Anda di halaman 1dari 67

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DENGAN

KEJADIAN GOUT ARTHRITIS PADA LANSIA DIDESA


TINELO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TELAGA BIRU

SKRIPSI

PUJIATI
NIM. C01419084

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2023

i
HUBUNGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DENGAN
KEJADIAN GOUT ARTHRITIS PADA LANSIA DIDESA
TINELO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TELAGA BIRU

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan jenjang
pendidikan Sarjana (S1)

PUJIATI
NIM. C01419084

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2023

ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tidak ada satupun perjuangan yang melelahkan. “Dan berikanlah berita gembira
kepada orang-orang yang sabar, yaitu yang ketika ditimpa musibah mereka
mengucapkan; sungguh kita semua ini milik Allah dan sungguh kepada Nya lah kita
kembali.” (QS. Al-Baqarah: 155-156)

“Jika Allah membuatmu menunggu, maka bersabarlah dan percayalah kamu akan
menerima lebih dari apa yang kamu minta.” (Pujiati)

PERSEMBAHAN

Yaa Robb, puja dan puji kupersembahkan hanya untuk-Mu. Seraya mengucap
syukur atas apa yang Engkau berikan untukku hari ini, atas nikmat yang berupa
akal, rizki, ilmu yang bermanfaat, dan kesabaran untuk bangkit dari setiap
cobaan. Kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang tercinta dan paling
berharga dalam hidupku

Ayahku Kuwat dan Ibuku Kitul yang sampai saat ini memberikan kasih sayang
yang tiada henti, selalu memberikan dukungan,memberikan doa yang terbaik dan
bekerja keras demi kesuksesanku , teruntuk kakak perempuanku Minawati, S.Pt
terima kasih sudah memberikan dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan
studi ini. Kepada Aldi Saputra terima kasih sudah menyemangati, memberikan
keceriaan dan turut membantu dalam segala hal.

Untuk Pembimbing Hamna Vonny Lasanuddin,S.Kep,M.Kes dan Haslinda


Damansyah,S.Kep,M.Kep beserta penguji Andi Akifa Sudirman,S.Kep,M.Kep
Terimakasih selama ini dengan tulus ikhlas dan meluangkan waktunya untuk
membimbing menuntun dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.

Teman-teman seperjuangan Keperawatan UMGo angkatan 2019 terima kasih


atas kebersamaannya selama ini.

Almamater Tercinta Tempatku Menimba Ilmu

vi
Universitas Muhammadiyah Gorontalo

KATA PENGANTAR

Puja dan puji hanya Allah Swt. yang telah memberikan berkah kesehatan
dan keselamatan sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Purin Dengan Kejadian Gout
Arthritis Pada Lansia Di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru”.
Harus diakui bahwa banyak hal yang masih membutuhkan sentuhan-
sentuhan perbaikan dalam upaya penyempurnaan penelitian ini. Olehnya penulis
tiada henti-hentinya berucap syukur ke hadirat Allah Swt yang telah memberikan
kecerahan pemikiran dan umur yang panjang hingga penulis dapat mengenyam
pendidikan strata satu (S1) Jurusan Keperawatan di Universitas Muhammadiyah
Gorontalo. Terimakasih kepada mereka yang telah membimbing dan membantu
penulis dalam menyelesaikan hasil penelitian ini.
Ucapan terimakasih diaturkan pula kepada mereka yang berperan serta
dan berpartisipasi hingga penelitian dapat terlaksana, terutama kepada :
1. Prof. Dr. H. Abd Kadim Masaong.,M.Pd Selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
2. Prof. Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum. Selaku Wakil Rektor I
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
3. Dr. Salahudin Pakaya, MH. Selaku Wakil Rektor II Fakultas Ilmu Kesehatan
Unuversitas Muhammadiyah Gorontalo.
4. Dr. Apris Ara Tilome, S.Ag., M.Si. Selaku Wakil Rektor III Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
5. Dr. Zuriati Muhamad, SKM., M.Kes. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
6. Ns. Andi Akifa Sudirman S.Kep,M.Kep. Selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiya Gorontalo dan sebagai Penguji.
7. Ns. Harismayanti, M.Kep. Selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.

vii
8. Ns. Hamna Vonny Lasanuddin, S.Kep. M.Kes. Selaku Pembimbing 1 yang
telah banyak membantu dan memberikan bimbingan, penghargaan serta
masukkan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
9. Ns. Haslinda Damansyah, S.Kep. M.Kep. Selaku Pembimbing 2 yang telah
banyak membantu dan memberikan bimbingan, penghargaan serta
masukkan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
10. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo, terimakasih atas ilmu yang diberikan.
11. Seluruh Staf Pegawai Administrasi dilingkungan Fakultas Ilmu Kesehatan
yang lebih khusus lagi pada Jurusan Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
studi.
12. Kepada Orang tua penulis bapak Kuwat dan Ibu Kitul yang telah membimbing
dengan kasih sayang dan selalu memberikan yang terbaik dan
pengorbanannya yang tulus sehingga penulis dapat mengikuti program
pendidikan ini.
13. Kepada kakak penulis Minawati S.Pt dan seluruh keluarga yang memberikan
dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan studi.
14. Kepada Aldi saputra yang selalu memberikan motivasi semangat dan
keceriaan serta ikut membantu.
15. Seluruh teman teman mahasiswa keperawatan angkatan 2019 khususnya
kelas c keperawatan terimakasih atas kebersamaan selama ini.

Akhirnya, penulis berharap semua pihak yang namanya tak sempat


disebutkan dan telah membantu penulis selama penyelesaian studi kiranya
beroleh rahmat dan berkah dari Allah Swt. Aamiin Allahumma Aamiin

Gorontalo,23 Agustu 2023

Penulis

viii
ix
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 3
1.3 Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.5 Manfaat penelitian .................................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5


2.1 Konsep Gout ........................................................................................... 5
2.2 Konsep Kepatuhan Diet Rendah Purin .................................................. 10
2.3 Konsep Lansia ........................................................................................ 13
2.4 Penelitian yang Relevan ......................................................................... 14
2.5 Kerangka Teori ....................................................................................... 15
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................... 15
2.7 Hipotesis ................................................................................................. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 17


3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 17
3.2 Desain Penelitian .................................................................................... 17
3.3 Variabel dan Definisi Operasiaonal ........................................................ 17
3.4 Populasi dan Sampel.............................................................................. 18
3.5 Teknik pengumpulan dan pengolahan data ............................................ 20
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................ 22
3.7 Uji Validitas dan Reabilias ....................................................................... 23
3.8 Hipotesis Statistik ................................................................................... 24
3.9 Etika Penelitian ....................................................................................... 24

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 26


4.1 Gambaran Lokasi Penelitian ................................................................... 26
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................................ 27
4.3 Pembahasan............................................................................................ 28
4.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 32


5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 32
5.2 Saran ....................................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 33

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konsumsi Air Putih ............................................................................ 9


Tabel 2.2 Daftar Makanan Mengandung Purin ................................................. 12
Tabel 2.3 Penelitian Relevan ............................................................................. 14
Tabel 3.1 Definisi Operasional........................................................................... 18
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Diet Rendah Purin ............................................ 27
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat .............................................. 27
Tabel 4.3 Analisis Hubungan ............................................................................. 28

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori .............................................................................. 15


Gambar 2.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 15
Gambar 4.1 Puskesmas Telaga Biru ................................................................. 26

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ........................................................................ 34


Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden .................................................... 35
Lampiran 3 Lembar Kuisioner............................................................................ 36
Lampiran 4 Master Tabel ................................................................................... 39
Lampiran 5 Output SPSS................................................................................... 41
Lampiran 6 Dokumentasi Penelitian .................................................................. 43
Lampiran 7 Surat................................................................................................ 49

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit gout arthritis terjadi akibat adanya pemicu, seperti makanan
maupun senyawa lainnya yang mengandung purin yang berlebihan. Secara garis
besar purin didapatkan dari makanan, pola makan mengandung purin secara
berlebihan merupakan salah satu penyebab utama seseorang mengalami gout
arthritis. Sesungguhnya didalam tubuh manusia telah menyediakan 85%
senyawa purin untuk kebutuhan setiap harinya, hal ini berarti bahwa kebutuhan
purin yang dibutuhkan dari makanan hanya ada sekitar 15% (Dungga, 2022)
Berdasarkan data WHO (World Health Organization) di Amerika Serikat
didapatkan pada orang dewasa penyakit gout mengalami peningkatan serta
mempengaruhi lebih dari 8,3 juta atau setara dengan 4% dari penduduk amerika
(Ahmad Sabrawi, 2022). Di Indonesia kejadian penyakit gout arthritis pada usia 55-
64 tahun mencapai 45%, dan pada usia 65-74 tahun mencapai 51,9%, serta usia
>75 tahun mencapai 54,8%. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar daerah
Provinsi Gorontalo menyatakan bahwa jumlah keseluruhan penyakit sendi di
Gorontalo berada pada peringkat ke-16 dari 34 Provinsi dan berdasarkan
diagnosa untuk usia 45-54 tahun mencapai 11,1%, usia 55-64 tahun mencapai
15,5%, dan usia 65-74 tahun mencapai 18,6% dengan jumlah keseluruhan total
terbanyak yakni didominasi oleh wanita 8,5% dibanding pria 6,1%. (Dungga, 2022)
Salah satu faktor penyebab utama dari tingginya kadar asam urat yaitu
mengkonsumsi purin yang tinggi. Hal ini masih kurang disadari oleh masyarakat
gorontalo tentang konsumsi purin secara berlebihan bisa meningkatkan kadar
asam urat. Purin bisa kita temui pada segala jenis makanan, makanan dari
tanaman seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Purin dari
hewan seperti daging, jeroan, ikan sarden dan lain sebagainya. Dengan demikian
penderita Gout Artritis wajib mengatur dietnya yang terkait dengan purin (diet
rendah purin) (Dungga, 2022).
Penanganan penyakit gout, sangat dianjurkan untuk menghindari sumber
makanan yang mengandung tinggi purin serta mengatur pola makan yang sehat,
memperhatikan keseimbangan dari nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, dengan
porsi yang tepat, tidak berlebihan dan yang bersumber dari bahan alami. Jika

1
penyakit gout dibiarkan dan tidak segera diberikan penganan secara dini maka
akan mengakibatkan kerusakan sendi bahkan komplikasi penyakit lain salah
satunya penyakit pada ginjal (Milleni Udinsiah, 2021)
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh (Soraya, 2020) menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara asupan purin dengan kadar asam urat pada
lansia, hal tersebut dapat dilihat dari besarnya tingkat konsumsi purin pada lansia
dengan koinsumsi purin tinggi sebesar 211,14mg/hari dan konsumsi purin
terendah sebesar 136,52mg/hari, dengan rata-rata tingkat konsumsi purin pada
lansia sebesar 167,06mg/hari. Dan sebagian besar kadar asam urat lansia
termasuk dalam kategori tinggi 10,5mg/dl, kategori terendah 4,0mg/dl dengan
rata-rata 6,4mg/dl. Adapun hasil penelitian (Dungga, 2022) mengatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pola makan terhadap kadar asam urat
di Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Gorontalo. Sehingga diharapkan agar
menjaga pola makan yang sehat serta rutin memeriksakan diri di pusat
pelayanan kesehatan terdekat.

“ Yaaa ayyuhan-naasu kuluu mimmaa fil-ardhi halaalang thoyyibaw wa laa


tattabi’uu khuthuwaatisy-syaithoon, innahuu lakum ‘aduwwum mubiin.”
Artinya: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan sungguh,
setan itu musuh yang nyata bagimu”. QS. Al-Baqarah:168
Hasil wawancara awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 06 Juni 2023 di
Puskesmas Telaga Biru khususnya di desa Tinelo didapatkan data lansia
sebanyak 225 lansia, dengan jumlah lansia pria 143 orang, dan 112 orang lansia
perempuan. Data posyandu lansia di Desa Tinelo pada bulan April 2023 lansia
yang telah melakukan pemeriksaan kadar asam urat didapatkan 62 lansia yang
memiliki kadar asam urat di atas normal, dan sisanya 163 lansia memiliki kadar
asam urat normal. Sedangkan data posyandu lansia yang dilakukan pada bulan
Mei 2023 lansia penderita gout arthritis mengalami peningkatan, dimana terdapat
70 lansia yang memiliki kadar asam urat di atas normal, dan sisanya 155
memiliki kadar asam urat normal. Hal ini terjadi karena masih banyak lansia

2
mengkonsumsi makanan yang tinggi purin, seperti sayur kangkung, tempe, dan
ikan putih (teri).
Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk mengambil
permasalahan ini sebagai fokus penelitian dan merumuskannya dengan judul
“Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Purin Dengan Kejadian Gout Arthritis Pada
Lansia di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah yang
didapatkan yaitu:
1. Berdasarkan data yang di dapatkan dari posyandu lansia pada bulan April
hingga bulan Mei lansia yang gout arthritis mengalami peningkatan. Hal ini
terjadi karena masih banyak lansia mengkonsumsi makanan yang tinggi
purin, seperti sayur kangkung, tempe, dan ikan putih (teri).
2. Berdasarkan hasil wawancara didapatkan beberapa lansia setiap hari
mengkonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi seperti sayur
kangkung, tempe dan ikan putih (teri).
3. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada beberapa lansia,
didapatkan kurangnya kesadaran lansia yang hidup sehat dengan
mengkonsumsi makanan yang rendah purin.
1.3 Rumusan Masalah
Beranjak dari masalah yang telah di uraikan dari latar belakang, maka
rumusan masalah yang didapatkan yaitu:
1. Apakah yang menyebabkan penyakit gout arthritis pada lansia mengalami
peningkatan?
2. Apakah mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin dapat
menyebabkan peningkatan kadar asam urat dalam darah?
3. Apakah ada hubungan kepatuhan diet rendah purin dengan kejadian gout
arthritis pada lansia?

3
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet rendah purin dengan kejadian
Gout Arthritis pada lansia di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kepatuhan diet rendah purin pada lansia di Desa Tinelo
Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru.
2. Mengidentifikasi kejadian gout arthritis pada lansia di Desa Tinelo
Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru.
3. Menganalisis hubungan diet rendah purin terhadap kejadian Gout
Arthritis pada lansia di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga
Biru.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan informasi dan
dijadikan sebagai tambahan referensi untuk peneliti selanjutnya terkait dengan:
“Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Purin Dengan Kejadian Gout Arthritis pada
lansia di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru”
1.5.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber data baru dan
menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa maupun akademik Program
Studi Keperawatan Fakultas Kesehatan.
b. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi
Puskesmas Telaga Biru mengenai hubungan diet rendah purin dengan
kejadian gout arthritis pada lansia.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu tambahan
referensi untuk penelitian berikutnya mengenai hubungan kepatuhan diet
rendah purin dengan kejadian gout arthritis pada lansia.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Gout Arthritis


2.1.1 Definisi Gout
Penyakit gout arthritis atau yang dikenal dengan penyakit asam urat adalah
i i i i

penyakit yang disebabkan oleh adanya penimbunan Kristal monosodium urat


i i i i

dalam tubuh. Penimbunan Kristal ini jika terjadi secara berlebihan dapat i i i i i

mengakibatkan
i munculnya asam urat atau gout arthritis yang dapat
mengakibatkan nyeri pada sendi terutama pada jari-jari kaki, tumit, dan
i i i i

pergelangan tangan. Gout merupakan peradangan pada sendi atau otot yang
i i i i i

disebabkan dari berlebihannya kadar asam urat dalam darah manusia. Hal ini
i i i

disebabkan oleh berlebihnya jumlah makanan yang banyak mengandung purin


i i i i i

yang masuk ke dalam tubuh manusia, sedangkan kemampuan ginjal yang i i i

membuang purin dalam darah terbatas (Lasanuddin et al., 2023)


i i i

2.1.2 Etiologi Gout


Jika dilihat dari penyebabnya gout arthritis dibagi menjadi dua yaitu:(Soraya, i i i

2020)
a. Primer i

Penyebab dari primer ini belum diketahui secara pasti, akan tetapi faktor
i i i i i i i

genetik dan faktor hormonal yang sangat berhubungan sehingga dapat


i i i i

menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dalam tubuh dan


i i i i i

meningkatkan produksi asam urat.


i

b. Sekunder i i

Sekunder disebabkan karena terjadinya peningkatan hasil asam urat yang


i i i i i i

diakibatkan pola makan dan diet tidak teratur. Hal ini bisa jadi karena i i i

adanya kebiasaan makan makanan dengan kandungan purin yang tinggi,


i i

seperti pada jeroan.


i i i

2.1.3 Manifestasi Klinis Gout


Tanda dan gejala pertama hanya menyerang satu sendi. Secara umum i i i i i i

serangan gout sering terjadi pada bagian kaki, namun 3–14 % serangan bisa
i i i i

juga terjadi di banyak sendi atau biasa di sebut dengan poliarthritis. Urutan sendi
i i i i i

yang terkena serangan gout berulang biasanya adalah ibu jari, pergelangan kaki,
i i i i i i

5
sendi kaki belakang, pergelangan tangan dan lutut. Biasanya Nyeri yang
i i i i i

dirasakan oleh penderita gout hanya pada beberapa sendi. Sendi yang diserang i i i i i i i i

akan terjadi pembengkakan dan kulit di atasnya terlihat berwarna kemerahan


i i i i i i i

(Scarlet, 2018) Adapun tanda dan gejala yang biasanyan sering dirasakan oleh
i i i i

penderita gout arthritis menurut (Jannah, 2022):


i i i

1. Kesemutan dan linu i i

2. Nyeri terutama pada terjadi pada malam atau pagi hari saat bangun tidur. i i i

3. Daerah persendian yang terkena asam urat biasanya akan kelihatan i i i i i i

bengkak, kemerahan, panas,dan menyebabkan nyeri yang luar biasa.


i i i i i i

4. Nyeri hebat dan akan merasakan nyeri pada tengah malam menjelang i i i i i i i

pagi.
2.1.4 Patofisiologi Gout
Pembentukan asam urat yang berlebih atau menurunnya ekskresi pada
i i i i i i i

asam urat merupakan penyebab terjadinya peningkatan asam urat. Ketika terjadi i i i i i i i

ketidakseimbangan
i i dua proses i tersebuti i maka akan terjadi
i keadaan i

hiperurisemia. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah


i i i i i

yang menimbulkan hipersaturasi asam urat yaitu kelarutan asam urat yang telah
i i i i

melewati ambang batasnya. Penyebab produksi asam urat meningkat antara lain
i i i i i

karena adanya gangguan metabolisme purin, keturunan, dan berlebihnya


i i i i i i

mengkonsumsi makanan yang memiliki purin tinggi, sedangkan pembuangan


i i i i

asam urat berkurang terjadi akibat ketidakmampuan ginjal dalam mengeluarkan i i i i i

asam urat yang berlebihan dari dalam tubuh (Scarlet, 2018) i i i

Hasil dari metabolisme purin yakni asam lambung akan mengalami filtrasi i i i

secara bebas oleh glomerulus dan diresorpsi di tubulus proksimal ginjal.


i i i i i

Sebagian kecil asam urat yang terserap akan dikeluarkan melalui nefron distal
i i i i i i i

dalam bentuk urin. Ekskresi yang terhambat dan meningkatnya produksi dapati i i i i

mengakibatkan kadar asam urat dalam tubuh semakin tinggi, sehingga akan
i i i

menyebabkan terbentuknya Kristal. Kristal asam urat yang tertimbun secara


i i i i i i

terus-menerus dapat menjadi tofi/tofus yaitu endapan seperti kapur putih pada
i i i i i i i

kapsul sendi dan tulang rawan, sehingga memicu timbulnya respon inflamasi i i i i

seperti nyeri, kemerahan, dan bengkak. (Soraya, 2020)


i i i i i i

Ekskresi i i yang terhambat i atau meningkatnya i produksi dapat


mengakibatkan kadar asam urat dalam tubuh semakin tinggi. Asam urat adalah
i i

zat dengan kelarutan sangat rendah maka akan terbentuk kristal. Asam urat
i i i i i

6
paling banyak tertimbun di sendi berbentuk kristal mononatrium urat. Kristal
i i i i

asam urat yang tertimbun lagi dan gejala terjadi terus-menerus dapat i i i i i i

mengakibatkan tofi/tofus yaitu endapan seperti kapur putih pada kapsul sendi
i i i i i

dan tulang rawan. Reaksi peradangan granulomatosa dipicu oleh tofi yaitu i i i

adanya massa urat amorf (kristal) dikelilingi makrofag, limfosit, fibroblast, dan sel i i

raksasa benda asing (Soraya, 2020) i

2.1.5 Faktor Resiko Terjadinya Gout


Berikut ini merupakan faktor-faktor yang beresiko terkena penyakit gout
i i i i i i i

arthritis (Jannah, 2022):


1. Umur
Asam urat terjadi dikarenakan proses penuaan, terutama wanita yang i i i i i

telah mengalami menopause sekitar usia 45-60 tahun. Sedangkan pria,


i i i i i i

cenderung mengalami peningkatan asam urat yaitu antara usia 30-40


i i i i

tahun. Semakin tua usia pria maka kemungkinan kadar asam urat semakin
i i i

meningkat juga semakin tinggi.


i i

2. Jenis Kelamin i i

Pria lebih berisiko mengalami peningkatan asam urat dibandingkan


i i i i

wanita. Persentase wanita yang memiliki asam urat tinggi lebih rendah
i i i i i i

dibandingkan pria dan mulai terlihat saat wanita telah menopause. Kadar i i i i

asam urat pria akan terus mengalami peningkatan selaras dengan i i i i i

bertambahnya usia atau telah memasuki masa akhir balik. Pria cenderung
i i i i i

memiliki asam urat tinggi dikarenakan terdapat hormon estrogen pada


i i i i i

wanita yang menunjang proses pengeluaran asam urat melalui urin. Pada i i i i i

lansia, produksi beberapa enzim semakin berkurang dan menurunnya i i i i i i

hormon pada tubuh yang berfungsi untuk proses ekskresi asam urat. i i i i

Enzim yang berguna untuk mengubah asam urat menjadi bentuk alatonin
i i i i i

lalu dikeluarkan melalui urin disebut enzim urikinase. Proses ekskresi asam
i i i i i i i i

urat hingga timbulnya hiperurisemia dipengaruhi oleh gangguan dalam i i i i

memproduksi enzim urikinase.


i i i

Hormon estrogen pada wanita akan meningkat setelah mengalamii i i i i i

pubertas sehingga wanita cenderung memiliki kadar asam urat normal.


i i i i i

Sedangkan pada wanita menopause cenderung lebih sering mengalami


i i i i i i i i

asam urat karena adanya penurunan hormon estrogen. Peran hormon i i i i i

estrogen adalah merangsang perkembangan folikel sehingga kecepatan


i i i i i i i i i

7
poliferasi sel semakin meningkat serta terhambatnya keaktifan enzim
i i i i i i i i

protein kinase sehingga terjadi percepatan aktifitas metabolik, yakni


i i i i i i i

metabolisme purin.
i i

3. Pola makan
Pola makan yang tidak teratur dapat menjadi faktor penyebab i i i i

terjadinya gout, seperti konsumsi makanan yang mengandung tinggi purin.


i i i i

Asupan makanan yang mengandung purin tinggi dapat meningkatkan i i

kadar asam urat. Makanan yang mengandung purin tinggi misalnya sea i i

food,kacang – kacangan, makanan kaleng dan daging. i

4. Obat-obatan
Adapun jenis obat-obatan yang dapat mengakibatkan terjadinya
i i i

hiperurisemia adalah pada penggunaan diuretik. Diuretik sering digunakan


i i i i i i

untuk pengobatan hipertensi. Efek samping penggunaan diuretik dapat


i i i i i i i

meningkatkan kadar asam urat dalam darah atau menyebabkan terjadinya


i i i i

penumpukan asam urat dalam darah.


i

5. Obesitas i

Obesitas sangat beresiko mengalami asam urat dibandingkan


i i i i

mereka orang yang memiliki berat badan normal. Pada seseorang yang
i i i i i i

obesitas, ginjal akan mengalami gangguan dalam proses pengeluaran


i i i i i

asam urat. Hal ini dikarenakan kelebihan lemak di dalam tubuh. i i i i

6. Olahraga
Olahraga dapat mengakibatkan terjadinya proses glikolisis yang i i i

berlangsung pada otot sehingga akan membentuk asam laktat. Glikogen


i i i i i

yang merupakan hasil akhir glikolisis menghilang dan terbentuklah hasil


i i i i

akhir utama yaitu asam laktat. Hal tersebut terjadi karena adanya kontraksi i i i i

otot secara anaerob yaitu media yang tidak terdapat oksigen.


i i i i i

7. Alkohol
Kadar asam urat dalam darah akan semakin meningkat apabila i i

penderita Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, hal ini dapat


i i i i i i

menghambat pengeluaran asam urat dari dalam tubuh, di karenakan


i i i i

terdapat beberapa alkohol yang memiliki kandungan purin. Tentu saja ini
i i i i i

dapat meningkatkan asam laktat yang menyebabkan pengeluaran asam


i i i i i

urat dalam urin menjadi terhambat. i i

8
2.1.6 Kadar Asam Urat
Kadar normal asam urat dalam darah dibagi menjadi tiga kategori menurut i i i

(Jannah, 2022) yaitu:


a. Wanita
Rendah i : > 2,6 mg/dl
Normal : 2,6 gm/dl – 6 mg/dl
Hiperurisemia i i : < 6 mg/dl
b. Pria
Rendah : > 3,5 mg/dl
i

Normal : 3,5 mg/dl – 7,0 mg/dl


Hiperurisemia i i : < 7,0 mg/dl

Kadar asam urat yang melebihi > 7,0 mg/dl, dapat menyebabkan plasma i i i i

darah menjadi jenuh atau biasa di sebut dengan Hiperurisemia atau keadaan
i i i i i i i

dimana meningkatnya kadar asam urat darah diatas normal. Hal tersebut terjadi
i i i i

karena tubuh memproduksi asam urat dalam jumlah banyak sedangkan ekskresi
i i i i i

asam urat melalui urine mengalami penurunan. Pada kondisi normal, asam urat
i i i i

tidak berbahaya karena berfungsi sebagai antioksidan alami di dalam plasma.


i i i i

Namun apabila kadar asam urat melebihi batas normal maka fungsi dari asam i i

urat menjadi abnormal sehingga membahayakan tubuh. Kadar asam urat yang
i i i

meningkat menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat di dalam persendian


i i i i i i i

dan orang tubuh lainnya, sehingga menyebabkan sendi meradang, sakit dan i i i i i

nyeri (Jannah, 2022)


i

2.1.7 Penatalaksanaan Gout


Penatalaksanaan Penyakit gout dapat dilakukan dengan cara memberikan
i i i i i

pengobatan dan pengelolaan secara efektif dengan perawatan medis, Selain itu
i i i i i i i i i i

asam urat dapat dikelola dengan strategi manajemen diri. Manajemen diri adalah i i i i i i i

apa yang dilakukan sehari-hari untuk mengelola kondisi dan tetap sehat i i i i i

(Madyaningrum et al., 2020) i

Adapun Penatalaksanaan pada penderita asam urat menurut (Scarlet, 2018)


i i i i i

terbagi menjadi 2 yaitu secara farmakologi dan nonfarmakologi :


i i i

1. Pengobatan terapi farmakologi


i i

Pengobatan yang diberikan pada penderita gout arthritis dilihat dari pada
i i i i

stadium artritis gout tertentu yang dialami. Pengobatan stadium gout akut i i i

9
dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri, sedangkan pada stadium i i i

interkritikal gout dilakukan untuk mempertahankan tingkat rendah asam


i i i i

urat dan mencegah terbentuknya tophi. Adapun beberapa jenis obat yangi i i i i i i

dapat digunakan oleh penderita gout antara lain NSAID, Colchicine, i i i i

Allopurinol, dan Corticosteroid yang masing – masing dari obat – obatan i

tersebut memiliki efek samping yang berbeda – beda.


i i i i i i i i

2. Pengobatan terapi nonfarmakologi


i i

Pengobatan nonfarmakologi yang bisa diberikan pada penderita gout


i i i i

yaitu dimulai dengan memodifikasi gaya hidup menjadi lebih sehat, i i i i i

seperti menurunkan badan, mengurangi konsumsi alkohol secara


i i i i i

berlebihan serta mengurangi konsumsi makanan yang mengandung purin


i i i i i

tinggi.
2.2.8 Pencegahan Gout
Pencegahan asam urat dengan menerapkan pola hidup sehat. Hal dapat
i i i i i i

ini dilakukan dengan cara diet makanan yaitu mengurangi konsumsi makanan i i i

tinggi purin, kemudian melakukan olahraga secara teratur untuk menerunkan


i i i i i i

berat badan, serta disarankan untuk mengkonsumsi air putih yang cukup sesuai
i i i i

anjuran Angka Kecukupan Gizi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik i i i i i i i

Indonesia Nomor 28 Tahun 2019) yang sudah sesuai dengan usia dan jenis
i i i i

kelamin.
i

Tabel 2.1 Konsumsi air putih i

Usia Laki-laki Perempuan i i

19 – 64 tahun
Minimal 2500 ml / setara Minimal 2350 ml / setara i i

dengan 11 gelas* dengan 11* i i i

64 – 80 tahun Minimal 1800 ml / setara Minimal 1550 ml / setara i i

dengan 8 gelas* dengan 7 gelas* i i i i

>80 tahun Minimal 1600 ml / setara Minimal 1400 ml / setara i i

dengan 7 gelas* dengan 6 gelas* i i i i

Keterangan:*1 gelas = 220 ml (sekitar 1 gelas air mineral kemasan)


i i i i i i

2.2 Konsep Kepatuhan Diet Rendah Purin


2.2.1 Kepatuhan
Kepatuhan merupakan tingkat perilaku dari pasien yang menunjukkan
i i i i i

sikap baik terhadap petunjuk yang telah diberikan oleh tenaga kesehatan baik
i i i i i i i i

dalam bentuk diet, latihan, pengobatan maupun dalam hal menepati janji
i i i i i

10
pertemuan dengan dokter. Adapun beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
i i i i i i i i

tingkat kepatuhan seorang pasien menurut (Ahmad Sabrawi, 2022) :


i i i i

1. Pendidikan i

Pengetahuan merupakan suatu usaha maupun kegiatan yang dilakukan


i i i i

seseorang setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek


i i i i i i i i i

tertentu dimana sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui


i i i i i i i i i

mata dan telinga. i

2. Motivasi
Motivasi dapat dikatakan sebagai dorongan dalam diri seseorang untuk i i i

berperilaku. Motivasi yang baik dalam mengkonsumsi makanan yang


i i i

rendah kandungan purin untuk menjaga kesehatan lansia dan menjaga


i i i i i

kadar asam urat agar tetap dalam kondisi normal keinginan ini biasanya i i

hanya dilakukan pada saat petugas memberikan anjuran, bukan atas i i i

keinginan diri sendiri. Semakin baik motivasi maka semakin patuh lansia
i i i i

dalam mengkonsumsi makanan rendah purin karena motivasi merupakan i i i i

kondisi internal manusia seperti keinginan dan harapan yang mendorong i i i i i

individu untuk berperilaku agar mencapai tujuan yang dikehendakinya. i i i i i

3. Dukungan keluarga i

Dukungan keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam mendukung i i i i

kepatuhan lansia baik dalam bentuk dukungan emosional. Keluarga sangat


i i i i

berpengaruh dalam membantu menentukan meyakinkan lansia dan


i i i i i i

membantu dalam hal menentukan tentang pengobatan yang dapat mereka


i i i i i i i

terima. Selain sebagai pemberi dukungan, keluarga juga dapat menjadi


i i i i i i i

pemberi keputusan mengenai perawatan dari anggota keluarga yang sakit.


i i i i i i i

2.2.2 Diet
Diet sehat dan seimbang adalah mengkonsumsi makanan dan minuman
i i i i

yang didalamnya mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai i i i

dengan kebutuhan tubuh. Adapun zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh setiap
i i i i

individu yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang seimbang. i i i i

Diet itu sendiri dilakukan agar seseorang dapat mengatur asupan makanan yang
i i i i i

dikonsumsi agar tidak melewati batas normal, tepat, sehat dan seimbang. Diet i i i i i i

juga dapat dikatakan sebagai cara seseorang dalam mengatur porsi makan i i i i

11
seperti kualitas, cara dalam mengolah makanan, dan frekuensi makan dalam
i i i i i

sehari (Jannah, 2022)


i

Asam urat bisa terbentuk dalam tubuh dari metabolisme sederhana yang i i i i i i

dihasilkan dari pemecahan karbohidrat, lemak, dan protein. Dapat disimpulkan i i i i

bahwa diet secara ketat makanan yang mengandung purin tidak bisa mengurangi
i i i i i

semua cadangan asam urat dalam tubuh. Meski begitu, penderita gout tetap
i i i i i i

disarankan untuk dapat menghindari makanan yang mengandung purin dalam i i

jumlah terbatas (Ahmad Sabrawi, 2022)


i

2.2.3 Manfaat Diet


Diet dilakukan untuk kesehatan tubuh seseorang terutama untuk menjaga
i i i i i i i

berat badan tetap normal dan tidak mengalami kegemukkan. Agar diet
i i i i i i

seseorang dapat dilakukan dengan baik, maka dibutuhkan untuk kita mengatur
i i i i

porsi makan yang sehat, misalnya kita dapat mengkonsumsi makanan yang i i

mengandung serat seperti buah, sayur, serta kita dapat mengontrol komsumsi
i i i i i i

makanan yang berlemak. Berat badan berlebih akan rentan mengalami suatu i i i i i i i

penyakit, salah satu penyakit yang ada hubungannya dengan obesitas adalah
i i i i

gout arthritis (Jannah, 2022)


2.2.4 Diet Rendah Purin
Diet pada seseorang yang Gout Arthritis dilakukan agar kadar asam urat
i i i

dalam darah normal kembali serta untuk mempertahankan status makanan yang i i i i

sehat dan seimbang. Adanya ketidakseimbangan antara asupan protein dalam


i i i i i

makanan yang dikonsumsi mengandung purin tinggi dapat mengakibatkan i i

terjadinya peningkatan asam urat dalam darah (Jannah, 2022)


i i

Purin dihasilkan dari makanan yang mengandung protein, seperti jeroan, i i i i i

daging, kerang, kepiting, udang emping, kacang-kacangan, bayam,kangkung,


i i i

kubis, durian, nanas, tape, alkohol, dan lain-lain. Selain itu salah satu faktor yang i i

dapat mempengaruhi asam urat adalah makanan yang dikonsumsi, umumnya


i i

makanan yang tidak seimbang (asupan protein yang mengandung purin terlalu i i i i

tinggi) (Ahmad Sabrawi, 2022)


Purin adalah zat-zat sisa dari pengolahan i protein i yang dapat
mengakibatkan terbentuknya kristal asam urat. Kristal asam urat tersebut dapat
i i i i i

menumpuk pada dearah persendian, seperti tangan dan kaki. Serta pada ginjal
i i i i i i i

dan atau saluran kemih (Madyaningrum et al., 2020). Purin adalah salah satu i i

12
bagian dari protein, mengontrol asupan purin artinya mengurangi makanan yang
i i i

mengandung protein tinggi. Didalam tubuh ginjal telah memproduksi purin sekitar
i i i i i

80-85% serta sisanya didaptkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari.


i i

Mengkonsumsi makanan yang tingi purin mengakibatkan ginjal sulit


i i untuk
mengeluarkan kelebihan dari asam urat yang ada di dalam tubuh (Jannah, 2022).
i i i i

Beberapa jenis makanan yang memiliki kandungan purin tinggi dan


i i i i

sebaiknya dihindari yaitu terdapat pada jeroan, kerang, tape, kacang-kacangan,


i i i i i

alkohol, serta mengurangi konsumsi kopi dan minuman kafein. Makanan


i i i

berkadar purin yang dapat dikonsumsi dengan maksimal 50-70 gram per hari
i i i

atau 1-1 ½ potong atau 1 mangkuk (100gram). Makanan tersebut antara lain i i

daging sapi, ayam, ikan, udang, tahu, tempe, bayam, dan daun singkong. i i

Makanan yang aman untuk dikonsumsi karena kandungan purin dalam makanan i

tersebut sangat rendah, misalnya ubi, jagung, roti dan bihun (Scarlet, 2018)
i i i i

Tabel 2.2 Daftar Makanan Dengan Kandungan Purin i i

MakananPurin Makanan Purin


(mg/100g) (mg/100g)
Kafein / Coklat i 2300 Biji melinjo 222 i

Limpa Kambing 773 Daging kuda 200


Hati Sapi 554 Kedelai / Kacang- 190 i i

kacangan
Ikan Sarden 480 Dada ayam dan 175
i

kulit
Limpa sapi 444 Daging ayam 169
Daun melinjo 366 Lidah sapi
i 160
Paru sapi 339 Ikan kakap 160
Kangkung/Bayam 290 Tempe 141 i i

Ginjal Sapi 269 Daging bebek 138 i i

Jantung Sapi 256 Kerang 136 i

Hati ayam 243 Udang / lobster 118 i

Ikan teri 239 Tahu i 108


(Suriana, 2014)

2.3 Konsep Lanjut Usia


2.3.1 Pengertian Lanjut Usia
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses hilangnya secara perlahan
i i i i i

kemampuan dari jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
i i i i

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Menurut Organisasi Kesehatan


i i i i i

Dunia lanjut usia terdiri dari usia pertengahan 45-59 tahun, usia lanjut 60-74 i i i

tahun,usia lanjut tua 75-90 tahun dan usia sangat tua di atas 90 tahun (Anggraini
et al., 2022)
i

13
Lansia juga dapat diartikan sebagai seorang yang sudah berusia lanjut i i i

atau tua, yang mulai mengalami penurunan fisik, dan dianggap sudah tidak i i

mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri. Seseorang yang sudah i i i i i i

memasuki usia lanjut akan mengalami suatu proses yang disebut Aging Process
i i i i i

atau proses penuaan. Proses penuaan sendiri merupakan bagian dari kehidupan
i i i i i i i

yang ditandai dengan menurunnya fungsi organ di dalam tubuh, yang membuat i i i

tubuh rentan mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit,


i i i i i i i

sehingga secara umum akan berpengaruh pada penurunan dalam melakukan


i i i i i i

kegiatan sehari-hari. Menua adalah proses yang terjadi secara alami dan artinya
i i i i i i

seseorang telah melalui 3 tahap kehidupan yaitu anak, dewasa dan tua (Astuti,
i i i i i i

2020)
Beberapa faktor yang menjadi penentu berat dan ringan gejala penuaan
i i i i i i i i

adalah faktor gizi, faktor lingkungan, dan faktor gen. Faktor gizi yaitu berdasarkan i i

asupan yang dimakan ketika masa pertumbuhan hingga masa tua. Kebiasaan i i i

diet ketat dapat mempengaruhi proses menua seseorang. Faktor lingkungan baik
i i i i i i i i

dalam lingkungan fisik, keluarga, pekerjaan, maupun pergaulan. Kondisi i i i i

lingkungan dapat menekan pikiran sehingga mengakibatkan stres, apabila dalam i i i i i

jangka lama dapat mempengaruhi proses menua. Faktor gen yang ada dalam i i i i i

tubuh seseorang, seperti rambut putih, gigi tanggal, dan kelemahan tubuh sangat
i i i i i i

bervariasi terjadi pada setiap orang. Gejala tersebut pada sebagian orang sudah
i i i i i i i

dialami pada usia muda, sementara pada sebagian orang lain gejala tampak i i i i

pada usia yang lebih lanjut yaitu usia 65 tahun keatas. i i

2.3.2 Batasan Umur Lanjut Usia


Menurut berbagai pendapat para ahli dalam (Anggraini et al., 2022)terdapat
i i i i i

batasan usia yang termasuk dalam usia lanjut, antara lain: i

1. Menurut badan kesehatan dunia atau WHO, usia lanjut dikategorikan


i i i i

menjadi 4 kategoriyaitu Usia pertengahan (Middle Age): Usia 45-59 tahun,


i i i i i i

Lansia (Elderly): Usia 60-74 tahun, Lansia Tua (Old): Usia 75-90 tahun,
i i

Lansia sangat tua: (Very old) :Usia di atas 90 tahun. i

2. Menurut Departemen Kesehatan RI membagi usia lanjut menjadi 3


i i i i i i i i

kategori, yaitu Menjelang Usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas,
i i i i

Usia Lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium, dan Usia Lanjut (65 tahun i i i

atau lebih) sebagai masa senium i i i

2.3.3 Perubahan-Perubahan Pada Lanjut Usia

14
1. Perubahan Aspek Fisik / Perubahan Biologis
i i i

Berikut ini merupakan beberapa perubahan fisik yang terjadi pada usia
i i i i i i

lanjut menurut (Sarida & Hamonangan, 2020) antara lain :


i

a. Perubahan Kekuatan, ketahanan, dan kelenturan otot rangka mulai


i i i i i

berkurang. Keadaan tubuh dengan kepala terefleksi ke depan,


i i i i i i i i i

sedangkan ruas tulang belakang mengalami pembengkokan,


i i i i i

panggul dan lutut juga terefleksi sehingga postur tubuh pun i i i i

terganggu
i

b. Lansia mengalami
i perubahan i pada pencernaan i i dimana
kemampuan digesti dan absorpsi yang diakibatkan opioid endogen
i i i i

menghilang dan efek berlebihan dari kolesistokin. Lansia juga


i i i i i i

mengalami penurunan sekresi asam dan enzim. Dinding usus


i i i i i

(intestinal) menjadi kurang permeabel terhadap nutrisi sehingga


i i i i i i i

pencernaan makanan dan absorpsi molekuler menjadi berkurang.


i i i i i i

Konstipasi juga sering terjadi pada lansia, yaitu dikarenakan i i i

perpanjangan transit tinja melalui kolon akibat paparan lama pada


i i

permukaan kolon yang menyerap air.


i i i

c. Perubahan fisiologis pada sistem endokrin, disfungsi endokrin pada


i i i i

lansia seperti penuaan pada sistem pituitari-hipothalamik, penuaan


i i i i i

kelenjar tiroid, penuaan kelenjar paratiroid, penuaan kelenjar


i i i i i i i i

reproduksi, penuaan kelenjar pankreas, dan penuaan kelenjar


i i i i i i i i

adrenal. Produksi insulin pada lansia menurun sehingga toleransi


i i i i

glukosa juga menurun. i

d. Penurunan fungsi paru terjadi pada lansia dikarenakan terjadinya


i i i i

pengapuran tulang rawan yang menyebabkan kelenturan tulang iga


i i i i i

berkurang, diameter anteroposterior paru membesar, osteoporosis


i i i i i i i i

yang progresif dan kifosis sehingga membuat kelenturan paru i i i i i

terganggu dan kapasitas vital menurun. Sakus paru membesar


i i i i

sedangkan i dindingnya menipis i hingga bersatu i sama lain


membentuk sakus baru yang lebih besar. Perubahan juga terjadi
i i i i i i

pada jaringan elastik paru sehingga paru-paru menjadi lebih kaku i i i i

dan jaringan alveoli kurang berkembang. Kapasitas vital paru dan i i i

kapasitas pernafasan maksimum paru juga menurun sesuai i i i

bertambahnya usia.
i

15
e. Proses penuaan mempengaruhi ketajaman penglihatan yang
i i i i i i

semakin berkurang dan kemampuan memusatkan diri pada objek


i i i i i

jarak dekat pun berkurang. Semakin bertambah usia, maka lensa


i i i i i

mata menjadi semakin kaku dan kejernihan penglihatan semakin


i i i i i i

hilang.
2. Perubahan Aspek Psikologis
i i

Perubahan aspek psikologis pada usia lanjut dapat dilihat dari


i i

kemampuan para lansia dalam menerima perubahan-perubahan yang


i i i i i

terjadi pada dirinya meliputi perubahan fisik, kognitif, psikomotor, dan


i i i

emosional. Salah satu masalah yang sering muncul pada saat memasuki
i i i

proses penuaan adalah dimana lansia sudah tidak produktif lagi dan
i i

dianggap tidak dapat melakukan sesuatu (Sarida & Hamonangan, 2020) i i

2.4 Penelitian yang relevan


Tabel 2.3 Penelitan Relevan
i i i i i

Peneliti & Judul Hasil Perbedaan Persamaan


(Kussoy et al., i Hasil penelitian i i 1. Waktu dan tempat i 1.Diet rendah purini i

2019) menunjukkan bahwa


i penelitian i i 2.Penelitian
i i

Hubungan ada hubungan 2. Isi kuisioner i kuantitatif


Kebiasaan makan
i signifikan antara 3. Teknik pengambilan i i 3.Instrument i

makanan tinggi kebiasaan


i makan sampel menggunakan i i penelitian
i i

purin dengan kadar


i makanan tinggi purin Total sampling menggunakan i

asam urat di dengan kadar asam


i kuisioner i

Puskesmas
i urat 4.pendekatan cross
i i

Romboken i sectional
i

16
(Dungga, 2022) Hasil penelitian
i i 1. Waktu dan tempat
i 1. Kepatuhan Dieti i

Hubungan Pola menunjukkan


i ada penelitian
i i rendah purin
i

makan dengan i hubungan antara pola 2. Isi kuisioner i 2. Penelitian i i

kadar asam urat di makan dengan kadar


i kuantitatif
Puskemas Telaga
i i asam urat 3. Instrument i

Kabupaten i penelitiani i

Gorontalo menggunakan i

kuisioner i

4. pendekatan cross
i i

sectional
i

5. Teknik i

pengambilan
i

sampel i

menggunakan i

purposive sampling i

2.5 Kerangka Teori

LANSIA

Perubahan Psiko/sosial Perubahan Spiritual


Perubahan Fisik

S. Kardiovaskuler

S. Muskuloskletal Gout Arthritis Faktor Resiko:

S. Pernapasan
Terapi farmakologi: jenis Olahraga
S. Neurologi obat yang dapat digunakan
oleh penderita gout antara Obesitas
S. Pengindraan lain NSAID, Colchicine,
Allopurinol, dan Obat-obatan
Corticosteroid
Pola makan Diet Rendah Purin
Terapi Nonfarmakologi:
Pola hidup sehat, Olahraga,
serta mengurangi konsumsi
makanan yang mengandung
purin tinggi.
Gambar 2.1 Kerangka Teori
i i

1.Lansia,Perubahan Fisik (Sarida & Hamonangan, 2020)


i

2. Terapi(Scarlet, 2018)
i i

3. Faktor Resiko (Jannah, 2022)


i

17
2.6 Kerangka Konsep

Variable Independen: Variable


Kepatuhan Diet Rendah Purin Dependen:
Kejadian gout
arthritis
Ket.

: variabel Independen
i i i i

: variabel Dependen
i i i i

: garis penghubung i

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual i i

2.7 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah digambarkan diatas serta
i i i i i

rumusan dan tujuan penelitian yang sudah dijelaskan sebelumnya maka


i i i i i

hipotesis dalam penelitian ini yaitu:


i i i

Ha : Ada hubungan kepatuhan diet rendah purin dengan kejadian gout


i i i i i

arthritis pada lansia di desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga i i i i i

Biru

18
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga
i i i i i i i

Biru Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dilaksanakan mulai pada bulan Juli i i i

pada tanggal 15-28 Juli 2023. Waktu penelitian ini dihitung dari mulainnya tahap i i

penyusunan proposal, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyelesaian


i i i i i i

skripsi.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
i i i i i i i i

pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas,


i i i i i i

terikat dan antara diambil dalam waktu secara bersamaan dengan tujuan untuk
i i i i

mencari ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel dependen /
i i i i i i

terikat dan variabel independen / bebas (Adiputra et al., 2021). Variabel dependen
i i i i i i i i i i i

dalam penelitian ini yakni kejadian gout arthritis dan variabel independen yakni
i i i i i i i

kepatuhan diet rendah purin, maka dengan itu penelitian ini bertujuan untuk
i i i i i i i

menganalisi hubungan antara kepatuhan diet rendah purin dengan kejadian gout
i i i i i i

arthritis pada lansia di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru. i i i i i

3.3 Variabel dan Definisi Operasional


3.3.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala hal yang berbentuk apa
i i i i i i

saja yang ditentukan oleh peneliti untuk diteliti, dipelajari dan diperoleh informasi
i i i i i i i i

tentang hal tersebut, sehingga dapat ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2019). Variabel
i i i i i i

ini dibedakan menjadi 2 yaitu variabel independen atau variabel bebas dan
i i i i i i i i

variabel dependen atau variabel terikat.


i i i i i i

a. Variabel independen / variabel bebas i i i i i i

Variabel ini dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan variabel bebas,
i i i i i i i

variabel ini merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi


i i i i i i

sebab timbulnya variabel terikat atau dependen (Sugiyono, 2019)


i i i i i i

b. Variabel dependen / variabel terikat i i i i i i

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
i i i i i

dari adanya variabel bebas (Sugiyono, 2019) i i

17
3.3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan-batasan variabel
i i i i i

yang di maksud atau mengenai apa yang diukur dari variabel yang bersangkutan i i i i

(Ngatno, 2015).
Tabel 3.1: Definisi operasional Hubungan kepatuhan diet purin dengan kejadian
i i i i i i

gout arthritis pada lansia


No. Variabel Definisi Alat ukur Skala Skor
Operasional
Variabel Independen
1. Kepatuhan i Kemauan dan i Kuesioner i i Nominal 1. Patuh <
Diet Rendah kemampuan
i i i 11
purin. responden i i 2. Tidak
terhadap i patuh > 11
kepatuhan diet i i

rendah purin i

Variabel Dependen
2. Kejadian i Asam urat Observasi i Nominal Kadar asam
gout Arthritis terjadi akibat 1. Jika terjadi
i i urat di ukur
mengkonsumsi peningkatan i i dalam satuan
zat purin kadar asam urat mg/dl.
secara melampaui batas i i

berlebih, normal. i i 1. Gout Pria >


sehingga zat 2. Jika asam urat i 7, Wanita >
tersebut dalam batas
i i 6
mengkristal normal i 2. Tidak gout
menjadi asam i pria < 7
urat. Alat observasi i dan wanita
menggunakan i <6
Uric Acid / easy i (Jannah,
touch 2022)

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian


3.4.1 Populasi Penelitian
Menurut (Qomariah, 2016) populasi merupakan keseluruhan dari subjek atau
i i i i i

data dengan kriteria tertentu yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini
i i i i i i i

adalah seluruh lansia yang menderita gout arthritis pada bulan Mei di Desa
i i i i i

Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru dengan jumlah 70 lansia.


i i i i i

18
3.4.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah perwakilan dari populasi yang memiliki kriteria dan
i i i i

karakteristik tertentu serta sampel yang dipilih harus benar-benar representatif


i i i i i i i i i i

(Adiputra et al., 2021). Teknik sampling dalam penelitian ini adalah Non Probability
i i i i

Sampling dengan jenis Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel


i i i i i i

dilakukan berdasarkan dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti


i i i i i i i i i

(Ahmad Sabrawi, 2022). Sampel dari penelitian ini adalah seluruh lansia penderita i i i i i i

gout arthritis yang berada di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru i i i i i i

yang memiliki karakteristik sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, Rumus


i i i i i i i i

Slovin:

𝑁
n = 1+𝑁 (e)2 i

70
n =
1+70 (0,01)

70
n =
1+0,7

70
n =
1,7

n = 41,1764 dibulatkan menjadi 42 responden. i i i

Kriteria inklusi dan eksklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti, yaitu sebagai
i i i i i i i

berikut ini:
i

a. Kriteria Inklusi
i

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian suatu


i i i i i

populasi target dan sumber yang akan diteliti (Adiputra et al., 2021). Kriteria
i i i i i

inklusi dalam penelitian ini yaitu: i i

1. Lansia (middle age) 45-59 tahun, (lansia ederly) usia 60-74 tahun i i i i

2. Berdomisili di Desa Tinelo Kecamatan Telaga Biru


i i i i i

3. Lansia yang memiliki kadar asam urat tinggi pada bulan Mei 2023 i i

4. Dapat berkomunikasi dengan baik i i

5. Lansia yang tidak mengalami gangguan pendengaran dan pengelihatan i i i i i

6. Yang Bersedia ikut serta dalam penelitian i i i i i

19
b. Kriteria Eksklusi i i

Kriteria eksklusi yaitu mengeluarkan atau menghilangkan suatu objek yang


i i i i i i

tidak memenuhi kriteria i i i inklusi dari penelitian karena berbagai sebab i i i i i

(Qomariah, 2016). Kriteria eksklusi pada penelitian ini yaitu: i i i i

1. Lansia sedang dalam keadaan sakit atau bedrest, sakit stroke dan i i i i i

lumpuh atau mengalami keterbatasan bergerak. i i i i i

2. Lansia yang mengalami penurunan daya ingat (from mini mental state i i i i

examination)
i

3. Lansia yang memiliki komplikasi penyakit lain seperti diabetes mellitus, i i i i i i i

hipertensi dan gangguan fungsi ginjal.


i i

3.5 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


3.5.1 Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti menggunakan lembar i i i i i i

kuisioner untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet rendah purin yang


i i i i i i

mengacu pada tinjauan pustaka dengan kejadian gout arthritis pada lansia, terdiri
i i i i

dari lembar observasional yang telah dikembangkan oleh peneliti sesuai dengan
i i i i i i i i i

tinjauan pustaka (Jannah, 2022)


a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden i i i i i i

melalui daftar pertanyaan yang mengacu pada tinjauan pustaka, data


i i i

primer tersebut meliputi asupan purin, dan kadar asam urat pada lansia.
i i i i

b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari referensi kepustakaan
i i i i i i i i i

seperti buku, jurnal yang bersifat dokumentasi. Serta dari Puskesmas


i i i i i i

Telaga Biru berupa jumlah lansia, daftar nama lansia, dan data kesehatan
i i i i

lansia.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data:
i i

1. Peneliti melakukan pengurusan surat permohonan untuk melakukan


i i i i i i

penelitian ke bagian administrasi di Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


i i i i i

Universitas Muhammadiyah Gorontalo. i

2. Setelah i i mendapatkan i surat izin penelitian, i i selanjutkan i peneliti i i

mengantarkan dan menyampaikan ke bagian administrasi Puskesmas


i i i i

Kecamatan Telaga Biru ke bagian penerimaan data guna mendapatkan izin


i i i i i i

untuk melaksanakan penelitian dan mendapatkan data. i i i i

20
3. Peneliti mengajukan izin dan membuat kesepakatan dengan responden
i i i i i i i i i

yang akan dijadikan sampel dalam penelitian dengan memberikan i i i i i i

penjelasan dan menandatangani inform consent.


i i i i

4. Setelah responden menyetujui kesepakatan dan menandatangani inform


i i i i i i i i i

consent peneliti kemudian melakukan proses pengambilan data.


i i i i i i i

5. Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan dari


i i i i i i i i

penelitian, manfaat dan prosedur yang akan dilakukan saat penelitian.


i i i i i

6. Peneliti menjelaskan kepada calon responden waktu penelitian sesuai


i i i i i i i i i i

dengan waktu yang telah ditentukan.


i i i

3.5.2 Pengolahan Data


Pengolahan data merupakan salah satu langkah yang penting, hal ini
i i i

disebabkan karena data yang diperoleh langsung dari penelitian masih mentah,
i i i i i i i

belum memberikan informasi apa-apa dan belum siap untuk disajikan (Ahmad
i i i i

Sabrawi, 2022). Berikut ini adalah langkah-langkah proses pengolahan data


i i i

dalam penelitian: i i

a. Editingi

Editing merupakan kegiatan proses pengecekan dan perbaikan kembali


i i i i i i i i i

isian formulir dan kuisioner ataupun data yang telah disi oleh responden i i i i i

yang meliputi data umur, jenis kelamin, pekerjaan . i i i i i

b. Coding
Coding merupakan i proses i mengidentifikasi
i i data penelitian
i i dan
mengklasifikasikannya ke dalam karakter numeric atau simbolik. Metode ini
i i i i i i

sangat diperlukan i untuk data penelitian


i i yang diklasifikasikannya.
Kegunaan dari coding ialah untuk mempermudah pada saat analisis data
i i i

dan juga mempercepat pada saat penginputan data. i i i i

1) Usia
Usia 45-59 tahun =1
Usia 60-74 tahun =2
2) Jenis Kelamin i i

Laki-laki =1
Perempuan i i =2
3) Tingkat Pendidikan i

SD =1
SMP =2

21
SMA =3
Perguruan Tinggi (S1)
i =4
4) Diet Rendah Purin i i

Tidak patuh> 11 =1
Patuh< 11 =2
5) Kadar asam urat
Gout (melebihi batas normal) i i =1
Tidak gout Lk. 3,5-7. Pr 2,6-6 =2
Rendah (kurang dari normal)
i =3
c. Processing i

Processing adalah jawaban dari responden yang sudah diterjemahkan


i i i i i

menjadi bentuk angka atau disebut dengan skoring, kemudian diproses


i i i i i i

agar dapat dianalisis. Pengolahan data adalah proses dimana semua i i i

kuisioner diisi dengan lengkap dengan jawaban responden atas kuesioner


i i i i i i i i

tersebut telah dikodekan dalam aplikasi pengolah data dikomputer. Data


i i i i i i

diolah dengan memasukkan data survei ke dalam aplikasi pengolah data i i i i i

dikomputer. Aplikasi yang digunakan untuk pengolahan data penelitian ini i i i i

adalah SPSS.
d. Cleaning i

Cleaning adalah tahap pengecekan kembali data yang sudah di input


i i i i i

kedalam program pengolah data apakah sudah sesuai atau terdapat


i i i i

ketidaklengkapan pada saat penginputan data, pemberian label saat


i i i i i i

penginputan data, Sehingga perlu dilakukan pengecekan kembali.


i i i i i i i

Kemudian dilakukan perbaikan ketika ditemukan adanya ketidaklengkapan


i i i i i i

data dalam penginputan. i

e. Tabulasi
Tabulasi data yaitu proses pengolahan data dengan cara membuat tabel i i i i i

data sesuai dengan tujuan penelitian atau sesuai dengan keinginan


i i i i i i i

peneliti. Tabel yang dibuat merupakan tabel data yang sesuai dengan
i i i i i i i

kebutuhan analisis, atau yang lebih dikenal dengan proses perhitungan


i i i i i i

frekuensi (Jannah, 2022)


i i

3.6 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data adalah suatu teknik ataupun cara dalam mengubah
i i i

data menjadi suatu informasi sehingga terbentuk data yang lebih mudah
i i i i i

22
dipahami, diolah dan digunakan untuk menemukan solusi dari masalah penelitian i i i i

(Fauzi & DKK, 2013).


3.6.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat merupakan analisis yang dilakukan dalam menganalisis i i

setiap variabel dari hasil penelitian melalui penyajian distribusi frekuensi yang di
i i i i i i i i

narasikan (Purwanto, 2017). Dalam penelitian ini variabel independen diet rendah i i i i i i i i

purin dan variabel dependen tentang kejadian gout arthritis. Secara umum i i i i i i i

analisis univariat ini menggunakan frekuensi distribusi dan memperoleh i i i i i i

presentasenya dengan rumus:


i i i i

𝑋 = ∑𝑥
𝑛

Keterangan : i i

X = Nilai Rata-rata
∑𝑥 = Jumlah Keseluruhan nilai Responden i i i i

N = Banyak sampel i

3.6.2 Analisis Bivariat


Analisis Bivariat merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui i i i

adanya keterkaitan antara kedua variabel (Purwanto, 2017).i i i i Analisis tersebut i i

guna mengetahui adanya hubungan antara kepatuhan diet rendah purin dengan
i i i i i i

kejadian gout arthritis. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel


i i i i i

tersebut apakah signifikan atau tidak signifikan maka digunakan uji chi-square
i i i

dengan menunjukkan hasil 95% atau nilai ρ Value lebih kecil dari α (ρ<0,05) Ha
i i i i i

diterima dan Ho ditolak yang artinya ada hubungan antara kepatuhan diet rendah
i i i i

purin dengan kejadian gout arthritis pada lansia. Adapun rumus uji chi-square
i i i

yaitu:
𝑋2 =∑(0 − 𝐸)2
E i

Keterangan: i i

𝑋2 = chi-square i

0 = Nilai observasi i

E i = Nilai expected (harapan) i i i

Analisis univariat ini menggunakan uji chi-square dengan derajat i i i i

kepercayaan 95% dengan nilai α < 5%, sehingga nilai ρ-value < 0,05 bearti hasil
i i i i i i

23
dari perhitungan statistik signifikan atau menunjukkan adanya hubungan antara
i i

variabel dependen dengan independen. Apabila nilai ρ-value > dari 0,05 berarti
i i i i i i i i i i

hasil perhitungan statistic tidak signifikan atau tidak terdapat hubungan antara
i i

variabel dependen dan independen. Melalui uji chi-square dapat disimpulkan


i i i i i i i i i

bahwa apabila nilai ρ lebih kecil dari nilai alpha (<0,05) maka hipotesis (Ha) i i i

diterima, (Ho) ditolak. Yang menunjukkan bawah ada Hubungan Kepatuhan Diet
i i i i

Rendah Purin Dengan Kejadian Gout Arthritis Pada Lansia Di Desa Tinelo
i i i i i

Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru i i i

3.7 Uji Validitas dan Reabilitas


3.7.1 Uji Validitas
Uji validitas adalah skala yang digunakan untuk menunjukkan tingkat i

kevalidan suatu instrumen. Setiap pernyataan atau pertanyaan dalam kuesioner


i i i i i i i

adalah instrumen yang digunakan sebagai alat ukur untuk mengukur kevalidan i i i i

dari tiap butir pernyataan atau pertanyaan (Ahmad Sabrawi, 2022). Uji validitas i i

instrumen penelitian ini diambil dari penelitian Adriani K Kudha, dengan judul
i i i i i i

Hubungan pola makan dengan kadar asam urat. i

3.7.2 Uji Reabilitas


Reliabilitas merupakan pengukuran pada orang yang beda atau pada
i i i i

waktu yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang sama (Ahmad Sabrawi, 2022). i i i

Berdasarkan hasil uji reliabilitas hubungan pola makan dengan kadar asam urat
i i i

didapatkan nilai cronbach alpha yaitu 6,81 untuk uji reabiliti jumlah makanan, i

berarti kuesioner penelitian dinyatakan reliabel sehingga dapat dijadikan sebagai


i i i i i i i i i

instrumen penelitian. i i i

3.8 Hipotesis Statistik


Perumusan hipotesis merupakan salah satu tahapan penting berikutnya
i i i i i

dalam sebuah penelitian. Hipotesis adalah jawaban sementara atau suatu


i i i i i i

asumsi atas perumusan permasalahan yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis i i i i i

sering juga diartikan sebagai dugaan atau prediksi terhadap hasil penelitian yang
i i i i i i

diperoleh nantinya (Fauzi & DKK, 2013). Dalam proposal penelitian ini hipotesis
i i i i i

yang muncul yaitu:


Ha : Ada hubungan kepatuhan diet rendah purin terhadap kejadian gout i i i i i

arthritis pada lansia di desa Tenilo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga i i i i i

Biru

24
Ho : Tidak ada hubungan kepatuhan diet rendah purin terhadap kejadian i i i i i

gout arthritis pada lansia di desa Tenilo Wilayah Kerja Puskesmas i i i i

Telaga Biru
i

3.9 Etika Penelitian


Etika penelitian dalam bidang keperawatan merupakan salah satu hal
i i i i i i

terpenting dalam melaksanakan penelitian, sebab penelitian dalam keperawatan


i i i i i i i i i i

berhadapan langsung dengan manusia sehingga peneliti diharapkan dapat


i i i i i

memperhatikan dan menjamin hak asasi dari responden, berikut etika penelitian
i i i i i i i i i

yang perlu diperhatikan menurut (Ahmad Sabrawi, 2022):


i i i

1. Lembar persetujuan / informed concent


i i i i i

Lembar persetujuan antara peneliti dengan responden diberikan sebelum


i i i i i i i i i i i

melakukan penelitian. Tujuannya untuk memberikan informend consent


i i i i i i i

agar calon responden dapat memahami maksud dan tujuan penelitian, dan i i i i i

dampak penelitian yang dilakukan. Jika calon responden bersedia, maka i i i i i i

mereka i i harus bersedia i i menandatangani i lembar i persetujuan,i i jika


responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghargai hak responden.
i i i i i i i i i

2. Tanpa nama / Anonimity


Tanpa nama / Anonimity adalah mereka yang tidak ingin dicantumkan i i

namanya pada lembar kuisoner, tetapi hanya di cantumkan kode atau i i i i

inisial dari responden. i i

3. Kerahasiaan / confidentially i i

Seluruh informasi ataupun masalah yang diinformasikan oleh responden


i i i i

bersifat rahasia yang hanya diketahui oleh peneliti. Begitupun dengan


i i i i i i i

lembar kuisioner yang dibagikan tidak bisa disebarluaskan oleh peneliti.


i i i i i i

4. Keadilan / Justice i i

Justice i adalah keadilan i maksudnya peneliti i i harus meperlakukan i i

responden dengan sebaik-baiknya tanpa membeda-bedakan responden


i i i i i i i i i

penelitian i i

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran umum lokasi penelitian

Gambar 4.1 Puskesmas Telaga Biru i i

Puskesmas Telaga Biru merupakan Puskesmas yang telah Terakreditas


i i i i i i i

Madya sejak tahun 2017. Puskesmas Telaga Biru terletak di Jalan Abdul Gandi
i i i i i

Pajuhi Desa Dumati Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Puskesmas


i i i i i

Telaga Biru ini mempunyai 9 Puskesmas Pembantu (Pustu), dan 4 Poskesdes.


i i i i i i

Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo memilik luas wilayah sebesar


i i i i i i

108,85km2 . Dengan batas wilayah sebagai berikut:


i i i

a) Sebelah Utara i i : berbatasan dengan Kecamatan Limboto


i i i

b) Sebelah Timur i i : berbatasan dengan Kecamatan Telaga dan


i i i i

Kabupaten Bone Bolango. i i

c) Sebelah Selatani i i : berbatasan dengan KecamatanTelaga Jaya


i i i i

d) Sebalah Barat i : berbatasan dengan Kecamatan Limboto


i i i

4.1.1 Visi dan Misi


Adapun Visi dan Misi dari Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo i i i

yaitu sebagai berikut:


i i

Visi : “ Terwujudnya Kabupaten Gorontalo Gemilang Menuju Masyarakat


i i i i

Madani ”
Misi :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan
i i i i i i

26
2. Mendorong terwujudnya kemandirian masyarakat untuk hidup
i i i

sehat
i

3. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat yang


i i i i

merata dan terjangkau


i i

4. Meningkatkan upaya pengendalian penyakit


i i i i

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Analisis Univariat
1. Diet Rendah Purin
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan diet rendah purin
i i i i i i i i

lansia di Desa Tinelo Kecamatan Telaga Biru


i i i i

No. Diet Rendah Purin Frekuensi Presentasi (%)


1 Tidak Patuh 26 61,9
2 Patuh 16 38,1
Total 42 100
Sumber: Data Primer 2023
i i

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dari


i i i i i

responden tidak patuh terhadap diet rendah purin dan masih mengkonsumsi
i i i i i i

makanan tinggi purin yaitu sebanyak 26 responden (61,9%) dan responden yang i i i i i

patuh dan mengkonsumsi makanan rendah purin sebanyak 16 responden


i i i i i

(38,1%).
2. Distribusi Frekuensi Kadar Asam Urat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat
i i i i i i

lansia di Desa Tinelo Kecamatan Telaga Biru


i i i i

No. Kadar Asam Urat Frekuensi Presentasi (%)


1 Gout 22 52,4
2 Tidak gout 20 47,6
Total 42 100
Sumber: Data Primer 2023
i i

Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebagian besar dari


i i i i i

responden mengalami gout atau memiliki kadar asam urat yang tinggi yaitu
i i i i

sebanyak 22 responden (52,4%) dan responden yang tidak gout atau memiliki
i i i i i i

kadar asam urat normal sebanyak 20 responden (47,6%). i i i

27
4.2.2 Analisis Bivariat
1. Diet Rendah Purin dengan Kejadian Gout Artritis
Tabel 4.3 Analisis hubungan diet rendah purin dengan kejadian gout
i i i i i

arthritis pada lansia di Desa Tinelo Kecamatan Telaga Biru. i i i i

Kepatuhan Kejadian gout arthritis p-value


Diet Rendah
Gout Tidak gout Total
Purin
F % f % F %
Tidak Patuh 19 73,1% 7 26,9% 26 100%
0,001
Patuh 3 18,8% 13 81,2% 16 100%
Total 22 52,4% 20 47,6% 42 100%
Sumber: Data Primer 2023 i i

Berdasarkan tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa sebagaian besar lansia


i i i i i

yang tidak patuh mengalami gout sebanyak 19 responden (73,1%) dan tidak gout i i i i

Sebanyak 7 responden (26,9%) sedangkan untuk lansia yang patuh hanya ada 3
i i i i

responden (18,8%) yang mengalami gout dan 13 (81,2%) responden lainnya


i i i i i

tidak gout.
4.3 Pembahasan
4.3.1 Hubungan kepatuhan diet purin dengan kejadian gout arthritis pada
lansia
Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti dengan cara melakukan
i i i i i i i

pengujian menggunakan uji chi-square dengan menggunakan sampel 42


i i i i i i

responden lansia di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru signifikan
i i i i i i i

p-value 0,001 (<0,05) yang artinya bahwa terdapat hubungan yang signifikan
i i

antara kepatuhan diet purin dengan kejadian gout arthritis pada lansia di desa
i i i i i

tinelo. Sedangkan Hasil penelitian lain yang ditemukan pada 42 responden ini
i i i i i i i

didapatkan bahwa sebagian besar responden tidak patuh / tidak melaksanakan i i i i i

diet rendah purin, hal ini dilihat dari tingkat konsumsi makanan tinggi purin pada
i i

19 responden, i i sehinggai menyebabkan i i responden


i i tidak patuh yang
mengkonsumsi makan tinggi purin mengalami gout arthritis. Hal tersebut terjadi
i i i i i

karena kebiasaan makan dari responden itu sendiri, dimana mereka mengatakan
i i i i i i i i

bahwa makanan yang dimakan tersebut sangat mudah untuk dibeli dan harganya i i i

juga terjangkau seperti tahu, tempe, sayur kangkung, dan sayur bayam tanpa
i i i i i

mereka sadari makanan tersebut yang bisa menyebabkan timbulnya penyakit


i i i i i i i

28
gout arthritis. Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya penyakit gout
i i i i i i

arthritis seperti faktor usia, keturunan, status pekerjaan serta berat badan.
i i i i i i i

Seperti ada beberapa responden yang hasil kuisionernya patuh tetapi hasil
i i i i i i i i

pemeriksaannya tinggi atau mengalami gout arthtritis begitupun sebaliknya ada


i i i i i

beberapa responden yang hasil kuisionernya tidak patuh tetapi memiliki kadar
i i i i i i i

asam urat yang normal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan i i i i i

semakin mereka mengkonsumsi makanan yang mengandung tinggi purin maka


i i i i i

akan semakin tinggi kadar asam urat dalam darah seseorang sehingga hal ini
i i i i

dapat menyebabkan orang tersebut mengalami penyakit gout arthritis. Dan


i i i i i i

sesuai dengan hasil uji dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara diet
i i i i

rendah purin dengan kejadian gout arthritis.


i i i

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Kussoy et al., 2019)


i i i i i i i

didapatkan hasil hubungan antara kebiasaan makan makanan tinggi purin i

dengan kadar asam urat yang tinggi terjadi karena kebiasaan responden makan
i i i i i i

makanan yang tinggi purin. Dengan hasil uji statistic diperoleh nilai ρ = 0,034 i i i

yang artinya terdapat hubungan antara kebiasaan makan makanan tinggi purin i i

dengan kadar asam urat. Hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan makan
i i i

makanan tinggi purin pada responden kurang baik, karena mereka sering i i i i i i

mengkonsumsi makanan tinggi purin dibuktikan dengan hasil jawaban kuisioner


i i i

dimana para responden sering makan daging ayam, ikan mujair, kacang- i i i

kacangan, dan sayur buncis sebanyak 3x setiap minggunya. i i

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian (Dungga, 2022) dengan
i i i i i i i

judul hubungan pola makan dengan kadar asam urat, didapatkan hasil uji i

dengan nilai ρ = 0,023


i (< 0,05) maka dari itu dinyatakan bahwa terdapat i

hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kadar asam urat di i

Puskesmas Telaga. Dalam penelitian ini responden yang memiliki pola makan
i i i i i i i

tidak baik dengan tingkat kadar asam urat tinggi sebanyak 18 responden, hal ini
i i i i

dikarenakan adanya pola makan yang tidak baik dari responden.


i i i

Purin dihasilkan dari makanan yang mengandung protein, seperti jeroan, i i i i i

daging, kerang, kepiting, udang emping, kacang-kacangan, bayam, kangkung,


i i i

kubis, durian, nanas, tape, alkohol, dan lain-lain. Selain itu salah satu faktor yang i i

dapat mempengaruhi asam urat adalah makanan yang dikonsumsi, umumnya


i i

makanan yang tidak seimbang (asupan protein yang mengandung purin terlalu i i i i

tinggi) (Ahmad Sabrawi, 2022)

29
Purin adalah zat-zat sisa dari pengolahan i protein i yang dapat
mengakibatkan terbentuknya Kristal asam urat. Kristal asam urat tersebut dapat
i i i i i

menumpuk pada dearah persendian, seperti tangan dan kaki. Serta pada ginjal
i i i i i i i

dan atau saluran kemih (Madyaningrum et al., 2020). Purin adalah salah satu i i

bagian dari protein, mengontrol asupan purin artinya mengurangi makanan yang i i i

mengandung protein tinggi. Didalam tubuh ginjal telah memproduksi purin sekitar
i i i i i

80-85% serta sisanya didaptkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari.


i i

Mengkonsumsi makanan yang tinggi purin mengakibatkan ginjal sulit


i i untuk
mengeluarkan kelebihan dari asam urat yang ada di dalam tubuh (Jannah, 2022).
i i i i

Beberapa jenis makanan yang memiliki kandungan purin tinggi dan


i i i i

sebaiknya dihindari yaitu terdapat pada jeroan, kerang, tape, kacang-kacangan,


i i i i i

alkohol, serta mengurangi konsumsi kopi dan minuman kafein. Makanan


i i i

berkadar purin yang dapat dikonsumsi dengan maksimal 50-70 gram per hari
i i i

atau 1-1 ½ potong atau 1 mangkuk (100gram). Makanan tersebut antara lain i i

daging sapi, ayam, ikan, udang, tahu, tempe, bayam, dan daun singkong. i i

Makanan yang aman untuk dikonsumsi karena kandungan purin dalam makanan i

tersebut sangat rendah, misalnya ubi, jagung, roti dan bihun (Scarlet, 2018)
i i i i

Salah satu faktor penyebab utama dari tingginya kadar asam urat yaitu i i

mengkonsumsi purin yang tinggi. Hal ini masih kurang disadari oleh masyarakat
i i

gorontalo tentang konsumsi purin secara berlebihan bisa meningkatkan kadar i i i i i

asam urat. Purin bisa kita temui pada segala jenis makanan, makanan dari i i i

tanaman seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Purin dari


i i

hewan seperti daging, jeroan, ikan sarden dan lain sebagainya. Dengan demikian
i i i i i i i i

penderita Gout Artritis wajib mengatur dietnya yang terkait dengan purin (diet
i i i i i i i

rendah purin) (Dungga, 2022).


i

Penanganan penyakit gout, sangat dianjurkan untuk menghindari sumber


i i i i

makanan yang mengandung tinggi purin serta mengatur pola makan yang sehat, i i i i

memperhatikan keseimbangan dari nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, dengan


i i i i i i

porsi yang tepat, tidak berlebihan dan yang bersumber dari bahan alami. Jika i i i i i

penyakit gout dibiarkan dan tidak segera diberikan penganan secara dini maka
i i i i i i

akan mengakibatkan kerusakan sendi bahkan komplikasi penyakit lain salah


i i i i

satunya penyakit pada ginjal (Milleni Udinsiah, 2021)i i

30
Dalam penelitian ini peneliti berasumsi bahwa mayoritas masyarakat yang
i i i i i

berada di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru Kabupaten


i i i i i i i

Gorontalo sebagaian besar masih tidak patuh dalam membatasi mengkonsumsi


i i i i

makanan yang tinggi purin sehingga menyebabkan mereka memiliki kadar asam i i i i i i

urat di atas normal, ini berarti terdapat hubungan antara kepatuhan diet rendah
i i i i i

purin dengan kejadian gout arthritis. Dalam hal ini menunjukkan bahwa
i i i

masyarakat yang asupan konsumsi makanan tinggi purin beresiko mengalami i i i

gout arthritis.
4.4. Keterbatasan Penelitian
Dalam proses penelitian ini peneliti mempunyai keterbatasan maupun
i i i i i i i i

kendala yaitu pada saat menjawab pertanyaan dari kuisioner ada beberapa
i i i i i i

responden yang mengalami sedikit kesulitan untuk mengingat berapa kali


i i i i i i i

frekuensi makan yang mereka makan 1 minggu sebelumnya.


i i i i i i

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa:
i i i

1. Didapatkan masih banyak lansia yang tidak patuh terhadap diet rendah i i i

purin. Hal ini dapat dilihat dari tingkat konsumsi tinggi purin pada lansia
di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru
i i i i i

2. Didapatkan sebagian besar lansia di Desa Tinelo mengalami gout


i i i i i

arthritis. Hal ini dapat dilihat dari tingginya hasil pemeriksaan kadar i i

asam urat.
3. Hasil analisis secara statistic menggunakan uji chi-square terdapat i i i i

hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet rendah purin dengan i i i i i

kejadian gout arthritis pada lansia di Desa Tinelo Kecamatan Telaga


i i i i i

Biru Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru Kabupaten Gorontalo, hasil


i i i i

sesuai dari teori diet rendah purin (Jannah 2022).


i i i i

5.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
Perlu menjaga pola makan terlebih untuk makanan yang mengandung
i i i i i

tinggi purin yang dapat meningkatkan kadar asam urat. i

2. Bagi Instansi Puskesmas i

Dengan adanya penelitian ini lebih meningkatkan lagi pendidikan


i i i i i i

kesehatan tentang gout arthritis serta jenis makanan yang harus


i i i i i

dihindari oleh penderita. i i i

3. Bagi Peneliti Selanjutnya


i i i

Diharapkan untuk dapat mengembangkan tempat penelitian dengan i i i i i i

jumlah populasi yang lebih banyak lagi serta dengan jumlah variabel. i i i i

32
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, M. S., Ni, W. T., & Ni, P. W. O. (2021). Metodologi Penelitian i i i

Kesehatan. In Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952.


i i i i i i i i

https://books.google.co.id/books/about/Metodologi_Penelitian_Kesehatan.ht i i i i i i

ml?id=DDYtEAAAQBAJ&redir_esc=y i i i

Ahmad Sabrawi, G. (2022). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan i i i

Diet Rendah Purin Pada Penderita Gout Arthritis Di Wilayah Kerja


i i i i i

Puskesmas Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat. 2(8.5.2017), 2003–


i i i

2005.

Anggraini, N., Mutiasyah, W., Nurmala sari, P., Mouriz, Q., & Riniaih, E. (2022). i

Edukasi Keluarga dalam Pemberdayaan Lansia.


i i i i

Astuti, I. D. (2020). Modul Pendidikan Perempuan Lansia - Bahagia di Usia i i i

Senja. Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 3(April),


i i i i i i

49–58.

Dungga, E. F. (2022). Pola Makan dan Hubungannya Terhadap Kadar Asam


i i

Urat. Jambura Nursing Journal, 4(1), 7–15.


https://doi.org/10.37311/jnj.v4i1.13462

Fauzi, A., & DKK. (2013). Buku Metodologi Penelitian. In Paper Knowledge . i i i i i i

Toward a Media History of Documents. i i

Jannah, R. (2022). Hubungan Dukungan Keluaraga Dengan Diet Rendah Purin i i i i

Pada Lansia Yang Menderita Asam Urat Di Wilayah Kerja Puskesmas Juli i i i i

Kabupaten Bireuen. STIKes Muhammadiyah Lhoksumawe.


i i i i i

Kudha, A. K. (2017). Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Asam Urat Di Desa i i

Kolongan Kecamatan Kalawat. 87(1,2), 149–200. i

Kussoy, V. F. M., Kundre, R., & Wowiling, F. (2019). Kebiasaan Makan Makanan i i

Tinggi Purin Dengan Kadar Asam Urat Di Puskesmas. Jurnal Keperawatan, i i i i

7(2), 1–7. https://doi.org/10.35790/jkp.v7i2.27476

Lasanuddin, H. V., Retni, A., & Wahyuni Umar, S. A. (2023). Hubungan Peran i i

Keluarga Dengan Perilaku Pencegahan Arthritis Gout Pada Lansia Di


i i i i i

Wilayah Kerja Puskesmas Tapa.Vol. 1 No.(2964–9676), 47–57.


i i

Madyaningrum, E., Kusumaningrum, F., Wardani, R. K., Susilaningrum, A. R., &


i

Ramdhani, A. (2020). Buku Saku Kader: Pengontrolan Asam Urat di i i

Masyarakat. In Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan i i i i

Keperawatan, Universitas Gadjah Mada. https://hpu.ugm.ac.id/wp-


i i i

content/uploads/sites/1261/2021/02/HDSS-Sleman-_Buku-Saku-Kader-
i i i i

Pengontrolan-Asam-Urat-di-Masyarakat-_cetakan-II.pdf
i i

Milleni Udinsiah, A. P. (2021). Hubungan Kadar Serum Asam Urat Pada


i i

Penderita Penyakit Ginjal Kronik Dengan Kejadian Arthritis Gout Di Rumah


i i i i i

Sakit DR. Wahidin Sudirohusodo.

33
Ngatno. (2015). Buku Ajar Metodelogi Penelitian.pdf (p. 151). i i i i

Purwanto, D. . (2017). Pengaruh Penyuluhan KesehatanTentang Diet Rendah i i i i i i i

Purin Terhadap Kepatuhan Penderita Asam Urat (Studi Di Dusun


i i i i

Mojongapit Desa Mojongapit Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang


i i i

Jawa timur ). Undergraduate Thesis, STIKES Insan Cendekia Medika


i i i i i i i

Jombang.

Qomariah, S. N. (2016). Buku Ajar Riset Keperawatan. In Reposytori Universitas i i i i i

Gresik. http://elibs.unigres.ac.id/185/
i i i

Sarida, M., & Hamonangan, D. (2020). Buku Gerontik. i

Scarlet, D. (2018). Konsep Diet Asam Urat. Journal of Chemical Information and
i i i i

Modeling, 53(9), 1689–1699.


i

Soraya, W. R. (2020). Hubungan Asupan Purin dan Status Gizi dengan Asam i

Urat Pada Lansia. Skripsi, 1–54.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. In Alfabeta.


i i i i i

Suriana, N. (2014). Herbal Sakti Atasi Asam Urat. i

Theresia Lumintang, C., Virgini Wetik Fakultas Keperawatan, S., Katolik De La


i i i i i i

Salle Manado, U., Kombos Manado, K. I., & Satu, K. (2021). Diet Pada
i i

Penderita Gout Arthritis. Jurnal Peduli Masyarakat, 3(2), 143–148.


i i i

http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPM
i i i i

34
Lampiran 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat:Jl.Prof.DR.H.MansoerPateda,DesaPentadioTimur Kab.Gorontalo i i i i

We bsite:http://www.umgo.ac.id/E mail:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136
i i i

Kepada
Yth Calon RespondenPenelitian i i i i

Di-
Tempat
Dengan Hormat,
i

Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
i

Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo


i i i

Nama :
NIM :
Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Kepatuhan Diet Purin
i i i i i i

Dengan Kejadian Gout Arthritis Pada Lansia Di Desa Tinelo Wilayah Kerja
i i i i i

Puskesmas Telaga Biru”.Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan


i i i i i i

bagi semua responden. Kerahasiaan responden akan dijaga dan hanya akan
i i i i i i

digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila responden menyetujui maka i i i i i i i i

mohon kesediannya untuk mengisi dan menandatangani lembar persetujuan


i i i i i i i

menjadi responden.
i i i

Atas perhatian dan ketersediaannya, sebagai responden.Peneliti mengucapkan


i i i i i i i i i i

terimakasih.
i

Gorontalo, Juli 2023

Peneliti
i i

35
Lampiran 2

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat:Jl.Prof.DR.H.MansoerPateda,DesaPentadioTimur Kab.Gorontalo
i i i i

We bsite:http://www.umgo.ac.id/E mail:info@umgo.ac.idTlp./fax(0435)881135881136
i i i

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dan bertanggung jawab dengan pertanyaan


i i i i

di bawah ini :

Nama/Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
i i

Pendidikan
i :
Alamat :

Dengan ini menyatakan saya bersedia menjadi responden dari penelitian


i i i i i i i i i

yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Diet Purin Dengan Kejadian Gout Arthritis
i i i i i

Pada Lansia Di Desa Tinelo Wilayah Kerja Puskesmas Telaga Biru”. Saya akan
i i i i i

menjadi responden yang kooperatif dalam memberikan data yang nyata tanpa
i i i i i i

ada unsur dari pihak manapun.

Gorontalo, Juli2023
Res ponden
i i

(……………………)

36
Lampiran 3

LEMBAR KUISIONER

HUBUNGAN KEPATUHAN DIET PURIN DENGAN KEJADIAN GOUT


ARTHRITIS PADA LANSIA DI DESA TINELO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TELAGA BIRU

Hari / Tanggal :

Petunjuk Pengisian
i i :

1. Berilah tanda checklist (√) pada kotak yang telah disediakan sesuai
i i i i i

dengan jawaban anda.


i

2. Isilah titik-titik dibawah ini dan baca dengan teliti pertanyaan.


i i i

A. Data Demografis
1. Nama / Inisial :……………………………
2. Usia :……………………………
3. Pekerjaan
i i :……………………………
4. Pendidikan
i :……………………………
5. Jenis Kelamin
i i : Laki-laki Perempuan
i i

37
B. Kuisioner Diet Rendah Purin
Petunjuk Pengisian:
i i

Berikan tanda cheklis (√) pada salah satu kolom dibawah ini yang sesuai
i i i

dengan kondisi bapak/ibu


i

Banyak Sedikit Tidak Pernah


No. Frekuensi Makan 4-6x/Hari < 1-3x/Hari
(3) (2) (1)
Dalam 1 minggu terakhir i

seberapa banyak anda


1
i i

mengkonsumsii

kangkung?
Dalam 1 minggu terakhir i

2 seberapa banyak anda


i i

mengkonsumsi bayam?
i

Dalam 1 minggu terakhir i

3 seberapa banyak anda


i i

mengkonsumsi tahu?
i

Dalam 1 minggu terakhir i

seberapa banyak anda


4
i i

mengkonsumsi kacang-
i

kacangan?
Dalam 1 minggu terakhir i

5 seberapa banyak anda


i i

mengkonsumsi Alkohol?
i

Dalam 1 minggu terakhir i

6 seberapa banyak anda


i i

mengkonsumsi ayam?
i

Dalam 1 minggu terakhir i

seberapa banyak anda


i i

7
mengkonsumsii daging
bebek? i i

Dalam 1 minggu terakhir i

seberapa banyak anda


i i

8
mengkonsumsii

tauge/tempe? i i i

(Kudha, 2017)

38
C. Lembar Check List Asam Urat
Kriteria:
i

Gout (melebihi batas normal) = 1


i i

Tidak Gout Lk. 3,5-7. Pr 2,6-6 = 2


Rendah (kurang dari normal)
i =3
Kode Asam urat Kriteria
No.
Responden Kadar asam urat 1 2 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
(Jumhari 2019)

39
Lampiran 4 Master Tabel
i i

MASTER TABEL HUBUNGAN KEPATUHAN DIET RENDAH PURIN DENGAN KEJADIAN GOUT ARTHRITIS

No. KARAKTERISTIK RESPONDEN DIET RENDAH PURIN (X) ASAM URAT (Y)
Resp Usia JK TP Pekerjaan P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 TOTAL KODE KADAR ASAM URAT Total
1 1 2 4 PNS 3 3 2 3 1 3 1 3 19 1 8,8 mg/dl 1
2 2 2 3 IRT 1 2 1 2 1 1 1 1 10 2 4,2 mg/dl 2
3 1 2 1 IRT 2 1 2 1 1 1 1 1 10 2 5,8 mg/dl 2
4 2 1 1 Petani i 3 2 3 2 1 2 1 3 17 2 6,3 mg/dl 2
5 1 2 1 IRT 2 1 1 1 1 1 1 2 10 2 6,7 mg/dl 1
6 2 2 4 PNS 1 2 2 2 1 2 1 2 13 1 5,5 mg/dl 2
7 1 1 1 Wirausaha 1 2 1 1 1 2 2 1 10 2 6,9 mg/dl 2
8 2 2 2 IRT 3 1 3 1 1 1 1 3 14 1 6,2 mg/dl 2
9 1 1 1 Pedagang
i 3 2 3 3 1 2 1 2 17 1 7,3 mg/dl 1
10 1 2 1 IRT 3 2 3 2 1 2 1 3 17 1 7,9 mg/dl 1
11 1 2 1 IRT 2 2 1 1 1 1 2 2 12 2 4,4 mg/dl 2
12 2 1 4 Pensiunan
i 2 2 2 2 1 3 1 2 15 1 8,0 mg/dl 1
13 1 2 1 IRT 3 3 2 2 1 2 1 2 16 1 6,8 mg/dl 1
14 1 2 3 IRT 1 2 2 1 1 1 1 2 11 2 5,2 mg/dl 2
15 1 1 2 Wiraswasta 3 3 3 2 1 2 2 3 19 1 8,3 mg/dl 1
16 1 2 2 IRT 2 2 1 1 1 1 1 1 10 2 5,7 mg/dl 2
17 1 1 4 Swasta 3 2 3 3 1 3 1 3 19 1 8,2 mg/dl 1
18 2 2 3 IRT 2 2 2 2 1 2 1 2 14 1 5,8 mg/dl 2
19 1 1 4 PNS 3 3 2 2 1 2 1 3 17 1 6,2 mg/dl 2
20 1 2 4 PNS 1 2 2 1 1 1 1 2 11 2 5,1 mg/dl 2

39
21 2 1 4 Wiraswasta 2 2 3 1 1 2 1 3 15 1 6,5 mg/dl 2
22 2 2 3 Swasta 2 1 2 2 1 1 1 1 11 2 5,8 mg/dl 2
23 1 1 3 Wiraswasta 3 2 3 2 1 2 2 2 17 1 7,6 mg/dl 1
24 1 2 3 IRT 3 2 2 2 1 2 1 2 15 1 6,7 mg/dl 1
25 1 1 1 Sopir 2 2 3 3 1 2 1 3 17 1 8,6 mg/dl 1
26 1 2 2 IRT 2 1 1 1 1 1 1 2 10 2 6,7 mg/dl 1
27 1 1 3 Wiraswasta 3 3 3 2 1 2 1 3 18 1 6,9 mg/dl 2
28 1 1 1 Transportasi 3 3 3 3 1 2 1 3 19 1 7,9 mg/dl 1
29 1 1 1 Swasta 2 1 1 1 1 1 1 2 10 2 6,5 mg/dl 2
30 2 2 1 Pedagang
i 1 2 1 1 1 1 2 1 10 2 5,6 mg/dl 2
31 2 2 1 IRT 2 2 3 2 1 2 1 2 15 1 6,8 mg/dl 1
32 2 2 1 IRT 3 2 3 2 1 2 2 2 17 1 7,4 mg/dl 1
33 1 2 1 IRT 3 3 3 2 1 2 1 3 18 1 7,6 mg/dl 1
34 1 2 1 Pedagang
i 2 1 1 1 1 2 1 1 10 2 8,2 mg/dl 2
35 1 2 3 IRT 2 1 1 1 1 2 1 1 10 2 6,2 mg/dl 2
36 1 2 1 IRT 3 3 3 3 1 2 1 2 18 1 6,8 mg/dl 1
37 2 2 1 Pedagang
i 3 3 3 3 1 2 1 3 19 1 8,4 mg/dl 1
38 1 2 2 IRT 2 1 2 1 1 1 1 1 10 2 3,2 mg/dl 2
39 1 1 2 Wiraswasta 3 2 2 2 1 2 1 3 16 1 7,7 mg/dl 1
40 1 2 2 IRT 1 2 2 1 1 1 1 1 10 2 6,9 mg/dl 1
41 1 1 3 Wiraswasta 3 2 3 2 1 2 1 3 17 1 7,3 mg/dl 1
42 2 1 3 Pensiunan
i 3 2 3 2 1 2 1 2 16 1 6,7 mg/dl 2

Keterangan:
i i

Usia 45-59 = 1 Laki-laki = 1 SD = 1 SMP = 2 Tidak Patuh > 11 = 1 Gout = 1


Usia 60-74 = 2 Perempuan = 2
i i SMA = 3 S1 = 4 Patuh < 11 = 2 Tidak gout = 2

40
Lampiran 5 Output SPSS

OUTPUT SPSS
HUBUNGAN KEPATUHAN DIET PURIN DENGAN KEJADIAN GOUT
ARTHRITIS PADA LANSIA DI DESA TINELO WILAYAH KERJA PUSKESMAS
TELAGA BIRU KABUPATEN GORONTALO

Distribusi Frekuensi

Diet Rendah Purin

Cumulative i

Frequency
i i Percent
i i Valid Percent
i i Percent
i i

Valid Tidak Patuh 26 61.9 61.9 61.9

Patuh 16 38.1 38.1 100.0

Total 42 100.0 100.0

Kejadian gout arthritis

Cumulative i

Frequency
i i Percent i i Valid Percent i i Percent
i i

Valid Gout 22 52.4 52.4 52.4

Tidak
20 47.6 47.6 100.0
gout

Total 42 100.0 100.0

Hasil uji chi-square

Case Processing Summary

Cases i

Valid Missing Total

N Percent
i i N Percent
i i N Percent
i i

Diet Rendah Purin * Kejadian


i i i

42 100.0% 0 .0% 42 100.0%


gout arthritis

41
Diet Rendah Purin * Kejadian gout arthritis Crosstabulation

Kejadian gout arthritis


i

Gout Tidak gout Total

Diet Rendah
i i Tidak Patuh Count 19 7 26
Purin
Expected Count
i i i 13.6 12.4 26.0

% within Diet Rendah Purin i i 73.1% 26.9% 100.0%

Patuh Count 3 13 16

Expected Count
i i i 8.4 7.6 16.0

% within Diet Rendah Purin i i 18.8% 81.2% 100.0%

Total Count 22 20 42

Expected Count
i i i 22.0 20.0 42.0

% within Diet Rendah Purin i i 52.4% 47.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2-


i Exact Sig. (1-
i

Value i Df sided) i sided)


i sided)i

Pearson Chi-Square
i i 11.720a 1 .001

Continuity Correctionb i 9.643 1 .002

Likelihood Ratio
i 12.397 1 .000

Fisher's Exact Test


i i i .001 .001

Linear-by-Linear Association
i i 11.441 1 .001

N of Valid Casesb i 42

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,62.
i i i i i i i i i i

b. Computed only for a 2x2 table i i

Risk Estimate

95% Confidence Interval i i i

Value i Lower i Upper i

Odds Ratio for Diet Rendah i i

11.762 2.559 54.071


Purin (Tidak Patuh/ Patuh)

For cohort Kejadian gout i

3.897 1.369 11.097


,d0020p€arthritis = gout

For cohort Kejadian gout i

.331 .169 .651


arthritis = Tidak gout

N of Valid Cases i 42

42
Lampiran 6 Dokumentasi
i

DOKUMENTASI SAAT PENELITIAN

Proses Pengumpulan Data Responden


Proses Pengisian Kuisioner dan Pemeriksaan Kadar Asam Urat

43
44
45
Proses Pengumpulan Data Responden
Proses Pengisian Kuisioner dan Pemeriksaan Kadar Asam Urat

46
47
48
Lampiran 7 Surat

49
50
51

Anda mungkin juga menyukai