reflek
Rooting reflex :
lemah.
Sucking reflex
Reflek moro
Ketika bayi diberi ransangan suara tiba-tiba bayi terkejut atau reflek dan
kakinya
Asymmetric tonic neck reflex
Reflek babinski
b. Kepala
Rambut bayi s tampak hitam, ubun-ubun bayi tidak cekung, tidak ada lesi
c. Wajah
d. Leher
e. Mata
Mata bayi tampak simetris kiri dan kanan, mata bayi s tampak bersih,
f. Hidung
yang lainnya, tidak ada nyeri tekan atau lepas di daerah hidung, tidak ada
g. Mulut
Mukosa bibir klien lembab, terpasang OGT, lidah bayi bewarna merah
tampak simetris, tidak ada tampak pembengkakan, luka atau lesi, mulut
tampak bersih. Saat diraba tidak ada pembengkakan, tidak ada gangguan
h. Telinga
Bentuk simetris, telinga bayi bersih tidak ada ditemukan serumen pada
i. Dada
Warna dada terlihat kuning, tidak ada lesi, terdengar detak jantung bayi
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
63 x/menit
Jantung
Inspeksi
Auskultasi
regular
Palpasi
Perkusi
j. Abdomen
Ekstermitas bayi tidak ada lesi, ekstermitas dekstra bayi terpasang infus,
kuku bayi pendek, gerak bayi aktif, Akral hangat, CRT kurang dari 3
detik.
l. Integumen
Kulit bayi s tampak kuning awalnya dari kening kemudian pada seluruh
m. Genitalia
genitalia, genitalia bersih. Anus ada, testis berjumlah dua, terletak sama
a. Struktur keluarga
Genogram
Keterangan
= laki-laki = perempuan
b. Agama
c. Bahasa utama
Ya Menyentuh Ya
Ya Memeluk Ya
Ya Berbicara Ya
Ya Berkunjung Ya
Ya Memanggil nama Ya
Ya Kontak mata Ya
Respon : ya
Respon: ya
Kedua orang tua bayi berespon terhadap hospitalisasi dilihat dari kedua
a. Pengobatan
Non parenteral
Zamel 03 cc
Obat parenteral
Inj gentamicin 12 mg 1x
b. Laboratorium
Nilai Rujukan
w : 12,0 - 14,0
w : 4,0 - 5,0
w : 37,0 - 43,0
MCH : 31.8 pg
MCHC : 33.5 g/dl
RDW-SD : 60+ ( FL )
RDW-CV : 19,8+ ( % )
BASO% : 2, 0 (%) 0- 1
Kimia Klinik
Kalium : 6. 16 mEg/L
A. Data Subyektif
B. Data Obyektif
6. SPO2 90 %
10. Bayi tampak terpasang IVFD kogtil 10 gtt permenit di ekstremitas atas
dextra
12. Kulit bayi tampak kekuningan dibagian kepala hingga ekstremitas bawah
13. Mata bayi tampak ditutupi kassa pada saat foto therapy
16. RR : 64 x/i
Pernafasan menggunakan
cuping hidung
Terdapat sianosis pada
tubuh bayi
dengan fi02 : 21 dan PEEP :
5 mmhg
Saturasi O2: 90 %
RR : 64 x/menit
Nadi : 148 x/menit
2 Ds :- Fluktasi suhu Hipotermi
lingkungan
Do :
Do:
pernafasan.
invasif
Dari masalah yang di temukan diatas, maka perencanaan yang dibuat oleh
1 Selasa 1, Pola nafas tidak efektif 1. Memposisikan bayi dengan 13.00 S:-
Januari berhubungan dengan dengan cara mengatur kepala
O:
2019 imaturitas sistem sedikit di ekstensi
pernafasan menggunakan kain bedong 15o Pernafasan menggunakan cuping hidung
Jam: 08.00
3. Memonitor suplai O2 yang Terdapat sianosis pada tubuh bayi
Wib
terpasang di daerah hidung Bayi masih tampak sesak
dengan nasal kanul. Pemberian
Bayi terpasang O2 1 liter
O2 1 liter
4. Memantau CPAP dengan cara Bayi terpasang CPAP dengan fi02 : 21 dan
melihat layar monitor untuk PEEP : 5 mmhg
kepatenan jalan nafas bayi. Saturasi O2 : 90 %
5. Memantau saturasi O2 di Suhu : 36,30C
layar monitor dengan SPO2 90 RR : 64 x/menit
% Nadi : 148 x/menit
6. Mempertahankan posisi A : Pola nafas tidak efektif
nyaman pasien dengan
P : intervensi 1, 3, 4, 5, 6, 7, 12, 15 dilanjutkan oleh
pemasangan nesting yang
dinas sore
menggunakan kain gulung
yang di letakkan melingkari
bayi.
7. Memonitor ttv pasien dengan
cara mengukur suhu (36,20C),
menghitung frekuensi nadi
(146 x/i), dan menghitung
frekuensi pernafasan bayi (61
x/i
12. Memonitor sianosis perifer
pada bayi dengan cara
menekan tumit bayi
didapatkan CRT > 2 detik.
15. Melakukan penerapan
development care dengan
menciptakan suasana tenang
dengan mengurangi suara dan
berbicara seperlunya saja, serta
memonitor perubahan
fisiologis dan perilaku bayi
selama melakukan prosedur
tindakan seperti penggantian
popok bayi yang didapatkan
bayi tampak tenang.
Hipotermi behubungan 1. Mengobservasi suhu/jam (suhu 13.05 S:-
dengan fluktasi suhu : 36,2 )
O:
lingkungan 3. Memonitor nadi dengan
melihat di layar monitor dan Bayi masih dalam inkubator
menghitung pernafasan bayi
S: 36,30c
dengan cara meletakkan
stetoskop didekat dada bayi Akral teraba dingin.
(nadi : 146 x/i, RR : 61 x/i) A:Hipotermi
6. Memberi susu untuk nutrisi P:intervensi 1, 3, 6, 7, 8 dilanjurkan oleh dinas sore
bayi melalui OGT setiap 3 jam
7. Membungkus badan bayi
dengan plastik
8. Memasang nesting dengan
menggunakan kain gulung
yang di letakkan melingkari
bayi
2 Rabu,2 Pola nafas tidak efektif 1. Memposisikan bayi dengan 13.00 S:-
Januari berhubungan dengan dengan cara mengatur kepala
O:
2019 jam imaturitas sistem sedikit di ekstensi
09.00 Wib pernafasan menggunakan kain bedong 15o Bayi terlihat Sesaknya berkurang
3. Memonitor suplai O2 yang
Tidak ada terdapat sianosis di tubuh bayi
terpasang di daerah hidung
dengan nasal kanul. Pemberian O2 masih terpasang ½ liter
O2 1/2 liter Bayi terpasang CPAP dengan fi02 : 21 dan
4. Memantau CPAP dengan cara PEEP : 5 mmhg
melihat layar monitor untuk Saturasi O2 : 92 %
kepatenan jalan nafas bayi.
RR : 62 x/menit
5. Memantau saturasi O2 di
Nadi : 139 x/menit
layar monitor dengan SPO2 89
Tidak terjadi cyanosis
%
A: pola nafas tidak efektif
6. Mempertahankan posisi
nyaman pasien dengan P: intervensi 3, 4, 5, 6, 7, 15 dilanjutkan oleh dinas sore
pemasangan nesting yang
menggunakan kain gulung
yang di letakkan melingkari
bayi.
7. Memonitor ttv pasien dengan
cara mengukur suhu (36,70C)
menghitung frekuensi nadi (
136 x/i) dan menghitung
frekuensi pernafasan bayi (64
x/i)
12. Memonitor sianosis perifer
pada bayi dengan cara
menekan tumit didapatkan
CRT selama < 2 detik
15. Melakukan penerapan
development care dengan
menciptakan suasana tenang
dengan mengurangi suara, dan
memonitor perubahan
fisiologis dan perilaku bayi
selama melakukan prosedur
Hipotermi behubungan 1. Mengobservasi suhu/ 2jam (s : 13.05 S:-
dengan fluktasi suhu 36,7oC)
O:
lingkungan 3. Memonitor nadi dengan
melihat di layar monitor dan Bayi masih dalam inkubator
menghitung pernafasan bayi
Nadi: 139 x/menit
dengan cara meletakkan
stetoskop didekat dada bayi RR : 62 x/menit
6. Memberi susu untuk nutrisi Akral teraba hangat
bayi melalui OGT setiap 3 jam S: 36,70c
8. Memasang nesting dengan A: hipotermi teratasi
menggunakan kain gulung
yang di letakkan melingkari P: intervensi dihentikan
bayi
3. Kamis, 3 Pola nafas tidak efektif 3. Memonitor suplai O2 yang 19.00 S:-
Januari berhubungan dengan terpasang di daerah hidung
O:
imaturitas sistem dengan nasal kanul. Pemberian
2019 pernafasan O2 1/2 liter Bayi terlihat sesaknya berkurang
4. Memantau CPAP dengan cara O2 masih terpasang
14.30
melihat layar monitor untuk
Saturasi O2 : 92 %
kepatenan jalan nafas bayi.
5. Memantau saturasi O2 di RR : 62 x/menit
layar monitor dengan SPO2 93 Nadi : 134 x/menit
% A:pola nafas tidak efektif
6. Mempertahankan posisi P: intervensi 3,4,5,7,15 dilanjutkan oleh dinas malam
nyaman pasien dengan
pemasangan nesting yang
menggunakan kain gulung
yang di letakkan melingkari
bayi.
7. Memonitor ttv pasien dengan
cara mengukur suhu (36,6oC)
menghitung frekuensi nadi
(138 x/i) dan menghitung
frekuensi pernafasan bayi ( 62
x/i)
15. Melakukan penerapan
development care dengan
menciptakan suasana tenang
dengan mengurangi suara, dan
memonitor perubahan
fisiologis dan perilaku bayi
selama melakukan prosedur
Resiko tinggi terjadi 1. Mempertahankan teknik 19.05 S: -
infeksi berhubungan isolasi dengan memperhatikan
O:
dengan penggunaan setiap alat yang terpasang
alat invasif dan 2. Membatasi pengunjung, Bayi terpasang OGT
penurunan imun. 3. Menyarankan kepada
Bayi masih terpasang O2
pengunjung mencuci tangan
saat berkunjung dan Leukosit 9,6/mm3
meninggalkan bayi dengan Suhu :36, 8 oC
menggunakan sabun,air dan
handscub yang telah A: resiko infeksi teratasi
disediakan di ruangan.
P:Intervensi dihentikan
4. Perawat mencuci tangan
dengan 6 langkah sebelum
kontak dengan bayi
5. Memberikan nutrisi setiap 3
jam sesuai intstruksi dari
dokter
6. Memonitor tanda gejala
infeksi seperti melihat warna
kulit bayi.(tidak ada terdapat
tanda-tanda infeksi)
7. Memantau hasil labor bayi
(WBC : 9,6/mm3)
Injuri serebral 1. Memasang foto therapy dan 19.10 S:
berhubungan dengan menutup mata bayi saat foto
O:
peningkatan bilirubin therapy untuk melindungi
(Hiperbilirubin) mata bayi Hasil pemeriksaan bilirubin dalam batas normal
2. Mngukur tanda tanda vital
Warna kulit kuning sudah hilang
bayi dengan data, nadi : 138
x/i, suhu : 36,6 o C, RR : 62 x/ Nadi : 134 x/menit
menit Suhu : 36,8 oC
3. Menjaga kehangatan bayi RR : 62 x/menit
dengan memperhatikan suhu A: ikterik neonatorum teratasi
di incubator dan
memperhatikan nesting P: Intervensi dihentikan
4. Memberi minum (susu) sesuai
kebutuhan yang telah di
instksikan oleh dokter
5. Memantau pemasukan cairan
dengan cara menghitung
jumlah susu yang di
masukkan, dan menghitung
jumlah pengeluaaran caian
dengan cara menimbang
popok bayi setiap diganti
4. Jumat, 4 Pola nafas tidak efektif 3. Memonitor suplai O2 yang 13.00 S:-
Januari berhubungan dengan terpasang di daerah hidung
O:
2019 imaturitas sistem dengan nasal kanul. Pemberian
pernafasan O2 1/2 liter Bayi terlihat Sesaknya berkurang
08.30
5. Memantau saturasi O2 di
O2 masih terpasang
layar monitor dengan SPO2 94
% Saturasi O2 : 96 %
6. Mempertahankan posisi RR : 58 x/menit
nyaman pasien dengan Nadi : 142 x/menit
pemasangan nesting yang A:malasah teratasi
menggunakan kain gulung
yang di letakkan melingkari P: intervensi dihentikan
bayi.
7. Memonitor ttv pasien dengan
cara mengukur suhu (36,7oC)
menghitung frekuensi nadi
(144 x/i) dan menghitung
frekuensi pernafasan bayi (56
x/i)
8. Melakukan penerapan
development care dengan
menciptakan suasana tenang
dengan mengurangi suara, dan
memonitor perubahan
fisiologis dan perilaku bayi
selama melakukan prosedur
LEMBAR KONSULTASI