OLEH:
MAIRITA ANDANI
NIM: 2019.NS.A.07.051
1
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBIMBING PRAKTIK
i
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBIMBING PRAKTIK
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik.
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Keperawatan
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan
Keperawatan ini yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada An.Y Dengan Diagnosa Medis Influenza Pada Stase Anak” yang susun
penulis untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Kritis program studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini secara
khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners.
3. Rimba Aprianti,S.Kep.,Ners.selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan
asuhan keperawatan ini.
4. Sri Wulandari, S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah memberikan
bimbingan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan asuhan
keperawatan ini.
5. Kedua Orang Tua yang selama ini telah memberikan dukungan, kasih sayang
dan bantuan moril maupun materil serta doanya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Asuhan Keperawatan ini.
Penulis berharap saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak
demi lebih di waktu yang akan datang, semoga Asuhan Keperawatan ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi perawat dan instansi lainnya khususnya bagi
mahasiswa Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.
Penulis,
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ii
KATA PENGANTAR .........................................................................................iii
DAFTAR ISI .........................................................................................................iv
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Berdasarkan survey yang dilakukan pada 10 orang mahasiswa Farmasi UMS
diperoleh data bahwa 6 dari 10 mahasiswa meminum obat saat menderita flu
sendangkan sisanya yaitu 4 tidak diobati. Selanjutnya 3 mahasiswa memilih
obat berdasarkan pengalaman, 2 yang lainnya memilih berdasarkan iklan di
media elektronik dan 1 memilih obat berdasarkan gejala yang dialami.
Diantara obat- obatan yang dipilih kebanyakan mengandung lebih dari satu zat
aktif untuk meringankan gejala yang menyertai flu sedangkan gejala tersebut
belum tentu dialami oleh tiap responden. Melihat gambaran ini maka
pengetahuan tentang influenza sangat dibutuhkan dalam pemilihan
pengobatan saat terserang flu agar mahasiswa mampu memilih obat yang
benar saat menderita influenza. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemilihan obat
influenza. melalui kontak langsung dengan tinja burung atau ingus, atau melalui
kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol yang terbawa oleh
udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar infeksi, walaupun
jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini belum jelas betul.
Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari, disinfektan, dan deterjen.
Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi karena virus dapat
diinaktivasi dengan sabun.
2
1.3.2 Tujuan khusu
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Anak
Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan terdapat dalam Undang-undang No.23 Tahun 2002
tentang Perlindungan Anak. Pasal tersebut menjelaskan bahwa, anak adalah siapa
saja yang belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang masih didalam
kandungan, yang berarti segala kepentingan akan pengupayaan perlindungan
terhadap anak sudah dimulai sejak anak tersebut berada didalam kandungan
hingga berusia 18 tahun (Damayanti, 2010).
Dalam keperawatan anak, yang menjadi individu (klien) dalam hal ini adalah
anak, anak di artikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas
tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus baik kebutuhan
fisik, psikologis, social dan spiritual.
4
2.1.2 Kebutuhan Dasar Anak
5
apabila dukungan keluarga pada anak kurang baik, maka akan mengalami
hambatan pada dirinya yang dapat mengganggu psikologis anak.
2. Atraumatic care
3. Manajemen kasus
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek yang
diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut merupakan aspek
yang menjelaskan mengenai proses pembentukan seseorang, baik secara fisik
6
maupun psikososial. Namun, sebagian orang tua belum memahami hal ini,
terutama orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang
relatif rendah. Mereka menganggap bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak
tidak mengalami masalah kesehatan termasuk pertumbuhan dan
perkembangannya.Sering kali para orang tua mempunyai pemahaman bahwa
pertumbuhan dan perkembangan mempunyai pengertian yang sama (Nursalam,
2015).
Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya
dengan kata-kata. Oleh karena itu, komunikasi dengan bayi lebih banyak
menggunakan jenis komunikasi non verbal. Pada saat lapar, haus, basah dan
perasaan tidak nyaman lainnya, bayi hanya bisa mengekspresikan perasaannya
dengan menangis. Walaupun demikian, sebenarnya bayi dapat berespon terhadap
tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi dengannya secara non verbal,
misalnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah
lembut.
Ada beberapa respon non verbal yang biasa ditunjukkan bayi misalnya
menggerakkan badan, tangan dan kaki. Hal ini terutama terjadi pada bayi kurang
dari enam bulan sebagai cara menarik perhatian orang. Oleh karena itu, perhatian
saat berkomunikasi dengannya. Jangan langsung menggendong atau
memangkunya karena bayi akan merasa takut. Lakukan komunikasi terlebih
dahulu dengan ibunya. Tunjukkan bahwa kita ingin membina hubungan yang baik
dengan ibunya.
Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah
sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut oada
7
ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang akan akan terjadi
padanya. Misalnya, pada saat akan diukur suhu, anak akan merasa melihat alat
yang akan ditempelkan ke tubuhnya. Oleh karena itu jelaskan bagaimana akan
merasakannya. Beri kesempatan padanya untuk memegang thermometer sampai ia
yakin bahwa alat tersebut tidak berbahaya untuknya.
Dari hal bahasa, anak belum mampu berbicara fasih. Hal ini disebabkan
karena anak belum mampu berkata-kata 900-1200 kata. Oleh karena itu saat
menjelaskan, gunakan kata-kata yang sederhana, singkat dan gunakan istilah yang
dikenalnya. Berkomunikasi dengan anak melalui objek transisional seperti
boneka. Berbicara dengan orangtua bila anak malu-malu. Beri kesempatan pada
yang lebih besar untuk berbicara tanpa keberadaan orangtua.
Satu hal yang akan mendorong anak untuk meningkatkan kemampuan dalam
berkomunikasi adalah dengan memberikan pujian atas apa yang telah dicapainya.
Anak pada usia ini sudah sangat peka terhadap stimulus yang dirasakan yang
mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu, apabila berkomunikasi dan
berinteraksi sosial dengan anak diusia ini harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti anak dan berikan contoh yang jelas sesuai dengan kemampuan
kognitifnya.
Anak usia sekolah sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang dewasa.
Perbendaharaan katanya sudah banyak, sekitar 3000 kata dikuasi dan anak sudah
mampu berpikir secara konkret.
Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari akhir masa anak-
anak menuju masa dewasa. Dengan demikian, pola piker dan tingkah laku anak
merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa. Anak harus diberi
kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif. Apabila anak
merasa cemas atau stress, jelaskan bahwa ia dapat mengajak bicara teman sebaya
atau orang dewasa yang ia percaya.
8
Menghargai keberadaan identitas diri dan harga diri merupakan hal yang
prinsip dalam berkomunikasi. Luangkan waktu bersama dan tunjukkan ekspresi
wajah bahagia.
Terdapat prinsip atau dasar dalam keperawatan anak yang dijadikan sebagai
pedoman dalam memahami filosofi keperawatan anak. Perawat harus
memahaminya, mengingat ada beberapa prinsip yang berbeda dalam penerapan
asuhan. Di antara prinsip dalam asuhan keperawatan anak tersebut adalah:
9
Pertama, anak bukan miniature orang dewasa tetapi sebagai individu yang
unik. Prinsip dan pandangan ini mengandung arti bahwa tidak boleh memandang
anak dari ukuran fisik saja sebagaimana orang dewasa melainkan anak sebagai
individu yang unik yang mempunyai pola pertumbuhan dan perkembangan
menuju proses kematangan. Pola-pola inilah yang harus dijadikan ukuran, bukan
hanya bentuk fisiknya saja tetapi kemampuan dan kematangannya.
Kedua, anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan
sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki
berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai dengan usia
tumbuh kembang. Kebutuhan tersebut dapat meliputi kebutuhan fisiologis seperti
kebutuhan nutrisi dan cairan, aktivitas, eliminasi, istirahat, tidur, dan lain-lain.
Selain kebutuhan fisiologis tersebut, anak juga sebagai individu yang juga
membutuhkan kebutuhan psikologis, sosial, dan spiritual. Hal tersebut dapat
terlihat pada tahap usia tumbuh kembang anak. Pada saat yang bersamaan perlu
memandang tingkat kebutuhan khusus yang dialami oleh anak.
10
Ketujuh, pada masa yang akan datang kecenderungan keperawatan anak
berfokus pada ilmu tumbuh kembang sebab ilmu tumbuh kembang ini yang akan
mempelajari aspek kehidupan anak (Azis, 2005).
1. Tekanan darah
1) Bayi baru lahir : tekanan darah sistolik 50 – 70 mmHg
2) Bayi : tekanan darah sistolik 70 – 95 mmHg
3) Bawah 3 tahun : tekanan darah sistolik 80 – 100 mmHg
4) Pra sekolah : tekanan darah sistolik 80 – 100 mmHg
5) Anak-anak : tekanan darah sistolik 80 – 110 mmHg
6) Remaja : tekanan darah sistolik 90 – 110 mmHg
2. Nadi
1) Bayi baru lahir : 120 – 160 x/menit
2) Bayi : 100 – 160 x/menit
3) Bawah 3 tahun : 90 – 150 x/menit
4) Pra sekolah : 80 – 140 x/menit
5) Anak-anak : 70 – 120 x/menit
6) Remaja : 60 - 100 x/menit
3. Pernafasan
1) Bayi baru lahir : 40 - 60 x/menit
2) Bayi : 30 - 60 x/menit
3) Bawah 3 tahun : 24 - 40 x/menit
4) Pra sekolah : 22 - 34 x/menit
5) Anak-anak : 18 - 30 x/menit
6) Remaja : 12 - 20 x/menit
11
yang dikutip dari Mubarak (2010), mendefinisikan peran adalah seperangkat
tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai
kedudukannya dalam suatu system.Peran dipengaruhi oleh keadaan social dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil.Peran adalah bentuk dari perilaku yang
diharapkan dari seseorang pada situasi social tertentu (Mubarak, 2010).
12
yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai perencana kesehatan,
perawat harus bias merumuskan rencana pelayanan kesehatan di tingkat
kebijakan.
13
2.2 Anatomi Fisologi
Sistem respirasi adalah sistem yang memiliki fungsi utama untuk melakukan
respirasi dimana respirasi merupakan proses mengumpulkan oksigen dan
mengeluarkan karbondioksida. Fungsi utama sistem respirasi adalah untuk
memastikan bahwa tubuh mengekstrak oksigen dalam jumlah yang cukup untuk
metabolisme sel dan melepaskan karbondioksida (Peate and Nair, 2011). Sistem
respirasi terbagi menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah.
Sistem pernafasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernafasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair,
2011).
1. Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama
dalam sistem respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian
internal. Di hidung bagian eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan
hyaline kartilago yang terbungkus oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian
eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
a menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara yang masuk
b mendeteksi stimulasi olfaktori (indra pembau)
14
c modifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi yang besar dan
bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan sebagai ruang
yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane
mukosa (Tortorra and Derrickson, 2014)
2. Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang
13 cm. Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane
mukosa. Otot rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap
sedangkan apabila otot rangka kontraksi maka sedang terjadi proses menelan.
Fungsi faring adalah sebagai saluran untuk udara dan makanan, menyediakan
ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan tempat bagi tonsil (berperan pada
reaksi imun terhadap benda asing).
3. Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3
bagian berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid,
cuneiform, dan corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan
dimana jaringan ini mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal
sebenarnya) untuk menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian
tunggal adalah tiroid, epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya
berfungsi melindungi pita suara. Epiglotis melindungi saluran udara dan
mengalihkan makanan dan minuman agar melewati esofagus.( Kementrian
Kesehatan RI. 2018.)
4. Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati
udara dari laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar
bersilia sehingga dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong
keatas melewati esofagus untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan
bronkus juga memiliki reseptor iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel
besar yang masuk kembali keatas.
5. Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan
15
kiri, yang mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam
masing-masing paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan
semakin banyak jumlah cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang
terkecil dikenal dengan sebutan bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien
influenza sekresi mukus berlebih ke dalam cabang bronkus sehinga menyebabkan
hidung tersumbat.
6. Paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga
lobus di paru sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua
paru terdapat ruang yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi
jantung. Masing-masing paru dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang
disebut parietal dan visceral pleura. Parietal pleura membatasi dinding toraks
sedangkan visceral pleura membatasi paru itu sendiri. Diantara kedua pleura
terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini mengurangi gesekan antar kedua
pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu sama lain saat bernafas.
Cairan ini juga membantu pleura. visceral dan parietal melekat satu sama lain,
seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah (Peate and Nair, 2011).
16
dari dua tipe sel epitel alveolar. Sel tipe I merupakan sel epitel skuamosa biasa
yang membentuk sebagian besar dari lapisan dinding alveolar. Sel alveolar tipe II
jumlahnya lebih sedikit dan ditemukan berada diantara sel alveolar tipe I. sel
alveolar tipe I adalah tempat utama pertukaran gas. Sel alveolar tipe II
mengelilingi sel epitel dengan permukaan bebas yang mengandung mikrofili yang
mensekresi cairan alveolar. Cairan alveolar ini mengandung surfaktan sehingga
dapat menjaga permukaan antar sel tetap lembab dan menurunkan tekanan pada
cairan alveolar. Surfaktan merupakan campuran kompleks fosfolipid dan
lipoprotein. Pertukaran oksigen dan karbondioksida antara ruang udara dan darah
terjadi secara difusi melewati dinding alveolar dan kapiler, dimana keduanya
membentuk membran respiratori.
17
tersebar di udara bebas, terutama dari buangan cairan yang dikeluarkan penderita
influenza. Penyakit ini bisa menyerang siapa saja, terutama anak-anak (Herti
Maryani & Lusi Kristiana, 2011)
Influenza (flu) adalah penyaki pernafasan menular yang disebabkan oleh
virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat
(Abelson, 2010).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa,
Influenza adalah suatu infeksi saluran nafas atas yang disebabkan oleh virus
influenza yang tersebar di udara bebas yang dapat menyerang semua tingkat usia
yang sering terjadi saat musim dingin. Biasanya, influenza ditularkan melalui
udara lewat batuk atau bersin, yang akan menimbulkan aerosol yang mengandung
virus. Influenza juga dapat melalui kontak langsung dengan tinja burung atau
ingus, atau melalui kontak dengan permukaan yang telah terkontaminasi. Aerosol
yang terbawa oleh udara (airborne aerosols) diduga menimbulkan sebagian besar
infeksi, walaupun jalur penularan mana yang paling berperan dalam penyakin ini
belum jelas betul. Virus influenza dapat diinaktivasi oleh sinar matahari,
disinfektan, dan deterjen. Sering mencuci tangan akan mengurangi risiko infeksi
karena virus dapat diinaktivasi dengan sabun.
2.3 Klasifikasi Influenza
Berdasarkan jenisnya influenza di bagi menjadi 3 bagian :
1. Virus influenza A
2. Virus influenza B
3. Virus influenza C
2.4 Etiologi
18
air borne transmission. Virus juga dapat menyebar oleh tangan yang
terinfeksi virus. Untuk mencegah penularan, orang harus menutup mulut dan
hidung mereka dengan tisu ketika batuk, dan mencuci tangan mereka secara
teratur (WHO, 2010).
19
h. Nyeri kepala
i. Iritasi mata, mata berair
j. Mata merah, kulit merah (terutama wajah), serta kemerahan pada mulut,
tenggorok, dan hidung
k. Ruam petechiae
Pada anak, gejala gastrointestinal seperti diare dan nyeri abdomen, (dapat 'S-
menjadi parah pada anak dengan influenza B)
2.6 Patofisiologi
Gejala influenza mulai timbul setelah 24 - 48 jam penderita terserang virus.
Gejala ini biasanya akan hilang setelah 3 - 5 hari,sedangkan batuk dan kelelahan
m
masih tetap. Pada anak- anak, suhu badan biasanya lebih tinggi daripada orang >
dewasa. Beberapa kasus influenza (terutama pada orang dewasa)akan mengalami i
keletihan dan kehilangan tenaga selama beberapa minggu. Jika suhu badan tetap /
tinggi lebih dari tiga hari menunjukkan adanya komplikasi.
7
Z
Masa inkubasi (sejak bibit penyakit masuk sampai timbul gejala) penyakit ini
selama 1 - 4 hari (rata-rata dua hari). Pada orang dewasa, infeksi terjadi sejak satu
>
hari sebelum timbulnya gejala influenza hingga lima hari setelah terjadinya
—
penyakit ini. Anak-anak dapat menyebarkan virus ini sampai lebih dari 10 hari. i
Bahkan, anak-anak yang lebih kecil dapat menyebarkan virus enam hari sebelum 7
tampak gejala pertama penyakit ini. Penularan penyakit influenza dapat melalui
Z
>
dua cara, yaitu :
a. Penularan pernafasan *—
20
saluran napas orang sehat tersebut. Karena virus influenza dapat bertahan di
luar tubuh, virus ini juga dapat ditularkan lewat permukaan yang
terkontaminasi seperti lembaran uang, gagang pintu, saklar lampu, dan benda-
benda rumah tangga lainnya. Lamanya waktu virus dapat bertahan pada suatu
permukaan beragam, virus dapat bertahan selama satu atau dua hari pada
permukaan yang keras dan tidak berpori seperti plastik atau metal, selama
kurang lebih lima belas menit pada kertas tissue kering, dan hanya lima menit
pada kulit. Namun, apabila virus terdapat dalam mukus/lendir, lendir tersebut
dapat melindungi virus sehingga bertahan dalam waktu yang lama.
21
Udara
Masuk ke
saluran
Virus influenza
b. Antihistamin
Antihistamin adalah suatu kelompok obat yang dapat berkompetisi
melawan histamin, yaitu salah satu me diator dalam tubuh yang dilepas
pada saat terjadi reaksi alergi. Zat aktif yang termasuk golongan ini
antara lain klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat.
c. Dekongestan hidung
Evaluasi adalah proses yang berhubungan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan sesuai dengan tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi menjadi dua yaitu evaluasi proses atau
evaluasi formatif, dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan evaluasi hasil
dan sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan yang
telah ditentukan.
BAB 4
: Tinggal serumah
5) Imunisasi
Jenis BCG DPT Polio Campak Hepatitis TT
Usia - -
- - - -
4.2 Pemeriksaan fisik
4.2.1 Keadaan umum
Kesadaran compos mentis, klien tampak lemah, klien tampak kesakitan.
2) Rambut
Warna rambut hitam (tidak rontok, tidak mudah dicabut, tidak kusam).
3) Kepala
Keadaan kulit kepala bersih (tidak ada peradangan atau benjolan), massa tidak
ada.
4) Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva anemis, sklera putih, reflek pupil mengecil
ketika diberikan rangsangan cahaya, tidak terdapat oedem palpebra,
ketajaman penglihatan: klien dapat melihat dengan baik.
5) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat serumen, tidak ada peradangan,
ketajaman pendengaran klien baik.
6) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ditemukan sekret, tidak terpasang oksigen,
fungsi penciuman: klien baik.
7) Mulut
Tidak intake, tidak stanosis, keadaan kering, palatum lunak.
8) Gigi
Belum tumbuh gigi.
9) Leher dan Tenggorokan
Bentuk leher simetris, reflek menelan: anak mampu minum ASI, tidak di
temukan pembesaran tonsil dan vena jugularis, tidak ada benjolan atau
peradangan.
10) Dada
Dada simetris, tidak ada bunyi nafas tambahan, tipe pernafasan dada dan
perut, bunyi jantung lub dup, tidak tampak iktus cordis, tidak terdapat nyeri
dada, keadaan payudara normal simetris.
11) Punggung
Bentuk simetris, tidak ada peradangan, tidak ada benjolan dan lain-lain
4.2.4 Abdomen
Bentuk simetris, bising usus 35 x/m, tidak terdapat asites, tidak ada massa,
tidak mengalami hepatomegali, spenomegali, dan nyeri.
4.2.5 Ekstremitas
Pergerakan/ tonus otot bebas dengan kekuatan penuh, tidak di temukan
adanya oedem dan sianosis, tidak ditemukan clubbing finger, keadaan
kulit halus, turgor elastis < 2 detik (dicubit di perut) dan akral hangat.
Mairita Andani
ANALISA DATA
lalu
Merusak sel mukosa
DO :
- Akral Hangat
DS : Replikasi Hipertermi
DO: Demam
- Klien tampak pucat
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secresi yang tertahan
ditandai dengan klien batuk. Dan klien tidak mampu untuk mengeluarkan
secretnya, respirasi : 23x/menit.
2. Hipetermi berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) ditandai
dengan suhu tubuh 37,9°c, klien tampak lemas, klien tampak pucat, mata klien
cekung.
RENCANA KEPERAWATAN
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus
influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson,
2010). Setiap orang sudah mengenal dan sudah pernah menderita penyakit ini. Bila
terserang penyakit ini pekerjaan sehari-hari akan terhalang, karena gejala penyakit ini
ialah rasa tidak enak badan, demam, rasa pegal linu, lemas, lesu, bersin-bersin dan
terasa nyeri di otot-otot dan sendi. Penyebab influenza adalah virus RNA yang
termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae yang dapat menyerang burung, mamalia
termasuk manusia. Virus ditularkan melalui air liur terinfeksi yang keluar pada saat
penderita batuk, bersin atau melalui kontak langsung dengan sekresi (ludah, air liur,
ingus) penderita. Ada dua jenis virus influenza yang utama menyerang manusia yaitu
virus A dan virus B (Spikler, 2010). Virus ini beredar di seluruh dunia dan dapat
mempengaruhi orang tanpa memandang usia dan jenis kelamin. Influenza diketahui
menyebabkan epidemi tahunan dan umumnya mencapai puncaknya pada musim
dingin di daerah beriklim sedang. Sampai saat ini sudah ditemukan beberapa vaksin
yang bisa menangani virus influenza
Pada Ny.U dengan diagnosa medis influenza terdapat 2 diagnosa keperawatan yang
saya dapatkan, yaitu:
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif
2) Hipetermi
5.2. Saran
5.2.1 Bagi Profesi Keperawatan
Laporan ini dapat memberi tambahan informasi tentang asuhan keperawatan dasar
manusia pada klien dengan nyeri dalam melakukan Asuhan Keperawatan yang paling
penting adalah membina hubungan saling percaya dengan klien.
Prabu, 2011. Ilmu Kesehatan Anak Influenza, Jakarta : CV. Trans Info Media.
Spikler, 2010 Ilmu Kesehatan Influenza, Jakarta : CV. Trans Info Media.
Herti Maryani & Lusi Kristiana, 2011. Klasifikasi Influenza, Badanung : ECG
WHO 2012. Pentingnya Mengetahui Influenza Untuk Mencegah Sakit Berat, dan ,Kematian
Available at: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/pentingnya-imunisasi-untuk-
mencegah-wabah sakit-berat-cacat-dan-kematian-bayi-balita[Accessed
Peate and Nair, 2011. Manajemen Penyakit Influenza, Jakarta : ECG
Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI
Gambaran Pengetahuan Masyarakat mengenai Influenza pada Manusia di
Kabupaten Indramayu dan Majalengka sebagai Wilayah Kejadian Luar
Biasa H5N1 pada Unggas di Jawa Barat Tahun 2014
Abstrak
Berdasarkan data WHO tahun 2015, Indonesia merupakan negara dengan kasus influenza A H5N1 pada
manusia yang terbanyakkedua setelah Mesir. Virus H5N1 dikhawatirkan dapat menimbulkan pandemi
berikutnya karena kemampuan virus dalam bermutasi secara cepat dan mengalami perubahan gen.
Kurangnya pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai flu burung dan kemungkinan risikonya perlu
ditangani untuk mencegah terjadinya pandemi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengetahuan masyarakat
mengenai influenza pada manusia di Kabupaten Indramayu dan Majalengka. Penelitian ini menggunakan desain
survei potong lintang deskriptif kuantitatif. Peneliti menggunakan data sekunder pada penelitian yang sudah
dilaksanakan di Kabupaten Indramayu dan Majalengka pada Juli – Desember 2014.Subjek penelitian ini adalah
penghuni rumah dengan kasus indeks di daerah KLB flu burung dan rumah tangga yang berada di area 200 meter
dari rumah tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancaraterstruktur berdasarkan kuesioner
pengetahuan mengenai influenza dan kuesioner pengetahuan mengenai flu burung pada manusia. Mayoritas
responden memiliki tingkat pengetahuan kurang mengenai influenza (65,5%) dan flu burung pada manusia (74,5%).
Banyak responden yang tidak mengetahui penyebab influenza dan flu burung pada manusia, serta gejala flu burung
pada manusia. Pemerintah masih perlu meningkatkanpendidikankesehatanmengenaiinfluenzadan flu
burungpadamanusiamelaluitelevisidanpenyuluhan.
Abstract
Based on data from WHO in 2015, Indonesia has the second highest number of cases with A H5N1 influenza
in humans after Egypt. The H5N1 virus is feared to be capable of causing the next pandemic due to the
virus’ ability to undergo gene changes and fast mutation. The lack of understanding and awareness from the
society about avian influenza and the possible risks needs to be handled to prevent a pandemic.This study was
conducted to identify community knowledge of influenza in humans in Indramayu dan Majalengka District.
This study was done using a descriptive quantitative cross sectional survey design.Secondary data from the
previous research held in Indramayu and Majalengka District in July and December 2014 was used in this
study. The study subjects were home residents with index case in avian influenza outbreak districts and
households that were 200 metres from house with index case. The data collection technique used was a
structured interview with questions in knowledge questionnaires about influenza and avian influenza in humans.
The majority of the respondents had a low level of knowledge about influenza (65.5%) and avian influenza in
humans (74.5%). Many respondents do not know the cause of influenza andavian influenza inhumans, as well as
avian influenza symptoms in ahuman. The government still needs to increase health education about influenza
and avian influenza in humans through television and health programs
Metode
Penelitian ini menggunakan desain survei
potong-lintang deskriptif kuantitatif.
Peneliti memanfaatkan data sekunder pada
penelitian yang dilaksanakan di Kabupaten
Indramayu dan Majalengka pada Juli 2014–
Desember 2014. Kejadian Luar Biasa
H5N1 pada unggas yang diteliti sudah
terjadi sejak tahun 2012 dan pelaporan
Kejadian Luar Biasa H5N1dilakukan segera
setelah kasus H5N1 pada unggas terjadi
untuk selanjutnya dilakukan survei oleh
Tim Penelitian Pusat Studi Infeksi Klinik
Eijkman Bandung. Peneliti hanya
memanfaatkan data sekunder terbaru pada
penelitian yang sudah dilaksanakan di
Wilayah Kejadian Luar Biasa H5N1
tersebut. Penelitian ini telah mendapatkan
izin dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung dengan Pembebasan
Etik,No.670/UN6.C1.3.2/KEPK/PN/2
015.
Subjek penelitian ini adalah penghuni
rumah dengan kasus indeks dan rumah
tangga yang berada di area 200 meter dari
rumah dengan kasus indeks. Unit sampel
dari penelitian ini adalah rumah tangga.
Kriteria inklusi penelitian ini adalah
responden yang menandatangani Informed
Consent dan tinggal di rumah kasus indeks
atau tinggal di area 200 meter dari rumah
dengan kasus indeks. Kriteria eksklusi
penelitian ini adalah responden yang tidak
berada di tempat saat pengambilan
data. Responden yang memenuhi
kriteria inklusi dibagi menjadi 5
kelompok berdasarkan prioritas,
Prioritas kasus indeks, yaitu rumah tangga
yang pertama kali melaporkan terdapat
unggas sakit atau mati dan sudah di
konfirmasi oleh dinas peternakan melalui
rapid test flu burung yang positif, Prioritas
Influenza-Like Illness (ILI) + unggas
mati/sakit, Prioritas non- ILI + unggas
mati/sakit, Prioritas Influenza- Like
Illness (ILI) + unggas sehat/tanpa unggas,
keluarga dengan riwayat demam dalam 2 pada unggas tahun 2014, 2 lokasi di
minggu terakhir. Penelitian ini Kabupaten Majalengka dan 1 lokasi di
menggunakan teknik pengambilan sampel Kabupaten Indramayu. Terdapat total 55
random sampling pada responden dengan responden yang terlibat dengan 42
prioritas 3 dan 5, yaitu dengan mengambil responden (76,4%) dari Majalengka
secara acak sebanyak 20% dari populasi
rumah tangga yang tidak memiliki riwayat dan 13 responden (23,6%) dari Indramayu.
demam dalam 2 minggu terakhir. Teknik Tabel 1 menunjukkan karakteristik
pengumpulan data yang digunakan adalah responden berdasarkan jenis kelamin,
wawancara terstruktur dengan menanyakan pekerjaan, dan pendidikan. Tabel 1
pertanyaan yang terdapat pada menggambarkan responden paling banyak
kuesioner pengetahuan berjenis kelamin perempuan (70,9%),banyak
mengenai influenza dan kuesioner responden yang tidak bekerja atau hanya
pengetahuan mengenai flu burung pada sebagai ibu rumah tangga (45,5%), dan
manusia. Data yang telah terkumpul mayoritas responden memiliki tingkat
kemudian diberikan nilai atau skoring untuk pendidikan rendah (78,2%), yaitu tidak
menentukan tingkat pengetahuan. Setiap sekolah, sekolah dasar dan tamat sekolah
jawaban benar diberikan nilai 1 dan setiap dasar. Tabel 2 menampilkan sumber
jawaban salah diberikan nilai 0. Nilai yang informasi mengenai penyakit influenza dan
diperoleh selanjutnya diklasifikasikan secara flu burung pada manusia. Informasi
ordinal menjadi tiga kategori baik, cukup, mengenai penyakit influenza paling banyak
dan kurang. Responden memiliki didapat oleh responden dari pengalaman
pengetahuan baik apabila memperoleh nilai sendiri (23,6%). Informasi juga banyak
76-100%, memiliki pengetahuan cukup didapat dari tetangga/ teman (21,8%) dan
apabila memperoleh nilai 56- 75%, dan media massa (21,8%). Sumber informasi
memiliki pengetahuan kurang apabila responden mengenai flu burung pada
memperoleh nilai< 56%. Data dianalisis manusia paling banyak berasal dari media
secara deskriptif dengan menggunakan massa (54,5%) dan tetangga/teman (29,1%).
program statistik untuk mencari frekuensi Rentangan nilai berkisar antara 0-7.
dan presentase masing masing variabel dan Berdasarkan hasil pengolahan data yang
disajikan dalam bentuk tabel ditampilkan pada tabel 3, dapat disimpulkan
dan grafik. mayoritas responden memiliki tingkat
pengetahuan kurang mengenai influenza
(65,5%). Pada pertanyaan semi-terbuka
mengenai penyebab influenza,hanya 3
Hasil responden (5,5%) yang menjawab
kuman/bakteri/virus sebagai penyebab
Penelitian ini dilaksanakan pada 3 wilayah influenza. Cuaca/keanginan merupakan
yang mengalami Kejadian Luar Biasa H5N1 penyebab influenza yang kurang tepat yang
paling banyak disebutkan oleh responden
(38,2%).
Tabel 1 Karakteristik Responden di Wilayah Kejadian Luar Biasa H5N1 pada Unggas di
Kabupaten Indramayu dan Majalengka
Kategori n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 16 29,1
Perempuan 39 70,9
Pekerjaan
Tidak Bekerja 25 45,5
Petani 11 20,0
Wiraswasta 6 10,9
Buruh 6 10,9
Pelajar 3 5,5
Lainnya 4 7,3
Tingkat Pendidikan
Kurang 43 78,2
Baik 12 21,8
Tabel 2 Sumber Informasi Mengenai Influenza dan Flu Burung pada
Manusia
Influenza Flu burung pada manusia
Sumber informasi
n % n %
Pengalaman sendiri 13 23,6 2 3,6
Keluarga/saudara 4 7,2 1 1,8
Tetangga/teman 12 21,8 16 29,1
Tenaga kesehatan 8 14,5 6 10,9
Media massa 12 21,8 30 54,5
Lain-lain 4 7,2 5 9,1
Penyebab influenza yang kurang tepat mengenai flu burung pada manusia (74,5%).
lainnya juga disebutkan oleh beberapa Mayoritas responden tidak mengetahui
responden seperti makan tidak sehat gejala flu burung pada manusia (61,8%) dan
(permen/es/air dingin) (9,1%), terlalu capek penyebabnya (61,8%). Pemahaman beberapa
(9,1%), dan polusi udara (5,5%). Sebanyak responden mengenai gejala flu burung pada
25 responden (45,5%) tidak mengetahui manusia yang mungkin muncul dinilai sudah
penyebab influenza. Tingkat Pengetahuan benar yaitu ditandai dengan muncul demam
mengenai Flu Burung pada Manusia. (27,3%), batuk (9,1%), pilek (10,9%), nyeri
Rentangan nilai berkisar antara 0-9. tenggorokan
Berdasarkan hasil pengolahan data yang
ditampilkan pada tabel 3, dapat (1,8%), sesak napas (1,8%), sakit kepala
disimpulkan mayoritas responden memiliki (3,6%),
tingkat pengetahuan kurang hidung tersumbat (1,8%), menggigil (1,8%),
mual dan muntah (1,8%), dan tidak enak
badan
Manusia
Influenza Flu burung pada manusia
Tingkat Pengetahuan
n % n %
Baik 2 3,6 8 14,5
Cukup 17 30,9 6 10,9
Kurang 36 65,5 41 74,5
NIM : 2019.NS.A.07.051