PENDAHULUAN
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui klasifikasi,
morfologi dan daur hidup, hospes dan nama penyakit, distribusi geografik, patologi
dan gejala klinis, diagnosis, pengobatan serta epidemiologi dari cestoda
Diphyllobothrium latum.
A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Platyhelminthes
Kelas : Cestoda
Ordo : Pseudophyllidea
Famili : Diphyllobothriidae
Genus : Diphyllobothrium
Spesies : Diphyllobothrium latum
G. Pengobatan
Penderita diberikan obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai
pemberian Na-bikarbonas, dosis 0,5 g dua jam setelah makan obat diberikan sebagai
pencahar magnesium sulfat 15 g. Yomesan, Bithionol
H. Epidemiologi
Penyakit ini di Indonesia tidak ditemukan tetapi banyak dijumpai di negara
yang banyak makan ikan salem mentah atau kurang matang. Banyak binatang seperti
anjing, kucing dan babi berperan sebagai hospes reservoar dan perlu diperhatikan.
1) Morfologi
Cacing dewasa dapat berukuran 3-8m. Struktur tubuh cacing ini terdiri dari
skolex, leher dan proglotid. Cacing dewasa menempel pada dinding usus dengan
scolex nya, sedangkan sistiserkus nya terdapat di jaringan otot atau subkutan. Cacing
ini terdiri dari 800-1000 ruas proglotid. Skolex yang bulat berukuran kira-kira 1 mm,
mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum (tonjolan lemak) yang mempunyai 2
baris kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah.
Bentuk proglotid gravid nya mempunyai ukuran panjang yang hamper sama
dengan lebarnya. Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid adalah 7-12 buah pada
satu sisi. Lubang kelamin letaknya bergantian selang seling pada sisi kanan atau kiri
strobila secara tidak beraturan.
Proglotid gravid berisi kira-kira 30.000-50.000 buah telur. Telurnya keluar melalui
robekan celah pada proglotid. Telur dapat dilepaskan bersama proglotid atau
tersendiri melalui lubang uterus.
2) Host
Host definitive cacing ini adalah manusia, sedangkan host intermediate nya
adalah babi, monyet, onta, anjing, babi hutan, domba, kucing, tikus dan manusia.
Hal ini terjadi bila manusia memakan daging babi yang mengandung sistiserkus T.
solium. Sebagai host intermediate, babi dapat mengandung cacing ini bila telur
cacing yang terdapat pada feses manusia yang terinfeksi termakan.
Bila manusia bertindak sebagai intermediate host, maka sistiserkus T. solium
berada di dalam jaringan otot atau jaringan subkutan. Hal ini terjadi bila manusia
makan makanan yang terkontaminasi oleh telur T. solium. Infeksi pada manusia,
umumnya terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi telur cacing
T. solium. Telur cacing tersebut dapat berasal dari penderita yang mengandung
cacing dewasa ataupun autoinfeksi dari penderita itu sendiri (feses-tangan-mulut).
3) Siklus Hidup
Telur keluar dari proglotid gravid, baik setelah proglotid lepas dari strobila,
ataupun belum. Telur keluar dari tubuh manusia bersama feses. Telur yang jatuh ke
tanah bila termakan manusia atau babi, akan memasuki usus dan menetas di usus.
Kemudian larva akan menembus dinding usus dan dapat memasuki aliran darah
limpa atau aliran darah, serta beredar ke seluruh tubuh.Sebagian besar akan masuk
ke dalam otot atau ke dalam jaringan subkutan. Dalam waktu 60-70 hari akan
berkembang menjadi sistiserkus (cacing gelembung) yang menetap di dalam otot
atau jaringan subkutan pada pundak dan punggung babi.
Bila manusia memakan daging babi yang mengandung sistiserkus, maka
sistiserkus ini akan menetas di dalam usus menjadi larva dan dalam waktu 5-12
minggu tumbuh menjadi cacing dewasa yang menetap di dalam usus, kemudian
melepasakan proglotid dengan telur. Biasanya hanya ada satu cacing yang
menempati usus saat itu, namun dikerahui bahwa di usus manusia juga dapat
ditempati oleh banyak cacing. Bahkan dilaporkan cacing T. solium ini dapat
bertahan dalam tubuh manusia selama 25 tahun atau lebih. Siklus hidup T. solium
dan T. saginata mempunyai banyak kesamaan, hanya berbeda di host intermediatnya
saja, dapat dilihat pada gambar dibawah :
4) Gejala Penyakit
Cacing dewasa yang berada di dalam usus jarang menimbulkan gejala.
Gejala yang sering muncul adalah sakit ulu hati, nafsu makn meningkat, lemah dan
berat badan menurun.
Gejala yang disebabkan adanya sistiserkus di dalam jaringan tubuh,
bermacam-macam tergantung pada organ yang terinfeksi dan jumlah sistiserkus.
Bila jumlahnya sedikit dan hanya tersebar di jaringan subkutan, biasanya tanpa
gejala atau hanya berupa benjolan-benjolan kecil di bawah kulit (subkutan). Pada
6) Pengobatan
Pengobatan teniasis solium dapat dilakukan dengan pemberian prazikuantel,
sedangkan untuk sistiserkosis dapat digunakan obat prazikuantel, albendazol atau
dapat dilakukan dengan cara pembedahan.
7) Pencegahan
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
- Pencegahan dapat dilakukan dengan memasak daging sampai matang.
- Perbaikan cara pembuangan kotoran
- Peningkatan hieginitas pribadi
- Menjaga kebersihan makanan dan minuman
- Mengobati penderita hingga tuntas
2) Host
Host definitive nya adalah manusia, sedangkan host intermediatnya adalah
hewan ternak
3) Siklus Hidup
Telur cacing yang keluar bersama feses penderita bila terjatuh di tanah dan
termakan oleh sapi atau kerbau, maka akan menetas menjadi larva di dalam usus
hewan ternak tersebut. Larva ini akan menembus dinding usus, kemudian masuk ke
aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh sapi. Bila sampai ke jaringan otot, akan
menetap dan berkembang menjadi sistiserkus. Manusia yang bersifat host definitive
akan tertulari T. saginata bila memakan daging sapi yang mengandung sistiserkus,
yang dimasak kurang matang. Di dalam usus, sistiserkus akan menetas dan
berkembang menjadi cacing dewasa. Dalam waktu 12 minggu, cacing dewasa dapat
menghasilkan telur kembali. Bagian ternak yang sering dihinggapi larva tersebut
adalah otot maseter, paha belakang dan punggung.otot dib again lain juga
dihinggapi. Setelah satu tahun, cacing ini biasanya mengalami degenerasi, walaupun
ada juga yang dapat hidup samapi tiga tahun. Biasanya di rongga usus host terdapat
sesekor cacing.
4) Gejala Penyakit
Biasanya tanpa gejala. Pada infeksi yang berat, dapat timbul gejala berupa
sakit ulu hati, nafsu makan meningkat, lemas dan berat badan menurun. Kadang-
kadang disertai dengan vertigo, nausea, muntah, sakit kepala dan diare.gejala
tersebut biasanya timbul bila ditemukan cacing yang bergerak-gerak dalam tinja,
atau cacing keluar dari lubang dubur, walaupun yang sebenarnya keluar adalah
proglotid cacing. Gejala yang lebih berat dapatterjadi bila proglotid menyasar masuk
ke apendiks, atau terdapat ileus yang disebabkan obstruksi usus oleh strobila cacing.
Berat badan tidak jelas menurun. Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi.
6) Pengobatan
Obat yang digunakan untuk mengobati teniasis saginata dapat berupa obat
herbal, seperti biji labu merah dan biji pinang atau obat sintetis seperti kuinakrin,
amodiakuin, niklosamid dan prazikuantel.
7) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
- Memasak daging samapi matang
- Hanya hewan yang sehat saja yang boleh dipotong dan dagingnya dapat
diperjualbelikan.
- Atau dengan membekukan daging pada suhu -5˚C selama 4 hari, -15˚C selama
3 hari, atau -24˚C selama 1 hari, dapat membunuh larva dengan baik.
B. Saran
1. Diharapkan adanya peningkatan pendidikan kesehatan masyarakat sehingga
program pemberantasan penyakit cacingan dapat dilakukan dengan tuntas.
2. Diharapkan adanya peningkatan sarana sanitasi guna menunjang kehidupan
yang lebih bersih dan sehat
3. Diperlukan adanya terobosan baru untuk menemukan tehnik pemeriksaan yang
relatif sederhana, namun dapat memberikan sensitifitas dan spesifisitas yang
lebih baik.
Tahap-tahap perkembangan pada manusia terjadi melalui dua fase, yaitu fase
embrionik (dalam kandungan/sebelum dilahirkan) dan fase pasca embrionik (setelah
dilahirkan).
Pada tiga bulan kedua, janin sudah semakin berkembang dan panjangnya sudah
mencapai kurang lebih 19 cm. Tangan dan kakinya telah berkembang, muka tumbuh
memanjang. Pada tiga bulan kedua ini detak jantung janin juga sudah mulai bisa
dideteksi. Gerakan janin juga mulai aktif. Di tiga bulan ketiga terjadi pertumbuhan
ukuran janin sangat cepat. Ukuran tubuh sudah proporsional seperti bayi. Karena
ukuran tubuhnya semakin besar, janin tidak terlalu leluasa bergerak di dalam rahim.
Menjelang kelahiran bayi pada umumnya sudah mencapai panjang sekitar 50 cm.
Berikutnya janin akan lahir ke dunia dan disebutlah dengan sebutan bayi.
Balita
Bayi mempunyai kaki namun belum bisa berjalan dan mempunyai tangan
namun belum dapat memegang dengan baik. Bayi memperoleh makanan dan
minuman dari ASI (air susu ibu). Seiring dengan bertambahnya usia, organ-organ pada
bayi juga akan berkembang. Pada usia 1 atau 2 tahun, bayi akan mulai belajar berjalan
dan mengendalikan fungsi anggota tubuh lainnya seperti tangan, kepala, mulut. Organ-
organ tersebut akan semakin matang pada saat usia anakanak. Pada saat usia masuk
sekolah (sekitar usia 5 tahun)
Anak-anak
Remaja
1. Dewasa
Setelah melewati masa remaja, akan memasuki masa dewasa sebagai tahapan
selanjutnya dari perkembangan manusia. Pada masa ini pertumbuhan tubuhmu
mencapai ukuran maksimal. Tinggi badan akan terhenti pada usia sekitar dua puluh
tahunan. Selama masa dewasa, pemahaman emosional akan terus berkembang,
berpotensi untuk terus belajar, mengembangkan diri dalam hal keterampilan, dan
aktualisasi diri, bekerja, membina hubungan sosial, dan terus berprestasi.
Masa Tua
A. Masa Prenatal
Masa prenatal dimulai pada saat terjadinya proses konsepsi, yakni pertemuan
antara sperma dan ovum hingga berakhir pada saat bayi dilahirkan. Masa ini
berlangsung antara 180 sampai 344 hari lamanya. Setelah masa ini, seorang ibu akan
melahirkan bayinya. Namun, ada kalanya usia kelahiran dapat terjadi secara mendadak
dan terjadi sebelum usia enam bulan. Karena kondisi fisik janin yang belum genap
berusia tujuh bulan sangat lemah, belum mampu bernafas secara mandiri, dan
metabolism tubuh belum berfungsi sempurna, akibatnya janin tersebut cenderung
meninggal dunia karena belum mampu menyesuaikan dengan lingkungan di luar
rahim ibunya.
a. Tahap Germinal
Zigote yang sudah menjadi calon makhluk hidup mulai menempel pada
dinding rahim. Proses menempel atau melekatnya zigot pada dinding rahim setelah
masa konsepsi dinamakan implantasi.
b. Tahap Embrio
Tahap embrio dimulai ketika zigot telah tertanam dengan baik pada dinding
rahim. Dalam tahap ini, system dan organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel.
Masa ini dianggap sebagai masa yang kritis karena bentuk fisik yang saat itu
berkembang pesat dapat terganggu oleh kondisi yang kurang baik. Bila organism
memperoleh perawatan intensif, maka ia akan berkembang menjadi individu yang
normal, sehat fisik maupun psikis. Sebaliknya bila kurang memperoleh perhatian
dengan baik, organism akan berkembang menjadi individu yang abnormal, baik fisik
ataupun psikis.
Diantara placenta dan bayi terdapat tiga pembuluh darah mirip tali panjang
yang disebut tali pusar. Salah satu pembuluh ini berfungsi untuk mengangkut darah
yang berisi sari makanan dan oksigen dari placenta ke bayi, Dua saluran yang lainnya
berfungsi untuk melakukan transportasi darah yang berisi karbondioksida dan
pembuangan dari bayi ke placenta. Jika kita mengikuti perkembangan embrio, kita
akan menemukan setelah empat minggu, proses differensiasi mulai terjadi dimana
sekelompok sel di dalam embrio mengubah dirinya menjadi bentuk organ tertentu
yang lebih besar.
Masa ini memiliki pertumbuhan yang sangat cepat. Embrio yang berkembang
menjadi janin sudah memiliki organ-organ internal (jantung, paru-paru, usus besar dan
sebagainya) dan eksternal (tangan, kaki, jari-jari kepala) secara lengkap. Janin makin
memanjang dan system organ tubuh berkembang semakin kompleks. Hal ini akan
terus berlangsung hingga organisme itu matang dan siap untuk dilahirkan.
Konsep nature muncul dipengaruhi oleh aliran filsafat barat yang dikemukakan
oleh Jean Jacquess Rousseau (dalam Stumpf, 1999). Ia menyatakan bahwa faktor-
faktor alamiah mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia. Istilah nature
mengandung pengertian faktor-faktor alamiah yang berhubungan dengan aspek bio-
fisiologis terutama keturunan, genetis dan herediter. Perkembangan manusia sangat
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Sifat-sifat, maupun kepribadian yang dimiliki oleh
orang tua akan diturunkan melalui unsur gen kepada anak-anaknya. Bukan hanya yang
bersifat fisiologis seperti: berat badan, tinggi badan , warna kulit, rambut, jenis
penyakit, akan tetapi juga karakteritik psikologis yang menyangkut tipe, kepribadian,
kecerdasan, bakat, kreativitas, dan lain-lain.
a. Genetis
Para ahli Psikologi perkembangan (Papalia dkk, 1998; Santrock, 1999; Helms
& Turner, 1995; Haris & Liebert, 1991) mengakui bahwa aspek fisik maupun psikis
seorang individu sangat dipengaruhi oleh unsur genetis, karakteristik tersebut akan
nampak pada hal-hal sebagai berikut :
Sifat-sifat fisik yang dapat diturankan secara genetis misalnya wajah, tangan,
kaki atau bagian-bagian organ tubuh lainnya. Hal ini dapat terjadi pada anak tunggal
maupun kembar. Bila orang tua memiliki suatu jenis penyakit tertentu seperti: tekanan
darah tinggi, penyakit jantung, epilepsi, atau paru-paru, kemungkinan besar anak-anak
yang dilahirkan pun mempunyai resiko terserang penyakit yang sama.
2) Intelegensi
Kecerdasan yang dimilki orang tua akan dapat menurun pada anak-anaknya.
Meskipun anak-anak tersebut diasuh oleh orang tuanya sendiri maupun oleh orang
lain, sifat kecerdasan orang tua akan tetap menurun. Pandangan ini dipengaruhi oleh
pemikiran filsuf naturalis dari Perancis, J.J. Rousseau yang mengatakan bahwa anak
cerdas dihasilkan dari orang tua yang cerdas (Stump, 2000).
Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen
ini dikenal sebagai hereditas. DNA yang membentuk gen mempunyai peranan penting
dalam transmisi sifat-sifat herediter. Timbulnya kelainan familial, kelainan khusus
tertentu, tipe tertentu dan dwarfism adalah akibat transmisi gen yang abnormal.
Haruslah diingat bahwa beberapa anak bertubuh kecil karena konstitusi genetiknya
dan bukan karena gangguan endokrin atau gizi. Peranan genetik pada sifat
perkembangan mental masih merupakan hal yang diperdebatkan. Memang hereditas
tidak dapat disangsikan lagi mempunyai peranan yang besar tapi pengaruh lingkungan
terhadap organisme tersebut tidak dapat diabaikan. Pada saat sekarang para ahli
psikologi anak berpendapat bahwa hereditas lebih banyak mempengaruhi inteligensi
dibandingkan dengan lingkungan.
• Jenis kelamin pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam
ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga
memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih dini,
yaitu mulai adolesensi pada umur 10 tahun, pria mulai pada umur 12 tahun.
• Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning
• Umur kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa
bayi dan masa adolesensi.
b. Lingkungan
Lingkungan memiliki peran yang besar bagi perubahan yang positif atau
negatif pada individu. Lingkungan yang baik tentu akan membawa pengaruh positif
bagi individu, sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan cenderung memperburuk
perkembangan individu.
Karena itu, para ahli psikologis maupun medis berusaha keras untuk mengatasi
dan membantu perawatan pada wanita hamil. Hal ini pun tak lepas dari peran dan
Untuk mencari titik temu perbedaan yang mencolok dari dua pandangan diatas,
maka para ahli kemudian memadukan keduanya, sehingga terjadilah interaksi.
Perpaduan antara faktor genetis dan faktor lingkungan menyatakan bahwa
perkembangan seseorang tidak akan maksimal kalau hanya mengadalkan salah satu
faktor saja. Karena itu, keduanya harus digabungkan untuk mengupayakan
maksimalisasi perkembangan seseorang. Faktor genetis harus ditopang dengan faktor
lingkungan dan faktor lingkungan harus memperoleh dukungan faktor genetis,
sehingga memungkinkan perkembangan yang baik dan normal baik fisiologis maupun
psikologis.
Periode ini disebut juga dengan tahapan sensorik oral, karena orang biasa
melihat bayi memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Sosok Ibu memainkan
peranan terpenting untuk memberikan perhatian positif dan penuh kasih kepada anak,
dengan penekanan pada kontak visual dan sentuhan. Jika periode ini dilalui dengan
baik, bayi akan menumbuhkan perasaan trust (percaya) pada lingkungan dan melihat
bahwa kehidupan ini pada dasarnya baik. Sebaliknya, bila gagal di periode ini,
individu memiliki perasaan mistrust (tidak percaya) dan akan melihat bahwa dunia ini
adalah tempat yang mengecewakan dan penuh frustrasi. Banyak studi tentang bunuh
diri dan usaha bunuh diri yang menunjukkan betapa pentingnya pembentukan
keyakinan di tahun-tahun awal kehidupan ini.
Di awal kehidupan ini begitu penting meletakkan dasar perasaan percaya dan
keyakinan bahwa tiap manusia memiliki hak untuk hidup di muka bumi, dan hal itu
hanya bisa dilakukan oleh sosok Ibu, atau siapapun yang dianggap signifikan dalam
memberikan kasih sayang secara tetap.
Selama tahapan ini individu mempelajari ketrampilan untuk diri sendiri. Bukan
sekedar belajar berjalan, bicara, dan makan sendiri, melainkan juga mempelajari
perkembangan motorik yang lebih halus, termasuk latihan yang sangat dihargai: toilet
training. Di masa ini, individu berkesempatan untuk belajar tentang harga diri dan
otonomi, seiring dengan berkembangnya kemampuan mengendalikan bagian tubuh
dan tumbuhnya pemahaman tentang benar dan salah. Salah satu ketrampilan yant
muncul di periode adalah kemampuan berkata TIDAK. Sekalipun tidak
menyenangkan orang tua, hal ini berguna untuk pengembangan semangat dan
kemauan.
Di sisi lain, ada kerentanan yang bisa terjadi dalam periode ini, khususnya
berkenaan dengan kegagalan dalam proses toilet training atau mempelajari skill
lainnya, yang mengakibatkan munculnya rasa malu dan ragu-ragu. Lebih jauh,
individu akan kehilangan rasa percaya dirinya.
Periode ini sering disebut juga dengan periode laten, karena individu sepintas
hanya menunjukkan pertumbuhan fisik tanpa perkembangan aspek mental yang
berarti, berbeda dengan fase-fase sebelumnya. Kita bisa simak, dalam periode
sebelumnya pertumbuhan dan perkembangan berbilang bulan saja untuk manusia agar
bisa tumbuh dan berkembang.
Sekolah dan lingkungan sosial menjadi figur yang berperan penting dalam
pembentukan ego ini, sementara orang tua sekalipun masih penting namun bukan lagi
sebagai otoritas tunggal.
Berikut tugas perkembangan masa kanak-kanak akhir dan anak sekolah (6-12
tahun) :
Bila sebelumnya perkembangan lebih berkisar pada apa yang dilakukan untuk
saya, sejak stage perkembangan ini perkembangan tergantung pada apa yang saya
kerjakan. Karena di periode ini individu bukan lagi anak tetapi belum menjadi dewasa,
hidup berubah sangat kompleks karena individu berusaha mencari identitasnya,
berjuang dalam interaksi sosial, dan bergulat dengan persoalan-persoalan moral.
Tugas perkembangan di fase ini adalah menemukan jati diri sebagai individu
yang terpisah dari keularga asal dan menjadi bagian dari lingkup sosial yang lebih
luas. Bila stage ini tidak lancara diselesaikan, orang akan mengalami kebingungan dan
kekacauan peran. Hal utama yang perlu dikembangkan di sini adalah filosofi
kehidupan. Di masa ini, seseorang bersifat idealis dan mengharapkan bebas konflik,
yang pada kenyataannya tidak demikian. Wajar bila di periode ada kesetiaan dan
ketergantungan pada teman.
Langkah awal menjadi dewasa adalah mencari teman dan cinta. Hubungan
yang saling memberikan rasa senang dan puas, utamanya melalui perkawinan dan
persahabatan. Keberhasilan di stage ini memberikan keintiman di level yang dalam.
Kegagalan di level ini menjadikan orang mengisolasi diri, menjauh dari orang lain,
Pada masa ini perubahan-perubahan fisik relative sudah tidak sepesat masa
sebelumnya (puber dan remaja), bahkan di awal usia dewasa dini (sekitar 18 tahun)
kondisi fisik cenderung sudah menetap, dalam arti bila terjadi perubahan tidak
signifikan lagi. Pada masa ini yang sedang terjadi adalah masa reproduktif, yang mulai
sempurna di awal usia dua puluhan, dan akan mengalami penurunan kualitas di usia
pertengahan tiga puluhan.
Masa ini dianggap penting karena dalam periode inilah individu cenderung
penuh dengan pekerjaan yang kreatif dan bermakna, serta berbagai permasalahan di
seputar keluarga. Selain itu adalah masa “berwenang” yang diidamkan sejak lama.
Orang berusia lanjut yang bisa melihat kembali masa-masa yang telah
dilaluinya dengan bahagia, merasa tercukupi, dan merasa telah memberikan kontribusi
pada kehidupan, ia akan merasakan integritas. Kebijaksanaannya yang tumbuh
menerima keluasan dunia dan menjelang kematian sebagai kelengkapan kehidupan.
Sebaliknya, orang yang menganggap masa lalu adalah kegagalan merasakan keputus
asaan, belum bisa menerima kematian karena belum menemukan makna kehidupan.
Atau bisa jadi, ia merasa telah menemukan jati diri dan meyakini sekali bahwa dogma
yang dianutnyalah yang paling benar.
Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut
Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa
dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya.
Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua
dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat
tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok
lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen . Usia tua dialami dengan cara
yang berbeda-beda.
Ciri-Ciri Lansia
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki
peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin
cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang
kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi.
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu
seperti : lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan
pendapat orang lain.
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.
Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di
duia. Usia tahap ini dimulai dari 60 tahunan sampai akhir kehidupan. Usia lanjut
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami
proses menjadi tua, dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir,
dimana pada masa ini seseorang mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial
sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari lagi.
1. Perkembangan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan sekunder
(secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan mengalami
penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi proses penuaan
karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan ataupun perilaku. Berbagai paparan
lingkungan dapat dapat mempengaruhi proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet
serta gas karbindioksida yang dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat
keras seperti pada stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya
kepekaan pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang
sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok yang dapat
mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi semakin
menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang menjadi
putih juga merupakan salah satu cirri-ciri yang menandai proses penuaan. Kulit yang
menua menjadi menebal, lebih terlihat pucat dan kurang bersinar. Perubahan-
perubahan yang terjadi dalam lapisan konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan
elasitas kulit, sehingga para lansia ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya
pendarahan di bawah kulit yang mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar.
Pada penuaan kelenjar ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang
lebih sedikit sehingga menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan
kulit kering dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang
dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit.
Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang
menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-masing
sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat kecepatan
transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan, dibutuhkan waktu singkat
untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan lagi mentrasmisikan pesan yang lain.
Selain itu juga terdapat penumpukan produksi buangan dari sel saraf yang mengalami
atropy pada lapisan otak yang menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf, mislanya
berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat mempengaruhi
proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang menyebabkan kesulitan sesaat
dalam proses berfikir dan perilaku adalah gangguan regulasi glukosa dan metabolisme
lansia yang mengidap diabetes. Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan
berfikr. Perubahan signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat
mempengaruhi gaya hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat
indra dapat terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih sedikit
air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi kurang
sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari ukuran ketika
berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap perubahan cahaya gelap
ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang fleksibel, dan apabila memandang
menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan lemak pendukung berkurang, dan mata
tenggelam ke kantung belakang. Otot mata menjadikan mata kurang dapat berputar
secara sempurna, cairan di dalam mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang
paling umum dialami oleh lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata
pada jarak tertentu sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera dan
sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali perubahan
penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada sistem sarafnya adalah
mulai menurunnya pemberian respon dari stimulus yang diberikan oleh lingkungan.
Pada lansia juga mengalami perubahan keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi
baik pria ataupun wanita. Dari perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat
membuat lansia merasa minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan
lingkungannya (J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik
kesimpulan berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut (1) postur
57 Mikrobiologi Dan Parasitologi
tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),(2) kondisi kulit mulai kering dan
keriput,(3) daya ingat mulai menurun,(4) kondisi mata yang mulai rabun,(5)
pendengaran yang berkurang.
2. Perkembangan Intelektual
3. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan
menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan
dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan
penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan
fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan mengakibatkan lanjut usia semakin
sulit melakukan penyelesaian suatu masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya
sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada
masa-masa selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan
orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat perubahan perubahan
fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai
keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang
disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat
sehingga dapat memenuhi kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah
baru.
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa
pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia yang
sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik, memiliki relasi
sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman dan keluarga, dan biasanya
merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun (Palmore, dkk, 1985). Orang –
orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak layak dan kesehatan yang buruk, dan
harus menyesuaikan diri dengan stres lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun,
seperti kematian pasangannya, memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan fase pensiun (Stull & Hatch, 1984).
Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih spesifik,
kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada orang-orang
muda. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia lanjut memperlihatkan
tanda-tanda kemunduran dalam berperilaku emosional; seperti sifat-sifat yang negatif,
mudah marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa terdapat pada anak-anak.
4. Perkembangan Spiritual
5. Perubahan Sosial
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan yang
disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain : kurangnya rasa
memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat tinggal antara anak dan
orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara lansia dengan anak memiliki
hubungan yang memuaskan sampai lansia tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada dirinya
sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada anaknya dan
sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal keuangan. Karena
lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Anak-anaknya pun tidak semua dapat menerima permintaan atau tanggung jawab yang
harus mereka penuhi.
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga akan
memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional lansia, namun
begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial menolaknya atau tidak
memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi mereka maka tentunya memberikan
dampak negatif bagi kelangsungan hidup lansia.
3.1. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia merupakan
hasil dari segala pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku
manusi terdiri dari beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia, sifat-
sifat umum dan khusus perilaku manusia, bentuk-bentuk perubahan perilaku, dan
macam-macam perilaku manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku terdiri Faktor Personal, dan Faktor
Situsional. Sifat-sifat umumnya terdiri dari pengamatan, perhatian, tanggap, fantasi,
ingatan, berfikir, motif. Bentuk-bentuk perilakunya yaitu, perbahan alamiah, perubahan
terencana, kesediaan untuk berubah. Begitu juga macam-macam perilakunya yaitu
perilaku refleks dan perilaku refleks bersyarat.
Dari penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa manusia itu unik dan berbeda, dari
perbedaan itu pula yang menyebabkan adanya interaksi social diantara manusia.Teori ±
teori diatas juga menunjukkan pada kita bahwa perilaku itu didorong dan
diarahkanketujuan. Mereka juga menunjukkan pada kita bahwa perilaku yang ingin
mencapai tujuan cenderung untuk menetap.Terkadang manusia merasa nyaman dengan
perbedan tetapi ada juga yang tidak merasa nyamandalam perbedaan yang ada
dikarenakan lingkungan tempat manusia tersebut.
Ahmadi, Abu. (2009). Psikologi Umum. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Jakarta : Kencana.