Disusun Oleh:
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat
dan karunia-Nya kami masih di beri kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah inidenganbenar.
ADA PASIEN ADNEXITIS” ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Kelompok 6
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….. 1
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………… 3
A. Latar Belakang…………………………………………………………. 3
B. Tujuan………………………………………………………………….. 4
C. Sistematika Penulisan………………………………………………….. 4
A. Pengertian……………………………………………………………… 6
B. Anatomi Fisiologi……………………………………………………… 6
C. Klasifikasi……………………………………………………………… 11
D. Etiologi………………………………………………………………….13
E. Patofisiologi……………………………………………………………. 14
F. Manifestasi Klinis…………………………………………………….. 15
G. Pemeriksaan Penunjang………………………………………………... 16
H. Penatalaksanaan Medis………………………………………………… 17
I. Komplikasi……………………………………………………………...18
J. Konsep Asuhan Keperawatan………………………………………….. 19
A. Pengkajian………………………………………………………………24
B. Dignosa Keperawatan………………………………………………….. 27
C. Intervensi ……………………………………………………………….
27
BAB IV PENUTUP………………………………………………………………….29
A. Kesimpulan…………………………………………………………….. 29
B. Saran…………………………………………………………………… 29
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………... 30
BAB I
PENDAHULUAN
2
A. Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan
mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau
bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah
tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena
itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga
kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi.
Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan
organ kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk
sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari
organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan
dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan
menyebabkan infeksi kandungan salah satunya adalah radang yang terjadi akibat infeksi
yang menjalar keatas dari uterus dan bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan
darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan sekitarnya dan biasa disebut dengan
adneksitis.
Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia
sebesar 1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan
hubungan seksual. Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar ke organ
lain disekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium, dan terjadinya
gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo
ooforitis akuta. Maka dari itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu
perawatan klien adneksitis dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan
(Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan
3
membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep
asuhan keperawatan.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Adnexitis.
2. Untuk Mengetahui Anatomi Fisiologi
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi dari Adnexitis.
4. Untuk Mengetahui Etiologi dari Adnexitis.
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Adnexitis.
6. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis dari Adnexitis.
7. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Adnexitis.
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Medis dari Adnexitis.
9. Untuk Mengetahui Komplikasi dari Adnexitis.
10. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan dari Adnexitis yang terdiri dari
keperawatan.
BAB III: TINJAUAN KASUS
Terdiri dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, perencanaan, tindakan, dan
evaluasi.
BAB IV: PENUTUP
Terdiri dari kesimpulan dan saran.
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Adnexitis adalah radang yang terjadi di daerah panggul wanita, timbulnya rasa nyeri
pada daerah panggul wanita yang berada di daerah tuba falopi sampai ovarium.Rasa nyeri
struktur tuba falopi dan sekitarnya, bahkan sampai ovarium (indung telur).
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium
berada di sekitar rahim. Ini termasuk tuba falopii dan ovarium. Adnexitis disebut juga
B. Anatomi Fisiologi
yang terletak di sebelah depan dan samping tulang coxae sendiri merupakan pertautan
antara tulang usus, tulang duduk dan tulang kemaluan. 1 buah tulang belangkang
5
belakang bersambung dengan sacrum. Rongga Pelvic dibagi dua yaitu pelvic mayor
dan pelvis minor. Ada 4 buah sendi yang penting antara lain: artc. sacro iliaca 2 buah
masing-masing kiri dan kanan (berkapsul), artc. Symphisis pubis (tanpa kapsul), artc.
di sebelah atas dengan ruang perineum di sebelah bawah. Jadi dasar panggul
sepenuhnya terdiri atas sejumlah otot panggul yang sangat penting fungsinya. Otot-
otot tersebut antara lain: m. levator ani (m. pubo coccygeus, pubo vaginalis dan pubo
Bagian dari pintu bawah panggul adalah diagfragma pelvis yang dibentuk oleh m.
levator ani dan m. coccygeus. Lapisan paling luar (di atas dasar panggul) dibentuk
oleh otototot bulbo cavernosus, yang melingkari genitalia externa, otot perinea
transversus superfisialis, otot ischio cavernosus dan sphincter ani externus. Dinding
abdomen terdiri atas kulit, lemak dan otot-otot diantaranya mm. Rectus obliqus
dengan otot yang lain berjalan miring dan melintang membentuk suatu system
sehingga dinding abdomen menjadi lebih kuat. Salah satu fungsi dinding abdomen
yang sangat penting ialah bersama dengan diagfragma mengecilkan rongga perut dan
meningkatkan tekanan dalam rongga perut, sebagai salah satu fungsi yang penting
pada persalinan, sebaliknya jika otot tersebut lemah maka dapat mengganggu
inferior ke L3, a. iliaca interna dan a. iliaca externa keduanya merupakan cabang a.
6
Iliaca communis dan cabang-cabangnya antara lain: a. iliaca interna (a. ilio lumbalis,
inferior, a. perineae, a. Clititoris Persarafan pada pelvic yaitu n. pudendus yang terdiri
berisi: sistima urinaria yang tediri dari ureter, uretra, dan vesica urinaria, sistima
genetalia pada wanita terdiri dari uterus, tuba falopii, ovarium dan vagina dan sistima
berlipat-lipat dan disebut rugae. Vagina berguna sebagai saluran keluar untuk darah
haid, merupakan bagian kaudal “terusan lahir”(birth canal), dan menerima penis
sewaktu bersenggama. Ke arah kranial vagina berhubungan dengan servix uteri dan
ke arah kaudal dengan vestibulum vagina. Dinding ventral dan dinding dorsal vagina
saling bersentuhan, kecuali pada ujung kranialnya yang terpisah oleh servix uteri.
Vagina berada dorsal terhadap vesica urinaria dan rectum, dinding kiri dan kanan
vagina berhubungan dengan m. levator ani. Pembuluh darah yang mengantar darah
kepada bagian kranial vagina berasal dari arteria uterina. Arteria vaginalis yang
memasok darah kepada bagian tengah dan bagian vagina lainnya berasal dari arteria
rectalis media dan arteria pudenda interna. Sedangkan vena vaginalis membentuk
plexus venosus vaginalis pada sisi-sisi vagina dan dalam membran mukosa vagina.
Vena-vena ini mencurahkan isinya ke dalam vena iliaca interna dan berhubungan
dengan plexus venosus vesicalis. Saraf-saraf vagina berasal dari plexus uterovaginalis
yang terletak antara kedua lembar ligamentum latum uteri bersama arteria uterina.
5. Uterus
Uterus adalah sebuah organ muskular yang berdinding tebal, berbentuk seperti
buah pir, dan terletak di dalam pelvis antara vesika urinaria dan rektum. Panjang
7
uterus kurang lebih 7,5 cm, lebar 5 cm, tebal 2,5 cm, dan berat 50 gram. Pada wanita
dewasa yang belum pernah menikah (bersalin) panjang uterus adalah 5-8 cm, dan
beratnya 30-60 gram. Uterus terapung di dalam pelvis dan terdiri dari fundus uteri,
korpus uteri dan servix uteri. Dinding uterus terdiri dari endometrium, myometrium
dan lapisan serosa. Lapisan ini terdiri atas ligamen yang menguatkan uterus yaitu:
latum dan ligamentum infudilo pelvik. Susunan otototot penopang uterus yaitu mm.
Levatoris ani yang merupakan lapisan otot-otot yang melintang di dalam rongga
panggul bersama dengan fascia diapraghmatis pelvis superior yang menahan alat-alat
cavum pelvis dan tekanan intra abdominal yang diteruskan ke kaudal, ke rongga
panggul. Pembuluh darah arteria uterus terutama terjadi melalui arteria uterina, dan
juga dari arteria ovarica. Sedangkan vena uterina memasuki ligamentum latum uteri
bersama arteria uterina, dan membentuk plexus venosus uterina di kedua sisi cervix
uteri. Venavena dari plexus venosus uterina bermuara dalam vena iliaca interna.
Persarafan uterus berasal dari plexus hypogastricus inferior (plexus pelvixus),
dan memasuki medulla spinalis melalui nervi thoracici X-XII dan nervus subcostalis
(LI). Fungsi uterus adalah untuk menahan ovum yang telah dibuahi selama
perkembangan, sebutir ovum yang telah keluar dari ovarium dihantarkan melalui tuba
uterina ke uterus.
6. Tuba falopii
Tuba falopii merebak ke arah lateral dari cornu uteri dan terbuka ke dalam
cavitas peritonealis di dekat ovarium. Tuba uterina terletak dalam mesosalpink yang
dibentuk oleh tepi-tepi bebas ligamentum latum uteri. Ke arah dorsolateral tuba
falopii mencapai dinding-dinding pelvis lateral untuk menaik dan membelok ke atas
8
ovarium. Tuba falopii terdiri dari tuba kiri dan kanan. Panjang kira-kira 10- 12 cm
berukuran 1,25 x ukuran normal. Secara deskriptif tuba falopii terdiri atas, pars
interstitialis yang merupakan bagian yang terdapat di dinding uterus, pars isthmus
ismika yang merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya, pars ampullaris
yang merupakan bagian yang berbentuk saluran agak lebar, tempat terjadinya
konsepsi, infundibulum merupakan bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen
dan mempunyai umbai yang disebut fimbria untuk menangkap telur kemudian
menyalurkan telur ke dalam tuba. Fungsi tuba falopii adalah sebagai saluran yang
ovarica. Vena-vena tuba falopii mencurahkan isinya ke dalam vena uterina dan vena
ovarica.
8. Sistem persarafan
Persarafan tuba falopii sebagian besar berasal dari plexus ovaricus dan untuk
sebagian dari plexus uterina. Serabut aferen disalurkan ke dalam nervi thoracici XI-
uterus di bawah tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum
uterus. Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-kira
4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Ovarium mempunyai tiga fungsi yaitu
progesteron.
C. Klasifikasi
Penyakit adnexitis atau salpingo ooporitis terbagi atas:
1. Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari
uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada
9
ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang
terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada
septic ada juga disebabkan oleh berbagai tindakan kerokan. Infeksi dapat disebabkan
choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau
kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat
dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering
kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika,
dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan
lumen tuba.
2. Salpingo ooporitis kronika
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari
epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan
seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat
yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan
10
tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah –
dan usus.
d. Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium,
sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium. Abses
ovarium yang jarang terdapat sendiri, dari stadium akut dapat memasuki stadium
menahun.
e. Salpingitis tuberkulosa
Merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.
(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
D. Etiologi
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara
traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh infeksi bakteri dan
tersebut hidup tanpa oksigen. ISK banyak disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
haemolyticus, streptococcus aureus, escherichia coli. Proses invasi mikroba patogen ini
dibantu secara aktif oleh adanya tindakan medis obstetri yang dilakukan secara
manipulatif atau eksploratif dan berlangsung cukup lama, serta dalam kondisi membuka
introitus vulva lebar-lebar. Infeksi yang terjadi pada jaringan yang terluka tidak
muncul pada hari ke-2 sampai ke-10 setelah tindakan ditandai dengan demam tinggi
paling sedikit 2 hari, nyeri pada palpasi bimanual, dan kemungkinan keluarnya lochea
11
Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan
postpartum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul
radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta
perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara
kuman.
Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini adalah Baktery
E. Patofisiologi
Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu
kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga
bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan –
jaringan sekitarnya.
12
Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada
endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan
epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang
kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan
serosa. Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui
ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul
287. 2007).
F. Manifestasi Klinis
1. Gambaran klinik salpingo ooforitis akut ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri
disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada
kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang
tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-
sel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila
defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri
tekan yang nyata. Gerakan-gerakan serviks terasa nyeri, hipersensitif daerah ovarium
dan tuba falopii. Demam kadang disertai mual dan muntah, nadi menjadi cepat,
mengeluarkan lochia yang berbau dan keruh dalam waktu yang lebih lama
(I.B.G.Manuaba, 2007).
2. Gejala salpingo ooforitis kronik tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh gejala-
gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah, akan
tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Penderita pada
umumnya merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang
bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Hal ini
13
dikarenakan adanya kontraski otot-otot abdomen yang menimbulkan ketegangan
dinding abdomen sehingga terjadi kelemahan pada otot-otot abdomen dan akhirnya
timbul nyeri. Gejala pada fase kronik sama seperti adnexitis akut hanya pada adnexitis
kronik tidak terdapat peningkatan suhu tubuh. Haid pada umumnya lebih banyak dari
biasanya dengan siklus yang sering kali tidak teratur, nyeri pada saat menstruasi atau
dismenorhoe karena terjadinya kram atau kontraksi otot uterus, nyeri saat
berhubungan seksual atau dispareunia. Jika hal tersebut terjadi secara terus-menerus
jaringan parut yang lengket pada tuba falopii sehingga menyebabkan tuba non patten
(tidak berlubang). Fase kronik dapat terjadi beberapa bulan sampai bertahun-tahun
G. Pemeriksaan Penunjang
1. USG
2. UKG
3. Kuldoskopi dan laparoskopi tidak berarti kecuali bilamana pemeriksaan tersebut tidak
H. Penatalaksanan Medis
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung dari derajat
obat oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan
organ sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi secara konvensional(pemberian antibiotik)
tidak berhasil. Jika terinfeksi penyakit ini melalui hubunganseksual, maka pasangannya
juga harus mendapat terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus. Operasi
radikal (histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral) pada wanita yang sudah hampir
menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang nyata
yang diangkat.
1. Terapi pada salpingo-ooforitis akut terdiri atas istirahat baring, perawatan umum,
pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut, penyakit dapat menjadi
14
sembuh atau menjadi menahun. Jarang sekali terapi salpingo-ooforitis akuta
ooforitis akuta
2. Pada salpingo-ooforitis kronika, jika penyakitnya msaih dalam keadaan subakut,
penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan spectrum luas. Jika keadaan
sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita
terapi ini, biarpun sisa- sisa peradangan masih ada, keluhan – keluhan penderita
dilakukan laparoskopi dahulu apakah ada harapan yang cukup besar bahwa
dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat
dilepaskan.
I. Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium
2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan
3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis
akuta.
15
Gejala nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak
keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam
panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.
Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi
adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada
appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan
(Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007).
16
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Disfungsi seksual b.d perubahan biopsikososial seksualitas
c. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen lingkungan
d. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
3. Intervensi
a. Diagnosa I: Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan: Memperhatikan bahwa nyeri ini ada mengidentifikasi aktivitas yang
sumber-sumber nyeri.
Kriteria hasil:
1) Skala nyeri berkurang antara 0-1
2) Klien mengatakan nyeri berkurang
3) Klien dapat mengontrol rasa nyeri
4) Klien merasa rileks
Intervensi:
1) Observasi lokasi, intensitas dan penjalaran nyeri.
Rasional: Memberikan informasi untuk membantu dalam memberikan
intervensi.
2) Observasi tanda-tanda vital.
Rasional: Untuk mengetahui perkembangan atau keadaan pasien.
3) Ajarkan dan anjurkan melakukan tehnik distraksi dan relaksasi.
Rasional: Dapat mengurangi rasa nyeri.
4) Atur posisi senyaman mungkin.
Rasional: Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa nyeri.
5) Kolaborasi untuk pemberian analgesik sesuai indikasi.
Rasional: menghilangkan rasa nyeri.
b. Diagnosa II: Disfungsi seksual b.d perubahan biopsikososial seksualitas
Tujuan: Pasien dapat menerima perubahan kesehatan tubuh terutama pada fungsi
masalah seksual
Rasional: Untuk menetapkan suatu data dasar untuk bekerja dan memberikan
17
c. Diagnosa III: Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan
Tujuan: penyebaran infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil:
1) Klien mampu memperlihatkan teknik cuci tangan yang benar
2) Bebas dari infeksi nasokomial selama perawatan
3) Memperlihatkan pengetahuan factor resiko yang berhubungan dengan infeksi
4) Melakukan pencegahan yang tepat.
Intervensi:
1) Teknik antiseptic untuk membersihkan alat genitalia
Rasioanal: menurunkan resiko pasien terkena infeksi, mengontrol penyebaran
dilakukan intervensi.
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan pemahaman akan proses penyakit dan prognosis
2) Mampu menunjukkan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan rasionak
dari tindakan
3) Pasien ikut serta dalam program pengobatan
Intervensi:
1) Tinjau proses penyakit dan harapan masa depan
Rasional: sebagai dasar dari informasi
2) Berikan infromasi mengenai terapi obat-obatan, interaksi, efek samping dan
pentingnya program
Rasional: dengan adanya informasi yang diberikan maka akan menambah
infeksi
Rasional: pencegahan terjadinya resiko infeksi kembali
4) Tinjau perlunya pribadi dan kebersihan lingkungan
18
Rasional: pencegahan dini terjangkitnya penyakit adnexitis
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama Klien : Ny. F Nama Suami : Tn. R
Umur : 27 Th Umur : 30 Th
Suku : Banjar Suku : Bugis
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Arjuna I Rt. 40 No. 4 Alamat : Jl. Arjuna I Rt 40 No. 4
2. Anamnese
Tanggal : 15 Maret 2016
Pukul : 10.00 WIB
a. Alasan kunjungan: Ingin memeriksakan diri
Keluhan: Ibu cemas karena sejak 10 hari yang lalu terasa sakit pada perut bagian
bawah sebelah kiri dan nyeri ini bertambah sewaktu haid, serta dengan
pengeluaran darah haid yang banyak hingga ganti 3-4x pembalut/hari, keputihan
berbau dan gatal, Ibu mengatakan suami apabila BAK mengeluarkan nanah dan
19
g. Keadaan psikososial
Ibu tinggal dirumah.
h. Data biologis
1) Pola Nutrisi
Ibu makan 3 kali sehari dengan selera makan baik, terdiri dari nasi, lauk pauk,
dan buah.
2) Pola Eliminasi
BAB : 1–2 kali sehari
BAK : 4-5 kali sehari
3) Pola Istirahat
Siang : ± 1-2 jam
Malam : ± 7-8 jam
4) Pola Seksual
Kegiatan seksual dilakukan 2 kali seminggu dan akhir-akhir ini sering terasa
nyeri.
5) Personal Hygiene
Ibu mandi 2 kali sehari.
3. Data Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Compos Mentis
3) Tanda-tanda vital
TD : 120/80 T : 37,5oC N : 84 x/mnt R : 20x/mnt
BB : 55 Kg TB : 155 cm
b. Pemeriksaan Khusus
1) Inspeksi
a) Mata:
Kelopak Mata : Tidak tampak oedema
Sklera Mata : Tidak tampak ikterik
Konjungtiva : Tidak tampak anemis
b) Hidung : Tampak normal, tidak tampak ada pengeluaran
dan berbau.
20
Vagina : Tidak ada kelainan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Defsit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi.
C. Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Kriteria hasil : tidak ada nyeri didaerah panggung
Intervensi :
a. Catat lokasi, lamanya, intensitas, skala penyebaran nyeri
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab nyeri
b. Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan ketegangan otot
c. Bantu atau dorong melakukan relaksasi nafas dalam
Rasional; membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk relaksasi otot
d. Kolaborasi pemberian analgetik sesuai kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya
Rasional: analgetik memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi nyeri
berdasarkan informasi
b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah penyebaran,
21
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya
terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus,
walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau
memahami dan mengerti mengenai penyakit tersebut sehingga bisa dilakukan penanganan
lebih awal dan menghindar terjadinya kegawatan. Wanita yang tidak beresiko juga
DAFTAR PUSTAKA
Bobak, 2005. Buku ajar Keperawatan Maternitas, Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyn. E. 2001. Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.
Darmadi dr. 2008. Infeksi Nosokomial : Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta :
Salemba Medika.
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC
Taber, Ben-Zion. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC.
https://www.scribd.com/document/221858157/ADNEXITIS
http://bidanvaganza.blogspot.co.id/2016/03/asuhan-kebidanan-pada-ibu-dengan.html
22
http://leephonkhikmah.blogspot.co.id/2012/04/makalah-adnexitis.html
http://sichesse.blogspot.co.id/2012/08/makalah-askeb-iv-adnexitis.html
http://ilmu-pasti-pengungkap-kebenaran.blogspot.co.id/2011/12/servisitis-dan-adnexitis.html
http://revyghn.blogspot.co.id/2012/04/adnexitis.html
23