DEPARTEMEN
MATERNITAS
DISUSUN OLEH :
201920461011093
2020
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN (ADNEXITIS LP-ASKEP)
DEPARTEMEN
MATERNITAS
KELOMPOK 9
NIM : 201920461011093
Mahasiswa, Pembimbing,
NIM : 201920461011093
MINGGU KE :1
NO
KOMPETENSI NILAI
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Mahasiswa, Pembimbing,
COVER..................................................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................................................ii
LEMBAR PENILAIAN.......................................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iv
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Definisi......................................................................................................................................1
B. Etiologi......................................................................................................................................1
C. Klasifikasi..................................................................................................................................1
D. Patofisiologi...............................................................................................................................3
E. Tanda dan Gejala.......................................................................................................................4
F. Penatalaksanaan.........................................................................................................................5
G. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................................5
H. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan......................................................................................6
BAB II. ASUHAN KEPERAWATAN................................................................................................12
A. Kasus.......................................................................................................................................12
B. Pengkajian...............................................................................................................................12
C. Analisa Data............................................................................................................................17
D. Diagnosa Keperawatan............................................................................................................19
E. Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan...................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................24
SOP VULVA HYGIENE....................................................................................................................25
BAB I. LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Adnexitis adalah inflamasi yang mengenai adnexa yaitu jaringan yang berada di
sekitar rahim. Ini termasuk tuba fallopi dan ovarium. Radang tuba falopii dan radang
ovarium (adnexa) biasanya terjadi bersamaan. Tuba dan ovarium (adneksum)
berdekatan, dan dengan perabaan tidak dapat dibedakan apakah suatu proses berasal
dari tuba atau dari ovarium. Adnexitis biasa disebut juga Salpingo-ooritis (Gant &
Cunnighnam, 2010).
B. Etiologi
Adnexitis terutama disebabkan oleh infeksi bakteri dan jarang oleh virus. Sebagian
besar kasus infeksi disebabkan oleh gonococcus, streptococcus, staphylococcus, E.
coli, chlamydia trachoma, dan clostridium, di mana bakteri-bakteri tersebut hidup tanpa
oksigen. Faktor air sangat dicurigai sebagai faktor penyebab adnexitis, hal ini
dikarenakan air mengandung bakteri yang dapat masuk ke dalam tuba falopii melalui
vagina. Begitu pula dengan pembalut wanita yang kurang steril dan micobacterium
tuberculosa juga dapat menimbulkan adnexitis (Manuaba, 2010).
Adnexitis dapat dengan mudah terjadi pada wanita saat dan setelah menstruasi,
setelah aborsi dan setelah melahirkan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran zat
horsestyle yang ikut keluar pada saat menstruasi, saat aborsi dan saat melahirkan. Zat
tersebut berfungsi sebagai daya tahan tubuh terhadap mikroorganisme atau benda asing
yang akan menyebabkan terjadinya suatu penyakit atau radang. Dengan berkurangnya
zat tersebut akan menyebabkan daya tahan tubuh menurun. Sehingga mikroorganisme
atau benda asing dapat dengan mudah masuk ke tubuh melalui organ genitalia eksterna
dan menimbulkan reaksi berupa penyakit atau radang (Manuaba, 2010).
C. Klasifikasi
1) Adnexitis akut
Adnexitis akut yang disebabkan oleh gonorrhea sampai ke tuba sampai uterus
melalui mukosa. Pada endosalping tampak oedema serta hyperemia dan infiltrasi
leukosit, pada infeksi yang ringan, epitel masih utuh, tapi pada infeksi yang lebih
berat kelihatan degenerasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak
luas, dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini
dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan
menyebabkan peradangan di sekitarnya (peritonitis pelvika) (Gant & Cunnighnam,
2010).
Adnexitis akut piogenik banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada
abortus septic, akan tetapi dapat disebabkan pula sebagai akibat berbagai tindakan,
seperti Streptococcus ( aerobic dan anaerobic ), stafilococcus, E.coli, Klostridium
welchii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan
jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba, dan dapat pula ke peritoneum
pelvic. Di sini timbul Adnexitis interstisialis akut, mesosalping dan dinding tuba
menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit tetapi mukosa seringkali normal. Hal
ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, di mana radang
terdapat terutama pada mukosa dengan dengan sering terjadi penyumbatan lumen
tuba (Gant & Cunnighnam, 2010).
2) Adnexitis kronik
Adnexitis kronik menurut Nugroho (2012) dapat dibedakan menjadi :
a) Hidrosalping, terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel
mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan dengan akibat retensi
cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks
dan hidrosalping folikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan
berdinding tipis, sedang hidrosalping folikularis terbagi dalam ruangan-ruangan
kecil.
b) Piosalping, dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal
yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan
jaringan di sekitarnya.
c) Salpingitis interstisial kronika, pada salpingitis interstisial kronika dinding tuba
menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah
sedikit-sedikit di tengah-tengah jaringan otot. Terdapat pula perlekatan dengan
jaringan-jaringan di sekitarnya, seperti ovarium, uterus dan usus.
d) Kista tubo-ovarial, pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista
folikel ovarium, sedang pada abses tuboovarial piosalping bersatu dengan abses
ovarium. Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri, daru stadium akut dapat
memasuki stadium menahun.
e) Abses ovarial.
f) Salpingitis tuberculosis.
D. Patofisiologi
Perjalanan infeksi pada adnexitis yaitu faktor penyebab tiba di ovarium dan tuba
falopii dengan cara yang berbeda, tergantung pada tempat daerahnya. Bisa dari asenden
dan desenden. Jika faktor penyebab tiba di peredaran darah ovarium dan tuba falopii
maka disebut infeksi haematogen. Pada infeksi asenden faktor pencetus adnexitis
bergerak ke lapisan atas dan uterus masuk ke tuba falopii. Faktor pencetus infeksi
asenden antara lain: air, pembalut wanita yang kurang steril, selama dan setelah
menstruasi, setelah melahirkan, setelah aborsi, gangguan-gangguan uterus misalnya
adanya spiral, perubahan membran mucus dalam servix oleh karena keluarnya nanah
yang mengalir dari tuba falopii dan ovarium, adanya myoma atau polips serta tumor
(Nugroho, 2012).
Pada infeksi desenden ini terjadi jika ada inflamasi pada organ sekitar misalnya
appendicitis atau proctitis atau adanya radang usus besar yang menyebar ke tuba
falopii. Infeksi haematogen merupakan infeksi pada peredaran darah dan termasuk
jenis adnexitis micobacterium tuberculosa yang berhubungan dengan tuberculosa.
Untuk mengetahui adanya adnexitis diperlukan suatu pemeriksaan antara lain:
anamnesa, pemeriksaan gynekologi dan pemeriksaan darah lengkap. Pada anamnesa
biasanya penderita mengeluh nyeri hebat di daerah perut bagian bawah, nyeri saat
menstruasi, nyeri saat berhubungan sexual dan kadang penderita mengeluh nyeri
pinggang. Pada saat dilakukan palpasi pada abdomen ditemukan ketegangan pada
dinding abdomen oleh karena adanya kontraksi otot abdominalis sebagai reaksi
proteksi terhadap radang, terdapat nyeri tekan pada abdomen bagian bawah. Pada
pemeriksaan gynekologi saat uterus di palpasi (dengan tussue) juga dirasakan nyeri.
Dan pada pemeriksaan darah lengkap LED meningkat. Nyeri meningkat pada saat
kegiatan naik turun tangga dan mengangkat barang-barang berat (Nugroho, 2012).
F. Penatalaksanaan
Terapi pada Adnexitis akut terdiri atas istirahat baring, perawatan umum,
pemberian antibiotik dan analgetik. Dengan terapi tersebut, penyakit dapat menjadi
sembuh atau menjadi menahun. Jarang sekali terapi Adnexitis akut memerlukan
pembedahan. Pembedahan perlu dilakukan :
1) Jika terjadi rupture piosalping atau abses ovarium
2) Jika terdapat gejala-gejala ileus karena perlekatan
3) Jika terdapat kesukaran untuk membedakan antara apendixitis akut dan Adnexitis
akut.
Pada Adnexitis kronik, jika penyakitnya msaih dalam keadaan sub akut, penderita
harus diberi terapi dengan antibiotik dengan spectrum luas. Jika keadaan sudah tenang,
dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita di nasehatkan supaya
penderita jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini, biarpun
sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan – keluhan penderita seringkali hilang atau
sangat berkurang.
Terapi operatif mempunyai tempat pada Adnexitis kronik. Indikasi untuk terapi ini
adalah :
1) Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi diatermi, keluhan tetap ada dan
mengganggu kehidupan sehari-hari.
2) Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3) Apabila ada tumor di sebelah uterus, dan setelah dilakukan beberapa terapi
diatermis tumor tidak mengecil, sehingga timbul adanya dugaan hidrosalping,
piosalping, kista tuba ovarial dan sebagainya.
4) Apabila ada infertiitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya
dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan
pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
(Manuaba, 2010).
G. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan penunjang penderita adnexitis khususnya pemeriksaan darah
lengkap akan ditemukan leukositosis akibat adanya peradangan yang ditimbulkan.Perlu
dilakukan pemeriksaan penunjang seperti Ultrasonografi (USG). Tindakan ini tidak
menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan menerima
gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat
dicetak dan dianalisis oleh dokter untuk memastikan keadaan adneksa, ada atau
tidaknya tumor di bagian tuba maupun ovarium ibu. Dengan laparoskopi (alat teropong
ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat
melihat ovarium, mengambil bahan percontoh untuk biopsi (Gant & Cunnighnam,
2010).
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik.
2. Ansietas b/d kurangnya pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.
3. Defisit pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan pengobatan d.d.
kurangnya sumber informasi.
4. Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit.
5. Disfungsi seksual b/d perubahan struktur/tubuh
Edukasi
1. Jelaskan
prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
2. Informasikan
secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan
melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan perasaan
dan persepsi
6. Latih
kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih
penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
A. Kasus
Ny. F (27 th) datang diantar oleh suaminya Tn. R (30 th) ke RS pada 20 Juni 2020
pukul 09.50 WIB, dengan keluhan cemas karena sejak 10 hari yang lalu terasa sakit pada
perut bagian bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid, serta dengan
pengeluaran darah haid yang banyak hingga ganti 5x pembalut/hari, keputihan berbau
dan gatal, Ny. F mengatakan suami apabila BAK mengeluarkan nanah dan merasa nyeri
pada saat buang air kecil. Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit yang
serius. Ny. F mengatakan telah menikah selama 3 tahun, belum memiliki anak dan tidak
ada memiliki gangguan reproduksi, serta tidak menggunakan alat kontrasepsi. Ny. F
pertama kali haid pada usia 12 tahun, dengan siklus 28 hari selama 6 hari, serta 3-4x/hari
mengganti pembalut. Ny. F makan 3x sehari dengan selera makan baik, terdiri dari nasi,
lauk pauk, dan buah. BAB: 1–2x sehari. BAK: 4-5x sehari. Ny. F tidur siang selama 1-
2 jam dan malam 7-8 jam. Kegiatan seksual dilakukan 2x seminggu, akhir-akhir ini
sering terasa nyeri, aktivitas seksual berubah, hubungan seksual tidak memuaskan dan
hasrat seksual menurun. Ny. F adalah seorang ibu rumah tangga, dan suaminya berkerja
sebagai karyawan swasta. Hasil pemeriksaan fisik dan TTV menunjukkan TD : 120/80, T
: 37,5oC, N : 84 x/mnt, R : 20x/mnt, BB : 55 Kg, TB : 155 cm.
B. Pengkajian
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Ny. F
b. No. Rekam Medis : 150xxx
c. Tanggal Lahir : Tidak terkaji
d. Usia : 27 th
e. Pendidikan Terakhir : SMA
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
g. Agama : Islam
h. Suku/bangsa : Banjar
i. Alamat : Malang
j. No. Telp : 081xxxxxxxxxx
III. KELUHAN UTAMA : terasa sakit pada perut bagian bawah sebelah kiri
X. PEMERIKSAAN FISIK :
a. Kepala :
1. Distribusi rambut :(√) merata ( ) tidak
2. Lesi/pembengkakan :( ) Ya (√ ) tidak ada
3. Nyeri saat diraba :( ) Ya (√ ) tidak ada
4. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak ada
Sebutkan :-
b. Wajah :
1. Edema wajah :( ) Ya (√) tidak ada
2. Keluhan :( ) Ya (√ ) tidak ada
Sebutkan :-
c. Mata :
1. Sklera ikterik :( ) Ya (√ ) tidak
2. Konjuntiva anemis :( ) Ya (√ ) tidak
3. Keluhan :( ) Ya ( √ )
tidak ada
Sebutkan :-
d. Hidung :
1. Sekret :( ) Ya (√ ) tidak
2. Polip :( ) Ya (√ ) tidak
3. Keluhan :( ) Ya ( √ )
tidak ada
Sebutkan :-
e. Mulut dan Bibir :
1. Rongga mulut : ( √ ) bersih ( ) kotor ( ) radang
2. Bibir : ( √ ) lembab ( ) kering ( ) sianosis
3. Caries gigi : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
4. Keluhan : ( ) Ya ( √ ) tidak ada
Sebutkan :-
f. Telinga :
1. Serumen :( ) Ya (√ ) tidak ada
2. Sekresi :( ) Ya ( √ )
tidak ada
3. Keluhan :( ) Ya (√ )
tidak ada
Sebutkan :-
g. Leher :
1. Kelejar tiroid :( ) membesar (√) tidak
2. Keluhan : ( ) Ya ( √ )
tidak ada
Sebutkan :-
h. Ketiak : :
1. Kelenjar limfe :( ) membesar (√ ) tidak
2. Keluhan :( ) Ya ( √ )
tidak ada
Sebutkan :-
j. Payudara :
1. Puting : ( √ ) eksverted ( ) datar ( ) inverted ( )
lecet
2. Pengeluaran ASI : ( ) Ya (√ ) tidak ada
3. Bentuk : ( √ ) simetris ( ) tidak simetris
4. Teraba : ( ) ada massa ( ) hangat ( √ ) tidak
ada massa
5. Kebersihan : bersih
6. Keluhan : ( ) Ya ( √) tidak ada
Sebutkan :-
k. Abdomen :
Involusio Uteri
2. Tinggi fundus uteri : - cm. Kontraksi : ( ) Ya (√) Tidak
3. Diastasis rektus Abdominis : ( √ ) < 2 jari / 2 cm ( ) > 2 jari / 2 cm
4. Kandung kemih :-
5. Keluhan : ( √ ) Ya ( ) tidak ada
Sebutkan : terasa sakit pada perut bagian bawah sebelah
kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid.
m. Extremitas :
1. Ektremitas Atas :
a) Edema :( ) Ya (√ ) tidak
b) Varises :( ) Ya ( √ )
tidak
2. Ektremitas Bawah :
a) Edema :( ) Ya (√ ) tidak
b) Varises :( ) Ya ( √ )
tidak
c) Tanda Hoffman :( ) + (√ ) -
3. Keluhan :( ) Ya ( √ )
tidak ada
Sebutkan : -
n. Masalah Khusus :
1. Eliminasi : -
2. Istirahat dan kenyamanan : -
3. Mobilisasi dan latihan : -
4. Nutrisi dan cairan : -
5. Keadaan Psikologis :
Cemas
6. Kemampuan Menyusui :-
XIII. Lain-lain: -
ttd
DATA MASALAH
PENYEBAB
(Tanda mayor & minor) KEPERAWATAN
DS : Agen pencedera Nyeri Akut (D.0077)
Klien mengatakan sejak 10 fisik
hari yang lalu terasa sakit
pada perut bagian bawah
sebelah kiri dan nyeri ini
bertambah sewaktu haid.
DO :
1) Tampak meringis
2) Bersikap protektif
3) Gelisah
DO :
1) Tampak gelisah
2) Tampak tegang
DS : Perubahan Disfungsi seksual (D.0069)
Klien mengatakan kegiatan struktur/fungsi
seksual dilakukan 2x tubuh
seminggu, akhir-akhir ini
sering terasa nyeri, aktivitas
seksual berubah, hubungan
seksual tidak memuaskan dan
hasrat seksual menurun.
DO : -
DO :
Klien tampak gelisah
D. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d.d. mengeluh nyeri, tampak meringis, bersikap
protektif, gelisah (D.0077)
2) Gangguan rasa nyaman b/d gejala penyakit d.d.mengeluh tidak nyaman dan gelisah
(D.0074)
3) Disfungsi seksual b/d perubahan struktur/tubuh d.d. mengungkapkan aktivitas seksual
berubah, hubungan seksual tidak memuaskan, hasrat seksual menurun dan mengeluh
nyeri saat berhubungan seksual (D.0069)
4) Ansietas b/d kurang terpapar infromasi d.d.merasa khawatir dengan akibat dari
kondisi yang dihadapi, tampak gelisah dan tampak tegang (D.0080)
E. Luaran Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Edukasi
1. Jelaskan
prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
2. Informasikan
secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika
perlu
4. Anjurkan
melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif,
sesuai kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih
kegiatan pengalihan,
untuk mengurangi
ketegangan
7. Latih
penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang
tepat
8. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
Manuaba, I. A. (2010). Buku Ajar Ginekologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.
A. DEFINISI
Tindakan yang dilakukan oleh seorang perawat untuk membersihkan alat kelamin wanita
bagian luar.
B. TUJUAN
1. Menjaga kebersihan diri terutama perineal genital
2. Mencegah infeksi
3. Menghindari kelembapan berlebih
4. Memberikan pengobatan
5. Memberika rasa nyaman
C. INDIKASI
D. PERSIAPAN PASIEN
E. PERSIAPAN ALAT
F. PROSEDUR TINDAKAN
1. Dekatkan alat-alat
2. Atur posisi dorsal recumbent
3. Lepas celana dalam
4. Cuci tangan
5. Kenakan sarung tangan
6. Pasang perlak dan pispot
7. Guyur alat genitalia luar dengan air bersih
8. Ambil kapas savlon dengan piset bungkung ibu jari dan telunjuk kiri dengan kapas savlon
dan renggangkan labia dengan tangan kanan ambil kapas savlon dengan menggunakan
pinset
9. Usapkan kapas savlon pada labia mayora kanan, labia mayora kiri dan minora. Satu kapas
digunakan untuk satu labia. Sekali usap dan buang kebengkok.
10. Pasang pembalut dan celana dalam
11. Rapikan alat
12. Kembalikan pasien pada posisi semula
13. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
14. Dokumentasikan tindakan