Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA An.Y DENGAN


DIAGNOSA MEDIS INFLUENZA
PADA STASE ANAK

OLEH:

MAIRITA ANDANI
NIM: 2019.NS.A.07.051

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2020

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :

Nama : Mairita Andani


NIM : 2019.NS.A.07.051
Program : Ners 7
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An.Y
Dengan Diagnosa Medis Influenza Pada Stase Anak

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai syarat untuk


melaksanakan Stase Keperawatan Anak pada Program Studi Ners Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik.

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Sri Wulandari T, S.Kep.,Ners

i
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan keperawatan ini disusun oleh :

Nama : Mairita Andani


NIM : 2019.NS.A.07.051
Program : Ners 7
Judul : Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada An.Y
Dengan Diagnosa Medis Influenza Pada Stase Anak

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai syarat untuk


melaksanakan Stase Keperawatan Anak pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik.

Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners Sri Wulandari T, S.Kep.,Ners

Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Meilitha Carolina, M.Kep.,Ners.

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada An.Y Dengan Diagnosa Medis Influenza Pada Stase Anak” yang susun
penulis untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Kritis program studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara
khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners.
3. Rimba Aprianti,S.Kep.,Ners.selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
asuhan keperawatan ini.
4. Sri Wulandari, S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan asuhan
keperawatan ini.
5. Kedua Orang Tua yang selama ini telah memberikan dukungan, kasih sayang
dan bantuan moril maupun materil serta doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini.
Penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak
demi lebih di waktu yang akan datang, semoga Asuhan Keperawatan ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi perawat dan instansi lainnya khususnya bagi
mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.

Palangka Raya,11 Oktober 2020

Penulis,

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


1.1. Latar
belakang ................................................................................................. 1
1.2. Rumusan
masalah............................................................................................ 2
1.3. Tujuan
penulisan .............................................................................................. 2
1.4. Manfaat
penulisan ........................................................................................... 3

BAB II TUJUAN PUSTAKA............................................................................... 4


2.1. konsep dasar Influenza .....................................................................................4
2.2. Anatomi Fisiologi influenza..............................................................................4
2.3 Etiolohi influenza...............................................................................................8
2.4 Manifestasi Klinis Influenza .............................................................................9
2.5 Potofisiologi influenza ................................................................................... 10
2.6 Komplikasi influenza ..................................................................................... 13
2.7 Penatalaksanaan influenza ............................................................................. 13

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ............................................ 15


3.1 Pengkajian .................................................................................................... 15
3.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................ 15
3.3 Intervensi ...................................................................................................... 16
3.4 Evaluasi ......................................................................................................... 18

BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KELOLAAN..................................... 19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh


virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit
berat (Abelson, 2010). Setiap orang sudah mengenal dan sudah pernah
menderita penyakit ini. Bila terserang penyakit ini pekerjaan sehari-hari akan
terhalang, karena gejala penyakit ini ialah rasa tidak enak badan, demam, rasa
pegal linu, lemas, lesu, bersin-bersin dan terasa nyeri di otot-otot dan sendi
(Prabu, 2011). Penyebab influenza adalah virus RNA yang termasuk dalam
keluarga Orthomyxoviridae yang dapat menyerang burung, mamalia termasuk
manusia. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat
penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah,
air liur, ingus) penderita. Ada dua jenis virus influenza yang utama menyerang
manusia yaitu virus A dan virus B (Spikler, 2010). Virus ini beredar di seluruh
dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis
kelamin. Influenza diketahui menyebabkan epidemi tahunan dan umumnya
mencapai puncaknya pada musim dingin di daerah beriklim sedang. Sampai
saat ini sudah ditemukan beberapa vaksin yang bisa menangani virus
influenza

Untuk menghilangkan gejala yang menyertai dapat menggunakan obat-


obatan yang sesuai bila diperlukan (Mubarak, 2012). Perlu diperhatikan
bahwa obat- obatan ini hanya digunakan untuk meringankan gejala bukan
untuk mengatasi virus penyebabnya. Obat-obatan ini dapat diperoleh tanpa
resep karena termasuk obat bebas. Untuk itu dalam pemilihan obat flu
diperlukan kehati-hatian dan harus didasarkan pada gejala flu yang muncul.
Pengetahuan tentang influenza sangat diperlukan dalam pemilihan obatnya
sehingga masyarakat dapat memperhatikan komposisi obat flu yang diminum
agar komponen obat sesuai dengan gejala yang flu yang dialami

1
Berdasarkan survey yang dilakukan pada 10 orang mahasiswa Farmasi UMS
diperoleh data bahwa 6 dari 10 mahasiswa meminum obat saat menderita flu
sendangkan sisanya yaitu 4 tidak diobati. Selanjutnya 3 mahasiswa memilih
obat berdasarkan pengalaman, 2 yang lainnya memilih berdasarkan iklan di
media elektronik dan 1 memilih obat berdasarkan gejala yang dialami.
Diantara obat- obatan yang dipilih kebanyakan mengandung lebih dari satu zat
aktif untuk meringankan gejala yang menyertai flu sedangkan gejala tersebut
belum tentu dialami oleh tiap responden. Melihat gambaran ini maka
pengetahuan tentang influenza sangat dibutuhkan dalam pemilihan
pengobatan saat terserang flu agar mahasiswa mampu memilih obat yang
benar saat menderita influenza. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan obat
influenza. melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui
kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh
udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun
jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini belum jelas betul.
Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari, disinfektan, dan deterjen.
Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus dapat
diinaktivasi dengan sabun.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai


berikut:
1) Apa definisi influenza?
2) Bagaimana anatomi fisiologi influenza?
3) Apa klasifikasi influenza?
4) Bagaimana patofisiologi influenza?
5) Apa manifestasi klinis influenza?
6) Bagaimana manajemen asuhan keperawatan gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Penulis dapat mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa influenza

2
1.3.2 Tujuan khusu

Pada tujuan khusus ini penulisan mampu :


a. Melakukan pengkajian secara langsung pada pasien influenza .
b. Merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada pasien
influenza.
c. Membuat perencanaan keperawatan pada pasien influenza.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien influenza.
e. Mengevaluasi keperawatan pada pasien influenza.
f. Mendokumentasi asuhan keperawatan pasien influenza
1.4 Manfaat
Adapun manfaat pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:
1) Memahami akan pentingnya influenza dalam mendukung kesehatan dan
keseimbangan tubuh manusia.
2) Mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan
kebutuhanyan

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Anak

2.1.1 Definisi Anak

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa
saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam
kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan
terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan
hingga berusia 18 tahun (Damayanti, 2010).

Dalam keperawatan anak, yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah
anak, anak di artikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas
tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan
fisik, psikologis, social dan spiritual.

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan


perkembangan yang di mulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang di mulai dari bayi ( 0-1 tahun )
usia bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun) hingga remaja (11-18 tahun).Rentang ini berbeda antara anak satu
dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat
rentang perrubahan pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan
lambat.Dalam proses perkenbangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep
diri, pola koping dan prilaku social.

4
2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan


menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi, perawatan
kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang, kesegaran jasmani atau
rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih saying (Asih), pada tahun-tahun pertama
kehidupan, hubungan yang erat, mesra dan selaras antara ibu atau pengganti ibu
dengan anak merupakan syarat yang mutlakuntuk menjamin tumbuh kembang yang
selaras baik fisik, mental maupun psikososial. Kebutuhan akan stimulasi mental
(Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal dalam proses belajar (pendidikan
dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial diantaranya kecerdasan, keterampilan, kemandirian,
kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.

2.1.3 Filosofi Keperawatan Anak

1. Perawatan berfokus  pada keluarga.

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak


bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat di tentukan oleh lingkungan
keluarga, untuk itu keperawatan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat
tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak (Wong, perry &
Hockenberry, 2010).

Perawat yang bertindak sebagai pemberi pelayanan keperawatan hendaknya


berfokus pada keluarga, dengan memperhatikan kemampuan dalam
menentukan kekuatan dan kelemhan sebab kekuatan dan kelemahan, dari
keluarga tersebut dapat dijadikan acuan dalam pemberian  pelayanan
keperawatan. Kekuatan dan kelemahan keluarga tersebut dapat juga berupa
fasilitas keluarga dalam merawat anak, tingkat pengetahuan, tingkat ekonomi,
peran atau bentuk keluarga itu sendiri.

Kemudian kehidupan anak juga sangat di tentukan keberadaanya bentuk


dukungan dari keluarga, hal ini dapat terlihat bila dukungan keluarga yang
sangat baik maka pertumbuhan dan perkembangan anak  relatif stabil, tetapi

5
apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka akan mengalami
hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak.

2. Atraumatic care

Atraumatic care yang dimaksud di sini adalah perawatan yang tidak


menimbulkan adanya trauma pada anak dan keluarga. Perawatan tersebut di
fokuskan dalam pencegahan terhadap trauma yang merupakan bagian dalam
keperawatan anak. Perhatian khusus anak sebagai individu yang masih dalam
usia tumbuh kembang sangat penting karena masa anak merupakan proses
menuju kematangan. Kalau proses menuju kematangan tersebut terdapat
hambatan atau gangguan maka anak tidak akan mencapai kemenangan. Untuk
mencapai perawatan tersebut beberapa prinsip yang dapat di lakukan oleh
perrwata antara lain :

1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluaga 

2) Meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol kemampuan anak

3) Mencegah atau mengurangi cedera ( Injury ) dan nyeri ( dampak


psikologis ) 

4) Mengurangi nyeri merupakan tindakan yang herus dilakukan dalam


keperawatan anak.

5) Modifikasi lingkungan fisik

3. Manajemen kasus

Pengelolaan kasus seacara komprehensif adalah bagian utama dalam


pemberian asuhan keperwatan secara utuh, melalui upaya pengkajian, penetuan
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari berbagai kasus baik yang
akut maupun yang kronis.

2.1.4 Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek
yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik

6
maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak
tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya.Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama (Nursalam,
2015).

2.1.5 Tingkat Perkembangan Anak

Menurut Damaiyanti (2010), karakteristik anak sesuai tingkat


perkembangan :

2.1.5.1 Usia bayi (0-1 tahun)

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya
dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,
misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah
lembut.

Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang
dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian
saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau
memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengan ibunya.

2.1.5.2 Usia pra sekolah (2-5 tahun)

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada

7
ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi
padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat
yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan
merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia
yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.

Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan
karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti
boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada
yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua.

Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam
berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.

2.1.5.3 Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya.

Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah
mampu berpikir secara konkret.

2.1.5.4 Usia remaja (13-18)

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak
merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya.

8
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang
prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi
wajah bahagia.

2.1.6 Tugas Perkembangan Anak

Tugas perkembangan menurut teori Havighurst (2010) adalah tugas yang


harus dilakukan dan dikuasai individu pada tiap tahap perkembangannya. Tugas
perkembangan bayi 0-2 adalah berjalan, berbicara,makan makanan padat,
kestabilan jasmani. Tugas perkembangan anak usia 3-5 tahun adalah mendapat
kesempatan bermain, berkesperimen dan berekplorasi, meniru, mengenal jenis
kelamin, membentuk pengertian sederhana mengenai kenyataan social dan alam,
belajar mengadakan hubungan emosional, belajar membedakan salah dan benar
serta mengembangkan kata hati juga proses sosialisasi.

Tugas perkembangan usia 6-12 tahun adalah belajar menguasai


keterampilan fisik dan motorik, membentuk sikap yang sehat mengenai diri
sendiri, belajar bergaul dengan teman sebaya, memainkan peranan sesuai dengan
jenis kelamin, mengembangkan konsep yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari, mengembangkan keterampilan yang fundamental, mengembangkan
pembentukan kata hati, moral dan sekala nilai, mengembangkan sikap yang sehat
terhadap kelompok sosial dan lembaga. Tugas perkembangan anak usia 13-18
tahun adalah menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai
perempuan dan laki-laki, menyadari hubungan-hubungan baru dengan teman
sebaya dan kedua jenis kelamin, menemukan diri sendiri berkat refleksi dan kritik
terhadap diri sendiri, serta mengembangkan nilai-nilai hidup.

2.1.7 Prinsip-prinsip Keperawatan Anak

Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus
memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan. Di antara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:

9
Pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang
unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang
anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai
individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan
menuju proses kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan
hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematangannya.

Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki
berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia
tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti
kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain.
Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga
membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat
terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu
memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh anak.

Ketiga, pelayanan keperawatan anak berorientasi pada upaya pencegahan


penyakit dan peningkatan derajat kesehatan, bukan hanya mengobati anak yang
sakit. Upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan bertujuan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada anak, mengingat anak
adalah generasi penerus bangsa.

Keempat, keperawatan anak merupakan disiplin ilmu kesehatan yang


berfokus pada kesejahteraan anak sehingga perawat bertanggung jawab secara
komprehensif dalam memberikan asuhan keperawatan anak.

Kelima, praktik keperawatan anak mencakup kontrak dengan anak dan


keluarga untuk mencegah, mengkaji, mengintervensi, dan meningkatkan
kesejahteraan hidup, dengan menggunakan proses keperawatan yang sesuai
dengan aspek moral (etik) dan aspek hukum (legal).

Keenam, tujuan keperawatan anak dan remaja adalah untuk meningkatkan


maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai mahluk
biopsikososial dan spiritual dalam konteks keluarga dan masyarakat.

10
Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan
mempelajari aspek kehidupan anak (Azis, 2005).

2.1.8 Tanda-tanda Vital pada Anak

1. Tekanan darah
1) Bayi baru lahir : tekanan darah sistolik 50 – 70 mmHg
2) Bayi : tekanan darah sistolik 70 – 95 mmHg
3) Bawah 3 tahun : tekanan darah sistolik 80 – 100 mmHg
4) Pra sekolah : tekanan darah sistolik 80 – 100 mmHg
5) Anak-anak : tekanan darah sistolik 80 – 110 mmHg
6) Remaja : tekanan darah sistolik 90 – 110 mmHg
2. Nadi
1) Bayi baru lahir : 120 – 160 x/menit
2) Bayi : 100 – 160 x/menit
3) Bawah 3 tahun : 90 – 150 x/menit
4) Pra sekolah : 80 – 140 x/menit
5) Anak-anak : 70 – 120 x/menit
6) Remaja : 60 - 100 x/menit
3. Pernafasan
1) Bayi baru lahir : 40 - 60 x/menit
2) Bayi : 30 - 60 x/menit
3) Bawah 3 tahun : 24 - 40 x/menit
4) Pra sekolah : 22 - 34 x/menit
5) Anak-anak : 18 - 30 x/menit
6) Remaja : 12 - 20 x/menit

2.1.8 Peran Perawat

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang


sesuai dengan fungsi yang ada dalam masyarakat atau suatu pola sikap, perilaku,
nilai dan tujuan yang diharapkan diri seseorang berdasarkan posisinya
dimasyarakat (Hidayat, 2010). Sedangkan menurut Kozier dan Barbara (2010)

11
yang dikutip dari Mubarak (2010), mendefinisikan peran adalah seperangkat
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu system.Peran dipengaruhi oleh keadaan social dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu (Mubarak, 2010).

Peran perawat adalah cara untuk mengatasi aktifitas perawat dalam


praktik,dimana telah menyelesaikan pendidiksan formalnya yang diakui dan diberi
kewenangan oleh pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab
keperawatan secara professional sesuai dengan kode etik profesionalnya.Dimana
setiap peran yang dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan (Mubarak,
2010).Sedangkan menurut supartini (2011) Perawat adalah salah satu tim
kesehatan yang bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting
seorang perawat anak, yaitu: sebagai pembela, pendidik, konselor, kordinator,
pembuat keputusan etik, perencana kesehatan, dan peneliti

Sebagai pembela, perawat dituntut sebagai pembela bagi keluarganya pada


saat mereka membutuhkan pertolongan tidak dapat mengambil keputusan/
menentukan pilihan, dan menyakinkan keluarga untuk menyadari pelayanan yang
tersendiri, pengobatan/ dan prosedur yang dilakukan dengan cara melibatkan
keluarga.

Sebagai pendidik, perawat berperan sebagai pendidik baik secara langsung


dengan memberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan pada orangtua anak
maupun secara tidak langsung dengan menolong orangtua/ anak memahami
pengobatan dan perawatan anaknya. Sebagai konselor, perawat dapat member
konseling keperawatan ketika anak dan orangtuanya membutuhkan. Sebagai
kordinator, perawat berada pada posisi kunci untuk menjadi kordinator pelayanan
kesehatan karena 24 jam berada di samping pasien.

Sebagai pembuat keputusan etik, perawat dituntut untuk dapat berperan


sebagai pembuat keputusan etik dengan berdasarkan pada nilai moral yang
diyakini dengan menekankan pada hak pasien untuk mendapat otonomi,
menghadapi hal-hal yang merugikan pasien, dan keuntungan asuhan keperawatan

12
yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai perencana kesehatan,
perawat harus bias merumuskan rencana pelayanan kesehatan di tingkat
kebijakan.

13
2.2 Anatomi Fisologi
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk
memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida (Peate and Nair, 2011). Sistem
respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair,
2011).

1. Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian
internal. Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan
hyaline kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian
eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
a menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk
b mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau)

14
c modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan
bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang
yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane
mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)
2. Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang
13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane
mukosa. Otot rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap
sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan.
Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan
ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada
reaksi imun terhadap benda asing).
3. Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3
bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid,
cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan
dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal
sebenarnya) untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian
tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan
mengalihkan makanan dan minuman agar melewati esofagus.( Kementrian
Kesehatan RI. 2018.)
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati
udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar
bersilia sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong
keatas melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan
bronkus juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel
besar yang masuk kembali keatas.
5. Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan

15
kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam
masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan
semakin banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang
terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien
influenza sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga menyebabkan
hidung tersumbat.
6. Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga
lobus di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua
paru terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi
jantung. Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang
disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks
sedangkan visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura
terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua
pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas.
Cairan ini juga membantu pleura. visceral dan parietal melekat satu sama lain,
seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah (Peate and Nair, 2011).

Gambar 2.3 Alveoli (Spickler, 2012)

Cabang-cabang bronkus terus terbagi hingga bagian terkecil yaitu bronchiole.


Bronchiole pada akhirnya akan mengarah pada bronchiole terminal. Di bagian
akhir bronchiole terminal terdapat sekumpulan alveolus, kantung udara kecil
tempat dimana terjadi pertukaran gas (Sherwood, 2010). Dinding alveoli terdiri

16
dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel skuamosa biasa
yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolar tipe II
jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. sel
alveolar tipe I adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II
mengelilingi sel epitel dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang
mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung surfaktan sehingga
dapat menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada
cairan alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipid dan
lipoprotein. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan darah
terjadi secara difusi melewati dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya
membentuk membran respiratori.

Respirasi mencakup dua proses yang berbeda namun tetap berhubungan


yaitu respirasi seluler dan respirasi eksternal. Respirasi seluler mengacu pada
proses metabolism intraseluler yang terjadi di mitokondria. Respirasi eksternal
adalah serangkaian proses yang terjadi saat pertukaran oksigen dan
karbondioksida antara lingkungan eksternal dan sel-sel tubuh.

Terdapat empat proses utama dalam proses respirasi ini yaitu:


a. Ventilasi pulmonar – bagaimana udara masuk dan keluar dari paru
b. Respirasi eksternal – bagaimana oksigen berdifusi dari paru ke
sirkulasi darah dan karbondioksida berdifusi dari darah ke paru
c. Transport gas – bagaimana oksigen dan karbondioksida dibawa dari
paru ke jaringan tubuh atau sebaliknya
d. Respirasi internal – bagaimana oksigen dikirim ke sel tubuh dan
karbondioksida diambil dari sel tubuh (Peate and Nair, 2011

2.3 Definisi Influenza


Influenza merupakan infeksi virus akut yang disebabkan oleh virus
influenza, dan menyebar dengan mudah dari orang ke orang. Virus ini beredar
diseluruh dunia dan dapat mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis
kelamin (WHO, 2012).
Penyakit influenza atau sering disebut dengan flu merupakan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus di saluran pernapasan. Virus penyebab influenza

17
tersebar di udara bebas, terutama dari buangan cairan yang dikeluarkan penderita
influenza. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, terutama anak-anak (Herti
Maryani & Lusi Kristiana, 2011)
Influenza (flu) adalah penyaki pernafasan menular yang disebabkan oleh
virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat
(Abelson, 2010).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa,
Influenza adalah suatu infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus
influenza yang tersebar di udara bebas yang dapat menyerang semua tingkat usia
yang sering terjadi saat musim dingin. Biasanya, influenza ditularkan melalui
udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung
virus. Influenza juga dapat melalui kontak langsung dengan tinja burung atau
ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol
yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar
infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini
belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi
karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun.
2.3 Klasifikasi Influenza
Berdasarkan jenisnya influenza di bagi menjadi 3 bagian :
1. Virus influenza A
2. Virus influenza B
3. Virus influenza C
2.4 Etiologi

Dikenal tiga jenis influenza musiman (seasonal) yakni A, B dan Tipe C.


Di antara banyak subtipe virus influenza A, saat ini subtipe influenza A
(H1N1) dan A (H3N2) adalah yang banyak beredar di antara manusia. Virus
influenza bersirkulasi di setiap bagian dunia. Kasus flu akibat virus tipe C
terjadi lebih jarang dari A dan B. Itulah sebabnya hanya virus influenza A dan
B termasuk dalam vaksin influenza musiman. Influenza musiman menyebar
dengan mudah Saat seseorang yang terinfeksi batuk, tetesan yang terinfeksi
masuk ke udara dan orang lain bisa tertular. Mekanisme ini dikenal sebagai

18
air borne transmission. Virus juga dapat menyebar oleh tangan yang
terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang harus menutup mulut dan
hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan mereka secara
teratur (WHO, 2010).

Virus influenza A inang alamiahnya adalah unggas akuatik. Virus ini


dapat ditularkan pada spesies lain dan dapat menimbulkan wabah yang
berdampak besar pada peternakan unggas domestik atau menimbulkan suatu
wabah influenza manusia. Virus A merupakan patogen manusia yang paling
virulen di antara ketiga tipe infleuenza dan menimbulkan penyakit paling
berat, yang paling terkenal di Indonesia adalah flu babi (H1N1) dan flu
burung (H5N1) (Spickler, 2012).

Virus influenza B hampir secara ekslusif hanya menyerang manusia dan


lebih jarang dibandingkan virus influenza A. karena tidak mengalami
keragaman antigenik, beberapa tingkat kekebalan diperoleh pada usia muda,
tapi sistem kekebalan ini tidak permanen karena adanya kemungkinan mutasi
virus.

Virus influenza C menginfeksi manusia, anjing dan babi, kadangkala


menyebabkan penyakit yang berat dan epidemi lokal. Namun, influenza C
jarang terjadi disbanding jenis lain dan biasanya hanya menimbulkan penyakit
ringan pada anak-anak (Spickler, 2012).

2.5 Manifestasi Klinik


a. Gejala influenza dapat dimulai dengan cepat, satu sampai dua hari setelah
infeksi. Gejala influenza dapat meliputi:
b. Gejala pertama adalah menggigil atau perasaan dingin
c. Demam sering terjadi pada awal infeksi, dengan temperatur tubuh berkisar
38-39 °c, dan perasaan dingin yang ekstrem (menggigil, gemetar)
d. Rasa sakit dan nyeri sekujur tubuh, banyak orang merasa begitu sakit
sehingga mereka tidak dapat bangun dari tempati tidur selama beberapa hari.
e. Batuk
f. Hidung tersumbat
g. Kelelahan

19
h. Nyeri kepala
i. Iritasi mata, mata berair
j. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut,
tenggorok, dan hidung
k. Ruam petechiae
Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen, (dapat 'S-
menjadi parah pada anak dengan influenza B)
2.6 Patofisiologi
Gejala influenza mulai timbul setelah 24 - 48 jam penderita terserang virus.
Gejala ini biasanya akan hilang setelah 3 - 5 hari,sedangkan batuk dan kelelahan
m
masih tetap. Pada anak- anak, suhu badan biasanya lebih tinggi daripada orang >
dewasa. Beberapa kasus influenza (terutama pada orang dewasa)akan mengalami i
keletihan dan kehilangan tenaga selama beberapa minggu. Jika suhu badan tetap /
tinggi lebih dari tiga hari menunjukkan adanya komplikasi.
7
Z
Masa inkubasi (sejak bibit penyakit masuk sampai timbul gejala) penyakit ini
selama 1 - 4 hari (rata-rata dua hari). Pada orang dewasa, infeksi terjadi sejak satu
>
hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah terjadinya

penyakit ini. Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari 10 hari. i
Bahkan, anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus enam hari sebelum 7
tampak gejala pertama penyakit ini. Penularan penyakit influenza dapat melalui
Z
>
dua cara, yaitu :
a. Penularan pernafasan *—

Ketika seorang penderita influenza batuk, bersin, atau berbicara, virus


influenza akan dikeluarkan dan menyebar ke udara. Akibatnya, orang yang
sehat dapat tertular virus dengan cara mengirup udara yang tercemar oleh virus
influenza. Pada rute penularan udara, ukuran droplet yang cukup kecil untuk
dihirup berdiameter 0,5 sampai 5 μm dan inhalasi satu droplet mungkin cukup
untuk menimbulkan infeksi.
b. Penularan Kontak
Jika orang yang sehat secara tidak sengaja bersentuhan dengan orang yang
terinfeksi seperti berjabat tangan, menyentuh benda-benda yang tercemar virus
kemudian menyentuh hidung atau mulutnya, maka virus akan masuk ke

20
saluran napas orang sehat tersebut. Karena virus influenza dapat bertahan di
luar tubuh, virus ini juga dapat ditularkan lewat permukaan yang
terkontaminasi seperti lembaran uang, gagang pintu, saklar lampu, dan benda-
benda rumah tangga lainnya. Lamanya waktu virus dapat bertahan pada suatu
permukaan beragam, virus dapat bertahan selama satu atau dua hari pada
permukaan yang keras dan tidak berpori seperti plastik atau metal, selama
kurang lebih lima belas menit pada kertas tissue kering, dan hanya lima menit
pada kulit. Namun, apabila virus terdapat dalam mukus/lendir, lendir tersebut
dapat melindungi virus sehingga bertahan dalam waktu yang lama.

21
Udara

Masuk ke
saluran

Masuk ke sel epitel pada dinding


lubang hidung dan bronkus

Virus influenza

B1 B2 (BLOOD) B3 (BRAIN) B4 (BLADDER) B5 (BOWEL) B6 (BONE)

Inflamasi berlangsug Replikasi Sistem imunitas


Inflamasi Dehidrasi Metabolisme basal
lama
meningkat
Inflamasi berlangsug Anoreksia, mual,
Merusak sel mukosa lama Merangsang pengeluaran zat- Cairan dalam tubuh
muntah Demam
hidung zat seperti mediator kimia menurun
Demam
Produksi secret Resiko kurang
Nociseptor Resiko kurangnya cairan nutrisi kurang dari
Hipotalamus ke bagian kebutuhan tubuh Kelemahan
Sesak termoregulator dan elektrolit
napas
Thalamus
Hipertermi 22 Intoleransi aktivitas
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Nyeri
2.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah pneumonia atau penyakit radang
paru. Bahaya komplikasi akan lebih parah jika terjadi pada anak-anak atau pasien
yang menderita penyakit kronis. Sebagai gambaran, setiap tahun 10-20%
penduduk Amerika terserang influenza. Sebanyak 114.000 orang harus menjalani
perawatan di rumah sakit karena penyakitnya berkembang menjadi komplikasi.
Sebanyak 36.000 orang yang mengalami komplikasi berakhir dengan kematian.
Selain bersifat epidemik (menyebar di suatu daerah), influenza juga dapat bersifat
pandemik (menyebar ke seluruh negara atau dunia). Influenza bersifat epidemis
terutama pada musim dingin. Bahaya kematian disebabkan adanya komplikasi
penyakit yang berhubungan dengan influenza.( Kementrian Kesehatan RI. 2018).
2.8 Penatalaksanaan Medis
Orang yang menderita flu disarankan banyak beristirahat, meminum
banyak cairan, dan bila perlu mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan
gejala yang mengganggu. Tindakan yang dianjurkan untuk meringankan
gejala flu tanpa pengobatan meliputi antara lain :
a. Beristirahat 2-3 hari, mengurangi kegiatan fisik berlebihan.
b. Meningkatkan gizi makanan. Makanan dengan kalori dan protein yang
tinggi akan menambah daya tahan tahan tubuh. Makan buah-buahan segar
yang banyak mengandung vitamin.
c. Banyak minum air, teh, sari buah akan mengurangi rasa kering di
tenggorokan, mengencerkan dahak dan membantu menurunkan demam.
d. Sering-sering berkumur dengan air garam untuk mengurangi rasa nyeri di
tenggorokan.
Beberapa obat yang dapat digunakan adalah penurun panas pada saat
terjadi demam, penghilang sakit untuk meredakan nyeri serta obat batuk jika
terjadi batuk. Karena influenza disebabkan oleh virus, maka antibiotik tidak
memiliki pengaruh terhadap infeksi kecuali diberikan untuk infeksi sekunder
seperti pneumonia bakterialis. Pengobatan antiviral dapat efektif, namun
sebagian galur influenza dapat menunjukan resistensi terhadap obat-obatan
antivirus standar (Abelson, 2009).
Obat flu pada umumnya adalah obat tanpa resep dokter yang dapat diperoleh
di apotek-apotek dan toko obat berizin. Obat flu umumnya merupakan
kombinasi dari beberapa zat aktif, seperti kombinasi-kombinasi dari :

a. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan.


b. Analgesik/antipretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan dan
antihistamin.
c. Analgesik/antipiretik dikombinasikan dengan nasal dekongestan,
antihistamin dan antitusif atau ekspektoran.
Berikut adalah zat aktif yang umumnya terdapat sebagai komponen obat flu :
a. Analgesik dan antipiretik
Secara umum obat golongan ini mempunyai cara kerja obat yang dapat
meringankan rasa sakit dan menurunkan demam. Zat aktif yang
memiliki khasiat analgesik sekaligus antipiretik yang lazim digunakan
dalam obat flu adalah : parasetamol.

b. Antihistamin
Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi
melawan histamin, yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas
pada saat terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini
antara lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat.

c. Dekongestan hidung

Dekongestan hidung adalah obat yang mempunyai efek mengurangi


hidung tersumbat. Obat-obat yang dapat digolongkan sebagai
dekongestan hidung antara lain : fenilpropanolamin, fenilefrin,
pseudoefedrin dan efedrin.

d. Ekspektoran dan Mukolitik


Ekspektoran dan mukolitik digunakan untuk batuk berdahak,
dimaksudkan untuk mempermudah pengeluaran dahak. Zat aktif yang
termasuk ke dalam kelompok ini antara lain gliseril guaiakolat,
ammonium klorida, bromheksin.
e. Antitusif
Antitusif yaitu obat yang bekerja pada susunan saraf pusat menekan
pusat batuk dan menaikkan rangsang batuk. Zat aktif yang termasuk
antitusif antara lain dekstrometorfan HBr dan difenhidramin HCl (dalam
dosis tertentu).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN


3.1.1 Pengkajian
a. Kepala dan leher
1) Memungkinkan adanya konjungtivitis.
2) Wajah memerah
3) Kemungkinan adanya lymphadenopathy cervival anterior
4) Sakit kepala, photophobia dan sakit retrobulbar
b. Pernapasan
1) Mulanya ringan : sakit tenggorokan; substernal panas; batuk nonproduktif;
coryza.
2) Kemudian : batuk keras dan produktif; erythema pada langit-langit yang
lunak, langit-langit yang keras bagian belakang, hulu kerongkongan/tekak
bagian belakang, peningkatkan RR, rhonchi dan crackles.
c. Abdominal
Anorexia dan malaise (rasa tidak enal badan).
d. Neurologi
Myalgia khususnya pada punggung dan kaki.
e. Suhu tubuh
Tiba-tiba serangan demam (380 hingga 390C) yang secara bertahap turun dan
naik lagi pada hari ketiga.
3.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis yang perlu dilakukan oleh perawat terhadap pasien dengan
influenza adalah :
a. Hipertermi
b. Bersihan jalan tidak efektif
c. Intoleransi aktifitas
3.3 Perencanaan Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
muskus (secret).
Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif dan jalan nafas paten dengan bunyi nafas
bersih, tidak ada dyspnea, dan sianosis.
Kriteria Hasil : Jalan nafas yang bersih dan paten, meningkatnya pengeluaran
sekret, suara napas bersih
Intervensi:
a) Atur posisi pasien (posisi semi fowler)
Rasional : Mempermudah fungsi pernafasan
b) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Peningkatan RR dan takikardi merupakan indikasi adanya
penurunan fungsi paru
c) Lakukan auskultasi paru
Rasional : Auskultasi dapat menentukan kelainan suara nafas pada bagian
paru-paru
d) Menganjurkan pasien banyak minum air terutama air hangat
Rasional : Untuk mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan
e) Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan serta penggunaan otot bantu
pernafasan
Rasional : Dengan mengkaji kualitas, frekuesi dan kedalaman pernafasan,
kita dapat mengetahui sejauh mana perubahan kondisi pasien.
f) Ajarkan pasien cara Batuk berdahak efektif
Rasional : Batuk berdahak efektif dapat membantu dahak keluar dan tidak
banyak membuang tenaga
g) Kolaborasi pemberian O2 nasal kanul 5 lpm, pemberian ekspetoran
Rasional : Pemberian oksigen dapat menurunkan beban pernafasan dan
mencegah terjadinya sianosis akibat hipoksia.
Pemberian ekspektoran membantu mengeluarkan dahak.

2) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam, suhu
tubuh kembali normal.
Kriteria Hasil :
a. Keseimbangan suhu tubuh
b. TTV dalam batas normal
Intervensi :
a) Kaji aktivitas kejang
Rasional : Aktivitas kejang menandakan suhu tubuh meningkat dan juga
terjadinya bahaya umum.
b) Pantau hidrasi dan TTV
Rasional : Mengetahui turgor kulit dan kelembaban membrane mukosa.
c) Lepaskan pakaian berlebih dan tutupi klien dengan selimut saja
Rasional : Pakaian berlebih dapat meningkatkan suhu tubuh klien.
d) Ajarkan orang tua untuk memenuhi asupan oral, sedikitnya 2 liter sehari,
dengan tambahan cairan selama aktivitas yang berlebih atau sedang dalam
cuaca panas.
Rasional : Sebagai pedoman demam pada anak yang tdak memiliki riwayat
kejang tidak perlu diobati, kecuali mencapai suhu lebih dari 40°c.
e) Berikan obat antipiretik jika perlu
Rasional : Dapat menurunkan demam
3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3×24 jam, klien
dapat mentoleransi akivitas yang biasa dilakukan.
Kriteria Hasil : Meningkatnya energi untuk melakukan aktifitas, dan
seimbangnya suplai O2.
a) Kaji keadaan umum klien
Rasional : Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan
b) Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan O2 tubuh
c) Bantu ADL klien
Rasional : Membantu pemenuhan kebutuhan klien
d) Dekatkan barang-barang yang diperlukan klien
Rasional : Memudahkan klien beraktifitas dan harga diri ditingkatkan bila
klien melakukan sesuatu secara mandiri
e) Anjurkan klien menghentikan aktivitas jika nyeri dada, nafas pendek,
kelemahan atau pusing terjadi
Rasional : Regangan/stress kardiopulmonal berlebihan dapat menimbulkan
dekompensasi/kegagalan
f) Implementasikan program rehabilitasi jantung/aktivitas
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja
jantung/konsumsi O2 berlebihan
g) Kolaborasi dengan keluarga dalam pemenuhan ADL
Rasional : Mengurangi ketergantungan klien terhadap perawat

3.4 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses yang berhubungan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau
evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil
dan sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang
telah ditentukan.
BAB 4

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KELOLAAN

4.1 Pengkajian Keperawatan


4.1.1.1 Identitas
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 09 Oktober 2020 (Jam 08.30 WIB) di
Puskesmas Kayon Palangka Raya. Nama klien adalah An. Y, klien lahir pada
tanggal 21-07-2002, jenis kelamin klien laki-laki, agama Kristen Protestan, suku
Dayak, alamat di Jl. Gurame Putih 01 , klien menempuh pendidikan seagai
Pelajar, dan diagnosa medis klien adalah Influenza. Penanggung jawab pasien
adalah Tn. T Umur 36 tahun, jenis kelamin Laki-laki, agama Kristen, Suku
Dayak, pendidikan SMA,Pekerjaan Wiraswastaan, alamat Jl. Gurame Putih 01,
hubungan keluarga Ayah klien.

4.1.1.2 Keluhan Utama


Ayah klien mengatakan “anaknya tenggorakn sakit atau gatal sejak 3 hari
yang lalu”
4.1.1.3 Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
klien sebelumnya mengatakan sudah sakit tenggorokan sejak 3 hari yang
lalu pada tanggal 06 Oktober 2020. Klien datang ke puskesmas kayon, setelah
sampai klien di anamnesa dengan gejala yang di derita. Didapatkan batuk +, dan
flue +. Setelah itu akhirnya klien di berikan theraphy methilprednizolone 2x 1,
Trised 3x1 dan klien di rawat dirumah oleh keluarga sampai sembuh.

2) Riwayat Kesehatan Lalu


Ayah klien mengatakan dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti jantung, asma, hipertensi, diabetes dan tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV AIDS.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah klien mengatakan dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita
penyakit keturunan seperti jantung, asma, hipertensi, diabetes dan tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis dan HIV AIDS.

4) Susunan Genogram 3 (tiga) generasi

Bagan 3.1 Genogram Keluarga pada An. Y dengan


kasus Influenza. Keterangan:
: Sudah meninggal : Hubungan
keluarga
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien

: Tinggal serumah
5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia - -
- - - -
4.2 Pemeriksaan fisik
4.2.1 Keadaan umum
Kesadaran compos mentis, klien tampak lemah, klien tampak kesakitan.

4.2.2 Tanda-tanda Vital


Nadi: 115 x/ menit, suhu: 37,9oC, respirasi: 20 x/menit.
4.2.3. Kepala dan Wajah
1) Ubun-Ubun
Ubun-ubun belum menutup, tulang kepala terasa keras, rata dan terlihat
cekungan.

2) Rambut
Warna rambut hitam (tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam).
3) Kepala
Keadaan kulit kepala bersih (tidak ada peradangan atau benjolan), massa tidak
ada.

4) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera putih, reflek pupil mengecil
ketika diberikan rangsangan cahaya, tidak terdapat oedem palpebra,
ketajaman penglihatan: klien dapat melihat dengan baik.

5) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak ada peradangan,
ketajaman pendengaran klien baik.

6) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ditemukan sekret, tidak terpasang oksigen,
fungsi penciuman: klien baik.

7) Mulut
Tidak intake, tidak stanosis, keadaan kering, palatum lunak.
8) Gigi
Belum tumbuh gigi.
9) Leher dan Tenggorokan
Bentuk leher simetris, reflek menelan: anak mampu minum ASI, tidak di
temukan pembesaran tonsil dan vena jugularis, tidak ada benjolan atau
peradangan.

10) Dada

Dada simetris, tidak ada bunyi nafas tambahan, tipe pernafasan dada dan
perut, bunyi jantung lub dup, tidak tampak iktus cordis, tidak terdapat nyeri
dada, keadaan payudara normal simetris.

11) Punggung
Bentuk simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan dan lain-lain
4.2.4 Abdomen
Bentuk simetris, bising usus 35 x/m, tidak terdapat asites, tidak ada massa,
tidak mengalami hepatomegali, spenomegali, dan nyeri.

4.2.5 Ekstremitas
Pergerakan/ tonus otot bebas dengan kekuatan penuh, tidak di temukan
adanya oedem dan sianosis, tidak ditemukan clubbing finger, keadaan
kulit halus, turgor elastis < 2 detik (dicubit di perut) dan akral hangat.

1.1.2.1 Genetalia (Tidak dikaji)


4.3 Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan
Gizi klien baik,mampu berinteraksi dengan orang lain. Motorik halus klien
mampu makan sendiri. Motorik kasar klien mampu berjalan dan berlari baik.
Kognitif dan bahasa klien mampu berbicara, mampu menangis. Psikososial baik
bergantung kepada ibunya.

4.4 Pola Aktivitas Sehari-Hari

No Pola kebiasaan Sebelum sakit Selama sakit


1. Nutrisi
a. Frekuensi 3x1 sehari 3x1 sehari
Baik Baik
b. Nafsu makan/selera
Nasi,lauk,ikan Nasi,lauk,ikan,say
c. Jenis makanan ,sayur ur
2. Eliminasi
a. BAB

Frekuensi 3x/hari 3x/hari


Konsistensi Lembek Lembek
b. BAK
Frekuensi 5-6 kali
Konsistensi Cair, kuning 5-6 x/hari
Cair, kuning, bau
khas
3. Istirahat/ tidur
a. Siang/jam ±1- 2 jam ± 1-2 jam

b. Malam/jam ± 8-12 jam ± 8-12 jam


4. Personal hygiene
a. Mandi 2x/hari 2x/hari
4.5 Data Penunjang
Saat pengkajian tidak ada data penunjang.
4.6 Lain-lain
Orang tua klien tampak bingung, dan selalu bertanya tentang kondisi dan penyakit yang
diderita anaknya dan tampak khawatir
4.7 Penatalaksanaan Medis

Obat Dosis Rute Indikasi


Trised 3x1 Oral obat yang digunakan untuk mengobati gejala flu
(hidung gatal, hidung tersumbat dan bersin-
bersin), batuk pilek (selesma) dan allergic
rhinitis

methilpre 2x1 Oral obat untuk mengatasi penyakit yang


dnizolone
menyebabkan peradangan, seperti lupus
dan multiple sclerosis. Methylprednisolone juga
digunakan untuk meredakan reaksi alergi, seperti
penyakit asma.

Glyceryl 3x1 Oral merupakan obat jenis ekspektoran yang dapat


Guaiacol
ate meredakan batuk dan melancarkan pengeluaran
dahak di saluran napas

Palangka Raya, 09 Oktober 2020


Mahasiswa,

Mairita Andani
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB

DS : klien mengatakan sakit Inflamasi berlangsug lama Bersihan jalan nafas


tenggorkan sudah 3 hari yang tidak efektif

lalu
Merusak sel mukosa
DO :

- klien tampak batuk


Produksi secret
- klien tampak kesakitan

- Klien tampak pucat Sesak

- klien tampak emah

- Akral Hangat

- tampak terdapat secret yang


tertahan

- TTV : Nadi: 99 x/ menit, suhu:


37,9oC, respirasi: 23 x/menit.

DS : Replikasi Hipertermi

Klien mengatakan badanya


terasa hangat Inflamasi berlangsug

DO: Demam
- Klien tampak pucat

- Klien tampak lemas Hipotalamus ke bagian


termoregulator
- TTV : Nadi: 99 x/ menit,
suhu: 37,9oC, respirasi: 23
x/menit.

- Bibir klien tampak merah

- Mata tampak cekung


PRIORITAS MASALAH

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secresi yang tertahan
ditandai dengan klien batuk. Dan klien tidak mampu untuk mengeluarkan
secretnya, respirasi : 23x/menit.
2. Hipetermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) ditandai
dengan suhu tubuh 37,9°c, klien tampak lemas, klien tampak pucat, mata klien
cekung.
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.Y


Ruang Rawat : -

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


1. Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukan tindak 1. Monitor tanda-tanda vital klien 1. Untuk mengetahui keadaan
efektif berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 1 jam 2. Manajemen jalan nafas klien umum klien
secresi yang tertahan di harapkan jalan nafas 3. Lakukan kolaborasi dalam 2. Untuk membantu meningkatkan
kembali efektif dengan pemberian terapi obat jalan nafas klien
kriteria hasil :  Glyceryl Guaiacolate 3x1 sehari 3. Membantu mengeluarkan sputum
1. TTV dalam batas normal yang tertahan
dari 4. Untuk mepercepat penyembuhan
N : 90 x/menit klien
RR : 23 x/menit
S : 37,9 0C
Menjadi :
TD :
systole 100-130 mmhg
Diastole 60-90 mmhg
N : 60-100 x/menit
RR : 16-20 x/menit
S : 36- 37,50C
2. Suara nafas tambahan
tidak ada
3. Sputum dapat di
keluarkan
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.Y


Ruang Rawat : -

Diagnosa Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Rasional


Keperawatan
Hipetermi berhubungan Setelah dilakukan tindak 1. Kaji suhu klien
dengan proses penyakit keperawatan selama 1 x 1 2. Anjurkan klien minum air putih sebanyak
1. Untuk mengetahui ]suhu tubuhnya meningkat
jam di harapkan suhu mungkin atau menurun
(mis. Infeksi, kanker)
tubuh menurun dengan 3. Memberikan kompres hangat
2. Membantu klien untuk mengurangi dehidrasi
kriteria hasil : 4. Kolalaborasi pemberian obat dengab perawat
1. Suhu tubuh menjadi  Methilprednizolone 2x1 sehari 3. Untuk menurunkan panas klien
normal dari
37,9°c,menajdi 36.0 4. Untuk membantu mengurangi penyembuhan
°c peradangkan klien
2. Tidak teraba panas
3. Mata tidak cekung
4. Bibir tidak tampak
kemerahan dan
kering
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Jum’at, 09 1. Monitor tanda-tanda vital klien Jum’at, 09 Oktober 2020 pukul 08.30 WIB
Oktober 2. Manajemen jalan nafas klien
2020 3. Lakukan kolaborasi dalam S: klien mengatajan “susah untuk bernafas”
pemberian terapi obat O:
08.30 WIB  Glyceryl Guaiacolate 3x1 sehari 1. Klien tampak susah untuk bernafas
2. TTV:
- N : 99 x/menit
08.35 WIB
- S : 37,9 0C
- RR : 23 x/menit
3. An.N dapat makan dan minum dengan baik Mairita Andani
08.40 WIB
4. Pasien mendapatkan terapi:
 Glyceryl Guaiacolate 3x1
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi no 3 untuk
dilakukan secara mandiri oleh orang tua
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Tanda tangan dan


Implementasi Evaluasi (SOAP)
Jam Nama Perawat
Selasa, 09 1. Mengkaji suhu klien Jum’at, 09 Oktober 2020 09.00 WIB
Oktober 2. Menganjurkan klien minum air
2020 putih sebanyak mungkin S: klien mengatakan badanya terasa panas”.
3. Memberikan kompres hangat O:
09.00 WIB 4. Mengkolalaborasi pemberian obat 1. Klien tampak lemah
dengab perawat 2. Suhu tubuh klien 37,9°C
09.05 WIB  Methilprednizolone 2x1 sehari 3. Mata klien tampak cekung
4. Klien tampak tidak berkeringat
5. Klien telah d kompres hangat Mairita Andani
6. Therapy obat yang dierikana :
 Methilprednizolone 2x1 sehari
09.10 WIB
A: Masalah belum teratasi
09.15 WIB
P: Lanjutkan intervensi
 Berikan kompres hangat
 Berikan obat methilprednizolone
BAB 5

PENUTUP

Setelah membahas secara keseluruhan tentang asuhan keperawatan pada An. Y


dengan diagnosa medis influenza, maka pada bab ini akan disampaikan kesimpulan
sebagai berikut :

5.1. Kesimpulan

Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson,
2010). Setiap orang sudah mengenal dan sudah pernah menderita penyakit ini. Bila
terserang penyakit ini pekerjaan sehari-hari akan terhalang, karena gejala penyakit ini
ialah rasa tidak enak badan, demam, rasa pegal linu, lemas, lesu, bersin-bersin dan
terasa nyeri di otot-otot dan sendi. Penyebab influenza adalah virus RNA yang
termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae yang dapat menyerang burung, mamalia
termasuk manusia. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat
penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur,
ingus) penderita. Ada dua jenis virus influenza yang utama menyerang manusia yaitu
virus A dan virus B (Spikler, 2010). Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Influenza diketahui
menyebabkan epidemi tahunan dan umumnya mencapai puncaknya pada musim
dingin di daerah beriklim sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan beberapa vaksin
yang bisa menangani virus influenza

Pada Ny.U dengan diagnosa medis influenza terdapat 2 diagnosa keperawatan yang
saya dapatkan, yaitu:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Hipetermi
5.2. Saran
5.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan keperawatan dasar
manusia pada klien dengan nyeri dalam melakukan Asuhan Keperawatan yang paling
penting adalah membina hubungan saling percaya dengan klien.

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan


Untuk menambah wawasan pembaca terutama untuk mahasiswa sebagai masukan
informasi tentang asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis dapat kiranya
menjadi bahan pertimbangan dan evaluasi dari pendidikan dalam mencetak sarjana yang
profesional dalam bidangnya.

5.2.3 Bagi Puskesmas


Sebagai sumber informasi bagi penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan
program pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan influenza

5.2.4 Bagi Mahasiswa


Agar mahasiswa dalam menghadapi kasus yang sama dapat memberikan asuhan
keperawatan yang lebih baik bagi klien dengan influenza
DAFTAR PUSTAKA

Abelson, 2010. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Jakarta: UI Press.

Prabu, 2011. Ilmu Kesehatan Anak Influenza, Jakarta : CV. Trans Info Media.

Spikler, 2010 Ilmu Kesehatan Influenza, Jakarta : CV. Trans Info Media.

Mubarak, 2012C.Ilmu Patofisiologi Influenza, Jakarta : ECG

Herti Maryani & Lusi Kristiana, 2011. Klasifikasi Influenza, Badanung : ECG
WHO 2012. Pentingnya Mengetahui Influenza Untuk Mencegah Sakit Berat, dan ,Kematian
Available at: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/pentingnya-imunisasi-untuk-
mencegah-wabah sakit-berat-cacat-dan-kematian-bayi-balita[Accessed
Peate and Nair, 2011. Manajemen Penyakit Influenza, Jakarta : ECG
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Gambaran Pengetahuan Masyarakat mengenai Influenza pada Manusia di
Kabupaten Indramayu dan Majalengka sebagai Wilayah Kejadian Luar
Biasa H5N1 pada Unggas di Jawa Barat Tahun 2014

Shofia Safira Rahma,1 Kuswandewi Mutyara,2 Chrysanti Murad3


1
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
2
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
3
Departemen Mikrobiologi dan Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran

Abstrak

Berdasarkan data WHO tahun 2015, Indonesia merupakan negara dengan kasus influenza A H5N1 pada
manusia yang terbanyakkedua setelah Mesir. Virus H5N1 dikhawatirkan dapat menimbulkan pandemi
berikutnya karena kemampuan virus dalam bermutasi secara cepat dan mengalami perubahan gen.
Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai flu burung dan kemungkinan risikonya perlu
ditangani untuk mencegah terjadinya pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan masyarakat
mengenai influenza pada manusia di Kabupaten Indramayu dan Majalengka. Penelitian ini menggunakan desain
survei potong lintang deskriptif kuantitatif. Peneliti menggunakan data sekunder pada penelitian yang sudah
dilaksanakan di Kabupaten Indramayu dan Majalengka pada Juli – Desember 2014.Subjek penelitian ini adalah
penghuni rumah dengan kasus indeks di daerah KLB flu burung dan rumah tangga yang berada di area 200 meter
dari rumah tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancaraterstruktur berdasarkan kuesioner
pengetahuan mengenai influenza dan kuesioner pengetahuan mengenai flu burung pada manusia. Mayoritas
responden memiliki tingkat pengetahuan kurang mengenai influenza (65,5%) dan flu burung pada manusia (74,5%).
Banyak responden yang tidak mengetahui penyebab influenza dan flu burung pada manusia, serta gejala flu burung
pada manusia. Pemerintah masih perlu meningkatkanpendidikankesehatanmengenaiinfluenzadan flu
burungpadamanusiamelaluitelevisidanpenyuluhan.

Kata kunci: Flu Burung, Influenza, Pengetahuan

Knowledge of Influenza in Humans in Indramayu and Majalengka District as


an H5N1 Outbreak in Village Poultry of West Java Province 2014

Abstract

Based on data from WHO in 2015, Indonesia has the second highest number of cases with A H5N1 influenza
in humans after Egypt. The H5N1 virus is feared to be capable of causing the next pandemic due to the
virus’ ability to undergo gene changes and fast mutation. The lack of understanding and awareness from the
society about avian influenza and the possible risks needs to be handled to prevent a pandemic.This study was
conducted to identify community knowledge of influenza in humans in Indramayu dan Majalengka District.
This study was done using a descriptive quantitative cross sectional survey design.Secondary data from the
previous research held in Indramayu and Majalengka District in July and December 2014 was used in this
study. The study subjects were home residents with index case in avian influenza outbreak districts and
households that were 200 metres from house with index case. The data collection technique used was a
structured interview with questions in knowledge questionnaires about influenza and avian influenza in humans.
The majority of the respondents had a low level of knowledge about influenza (65.5%) and avian influenza in
humans (74.5%). Many respondents do not know the cause of influenza andavian influenza inhumans, as well as
avian influenza symptoms in ahuman. The government still needs to increase health education about influenza
and avian influenza in humans through television and health programs

Keywords: Avian influenza, Influenza, Knowledge


Pendahuluan Bali dan Lombok memiliki pengetahuan
yang terbatas mengenai penularan flu burung
Influenza merupakan suatu penyakit infeksi dari unggas ke manusia dan
saluran pernapasan akut (ISPA) yang dapat pencegahannya.8Sebanyak 30% responden
menimbulkan kematian.1 Virus influenza pada penelitian yang dilakukan di Cina tahun
tipe A merupakan virus penyebab influenza 2011 memiliki pemahaman yang
yang paling sering menyebabkan terjadinya
pandemi influenza. Pandemi influenza yang kurang tepat mengenai cara penularan
pertama terjadi adalah “Spanish Flu” yang influenza yang dianggap dapat tertul
disebabkan oleh virus influenza A subtipe
H1N1 pada tahun 1918 di Spanyol, yang melalui makanan.9 Kesadaran yang
kedua adalah “Asian Flu” oleh virus H2N2 tinggi terhadap penyakit influenza sangat
pada tahun 1957, dan yang ketiga adalah diperlukan untuk mencegah terjadinya
“Hong Kong Flu” yang disebabkan oleh pandemi influenza.2, 4 Pengetahuan tentang
virus H3N2 pada tahun 1968. Pandemi penyakit flu burung merupakan langkah
influenza berikutnya masih belum bisa
diprediksi, namun dikhawatirkan terjadi
pandemi baru oleh virus H5N1.2, 3 Virus
influenza A H5N1 yang pada awalnya hanya
menyerang unggas dapat menyebabkan
wabah flu burung (Avian Influenza
pada unggas.1, 4 Virus H5N1 dapat menular
dari unggas ke manusia karena telah
mengalami reassortment genetis.
Kemampuan virus H5N1 dalam
bermutasi secara cepat dan mengalami
perubahan gen membuat virus H5N1
berpotensi menimbulkan pandemi
influenza,2 sehingga dikhawatirkan dapat
menyebabkan penularan dari manusia
ke manusia.1, 4, 5 Berdasarkan data WHO
tahun 2015 mengenai influenza A H5N1
pada manusia, Indonesia merupakan negara
dengan kasus influenza A H5N1 pada
manusia yang terbanyak kedua setelah
Mesir. Di Indonesia, sejak tahun 2005
sampai 13 November 2015, terdapat 199
kasus influenza A H5N1 pada manusia dan
167 diantaranya meninggal dunia.
Angka
kejadian kasus influenza A H5N1 yang
terkonfirmasi semakin berkurang jumlahnya
namun selalu ada kasus setiap tahun dengan
angka kematian yang tinggi.6 Masalah yang
terdapat di Indonesia adalah kurangnya
pemahaman dan kesadaran seluruh lapisan
masyarakat mengenai flu burung dan
kemungkinan risikonya.5Hanya beberapa
responden (8,5%) yang mengetahui
gejala flu burung pada manusia pada
penelitian yang dilakukan di Kanada tahun
2014.7Mayoritas pedagang unggas hidup di
awal yang perlu diketahui setiap individu di Prioritas non-ILI + unggas sehat/tanpa
daerah dengan populasi unggas yang unggas Teknik pengambilan sampel
tinggi.2, 10 Penelitian ini penting dilakukan dilakukan berdasarkan prioritas
untuk menilai gambaran pengetahuan yang telah ditentukan. Penelitian ini
masyarakat mengenai penyakit influenza menggunakan teknik pengambilan sampel
pada manusia di Kabupaten Indramayu dan total sampling pada responden dengan
Majalengka yang merupakan wilayah prioritas 1, 2 dan 4, yaitu dengan
Kejadian Luar Biasa H5N1 pada unggas. mengambil seluruh responden yang
memiliki anggota

Metode
Penelitian ini menggunakan desain survei
potong-lintang deskriptif kuantitatif.
Peneliti memanfaatkan data sekunder pada
penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten
Indramayu dan Majalengka pada Juli 2014–
Desember 2014. Kejadian Luar Biasa
H5N1 pada unggas yang diteliti sudah
terjadi sejak tahun 2012 dan pelaporan
Kejadian Luar Biasa H5N1dilakukan segera
setelah kasus H5N1 pada unggas terjadi
untuk selanjutnya dilakukan survei oleh
Tim Penelitian Pusat Studi Infeksi Klinik
Eijkman Bandung. Peneliti hanya
memanfaatkan data sekunder terbaru pada
penelitian yang sudah dilaksanakan di
Wilayah Kejadian Luar Biasa H5N1
tersebut. Penelitian ini telah mendapatkan
izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung dengan Pembebasan
Etik,No.670/UN6.C1.3.2/KEPK/PN/2
015.
Subjek penelitian ini adalah penghuni
rumah dengan kasus indeks dan rumah
tangga yang berada di area 200 meter dari
rumah dengan kasus indeks. Unit sampel
dari penelitian ini adalah rumah tangga.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah
responden yang menandatangani Informed
Consent dan tinggal di rumah kasus indeks
atau tinggal di area 200 meter dari rumah
dengan kasus indeks. Kriteria eksklusi
penelitian ini adalah responden yang tidak
berada di tempat saat pengambilan
data. Responden yang memenuhi
kriteria inklusi dibagi menjadi 5
kelompok berdasarkan prioritas,
Prioritas kasus indeks, yaitu rumah tangga
yang pertama kali melaporkan terdapat
unggas sakit atau mati dan sudah di
konfirmasi oleh dinas peternakan melalui
rapid test flu burung yang positif, Prioritas
Influenza-Like Illness (ILI) + unggas
mati/sakit, Prioritas non- ILI + unggas
mati/sakit, Prioritas Influenza- Like
Illness (ILI) + unggas sehat/tanpa unggas,
keluarga dengan riwayat demam dalam 2 pada unggas tahun 2014, 2 lokasi di
minggu terakhir. Penelitian ini Kabupaten Majalengka dan 1 lokasi di
menggunakan teknik pengambilan sampel Kabupaten Indramayu. Terdapat total 55
random sampling pada responden dengan responden yang terlibat dengan 42
prioritas 3 dan 5, yaitu dengan mengambil responden (76,4%) dari Majalengka
secara acak sebanyak 20% dari populasi
rumah tangga yang tidak memiliki riwayat dan 13 responden (23,6%) dari Indramayu.
demam dalam 2 minggu terakhir. Teknik Tabel 1 menunjukkan karakteristik
pengumpulan data yang digunakan adalah responden berdasarkan jenis kelamin,
wawancara terstruktur dengan menanyakan pekerjaan, dan pendidikan. Tabel 1
pertanyaan yang terdapat pada menggambarkan responden paling banyak
kuesioner pengetahuan berjenis kelamin perempuan (70,9%),banyak
mengenai influenza dan kuesioner responden yang tidak bekerja atau hanya
pengetahuan mengenai flu burung pada sebagai ibu rumah tangga (45,5%), dan
manusia. Data yang telah terkumpul mayoritas responden memiliki tingkat
kemudian diberikan nilai atau skoring untuk pendidikan rendah (78,2%), yaitu tidak
menentukan tingkat pengetahuan. Setiap sekolah, sekolah dasar dan tamat sekolah
jawaban benar diberikan nilai 1 dan setiap dasar. Tabel 2 menampilkan sumber
jawaban salah diberikan nilai 0. Nilai yang informasi mengenai penyakit influenza dan
diperoleh selanjutnya diklasifikasikan secara flu burung pada manusia. Informasi
ordinal menjadi tiga kategori baik, cukup, mengenai penyakit influenza paling banyak
dan kurang. Responden memiliki didapat oleh responden dari pengalaman
pengetahuan baik apabila memperoleh nilai sendiri (23,6%). Informasi juga banyak
76-100%, memiliki pengetahuan cukup didapat dari tetangga/ teman (21,8%) dan
apabila memperoleh nilai 56- 75%, dan media massa (21,8%). Sumber informasi
memiliki pengetahuan kurang apabila responden mengenai flu burung pada
memperoleh nilai< 56%. Data dianalisis manusia paling banyak berasal dari media
secara deskriptif dengan menggunakan massa (54,5%) dan tetangga/teman (29,1%).
program statistik untuk mencari frekuensi Rentangan nilai berkisar antara 0-7.
dan presentase masing masing variabel dan Berdasarkan hasil pengolahan data yang
disajikan dalam bentuk tabel ditampilkan pada tabel 3, dapat disimpulkan
dan grafik. mayoritas responden memiliki tingkat
pengetahuan kurang mengenai influenza
(65,5%). Pada pertanyaan semi-terbuka
mengenai penyebab influenza,hanya 3
Hasil responden (5,5%) yang menjawab
kuman/bakteri/virus sebagai penyebab
Penelitian ini dilaksanakan pada 3 wilayah influenza. Cuaca/keanginan merupakan
yang mengalami Kejadian Luar Biasa H5N1 penyebab influenza yang kurang tepat yang
paling banyak disebutkan oleh responden
(38,2%).
Tabel 1 Karakteristik Responden di Wilayah Kejadian Luar Biasa H5N1 pada Unggas di
Kabupaten Indramayu dan Majalengka
Kategori n %

Jenis Kelamin

Laki-laki 16 29,1
Perempuan 39 70,9
Pekerjaan
Tidak Bekerja 25 45,5
Petani 11 20,0
Wiraswasta 6 10,9
Buruh 6 10,9
Pelajar 3 5,5
Lainnya 4 7,3
Tingkat Pendidikan
Kurang 43 78,2
Baik 12 21,8
Tabel 2 Sumber Informasi Mengenai Influenza dan Flu Burung pada

Manusia
Influenza Flu burung pada manusia

Sumber informasi
n % n %
Pengalaman sendiri 13 23,6 2 3,6
Keluarga/saudara 4 7,2 1 1,8
Tetangga/teman 12 21,8 16 29,1
Tenaga kesehatan 8 14,5 6 10,9
Media massa 12 21,8 30 54,5
Lain-lain 4 7,2 5 9,1

Penyebab influenza yang kurang tepat mengenai flu burung pada manusia (74,5%).
lainnya juga disebutkan oleh beberapa Mayoritas responden tidak mengetahui
responden seperti makan tidak sehat gejala flu burung pada manusia (61,8%) dan
(permen/es/air dingin) (9,1%), terlalu capek penyebabnya (61,8%). Pemahaman beberapa
(9,1%), dan polusi udara (5,5%). Sebanyak responden mengenai gejala flu burung pada
25 responden (45,5%) tidak mengetahui manusia yang mungkin muncul dinilai sudah
penyebab influenza. Tingkat Pengetahuan benar yaitu ditandai dengan muncul demam
mengenai Flu Burung pada Manusia. (27,3%), batuk (9,1%), pilek (10,9%), nyeri
Rentangan nilai berkisar antara 0-9. tenggorokan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
ditampilkan pada tabel 3, dapat (1,8%), sesak napas (1,8%), sakit kepala
disimpulkan mayoritas responden memiliki (3,6%),
tingkat pengetahuan kurang hidung tersumbat (1,8%), menggigil (1,8%),
mual dan muntah (1,8%), dan tidak enak
badan

Tabel 3 Tingkat Pengetahuan Mengenai Influenza dan Flu Burung pada

Manusia
Influenza Flu burung pada manusia

Tingkat Pengetahuan
n % n %
Baik 2 3,6 8 14,5
Cukup 17 30,9 6 10,9
Kurang 36 65,5 41 74,5

memakan daging ayam sakit atau mati yang


tidak matang (10,9%).1 Tertular akibat kontak
(1,8%).1, 11, 12 Sebanyak 2 responden dengan manusia penderita flu burung,
(3,6%) menjawab kematian sebagai salah menghirup udara yang tercemar virus,
satu gejala flu burung pada manusia yang memelihara ayam, kontak dengan ayam dan
kurang tepat. Beberapa responden bangkai, merupakan jawaban dari beberapa
dapat menyebutkan dengan responden (9,1%) mengenai
benar penyebab flu burung pada manusia penyebab flu burung pada
seperti kontak dengan ayam sakit (10,9%), manusia yang dinilai kurang tepat.
kontak dengan kotoran ayam sakit (1,8%),
kontak dengan ayam mati mendadak
(3,6%), memelihara ayam sakit (3,6%),
pada manusia pada penelitian ini serupa
dengan hasil penelitian yang dilakukan di
Kanada tahun 2014 dan Thailand tahun 2007.7,
Pembahasan 15
Penyakit flu burung pada manusia perlu
penanganan sedini mungkin karena obat
Pengetahuan merupakan hasil dari
‘tahu’ setelah seseorang antivirus Oseltamivir yang digunakan untuk
melakukan penginderaan penyembuhan flu burung pada manusia dapat
menghasilkan angka kesembuhan yang optimal
jika diobati pada 1-2 hari pertama setelah
terhadap suatu objek tertentu. Berdasarkan
pengalaman dan penelitian, telah terbukti awitan demam.16 Gejala penyakit flu burung
bahwa perilaku yang didasari oleh pada manusia sangat penting untuk diketahui
pengetahuan akan lebih langgeng daripada agar penyakit flu burung pada manusia dapat
perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan.13 Hasil penelitian dikenali lebih awal sehingga penanganan
menunjukkan bahwa mayoritas responden penyakit dapat segera dilakukan.17 Pengalaman
yang tinggal di wilayah Kejadian Luar menjadi sumber informasi yang paling banyak
Biasa H5N1 pada Unggas di Kabupaten
Indramayu dan Majalengka memiliki digunakan responden dalam memahami
pengetahuan yang kurang mengenai penyakit influenza. Gejala yang timbul pada
influenza (65,5%) dan flu burung pada penyakit influenza merupakan gejala-gejala
manusia (74,5%). Banyak responden yang
tidak mengetahui penyebab influenza dan yang dialami oleh responden. Penyakit flu
flu burung pada manusia, serta banyak yang burung yang menyerang manusia cenderung
tidak mengetahui gejala flu burung pada lebih jarang ditemukan walaupun merupakan
manusia. Indikator utama
pemahaman mengenai penyakit yang lebih berbahaya dan
suatu penyakit adalah mengetahui gejala mengancam sehingga media massa terutama
dan penyebabnya agar upaya pencegahan televisi menjadi sumber informasi yang paling
dapat dilakukan lebih awal sehingga tidak
menimbulkan dampak yang lebih besar.9, banyak digunakan responden dalam memahami
10,14
Banyak responden yang memiliki penyakit flu burung pada manusia. Masyarakat
pemahaman yang kurang tepat mengenai pada daerah penelitian
penyebab influenza sehingga dapat
menimbulkan persepsi masyarakat yang cukup sering menonton televisi yang
kurang ditandai dengan televisi sebagai sumber
mempengaruhi perilaku penangangan informasi yang paling banyak digunakan
penyakit. Pemahaman yang kurang tepat responden. Kader kesehatan yang diharapkan
tersebut serupa dengan hasil penelitian yang menjadi sumber informasi utama yang
dilakukan di Cina tahun 2011 yang terpercaya dan efektif justru tidak terlalu
menganggap influenza serupa dengan flu banyak dimanfaatkan oleh responden.
burung.9 Pada penelitian kali ini hanya 3 Masyarakat lebih memilih mencari informasi
responden (5,5%) yang menganggap mengenai penyakit ke orang-orang terdekat
influenza disebabkan oleh mereka seperti tetangga, teman, atau keluarga
kuman/virus/bakteri. Dengan mengetahui yang tidak diketahui kebenaran informasinya
virus sebagai penyebab influenza dan
penularan flu burung ke manusia, responden
dapat mencegah masuknya virus ke dalam
tubuh dengan tepat sehingga mencegah
timbulnya penyakit.14 Banyaknya responden
yang tidak mengetahui gejala flu burung
juga perlu dilakukan terutama melalui kader
kesehatan yang ada di wilayah tersebut yang
berupaya melakukan pendidikan kesehatan diharapkan dapat sekaligus menjadi sasaran
mengenai flu burung sejak tahun 2003, utama masyarakat dalam melakukan
dengan cara memberikan informasi penanganan pertama penyakit.
mengenai flu burung melalui media cetak
maupun elektronik dan berupa penyuluhan-
penyuluhan langsung ke
masyarakat.17Pemberian informasi melalui Daftar Pustaka
media elektronik mengenai flu burung
salah satunya berupa iklan Project 1 Zulkarnain M, Agustiono E, Setijanto H,
Sunlight Unilever mengenai Kampanye Riana P, Argarini M, H. Y. Pedoman
Cuci Tangan dengan Sabun yang umum Penanganannya. Jakarta. 2009.
dipersembahkan oleh Lifebuoy, Kampanye
media TANGGAP FLU BURUNG yang 2. Awadalla HI, El-Kholy NF. Human pandemic
threat by H5N1 (avian influenza). African
diprakarsai bersama dengan Pemerintah Journal of Microbiology Research.
Indonesia pada September 2006, dan 2014;8(5):406-10.
Kampanye Flu Burung yang dilakukan 3. Ramadhany R, Setiawaty V, Wibowo HA,
UNICEF berupa iklan layanan masyarakat Lokida D. Proportion of infl uenza cases in
di televisi pada tahun 2007. Pada severe acute respiratory illness in Indonesia
penelitian yang dilakukan di Thailand during 2008-2009. Medical Journal of
tahun 2007, informasi yang diberikan Indonesia. 2010 Nov;19(4):264-267.
melalui televisi dinilai terlalu dangkal 4. Amendola A, Ranghiero A, Zanetti AR,
sehingga masih banyak yang tidak Pariani E. Is avian influenza virus A (H5N1)
mengetahui gejala dan penyebab flu burung a real threat to human health?. Journal of
preventive medicine and hygiene. 2015 Mar
pada manusia. Pendidikan kesehatan yang 18;52(3):107-110.
lebih efektif perlu dilakukan pada daerah 5. Bappenas. Rencana Strategis Nasional
yang memiliki risiko tinggi terhadap flu Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza)
burung.15Pemberian informasi melalui dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi
penyuluhan dianggap lebih efektif dalam Influenza 2006-2008. Jakarta: Kementrian
penyampaian informasi karena Negara PPN/Bappenas; 2005.
komunikasi berlangsung dua arah 6. World Health Organization. Cumulative
dibandingkan dengan pemberian informasi number of confirmed human cases of avian
melalui media elektronik yang hanya satu influenza A (H5N1) reported to WHO, 2003–
arah dan pembawa pesan juga dapat 2015. [Online] 2015 [updated 2015 Nov 13;
berdiskusi langsung dengan penerima pesan cited 2015 Des 11]; Available from: http://
www.who.int/influenza/human_animal_
sehingga penerima bisa interface/H5N1_cumulative_table_archives/
memahami pesan yang disampaikan en/.
dengan lebih baik.17 Keterbatasan pada 7. Charania NA, Martin ID, Liberda EN,
penelitian ini adalah data Meldrum R, Tsuji LJ. Bird harvesting
yang digunakan merupakan data sekunder practices and knowledge, risk perceptions,
dengan variabel yang sudah ditentukan and attitudes regarding avian influenza
sehingga tidak dapatdilakukan eksplorasi among Canadian First Nations subsistence
lebih jauh. Masyarakat yang tinggal hunters: implications for influenza pandemic
di wilayah Kejadian Luar Biasa plans. BMC Public Health. 2014;14(1):1113.
H5N1 pada Unggas di Kabupaten 8. Kurscheid J, Millar J, Abdurrahman M,
Indramayu dan Majalengka memiliki Ambarawati IGAA, Suadnya W, Yusuf RP, et
al. Knowledge and Perceptions of Highly
pengetahuan kurang mengenai influenza Pathogenic Avian Influenza (HPAI) among
dan flu burung pada manusia. Pendidikan Poultry Traders in Live Bird Markets in Bali
kesehatan perlu dilakukan melalui televisi and Lombok, Indonesia. PloS one.
dan penyuluhan. Pemerintah sebaiknya 2015;10(10):e0139917.
lebih meningkatkan pendidikan 9. Lin Y, Huang L, Nie S, Liu Z, Yu H, Yan
kesehatan mengenai influenza W, et al. Knowledge, attitudes and practices
dan flu burung pada manusia melalui (KAP) related to the pandemic (H1N1) 2009
televisi, misalnya dengan menambah among Chinese general population: a
frekuensi dan durasi penayangan serta telephone survey. BMC Infectious Diseases.
merubah konten informasi yang lebih 2011;11(1):128.
mudah dipahami masyarakat.Pendidikan 10. Said RM, Thaha MR, Syafar M. KIE untuk
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
kesehatan dengan penyuluhan langsung
Pencegahan dan Penanggulangan
Penanganannya. Jakarta. 2009.
11. Awadalla HI, El-Kholy NF. Human pandemic
threat by H5N1 (avian influenza). African
Journal of Microbiology Research.
2014;8(5):406-10.
12. Ramadhany R, Setiawaty V, Wibowo HA,
Lokida D. Proportion of infl uenza cases in
severe acute respiratory illness in Indonesia
during 2008-2009. Medical Journal of
Indonesia. 2010 Nov;19(4):264-267.
13. Amendola A, Ranghiero A, Zanetti AR,
Pariani E. Is avian influenza virus A (H5N1)
a real threat to human health?. Journal of
preventive medicine and hygiene. 2015 Mar
18;52(3):107-110.
14. Bappenas. Rencana Strategis Nasional
Pengendalian Flu Burung (Avian Influenza)
dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi
Influenza 2006-2008. Jakarta: Kementrian
Negara PPN/Bappenas; 2005.
15. World Health Organization. Cumulative
number of confirmed human cases of avian
influenza A (H5N1) reported to WHO, 2003–
2015. [Online] 2015 [updated 2015 Nov 13;
cited 2015 Des 11]; Available from: http://
www.who.int/influenza/human_animal_
interface/H5N1_cumulative_table_archives/
en/.
16. Charania NA, Martin ID, Liberda EN,
Meldrum R, Tsuji LJ. Bird harvesting
practices and knowledge, risk perceptions,
and attitudes regarding avian influenza
among Canadian First Nations subsistence
hunters: implications for influenza pandemic
plans. BMC Public Health. 2014;14(1):1113.
17. Kurscheid J, Millar J, Abdurrahman M,
Ambarawati IGAA, Suadnya W, Yusuf RP, et
al. Knowledge and Perceptions of Highly
Pathogenic Avian Influenza (HPAI) among
Poultry Traders in Live Bird Markets in Bali
and Lombok, Indonesia. PloS one.
2015;10(10):e0139917.
18. Lin Y, Huang L, Nie S, Liu Z, Yu H, Yan
W, et al. Knowledge, attitudes and practices
(KAP) related to the pandemic (H1N1) 2009
among Chinese general population: a
telephone survey. BMC Infectious Diseases.
2011;11(1):128.
19. Said RM, Thaha MR, Syafar M. KIE untuk
Peningkatan Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Pencegahan dan Penanggulangan
20. AbdelGhafar A-N, Chotpitayasunondh T,
Gao Z, Hayden FG, Hien ND, De Jong
MD, et al. Update on avian influenza A
(H5N1) virus infection in humans. New
England Journal of Medicine.
2008;358(3):261-273.
21. Poovorawan Y, Pyungporn S,
Prachayangprecha S, Makkoch J. Global
alert to avian influenza virus infection:
From H5N1 to H7N9. Pathogens and
Global Health. 2013;107(5):217-23.
22. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat:
Ilmu & Seni. revisi ed. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA; 2011.
23. Lestari SO, Zakianis Z, Sapta WA. Upaya
Pencegahan Flu Burung Masyarakat
di Kabupaten Tangerang. Kesmas:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
2010;5(2):84-89.
24. Maton T, Butraporn P, Kaewkangwal J,
Fungladda W. Avian influenza protection
knowledge, awareness, and behaviors in
a high-risk population in Suphan Buri
Province, Thailand. 2007 May;38(3):560-8.
25. Smith JR. Oseltamivir in human avian
influenza infection. Journal of antimicrobial
chemotherapy. 2010;65(2):25-33.
26. Suartha N, Widana K, Anthara M, Wirata
W, Sukada M, Mahardika G. Efektivitas
Penyuluhan terhadap Pemahaman Flu
Burung. Majalah Ilmiah Peternakan.
2011;14(1):22-27.
27. Manabe T, Pham T, Vu V, Takasaki J, Dinh
T, Nguyen T, et al. Impact of educational
intervention concerning awareness and
behaviors relating to avian influenza
(H5N1) in a high-risk population in
Vietnam. PloS one. 2011;6(8):e23711.
28. Yap J, Lee VJ, Yau TY, Ng TP, Tor P-C.
Knowledge, attitudes and practices towards
pandemic influenza among cases, close
contacts, and healthcare workers in tropical
Singapore: a cross-sectional survey. BMC
Public Health. 2010;10(1):442.
29. Ameji O, Abdu P, Saidu L, Kabir J, Assam
A. Awareness, knowledge, readiness to
report outbreak and biosecurity practices
towards highly pathogenic avian influenza
in Kogi State, Nigeria. International Journal
of
Poultry Science. 2012;11(1):11-5
LEMBAR KONSULTASI

Pembimbing : Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

Nama :Mairita Andani, S.Kep

NIM : 2019.NS.A.07.051

Hari/Tgl/ Tanda Tangan


No Catatan Pembimbing
Waktu Mahasiswa Pembimbing

1. Jum’at 1. Bimbingan pre conference


09 2. Perhatikan sistematika penuliasan
3. Perbaiki WOC
Oktiber
4. Perbaiki referensi/ sumber 10 tahun terakhir
2020 5. Tambahkan konsep dasar keperawatan anak
Mairita
6. Buat BAB 2
Andani
7. Masukkan jurnal terkait minimal 1
Sarjana Keperawatan Ners Reguler is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.
Topic: Bimbingan Pre conference Ners VII Stase Anak Kel.
3 Pembimbing Rimba Aprianti
Time: Oct 9, 2020 03:30 PM Jakarta
https://zoom.us/j/96626205202?pwd=alVnZXp
DcWtSZGhnT3hDOXlMalFTdz09

Meeting ID: 966 2620 5202


Passcode: i8QQLE

Anda mungkin juga menyukai