Anda di halaman 1dari 57

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI KURANG

(THINNESS) PADA SISWA SDN CIKUPA 4 KABUPATEN TANGERANG


TAHUN 2023

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Sarjana
Keperawatan

Disusun Oleh :

SEILA NOVITA

19216159

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS YATSI MADANI TAHUN

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Tugas akhir ini telah disetujui dan diperiksa untuk dipertahankan di hadapan

Penguji Skripsi

Program Studi Ilmu Keperawatan Program Sarjana

Universitas Yatsi Madani

Tangerang,15 Agustus 2023

Menyetujui

Pembimbing

Agnia Nurul Hikmah, S.Gz., MKM

Mengetahui,

Rektor Universitas Yatsi Madani

Drs. Trisonjaya, M.Si.,MM

i
LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI KURANG


(THINNESS) PADA SISWA SDN CIKUPA 4 KABUPATEN TANGERANG
2023

Disusun Oleh :

SEILA NOVITA

19216159

Telah dipertahankan di hadapan Tim penguji

Tangerang, 15 Agustus 2023

Menyetujui,

Penguji I Penguji II

Agnia Nurul Hikmah, S.Gz., MKM Ns Ria Setia Sari, S.Kep., M.Kep

Mengetahui,

Rektor Universitas Yatsi Madani

Drs. Trisonjaya, M.Si., MM

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Seila Novita

Nim : 19216159

Tempat tanggal lahir : Pandeglang, 15 november 2000

Institusi : Universitas Yatsi Madani

Menyatakan bahwa tugas akhir yang berjudul “ Hubungan Pola Makan


Dengan Status Gizi Kurang (Thinness) Pada Siswa SDN Cikupa 4 Kabupaten
Tangerang ” adalah bukan tugas akhir hasil karya orang lain baik sebagian
maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan
sebelumnya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar – benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Pembimbing Tangerang,15 Agustus 2023

Agnia Nurul Hikmah, S.Gz., MKM Seila Novita

iii
UNIVERSITAS YATSI MADANI

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SKRIPSI

TAHUN 2023

SEILA NOVITA

19216159

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI KURANG


(THINNESS) PADA SISWA SDN CIKUPA 4 KABUPATEN TANGERANG
TAHUN 2023

ABSTRAK

Latar belakang : Gizi kurang pada anak mengakibatkan perkembangan kognitif


yang rendah dan kinerja sekolah yang buruk, meningkatkan pengeluaran
perawatan kesehatan mengurangi sumber daya manusia, Tujuan penelitian :
untuk mengetahui hubungan pola makan dengan gizi kurang thinness pada siswa
SDN Cikupa 4 Kabupaten 2023, Desain penelitian ini menggunakan cross
sectional atau potong lintang, Teknik sampel menggunakan Teknik purposive
sampling, Populasi penelitian 120 siswa kelas 3,4 dan 5 dan sampel 92 siswa
kelas 3,4, dan 5, Analisa data menggunakan univariat dan bivariat, Hasil
penelitian status gizi kurang sebanyak 49 siswa (53,3%) dengan pola makan
kurang sebanyak 47 siswa (48,9%), Chi-square P value 0,302 >0,05, Kesimpulan
: tidak ada hubungan pola makan dengan status gizi kurang (thinness) pada siswa,
Saran : untuk SDN Cikupa 4 sekolah dapat melakukan pemeriksaan berat badan
dan tinggi badan siswa secara rutin dan mengiptimalkan fungsi Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS).

Kata kunci : Pola Makan, Status Gizi, Anak Usia Sekolah Dasar

Background: Malnutrition in children results in low cognitive development and


poor school performance, increases in health care spending reduces human
resources. Research objective: to determine the relationship between dietary
patterns and malnutrition in thinness among students at SDN Cikupa 4 District

iv
2023. The design of this study used cross sectional or cross-sectional, the sample
technique used purposive sampling technique, the study population was 120
students in grades 3,4 and 5 and a sample of 92 students in grades 3,4, and 5, data
analysis used univariate and bivariate, the results of the research on malnutrition
status were 49 students (53.3%) with a poor diet as many as 47 students (48.9%),
Chi-square P value 0.302 > 0.05, Conclusion: there is no relationship between
eating patterns and thinness in students, Suggestions : For SDN Cikupa 4 schools
can check the weight and height of students regularly and optimize the function of
the School Health Unit (UKS).

Keywords: Diet, Nutritional Status, Elementary School Children

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena


berkat dan karunia-Nya setiap saat,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Hubungan Pola Makan Dengan Gizi Thinness Pada Anak Usia
Sekolah Di SDN CIKUPA 4” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Keperawatan di Universitas Yatsi Madani.

Penulis mendapatkan banyak bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,


dalam menysun skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :

1. Bapak Drs. Trisonjaya, M.Si.,MM selaku rektor Universitas Yatsi Madani


Tangerang
2. Bapak Bambang Eko Supriyanto, S.Kom.,M.Kom selaku wakil rektor 1
Universitas Yatsi Madani Tangerang
3. Bapak Ikhsan Kamil, S.E., MM selaku wakil rektor II Universitas Yatsi
Madani Tangerang
4. Ibu Nuryanti, S.ST., MM selaku wakil rektor III Universitas Yatsi Madani
Tangerang
5. Bapak Ns. Rangga Saputra, S.Kep., M.Kep selaku kaprodi S1 keperawatan
6. Ibu Agnia Nurul Hikmah S.Gz, MKM selaku dosem pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu dan dengan senantiasa sabar memberikan
arahan, saran dan perbaikan serta motivasi kepada penulis selama
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
7. Segenap Jajaran Staff Pengajar yang tidak penulis bisa disebutkan satu –
persatu yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Segenap Staff dan Karyawan Akademik serta Perpustakaan Akademik yang
telah banyak memberikan keudahan dalam menyelesaikan skripsi ini
9. Kedua orang tua saya (Bapak Agus Salim dan Ibu Umbayah) orang tua yang
hebat yang selalu menjadi penyemangat saya sandaran terkuat dari kerasnya
dunia. Yang tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang dengan penuh

vi
cinta dan selalu memberikan motivasi, terimaksih selalu berjuang untuk
kehidupan saya, terimakasih untuk semua do’a dan dukungan sehingga bisa
berada di titik ini. Sehat selalu dan hiduplah lebih lama lagi harus selalu ada
disetiap perjalanan dan pencapaian hidup saya, I love you more more more.
10. Adikku, Hesti Wulandari terimakasih sudah ikut serta dalam peroses penulis
menempuh Pendidikan selama ini, terimakasih atas semangat,do’a dan cinta
yang selalu diberikan kepada penulis.
11. Kepada seseorang yang tak kalah penting kehadirannya, Fajar terimakasih
telah menjadi bagian dari perjalanan hidup saya bekontribusi banyak dalam
penulisan karya ini baik tenaga,waktu maupun materi kepada saya. Telah
menjadi rumah dalam segala hal yang menemani,mendukung ataupun
menghibur dalam kesedihan mendengar keluh kesah memberikan semangat
untuk pantang menyerah.
12. Kepada teman – teman kuliah saya Nur kholifah, Qiratul Ain yang telah
membantu dan memberikan dukungan serta selalu mensupport apa yang
penulis hadapi.
13. Seluruh pihak yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis
baik secara langsung maupun tidak langsung , yang tidak bisa disebutkan
satu – persatu.

Semoga segala bantuan dan bimbingan Bapak dan Ibu dan Rekan – rekan
menjadi amal kebaikan yang akan dibalas oleh Allah SWT, akhirnya penulis
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis
khusunya.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak didapatkan


kekurangan, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran agar dapat membantu
perbaikan selanjutnya. Atas perhatian dan masukannya penulis mengucapkan
terimakasih.

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................vi
DAFTAR ISI..................................................................................................................................viii
BAB 1.................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................................................1
C. Tujuan Penelitian................................................................................................................3
1. Tujuan umum..................................................................................................................3
2. Tujuan khusus.................................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian..............................................................................................................4
1. Bagi SDN Cikupa 4.........................................................................................................4
2. Bagi Universitas Yatsi Madani......................................................................................4
3. Bagi Peneliti.....................................................................................................................4
BAB 2.................................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................5
A. Status Gizi Kurang..............................................................................................................5
B. Anak Usia Sekolah..............................................................................................................5
C. Masalah Gizi Anak Usia Sekolah.......................................................................................6
D. Pola Pertumbuhan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah.....................................................8
E. Pola Pertumbuhan..............................................................................................................8
G. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah................................................................................10
H. Pola Makan........................................................................................................................11
K. Kerangka Konsep..............................................................................................................18
L. Hipotesis.............................................................................................................................18
METODELOGI PENELITIAN....................................................................................................19
A. Metode Penelitian..............................................................................................................19
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................................................19
1. Lokasi Penelitian...........................................................................................................19
2. Waktu Penelitian...........................................................................................................19

viii
C. Populasi dan Sampel.........................................................................................................19
1. Populasi..........................................................................................................................19
2. Sampel............................................................................................................................19
D. Definisi Oprasional Variabel............................................................................................21
E. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data........................................................................23
1. Instrumen Penelitian....................................................................................................23
2. Cara Pengumpulan Data..............................................................................................24
1. Pengolahan Data................................................................................................................24
2. Editing (Penyuntingan Data).......................................................................................24
3. Coding............................................................................................................................25
4. Memasukan Data (Data Entry)....................................................................................25
5. Pembersihan Data (Cleanning)....................................................................................25
F. Analisis Data......................................................................................................................25
1. Analisis Univariat.........................................................................................................25
2. Analisis Bivariat............................................................................................................26
G. Uji Validitas dan Reliabilitas...........................................................................................26
H. Etika Penelitian.................................................................................................................26
I. Informed Consent (Lembar Persetujuan)..................................................................26
1. Confiedentiality (Kerahasian).......................................................................................26
2. Autonomy (Tidak Memaksa Responden)....................................................................27
3. Confiedentiality (Kerahasian).......................................................................................27
4. Keadilan dan Inklusifitas.............................................................................................27
5. Memperhitungkan Dari Segi Manfaat dan Kerugian...............................................27
J. Keterbatasan Penelitian....................................................................................................27
BAB 4...............................................................................................................................................28
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN.............................................................................28
A. Hasil Penelitian..................................................................................................................28
1. Hasil Uji Normalitas.....................................................................................................28
2. Analisis Univariat.........................................................................................................29
3. Analisis Bivariat............................................................................................................30
B. Pembahasaan.....................................................................................................................31
BAB 5...............................................................................................................................................35
PENUTUP.......................................................................................................................................35
A. Kesimpulan........................................................................................................................35
B. Saran...................................................................................................................................35

ix
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................37

x
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Status gizi kurang atau thinness, adalah keadaan di mana tubuh menerima
jumlah zat gizi yang kurang. Menurut Permenkes RI No 2 Tahun 2020,
kekurangan gizi atau kekurangan nutrisi adalah keadaan di mana ambang batas
(Z-Score IMT/U) pada anak usia 5-18 tahun antara 3 SD dan <-2 SD
(Permenkes RI No 2 Tahun 2020).

Gizi kurang pada anak mengakibatkan perkembangan kognitif yang


rendah dan kinerja sekolah yang buruk, meningkatkan pengeluaran perawatan
kesehatan mengurangi sumber daya manusia.(Sisay et al., 2022). Masalah
kesehatan yang disebabkan gizi kurang pada anak usia sekolah merupakan
salah satu penyebab tersering dari rendahnya angka partisipasi sekolah,
tingginya angka absensi, putus sekolah dini, perkembangan kognitif yang
tertunda, dan perawakan pendek (E.Z. et al., 2018). Siswa yang kurang gizi
akan mudah sakit ,cepat lelah, kurus dan lemah sehingga sering absen sekolah
sulit untuk mengikuti dan memahami pelajaran dengan baik (Santoso &
Wahjuni, 2022). Masalah gizi kurang perlu segera diatasi, berat badan
merupakan indikator pertama yang dapat diamati bila seseorang kekurangan
gizi dalam jangka waktu lama, gizi kurang akan menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan dimensi yang tinggi dan akhirnya berdampak negatif terhadap
pertumbuhan individu (Nurambiya et al., 2020).

FAO mencatat bahwa pada tahun 202, sekitar 767 juta orang penderita gizi
kurang diseluruh dunia. Dari jumlah tersebut, mayoritas atau 425 juta orang
diantaranya berada di Asia (FAO 2021). Estimasi rata-rata jumlah penduduk
gizi kurang di Asia Tenggara periode 2019-2021 menurut FAO. Thailand 6,2
juta orang, Filipina 5,7 juta orang, Vietnam 5,6 juta orang, Kamboja 1 juta
orang, Laos 400 ribu orang, Timor Leste 300 ribu orang, Malaysia tidak

1
dilaporkan karena prevalensi warga kurang gizi < 2,5% populasi nasional
(FAO 2021). Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk
dengan gizi kurang tertinggi di kawasan asia tenggara yaitu sebanyak 177 juta
orang dibandingkan dengan negara Thailand, Filipina, Vietnam, Kamboja,
Laos, Timor Leste dan Malaysia.

Prevalensi status gizi kurang yang dinilai menggunakan (IMT/U) menurut


Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS 2018), di Provinsi Banten sebanyak
(7,4%) dan merupakan prevalensi anak dengan status gizi kurang tertinggi,
dibandingkan DKI Jakarta anak usia 5-12 tahun yaitu (6,0%), DI Yogyakarta
(6,5%), Jawa Timur (5,8%), Jawa Tengah (6,5%), Jawa Barat (5,2%) , kasus
gizi kurang di Provinsi Banten banyak terjadi di daerah perkotaan
seperti ,Kota Tangerang Selatan (8,85%), Kota Cilegon (8,63%), Kabupaten
Tangerang (8,00%), dan Kota Serang (7,52%). Prevalensi kurus lebih banyak
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan perempuan (Kemenkes RI,2018).

Sekolah Dasar Negeri Cikupa 4 merupakam sekolah dasr yang terletak di


Desa Cikupa, Kecamatan Cikupa, Kabupaten Tnagerang, Provinsi Banten.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan penilaian status gizi anak kelas 3 dan 4
dengan pengukuran tinggi badan dan berat badan yang dihitung dengan WHO
Antroplus menunjukan hasil bahwa terdapat 50% anak memiliki status gizi
kurang atau thinness yang berada dibawah ambang batas (Z-Score) yaitu
dibawah -3 SD sd <-2 SD (Kemenkes RI, 2020).

Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi kurang (thinness) adalah
pola makan anak usia sekolah, pola makan yang sehat dapat mempengaruhi
status gizi yang baik, yang dapat mempengaruhi konsentrasi anak pada saat
belajar (Lusiana, 2020). Pada penelitian lainnya juga terdapat hubungan antara
asupan makanan dengan status gizi, menurut hasil peneliti dari SDN 171
Pekanbaru di Pekanbaru, selama penelitian ditemukan mayoritas anak memiliki
perilaku makan yang baik dengan status gizi yang baik dan sebaliknya,
semakin baik pola makan anak maka semakin baik pula status gizi anak  
(Panjaitan et al., 2019). Penelitian lain juga menunjukan adanya hubungan pola

2
makan dan status gizi memiliki hubungan yang sangat erat, hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dan status gizi pada
anak, ditambah pola makan yang dilakukan orang tua Semakin baik diterapkan
pada anak maka semakin baik pula status gizi anak. anak. akan meningkatkan.
Malnutrisi paling baik jika orang tua menerapkan nutrisi yang salah pada
anaknya. Hubungan pola makan dan status gizi sangat erat, dimana gizi
seimbang dari makanan berperan penting dalam tumbuh kembang anak, seiring
dengan pola makan yang teratur. membantu mengkoordinasikan kebutuhan
diet.  (Nurambiya et al., 2020).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut, ingin melakukan penelitian tentang


“Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Kurang (Thinness) Pada Siswa
SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang 2023 ”. Adapun pertanyaan peneliti
dirumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran gizi kurang atau thinness pada siswa SDN Cikupa 4
Kabupaten Tangerang 2023 ?
2. Bagaimana gambaran pola makan pada siswa SDN Cikupa 4 Kabupaten
Tangerang 2023 ?
3. Apakah ada hubungan pola makan dengan status gizi kurang atau thinness
pada siswa SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang 2023 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Dilakukan untuk mengetahui hubungan pola makan dengan gizi
kurang thinness pada siswa SDN Cikupa 4 Kabupaten 2023.

2. Tujuan khusus
a. Diketahui gambaran ststus gizi kurang atau thinness pada siswa SDN
Cikupa 4 Kabupaten Tangerang tahun 2023.
b. Diketahui gambaran pola makan pada siswa SDN Cikupa 4 Kabupaten
Tangerang tahun 2023.

3
c. Diketahui hubungan pola makan dengan status gizi kurang atau
thinness pada siswa SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang tahun 2023.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi SDN Cikupa 4
SDN Cikupa 4 diharapkan mampu membuat program untuk skrining
status gizi seluruh siswa dan dapat membuat upaya promotive preventif
terhadap penanggulangan status gizi kurang ditingkat sekolah.

2. Bagi Universitas Yatsi Madani


Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi mengenai
hubungan pola makan dengan gizi kurang atau thinness pada siswa di
SDN Cikupa Kabupaten Tangerang.

3. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat membuat bukti empiris terkait kasus
status gizi kurang dan faktor-faktor yang berimplikasi terhadap
bertambahnya kepustakaan dan ilmu pengetahuan.

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Status Gizi Kurang


Salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia
(SDM) di Indonesia adalah gizi buruk. Pada usia sekolah, asupan gizi yang sehat
penting karena pertumbuhan dan perkembangan fisik dan kognitif berkembang
pesat. Seseorang dengan tingkat gizi rendah atau di bawah rata-rata disebut
kurang gizi. Malnutrisi mengisi kembali tubuh dengan nutrisi penting seperti
protein, karbohidrat, lemak dan vitamin (Usada et al., 2021).

Gizi kurang merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh


kekurangan atau ketidakseimbangan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan,
aktifitas berfikir, dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan. Kurang
gizi bersifat ringan hingga dengan berat, gizi kurang yang menunjukkan
kekurangan makanan yang diperlukan untuk memenuhi standar gizi (Sumardi
Sudarman, 2019).

B. Anak Usia Sekolah


Menurut Damayanti & Nilamasari (2019), anak-anak usia sekolah dasar
adalah mereka yang berusia antara enam dan dua belas tahun. World Health
Organization (WHO) mengatakan bahwa anak-anak usia sekolah adalah mereka
yang berusia 7 hingga 15 tahun. Untuk mendukung pertumbuhan dan
perkembangan mereka, anak-anak di usia sekolah sangat membutuhkan asupan
makanan yang bergizi. Anak-anak usia sekolah, terutama yang berusia antara 6
dan 12 tahun, adalah kelompok rentan gizi karena ini adalah usia di mana
pertumbuhan fisik dan emosional sedang berlangsung. Anak-anak usia sekolah
dasar sangat aktif dan mengalami pertumbuhan yang cepat, sehingga mereka
membutuhkan makanan yang kaya nutrisi (Journal of Public Health et al., 2020).

Anak usia sekolah cenderung merasa takut, marah, malu, cemas, khawatir,
penasaran, dan bersemangat. Satu fase pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh

5
kesalahan pada fase berikutnya (Pangaribuan et al., 2022). Sekolah adalah
lembaga pendidikan formal yang menyediakan program pendampingan,
pengajaran dan pelatihan serta membantu peserta didik mencapai potensi
tertingginya. Oleh karena itu, stimulasi sekolah sangat efektif dalam
mengoptimalkan tumbuh kembang anak  (Pangaribuan et al., 2022).

Nutrisi sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak


(Jadgal, Sayedrabizadeh, Sadeghi & Moghaddam, 2020). Salah satu populasi yang
paling rentan terhadap masalah gizi dan kesehatan adalah anak usia sekolah
(Farapti et al., 2019). Masalah gizi pada anak usia sekolah berdampak pada
kecerdasan dan masa depan mereka, jadi perlu ada perhatian khusus pada masalah
gizi yang terjadi pada anak-anak (Yaliyana & Hnim, 2018).

Ekonomi yang kurang, makanan yang tidak seimbang, dan kurangnya


pengetahuan orang tua dapat menyebabkan anak-anak sekolah dasar rentan
mengalami kekurangan nutrisi. Infeksi yang parah dan tatalaksana gizi yang tidak
optimal juga dapat menyebabkan kekurangan gizi pada anak (Sunaryo, 2018).
Masalah kesehatan seperti cacingan, diare, dan saluran penefasan akut (ISPA)
muncul pada siswa sekolah dasar (SD) karena penerapan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) yang buruk (Sunaryo, 2018).

C. Masalah Gizi Anak Usia Sekolah


Kebutuhan nutrisi anak berbeda-beda sesuai dengan tahap perkembangan
mereka. Risiko malnutrisi anak meningkat dari janin hingga remaja. Anak usia
sekolah adalah salah satu tahapan usia yang cukup kursial tetapi seringkali
terabaikan. Ketika anak memasuki usia sekolah dasar, kebiasaan makan mereka
mulai berubah, dan keluarga, sekolah, dan lingkungan memengaruhi pilihan
makanan mereka. Namun, anak-anak mulai mengambil tanggung jawab atas
makanan yang mereka makan. Secara umum, masalah gizi yang paling umum
bagi anak-anak usia sekolah adalah konsumsi makanan bergizi yang rendah dan
konsumsi cemilan yang berlebihan (Jaringan Pangan & Gizi Indonesia, 2022).

Salah satu masalah yang dihadapi anak usia sekolah adalah defisiensi
makronutrien, defisiensi mikronutrien, dan malnutrisi. Gizi kurang sering

6
disebabkan oleh melewatkan sarapan atau makan terlalu sedikit, menyebabkan
anak-anak kelaparan ketika mereka pergi ke sekolah, dan gizi kurang juga
menjadi penyebab mengapa anak-anak pergi ke sekolah dalam keadaan lapar.
Kekurangan zat gizi mikro juga membuat anak kurang fokus dan kurang
berpartisipasi dalam kegiatan sekolah  (Jaringan Pangan & Gizi Indonesia, 2022).

Gizi kurang pada anak dapat mengganggu daya tangkap, konsentrasi


belajar, pertumbuhan fisik yang tidak optimal, pertahanan tubuh, struktur dan
fungsi otak, dan perilaku. Makanan dan minuman yang memadai diperlukan
selama perkembangan biologis anak untuk membentuk tubuh yang ideal.
(Octaviani et al., 2018)

Program makan sekolah adalah solusi untuk masalah gizi anak usia
sekolah di beberapa negara. Di Bhutan, misalnya, masalah gizi anak usia sekolah
ditangani melalui menu makanan yang kekurangan zat gizi mikro (vitamin B dan
zink) dan kurangnya variasi makan (Jaringan Pangan dan Gizi Indonesia 2022).
Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk tumbuh menjadi
remaja. Anak laki-laki membutuhkan lebih banyak nutrisi untuk energi daripada
anak perempuan karena anak laki-laki cenderung lebih aktif, tetapi mereka
membutuhkan lebih banyak nutrisi jika asupan makanannya tidak sesuai dengan
aktivitas tersebut, yang dapat menyebabkan masalah gizi (Pola et al., 2020).

Karena anak-anak adalah modal investasi seluruh negara, masalah gizi saat
ini akan mengarah pada masalah pembangunan di masa depan karena gizi buruk,
terutama pada anak-anak, akan mengurangi potensi sumber daya pembangunan
masyarakat. Oleh karena itu, anak perlu perhatian lebih untuk memastikan asupan
gizinya  (Limpeleh et al., n.d 2019). Pada anak yang kurang gerak, tidak makan
dengan benar, kurang gizi juga akan melemahkan daya tahan tubuh.
Ketidakseimbangan antara asupan dan zat gizi yang cukup sedikit banyak akan
menimbulkan masalah gizi  (Pola et al., 2020).

Anak sekolah biasanya melupakan waktu makan, mulai dari sarapan


hingga makan yang sehat, karena mereka memiliki banyak aktivitas dan perhatian
di luar rumah. Makanan memberikan nutrisi penting untuk memenuhi kebutuhan

7
anak dalam tumbuh kembang yang optimal untuk kesehatan yang ideal, yaitu
kesehatan fisik, mental dan sosial. Oleh karena itu, masalah gizi pada anak lebih
baik dicegah daripada diobati (Sitoayu et al., 2020).

D. Pola Pertumbuhan Tinggi Badan Anak Usia Sekolah


Pertumbuhan adalah pertumbuhan yang bersifat kualitatif, yang berarti
bertambahnya jumlah, ukuran, dan tingkatan sel, organ, dan jaringan intraselular
pada individu. Ini berarti pertumbuhan sebagian atau seluruhnya dalam ukuran
fisik dan struktur tubuh, diukur dalam satuan panjang dan berat (Sunarsih 2018).

Pertumbuhan ukuran tubuh siswa berkorelasi dengan pertumbuhan fisik


mereka. Proses pertumbuhan tinggi badan (TB) relatif cepat dan diikuti dengan
peningkatan berat badan (BB) yang merupakan puncak perkembangan fisik pada
siswa usia 0-3 tahun. Perubahan pertumbuhan fisik pada usia sekolah
mencerminkan status gizi seorang anak yang merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi perkembangan fisik seorang siswa. Status sosial ekonomi
juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan fisik seorang siswa 
(Oktavia, 2021).

Pertumbuhan merupakan perubahan fisik dan ukuran yang lebih besar.


Pertumbuhan mencakup peningkatan tinggi badan, berat badan, ukuran tulang
dan gigi. Pertumbuhan menandakan bagian tubuh semakin membesar. Rata-rata
anak berusia enam tahun memiliki tinggi sekitar 116 sentimeter dan berat sekitar
21 kilogram. Seorang anak berusia 12 tahun memiliki tinggi rata-rata sekitar 150
cm dan berat 40 kg  (Oktavia, 2021).

E. Pola Pertumbuhan
Menurut Soetjiningsih dan Ranuh (2015), pertumbuhan adalah perubahan
kuantitatif yang meliputi pertambahan ukuran, jumlah dan ukuran pada tingkat
sel, organ, dan individu. Misalnya, anak tumbuh secara fisik di samping
bertambahnya ukuran dan struktur organ dan otaknya. Perkembangan otak anak
menunjukkan bahwa kemampuan belajar anak juga meningkat. Pertumbuhan
berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh, sebagian atau seluruhnya,
diukur dalam satuan panjang dan berat (Kemenkes 2021).

8
Salah satu indikator terbaik untuk mengamati status gizi dan kesehatan suatu
populasi adalah laju pertumbuhan; Pertumbuhan pada masa kanak-kanak
merupakan proses dinamis yang ditandai dengan perubahan fisik. Salah satu cara
terbaik untuk memahami perubahan karakteristik tubuh utama yang mencirikan
plastisitas fenotip organisme dalam menghadapi perubahan lingkungan adalah
melalui pertumbuhan (Sujadi et al., 2018).

Pergeseran pada persentil dapat terjadi karena pola pertumbuhan normal


memiliki masa percepatan (spurt) dan masa perlambatan (plateau). Namun,
perubahan persentil yang signifikan, serta perbedaan yang signifikan dalam
panjang atau tinggi badan, berat badan, dan lingkar kepala, harus dipantau. Dalam
kasus di mana jumlah nutrisi yang diberikan tidak mencukupi, penurunan pertama
adalah berat badan, kemudian tinggi badan, dan akhirnya lingkar kepala
(Pulungan, 2020).

F. Penilaian Status Gizi Anak Usia Sekolah


Tabel 2.1
Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak Menurut
PERMENKES TAHUN 2020

Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-Score)

Umur (IMT/U) Gizi kurang (thinness) - 3 SD sd<- 2 SD


Anak usia 5-12 Gizi Baik (normal) - 2 SD sd + 1 SD
Tahun Gizi lebih (overweight) + 1 SD sd + 2 SD
Obesitas (obese) > + 2 SD

Sumber : PERMENKES RI, 2020


Tata cara penilaian pengukuran berat badan dan tinggi badan setelah itu
data dimasukan kedalam aplikasi WHO Antroplus.

9
G. Kebutuhan Gizi Anak Usia Sekolah
Status gizi ialah status kesehatan yang dihasilkan dari keseimbangan
antara kebutuhan dan asupan nutrisi. Untuk mencapai status gizi seimbang,
diperlukan lebih dari empat puluh jenis nutrisi setiap hari. Status gizi seimbang
disebut ketika kebutuhan nutrisi lebih besar daripada masukan, dan status gizi
lebih rendah disebut ketika kebutuhan nutrisi lebih rendah daripada masukan.
(Sunaryo, 2018).
Status gizi menunjukkan keseimbangan antara apa yang dibutuhkan tubuh
untuk menjalani kehidupan, menjalankan fungsi normal tubuh, dan
menghasilkan energi, dan apa yang dikonsumsi tubuh. Jadi, makanan sangat
penting bagi tubuh untuk membuat sel-sel baru (Riani et al., 2019). Gizi adalah
tanda atau manifestasi fisik dari keseimbangan antara gizi seseorang yang
dipengaruhi oleh tingkat atau jumlah konsumsi makanan dan keadaan kesehatan
seseorang. Status gizi yang optimal terjadi ketika tubuh memiliki jumlah nutrisi
yang cukup untuk digunakan secara efektif, memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, dan kapasitas kerja yang optimal (Ratnasari & Purniasih,
2019).
Ukur status gizi siswa usia (U) berat badan (BB) dan tinggi badan (TB).
Malnutrisi, undernutrition dan overnutrition didefinisikan oleh indeks berat
badan-untuk-usia (BB/U), yang dinyatakan sebagai tinggi badan normal,
pendek, dan sangat pendek. Indeks berat badan menurut umur (BB/U) juga
digunakan untuk mengukur status gizi anak, yang menunjukkan derajat gizi
buruk, kurang gizi dan kurang gizi (Gurnida et al., 2020).

10
Tabel Angka Kecukupan Gizi 2019

Kelompo B TB Ener Protei Omeg Omeg Karbohidr Sera Air


k unsur B gi n a3 a6 at t
Laki-laki 27 130 1650- 40-50 0,9- 10-12 250-300 g 23- 1650
6-12 - - 2000 g 1,2 g g 28 g -
tahun 36 145 kkal 1850
kg ml
Perempu 26 130 1650- 40-55 0,9 g- 10 g 250-280 g 23- 1650
an - - 1900 g 1,0 27 g -
38 147 kkal 1850
ml

Angka Kecukupan Gizi 2019

H. Pola Makan
Dengan memastikan pola makan yang seimbang dan bahan yang tepat,
Anda akan memiliki status gizi yang lebih baik. Makan melebihi dari apa yang
dibutuhkan tubuh akan menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit gizi
lainnya. Sebaliknya, makan melebihi kebutuhan tubuh akan membuat tubuh
kurus dan mudah terserang penyakit (Panjaitan et al., 2019).

Kesehatan gizi seseorang sangat dipengaruhi oleh pola makan mereka,


terutama jika pola makan mereka buruk. Tingkat kesehatan seseorang dan
masyarakat dapat dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas makanan dan
minuman yang mereka konsumsi. Memang pola makan yang baik
diterjemahkan dari kuantitas dan kualitas makanan yang akan dikonsumsi
(Sagala & Noerfitri, 2021).

Pola makan seseorang sangat mempengaruhi gizinya karena dapat


mempengaruhi fungsi organ dan fungsi kesehatan tubuh. Kesehatan tubuh
terkait dengan tingkat produktivitas, ketelitian, dan perayaan, karena aktivitas

11
memengaruhi tingkat kesejahteraan fisik dan mental, seperti kesejahteraan dan
kesejahteraan fisik dan mental. Makan makanan yang bergizi dapat
meningkatkan kondisi fisik tubuh, dapat dikatakan sehat karena tubuh memiliki
kekuatan fisik dan mental yang baik, dapat mengurangi resiko penyakit (Saputri
& Rusmariana, 2022).

Setiap orang perlu makan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, sosial,


dan emosionalnya mengkonsumsi makanan dengan pola makan yang sehat akan
meningkatkan kesehatan. Untuk memastikan bahwa anak-anak mencapai
pertumbuhan, perkembangan dan potensi kesehatan yang ideal selama usia
sekolah, sangat penting bagi mereka untuk diberikan makanan yang cukup.
Kelebihan berat badan sering menjadi masalah, menyebabkan peningkatan
angka obesitas dan gangguan makan atau malnutrisi. Nutrisi yang cukup,
terutama sarapan pagi, berkorelasi dengan prestasi akademik yang lebih baik di
sekolah dan lebih sedikit absensi siswa (Panjaitan et al., 2019).

Jenis, jumlah, dan frekuensi makanan yang dimakan anak pada waktu
tertentu disebut pola makan siswa. Siswa selalu aktif, sehingga membutuhkan
banyak energi untuk menghidupi dirinya sendiri. Dalam rangka memenuhi
kebutuhan gizi anak, ibu berperan dalam membesarkan, mengatur, mengasuh
dan mengasuh anak serta melatih anak untuk membiasakan makan yang benar
sebagai keluarga. Ibu juga bertanggung jawab menyiapkan dan menyajikan
makanan untuk keluarga, menyiapkan menu, dan menyajikan makanan  (Surijati
et al., 2021). Pendidikan, pendapatan keluarga, dan pekerjaan memengaruhi
pemilihan menu makan keluarga. Ibu yang berpengetahuan luas tanpa
pengetahuan gizi yang baik akan berdampak pada kemampuan mereka untuk
menyediakan makanan yang memenuhi standar nutrisi seimbang yang
dibutuhkan keluarga (Surijati et al., 2021).

I. Metode Penelitian Pola Makan


a. Semi Food Frequency Questionnaire
Kuesioner konsumsi makanan (FFQ) dimaksudkan untuk menilai diet
kebiasaan dengan menanyakan frekuensi atau kelompok makanan tertentu

12
yang dikonsumsi selama periode refensi. Metode ini dapat digunakan untuk
mengumpulkan informasi tentang berbagai jenis makanan. Namun, metode
ini dapat dipendekkan dan difokuskan pada kelompok makanan tertentu,
seperti buah dan sayur-sayuran. Karena Semi Food Frequency Questionnaire
sering digunakan untuk menilai peringkat asupan dalam populasi penelitian,
masih menjadi perdebatan apakah Questionnaire ini dapat menghasilkan
perkiraan yang akurat tentang asupan makanan dan nutrisi secara absolut
(Fayasari, 2020).

Kekurangan :

- Murah dan sederhana


- Tidak diperlukan pelatihan khusus
- Responden tidak mengalami kesulitan
Kelebihan :
- Validitas tergantung pada bahan makanan
- Cukup membosankan bagi pewawancara
- Tergantung keterbukaan responden
b. Food Recall
Food recall ialah penilaian retrospektif makanan dilakukan oleh
pewawancara terlatih, tetapi juga dapat dilakukan secara mandiri tanpa
pewawancara. Secara umum, penarikan 24 jam dilakukan sesuai dengan
jumlah yang dikonsumsi, yaitu dari pagi hingga malam. Pendekatan
berulang sering digunakan (Fayasari, 2020).

Kelebihan

- Mudah diterapkan dan tidak terlalu membatasi responden


- Biaya relatif murah dan relatif cepat
- Dapat digunakan untuk reponden yang buta huruf
- Dapat memberikan gambaran yang sebenarnya dikonsumsi seseorang,
sehingga zat gizi harian dapat dihitung.
Kekurangan

13
- The flat slope syndrome tidak dapat menggambarkan asupan makanan
jika satu hari yangt diingat.
- Ketepatan tergantung daya ingat, tidak cocok untuk anak < 7 tahun
- Petugas harus trampil menggunakan URT, mengenal cara memasak
makanan (penggunaan saus, kecap, dll), dan pola pangan daerah
- Tidak cocok dilakukan saat hari pasaran,panen, dll.

Semi food frequency questionnaire murah dan sederhana, tidak


membutuhkan Latihan khusus dan responden tidak kesulitan.

J. Penelitian Yang Relevan


Tabel Hasil Penelitian yang Relevan

No Nama Tahun Judul Objek Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
1 (Panjaitan 2019 Hubungan Pola Siswa- Terdapat adanya
et al., 2019) Makan Dengan Siswi hubungan pola
Status Gizi Sekolah makan dengan
Pada Anak Dasar status gizi anak
Sekolah Dasar kelas IV- sekolah dasar
Al Hidayah V dengan jumlah
Terpadu Medan sampel sebanyak
Tembung 69 siswa.
Berdasarkan
analisis Bivariat
yang dilakukan
menggunakan uji
chi-square
diperoleh dengan
nilai p-value
(0,016) hasil
yang diperoleh
ada hubungan

14
jumlah makanan
dengan status gizi
anak dan tidak
ada hubungan
jenis makanan
dengan status gizi
dengan status gizi
anak sekolah
dengan nilai p
(0,999) .
2 (Lusiana, 2020 Hubungan Siswa- Terdapat adanya
2020) Kebiasaan Siswi hubungan status
Sarapan Pagi Sekolah gizi dengan
Dengan Status Dasar kebiasaan
Gizi Anak sarapan pagi pada
Sekolah Dasar anak dengan
Negeri 171 jumlah sampel
Pekan Baru sebanyak 73
orang siswa-siswi
berdasarkan
hasil analisis uji
Chi- Square P-
value ( 0,000).
3 (Sambo et 2020 Hubungan Pola Anak usia Terdapat adanya
al., 2020) Makan Dengan prasekolah hubungan pola
Status Gizi makan dengan
Pada Anak Usia memberikan
Prasekolah makanan yang
mengandung gizi
baik pada anak
dengan jumlah

15
sampel sebanyak
78 anak
berdasarkan
analisis
menggunakan uji
statisti Chi-
Square P-value
( 0,015) dan
pengumpulan
data
menggunakan
metode Food
Frequency
Questionnaire
(FFQ).
4 (Indriati, 2020 Perilaku Makan Siswa- Terdapat
2020) Dan Status Gizi siswi hubungan antara
Anak Usia sekolah perilaku makan
Sekolah Dasar dasar dengan status gizi
Di SD kelas 1-IV anak usia sekolah
Cikancung 04 dasar dengan
Desa jumlah sampel
Mandalasari sebanyak 170
Kabupaten orang
Bandung berdasarkan
penelitian
menggunakan
kolerasi P-value
(,0,001)
5 (Nurambiya 2020 Hubungan Pola Siswa- Terdapat
et al., 2020) Makan Sehat siswi hubungan pola

16
Dengan Status sekolah makan sehat
Gizi Anak Di dasar dengan status gizi
SD Bontokura kelas IV- anak dengan
Kelas IV-V V jumlah sampel
Kabupaten sebanyak 29
Jeneponto responden
berdasarkan
analisis data
univariat untuk
mengetahui
distribusi
frekuensi dari
masing-masing
variabel dan
analisis bivariat
untuk
mengetahui
hubungan antara
variabel
independent dan
dependen
menggunakannuji
statistic chi-
square p-value
(0,045).

17
K. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan pola makan dengan status gizi (thinness) pada siswa SDN Cikupa 4
Kabupaten Tangerang.

Variabel Indivenden Variabel Dependen

Pola Makan Status Gizi Kurang (Thinness)


(Variabel X) Pada Siswa SDN 4 Cikupa
Kabupaten Tangerang Tahun 2023
(Variabel Y)

Tabel 2.4 Kerangka Kosep

L. Hipotesis
Hipotesis merupakan tanggapan sementara terhadap rumusan masalah
peneliti dan didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data (Sugiyono, 2019).
Ho : Tidak ada hubungan pola makan dengan status gizi kurang (thinness) pada
siswa SDN 4 Cikupa Kabupaten Tangerang 2023.
Hi : Ada hubungan pola makan dengan status gizi kurang (thinness) pada siswa
SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang 2023.

18
BAB 3

METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Penelitian inimerupakan studi kuantitatif menggunakan data primer pada
siswa SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang tahun 2023 dengan desain
penelitian cross sectional atau potong lintang status gizi kurang (thinness) dan
pola makan yang diteliti penelitian ini pada usia 6-12 tahun gizi kurang
(thinness) dan pola makan yang mempengaruhinya. Metode penelitian ini
dengan pengukuran secara langsung berat badan dan tinggi badan serta
pengisian kuesioner dengan metode wawancara pola makan dengan
menggunakan semi Food Frequency Questionnaire (FFQ)

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang.

2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada pada pembuatan proposal ini pada Bulan Mei
2023 sampai bulan Agustus 2023.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah 120 siswa kelas 3 sampai 5 di SDN
Cikupa Kabupaten Tangerang.

2. Sampel
Sampel adalah bagaian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Imron, 2019).

Besaran sampel dalam penelitian ini dihitungan dengan rumus Slovin


sebagai berikut :

19
n= N

1+N(e)2

n= 120

(1+ (120x0,052)

n= 120

(1+(120x0,0025))

n= 120

1+0,3

n= 120

1,3

n = 92,3 dibulatkan menjadi 92

Keterangan :

n = Jumlah sampel yang diperlukan


N = Jumlah populasi

e = Tingkat signifikasi (P) atau tingkat kesalahan yang dapat ditolelir (5%)

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan


teknik purposive sampling yang dilakukan dengan cara penetapan sampel
dengan mempertimbangkan tertentu berdasarkan kriteria inklusi dan
ekslusi yang digunakan untuk menentukan bisa atau tidaknya responden
untuk dijadikan sampel.

Kriteria inklusi yang digunakan antara lain :

a. Responden seluruh kelas 3 dan 4 di SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang


b. Responden berjenis kelamin laki-laki dan perempuan
c. Reponden berusia 7-12 tahun

20
d. Responden yang bisa membaca dan tidak buta huruf
e. Kondisi kesehatan stabil
f. Ibu menginjinkan anaknya menjadi responden penelitian
g. Responden yang menyetujui informed consent
1. Kriteria eksklusif yang digunakan antara lain :
a. Kondisi anak gemuk atau status gizi lebih

D. Definisi Oprasional Variabel


Definisi oprasional variabel mendefinisikan batasan dan cara
pengukuran variabel yang akan diteliti. Matrik yang berisi nama, variabel,
deskripsi, dan alat ukur dan skala ukur yang digunakan (nominal, ordinal,
interval, dan rasio) digunakan untuk membuat pengumpulan data lebih mudah
dan konsisten. Tujuan definisi oprasional variabel adalah untuk mencegah
interpretasi yang berbeda dari variabel yang sama, dan juga untuk membatasi
ruang lingkup variabel yang dapat diteliti (Purwanto, 2019).

Tabel definisi oprasional

No Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Hasil Skala


Oprasional Ukur Ukur

1 Status Gizi kuramg Pengukura Dengan 1.status Ordinal


Gizi adalah n pengukuran gizi
kurang gangguan 1.Tinggi berat kurang
(thinnes) kesehatan badan badan, (thinness)
(variabel yang 2.Berat tinggi -3 SD
depende disebabkan badan badan sampai
n) oleh menggunak dengan <-
kekurangan an WHO 2SD.
atau Antroplus
ketidakseimb 2.Normal

angan zat -2 SD

gizi yang sampai

21
diperlukan dengan +1
untuk SD.
pertumbuhan (Kemenke
, aktifitas s RI,
berfikir, dan 2020).
semua hal
yang
berhubungan
dengan
kehidupan.
Kekurangan
zat gizi dapat
bersifat
ringan
hingga berat
gizi kurang,
yang
menunjukkan
kekurangan
makanan
yang
diperlukan
untuk
memenuhi
standar gizi
(Sumardi
Sudarman,
2019).
2 Pola Pola makan 1.Jenis -3 kali 1. Pola Ordinal
Makan adalah jenis makan sehari (50) makan
(variabel makanan 2.Frekuensi - 1 kali kurang ≤

22
independ yang makan sehari (25) median
en) dikonsumsi 3.Jumlah - 3-6 atau mean
jumlah zat makan kali/mingg (median ≤
dan frekuensi u (10) 440).
makan anak - 2 kali
sekolah sebulan (5)
2. Pola
sehari-hari -tidak
makan
(Panjaitan et pernah (0)
baik ≥
al., 2019) (Survey
mean atau
Konsumsi
median
Pangan,
(median >
2022).
440).

(Survey
Konsumsi
Pangan,
2022).

E. Instrumen dan Cara Pengumpulan Data


1. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data (Arisdiani & Hastuti, 2020). Semi Kuesioner Food
Frequency Questionnaire (FFQ) instrumen penelitian yang terdiri dari
rangkaian pertanyan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi dari
responden. Cara menilai hasil Semi Kuesioner Food Frequency
Questionnaire (FFQ) yaitu :
a. Menghitung dan interprestasi skor konsumsi pangan.:
1. 3 kali sehari (50)
2. 1 kali sehari (25)

23
3. 3-6 kali/minggu (15)
4. 1-2 kali/minggu (15)
5. 2 kali sebulan (5)
6. tidak pernah (0)
(Survey Konsumsi Pangan, 2022).
b. Menghitung dan interprestasi jumlah porsi konsumsi harian.

2. Cara Pengumpulan Data


Prosedur cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Mengajukan judul.
2. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penekitian ke Universitas
Yatsi Madani setelah proposal penelitian disetujui oleh dosen
pembimbing.
3. Setelah mendapatkan izin dari pihak institusi Universitas Yatsi Madani
kepada pihak sekolah di SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang.
4. Setelah peneliti mendapatkan izin dari pihak sekolah di SDN Cikupa 4
Kabupaten Tangerang untuk melakukan penelitian, peneliti
mendatangi responden yaitu seluruh siswa kelas 3 dan 4 untuk
melakukan pendekatan pada responden serta menjelaskan tentang
maksud dan tujuan dari penelitian ini dan meminta ketersediaan
responden untuk ikut serta dalam penelitian ini.
5. Peneliti memberikan informed consent kepada responden. Jika
bersedia, peneliti memberikan kuesioner serta menjelaskan kepada
responden untuk bertanya jika ada yang kurang jelas.
6. Peneliti memberikan waktu kepada responden untuk mengisi
kuesioner. Setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti
kemudian memeriksa Kembali kelengkapan pengisian kuesioner
kemudia mengakhiri pertemuan dengan responden dan mengucapkan
terimaksih atas partisipasi reponden dalam penelitian ini.

24
1. Pengolahan Data
Proses pengolahan data dimulai setelah data dikumpulkan.
Menurut Notoatmodjo (2018), langkah-langkah yang digunakan dalam
proses pengolahan data dalam penelitian ini

2. Editing (Penyuntingan Data)


Untuk memulai, hasil observasi yang dikumpulkan atau diperoleh
melalui lembar observasi harus diedit atau disunting. Secara umum,
editing adalah proses mengedit dan memperbaiki isian formulir atau
lembar observasi tersebut (Notoatmodjo, 2018).

3. Coding
Setelah observasi benar-benar diubah atau diubah, peng
"kodean"—juga dikenal sebagai "coding"—dilakukan. Ini berarti
mengubah data dari kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan
(Notoatmodjo, 2018).

4. Memasukan Data (Data Entry)


Dengan kata lain, langkah-langkah yang diambil oleh masing-
masing peserta dimasukkan ke dalam program atau komputer dalam
bentuk "kode", yang dapat berupa huruf atau angka. Peneliti memasukkan
data dalam penelitian ini dengan menggunakan program komputer IBM
SPSS statistics 25 (Notoatmodjo, 2018).

5. Pembersihan Data (Cleanning)


Proses pengecekan kembali data yang telah dimasukkan dilakukan
apabila terjadi kesalahan dalam pengolahan data. Ini dilakukan untuk
melihat distribusi frekuensi dari variabel yang diteliti (Notoatmodjo,
2018).

F. Analisis Data
Analisa data digunakan untuk menggambarkan tujuan penelitian,
membuktikan hipotesis-hipotesis peneliti, dan mencapai kesimpulan
(Notoatmodjo, 2018).

25
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan terhadap semua variabel yang
ditemukan dalam hasil penelitian; analisis ini menghasilkan presentase dan
distribusi masing-masing variabel (Notoatdmodjo, 2018). Selanjutnya,
dibuat tabel distribusi frekuensi dan dihitung dengan SPSS.

2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat menganalisis data untuk mengetahui apakah ada
hubungan atau kolerasi antara dua variabel, yaitu variabel independen dan
variabel dependen (Notoatmodjo, 2018). Karena variabel independen dan
variabel dependen berskala ordinal, uji chi-square digunakan dengan SPSS
untuk menghasilkan kesimpulan berikut:`23
1. Jika p-value < 0,05 maka H0 ditolak, berarti dapat disimpulkan ada
hubungan .
2. Jika p-value > 0,05 maka H0 diterima, berarti dapat disimpulakan tidak
ada hubungan .

G. Uji Validitas dan Reliabilitas


Dalam penelitian ini tidak menggunakan instrumen yang memerlukan uji
validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian ini menggunakan instrumen baku
yang telah digunakan secara nasional yaitu Semi Food Frequency Questinnaire
(FFQ) untuk mengidentifikasi status gizi anak usia 6-12 tahun.

H. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian, etika adalah hal yang sangat penting dan harus
diperhatikan dalam pelaksanaanya. Dikarenakan penelitian dalam keperawatan
berhubungan langsung dengan manusia, sehingga responden mempunyai hak
dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan setelah mendapatkan persetujuan
dari pembimbing kemudian meminta surat izin penelitian dari institusi Pendidikan
Universitas Yatsi Madani dan SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang. Penelitian ini
dilakukan dengan menekankan pada aspek etika sebagai berikut :

26
I. Informed Consent (Lembar Persetujuan)
Peneliti memberikan informed consent (lembar persetujuan) serta menjelaskan
terlebih dahulu tujuan dari penelitian yang dilakukan kepada responden, agar
responden memiliki informasi yang cukup mengenai penelitian yang dilakukan.

1. Confiedentiality (Kerahasian)
Dalam menjaga kerahasian responden, peneliti hanya mencantumkan
nomor kode yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

2. Autonomy (Tidak Memaksa Responden)


Responden memiliki hak untuk bersedia atau menolak terlibat dalam
penelitan. Jika responden menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan
tetep menghormati hak responden.

3. Confiedentiality (Kerahasian)
Dalam menjaga kerahasian responden, peneliti hanya mencantumkan
nomor kode yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti.

4. Keadilan dan Inklusifitas


Penelitian ini dilakukan dengan jujur, brhati-hati, professional,
berperikemanusian, serta memperhatikan kecermatan, ketepatan, psikologi
dan perasaan responden . Peneliti memperhatikan aspek keadilan dan hak
respomden dalam mendapat perlakuan baik selama penelitian.

5. Memperhitungkan Dari Segi Manfaat dan Kerugian


Penelitian ini sesuai prosedur agar mendapatkan hasil yang bermanfaat
bagi responden. Peneliti berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir
dampak kerugian bagi responden.

J. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki banyak kelemahan dan kekurangan sehingga
memungkinkan hasil yang ada belum optimal atau bisa dikatakan belum
sempurna. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu :
1. Pengumpulan data menggunakan kuesioner memungkinkan responden tidak
menjawab pertanyan dengan jujur.

27
2. Keterbatasan dalam penelitian ini seluruhnya karena keterbatsan yang
peneliti miliki, diantaranya keterbatasan kemampuan, ketrbatasan waktu dan
keterbatasa biaya.

28
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB ini membahas hasil penelitian peneliti. Data dikumpulkan, kuesioner


dicek ulang untuk keakuratan, dan diolah menggunakan program WHO Antroplus
dan SPSS. Pertama, analisis univariat dilakukan untuk menemukan distribusi
frekuensi yang relevan. Pertama, analisis univariat dilakukan untuk menghitung
distribusi frekuensi pola makan dengan status gizi rendah pada siswa di SDN
Cikupa 4 Kabupaten Tangerang pada tahun 2023. Analisis bivariat kedua, yang
dilakukan dengan uji chi square, bertujuan untuk menentukan apakah ada
hubungan antara pola makan dengan status gizi rendah pada siswa di SDN Cikupa
4 Kabupaten Tangerang pada tahun 2023.

A. Hasil Penelitian
1. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas dipenelitian ini menggunakan metode Kolmogrov-
Smirnov data dengan responden > 50 dan dikatakan normal apabila
(p>0,05) dan dikatakan tidak normal apabila nilai (p<0,05).

Variabel One Sample Test Statistic


Kolomogrov-Smirnov
Test

Pola Makan 92 0.007

Hasil uji normalitas pola makan dengan metode Kolomogrov-


Smirnov menunjukkan bahwa data pola makan penelitian ini tidak normal.
Uji normalitas pola makan menunjukkan nilai 0.007. Oleh karena itu,
dapat disimpulkan bahwa data pola makan penelitian ini tidak normal.

29
2. Analisis Univariat
a. Karakteristik Responden

Usia Jumlah (n) Presentasi (%)


8 Tahun 3 3,3%
9 Tahun 24 26,1%
10 Tahun 25 27,2%
11 Tahun 37 40,2%
12 Tahun 2 2,2%
13 Tahun 1 1,1%
Total 92 100%

Tabel di atas menunjukkan frekuensi berdasarkan usia responden:


3 orang (3,3%) di usia 8 tahun, 24 orang (26,1%) di usia 9 tahun, 25
orang (27,2%) di usia 10 tahun, 37 orang (40,2%) di usia 11 tahun, 2
orang (2,2%) di usia 12 tahun, dan 1 orang (1,1%) di usia 13 tahun.

b. Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (n) Presentasi (%)


Laki-laki 39 42,4%
Perempuan 53 57,6%
Total 92 100%
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 92 responden, 39 (42%)
berjenis kelamin laki-laki dan 53 (57,6%) berjenis kelamin perempuan.

c. Status Gizi

Status Gizi Kurang Jumlan (n) Presentasi (%)

30
Kurang 49 53,3%
Normal 43 46,7%

Total 92 100%
Berdasarkaqn tabel diatas bahwa dapat disimpulkan karakteristik
responden yang memiliki status gizi kurang sebanyak 49 siswa (53,3%)
dan status gizi normal sebanyak 43 siswa (46,7%).
d. Pola Makan

Pola Makan Jumlah (n) Presentasi (%)


Kurang 47 51,1%
(Median ≤ 440)
Baik 45 48,9%

(Median >440)
Total 92 100%
Berdasarkan tabel diatas bahwa dapat disimpulkan karakteristik
responden yang memiliki pola makan kurang sebanyak 47 siswa (48,9%)
dan pola makan baik sebanyak 45 siswa (48,9%).

3. Analisis Bivariat
Analisis dua variabel merupakan analisis untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel X dan Y, yaitu variabel pola makan dan
variabel status gizi. Dengan menganalisis dua variabel dengan tingkat
kepercayaan 95% (α = 0,05) kemudian hasilnya diinterpretasikan dengan
membandingkan nilai P dengan nilai α Jika nilai P > α maka keputusan
Ha ditolak dan jika nilai P value < α, maka keputusan Ho ditolak. 

Pola Status

31
Makan Gizi
Kurang Normal P
value
N % N %
Kurang 28 59,6% 19 40,4 0,302
%
Baik 21 46,7% 24 53,3
%
Total 49 53,3% 43 46,7
%

Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang status gizi


kurang dengan pola makan kurang sebanyak 28 (59,6%) responden, status
gizi baik dengan pola makan kurang sebanyak 19 (40,4%) reponden,
status gizi kurang dengan pola makan baik sebanyak 21 (46,7%)
responden, status gizi normal dengan pola makan baik sebanyak 24
(53,3%) reponden. Hasil uji statistic Chi square menunjukan bahwa nilai
P value 0,302>0,05. Yang artinya bahwa tidak ada hubungan antara pola
makan dengan status gizi kurang (thinness).

B. Pembahasaan
1. Karakteristik Responden
a. Usia
Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan frekuensi sesuai dengan
diperoleh responden yang memiliki usia 8 tahun sebanyak 3
orang(3,3%), usia 9 tahun sebanyak 24 orang (26,1%), usia 10 tahun
sebanyak 25 orang (27,2%), usia 11 tahun sebanyak 37 orang (40,2%),
usia 12 tahun sebanyak 2 orang (2,2%), usia 13 tahun sebanyak 1orang
(1,1%).
b. Jenis Kelamin

32
Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa hasil frekuensi dari 92
responden terdapat 39 (42%) berjenis kelamin laki-laki, dan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 53 (57,6%).
c. Status Gizi
Berdasarkaan tabel diatas bahwa dapat disimpulkan karakteristik
responden yang memiliki status gizi kurang sebanyak 49 siswa
(53,3%) dan status gizi normal sebanyak 43 siswa (46,7%).
d. Pola Makan
Berdasarkan tabel diatas bahwa dapat disimpulkan karakteristik
responden yang memiliki pola makan kurang sebanyak 47 siswa
(48,9%) dan pola makan baik sebanyak 45 siswa (48,9%).
e. Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Kurang (Thinness)
Berdasarkan hasil penelitian bahwa uji analisis yang bertujuan
untuk mengetahui hubungan kedua variabel X (Pola Makan) dan Y
(Status Gizi) jika P value (<0,05) maka variabel penelitian ini
memunyai hubungan jika P value (>0,05) maka variabel penelitian ini
tidak mempunyai hubungan. Pada tabel diatas menunjukan hasil
analisis hubungan pola makan dengan status gizi kurang (thinness) P
value (>0,05) yang artinya tidak ada hubungan pola makan dengan
status gizi kurang (thinness), semakin status gizi kurang maka semakin
pola makan kurang pada siswa.
Tidaknya ada hubungan pola makan dengan status gizi yang
signifikan karena hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi seperti tingkat kemampuan keluarga untuk
menyediakan makanan masih rendah dan ada faktor eksternal juga
yang mempengaruhi status gizi anak yaitu ekonomi keluarga,pekerjaan
dan faktor internal yaitu kondisi fisik (Hamzah et al., 2020).
Hasil penelitian lain bahwa tidak terdapat hubungan kebiasaan
makan dengan status gizi hal ini dilihat dari responden pada kelompok
yang memiliki kebiasaan kurang namun sebagian mempunyai status
gizi normal. Bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada

33
anak yaitu perilaku makan anank, pengetahuan, sikap, ketersediaan
sarana, aktifitas fisik, uang jajan, peran guru dan peran orang tua
(Hafiza et al., 2021).
Tidak terdapat hubungan pola makan dnegan status gizi anak
dikarenakan keragaman atau variasi jenis makanan dapat menjadi
penentu umum dalam penelitian pola makan dengan status gizi kurang
atau lebih, pola makan yang sehat harusnya dibarengi dengan
pemenuhan zat-zat gizi yang telah diperoleh melalui makanan sehari-
hari. Keragaman atau variasi jenis makanan dapat mengurangi gizi
kurang atau gizi lebih (Oktavia Sitompul et al., 2020).
Penelitian (Miko & Dina, 2016) bahwa pola makan dengan status
gizi tidak ada hubungan dikarenakan ada faktor lain yang
mempengaruhi status gizi selain pola makan pagi seperti konsumsi
harian pada siang hari dan sore hari serta riwayat penyakit responden
yang dapat mempengaruhi proses penyerapan zat-zat gizi yang
diperoleh dari makan pagi. Pola makan dapat dinilai secara langsung
dari kualitas dan kuantitas hidangan jika susunan hidangan memenuhi
kebutuhan tubuh, baik kuantitas maupun kualitasnya, maka tubuh akan
mendapat kondisi Kesehatan yang baik pun dapat tercapai.
Hasil ini juga sejalan dengan penelitian (Saputri & Rusmariana,
2022) tidak ada hubungan pola makan dengan status gizi anak
diakrenakan pola makan anak yang kurang tidak menutu kemungkinan
anak akan memiliki status gizi yang baik, dalam mengkonsumsi
makanan yang diberikan oleh orang tua anak meskipun hanya dua kali
dalam sehari tetapi komposisi bahan makanan, jumlah, pemberian
bahan makan, dan pola hidangan mengandung unsur gizi yang
dibutuhkan oleh tubuh anak, yakni sumber zat tenaga (nasi, roti, gula,
dll), sumber zat pembangun misalnya (ikan, daging, telur, dll), serta
zat pengatur seperti (sayur, buah-buahan).`
Berdasarkan hasil tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang
status gizi kurang dengan pola makan kurang sebanyak 28 (59,6%)

34
responden, status gizi baik dengan pola makan kurang sebanyak 19
(40,4%) reponden, status gizi kurang dengan pola makan baik
sebanyak 21 (46,7%) responden, status gizi normal dengan pola makan
baik sebanyak 24 (53,3%) reponden. Hasil uji statistic Chi square
menunjukan bahwa nilai P value 0,302>0,05 yang artinya bahwa tidak
ada hubungan antara pola makan dengan status gizi kurang (thinness).

35
BAB 5

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analisa data penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui Hubungan Pola Makan Dengan Status Gizi Kurang
(Thinness) Pada Siswa Di SDN Cikupa 4 Kabupaten Tangerang Tahun
2023 yang telah dilaksanakan pada tanggal 31 Juli 2023 pada 92
responden,maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Responden yang mempunyai nilai status gizi kurang (thinness) yaitu


sebanyak 49 orang (53,3%) danyang mempunyai nilai status gizi
normal sebanyak 43 (46,7%).
2. Responden yang mempunyai nilai Pola makan kurang sebanyak 47
orang (51,1%) dan yang mempunyai pola makan baik sebanyak 45
orang (48,9%).
3. Hasil uji statistik menggunakan metode Chi square hubungan pola
makan dengan status gizi kurang (thinness) pada siswa di SDN Cikupa
4 Kabupaten Tangerang tahun 2023 mempunyai nilai P value 0,3
02>0,05 yang artinya Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan pola
makan dengan status gizi.

B. Saran
1. Bagi SDN Cikupa 4
Sekolah dapat melakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi
badan siswa secara rutin dan mengoptimalkan fungsi Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS).
2. Bagi profesi keperawatan

36
Diharapkan dapat memberikan edukasi dan konseling kepada
orang tua dan siswa terkait dengan pencegahan masalah status gizi
pada siswa.
3. Penetian selanjutnya
Diharapkan dapat meneliti faktor lain yang mempengaruhi status
gizi anak usia sekolah dan diharapkan penelitian dilakukan dengan
menggunakan desain yang berbeda sehingga menggambarkan
hubungan sebab akibat dari variabel yang diteliti.

37
DAFTAR PUSTAKA

Arisdiani, T., & Hastuti, Y. D. (2020). Tingkat Hiperemesis Gravidarum pada Ibu
Hamil Trimester I di Kabupaten Kendal. Jurnal Kebidanan Malakbi, 1(2),
50. https://doi.org/10.33490/b.v1i2.300

E.Z., T., G.A., A., Z.A., M., & B.T., G. (2018). Prevalence and factors associated
with stunting and thinness among school-age children in Arba Minch Health
and Demographic Surveillance Site, Southern Ethiopia. PloS One, 13(11),
e0206659. http://www.embase.com/search/results?
subaction=viewrecord&from=export&id=L624804107%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1371/journal.pone.0206659

Fayasari, A. (2020). Penilaian Konsumsi Pangan.

Gurnida, D. A., Nur’aeny, N., Hakim, D. D. L., Susilaningsih, F. S., Herawati, D.


M. D., & Rosita, I. (2020). Korelasi antara tingkat kecukupan gizi dengan
indeks massa tubuh siswa sekolah dasar kelas 4, 5, dan 6. Padjadjaran
Journal of Dental Researchers and Students, 4(1), 43.
https://doi.org/10.24198/pjdrs.v3i2.25763

Hafiza, D., Utmi, A., & Niriyah, S. (2021). Hubungan Kebiasaan Makan Dengan
Status Gizi Pada Remaja Smp Ylpi Pekanbaru. Al-Asalmiya Nursing Jurnal
Ilmu Keperawatan (Journal of Nursing Sciences), 9(2), 86–96.
https://doi.org/10.35328/keperawatan.v9i2.671

Imron, I. (2019). Analisa Pengaruh Kualitas Produk Terhadap Kepuasan


Konsumen Menggunakan Metode Kuantitatif Pada CV. Meubele Berkah
Tangerang. Indonesian Journal on Software Engineering (IJSE), 5(1), 19–28.
https://doi.org/10.31294/ijse.v5i1.5861

38
Indriati, M. (2020). Perilaku Makan dan Status Gizi Anak Usia Sekolah Dasar di
SD Cikancung 04 Desa Mandalasari Kabupaten Bandung. Jurnal Sehat
Masada, 14(1), 81–89. https://doi.org/10.38037/jsm.v14i1.128

Limpeleh, F. V., Kesehatan, F., Universitas, M., & Ratulangi, S. (n.d.). No Title.

Lusiana, N. (2020). Hubunga Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi pada
Anak Sekolah Dasar Negeri 171 Pekanbaru. Ensiklopedia of Journal, 2(3),
92–96.

Miko, A., & Dina, P. B. (2016). Hubungan Pola Makan Pagi dengan Status Gizi
pada Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Aceh. AcTion: Aceh Nutrition Journal,
1(2), 83. https://doi.org/10.30867/action.v1i2.15

Nurambiya, N., Susanti, S., & ... (2020). Hubungan pola makan sehat dengan
status gizi anak di SD Bontokura Kelas IV-V Kabupaten Jeneponto. Jurnal
Berita …, XII(1).
https://ojs.stikes.gunungsari.id/index.php/JBK/article/view/35%0Ahttps://
ojs.stikes.gunungsari.id/index.php/JBK/article/download/35/30

Octaviani, P., Dody Izhar, M., & Amir, A. (2018). Relation Between Dietary
Habit and Physical Activity With Nutritional Status Of Elementary School
Students in SD Negeri 47/IV Jambi City. Jurnal Kesmas Jambi, 2(2), 56–66.

Oktavia, L. S. (2021). Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar : Kajian Untuk


Siswa Kelas Rendah. 5, 1823–1828.

Oktavia Sitompul, S., Leonardo Samodra, Y., Kuntjoro, I., Kedokteran, F., &
Kristen Duta Wacana, U. (2020). Hubungan Pola Makan Anak Dengan
Status Gizi Siswa Tk Bopkri Gondokusuman Yogyakarta. Indonesian
Journal of Nursing Health Science ISSN, 5(2), 126–133.

Orang, K., Dan, T., Makan, P., Usia, A., Negeri, S. D., & Children, A. (2020).
Gorontalo. 3(2), 162–174.

Pangaribuan, H., Supetran, I. W., & Patompo, F. D. (2022). Edukasi Tumbuh


Kembang Anak Usia Sekolah dan Pelaksanaan Kelompok Terapeutik di SD

39
Pesantren Hidayatullah Tondo : ( Laporan Kegiatan Pengabdian
Masyarakat ) Education for Growth and Development of School Age
Children and Implementation of Therapeutic Grou. 5.

Panjaitan, W. F., Siagian, M., & Hartono, H. (2019). Hubungan Pola Makan
dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Al Hidayah Terpadu Medan
Tembung. Jurnal Dunia Gizi, 2(2), 71.
https://doi.org/10.33085/jdg.v2i2.4448

Pola, P., Terhadap, M., Gizi, S., Sekolah, A., & Hafid, A. (2020). Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah. 5(2).

Pulungan, A. B. (2020). Auxology, Kurva Pertumbuhan, Antropometri, dan


Pemantauan Pertumbuhan. Sari Pediatri, 22(2), 123.
https://doi.org/10.14238/sp22.2.2020.123-30

Purwanto, N. (2019). Variabel Dalam Penelitian Pendidikan. Jurnal Teknodik,


6115, 196–215. https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i0.554

Ratnasari, D., & Purniasih, L. (2019). Status Gizi dan Pola Konsumsi Makanan
Anak Usia Sekolah (7-12 Tahun) di Desa Karangsembung. Jurnal Ilmiah
Gizi Dan Kesehatan (JIGK), 1(1), 34–41.

Riani, Syafriani, & Syahrial. (2019). Pengaruh Kreasi Singkong Sebagai Pangan
Jajanan Anak Sekolah Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi
Anak Sekolah Dasar Kabupaten Kampar Tahun 2019. Jurnal NERS, 3(1),
13–21.

Sagala, C. O., & Noerfitri, N. (2021). Hubungan Pola Makan dan Pengetahuan
Gizi Seimbang dengan Gizi Lebih Mahasiswa STIKes Mitra Keluarga.
JURNAL ILMIAH KESEHATAN MASYARAKAT : Media Komunikasi
Komunitas Kesehatan Masyarakat, 13(1), 22–27.
https://doi.org/10.52022/jikm.v13i1.152

Sambo, M., Ciuantasari, F., & Maria, G. (2020). Hubungan Pola Makan Dengan
Status Gizi Pada Anak Usia Prasekolah. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi
Husada, 11(1), 423–429. https://doi.org/10.35816/jiskh.v11i1.316

40
Santoso, R. D., & Wahjuni, E. S. (2022). Survei Status Gizi Siswa Kelas II SD
Negeri Se-Kecamatan Labang. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan,
5(1), 12–20. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-
jasmani/issue/archive

Saputri, Y., & Rusmariana, A. (2022). The Correlation between Diet and
Nutritional Status of Pre-School Age Children ( 3-5 years ) Hubungan Pola
Makan Dengan Status Gizi Anak Usia Pra Sekolah ( 3-5Tahun ). 947–951.

Sisay, M., Atenafu, A., Hunegnaw, M. T., & Lorato, M. M. (2022). Prevalence
and factors associated with stunting and thinness among school age children
in rural primary schools, East Dembia District, Northwest Ethiopia. BMC
Nutrition, 8(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s40795-022-00624-6

Sitoayu, L., Vira, H., Putri, W., Lutfiani, N., & Aula, R. (2020). Makan Bergizi
dan Hidup Penuh Prestasi. Digilib.Esaunggul.Ac.Id, 6, 11510.
https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Journal-14660-11_0128.pdf

Sujadi, E., Dwiranti, F., Irma, E., & Joice, J. (2018). Pola Pertumbuhan Anak
Perempuan Usia 5-12 Tahun di Wilayah Amban Manokwari. 173–179.
http://repository.unipa.ac.id:8080/xmlui/bitstream/handle/123456789/266/16.
Pola pertumbuhan anak perempuan usia 5-12 tahundi wilayah Amban
Manokwari.pdf?sequence=1

Sumardi Sudarman. (2019). Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Gizi Kurang


Pada Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Panambungan Kecamatan
Mariso Kota Makassar. JURNAL PromotifPreventif, 1(2), 30–42.

Sunaryo, M. (2018). Gambaran Pola Makan Terhadap Status Gizi Siswa Di Sd


Putra Indonesia Surabaya. Medical Technology and Public Health Journal,
2(1), 42–50. https://doi.org/10.33086/mtphj.v2i1.766

Surijati, K. A., Hapsari, P. W., & Rubai, W. L. (2021). Faktor-Faktor yang


Mempengaruhi Pola Makan Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten Banyumas
Factors Affecting the Diet of Elementary School Students in Banyumas
Regency.

41
Usada, N. K., Wanodya, K. S., & Trisna, N. (2021). Analisis Spasial Gizi Kurang
Balita di Kota Tangerang Tahun 2019. Jurnal Biostatistik, Kependudukan,
Dan Informatika Kesehatan, 2(1), 1.
https://doi.org/10.51181/bikfokes.v2i1.4740

42
43
`

44

Anda mungkin juga menyukai