Anda di halaman 1dari 66

STUDI KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA An.Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS COMMON COLD
PADA STASE KEPERAWATAN ANAK

OLEH:

RIKI SEPDIANTARA
2019.NS.A.07.022

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM PROFESI
NERS
TAHUN 2019/2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.Y DENGAN

DIAGNOSA MEDIS COMMON COLD PADA STASE

KEPERAWATAN ANAK

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Kelulusan Pada Pendidikan Profesi Ners Stase
Keperawatan Anak

OLEH :

OLEH:

RIKI SEPDIANTARA
2019.NS.A.07.022

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PROGRAM PROFESI
NERS
TAHUN 2019/2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :


Nama : Riki Sepdiantara
ProgramStudi : Program Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pada An.Y Dengan Diagnosa
Medis Common Cold Pada Stase Keperawatan Anak.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Anak pada Program Studi Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap PalangkaRaya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Rimba Aprianti, S.Kep,Ners. Sri Wulandari, S.Kep,Ners

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan ini disusun oleh :
Nama : Riki Sepdiantara
ProgramStudi : Program Profesi Ners
Judul : Asuhan Keperawatan Pada An.Y Dengan Diagnosa
Medis Common Cold Pada Stase Keperawatan Anak.

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Anak pada Program Studi Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap PalangkaRaya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Rimba Aprianti, S.Kep,Ners. Sri Wulandari, S.Kep,Ners.

Mengetahui

Ketua Program StudiNers

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An.Y Dengan Diagnosa Medis Common
Cold Pada Stase Keperawatan Anak.”yang diajukan untuk memenuhi persyaratan
untuk menyelesaikan Stase Keperawatan Anak pada Program Profesi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap PalangkaRaya.
Penulis menyadari dalam penulisan banyak menemukan keterbatasan tetapi
berkat adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya laporan asuhan
keperawatan dapat diselesaikan tepat pada waktunya.Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yangterhormat:
1. Yang terhormat Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes Selaku Ketua Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang telah memberikan
kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk menyelesaikan Stase Keperawatan
Anak.
2. Yang terhormat Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi
Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya yang
memberikan dukungan dalam penyelesaian asuhan keperawatanini.
3. Yang terhormat Ibu Rimba Aprianti, S,Kep., Ners selaku pembimbing akademik
yang telah membimbing, memberikan saran dan semangat kepada kami dalam
menyelesaikan asuhan keperawatan ini.
4. Yang terhormat Ibu Sri Wulandari. T, S.Kep., Ners selaku pembimbing lahan
yang telah banyak membantu penyusunan dalam melaksanakan asuhan
keperawatanini.
Akhir kata, kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan membalas
kebaikan mereka terhadap kami, semoga asuhan keperawatan yang saya buat ini dapat
dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Palangka Raya, 09 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
SAMPULDALAM...............................................................................................i
LEMBARPENGESAHAN....................................................................................ii
KATAPENGANTAR............................................................................................iii
DAFTARISI..........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang..............................................................................................1
1.2 RumusanMasalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Defisini.........................................................................................................4
2.2 Etiologi.........................................................................................................4
2.3 Klasifikasi....................................................................................................6
2.4 Web OfCaution (WOC)...............................................................................7
2.5 ManifestasiKlinis.........................................................................................8
2.6 PemeriksaanPenunjang................................................................................9
2.7 PenatalaksanaanMedis.................................................................................9

BAB 3 MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian Keperawatan............................................................................12
3.2 DiagnosaKeperawatan................................................................................12
3.3 IntervensiKeperawatan...............................................................................13
3.2 Implementasi Keperawatan........................................................................15
3.3 EvaluasiKeperawatan.................................................................................15

BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN


4.1 PengkajianKeperawatan..............................................................................20
4.2 DiagnosaKeperawatan................................................................................27
4.3 Intervensi Keperawatan..............................................................................28
4.4 Implementasi Keperawatan........................................................................29
4.5 EvaluasiKeperawatan.................................................................................30

BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan................................................................................................33
5.2 Saran...........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya
membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya
kesehatan anak yang dilakukan sedini mungkin sejak anak masih
dalam kandungan (Departemen Kesehatan (Depkes), 2010).
Salah satu penyakit infeksi yang angka kejadiannya cukup sering
baik di dunia maupun di Indonesia adalah common cold. Common cold yang
juga disebut Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) adalah infeksi
primer di nasofaring dan hidung yang sering mengeluarkan cairan, penyakit
ini banyak dijumpai pada bayi dan anak (Ngastiyah, 2011).
Menurut World Health Organization (WHO) common cold atau
ISPA merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering terjadi.
WHO memperkirakan insidensi ISPA di negara berkembang dengan
angka kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
pertahun pada golongan usia bayi dan balita.

Berdasarkan hasil (Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas),


2013) pravelensi common cold di Indonesia sekitar 25,0% dan 13,8% kasus
setelah terdiagnosis pasti oleh dokter. Sedangkan di Provinsi Jawa Tengah
pravelensi common cold sekitar 28,0% dan di Kota Surakarta dengan 4.0%
diantaranya telah terdiagnosis pasti oleh dokter. Pravelensi ini tertinggi
pada golongan bayi dan balita.
Penyakit common cold pada balita di Indonesia diperkirakan sebesar
3 sampai 6 kali per tahun, hal ini berarti seorang balita rata-rata
mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
Upaya penanganan common cold secara lebih dini diharapkan dapat
mencegah terjadinya komplikasi pada bayi yang dapat berakibat
fatal seperti pneumonia, disamping komplikasi lainnya misalnya Otitis
Media Akuta (OMA), dan mastoiditis (Colman, 2012).

1.2 RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan bagaimana penerapan
Asuhan Keperawatan Pada An.Y Dengan Diagnosa Medis Common Cold Pada
Stase Keperawatan Anak.
1.3 TujuanUmum
Untuk mengetahui bagaimana Asuhan Keperawatan Pada An.Y Dengan
Diagnosa Medis Common Cold Pada Stase Keperawatan Anak.

1.4 TujuanKhusus
1.4.1 Mampu Melakukan Pengkajian Keperawatan Pada An.Y Dengan
Diagnosa Medis Common Cold Pada Stase Keperawatan Anak.
1.4.2 Mampu Menegakan Diagnosa Keperawatan Pada An.Y Dengan
Diagnosa Medis Common Cold Pada Stase Keperawatan Anak.
1.4.3 Mampu Membuat Rencana Tindakan Keperawatan PadaAn.Y
Dengan Diagnosa Medis Common Cold Pada Stase Keperawatan
Anak.
1.4.4 Mampu Melaksanakan Tindakan Keperawatan Pada An.Y
Dengan Diagnosa Medis Common Cold Pada Stase Keperawatan
Anak.
1.4.5 Mampu Melaksanakan Evaluasi Keperawatan Pada An.Y
Dengan Diagnosa Medis Common Cold Pada Stase Keperawatan
Anak.

1.5 ManfaatPenulisan
1.5.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan
mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan penyakit Common Cold.
1.5.2 Praktis
1). BagiMahasiswa
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada klien dengan Common Cold.
Serta sebagai acuan atau referensi untuk mahasiswa dalam penulisan
asuhan keperawatan.
2). Puskesmas
Untuk Puskesmas, penulisan laporan asuhan keperawatan ini dapat
sebagai referensi bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan kasus penyakit Common Cold, serta sebagai

masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik,


khususnya pada pasien dengan Diare.
3). Bagi InstitusiPendidikan
Sebagai sumber bacaan diperpustakaan Stikes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan dimasa yang
akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam
penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan
sampai pendokumentasikan keperawatan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Anatomi Fisiologi
Infeksi pernapasan yang paling atas yang disebabkan oleh infeksi virus, dan
biasanya segera pergi. Selebaran ini memberikan beberapa tips tentang apa yang
harus dilakukan, dan apa gejala untuk melihat keluar untuk yang mungkin
mengindikasikan penyakit yang lebih serius.
Infeksi tenggorokan (laring), atau saluran udara utama (trakea), atau saluran
udara masuk ke paru-paru (bronkus) adalah umum. Infeksi ini kadang-kadang
disebut laringitis, tracheitis, atau bronkitis. Dokter sering hanya menggunakan
infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA) untuk memasukkan apapun, atau
semua, dari infeksi ini. URTIs Kebanyakan karena infeksi virus.

Diagram di atas menunjukkan lokasi dari berbagai infeksi saluran


pernapasan. Selebaran ini hanya berhubungan dengan ISPA. Lihat selebaran yang
terpisah tentang infeksi lain saluran pernapasan dan struktur terkait, yang disebut
'Bronchiolitis', 'Pneumonia', 'Tonsilitis', 'Sakit Tenggorokan', 'Sinusitis - akut', dan
'Pleurisy'.

Batuk biasanya merupakan gejala utama. Gejala lain termasuk demam, sakit
kepala, sakit dan nyeri. Gejala flu dapat terjadi jika infeksi juga mempengaruhi
hidung. Gejala biasanya puncak setelah 2-3 hari, dan kemudian secara bertahap
jelas. Namun, batuk dapat bertahan setelah infeksi telah hilang. Hal ini karena
peradangan pada saluran napas, yang disebabkan oleh infeksi, dapat mengambil
beberapa saat untuk menyelesaikan. Ini mungkin memakan waktu 2-3 minggu,
setelah gejala lainnya sudah, untuk batuk untuk membersihkan sepenuhnya.

Tujuan utama dari pengobatan adalah untuk meringankan gejala sementara sistem
kekebalan tubuh Anda membersihkan infeksi. Perawatan yang paling berguna
adalah:

• Ambil parasetamol, ibuprofen, atau aspirin untuk mengurangi demam (suhu


tinggi), dan untuk meringankan sakit, nyeri dan sakit kepala. (Anak-anak berusia
di bawah 16 sebaiknya tidak menggunakan aspirin.)

• Memiliki banyak minum jika Anda mengalami demam, untuk mencegah


dehidrasi ringan.

• Jika Anda merokok, Anda harus mencoba berhenti untuk yang baik. URTIs dan
penyakit paru-paru serius lebih sering terjadi pada perokok.

Bagaimana dingin dan obat batuk?


Anda dapat membeli dingin lainnya dan obat batuk di apotek. Ada bukti
sedikit dampak pada infeksi, tetapi mereka mungkin berguna untuk gejala
tertentu. Misalnya, semprot hidung dekongestan dapat membantu untuk
membersihkan hidung tersumbat.

Tapi ingat, dingin dan obat batuk sering mengandung beberapa bahan.
Beberapa mungkin membuat Anda mengantuk. Hal ini mungkin diterima pada
waktu tidur jika Anda mengalami kesulitan tidur dengan ISPA. Namun, jangan
drive jika Anda mengantuk. Beberapa mengandung parasetamol, jadi hati-hati
untuk tidak mengambil lebih dari dosis yang aman maksimum parasetamol jika
Anda sudah mengambil tablet parasetamol.Pada bulan Maret 2009 sebuah
pernyataan penting yang dikeluarkan oleh Badan Obat dan Kesehatan produk
Pengatur (MHRA) yang mengatakan:

"Saran baru adalah bahwa orang tua dan wali seharusnya tidak lagi menggunakan
over-the-counter (OTC) obat batuk dan pilek pada anak di bawah 6. Tidak ada
bukti bahwa mereka bekerja dan dapat menyebabkan efek samping, seperti reaksi
alergi, efek pada tidur atau halusinasi.

Untuk 6 sampai 12 tahun usia obat-obatan ini akan terus tersedia, tetapi hanya
akan dijual di apotik, dengan nasihat yang lebih jelas pada kemasannya dan dari
apoteker. Hal ini karena risiko efek samping berkurang pada anak yang lebih tua
karena mereka lebih berat, mendapatkan sedikit pilek dan dapat mengatakan jika
obat melakukan apapun yang baik. Penelitian lebih lanjut sedang dilakukan oleh
industri pada seberapa baik obat tersebut bekerja pada anak usia 6-12 tahun. "

Catatan: parasetamol dan ibuprofen tidak digolongkan sebagai obat batuk dan
pilek dan masih dapat diberikan kepada anak-anak.

Antibiotik biasanya tidak dianjurkan jika Anda biasanya dalam kesehatan


yang baik. Sistem kekebalan tubuh anda biasanya dapat membersihkan infeksi.
Antibiotik tidak membunuh virus. Bahkan jika bakteri adalah penyebabnya,
antibiotik biasanya melakukan sedikit untuk mempercepat pemulihan dari ISPA.
Antibiotik bahkan dapat membuat gejala lebih buruk karena beberapa orang
mengembangkan efek samping seperti diare, merasa sakit dan ruam. Antibiotik
mungkin diresepkan jika Anda menjadi tidak sehat lebih, atau jika Anda sudah
memiliki penyakit (kronis) paru-paru berlangsung. Mereka mungkin juga akan
diresepkan jika komplikasi berkembang, seperti pneumonia - tetapi ini tidak
mungkin terjadi jika Anda sehat.

Kebanyakan URTIs tidak menyebabkan komplikasi. Sebuah ISPAdapat memicu


batuk, mengi dan sesak napas pada orang dengan asma atau penyakit paru-paru
lainnya. Kadang-kadang infeksi perjalanan ke jaringan paru-paru, sinus, atau
telinga. Bakteri bisa berkembang di lendir sehingga beberapa orang
mengembangkan infeksi bakteri sekunder dari jaringan paru-paru (pneumonia),
telinga atau sinus. Oleh karena itu, berkonsultasi dengan dokter jika gejala tidak
mulai kemudahan dalam beberapa hari, atau jika Anda menduga bahwa
komplikasi berkembang. Secara khusus, gejala untuk melihat keluar untuk yang
mungkin berarti lebih dari sekedar ISPA meliputi:

• Jika demam, sakit kepala mengi atau menjadi lebih buruk atau parah.

• Jika Anda mengembangkan: napas cepat, sesak napas, atau nyeri dada.

• Jika Anda batuk darah atau jika Anda dahak (lendir) menjadi berwarna gelap
atau berkarat.

• Jika Anda menjadi mengantuk atau bingung.

• Jika batuk berlangsung selama lebih dari 3-4 minggu.

• Jika Anda telah berulang buti ISPA.

• Jika ada gejala lain berkembang bahwa Anda prihatin tentang.

Dapatkah infeksi saluran pernafasan dapat dicegah?

Pencegahan sulit. Banyak virus yang dapat menyebabkan ISPA. Juga, banyak
virus yang menyebabkan ISPA berada di udara yang Anda tidak dapat
menghindari. Namun, berikut ini adalah saran yang dapat meminimalkan risiko
menangkap ISPA atau melewati satu hari jika Anda memiliki satu:

• Jika Anda memiliki ISPA tidak terlalu dekat dengan orang lain. Misalnya,
mencium, memeluk, dll

• Jika Anda memiliki ISPA, cuci tangan Anda sering dengan sabun dan air.
Banyak virus yang diteruskan oleh sentuhan, terutama dari tangan yang
terkontaminasi dengan virus.

• Hindari berbagi handuk, flanel, dll jika Anda memiliki ISPA, atau dengan siapa
pun yang memiliki sebuah ISPA.

• Untuk anak-anak, mencegah berbagi mainan milik seorang anak dengan ISPA.
Jika anak Anda memiliki ISPA, pertimbangkan mencuci mainan dengan air sabun
setelah digunakan.

2.2 Pengertian ISPA


ISPA adalah suatu kelompok penyakit yang menyerang sistem

pernafasan. Secara anatomis, ISPA dapat dibagi dalam dua bagian yaitu ISPA

atas dan ISPA bawah. ISPA atas yang perlu diwaspadai adalah radang

saluran tenggorokkan (pharingitis) dan radang telinga tengah (otitis).

Pharingitis yag disebabkan oleh kuman tertentu (Streptococcus hemolyticus)

dapat berkomplikasi dengan penyakit jantung (endokarditis). Sedangkan radang

telinga tengah yang tidak diobati dapat berakibat terjadinya ketulian. Pada ISPA

bawah salah satu yang berahaya adalah pneumonia (Maryunani, 2010).

2.3 Etiologi ISPA


Etiologi ISPA terdiri dari agen infeksius dan agen non-infeksius.

Agen infeksius yang paling umum dapat menyebabkan infeksi saluran


pernafasan akut adalah virus, seperti Respiratory Syncytial Virus (RSV),

Nonpolio enterovirus (coxsackieviruses A dan B), Adenovirus,

Parainfluenza, dan Human metapneumoviruses. Agen infeksius selain virus

juga dapat menyebabkan ISPA, seperti β-hemolytic streptococci,

Staphylococcus, Haemophilus influenza, Chlamydia trachomatis,

Mycoplasma, dan Pneumococcus (Hockenberry dan Wilson, 2013 dalam

Zuhriyah, 2015)

Misnadiarly (2008) dalam Zuhriyah (2015) menyebutkan bahwa

selain agen infeksius, agen non-infeksius juga dapat menyebabkan ISPA seperti

aspirasi makanan dan cairan lambung, dan inhalasi zat-zat asing seperti racun

atau bahan kimia, asap rokok, debu, dan gas.

2.4 Patofisiologi ISPA


Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya

virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran

pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas

bergerak ke atas mendorong virus ke arahpharing atau dengan suatu

tangkapan refleks spasmus oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka

virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan. Iritasi

virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering.

Kerusakan stuktur lapisan dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan


aktifitas kelenjar mukus yang banyak terdapat pada dinding saluran nafas,

sehingga terjadi pengeluaran cairan mukosa yang melebihi noramal.

Rangsangan cairan yang berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk (Rech,

2009 dalam Zuhriyah, 2015).

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi

sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme

mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran

pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri

patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus

pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus menyerang mukosa

yang rusak tersebut (Rech, 2009 dalam Zuhriyah, 2015).

Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah

banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas

dan juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah

dengan adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu

laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan

infeksi virus pada saluran nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada

bayi dan anak. Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran

nafas bawah,sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam

saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi

paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Rech, 2009 dalam

Zuhriyah, 2015).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan

aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di saluran

nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan sistem imun

sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri dari folikel dan

jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa.

Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran

nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula bahwa

sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas

mukosa saluran nafas (Siregar, 1994 dalam Zuhriyah, 2015).

Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyakit ISPA menurut Siregar (1994)

dalam Zuhriyah (2015) dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

1; Tahap patogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum


menunjukkan reaksi apa-apa.

2; Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul


gejala demam dan batuk.

3; Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.


Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan
sebelumnya memang sudah rendah.

4; Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit. Timbul


gejala demam dan batuk.

5; Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat, yaitu dapat sembuh


sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi kronis dan dapat
meninggal akibat pneumonia.
2.5 Tanda dan Gejala ISPA
Saluran pernafasan merupakan bagian tubuh yang seringkali terjangkit

infeksi oleh berbagai jenis mikroorganisme. Tanda dan gejala dari infeksi

yang terjadi pada saluran pernafasan tergantung pada fungsi saluran

pernafasan yang terjangkit infeksi, keparahan proses infeksi, dan usia

seseorang serta status kesehatan secara umum (Porth, 2011 dalam Zuhriyah,

2015).

Djojodibroto (2009) dalam Zuhriyah (2015) menyebutkan tanda dan

gejalaISPA sesuai dengan anatomi saluran pernafasan yang terserang, yaitu :

1; Gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas. Gejala yang sering


timbul yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang berlebihan,
bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjungtivitis ringan, sakit
tengorokan yang ringan sampai berat, rasa kering pada bagian
posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala, malaise, lesu, batuk
seringkali terjadi, dan terkadang timbul demam.

2; Gejala infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Gejala yang


timbul biasanya didahului oleh gejala infeksi saluran pernafasan bagian
atas seperti hidung buntu, pilek, dan sakit tenggorokan. Batuk yang
bervariasi dari ringan sampai berat, biasanya dimulai dengan batuk
yang tidak produktif. Setelah beberapa hari akan terdapat produksi
sputum yang banyak; dapat bersifat mukus tetapi dapat juga
mukopurulen. Pada pemeriksaan fisik, biasanya akan ditemukan suara
wheezing atau ronkhi yang dapat terdengan jika produksi sputum
meningkat.
2.6 Penatalaksanaan ISPA
Diberikan perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat

batuk yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,

dekstrometorfan. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.

Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan

didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah

bening dileher, dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman

streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu

lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI pada

bayi misalkan yang menyusui tetap diteruskan. Usahakan pemberian cairan

(air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan

membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan menambah parah

sakit yang diderita.Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang

terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek,

bersihkan hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan

menghin dari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat

tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila

selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk

membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang

mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang
diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh (Soraya, 2009

dalam Lestari, 2014).


2.7 Pengertian Anak
Menurut UU RI No. IV th 1979 ttg kesejahteraan anak, disebutkan bahwa anak
adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 tahun dan belum menikah Sedangkan
menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX ps 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah
yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah.
Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian anak adalah
seseorang yang dilahirkan dalam atau sebagai perkawinan yang sah yang belum
mencapai usia 21 tahun dan belum menikah.

2.8 Kedudukan Anak Di Indonesia


Di Indonesia anak dipandang sebagai pewaris keluarga, yaitu penerus keluarga
yang kelak akan melanjutkan nilai – nilai dari keluarga serta dianggap sebagai
seseorang yang bisa memberikan perawatan dan perlindungan ketika kedua orang tua
sudah berada pada tahap lanjut usia ( jaminan hari tua ) . Anak masih dianggap sebagai
sumber tenaga murah yang dapat membantu ekonomi keluarga. Keberadaan anak
dididik menjadi pribadi yang mandiri

2.9 Filosofi Keperawatan Anak


Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada anak harus memahami
bahwa semua asuhan Keperawatan anak harus berpusat pada keluarga ( family center
care ) dan mencegah terjadinya trauma ( atraumatik care )
Family center care ( perawatan berfokus pada keluarga ) merupakan unsur penting
dalam perawatan anak karena anak merupakan bagian dari anggota keluarga, sehingga
kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga., Untuk itu keperawatan
anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap
dalam kehidupan anak yang dapat mempengaruhi status kesehatan anak
Sedangkan maksud dari atraumatic care adalah semua tindakan keperawatan yang
ditujukan kepada anak tidak menimbulkan trauma pada anak dan keluarga dengan
memperhatikan dampak dari setiap tindakan yg diberikan. Prinsip dari atraumatic care
adalah menurunkan dan mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan
kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan
mengurangi cedera ( injury ) dan nyeri ( dampak psikologis ), tidak melakukan
kekerasan pada anak dan modifikasi lingkungan fisik

2.10 Prinsip Keperawatan Anak


Dalam keperawatan anak, perawat harus mengetahui bahwa prinsip keperawatan anak
adalah :
a. Anak bukan miniatur orang dewasa
b. Anak sebagai individu unik & mempunyai kebutuhan sesuai tahap perkembangan
c. Pelayanan keperawatan anak berorientasi pada pencegahan & peningkatan derajat
kesh, bukan mengobati anak sakit
d. Keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang berfokus pada
kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara komprehensif dalam
memberikan askep anak
e. Praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak & keluarga untuk
mencegah, mengkaji, mengintervensi & meningkatkan kesejahteran dengan
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dengan moral ( etik ) & aspek hukum
( legal )
f. Tujuan keperawatan anak & remaja adalah untuk meningkatkan maturasi /
kematangan
g. Berfokus pada pertumbuhan & perkembangan

2.11 Paradigma Keperawatan Anak


a. Manusia ( Anak )
Anak baik sebagai individu maupun bagian dari keluarga merupakan salah satu
sasaran dalam pelayanan keperawatan. Untuk dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang tepat sesuai dengan masa tumbuh kembangnya, anak di kelompokkan
berdasarkan masa tumbuh kembangnya yaitu
1. Bayi : 0 – 1 th
2. Toddler : 1 – 2,5 th
3. Pra Sekolah : 2,5 – 5 th
4. Sekolah : 5 – 11 th
5. Remaja : 11 – 18 th
Terdapat perbedaan dalam memberikan pelayanan keperawatan antara orang
dewasa dan anak sebagai sasarannya. Perbedaan itu dapat dilihat dari struktur fisik,
dimana secara fisik anak memiliki organ yang belum matur sepenuhnya. Sebagai contoh
bahwa komposisi tulang pada anak lebih banyak berupa tulang rawan, sedangkan pada
orang dewasa sudah berupa tulang keras.
Proses fisiologis juga mengalami perbedaan, kemampuan anak dalam
membentuk zat penangkal anti peradarangan belum sempurna sehingga daya tahan
tubuhnya masih rentan dan mudah terserang penyakit. Pada aspek kognitif, kemampuan
berfikir anak serta tanggapan terhadap pengalaman masa lalu sangat berbeda dari orang
dewasa, pengalaman yang tidak menyenangkan selama di rawat akan di rekam sebagai
suatu trauma, sehingga pelayanan keperawatan harus meminimalisasi dampak traumatis
anak.

b. Konsep Sehat Sakit


Menurut WHO, sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik fisik,
mental, sosial, dan tidak semata-mata hanya bebas dari penyakit atau cacad. Konsep
sehat & sakit merupakan suatu spektrum yang lebar & setiap waktu kesehatan seseorang
bergeser dalam spektrum sesuai dengan hasil interaksi yang terjadi dengan kekuatan
yang mengganggunya

c. Lingkungan
LIngkungan berpengaruh terhadap terjadinya suatu kondisi sehat maupun sakit
serta status kesehatan. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan berupa
lingkungan Internal dan lingkungan external . Lingkungan Internal yang mempengaruhi
kesehatan seperti tahap perkembangan, latar belakang intelektual, persepsi terhadap
fungsi fisik, faktor Emosional, dan spiritual. SEdangkan lingkungan external yang
mempengaruhi status kesehatan antara lain keluarga, sosial ekonomi, budaya

d. Keperawatan
Merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang komprehensif meliputi
biologi, psikologis, social dan spiritual yang ditujukan pada individu, keluarga,
masyarakat dan kelompok khusus yang mengutamakan pelayanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif yang diberikan dalam kondisi sehat maupun sakit.
Anak sebagai individu maupun salah satu anggota keluarga merupakan sasaran dalam
pelayanan keperawatan Sehingga perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan harus
memandang anak sebagai individu yang unik yang memiliki kebutuhan tersendiri sesuai
dengan pertumbuhan dan perkembangannya.

2.12 Peran Perawat Dalam Keperawatan Anak


a. Pemberi perawatan
Merupakan peran utama perawat yaitu memberikan pelayanan keperawatan
kepada individu, keluarga,kelompok atau masyarakat sesuai dengan masalah yang
terjadi mulai dari masalah yang bersifat sederhana sampai yang kompleks. Contoh peran
perawat sebagai pemberi perawatan adalah peran ketika perawat memenuhi kebutuhan
dasar seperti memberi makan, membantu pasien melakukan ambulasi dini.

b. Sebagai Advocat keluarga


Sebagai client advocate, perawat bertanggung jawab untuk memebantu klien dan
keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari berbagai pemberi pelayanan daninfo
rmasi yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (inform concent) atas tindakan
keperawatan yang diberikan kepadanya. Peran perawat sebagai advocate keluarga dapt
ditunjukkan dengan memberikan penjelasan tentang prosedur operasi yang akan di
lakukan sebelum pasien melakukan operasi.
c. Pendidik
Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu
keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainya. Salah
satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena
perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan.
Perawat harus bisa berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Memberi penyuluhan kesehatan tentang penanganan diare merupakan salah
satu contoh peran perawat sebagai pendidik ( health educator )
d. Konseling
Tugas utama perawat adalah mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien
terhadap keadaan sehat sakitnya. Adanya perubahan pola interaksi ini merupakan dasar
dalam perencanaan tindakan keperawatan. Konseling diberikan kepada individu,
keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman masa lalu.
Pemecahan masalah difokuskan pada; masalah keperawatan, mengubah perilaku hidup
sehat (perubahan pola interaksi).
e. Kolaborasi
Dalam hal ini perawat bersama klien, keluarga, team kesehatan lain berupaya
mengidentfikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan termasuk tukar pendapat terhadap
pelayanan yang diperlukan klien, pemberian dukungan, paduan keahlian dan
ketrampilan dari berbagai professional pemberi palayanan kesehatan. Sebagai contoh,
perawat berkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan diet yang tepat pada anak
dengan nefrotik syndrome. Perawat berkolaborasi dengan dokter untuk menentukan
dosis yang tepat untuk memberikan Antibiotik pada anak yang menderita infeksi

f. Peneliti
Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu
keperawatan karena ia memiliki kreativitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap rangsangan
dari lingkunganya. Kegiatan ini dapat diperoleh diperoleh melalui penelitian. Penelitian,
pada hakekatnya adalah melakukan evalusai, mengukur kemampuan, menilai, dan
mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dengan
hasil penelitian, perawat dapat mengerakan orang lain untuk berbuat sesuatu yang
berdasarkan kebutuhan, perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan
memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu
perawat perlu melakukan penelitian dalam rangka mengembagkan ilmu keperawatan
dan meningkatkan praktek profesi keperawatan.

2.13 Lingkup Praktek Keperawatan Anak


Menurut, Gartinah, dkk ( 1999), Lingkup praktek keperawatan anak merupakan
batasan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien anak usia 28 hari sampai usia
18 th atau BBL ( Bayi Baru Lahir ) sampai usia 12 th. Sedangkan Sularso ( 1993 )
memberikan penjelaskan bahwa asuhan keperawatan anak meliputi tumbang anak
yang mencakup ASAH ( stimulasi mental ), ASIH ( Kasih sayang ), ASUH
( pemenuhan kebutuhan fisik )
Bakteri, virus dan jamur

Terhisap masuk ke saluran pernapasan

Menempel pada hidung, sinus, faring, laring, bronkus

ISPA

B1 (Breathing) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Menginvasi sel Invasi kuman Inflamasi Virus merusak lapisan Aktivasi sistem imun Penumpukan sekresi mukus
pada jalan nafas
epitel dan lapisan
mukosa

Respon pertahanan sel Merangsang tubuh Merangsang pengeluaran Limfadenopati regional Suplai jaringan O2 ke
untuk meleapas zat zat-zat seperti mediator jaringan menurun
pirogen kimia, bradikinin, serotonin, Tubuh menjadi lemah
histamin, dan prostaglandin dan daya tahan menjadi
Produksi mukus meningkat rendah Menyumbat makanan

Penurunan
Hipotalamus ke bagian
metabolisme sel
Kongesti pada hidung termoregulator
Diare
Nociseptor Nyeri saat menelan
(disfagia)
Kesulitan bernafas Hipotalamus ke bagian
Thalamus Intoleransi
termoregulator
Gangguan
eliminasi fekal
Korteks serebri Resiko nutrisi
Bersihan jalan
kurang dari
nafas tidak efektif
kebutuhan tubuh
Hipertermi

Nyeri akut
BAB III
KONSEP DASAR ASKEP

3.1 Pengkajian
1. Identitas: Nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, no CM,
tanggal MRS.
2. Riwayat kesehatan: Keluhan utama, Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat
penyakit dahulu, Riwayat penyakit keluarga, Riwayat sosial, Pengkajian data dasar
1. Aktivitas / istirahat
Gejala: kelemahan, kelelahan, insomnia.
Tanda: alergi, penurunan toleransi aktifitas
2. Sirkulasi
Gejala: riwayat adanya gejala kronis
Tanda: takikardia, penampilan wajah merah / pucat
3. Integritas ego
Stresor, masalah finansial
4. Makanan / cairan
Gejala: anoreksia, mual / muntah, riwayat DM.
Tanda: - Distensi abdomen
- Hiper aktif bunyi usus
- Kulit kering dan turgor buruk
- Malnutrisi
5. Neurosensori
Gejala:- sakit kepala daerah frontal
-Perubahan mental
Tanda:-pasien meringis kesakitan
-bingung, insomnia
6. Nyeri / kenyamanan
Gejala: -sakit kepala
-nyeri dada (pleuritik) meningkat oleh batuk, nyeri dada subaternal (influensa),
miargia.
Tanda: melindungi area yang sakit untuk membatasi gerak.
7. Pernapasan
Gejala: riwyat ISK kronis, PPOM, merokok, takipnea, dipsnea progresif, pernapasan
dangkal.
Menggunakan otot aksesori, pelebaran nasal.
Tanda: sputum :taktil dan fokal bertahap meningkat dengan konsoloidasi.
Fremitus: taktil dan fokal bertahap meningkat dengan konsoloidasi
Bunyi napas: menurun atau napas bronkial.
8. Keamanan
Gejala: riwayat gangguan sistem imun
Demam (38,5⁰c-40,5⁰c)
Tanda : berkeringat dan menggil.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
3. Nyeri akut b/d inflamasi pada membran mukosa faring dan tonsil.
4. Resti penularan infeksi b/d tidak kuatnya pertahanan sekunder (adanya infeksi
penekanan imun)
5. Kebersihan jalan napas inefektif b/d peningkatan produksi sekret
6. Pola napas inefektif b/d penurunan fungsi paru.
7. Gangguan pertukaran gas b/d efek inflamasi
8. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.

3.2 Intervensi Keperawatan


Dx I
Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) b/d proses infeksi
Tujuan: suhu tubuh kembali normal (36⁰c-37,5⁰c)
Kriteria hasil: pasien mengatakan suhu tubuhnya tidak panas lagi.
Intervensi:
1. Observasi tanda-tanda vital
R/: pemantauan TTV yang teratur dapat menentukan perkembangan selanjutnya.
2. Anjurkan kepada keluarga klien untuk melakukan kompres hangat pada aksila
atau dahi.
R/: dengan memberikan kompres hangat maka akan terjadi evaporasi / penguapan,
sehingga panasnya akan berkurang.
3. Anjurkan klien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan yang dapat
menyerap keringat, seperti yang terbuat dari katun.
R/: untuk mempercepat evaporasi atau penguapan.
4. Atur sirkulasi udarah
R/: penyediaan udara bersih.
5. Anjurkan klien untuk minum air hangat ± 2000-2500 ml/hari.
R/: kebutuhan cairan meningkat karena proses penguapan tubuh meningkat.
6. Anjurkan klien untuk istirahat di tempat tidur selama feblis penyakit
R/: tirah baring untuk mengurangi metabolisme dan panas.
7. Kolaborasi
Pemberian terapi obat-obatan anti mikroba.
Antipiretik
R/: untuk mengontrol infeksi dan menurunkan panas.

Dx II
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia.
Tujuan: dapat memenuhi nutrisi dalam tubuh pasien
Kriteria hasil: nutrisi pasien seimbang dan tidak menunjukan malnutrisi.
Intervensi:
1. Kaji kebiasaan diet, input-output dan timbang berat badan pasien.
R/: berguna untuk menentukan kebutuhan kalori dan evaluasi keadekuatan nutrisi.
2. Berikan makanan porsi kecil tapi sering dan dalam keadaan hangat.
R/: untuk menjamin nutrisi adekuat atau meningkatkan kalori tetap.
3. Berikan secara oral dan sering, barang sekret, berikan wadah khusus dan tisu
sekali
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Anamnesa
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada hari Rabu, 6 Oktober 2020.
Pukul 11.00 WIB didapatkan data sebagai berikut:
3.1.1 Identitas klien
Nama Klien :An.Y
TTL : Palangka Raya, 9Juli
2017
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama :-
Suku : Dayak
Pendidikan :-
Alamat : Jl. Tenggiri No. 5
Diagnosa medis : Common Cold
3.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Tn . M
TTL : Palangka Raya, 22 Januari 1986
Jenis kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Tenggiri No. 5
Hubungan keluarga : Ayah Kandung
3.1.3 Keluhan utama
Ayah klien mengatakan anaknya demam selama 1 minggu.
3.1.4 Riwayat kesehatan
3.1.4.1 Riwayat kesehatan sekarang
Ayah klien mengatakan anaknya mengalami demam selama 1 minggu dan
ayah klien membawa An.Y berobat, di puskesmas di beri obat paracetamol.

3.1.4.2 Riwayat kesehatan lalu


1. Riwayat prenatal : Selama kehamilan ibu klien tidak pernah sakit
2. Riwayat natal : An. Y lahir dengan SC dengan berat 3,9 kg,
panjang 52 cm
3. Riwayat postnatal : An. Y setelah lahir langsung menangis spontan
dan mendapat imunisasi sesuai jadwal
4. Penyakit :
An T selama ini baru sekali mengalami demam dan rewel seperti ini.
Keluhan muncul dari tadi malam. Penyakit lain yang pernah diderita
hanya batuk pilek sekali.Klien juga tidak ada riwayat alergi makanan.
5. Imunisasi :
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
0, 2, 3, 4
Usia 1 bln 2,3,4, 0,1,2,3, 9 bln -
bln

6. Riwayat kesehatan keluarga


Ayahklienmengatakan dalam keluarga jarang mengalami demam dan
tidakada yang memilikipenyakitketurunanmaupunmenular.
7. Susunan genograni 3 (tiga) generasi

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan
: Garis keturunan

: Tinggal serumah

: Klien

3.2 Pemeriksaan Fisik


3.2.1 Keadaan umum
Kesadaranklien compos menthis, akral teraba hangat dan klientampak rewel
3.2.2 Tanda vital
Nadi : 100 x/menit, Suhu:38oC, Respirasi : 23x/menit
MasalahKeperawatan : Hipertermi
3.2.3 Kepala dan wajah
3.2.3.1 Ubun-ubun
Ubun-ubunmenutup, keadaancembung.
3.2.3.2 Rambut
Warnarambuthitam, tidakrontok, tidakmudahdicabut, dantidakkusam.
3.2.3.3 Kepala
Keadaankulitkepalabersih, tidakadalesi,
tidakadaperadanganataubenjolandanmassatidakada.
3.2.3.4 Mata
Bentukmatasimetris, konjungtivamerahmuda, scleraputih, reflek
pupilbaikmengecilsaatdiberirangsangancahayatidakterdapatoedempalpebra,
ketajamanpenglihatanbaik.
3.2.3.5 Telinga
Bentuktelingasimetris, serumenatausekrettidakada, peradangantidakada.
3.2.3.6 Hidung
Bentukhidungsimetris,serumenatausekretada.
3.2.3.7 Mulut
Tidakintak, tidakstanosis, keadaanlembab, palatumkeras
3.2.3.8 Gigi
Gigi atas mulai tumbuh
3.2.3 Leher dan tengorokan
Leherdantenggorokanbentuksimetris, tidaksukarmenelan, tidakadapembesaran
tonsil, tidakadapembesaran vena jugularis, tidakadabenjolan,
tidakadaperadangan.
3.2.4 Dada
Dada berbentuk simetris, ada retraksi dada, tipe pernafasan perut, bunyi
jantung lup-dup, iktuskordis tidak terlihat, bunyi nafas tambahan ronkhi,tidak
ada nyeri dada.
3.2.5 Punggung
Punggungberbentuksimetris, tidakadaperadangan, tidakadabenjolan.

3.2.6 Abdomen
Bentuk abdomen simetris, bisingusus 5x/menit, tidakadaasites, tidakadamasa,
tidakadahepatomegali, tidakadasplenomegali, tidakadanyeri.
3.2.7 Ektremitas
Pergerakan/otot tonus bebas, tidakadaoedem, tidakadasianosis, tidakada
clubbing finger, keadaankulit tampak bersih.

3.2.8 Genetalia
: Tidak dikaji

3.2.9 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

1. Gizi : Kurang, BB: 10 kg


2. Kemandirian dalam bergaul: An. Y terlihat tidak takut berinterkasi
dengan perawat
3. Motorik halus : An. Y mampu memegang benda
4. Motorik kasar :An. Y mampu duduk
5. Kognitif dan bahasa: : An. Y mampu menoleh ke arah suara
6. Psikososial :An. Y mampu berusaha mencapai mainan

3.3 Pola Aktifitas Sehari-Hari


Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
Nutrisi
a. Frekuensi 4-5 kali 4kali
b. Nafsu makan/selera Baik Baik
c. Jenis makanan Nasi Nasi
Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1 x sehari 1 x sehari
Konsistensi Lembek Lembek
b. BAK
Frekuensi 7-8 kali sehari 7-8 kali sehari
Konsistensi Kuningjernih Kuning jernih
Istirahat/tidur
a. Siang/ jam 2-3jam 2 jam
b. Malam/ jam 9-10 jam 9 jam
Personal hygiene
a. Mandi 2x sehari 1x sehari
b. Oral hygiene 2xsehari 1x sehari

3.4Data Penunjang
Saat pengkajian tidak ada data penunjang
1. Lain-lain : Ayah klien mengatakan tidak mengerti mengapa anaknya bisa
demam.
2. Ayah klien mengatakan merasa takut dan khawatir bila anak demam lagi.
Masalah keperawatan: Defisit pengetahuan

3.5 Penatalaksanaan Medis


Nama Obat Indikasi Dosis

Paracetamol Untuk mengurangi demam 3x1

Palangka Raya, 6 Oktober 2020

Mahasiswa

(Riki Sepdiantara)

3.6ANALISA DATA
DATA SUBYEKTIF KEMUNGKINAN MASALAH
DAN DATA
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS : Infeksi bakteri Hipertermi
1. Ayah klien
mengatakan anaknya
demam selama 1 Virus dan parasit
minggu.
DO :
1. Klien tampak rewel Reaksi inflamasi
2. Akral teraba hangat
3. TTV : Suhu :38oC,
Nadi: 106x/menit, RR: Proses demam
26x/menit

Hipertermi

DS : Kurangnya terpapar Defisit pengetahuan


informasi
1. Ayah klien
mengatakan merasa
khawatir bila anaknya Cemas
demam lagi
DO :
1. Ayah klien lulusan Sering bertanya
SMP
2. Ayah klien tampak
bingung ketika ditanya Defisit Pengetahuan
bagaimana
menghadapi anak bila
demam
3. Ayah klien bertanya
bagaimana cara
mencegah supaya anak
tidak demam terulang
lagi.
3.7 PRIORITAS MASALAH
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan ayah klien
mengatakan anak demam dari malam, klien tampak rewel, akral teraba hangat, TTV :
Suhu :38oC.
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi yang ditandai
denganayah klien mengatakan merasa takut bila anak demam lagi, ayah klien tampak
bingung ketika ditanya bagaimana menghadapi anak bila demam, ayah klien bertanya
bagaimana cara mencegah keluhan anaknya supaya tidak terulang lagi.

3.8 RENCANA KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria Hasil) Intervensi Rasional
Hipertermi ditandai Setelah dilakukan 1. Pantau tanda-tanda 1. Suhu 38,9 C- 41,1 C
dengan: tindakan keperawatan vital pasien menunjukkan proses
DS : selama 1x24 jam klien 2. Pantau suhu pernyakit infeksius.
1. Ayah klien mengatakan menunjukkan temperatur Lingkungan, batasi 2. Suhu ruangan jumlah
anaknya demam selama 1 dalam batas normal penggunaan selimut harus dirubah
minggu. dengan kriteria hasil: pakaian tebal. untuk mempertahankan
1. Suhu tubuh batas 3. Berikan Kompres suhu tubuh mendekati
normal 36,6-37 C, hangat bila demam normal
DO : Nadi: 106x/menit, 4. Kolaborasi dalam 3. Dapat membantu
1. Klien tampak rewel RR: 26x/menit pemberian menurunkan panas
2. Akral teraba hangat 2. Tidak rewel antipiretik tubuh akibat efek
3. TTV : Suhu :38oC, vasidilitasi pembuluh
Nadi: 106x/menit, RR: darah
26x/menit 4. Digunakan untuk
mengurangi demam
dengan aksi sentral
pada hipotalamus.
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan 1. Beritahu keluarga 1. Mengetahui secara
ditandai dengan : asuhan keperawatan Cara mengukur suhu dini peningkatan suhu
DS : selama 1 x 25 menit, tubuh tubuh
keluarga klien 2. Berikan penjelasan 2. Untuk memberikan
1. Ayah klien mengetahui tentang mengenai penyebab  pengetahuan pemahaman 
mengatakan merasa penyakitnya dengan demam tentang penyebab dan
khawatir bila anak kriteria hasil: 3. Berikan penjelasan memberikan kesadaran
demam lagi 1. Memiliki pemahaman kepada kebutuhan belajar.
DO : tentang demam keluarga tentang 3. Perubahan dapat lebih
1. Ayah klien lulusan SMP hal-hal yang dapat tampak oleh orang
2. Ayah klien tampak dilakukan untuk terdekat, meskipun
bingung ketika ditanya mengatasi demam adanya perubahan dapat
bagaimana menghadapi dilihat oleh orang lain
anak bila demam yang jarang kontak
3. Ayah klien bertanya dengan pasien
bagaimana cara
mencegah supaya anak
tidak demam terulang
lagi.

3.9 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN


Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda Tangan
dan Nama
Jam
Perawat
Diagnosa 1 1. Memantau tanda-tanda 6 oktober 2020 Jam. 10.00 Wib
6 Oktober vital pasien S:
2020 2. Memantau suhu Ayah klien mengatakan anak masih rewel
Jam. Lingkungan, batasi
O: TTV
10.29 Wib penggunaan pakaian
1. Suhu :38oC, Nadi: 106x/menit, Riki Sepdiantara
10.32 Wib tebal. RR: 26x/menit
3. Memberikan Kompres 2. Akral Hangat
10.45 Wib 3. Pasien tampak rewel
hangat bila demam A: masalah teratasi sebagian
4. Berkolaborasi dalam P: Lanjutkan Intervensi
pemberian antipiretik:
Paracetamol 1. Memantau tanda-tanda vital
pasien ( suhu dan nadi)
2. Memberikan Kompres hangat bila
demam
3. Berkolaborasi dalam pemberian
antipiretik
Diagnosa 2 1. Memberitahu keluarga 6 oktober 2020 Jam. 10.00 Wib
6 Oktober Cara mengukur suhu S:
2020 tubuh Ayah klien mengatakan sudah mulai
10.29 Wib 2. Memberikan paham tentang demam dan penanganan
awalnya
10.32 Wib penjelasan
mengenai penyebab  O:
10.40 Wib
Riki Sepdiantara
demam 1. Ayah klien tampak tidak bingung
lagi ketika ditanya perawat
3. Memberikan 2. Ayah klien bersedia diberikan
penjelasan kepada penkes tentang penyakit dan cara
perawatannya
keluarga tentang hal- 3. Ayah klien mampu menjawab
hal yang dapat pertanyaan dari perawat
A: masalah teratasi
dilakukan untuk
P: Intervensi Dihentikan
mengatasi demam
BAB 4

PEMBAHASAN

Pelaksanaan asuhan keperawatan mengacu pada konsep dan teori yang sudah ada dan
teruji. Dalam BAB ini penulis mencoba membahas antara konsep dan kasus yang ada,
faktor penghambat dan faktor pendukung dalam pelaksanaan proses asuhan keperawatan
yang telah dilaksanakan pada Selasa, 06 Oktober 2020.

4.1 Pengkajian Keperawatan

4.1.1 Keluhan Utama

Berdasarkan pengkajian pada An. Y yang dilakukan pada hari Selasa, 06 Oktober
2020 didapatkan keluhan utama An. Y menurut keluarga yaitu anaknya demam lebih dari 1
minggu.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dilihat bahwa antara keluhan utama di teori
dengan kasus mempunyai banyak kesamaan. Sebagian besar tanda dan gejala yang
terdapat dalam teori muncul pula dalam kasus An. Y. Namun tidak semua tanda dan gejala
yang ada di teori dialami oleh An. Y. Berdasarkan data pengkajian didapatkan hasil bahwa
suhu tubuh 38°C, akral teraba hangat dan An. Y tampak rewel

4.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa yang diangkat oleh penulis dalam asuhan
keperawatan An. Y dengan Common Cold adalah :

1. Hipertermia

2. Defisit pengetahuan

Dalam menentukan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
Diare penulis menggunakan referensi yaitu Menurut buku SDKI, SLKI dan SIKI .

Berdasarkan data diatas, didapatkan kesamaan dalam diagnosa yang diangkat oleh
penulis dengan diagnosa secara teori. Menurut penulis, hal tersebut karena adanya
gambaran penyakit yang jelas dan tanda gejala yang menunjang pengangkatan diagnosa
sebagian besar sesuai dengan teori yang ada. Untuk penentuan prioritas pun sama dengan
teori, karena dari 2 diagnosa yang diangkat tampak bahwa diagnosa pertama memiliki
ancaman jiwa yang lebih besar dari diagnosa yang lainnya. Diagnosa prioritas adalah
diagnosa keperawatan dan masalah kolaboratif dimana sumber keperawatan akan
diarahkan untuk pencapaian tujuan. Pengangkatan diagnosa An. Y dilakukan berdasarkan
data-data yang mendukung.

Faktor pendukung dalam perumusan diagnosa keperawatan adalah terkumpulnya


data-data masalah keperawatan dari pasien dan keluarga, tersedianya catatan keperawatan
untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan pasien. Sedangkan faktor
penghambat dalam perumusan diagnosa keperawatan yaitu kurangnya data-data objektif
yang muncul pada pasien atau yang dapat digali oleh penulis.

4.3 Intervensi Keperawatan

1) Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan An.Y tampak


rewel, S: 38°C, akral teraba hangat. Setelah dilakukan 1 x kunjungan diharapkan
tidak terjadi hipertermia dengan kriteria hasil : Suhu tubuh dalam batas normal
36.5°C-37.5°C, Tidak ada demam.

2) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan


orang tua tampak bingung, orang tua klien selalu bertanya tentang kondisi
anaknya, orang tua klien selalu bertanya-tanya tentang penyakit anaknya,
pendidikan SMP. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x kunjungan,
maka diharapkan tidak terjadi kurang pengetahuan dengan kriteria hasil: Orangtua
pasien tidak bingung. Orangtuapasien tidak khawatir dengan keadaan anaknya.
Orangtua pasien memahami tentang keadaan anaknya. Orangtua pasien mengerti
tentang Common Cold.

Berdasarkan teori, rencana tindakan keperawatan secara teoritis dirumuskan


berdasarkan prioritas utama dimana terdapat rencana tindakan yang dilakukan secara
mandiri dan kolaboratif. Rumusan intervensi keperawatan dengan ONEK: (Observasi,
Nursing Terapi, Edukasi dan Kolaborasi). Seperti dikutip dalam Asmadi (2008:176),
rumusan tujuan keperawatan harus SMART yaitu spesific (tujuan harus jelas), measurable
(dapat diukur), achievable (dapat dicapai, ditetapkan bersama klien), realistic (dapat
tercapai dan nyata), timing (harus ada target waktu). Setelah merumuskan tujuan, langkah
selanjutnya adalah merumuskan kriteria hasil. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
yaitu kriteria hasil terkait dengan tujuan, bersifat khusus, konkret, hasilnya dapat dilihat,
didengar, dan diukur oleh orang lain.

Berdasarkan pernyataan diatas, penulis dalam membuat/menyusun intervensi


keperawatan mengikuti rumusan intervensi sesuai dengan teori yang ada yaitu ONEK
(observasi, nursing terapi/tindakan mandiri, edukasi, dan kolaborasi), untuk diagnosa yang
pertama, kedua, dan ketiga menggunakan rumusan ONEK. Hal ini menurut penulis karena
sambil disesuaikan dengan keadaan dan kesesuaian rumusan tersebut dengan diagnosa
yang diangkat.

Faktor pendukung dalam menentukan perencanaan keperawatan adalah sumber


referensi yang mendukung untuk membahas tentang perencanaan dari diagnosa
keperawatan yang ada. Faktor penghambat dalam perencanaan keperawatan yaitu
kurangnya ketelitian dan kekritisan penulis dalam menyusun rencana keperawatan yang
akan dilakukan serta dalam menyusun tujuan dan kriteria hasil, kesulitan dari penulis
dalam memilih perencanaan yang tepat dan yang sesuai dengan kondisi dan keadaan
pasien.

4.4 Implementasi Keperawatan

Berdasarkan kasus, implementasi keperawatan dilakukan selama 1 hari yaitu pada


hari selasa, tanggal 10 September 2020. Implementasi keperawatan dilakukan berdasarkan
diagnosa keperawatan yang muncul dan dilaksanakan berdasarkan intervensi yang telah
dibuat.

Untuk diagnosa pertama hipertermi, tindakan keperawatan yang dilakukan Mengukur


suhu tubuh pasien, Menganjurkan untuk memberikan kompres hangat, Menganjurkan
untuk menggunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, Berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian antipiretik. Paracetamol 3x1 (Puyer).

Untuk Diagnosa kedua defisit pengetahuan, tindakan keperawatan yang di lakukan,


Mengkaji pemahaman keluarga mengenai informasi demam, Memberikan pendidikan
kesehatan mengenai demam kepada orang tua klien antara lain: pengertian demam,
penyebab demam, tanda dan gejala demam dan penatalaksanaan demam, Memberikan
kesempatan kepada keluarga untuk bertanya. Menanyakan kembali tentang pengetahuan
dan informasi yang sudah dijelaskan.
Berdasarkan teori, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan
dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012:53).
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, selain melaksanakannya secara mandiri, harus
adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Implementasi merupakan realisasi
rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan menilai data yang baru.
Implementasi tindakan dibedakan menjadi tiga kategori yaitu: independent (mandiri),
interdependet (bekerja sama dengan tim kesehatan lainnya: dokter, bidan, tenaga
analis,ahli gizi, apoteker, ahli kesehatan gigi, fisioterapi dan lainnya) dan dependent
(bekerja sesuai instruksi atau delegasi tugas dari dokter) (Zaidin, 2003:84).

Teori yang ada dan fakta yang terjadi di lapangan terdapat persamaan, yaitu tindakan
yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah disusun dan semua rencana dilakukan.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah kebijakan atau
peraturan yang ada di rumah sakit memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
melakukan tindakan keperawatan, dan adanya kerja sama antara perawat dengan pasien
dan keluarga dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Sedangkan faktor penghambat
dalam pelaksanaan tindakan keperawatan adalah ketidakmampuan pasien dalam
melaksanakan tindakan yang sifatnya yang aktif, kurangnya waktu dalam melakukan
tindakan.
4.5 Evaluasi Keperawatan

Pada kasus, evaluasi keperawatan dilakukan pada hari yang sama dengan
implementasi keperawatan. Evaluasi yang dilakukan menggunakan format SOAP dan
untuk pencapaiannya disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah disusun
sebelumnya.

Evaluasi diagnosa pertama hipertermi dari hasil yang didapat, ibu pasien mengatakan
demam An.Y mulai berkurang. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut analisa penulis masalah
teratasi sebagian dan lanjutkan intervensi 4 untuk dilakukan keluarga pasien secara mandiri
di rumah.

Untuk diagnosa kedua defisit pengetahuan ayah pasien mengatakan sudah


mengetahui dan memahami tentang diare. Berdasarkan hasil evaluasi analisa tersebut
masalah defisit pengetahuan teratasi dan intervensi di hentikan.

Secara teori, tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang
disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan. Pada tahap evaluasi ini terdiri
dari 2 kegiatan yaitu evaluasi formatif (SOAP) dan evaluasi sumatif (SOAPIER) (Setiadi,
2012:57).

Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah pasien dan keluarga dapat
bekerjasama dan adanya kerja sama dengan tim kesehatan lainnya. Tidak ada faktor
penghambat dalam evaluasi dikarenakan dengan kondisi pasien yang memang sudah
membaik namun keadaan pasien masih perlu untuk diobservasi.
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari asuhan keperawatan yang diuraikan dalam bab 4 maka di tarik beberapa
kesimpulan yaitu:

5.1.1 Proses Keperawatan

Pada pengkajian data yang dilakukan pada kasus An. Y terdapat beberapa
kesamaan dengan teori. Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus An. Y
semuanya berjumlah 2 (Dua) diagnosa yaitu: Hipertermia berhubungan dengan
proses inflamasi dan Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya
informasi.

Perencanaan Keperawatan dirancang berdasarkan kebutuhan aktual dengan


rasional tindakan yang mendasarinya, semua disusun bedasarkan perbandingan
teori dengan kondisi yang di alami klien.

Tindakan keperawatan pada An. Y mengikuti perencanaan yang telah


disusun sebelumnya.

Evaluasi menunjukkan efektifitas sebagian tindakan yang dilakukan pada


An. Y terlihat adanya perbaikan yang positif selama perawatan yang dilaksanakan.

5.1.2 Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam pelaksanaan asuhan keperawtan pada An.Y terdapat faktor


pendukung berupa: adanya kerjasama serta respon yang baik yang ditunjukkan
oleh keluarga terhadap tindakan yang telah dilakukan, kerjasama yang baik dalam
penatalaksanaan keperawatan pada klien, baik keluarga sendiri maupun dengan
petugas kesehatan lainnya dan bimbingan akademik. Faktor penghambat yang ada
ialah : keterbatasan waktu.
5.2 Saran

5.2.1 Bagi tenaga keperawatan :

Menumbuhkan kesadaran diri akan pentingnya mengembangkan


pengetahuan secara individu oleh perawat.

5.2.3 Bagi institusi Pendidikan

Lebih memaksimalkan metode pembelajarn yang membina respon kritis


mahasiswa dalam menetapkan masalah keperawatan yang sering ditemui
dilahan praktek, sehingga kemampuan analisa mahasiswa lebih baik.

5.2.4 Bagi perkembangan IPTEK

Asuhan keperawatan ini dapat mendorong adanya pengembangan-


pengembangan lebih lanjut terutama penelitian yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan anak dengan masalah Common Cold.
DAFTAR PUSTAKA
Akimova, L. S. (2015). The Frequency of Using Antibiotic Therapy for Acute
Nasopharyngitis ( J00 ) Among Preschool Children in Outpatient Conditions in
Yakutsk. https://doi.org/10.15690/pf.v12i3.1362
Eka Riza Maula, T. R. (2016). Terapi Herbal dan Alternatif pada Flu Ringan atau
ISPA non-spesifik, 1(2), 7–10.
Haris, D. M. (2016). Profil Kesehatan Kabupaten Kampar, (22).
Kesehatan, K., & Indonesia, R. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015.
Zulaikhah, S. T., Soegeng, P., & Sumarawati, T. (2017). Risk Factors of Acute
Respiratory Infections in Practice Area for Community of Medical Students in
Semarang. Kesmas : National Public Health Journal, 11(4), 192–197.
https://doi.org/10.21109/kesmas.v11i4.1281
Genchi, G., Sinicropi, M. S., Carocci, A., Lauria, G., & Catalano, A. (2017).
Response to comment on giuseppe genchi et al. mercury exposure and heart diseases.
int. j. environ. res. public health 2017, 14, 74. International Journal of Environmental
Research and Public Health, 14(7). https://doi.org/10.3390/ijerph14070761

Informasi tentang Infeksi Saluran Pernafasan”.


www2.pom.go.id/public/publikasi/artikel/artikel02.html (9 September 2016)

Meneghetti A. Mosenifar Z (Ed.). “Upper Respiratory Tract Infection”.


2016. http://emedicine.medscape.com/article/302460-overview (9 September 2016).

“Prevention and Control Infection Healthcare”. 2010.


https://www.nhmrc.gov.au/book/australian-guidelines-prevention-and-control-
infection-healthcare-2010/b1-6-respiratory-hygiene (9 September 2016).

“Etika Batuk”. http://www.slideshare.net/rendhywsantoso/etika-batuk (14 September


2016).

“Cara Cuci Tangan Menurut WHO”. http://rsu-permata.com/cara-cuci-tangan-


menurut-who/ (14 September 2016).

Influenza adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus
influenza yang mudah menular. Penularan virus dapat terjadi melalui udara pada saat
orang berbicara, batuk dan bersin. Influenza merupakan penyakit yang umum
terjangkit di kalangan masyarakat. Penyakit ini sering di identikan dengan flu biasa
yang terkenal sebagai penyakit murah meriah. Padahal penyakit influenza dan flu
biasa memiliki tingkat bahaya yang berbeda.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perawatan Anak Demam

Sub Pokok Bahasan : Penatalaksanaan panas ( Hipertermi)

Sasaran : Keluarga An. Y

Waktu : 20-30 menit

Tempat : Puskesmas

Hari/Tanggal : Kamis, 22 Oktober 2020

I. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah di berikan penyuluhan kesehatan pada keluarga An. Y tentang perawatan
anak panas 20-30 menit keluarga An. D mengetahui cara perawatan anak panas.
II. Tujuan Instruksional Khusus(TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang perawatan anak panas keluarga
An. D mampu:
A. Menyebutkan definisi hipertermi.
B. Menyebutkan ciri-ciri pada anak hipertermi.
C. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan hipertermi.
III. Sasaran
Keluarga An. Y
IV. Materi
A. Definisi Hipertermi.
B. Penyebab hipertermi.
C. Ciri-ciri hipertermi.
D. Penanganan pada anak pada saat hipertermi.
V. Metode
A. Ceramah
B. Tanya jawab
VI. Media
Leaflet.

VII. Strategi Belajar Mengajar


No Waktu Rencana Kegiatan Kegiatan Keluarga An. Y
1 5 Menit Pembukaan : - Menjawab salam
- Memberi salam - Mendengar dan
- Perkenalan memperhatikan.
- Menjelaskan TIU dan
TIK
- Menyebutkan materi
yang akan diberikan
2 15 Menit Pelaksanaan : - Mendengarkan dan
- Menjelaskan materi: memperhatikan.
1. Pengertian
hipertermi
2. Penyebab
hipertermi
3. Ciri- ciri anak
hipertermi
4. Penanganan pada
anak hipertermi
3 5 Menit Evaluasi : - Menjawab dan
- Menanyakan definisi menjelaskan
hipertermi definisi, ciri-ciri
- Penyebab hipertermi dan penanganan
- Menanyakan ciri-ciri hipertermi.
hipertermi
- Menanyakan
penanganan hipertermi
4 2 Menit Penutup : - Memperhatikan
- Membuat kesimpulan dan menjawab
dari penyuluhan salam.
- Mengucapkan salam
penutup
VIII. Evaluasi
Pertanyaan lisan dalam bentuk essey yaitu:
A. Sebutkan definisi hipertermi?
B. Penyebab terjadinya hipertermi?
C. Sebutkan dan menjelaskan ciri-ciri hipertermi?
D. Sebutkan dan menjelaskan penanganan pada anak hipertermi?
Materi Penyuluhan

1. Definisi Hipertermi
Demam bukan merupakan suatu penyakit tersendiri. Demam adalah keadaan dimana
terjadi kenaikan suhu hingga 38 º C atau lebih. Tetapi peningkatan suhu tubuh yang
sering merupakan tanda terjadinya infeksi. Setelah infeksi disembuhkan maka suhu
tubuh akan menurun. Suhu tubuh normal diukur di bawah lidah adalah sekitar 37 derajat
Celcius. Apabila suhu tubuh 37 derajat celcius atau lebih maka anda terserang demam.
Yang disebut sebagai demam adalah bila suhu tubuh mencapai 38º C atau lebih. Kita
sebenarnya tidak perlu terlalu cemas bila suhu tubuh anak tidak melebihi 38º C. Dalam
kondisi suhu tubuh di bawah 38º C, kita belum perlu memberikan obat penurun panas.

Demam sebenarnya merupakan gejala yang acapkali diakibatkan oleh penyakit infeksi
seperti flu (masuk angin), radang tenggorokan, gondongan, campak, demam berdarah,
tifus, dan sebagainya. Selain itu, demam juga dapat merupakan reaksi tubuh akibat
terjadinya perubahan kondisi anak, seperti misalnya setelah imunisasi atau karena
tumbuhnya gigi.

Dalam kondisi suhu badan anak mencapai 40º C atau lebih, anak harus segera dibawa ke
layanan kesehatan. Demikian pula bila demam itu disertai dengan kejang.
Anak juga perlu dibawa ke layanan kesehatan bila demam yang dialaminya tidak turun
selama 3 hari. Karena demam yang disebabkan oleh "masuk angin" umumnya
berlangsung antara 1 hingga 3 hari. Bila lama waktu anak menderita demam lebih dari 3
hari, dikuatirkan hal ini disebabkan oleh penyakit yang lebih serius atau sudah terinfeksi
oleh bakteri. Dengan demikian, diperlukan adanya penanganan yang lebih dari sekedar
usaha menurunkan suhu badan.

Selain itu, kita dapat membedakan penyakit yang lebih serius dengan gejala flu biasa
dengan mengamati gejala yang terjadi pada anak. Bila anak tampak sakit berat dengan
gejala seperti cenderung tidur terus, sangat lesu, dan tidak mau main, inilah saatnya
untuk memeriksakannya ke layanan kesehatan.
Bila anak demam disertai dengan gejala lain seperti muntah-muntah, diare, mimisan,
nyeri perut, sakit kepala, nyeri telinga, atau tidak dapat menelan, maka ia juga perlu
segera dibawa ke layanan kesehatan. Keterlambatan penanganan terhadap gejala yang
menyertai demam ini dapat membawa dampak yang tidak diinginkan.

2. Penyebab Hipertermi
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik maupun
penyakit lain. (Julia, 2000).Menurut Guyton (1990) demam dapat disebabkan karena
kelainan dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu,
penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi. Penyebab demam selain infeksi
juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi terhadap
pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral (misalnya: perdarahan
otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan diagnosis penyebab demam
diperlukan antara lain: ketelitian penggambilan riwayat penyakit pasien, pelaksanaan
pemeriksaan fisik, observasi perjalanan penyakit dan evaluasi pemeriksaan
laboratorium.serta penunjang lain secara tepat dan holistik. Beberapa hal khusus perlu
diperhatikan pada demam adalah cara timbul demam, lama demam, tinggi demam serta
keluhan dan gejala lian yang menyertai demam. Demam belum terdiagnosa adalah suatu
keadaan dimana seorang pasien mengalami demam terus menerus selama 3 minggu dan
suhu badan diatas 38,3 derajat celcius dan tetap belum didapat penyebabnya walaupun
telah diteliti selama satu minggu secara intensif dengan menggunakan sarana
laboratorium dan penunjang medis lainnya.
3. Ciri-ciri hipertermi
a. Kepala, leher dan tubuh akan terasa panas, sedang tangan dan kaki dingin.
b. Mungkin merasa kedinginan dan menggigil bila suhu meningkat dengan cepat.
c. Demam itu disertai dengan kejang-kejang, menggigil, lesu, pernapasan yang
abnormal, kaku tengkuk, sangat gelisah, kebingungan, halusinasi atau tidak dapat
ditenangkan.
d. Demam jika disertai sakit kuping, muntah dan/atau diare, sakit pada waktu kencing
atau terdapat bercak keunguunguan dikulit.
e. Anak Anda baru dioperasi atau menderita penyakit kronis, seperti ginjal, kanker,
diabetes atau mempunyai sejarah kejang-kejang karena demam.
f. Ada tanda-tanda dehidrasi ( mata cekung, atau bercak halus pada kulit, haus terus
menerus, kencing sedikit atau tidak sama sekali, detak jantung yang keras dan
gelisah terus menerus ).
g. Demam dengan suhu 40 C yang tidak turun-turun dalam waktu 4 - 6 jam selama
perawatan di rumah.
h. Demam yang berlangsung lebih dari 3 hari.

4. Penanganan Hipertermi
1. Pastikan anak Anda banyak minum dan istirahat yang cukup.
2. Untuk demam dengan suhu 40C, kompres anak Anda dalam air hangat selama 15
menit. Jika anak Anak mulai menggigil atau memprotes bahwa airnya mulai dingin,
cepat angkat.
3. Hindari memandikan anak Anda jika ia terserang demam tinggi, karena kemungkinan
akan meninggikan demamnya.
4. Kenakan pakaian tipis meskipun tubuh merasa dingin. Pakaian tebal dan selimut
akan menaikkan suhu tubuh. Suhu yang sangat tinggi (39 derajat Celcius atau lebih)
terutama pada anak-anak bisa menyebabkan kejang-kejang.
5. Istirahat dirumah pada ruangan dengan ventilasi yang baik, memakai kipas angin
atau alat pendingin udara.
6. Minum banyak air, sari buah, susu atau sup bening. Minuman dingin akan membantu
menurunkan suhu tubuh. Cara yang mudah untuk mengetahui apakah cukup minum
atau tidak adalah dengan melihat warna urin, pakah warna terang atau kuning tua.
7. Usakan makan seperti biasa, meskipun nafsu makan berkurang. Bila tidak mau
makan maka tubuh menjadi lemah.
8. Periksa suhu tubuh setiap 4 jam. Jangan makan atau minum selama setengah jam
sebelum suhu tubuh diukur karena hasilnya menjadi tidak tepat.
9. Kompreslah anak dengan air biasa pada ketiak, dan lipat paha. Tujuan kompres
adalah untuk menurunkan suhu di permukaan tubuh anak. Turunnya suhu di
permukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk menguapkan
air pada kain kompres..
Jangan menggunakan air es untuk mengompres. Karena hal ini justru akan membuat
pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat keluar. Mengompres dengan
alkohol juga tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan iritasi pada mata dan
intoksikasi (keracunan).
Sekalah badan anak dengan air hangat. Setelah itu keringkan dengan handuk.
10. Berikan analgetik seperti paracetamol dan jika panas tidak turun segera bawa ke
layanan kesehatan terdekat.
APA ITU DEMAM?
CARA MEMBERI
KOMPRES
PERAWATAN Peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh
virus/bakteri dan dehidrasi. Pemeriksaan suhu Persiapan
DEMAM tubuh menggunakan termometer yang dapat  Waskom kecil berisi air hangat (400C
- 460C)
diletakkan di mulut, di ketiak ataupun di dahi.
Normalnya suhu tubuh: 36,70C - 370C  Waslap / handuk kecil secukupnya,
biasanya 2 buah

KOMPRES HANGAT
CARA KERJA
Terapi kompres adalah salah satu cara untuk
1. Buka semua pakaian anak, lalu
menurunkan suhu tubuh bila anak demam.
usap seluruh tubuh dengan waslap
Untuk mengeluarkan panas dalam tubuh area
yang telah dibasahi dengan air
yang baik untuk kompres:
hangat.
1. Kulit yang berada di leher. 2. Letakkan pada kedua lipatan
2. Ketiak (axila).
ketiak dan lipatan paha
3. Selangkangan.
3. Ganti waslap tiap 3 menit atau
RIKI SEPDIANTARA
waslap sudah mulai kering
2019.NS.A.07.022
4. Hentikan kompres bila anak tidak
panas lagi saat diraba atau bila
suhu telah mencapai keadaan
normal
STIKES EKA HARAP
PALANGKA RAYA
OBAT PENURUN PANAS DAMPAK OBAT PENURUN PANAS
1. Pada anak dengan infeksi akan
memperpanjang masa penyakitnya.
Tidak semua demam harus di obati dengan 2. Dapat menjadi salah satu penyebab
antipiretik (obat penurun panas) terjadinya autis.
3. Menghambat pertumbuhan tubuh.
4. Perkembangan memori terhambat.
Kapan diberikan obat penurun panas? 5. Melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Jika demam tidak membaik dalam 3 hari


1. Pada anak dengan riwayat demam setelah dilakukan kompres hangat dan
AIR HANGAT? sebelumnya.
pemberian obat penurun panas segera
2. Pada demam yang jelas disebabkan
bawa ke puskesmas ataupun dokter
oleh penyakit seperti malaria dan
tifoid terdekat !!
Mengapa harus mengompres dengan air
hangat, mengapa tidak dengan air dingin
saja?

Jika menggunakan air dingin, akan


menyebabkan suhu tidak akan turun,
sehingga pengeluaran panas tubuh
sulit.Selain itu air dingin malah akan
menaikan suhu karena benda dingin yang di
tempelkan.
LEMBAR KONSULTASI PEMBIMBING AKADEMIK
Nama : Riki Sepdiantara
NIM : 2019.NS.A.07.022
Hari/Tgl/ Catatan TTD
No
Waktu Pembimbing Mahasiswa Pembimbin
1. Kamis, 22 1. Perhatikan Sistematika Penulisan
Oktober 2020 2. Buat Implementasi
3. Lanjut buat BAB 4 dan BAB 5
4. Sesuaikan SAP dan leaflet tidak sesuai dengan SAP
Sarjana Keperawatan Ners Reguler is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.
Topic: Ujian Virtual Mahasiswa Profesi Ners Angkatan VII
Stase Anak
Time: Oct 22, 2020 08:35 AM Jakarta Rimba Apriant
Riki S.Kep., Ners
Join Zoom Meeting
Sepdiantara
https://zoom.us/j/94595318262?
pwd=NUpnM1I5ZW1yWStyNERQWjRKdUVEZz09
Meeting ID: 945 9531 8262
Passcode: 9w3Exw
Hari/Tgl/ Catatan TTD
No
Waktu Pembimbing Mahasiswa Pembimbing
1. Kamis, 22 1. Perbaiki Implementasi
Oktober 2020 2. Sesuaikan SAP
3. Lanjutkan membuat Studi Kasus
Sarjana Keperawatan Ners Reguler is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.
Topic: Ujian Virtual Mahasiswa Profesi Ners Angkatan
VII Stase Anak
Rimba
Time: Oct 22, 2020 08:35 AM Jakarta
Aprianti,
Join Zoom Meeting
Riki S.Kep., Ners
https://zoom.us/j/94595318262?
pwd=NUpnM1I5ZW1yWStyNERQWjRKdUVEZz09 Sepdiantara
Meeting ID: 945 9531 8262
Passcode: 9w3Exw
3 1. Bimbingan Post konference
2. Perhatikan sistematika penulisan
3. Masukkan SAP, Tinjauan teori dan leaflet serta
masukkan gambar pada tinjauan teori
4.
Topic: Bimbingan Post Conference Mahasiswa
Ners Reguler Stase Kep. Anak kel. 2 Pembimbing Riki Rimba
Rimba Aprianti Sepdiantara Aprianti,
Time: Oct 16, 2020 01:00 PM Jakarta S.Kep., Ners
Join Zoom Meeting
https://zoom.us/j/96870851868?
pwd=Q2hKbjIrcDU3d3Mwb0ZZcjdZVFBTQT09
Meeting ID: 968 7085 1868
Passcode: 0Hab4P

Anda mungkin juga menyukai