Anda di halaman 1dari 87

PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI JAHE TERHADAP

PENURUNAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU


HAMIL TRIMESTER I DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LIMBOTO

SKRIPSI

FATMAWATI DJAFAR
NIM: C01417046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021
PENGARUH PEMBERIAN AROMATERAPI JAHE TERHADAP
PENURUNAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA IBU
HAMIL TRIMESTER I DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LIMBOTO

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan jenjang


pendidikan sarjana

FATMAWATI DJAFAR
NIM: C01417046

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya menyatakan skripsi Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap


Penurunan Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Limboto adalah karya saya dibawah arahan dari komisi pembimbing.
Skripsi ini belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun dan bebas dari unsur plagiat. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dengan jelas
sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan buku pedoman penulisan
skripsi Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Apabila dikemudian hari
ditemukan unsur-unsur plagiat maka saya bersedia menerima sanksi hukum dan
akademik sesuai ketentuan yang berlaku.

Gorontalo,4 JANUARI 2021

Fatmawati Djafar
NIM. C01417046

ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
“Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada kemudahan, karena tu bila kau telah
selesai (mengerjakan yang lain) dan kepada Tuhan, berharaplah”
(Q.S. Al Insyirah: 6-8)

Intelligence plus character – that is the goal of true education


(Martin Luther King Jr)

Kamu tida bisa kembali dan mengubah masa lalu, maka dari itu tataplah masa
depan dan jangan buat kesalahan yang sama dua kali
(Fatmawati Djafar)

PERSEMBAHAN
Ya Allah yang maha kuasa segala puji bagi-Mu, saya ucapkan rasa
syukur ini kepada-Mu atas apa yang telah diberikan kepada saya berupa
akal, rizki, ilmu yang bermanfaat, kesabaran dan selalu memberikan rasa
semangat untuk bangkit dari dari cobaan yang selalau datang.
Karya ini saya persembahkan kepada orang tua saya yang sangat
saya cintai, semoga kebahagianku saat ini dapat engkau rasakan Ayah dan
Ibuku (Alex Djafar dan Kartin Otulowa) serta kakak saya (Sintia Djafar),
dan adik saya (Deli Djafar dan Yanti Djafar) yang sangat saya sayangi
terima kasih saya ucapkan, karena dalam setiap tetesan keringat dan doa
yang selalu ayah, ibu, kakaku panjatkan untuk saya bisa menyelesaikan
skripsi ini, semoga karya ini menjadi hadiah teridah untuk ayah ibu dan
kaka yang selalu mencintai saya.
Terima kasih juga kepada keluarga dan teman-teman terdekat saya
keperawatan angkatang 2017 yang saya tidak bisa sebutkan satu persatu
terima kasih untuk semangat dan doa, support yang selama ini kalian
berikan. Tetap semangat buat kalian teruslah mengejar mimpi kalian.
Almamaterku tercinta tempat saya menimba ilmu,
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap
Penurunan Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja
Puskesmas Limboto”.
Harus diakui bahwa banyak hal yang masih membutuhkan sentuhan-
sentuhan perbaikan dalam upaya penyempurnaan skripsi ini. Olehnya penulis
tiada henti-hentinya berucap syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kecerahan pemikiran dan umur yang panjang hingga penulis dapat mengenyam
pendidikan Program Studi S1 di Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Terima
kasih kepada mereka yang telah membimbing dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Ucapan terimakasih dihaturkan pula kepada mereka yang berperan serta
hingga penelitian dapat terlaksana, terutama kepada:
1. Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo Prof. Dr. Abd. Kadim
Masaong.,M.Pd
2. Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Prof. Dr. Hj. Moon Otoluwa, M.Hum
3. Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum, Keuangan, Perencanaan dan
Sumber Daya Universitas Muhammadiyah Gorontalo Dr. Salahudin
Pakaya, MH
4. Wakil Rektor III dalam Bidang Al-Islam Kemuhammadiyaan dan
Kemahasiswaan Universitas Muhammadiyah Gorontalo Apris Ara Tilome,
S.Ag., M.Si
5. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Ns, Abdul Wahab Pakaya, S.Kep, MM, M.Kep
6. Kepala Jurusan Ilmu Keperawatan Ns. Andi Akifa Sudirman, M.Kep
7. Ketua Program Studi Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
Ns. Harismayanti, S.Kep, M.Kep
8. Pembimbing I yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan,
serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini, Ns. Ani Retni, S.Kep,
M.Kep

vi
9. Pembimbing II yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan,
serta masukan dalam menyelesaikan skripsi ini, Ns. Firmawati, S.Kep,
M.Kep
10. Penguji yang telah banyak membantu dan memberikan masukan dalam
menyelesaikan skripsi ini, dr. Zulaika F. Asikin, M.Kes
11. Staf civitas akademikafakultas Ilmu Kesehatan yang telah membantu
penulis selama perkuliahan.
12. Teman seperjuangan S1 KeperawatanAngkatan 2017 dengan penuh
keikhlasan membantu penulis, kebersamaan kita selama menempuh hari-
hari perkuliahan semoga tetap berjalan indah sebagai kenangan abadi
selamanya.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu,
penulis sangat menghargai masukan guna penyempurnaan dalam penulisan
skripsi ini. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pengambilan keputusan.

Gorontalo,Desember 2021

Peneiti

vii
viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN KOMISI PENGUJI............................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................…. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah............................................................................... 3
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 4
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
1.5.1 Manfaat Teoritis ........................................................................... 5
1.5.2 Manfaat Praktis ............................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 6
2.1 Tinjauan Tentang Ibu Hamil .................................................................... 6
2.1.1 Pengertian ............................................................................... 6
2.1.2 Klasifikasi Umur Kehamilan ...................................................... 6
2.1.3 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil ............................ 6
2.1.4 Kehamilan Trimester Pertama .................................................. 8
2.2 Tinjauan Tentang Hiperemesis Gravidarum ......................................... 9
2.2.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum......................................... 9
2.2.2 Tingkatan Hiperemesis Gravidarum........................................... 10
2.2.3 PatofisiologisHiperemesis Gravidarum...................................... 10
2.2.4 EtiologiHiperemesis Gravidarum............................................... 11
2.2.5 DiagnosisHiperemesis Gravidarum............................................ 12
2.2.6 PencegahanHiperemesis Gravidarum....................................... 14
2.2.7 PenatalaksanaanHiperemesis Gravidarum................................ 16
2.2.8 Faktor-faktor pada Ibu Hamil yang Menyebabkan Hiperemesis
Gravidarum................................................................................ 17
2.3 Tinjauan Tentang Aromaterapi Jahe .................................................... 19
2.3.1 Pengertian Aromaterapi ............................................................ 19
2.3.2 Manfaat Aromaterapi ................................................................ 20
2.3.3 Jenis-jenis Aromaterapi............................................................. 21
2.3.4 Kelebihan dan Keunggulan Aromaterapi .................................. 24
2.3.5 Sejarah Jahe ............................................................................ 24
2.3.6 Jenis-jenis Jahe ........................................................................ 25
2.3.7 Kandungan Jahe ....................................................................... 26

ix
2.3.8 Manfaat Jahe ............................................................................ 27
2.3.9 Mekanisme Jahe dalam Mengurangi Mual Muntah ................... 27
2.4 Penelitian Relevan ............................................................................... 28
2.5 Kerangka Teori ..................................................................................... 29
2.6 Kerangka Konsep ................................................................................. 30
2.7 Hipotesis .............................................................................................. 30
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 31
3.1 Desain Penelitian ................................................................................. 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 32
3.2.1 Tempat Penelitian ..................................................................... 32
3.2.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 32
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 32
3.3.1 Populasi .................................................................................... 32
3.3.2 Sampel .................................................................................... 32
3.4 Variabel Penelitian ............................................................................... 33
3.4.1 Variabel Independen ................................................................. 33
3.4.2 Variabel Dependen ................................................................... 33
3.5 Definisi Operasional ............................................................................. 34
3.6 Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 34
3.6.1 Data Primer .............................................................................. 34
3.6.2 Data Sekunder .......................................................................... 35
3.7 Instrument Penelitian ............................................................................ 36
3.8 Teknik Pengolaan Data ........................................................................ 36
3.9 Teknik Analisis Data ............................................................................. 36
3.9.1 Analisa Univariat ....................................................................... 36
3.9.2 Analisa Bivariat ......................................................................... 36
3.10 Etika Penelitian ..................................................................................... 37
3.11 Alur Penelitian ...................................................................................... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 39
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................... 39
4.2 Hasil Penelitian .................................................................................... 40
4.2.1 Karakteristik Responden .......................................................... 40
4.2.2 Analisis Univariat ...................................................................... 41
4.2.3 Analisis Bivariat ........................................................................ 41
4.3 Pembahasan ........................................................................................ 42
4.3.1 Mual Muntah Ibu Hamil Trimester I Sebelum Diberikan
Aromaterapi Jahe ..................................................................... 42
4.3.2 Mual Muntah Ibu Hamil Trimester I Sesudah Diberikan
Aromaterapi Jahe ..................................................................... 43
4.3.3 Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan
Hiperemesis Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I ............... 45
4.4 Keterbatasan Peneliti ........................................................................... 47
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 49
5.1 Kesimpulan .......................................................................................... 49
5.2 Saran ................................................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50
LAMPIRAN ................................................................................................... 55

x
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Karakteristik Jenis Jahe .......................................................................... 27
2. Penelitian Relevan .................................................................................. 29
3. Definisi Operasional ................................................................................ 36

xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Teori ....................................................................................... 31
2. Kerangka Konsep .................................................................................... 32
3. Desain Penelitian .................................................................................... 33
4. Alur Penelitian ......................................................................................... 38

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Riwayat Hidup ......................................................................................... 54
2. Informed Consent..................................................................................... 55
3. Lembar Observasi ................................................................................... 56
4. Master Tabel ........................................................................................... 57
5. Hasil Uji SPSS ........................................................................................ 59
6. Dokumentasi ........................................................................................... 62

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perubahan yang terjadi pada ibu hamil dapat menimbulkan
ketidaknyamanan dalam kehamilan, salah satunya adalah mual muntah. Mual
dan muntah atau dalam bahasa medis disebut hiperemesis gravidarum
merupakan salah satu komplikasi kehamilan. Dampak Hiperemesis Gravidarum
yaitu dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun, gangguan fungsi liver
dan terjadiIkterus, terjadi perdarahan pada parenkim liver sehingga
menyebabkan gangguan fungsi umum alat-alat vital dan menimbulkan
kematian(Hadijono, 2014).
Menurut World Health Organization (WHO) (2019) hipermesis gravidarum
terjadi diseluruh dunia dengan angka kejadian mencapai 78,5% dari seluruh
kehamilan. Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia mencapai lebih
dari 80% dari seluruh kehamilan. Kementrian Kesehatan RI (2019) menjelaskan
bahwa lebih dari 80% ibu hamil di Indonesia mengalami mual muntah yang
berlebihan, yang dapat menyebabkan ibu hamil menghindari jenis makanan
tertentu dan akan menyebabkan risiko bagi dirinya maupun janin yang sedang
dikandungnya. Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Provinsi Gorontalo
pada tahun 2019 menurut seksi kesehatan keluarga Dinkes Provinsi Gorontalo
terdapat 4.250 jiwa ibu hamil.Data yang didapatkan di Kabupaten
Gorontalotepatnya di Puskesmas Limboto pada bulan Maret sampai Mei 2021
sebanyak 74% ibu hamil mengalami hiperemesis gravidarumpada awal
kehamilan(Dinkes Kabupaten Gorontalo, 2021). Berdasarkan data yang
didapatkan pada bulan Mei 2021 jumlah ibu hamil di wilayah Puskesmas Limboto
Kabupaten Gorontalo berjumlah 157 ibu hamil, ibu hamil trimester 1 berjumlah
20orang (Puskesmas Limboto, 2021).
Hiperemesis gravidarum bisa menyebabkan gangguan cairan dan
elektrolit, cairan tubuh akan berkurang sehingga darah menjadi kental dan
sirkulasi darah ke jaringan akan terhambat dan dapat memengaruhi kesehatan
ibu dan perkembangan janin yang dikandungnya. Kejadian pertumbuhan janin
terhambat (Intrauterin growth retardation/IUGR) meningkat pada wanita hamil
dengan hiperemesis gravidarum. Gejala ini di mulai sekitar minggu ke enam

1
kehamilan dan biasanya menurun drastis di akhir trimester pertama (sekitar
minggu ke-13) (Hannan et al., 2019).
Mual dan muntah pada ibu hamil trimester pertama di masyarakat masih
terjadi dan cara penanggulangannya sebagian besar masih menggunakan terapi
farmakologis. Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung
pada beratnya gejala. Pengobatan dapat dilakukan dengan cara farmakologi
maupun nonfarmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian
antiemetik, antihistamin, antikolinergik, dan kortikosteroid, namun ibu hamil akan
lebih baik jika mampu mengatasi masalah mual pada awal kehamilan dengan
menggunakan terapi pelengkap nonfarmakologis. Terapi nonfarmakologis
bersifat noninstruktif, noninfasif, murah, sederhana, efektif, dan tanpa efek
samping yang merugikan.Terapi nonfarmakologi dapat dilakukan dengan cara
pengaturan diet, dukungan emosional, akupuntur, dan pemberian aromaterapi.
Aromaterapi memberikan ragam efek bagi penghirupnya, seperti ketenangan,
kesegaran, bahkan bisa membantu ibu hamil mengatasi mual. Aromaterapi jahe
merupakan salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat mengatasi mual muntah
atau hipermesis gravidarum pada ibu hamil.(Hadijono, 2014).
Jahe (Zingiber Officinale Rovb. var. Rubra) merupakan tumbuhan
berbatang semu tegak yang tidak bercabang dantermasuk famili Zingiberaceae.
Batang jahe berbentuk bulat kecil berwarna hijau dan agak keras. Rimpang jahe
mengandung komponen senyawa kimia yang terdiri dari minyak menguap
(volatile oil), minyak tidak menguap (nonvolatile oil) dan pati. Minyak atsiri
(minyak menguap) merupakan suatu komponen yang memberi kekhasan pada
jahe, kandungan minyak atsiri jahe sekitar 2,58-2,72% dihitung berdasarkan
berat kering. Minyak atsiri umumnya berwarna kuning, sedikit kental, dan
merupakan senyawa yang memberikan aroma yang khas pada jahe. Kandungan
minyak tidak menguap disebut oleoresin, yakni suatu komponen yang memberi
rasa pahit dan pedas. Rasa pedas pada jahe sangat tinggi disebabkan oleh
kandungan oleoresin yang tinggi. Zat oleoresin inilah yang bermanfaat sebagai
antiemetik, oleh karena itu aromaterapi jahe di percaya sebagai pemberi rasa
nyaman dalam perut sehingga mengatasi mual muntah. Tumbuhan jahe memiliki
efek samping yang dapat membuat perut terasa panas, namun menurut
penelitian Rahayu (2014) aromaterapi jahe tidak memberikan efek samping

2
apapun pada ibu hamil karena merupakan terapi inhalasi yang tidak bersentuhan
langsung dengan kulit ibu (Rahayu, 2014).
Penelitian yang di lakukan oleh (Ningsih, 2015)tentang efektifitas
minuman jahe dalam mengurangi hiperemesis gravidarum pada ibu hamil
trimester pertama, hasil penelitian di dapatkan bahwa pemberian minuman jahe
sangat efektif dalam mengatasi mual muntah ibu hamil trimester pertama setelah
pemberian intervensi minuman jahe pada kelompok intervensi dan pada
kelompok eksperimen terdapat penurunan mual muntah dan banyak di alami
oleh ibu yang multigravida.
Perbedaan dengan penelitian ini peneliti menggunakan aromaterapi jahe
untuk diberikan intervensi. Aromaterapi lebih memberikan rasa nyaman kepada
ibu di bandingkan saat minum minuman jahe dan untuk meminimalisir efek
samping, karena ibu hamil sedang mengalami mual muntah maka bisa
memungkinkan minuman jahe tersebut dimuntahkan kembali. Oleh karena itu
penelitian ini menggunakan aromaterapi jahe. Sebuah studi yang dipublikasikan
dalam American Journal ofObstetric and Gynecology (2015) menemukan bahwa
jahe sangat membantu dalam mengurangi mual dan muntah. Penelitian ini
berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang merupakan dampak dari
isu “back to nature”, dimana masyarakat saat ini sudah perlahan beralih pada
penanganan non farmakologi. Adanya hal tersebut, merupakan suatu usaha
untuk mempermudah masyarakat khususnya ibu hamil dalam menangani emesis
gravidarum. Penanganan non farmakologi yang dapat mudah diolah, diproses
dan dilakukan menjadikan solusi dan alternatif pemanfaatan sumber lokal
sebagai obat herbal pada ilmu kesehatan, selain itu dapat meningkatkan
perindustrian tanaman herbal pada produk kesehatan.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Wilayah Kerja
Puskesmas Limboto yang diambil dari data sekunder yaitu berupa data
kunjungan ibu hamil trimester satu sebanyak 20 ibu hamil trimester I. Selama ini
ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum hanya diberikan vitamin B6
dan belum pernah dianjurkan aromaterapi jahe untuk mengatasi atau
mengurangi mual muntah. Data hasil wawancara pada 15 ibu hamil yang
mengalami mual muntah didapatkan sebanyak 7 ibu hamil telah melakukan
penanganan mual muntah menggunakan aroma terapi yaitu minyak kayu putih
dan 8 ibu hamil mengatakan tidak menggunakan aroma terapi. Berdasarkan data

3
tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh
Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Hiperemesis Gravidarum
pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto”.

1.2 Identifikasi Masalah


1. Menurut World Health Organization (WHO) hiperemesis gravidarum
terjadi diseluruh dunia dengan angka kejadian mencapai 78,5% dari
seluruh kehamilan. Angka kejadian hiperemesis gravidarum di Indonesia
mencapai lebih dari 80% dari seluruh kehamilan.
2. Data yang didapatkan di Kabupaten Gorontalo tepatnya di Puskesmas
Limboto Barat pada bulan Maret sampai Mei 2021 sebanyak 74% ibu
hamil mengalami hiperemesis gravidarum pada awal kehamilan.
3. Ibu hamil yang mengalamihiperemesis gravidarum di wilayah kerja
Puskesmas Limboto Barat hanya diberikan vitamin B6 dan belum pernah
dianjurkan aromaterapi jahe untuk mengatasi atau mengurangi mual
muntah.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan
masalah pada penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pemberian aromaterapi
jahe terhadap penurunan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di
wilayah kerja Puskesmas Limboto.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk diketahuipengaruh pemberian aromaterapi jahe terhadap
penurunan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di wilayah kerja
Puskesmas Limboto.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Teridentifikasifrekuensi mual muntah ibu hamil sebelum diberikan
intervensi
2. Teridentifikasipengaruh pemberian terapi nonfarmakologi aromaterapi
jaheibu hamil sesudah diberikan intervensi

4
3. Teridentifikasipengaruh pemberian aromaterapi jahe terhadap penurunan
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
1) Bagi Peniliti
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman nyata bagi
peneliti pemula dalam proses penelitian dan peneliti dapat menambah
pengetahuan mengenai pengaruh pemberian aromaterapi jahe pada
ibu hamil.
2) Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian pada pengaruh
pemberian aromaterapi jahe pada ibu hamil.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Bagi masyarakat/ibu hamil
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan informasi
masyarakat/ibu hamil tentang bahaya hiperemesis gravidarum pada
kehamilan dan cara menangatasinya.
2. Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
informasi perkembangan secara nyata dilapangan sesuai teori yang
ada mengenai pemberian aromaterapi jahe terhadap penurunan
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kiranya dapat melanjutkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang
lebih luas serta dengan menggunakan intervensi lainnya. Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi pendukung
dalam melakukan penelitian.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Ibu Hamil


2.1.1 Pengertian Ibu Hamil
Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang, sebutan untuk
wanita yang sudah bersuami, panggilan takzim kepada wanita baik yang sudah
bersuami maupun yang belum. Hamil adalah mengandung janin dalam rahim
karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa (Setiawan, 2019). Ibu hamil adalah
seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.
Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di
dalam tubuhnya. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu
menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan)(Prawirohardjo,
2012).

2.1.2 Pengertian Kehamilan


Kehamilan adalah suatu keadaan di dalam rahim seorang wanita terdapat
hasil konsepsi (pertemuan ovum dan spermatozoa). Kehamilan merupakan suatu
proses yang alamiah dan fisiologis (Hadijono, 2014).

2.1.3 Tanda-tanda Kehamilan


Tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi tiga:
1. Tanda-tanda Presumtif (dugaan) hamil
a. Ameneora (tidak dapat haid)
b. Mual dan muntah (nausea dan emesis)
c. Mengidam
d. Tidak tahan suatu bau
e. Pingsan
f. Tidak ada selera makan
g. Lelah / Letih
h. Payudara tegang
i. Seringbuang air kecil
j. Konstipasi sering
k. Pigmenrasi kulit

6
2. Tanda-tanda tidak pasti / kemungkinan kehamilan
a. Perut membesar
b. Uterus membesar
c. Tanda chadwick, vulva dan vagina kebiruaan
d. Kontraksi-kontraksi kecil uterus
e. Test kehamilan
3. Tanda Positif ( Tanda pasti hamil )
a. Gerakan janin
b. Denyut jantung janin
c. Terlihat badanya gambaran janin melalui USG (Ningsih, 2015).

2.1.4 Klasifikasi Umur Kehamilan


Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari
pertama haid terakhir (HPHT). Menurut Farah (2011) kehamilan dibagi atas 3
trimester yaitu: trimester I (0-12 minggu), trimester II (12-28 minggu), trimester III
(28-40 minggu)(Prawirohardjo et al., 2016).

2.1.5 Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu Hamil


Menurut (Sulistyawati & Listiana, 2015) perubahan anatomi fisiologi pada
ibu hamil adalah sebagai berikut:
1. Sistem Reproduksi
a. Uterus
1) Ukuran. Pada kehamilan cukup bulan, ukuran uterus adalah
30x25x20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000cc. Hal ini
memungkinkan bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin.
Pada saat ini rahim membesar akibat hipertropidan hiperplasiotot
polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik, dan
endometrium menjadi desidua.
2) Berat. Berat uterus menjadi naik luar biasa dari 30 gram mejadi
1.000 gram pada akhir bulan
3) Posisi rahim dalam kehamilan. Pada permulaan kehamilan, dalam
posisi antefleksiatau retrofleksi, pada 4 bulan kehamilan, rahim
tetap berada pada rongga pelvik, setelah itu mulai memasuki

7
rongga perut yang dalam pembesarannya dapat mencapai batas
hati, pada ibu hamil rahim biasanya mobile, lebih mengisi rongga
kanan atau kiri.
4) Vaskularisas. Artesi uterine dan ovarika bertambah dalam
diameter panjang, dan anak-anak cabangnya, pembuluh darah
vena mengembang dan bertambah.
5) Serviks uteri. Bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak,
kondisi ini yang disebut dengan tanda Goodell. Kelenjar
endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan mucus,
oleh karena pertambahan dan pelebaran pembuluh darah,
warnanya menjadi livid, ini disebut dengan tanda Chadwick.
b. Ovarium. Ovulasi berhenti namun masih terdapat korpus luteum
graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan mengambil alih
pengeluaran estrogen dan progesterone.
c. Vagina dan vulva oleh karena pengaruh estrogen, terjadi
hipervaskularisasi pada vagina dan vulva sehingga pada bagian
tersebut terlihat lebih merah atau kebiruan, kondisi ini disebut tanda
chadwick.
2. Sistem Kardiovaskuler. Selama kehamilan, jumlah darah dipompa oleh
jantung setiap menitnya atau biasanya disebut sebagai curah jantung
(cardiac output) meningkat sampai 30-50 %. Peningkatan ini mulai terjadi
pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia
kehamilan 16-28 minggu. Setelah mencapai kehamilan 30 minggu, curah
jantung agak menurun karena pembesaran rahim menekan vena yang
membawa darah dari tungkai ke jantung.
3. Sistem Urinaria. Selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal
menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih)
yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai
sesaat sebelum persalinan. Pada akhir kehamilan peningkatan aktifitas
ginjal yang lebih besar terjadi saat wanita hamil yang tidur miring. Tidur
miring mengurangi tekanan rahim pada vena yang membawa darah dari
tungkai sehingga terjadi perbaikan alirana darah yang selanjutnya akan
meningkatkan aktivitas ginjal dan curah jantung.

8
4. Sistem Gastrointestinal. Rahim yang besar akan menekan rektrum dan
usus bagian bawah, sehingga terjadi sembelit atau konstipasi.
5. Ssitem Metabolisme. Janin membutuhkan 30-40 gram kalsium untuk
pembentukan tulangnya dan ini terjadi ketika trimester akhir
6. Sistem Muskulosketal. Estrogendan progesterone memberi efek
maksimal pada relaksaksi otot dan ligamen pelvik pada akhir kehamilan.
7. Sistem Endokrin. Selam menstruasi normal, hipofifi anterior memproduksi
LH dan FSH. FSH merangsang folikel de graaf untuk menjadi matang dan
berpindah kepermukaan ovarium dimana ia dilepaskan.

2.1.6 Kehamilan Trimester Pertama


Trimester merupakan periode tiga bulanan yang penting bagi calon ibu.
Ketiga periode tiga bulanan itu ditentukan berdasarkan kecepatan pertumbuhan
janin. Secara konvensional, hitungan trimester ini dimulai sejak pembuahan (dua
minggu setelah menstruasi terakhir). Trimester pertama mewakili 12 minggu
pertama kehidupan janin, trimester kedua berakhir pada 28 minggu, trimester
ketiga meliputi sisa minggu kehamilan (Mail, 2020).
Selama trimester pertama, tubuh menyesuaikan diri terhadap kehamilan.
Pada awal kehamilan. Pada awal kehamilan, meskipun kehamilan belum nampak
tetapi aktivitas hormon akan mulai berpengaruh dalam berbagai hal. Pada
trimester pertama kehamilan ini, akan terdapat perasaan enek (nausea). Ini
akibat kadar hormon estrogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus
menurun, sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang. Makanan
lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan lebih lama
berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk resorpsi, akan tetapi
menimbulkan pula obstipasi, yang memang merupakan salah satu keluhan
utama wanita hamil. Tidak jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehamilan
gejala muntah (emesis). Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal sebagai morning
sickness (Mail, 2020).
Perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan meliputipeningkatan
konsentrasi hormon seks yaitu estrogen dan progesteron.Progesteron
merupakan hormon seks kehamilan yang utama. Kadarnyameningkat sampai
bulan kedelapan kehamilan dan menjadi normalkembali setelah melahirkan.
Kadar estrogen meningkat secara lambatsampai akhir kehamilan. Pada awal

9
kehamilan, estrogen dan progesteron diproduksi oleh korpus luteum. Kemudian
terjadipergantian fungsi korpus luteum kepada plasenta, yang terjadi pada
minggu keenam sampai minggu kedelapan kehamilan, dimanaplasenta berperan
sebagai organ endokrin yang baru.Pada akhirtrimester ketiga, progesteron dan
estrogen mencapai level puncaknyayaitu 100 ng/ml dan 6 ng/ml, yang
merupakan 10 dan 30 kali lebihtinggi dari konsentrasinya pada saat menstruasi
(Trisnayati ,2014).
Banyak perubahan fisik yang akan dialami ibu hamil selama trimester
pertama (3 bulan pertama kehamilan). Periode ini juga merupakan waktu
pembentukan sekaligus perkembangan pesat dari semua sistem dan organ
tubuh bayi. Berbagai gejala kehamilan akan datang di trimester pertama
kehamilan ini misalnya pembesaran payudara, sering buang air kecil, konstipasi,
mual muntah, merasa lelah, sakit kepala, pusing, emosional, mood akan berubah
secara tidak terduga, nafsu makan akan berubah dan cenderung menyukai
makanan lunak/lembut (Mail, 2020).

2.2 Tinjauan Tentang Hiperemesis Gravidarum


2.2.1 Pengertian Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah keluhan mual dan muntah hebat lebih
dari 10 kali sehari dalam masa kehamilan yang dapat menyebabkan kekurangan
cairan, penurunan berat badan, atau gangguan elektrolit, sehingga menganggu
aktivitas sehari-hari dan membahayakan janin dalam kandungan. Mual dan
muntah berlebihan yang terjadi pada wanita hamil sehingga menyebabkan
terjadinyaketidakseimbangan kadar elektrolit, penurunan berat badan (lebih dari
5% berat badan awal), dehidrasi, ketosis, dan kekurangan nutrisi. Hal tersebut
mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya
akan membaik pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus
dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Tarigan, 2017).
Hiperemesis gravidarum adalah kondisi muntah parah yang memiliki
dampak pada janin. Menurut penelitian yang dipresentasikan dalam Society for
Maternal-Fetal Medicine di Dallas tahun 2012, hiperemesis gravidarum dapat
menyebabkan bayi lahir prematur.Penelitian ini menemukan fakta yaitu, dari 81
ribu ibu hamil yang mengalami mual dan muntah parah, sekitar 23% melahirkan

10
sebelum usia kehamilan mencapai 34 minggu. Asupan gizi ibu hamil yang buruk
dan berat badan yang tidak bertambah akibat kondisi ini dapat menjadi penyebab
bayi lahir prematur. Anak-anak yang lahir dari ibu dengan hiperemesis
gravidarum diduga 3,5 kali lebih mungkin memiliki gangguan emosional atau
perilaku.Adapun berbagai masalah ini antara lain seperti kecemasan, depresi,
atau gangguan bipolar ketika mereka tumbuh dewasa.Ini berlaku jika
dibandingkan dengan anak yang ibunya sewaktu hamil tidak memiliki masalah
kesehatan apa pun, termasuk hiperemesis gravidarum.Masalah mental selama
kehamilan serta kekurangan gizi, dapat memengaruhi otak janin saat ia
berkembang. Beberapa anak-anak dengan kondisi ibu hiperemesis gravidarum
yang mual dan muntah parah bisa mengalami gangguan kecemasan saat
tumbuh dewasa.
Pada umumnya hiperemesis gravidarum terjadi pada minggu ke 6-12
masa kehamilan, yang dapat berlanjut sampai minggu ke 16-20 masa kehamilan.
Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar ditemukan pada kehamilan
triwulan pertama. Biasanya mual dan muntah terjadi pada pagi hari sehingga
sering dikenal dengan morning sickness. Sementara setengah dari wanita hamil
mengalami morning sickness, antara 1,2-2% mengalami hiperemesis
gravidarum, suatu kondisi yang lebih serius. Hampir 50% wanita hamil
mengalami mual dan biasanya mual ini mulai dialami sejak awal kehamilan. Mual
muntah saat hamil muda sering disebut morning sickness tetapi kenyataannya
mual muntah ini dapat terjadi setiap saat. Pada beberapa kasus dapat berlanjut
sampai kehamilan trimester kedua dan ketiga, tapi ini jarang terjadi (Damayanti,
D., Wardani, R. S., & Indrawati, 2015).

2.2.2 Tingkatan Hiperemesis Gravidarum


Tidak ada batasan yang jelas antara mual yang bersifat fisiologis dengan
hiperemesis gravidarum, tetapi bila keadaan umum ibu hamil terpengaruh
sebaiknya dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut berat ringannya
gejala hiperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan sebagai
berikut (Daryanti, 2019):
1. Tingkat I
Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum.
Padatingkatan ini ibu hamil merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat

11
badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat
sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik menurun, dapat disertai
peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata
cekung.
2. Tingkat II
Ibu hamil tampak lebih lemas dan apatis, turgor kulit lebih menurun, lidah
kering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun, suhu
kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun,
hemokonsentrasi, oligouria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari
hawa pernapasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat pula
ditemukan dalam urine.
3. Tingkat III
Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dari
somnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun,
serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang
dikenal sebagai wenickle ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti
nistagmus, diplopia, dan perubahan mental, keadaan ini adalah akibat
sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks.
Timbulnya ikterus menunjukkanterjadinya payah hati. Pada tingkatan ini
juga terjadi perdarahan dari esofagus, lambung, dan retina.

2.2.3 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual-muntahpada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-
gejala ini hanya terjadi kepada sebagian kecil wanita, tetapi faktor fisiologik
merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tak suka
makan dan mual, akan mengalami hyperemesis gravidarum yang lebih
berat(Rochkmana & Widyawati, 2018).
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang
tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik,
asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang

12
diminum dan kehilangan cairan karena muntah yang menyebabkan dehidrasi,
sehingga cairan ekstraselular dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida
darah turun, demikian pula klorida air kemih. Selain itu dehidrasimenyebabkan
hemokonsentrasi, sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang
pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium akibat
dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi
muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah
lingkaran setan yang sulit untuk dipatahkan. Di samping dehidrasi dan
terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput
lendir esofagus dan lambung dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada
umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri (DiPiro et al.,
2017).

2.2.4 EtiologiHiperemesis Gravidarum


Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi
beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut (Prawirohardjo,
2012):
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi
hiperemesis gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor
adaptasi adalah wanita hamil dengan anemia, wanita primigravida dan over
distensi rahim pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil
primigravida belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan
khorionik gonadrotropin,sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa,
jumlah hormone yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi
hyperemesis gravidarum itu.
2. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hyperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkin bahwa wanita yangmenolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya,
diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.

13
3. Faktor alergi
Pada kehamilan, di mana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum.
Teori yang disampaikan Runiari menjelaskan beberapa teori penyebab
terjadinya hiperemesis gravidarum namun tidak satupun yang dapat menjelaskan
proses terjadinya secara tepat, teori tersebut antara lain(Hadijono, 2014):
1. Teori Endokrin
Teori endokrin menyatakan bahwa peningkatan kadar progesterone,
estrogen dan Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dapat menjadi faktor
pencetus mual dan muntah. Peningkatan hormone progesterone
menyebabkan otot polos pada system gastrointestinal mengalami relaksasi,
hal itu mengakibatkan penurunan motilitas lambung sehingga pengosongan
lambung melambat. Refleks esophagus, penurunan motilitas lambung dan
penurunan sekresi dari asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap
terjadinya mual dan muntah. Selain HCG juga menstimulasi kelenjar tiroid
yang dapat menyebabkan mual dan muntah.
Hormon progesterone ini dihasil oleh corpus luteum pada masa awal
kehamilan dan mempunyai fungsi menenangkan tubuh ibu selama
kehamilan, termasuk saraf ibu hamil sehingga perasaan ibu hamil menjadi
tenang. Hormon ini berfungsi untuk membangun lapisan di dinding Rahim
untuk menyangga plasenta di dalam rahim. Hormon ini juga berfungsi untuk
mencegah gerakan kontraksi atau pengerutan otot-otot rahim. Hormon ini
dapat “mengembangkan” pembuluh darah sehingga menurunkan tekanan
darah, itu penyebab mengapa ibu hamil sering pusing saat hamil. Hormon ini
juga membuat system perncernaan jadi lambat, perut menjadi kembung atau
sembelit. Hormon ini juga mempengaruhi perasaan dan suasana hati ibu,
meningkatkan suhu tubuh, meningkatkan pernafasan, mual dan menurunnya
gairah berhubungan intim saat hamil.
2. Teori Metabolik
Teori metabolic menyatakan bahwa kekurangan vitamin B6 dapat
mengakibatkan mual dan muntah pada kehamilan.

14
3. Teori Infeksi
Hasil penelitian menemukan adanya hubungan antara infeksi helicobacter
pylori dengan terjadinya hiperemesis gravidarum, sehingga dijadikan dasar
dikemukakannya teori infeksi sebagai penyebab hiperemesis gravidarum.
4. Teori Alergi
Adanya histamine sebagai pemicu dari mual dan muntah mendukung
ditegakkannya teori alegi sebagai etiologi hyperemesis gravidarum. Mual dan
muntah berlebihan juga dapat terjadi pada ibu hamil yang sangat sensitive
terhadap sekresi dari corpus luteum.
5. Teori Psikosomatik
Menurut teori psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan
gangguan psikologis yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang
tidak direncanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan
pendapatan menyebabkan terjadinya perasaan berduak, ambivalen, serta
konflik dan hal tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab
hyperemesis gravidarum.

2.2.5 DiagnosisHiperemesis Gravidarum


Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga
mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan
muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri
yang dapat pula memberikan gejala muntah.Hiperemesis gravidarum yang terus
menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi
perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera dilakukan (Gardian et
al., 2018).

2.2.6 PencegahanHiperemesis Gravidarum


Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi
hyperemesis gravidarum dengan cara (Ni Nyoman, 2020):
1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.

15
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering.
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan the hangat.
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
6. Makanan tidak disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.3

2.2.7 PenatalaksanaanHiperemesis Gravidarum


1. Terapi obat, menggunakan sedative; vitamin; anti muntah; antasida dan
antimulas.
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di rumah
sakit:
a. Kadang-kadang pada beberapa wanita, hanya tidur di rumah sakit
saja, telah banyak mengurangi mual dan muntahnya
b. Isolasi, jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan
dokter saja yang boleh masuk. Kadang kala hal ini saja tanpa
pengobatan khusus telah mengurangi mual dan muntah.
c. Terapi psikologik. Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu
hal yang wajar, normal dan fisiologis jadi tidak perlu takut dan
khawatir.
d. Penambahan cairan. Berikan infus dekstrose atau glukosa 5%
sebanyak 2-3 liter dalam 24 jam.
e. Berikan obat-obatan sedative, vitamin, anti muntah, antasida dan anti
mulas.
f. Pada beberapa kasus dan bila terapi tidak dapat dengan cepat
memperbaiki keadaan umum penderita, dapat dipertimbangkan suatu
abortus buatan(Maternity et al., 2017).

16
Ada beberapa anjuran bahwa memakan makanan kaya protein dapat
membantu mengurangi takigastria atau bradigastria gelombang lambat
lambung. Protein di metabolisme menjadi asam amino, dikirim ke hati dan
diubah menjadi bentuk yang lebih berguna oleh asam amino transferase
dalam suatu proses yang memerlukan vitamin B6. Wanita yang
mengalami mual dan muntah ringan sampai berat memperlihatkan
peningkatan insiden disritmia lambung yang terbukti berkurang secara
lebih signifikan setelah memakan makanan kayaprotein dari pada setelah
memakan makanan yang di dominasi oleh karbohidrat atau lemak. Nilai
vitamin B6 untuk mengurangi mual dan muntah dapat terletak dalam
perannya pada metabolisme glukosa, dengan suplementasi akan
mengurangi efek hipoglikemi pada tubuh yang umumnya diyakini sebagai
salah satu penyebab utama “mual dan muntah” akan tetapi, suplemen
vitamin B6 dan asam folat memiliki efek yang terbaik terhadap
pertumbuhan janin. Dosis vitamin B6 harian sebesar 2-3 mg selama
kehamilan(Komariyah, 2015).
Pemilihan bahan makanan untuk ibu hamil dengan hyperemesis
gravidarum juga harus diperhatikan. Bahan makanan yang dapata dipilih
diantaranya adalah roti panggang, biscuit, crackers, buah segar, sari
buah, sirup dan the encer. Utamakan memilih makanan yang segar dan
hindari makanan yang diawetkan. Bahan makanan yang sebaiknya
dihindari adalah goring-gorengan dan makanan berlemak, bumbu terlalu
merangsang, bahan makanan yang mengandung alcohol, kopi, serta
bahan makanan yang mengandung bahan pengawet(Khotimah et al.,
2015).

2.2.8 Faktor-faktor pada ibu hamil yang menyebabkan hiperemesis


gravidarum
1. Usia
Usia seorang perempuan dapat mempengaruhi emosi selama
kehamilannya. Remaja yang hamil membutuhkan banyak support dari
lingkungannya untuk meningkatkan kesehatan. Secara optimal dan
kebutuhan-kebutuhan psikologis maupun social bagi dirinya dan anaknya.
Pada remaja yang hamil antara 12-19 tahun perlu dikaji perkembangan fisik

17
dan perhatian serta kemampuan untukmemeriksakan kesehatan. Perhatian
untuk kelompok ibu hamil yang lain adalah primigravida tua. Pada umumnya
primigravida usialebih dari 35 tahun memerlukan pemeriksaan-pemeriksaan
khususuntuk mendeteksi kelainan dan factor resiko kehamilan yang mungkin
timbul, sehingga dapat ditangani secara tepat.
2. Jumlah kehamilan
Kehamilan primigravida atau multigravida yang mengalami penyulit pada
kehamilan atau persalinan yang lampau sering mengalami mual dan muntah.
Untuk itu perlunya ibu hamil diberi penjelasan mengenai fisiologis kehamilan,
persalinan, dan nifas supaya dapat mengerti perubahan-perubahan yang
terjadi.
3. Berat pekerjaan
Pada masa kehamilan usahakan cukup beristirahat. Banyak wanita hamil
disibukkan oleh pekerjaan, tapi bila mungkin kurangi sebagian pekerjaan lalu
mencoba untuk bersantai dengan posisi kaki terangkat. Dan biasakan tidur
sekitar pukul 19.00 atau 20.00 malam. Kelelahan harus dicegah hingga
pekerjaan harus diselingi dengan istirahat.
4. Pengalaman sakit serupa
Pengalaman ibu hamil yang berkaitan dengan mual dan muntah pada
kehamilan sebelumnya sangat berpengaruh terhadap kehamilan berikutnya.
Pengalaman yang merugikan pada kehamilan sebelumnya atau kurangnya
pengetahuan mengenai proses kehamilan akan berpengaruh terhadap
kelahiran anak nanti.
5. Umur kehamilan
Pada umur kehamilan muda yaitu trimester I sebagian besar wanita
mengalami kegembiraan tertentu karena mereka telah dapat menyesuaikan
diri dengan rencana membentuk hidup baru. Akan tetapi segera setelah
konsepsi, progesterone dan estrogen dalam tubuh mulai meningkat,
terjadilah mual dan muntah, kelemahan, keletihan. Calon ibu tidak
merasakan sehat benar dan umumnya mengalami depresi (Khotimah et al.,
2015).

18
2.3 Tinjauan Tentang Aromaterapi Jahe
2.3.1 Pengertian Aromaterapi
Aromaterapi merupakan penggunaan minyak esensial untuktujuan
penanganan yang meliputi: pikiran, tubuh, dan semangat. Aromaterapi adalah
penggunaan minyak esensial, yang diperoleh dari tanaman aromatik, untuk sifat
terapeutik. Aromaterapi klinis diakui sebagai bagian dari keperawatan holistik
oleh American association holistik perawat dan oleh sebagian besar negara
dewan keperawatan. Aromaterapi adalah suatu cara perawatan tubuh dan atau
penyembuhan penyakit dengan menggunakan minyak esensial atau (essential
oil)(Hignett et al., 2015).
Minyak esensial atau essential oil merupakan bahan baku utama untuk
kepentingan sediaan aromaterapi. Aromaterapi mempunyai efek yang positif
karena diketahui bahwa aroma segar dan harum merangsang sensori, reseptor
dan pada akhirnya mempengaruhi organ yang lain sehinggadapat menimbulkan
efek kuat terhadap emosi. Aroma ditangkap oleh reseptor dihidung yang
kemudian memberikan informasi lebih jauh kearah otak yang mengontrol emosi
dan memori maupun memberikan informasi ke hipotalamus yang merupakan
pengatur sistem internal tubuh termasuk sistem seksualitas, suhu tubuh, dan
reaksi terhadap stress (Astriana, 2018).

2.3.2 Manfaat Aromaterapi


Aromaterapi klinis juga digunakan oleh dokter,terapis pijat, praktisi
perawat,terapis okupasi dan banyak petugas kesehatan lainnya.Berdasarkan
pengalaman empiris pada masa lampau, aromaterapi meliliki banyak khasiat dan
manfaat yang cukup banyak(Hignett et al., 2015). Adapun manfaat yang penting
yang dapat diperoleh dari aromaterapi adalam sebagai berikut :
1. Merupakan bagian utama dari parfum keluarga, yaitu dengan
memberikan sentuhan, keharuman, dan suasana wewangian yang
menyenangkan, ketika sedang berada dirumah atau bepergian.
2. Dapat digunakan sebagai pelengkap kosmetika seperti body lotion, body
scrub, body wash, body mask, massage oil, berbal bath, dan sebagainya,
sehingga dapat menjadikan kulit tubuh lebih halus, bersih, segar, dan
tampak aura kecantikannya.

19
3. Merupakan salah satu metode perawatan yang tepat dan efisien dalam
menjaga tubuh agar tetap sehat.
4. Banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya untuk membantu
penyembuhan beragam penyakit, meskipun lebih ditujukan sebagai terapi
pendukung (support therapy).
5. Dapat membantu kelancaran fungsi sistem tubuh (improving body
functions), antara lain, dengan cara mengembalikan
keseimbanganbioenergi tubuh.
6. Membantu meningkatkan stamina dan gairah seseorang, walaupun
sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah semangat hidup.
7. Menumbuhkan perasaan yang tenang pada jasmani, pikiran dan rohani
serta menciptakan suasana yang tenang dan dapat menjauhkan
perasaan cemas dan gelisah.
8. Mampu menghadirkan rasa percaya diri, sikap yang berwibawa, jiwa
pemberani, sifat familiar, perasaan gembira, damain dan juga suasana
romantis.
9. Merupakan bahan antiseptik dan antibakteri alami yang dapat menjadikan
makanan ataupun jasad renik menjadi lebih awet.

2.3.3 Jenis-jenis Terapi Menggunakan Minyak Esensial


Terapi dengan menggunakan minyak esensial dapat dilakukan secara
internal maupun eksternal. Penggunaan cara terapi yang tepat akan
sangatmembantu daya kerja bahan aktif sekaligus efisien dan akurat dalam
penggunaan sediaan aromaterapi. Meskipun demikian, setiap bahan yang akan
digunakan perlu diketahui terlebih dahulu efektivitas bahan aktifnya(Wiryani et
al., 2019). Hal ini bertujuan untuk memperoleh efek terapi yang optimal dan tepat
guna.
1. Terapi Internal
Terapi internal adalah terapi dalambentuk minyak maupun cairan encer,
minyak esensial yang murni dapat dikonsumsi langsung secara oral (dimakan
atau diminum lewat mulut) dan inhalasi (dihirup lewat hidung). Beberapa
produk berbahan baku minyak esensial ini juga telah diproduksi antara lain
dalam bentuk tablet hisap(Dirgahayu et al, 2019).

20
a. Terapi melalui Oral
Terapi melalui oral adalah terapi dengan cara penggunaan minyak
esensial pada prinsipnya hampir sama seperti ketika kita menggunakan
obat-obatan dalam terapi oral lain. Sebelum mulai terapi, minyak esensial
yang akan digunakan harus diencerkan terlebih dahulu kedalam pelarut
air yang non alkohol dalam konsentrasi kurang dari 1%, konsentrasi
pengenceran ini tergantung pada beberapa faktor antara lain:jenis
penyakit yang akan diobati, minyak esensial yang akan dipakai, metoda
terapi yang digunakan.Dalam aromaterapi internal, bahan-bahan yang
telah dikonsumsi akan masuk kedalam sistem jaringan tubuh bagian
dalam (lambung). Bahan-bahan tersebut akan menjadi granul-granul
halus dimana zat aktifnya akan lebih mudah terlepas dan larut. Tahap ini
disebut fase biofarmasi. Zat yang larut tersebut selanjutnya akan
mengalami absorpsi, distribusi, metabolisme dan juga eksresi dalam
tubuh dan disebut fase farmakokinetik. Sediaan berupa zat aktif tersebut
juga akan mengalami fase farmakodinamika dimana zat aktif dalam
sediaan minyak tersebut akan berinteraksi dengan reseptor ditempat
sasaran kerja untuk kemudian memberikan efek terapinya.
b. Terapi MenggunakanAromaterapi
Terapi inhalasi aromaterapi sangat berguna untuk mengatasi dan
meringankan keadaan yang berhubungan dengan kondisi kesehatan
tubuh seseorang khususnya penyakit yang berhubungan dengan
gangguan saluran pernapasan dan gangguan sistem tubuh lainnya. Cara
terapi ini adalah untuk menyalurkan khasiat zat-zat yang dihasilkan oleh
minyak esensial secara langsung dengan mengalirkan uap minyak
esensial secara langsung atau alat bantu aromaterapi seperti tabung
inhaler dan spray, anglo, lilin ataupun pemanas listrik. Terapi inhalasi
dapat diketahuidengan sensor indera penciuman pada manusia memiliki
tingkat kepekaan lebih tajam dan sesitif. Terapi melalui inhalasi ini
memiliki efek yang kuat terhadap organ-organ sensorik yang dilalui bahan
aktif minyak esensial. Aroma zat-zat minyak esensial yang berupa tetes-
tetes uap halus atau dalam bentuk lainnya itu akan membasahi saluran
pernapasan yaitu dengan cara membasahi bagian selaput lendir pada
hidung, faring, laring, trakhea, bronkus, bronkhioli dan alveoli. Uap asap

21
minyak esensial ini juga bisa mempengaruhi kondisi psikis seseorang
melalui rangsangan yang diterima oleh ujung syaraf penciuman yang
terdapat didalam selaput lendir hidung, atau daerah respon syaraf pada
organ lain yang dilalui tetes uap minyak esensial tersebut. Minyak yang
umum digunakan adalah peppermint atau jahe untuk mual, lavender
untuk relaksasi, rose baik digunakan dalam suasana sedih, floral citrus
dapat memberikan kesegaran (Khadijah et al., 2020).
2. Terapi Eksternal
Secara umur penggunaan aromaterapi lebih banyak dilakukan secara
eksternal diluar tubuh dibandingkan secara internal dari dalam tubuh.
Sebagai bahan untuk obat-obatan minyak esensial mudah terserap bila
kontak langsung dengan lapisan kulit. Meskipun demikian terapi ini lebih
optimal jika dilakukan dengan cara yang tepat. Beberapa metoda yang sering
dilakukan berupa pemijatan dan terapi air(Windiyati & Pebrianti, 2018).
a. Terapi Pemijatan (Massage)
Pemijatan termasuk salah satu cara terapi yang sudah berumur tua.
Meskipun metoda ini tergolong sederhana namun cara terapi ini masih
sering digunakan dan semakin banyak para ahli kesehatan yang
menggunakan untuk pengobatan modern.
b. Terapi Air (Hidrotherapy)
Terapi terapi air bertujuan untuk untuk menjaga dan mengembalikan
kondisi tubuh agar tetap segar, sehat, harum dan selalu terjaga
keindahannya. Cara penggunaan minyak jahe dalam aromaterapi adalah
sebagai berikut:
1) Menghirup uap minyak jahe. Untuk melancarkan hidung
tersumbat, kelelahan, rasa mual dan muntah, pilek, flu, perasaan
kesepian dan jenuh, dan meningkatkan gairah seksual.
Pembakaranmurni dilarang di dalam unit maternitas, tetapi
penguap elektrik adalah yangpaling cocok dan aman untuk
digunakan di institusi. Satu sampaiduatetes minyak esensial
diteteskan dan penguap dinyalakan selama10-15 menit per jam
untuk mencegah intiksikasi minyak yang telah dipilih. Jika wanita
ingin menguap minyak esensial di rumah melalui sebuah alat
dengan pembakar murni, mereka harus dianjurkan untuk

22
menggunakan secara tepat dan diinformasikan tentang implikasi
keamanannya (Windiyati & Pebrianti, 2018).
2) Sebagai minyak pijat(body massage). Meringankan rasa sakit
pada arthritis, reamtik, kelelahan, mual, pilek, flu, pegal linu,
gangguan pencernaan, dan melancarkan peredaran darah.
3) Sebagai Kri/Lotion. Mengurangi rasa sakit pada arthritis, pegal
linu, rematik, bengkak, diare dan melancarkan peredaran darah.
4) Kompres panas. Mengurangi rasa sakit pada arthritis, reamtik,
pegallinu, dan gangguan pencernaan.
5) Tetes pada sapu tangan/tissue. Dihirup oleh hidung untuk
keperluan yang cepat, mengobati mual selama kehamilan,
gangguan pencernaan, flu, pilek, mabuk laut, mabuk perjalanan.

2.3.4 Cara Kerja Aromaterapi


Secara farmakologi, aromaterapi bekerja di dalam tubuh manusia melalui
dua sistem, yaitu melalui sistem saraf dan sistem sirkulasi. Melalui jaringan saraf
yang mengantarnya, sistem saraf akan mengenali bahan aromatik sehingga
sistem saraf vegetative-yaitu sistem saraf yang berfungsi mengatur fungsi organ
seperti mengatur denyut jantung, pembuluh darah, pergerakan saluran cerna
akan terangsang. Beberapa cara kerja Aroma ke dalam tubuh :
1. Melalui saluran pencernaan
Oleh para dokter dan ahli aromaterapi di Prancis. Beberapa penelitian
yang dilakukan oleh para ahli aromaterapi kedokteran (aromatologist)
menunjukkan bahwa setiap tetes minyak esensial yang digunakan melalui
cara ini seluruhnya akan sampai ke sistem di dalam tubuh.
2. Indra penciuman
Proses melalui penciuman merupakan jalur yang sangat cepat dan efektif
untuk menanggulangi masalah gangguan emosional seperti stres atau
depresi. Hal ini disebabkan rongga hidung mempunyai hubungan langsung
dengan sistem susunan saraf pusat yang bertanggung jawab terhadap kerja
minyak esensial. Hidung sendiri bukan merupakan organ penciuman, hanya
merupakan tempat untuk mengatur suhu dan kelebapan udara yang masuk
dan sebagai penangkal masuknya benda asing melalui pernafasan. Bila
minyak esensial dihirup molekul yang mudah menguap akan membawa

23
unsur aromatik yang terdapat dalam kandungan minyak tersebut ke puncak
hidung. Ramnut geotar yang terdapat didalamnya, yang berfungsi sebagai
reseptor, akan menghantarkan pesan elektrokimia ke susunan saraf pusat.
Pesan ini akan mengaktifkan pusat emosi dan daya ingat seseorang yang
selanjutnya akan mengantarkan pesan balik ke seluruh tubuh melalui sistem
sirkulasi. Pesan yang diantar ke seluruh tubuh akan dikonversikan menjadi
suatu aksi dengan pelepasan substansi neurokimia berupa perasaan senang,
rileks, tenang atau terangsang. Melalui penghirupan, sebagian molekul akan
masuk ke dalam paru-paru. Cara ini sangat dianjurkan untuk digunakan pada
mereka yang memiliki gangguan pernafasan. Molekul aromatik akan diserap
oleh lapisan mukosa pada saluran pernafasan, baik pada bronkus maupun
pada cabang halusnya (bronkeoli) secara mudah. Pada saat terjadi
pertukaran gas di dalam alveoli, molekul kecil tersebut akan di angkut oleh
sirkulasi darah di dalam paru-paru. Pernapasan yang dalam akan
meningkatkan jumlah bahan aromatik ke tubuh.

2.4 Tinjauan Tentang Jahe


2.4.1 Pengertian Jahe
Nama ilmiah jahe adalah Zingiber officinale Rosc. Kata Zingiber berasal
dari bahasa Yunani yang pertama kali dilontarkan oleh Dioscorides pada tahun
77 M. Nama inilah yang digunakan Carolus Linnaeus seorang ahli botani dari
Swedia untuk memberi nama latin jahe. Menurut para ahli, jahe (Zingiber
officinale Rosc.) berasal dari Asia Tropik, yang tersebar dari India sampai Cina.
Oleh karena itu, kedua bangsa itu disebut-sebut sebagai bangsa yang pertama
kali memanfaatkan jahe, terutama sebagai bahan minuman, bumbu masakan,
dan obat-obatan tradisional. Belum diketahui secara pasti sejak kapan mereka
mulai memanfaatkan jahe, tetapi mereka sudah mengenal dan memahami
bahwa minuman jahe cukup memberikan keuntungan bagi hidupnya (Santoso,
2014).

2.4.2 Sejarah Jahe


Induk jenis Zingiber yang berasal dari keluarga Zingiberaceaememiliki
tidak kurang dari 100 spesies (tumbuh-tumbahan hijau) yang berasal dari wilayah
Asia tropis. Jahe (Zingiber Officinale) adalah salah satu jenis tumbuhan hijau

24
tropis yang berganti daun yang berasal dari wilayah pesisir India.Jahe
bermanfaat karena komposisinya mengandung energiyang sangat besar. Dari
fisiknya, jahe memiliki bentuk daun tegak lurus berukuran tinggi 3-4 kaki. Pada
saat musim panas bungan tumbuhan ini menghasilkan bau wangi.Tumbuhan
jahe banyak digunakan sebagai obat-obatan, kosmetik, pengharum ruangan,
serta bahan makanan lainnya(Dirgahayu et al, 2019).
Kata “ginger” (yang berarti jahe, dalam bahasa Inggris) berasal dari
bahasa Yunani Zingiberis, namun sebelum Zingiberis, jahe bernama Zindschebil,
yang berarti akar Zindschi (India). Sementara nama spesies Zingiber
Officinaleberasal dari bahasa latin, Officina yang berarti “ruang kerja”. Dari kata
itu terbukti unsur pokok jahe dapat dipergunakan sebagai obat-obatan tanpa
resep dokter, yang kelak akan menjadi tumbuh-tumbuhan popular. Kini, oleh
para ahli obat tanaman ini banyak dijadikanramuan obat-obatan tradisional.
Sejak abad ke-16 Jamaika telah menjadi produsen jahe terbesar di dunia. Oleh
karena itu, tidak aneh jika awal mula obat-obatan jahe berasal dari Jamaika,
namun, produksi dan kualitas jahe asal Jamaika terus mengalami penurunan,
akibatnya orang mulai beralih ke China. Jahe kini telah menjadi tumbuhan
komersil di semua wilayah tropis dan hangat, misalnya India (Cochin, Calicut,
dan Bengal), Afrika (Nigeria dan Sierr Leone), China, Jamaika, Australia dan
Florida(Dirgahayu et al, 2019).
Jahe sebagai salah satu jenis tanaman herbal mempunyai banyak
keunggulan dibandingkan dengan tanaman herbal lainya, khususnya bagi ibu
hamil yang sedang mengalami mual muntah. Keunggulan pertama jahe adalah
kandungan mengandung minyak terbang (minyak atsiri)yang menyegarkan dan
memblokir reflek muntah sedang gingerol sehingga dapat melancarkan
peredaran darah dan syaraf-syaraf bekerja dengan baik(Dirgahayu et al, 2019).

2.4.3 Jenis-jenis Jahe


Menurut(Manurung & Adriani, 2018), jahe dibedakan menjadi tiga jenis
berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangnya. Umumnya dikenal tiga
varietas jahe, yaitu:
1. Jahe putih/kuning besar atau disebut juga jahe gajah atau jahe badak,
rimpangnya lebih besar dan gemuk, ruas rimpangnya lebih
menggembung dari kedua varietas lainnya. Jenis jahe ini biasa

25
dikonsumsi baik saat berumurmuda maupun berumur tua, baik sebagai
jahe segar maupun jahe olahan.
2. Jahe putih/kuning kecil atau disebut juga jahe sunti atau jahe emprit,
ruasnya kecil, agak rata sampai agak sedikit menggembung. Jahe ini
selalu dipanen setelah berumur tua. Kandungan minyak atsirinya lebih
besar dari pada jahe gajah, sehingga rasanya lebih pedas, disamping
seratnya tinggi. Jahe ini cocok untuk ramuan obat-obatan, atau untuk
diekstrak oleoresin dan minyak atsirinya.
3. Jahe merah, rimpangnya berwarna merah dan lebih kecil dari pada jahe
putih kecil sama seperti jahe kecil, jahe merah selalu dipanen setelah tua,
dan juga memilikikandungan minyak atsiri yang sama dengan jahe kecil,
sehinggacocok untuk ramuan obat-obatan.

2.4.4 Kandungan Jahe


Jahe memiliki beberapa kandungan kimiayang berbeda. Beberapa
kandungan kimia pada tiga jenis jahe dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Jenis Jahe
Karakteristik Jahe Besar Jahe Kecil Jahe Merah
Minyak atsiri (%) 1,62-2,29 3,05-3,48 3,90
Pati (%) 55,10 54,70 44,99
Serat(%) 6,89 6,59 8,99
Sumber: (Manurung & Adriani, 2018).
Selain kandungan-kandungan tersebut, rimpang jahe jugamengandung
senyawa fenolik. Beberapa komponen bioaktif dalam ekstrak jahe antara lain (6)-
gingerol, (6)-shogaol, diarylheptanoid dan curcumin. Rimpang jahe juga
mempunyai aktivitas antioksidan yang melebihi tokoferol.Kandungan lain yang
terdapat pada jahe antara lain minyak atsiri yang terdiri dari senyawa-senyawa
seskuiterpen, zingiberen, zingeron, oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol,
sitral, zingiberal, danfelandren. Minyak atsiri umumnya berwarna kuning, sedikit
kental, dan merupakan senyawa yang memberikan aroma yang khas pada jahe
(Wiryani et al., 2019).
Jaheefektif sebagai pengobatan yang aman untuk mual dan muntah pada
kehamilan. Jahe diperkirakan dapat meningkatkan tonus otot usus dan
merangsang aliran air liur, empedu, dan sekresi lambung. Salah satu kandungan
senyawa jahe adalah diterpenoid yang telah terbukti memiliki aktivitas yang mirip

26
dengan neurotrasmitter 5-HT3 antagonis seperti ondansentron dan obat emetik
lainnya. Jahe merah memiliki rasa pedas yang lebih tinggi, hal itu disebabkan
karena kandungan oleoresin pada jahe merah lebih tinggi dibanding jahe gajah
dan jahe emprit.Kandungan oleoresin setiap jenis jahe berbeda-beda.Oleoresin
jahe bisa mencapai sekitar 3%, tergantung jenis jahe.Kandungan minyak atsiri
dan oleoresin yang cukup tinggi pada rimpang jahe merah dipercaya
menyebabkan jahe merah memiliki peranan penting dalam dunia pengobatan,
baik pengobatan tradisional maupun untuk skala industri dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi(Wiryani et al., 2019).

2.4.5 Manfaat Jahe


Struktur kimia jahe mengandung senyawa seperti oleoresin, geranial,
neral, b-fellandren, sineol, borneol, bisabolen, zingiberene, gingerol, shogaol,
diterpenes, lypids, protein, pati dan vitamin. Tanaman ini dilaporkan memiliki efek
anti inflamasi, antimikroba, anti kanker, anti diabetes, anti lipidemik dan antimetik.
Selama lebih dari 2.500 tahun, rimpang jahe telah digunakan untuk mengobati
gangguan pencernaan, serta nyeri sendi dan otot (AMEINABILLA PASA
TRISNAPUTRI, 2020).
Berdasarkan review artiket dari beberapa peneliti, manfaat jahe adalah
sebagai berikut: berpengaruh terhadap sistem kardiovaskuler yaitu membantu
untuk mengurangi tekanan darah dan beberapa kerja jantung, memberikan
bantuan terhadap serangan sakit kepala, mengurangi mual dan muntah, anti
inflamasi, menghambat pertumbuhan bakteri, menekanpertumbuhan sel-sel
kanker pada usus besar dan masih banyak manfaat lain dari jahe.Kandungan air
dan minyak tidak menguap pada jahe berfungsi sebagai enhancer yang dapat
meningkatkan permeabilitas oleoresin menembus kulit tanpa menyebabkan iritasi
atau kerusakan hingga ke sirkulasi perifer (AMEINABILLA PASA TRISNAPUTRI,
2020).

2.4.6 Mekanisme Jahe dalam Mengurangi Mual Muntah


Zat-zat yang terkandung dalam jahe antara lain gingerol, shogaol,
zingerone, zingiberol dan paradol. Rasa pedas yang terkandung pada jahe
disebabkan oleh zatzingerone, sedangkan aroma khas yang ada pada
jahedisebabkan oleh zat zingiberol. Jahe sebagai anti lemak, mekanisme

27
kerjazat-zat tersebut pada dasarnya masih belum jelas. Jahe bekerja
menghambat reseptor serotonindan menimbulkan efek anti emetik pada sistem
gastrointestinal dan sistem susunan saraf pusat. Galanolakton merupakan unsur
lain yang terkandung padajahe, adalah suatu antagonis kompetitif pada ileus 5-
HT reseptor, yang menimbulkan efek antiemetik (Pane et al., 2018).
Jahe sebagai anti inflamasi, ekstrak jahetelah memperlihatkan
kemampuan untuk menghambataktivasi TNF (tumour necrosing factor) dan
ekspresisiklo-oksigenase 2 selama in vitro dari sinoviosit manusia. Zat yang
menghambat siklo-oksigenase 2, yaitugingerol, bekerja dengan cara
menghalangi aktivasi p38MAP kinase dan NF-kB. Jahe juga mempunyai
kandungan minyak atsiri yang berfungsi sebagai anti radang sehingga jahe dapat
menghambat proses peradangan yang disebabkan oleh infeksi H.pylori.
Olehkarena itu, frekuensi mual dan muntah yang disebabkan oleh infeksi H.pylori
dapat dikurangi.(Pane et al., 2018).

2.5 Penelitian Relevan


Tabel2. Penelitian Relevan
No Nama Judul Variabel Variabel Hasil
Peneliti Bebas Terikat
1 Rahmain Pengaruh Pemberian Penurunan Hasil penelitian
i (2020) Pemberian Aromaterapi Mual dan menunjukkan
Aromaterapi Jahe Jahe Muntah ada terdapat
Terhadap Ibu Hamil perbedaan
Penurunan Mual Trimester I bermakna
dan Muntah pada pemberian air
Ibu Hamil rebusan jahe dari
Trimester I hari pertama
sampai hari
ketiga, sebelum
dan sesudah
diberikan air
rebusan jahe
dengan nilai p-
value 0,000 <
0,05. Kesimpulan
dalam penelitian
ini adalah ada
pengaruh
pemberian air
rebusan jahe
terhadap
penurunan mual
dan muntah pada
ibu hamil

28
No Nama Judul Variabel Variabel Hasil
Peneliti Bebas Terikat
trimester I
2 Rahayu Efektivitas Pemberian Penurunan Hasil penelitian
(2018) Pemberian Aromaterapi Frekuensi meunjukkan ada
Aromaterapi Lavender Mual perbedaan yang
Lavender Dan Dan Jahe Muntah signifikan antara
Jahe Terhadap mean intensitas
Penurunan derajat mual
Frekuensi Mual muntah sebelum
Muntah Pada Ibu dan sesudah
Hamil Trimester I pemberian aroma
Di BPM Trucuk terapi jahe
Klaten dengan nilai p
value = 0,000
(α<0,05).
3 Wirda Pengaruh Pemberian Penurunan Hasil penelitian
(2020) Pemberian Aromaterapi Hiperemesi dengan
Aromaterapi Jahe Jahe s menggunakan uji
Terhadap Gravidarum berpasangan (uji
Penurunan Pada Ibu t) yang dilihat
Hiperemesis Hamil yaitu pengaruh
Gravidarum Pada Trimester penurunan
Ibu Hamil Pertama hipermesis
Trimester gravidarum pre-
Pertama Di post, nilai mean
Wilayah Kerja 0.500, standar
Puskesmas devisiasi sebesar
Mangarabombang 0.527. Test di
Kabupaten dapatkan nilai p
Takalar (0.015) <0.05 hal
ini menunjukkan
bahwa ada
pengaruh
Aromaterapi
Terhadap
Penurunan
Hiperemesis
Gravidarum Pada
Ibu Hamil
Trimester
Pertama Di
Wilayah Kerja
Puskesmas
Mangarabombang
Kabupaten
Takalar Tahun
2020

29
2.6 Kerangka Teori

Terapi nonfarmakologi terhadap hiperemesis gravidarum


(Satrianawati, 2018)

Herbal Dukungan Emosional Akupuntur

1. Jahe 1. Terapi pemijatan


2. Lengkuas (laos) 2. Terapi inhalasi
3. Kencur
4. Kunyit
5. Lempuyang
6. Temulawak
7. Temuireng
8. Temukunci Aromaterapi Jahe
(Triwibowo dan
Pusphandani, 2013)

Jahe membuat suatu antagonis


kompetitif pada ileus 5-HT (oleoresin)
reseptor, yang menimbulkan efek
antiemetik.
(Pane et al., 2018)

Penurunan hiperemesis gravidarum

Gambar 1. Kerangka Teori


(Triwibowo dan Pusphandani, 2013. Satrianawati, 2018. Pane et al, 2018)

30
2.7 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Variabel Bebas Variabel Terikat

Penurunan Hiperemesis Gravidarum


pada Ibu Hamil Trimester I
Pemberian Aromaterapi Jahe

Keterangan:
= Variabel bebas

= Variabel terikat

Gambar 1.Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis
Ha: Terdapat pengaruh pemberian aromaterapi jahe terhadap penurunan
hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di wilayah kerja
Puskesmas Global Limboto.

31
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian eksperimen atau experimental research adalah suatu penelitian
dengan melakukan kegiatan percobaan (eksperimen), yang bertujuan
mengetahui gejala atau pengaruh yang timbul, sebagai akibat dari adanya
perlakuan tertentu atau eksperimen tersebut. Ciri khusus dari penelitian
eksperimen adalah adanya percobaan atau intervensi, yang berupa perlakuan
terhadap suatu variabel. Dari perilaku tersebut diharapkan terjadi perubahan atau
pengaruh terhadap variable yang lain (Notoatmodjo, 2018).
Jenis penelitian ini adalah analitik komparatif dengan menggunakan
rancangan Quasy Eksperimendengan jenis rancangan one group pre-post
design. Tujuan melihat apakah ada pengaruh pemberian aromaterapi jahe
terhadap penurunan hipermesis gravidarum pada ibu hamil, pada penelitian
menggunakan pengukuran dimana kelompok subjek diobservasi sebelum
dilakukan intervensi selama satu minggu kemudian diobservasi lagi setelah
diberikan intervensi. Rancangan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut
(Notoatmodjo, 2018):

O1 X O2

O3 O4

Keterangan :
X = Perlakuan
O1 = Data awal Kelompok yang diberi perlakuan
O3 = Data awal Kelompok yang tidak diberi perlakuan
O2 = Data akhir Kelompok yang diberi perlakuan
O4 = Data akhir Kelompok yang tidak diberi perlakuan

Gambar 3. Desain Penelitian Quasy Eksperimen Pre-Post Test with Control


Design (Notoatmodjo, 2018)

32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2021

3.3 O1
Populasi dan Sampel X O2
3.3.1 Populasi O3O4
Populasi adalah wilayah generalisasi berupa sumber atau objek yang
akan diteliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulan, atau dengan kata lain,
populasi adalah totalitas dari seluruh objek peneliti (Notoatmodjo, 2018).
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester 1 di wilayah kerja
Puskesmas Limboto berjumlah 20 ibu hamil trimester I.
3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi
yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil
sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Adapun penentuan
jumlah sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah dengan
metode total sampling. Sampel pada penelitian ini yaitu ibu hamil trimester I yang
mengalami hiperemesis gravidarum dengan jumlah 20 orang ibu hamil.
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan jenis
totalsampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana seluruh
anggota populasi dijadikan sampel semua.Dalam penelitian ini sampel yang akan
diambil adalah seluruh ibu hamil trimester I di Puskesmas Limboto yaitu 20
orang.

3.4 Variabel Penelitian


3.4.1 Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel bebas atau variabel yang
mempengaruhi (Sugiyono, 2016). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah pemberian aromaterapi jahe.

33
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel terikat atau variabel akibat / yang
dipengaruhi (Sugiyono, 2015). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
penurunan hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I.

3.5 Definisi Operasional


Tabel 3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Penelitian Ukur
1. Variabel Aromaterapi jahe yang Pipet, - 5 ml aromaterapi
Independen diberikan 2x sehari wadah 5 jahe dalam
Pemberian dengan dosis ml wadah dihirup
Aromaterapi meneteskan selama 30 detik
Jahe aromaterapi sebanyak
5 ml kedalam wadah
dan dihirup ibu selama
30 detik.

2. Variabel Mual muntah pada ibu Lembar Nominal Ada penurunan


Dependen hamil trimester I yang observasi hiperemesis
Hiperemesis menimbulkan gravidarum
Gravidarum gangguan aktifitas Tidak ada
pada Ibu sehari-hari dan bahkan penurunan
Hamil bisa membahayakan hiperemesis
Trimester I bagi ibu dan janin. gravidarum

3.6 Teknik Pengumpulan Data


3.6.1 Data Primer
1. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan/data untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang
dinamakan panduan wawancara. Dengan demikian jawaban yang diperoleh
bisa meliputi semua variabel, dengan keterangan yang lengkap dan
mendalam (Hastori et al., 2015).
2. Observasi
Teknik observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku
manusia, proses suatu kejadian, gejala-gejala lingkungan, dan responden
yang diamati tidak terlalu besar. (Sugiyono, 2016) menyatakan bahwa

34
observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik
yaitu tidak terbatas pada orang namun juga obyek-obyek alam lainnya. Untuk
mengumpulkan data pada penelitian ini peneliti menggunakan lembar
observasi untuk mengukur frekuensi mual muntah pre dan post pemberian
aromaterapi jahe pada ibu hamil trimester I. sebelum melakukan observasi,
responden diberikan lembar persetujuan menjadi responden terlebih dahulu.
Apabila bersedia menjadi responden, peneliti kan memberikan intervensi
pada responden kemudian akan dilakukan observasi selama 4 hari berturut-
turut.
3.6.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya (Sugiyono, 2016).
Data sekunder yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini, adalah
data ibu hamil trimester I yang diperoleh peneliti melalui data dari Puskesmas
Global Limboto sebagai data penunjang penelitian, data yang diperoleh yaitu
terdapat 29 ibu hamil trimester I yang mengalami hiperemesis gravidarum.

3.7 Instrument Penelitian


Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Pemberian Aromaterapi Jahe dengan cara meneteskan 5 ml aromaterapi
jahe ke wadah yang disediakan, kemudian menganjurkan responden
menghirup aromaterapi pada sapu tangan selama 30 detik dandilakukan
2x sehari selama 4 hari berturut-turut.
2. Untuk menilai pengaruh pemberian aromaterapi jahe terhadap frekuensi
emesis, peneliti menggunakan lembar observasi sebelum dan sesudah
intervensi. Dengan demikian, hasil pengamatan akan lebih berarti dan
obyektif, sebab dapat dilaporkan sebagaimana adanya proses pemberian
aromaterapi jahe pada ibu hamil hiperemesis gravidarum.

3.8 Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data merupakan salah satu bagian rangkaian kegiatan
peneliti setelah pengumpulan data. Metode penelitian ini juga merupakan cara
kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran (Sugiyono,
2015).

35
1. Editing
Editing yaitu memeriksa kelengkapan data, kesinambunga data, an
keseragaman data apakah data sudah sesuai yang di harapkan atau tidak.
Hal ini dimaksud untuk kejelasan data yang di peroleh dari responden agar
seluruh data yang diterima dapat diolah dan dianalisa dengan baik.
2. Coding
Coding yaitu menyederhanakan data, kesinambungan data dan
keseragaman data apakah data sudah sesuai seperti yang diharapkan atau
tidak. Hal ini menunjukan untuk mempermudah pemahaman data yang
akan kelompok-kelompokan.
3. Entri
Entri yaitu data yang dimasukkan kedalam file computer sesuai pemberian
kode pada tahap coding.
4. Scoring
Scoring yaitu penelitian data dengan memberikan skor pada pertanyaan
yang berkaitan dengan pengetahuan responden. Hal ini dimaksudkan untuk
memberikan bobot pada masing-masing jawaban, sehingga mempermudh
perhitungan.
5. Tabulating
Tabulating yaitu masukkan data sehingga mudah dijumlahkan, disusnan
dan di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.9 Teknik Analisa Data


3.9.1 Analisa Univariat
Analisis Univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Bentuk analisis univariat tergantung dari
jenis datanya (Notoatmodjo, 2018).
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan pada dua variabel untuk mengetahui adanya
pengaruh atau kolerasi (Notoatmodjo, 2012). Rancangan ini umumnya dikenal
dengan rancangan pre-post, artinya membandingkan rata-rata nilai pre test dan
nilai rata-rata post test dari dua sampel. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan uji paired sample t-test dan independent sample t-

36
test. Analisa paired sample t-test merupakan prosedur yang digunakan untuk
membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group (Notoatmodjo, 2018).

3.10 Etika Penelitian


Menurut (Notoatmodjo, 2018), etika dalam penelitian kesehatan
merupakan masalah yang sangat penting, mengingat penelitian kesehatan
berhubungan langsung dengan manusia. Maka segi etika penelitian harus
diperhatikan. Sebagai ungkapan, peneliti menghormati harkat dan martabat
subjek penelitian. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain:
1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi
responden.
2. Tanpa Nama (Anonymity)
Masalah etika kebidanan merupakan masalah yang memberikan jaminan
dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara peneliti tidak boleh
menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan identitas subjek.
Peneliti cukup dengan menggunakan inisial sebagai pengganti identitas
responden.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,
hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan di dalam hasil penelitian.

3.11 Alur Penelitian


Alur penelitian adalah kronologi prosedural yang dilakukan seorang
peneliti dalam karya penelitiannya dan bukan sekedar urutan apa yang mesti
dilalui. Alur penelitian ini disajikan pada Gambar 4.

37
Studi Pendahuluan

Permohonan Penelitian

Permohonan ijin kepada pihak Puskesmas Limboto

Informed Consent

Bersedia Tidak Bersedia

Mengisi lembar observasi Tanpa nama


sebagai pretest

Kerahasiaan
Pemberian intervensi aromaterapi jahe

Mengisi lembar observasi


sebagai posttest

Pengumpulan data dan


pengolahan data (SPSS) Analisa Data Hasil

Gambar 4. Alur Penelitian

38
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Gambaran Geografis
Kecamatan Limboto merupakan salah satu dari 21 Kecamatan yang ada di
Kabupaten Gorontalo, Kecamatan ini merupakan ibukota Kabupaten
Gorontalo. Kecamatan terletak : 0,300 Lintang Utara, 1,00 Lintang Selatan,
1210 Bujur Timur, 123,3 0 Bujur Barat Kecamatan dengan luas wilayah
127,92 km2 ini berbatasan dengan Kabupaten Gorontalo Utara di sebelah
utara, Kecamatan Telaga Biru di sebelah timur, Batudaa di sebelah selatan
serta Kecamatan Limboto Barat di sebelah  barat.
2. Potensi Sumber Daya Ekonomi dan Alam
Kecamatan Limboto memiliki potensi lahan pertanian sebagian besar
dimanfaatkan untuk pertanian lahan kering. Potensi hidrologi dimanfaatkan
untuk mengairi sawah,air minum dan berbagai kebutuhan masyarakat lainnya.
Kegiatan pertambangan masih sebagian besar dalam kelompok Galian C
yang meliputi:pasir,batu,teras,laolin dan batu kapur. Sedangkan
pertambangan emas sudah dikelola investor dan sebagian masyarakat
3. Situasi Sumber Daya Kesehatan
Pada tahun 2021, jumlah tenaga di Puskesmas Limboto sebanyak 92
orang. Jenis tenaga dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 4. Rekapitulasi SDM Kesehatan Berdasarkan Jenis Tenaga
Puskesmas Limboto 2021
No Jenis Tenaga Tahun 2021
1 Dokter Umur 3
2 Dokter Gigi 1
3 Farmasi 2
4 Perawat 17
5 Perawat Gigi 1
6 Bidan 28
7 Sanitasi 2
8 Nutrisionis 4
9 Administrasi 32
10 Analis 1
11 Sopir Ambulance 1
12 Penjaga Kantor 2
13 Cleaning Service 2
Jumlah 96

4.2 Hasil Penelitian

39
4.2.1 Karakteristik Responden
Salah satu tujuan karakteristik responden adalah memberikan gambaran
responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini yang dikelompokkan
menurut umur ibu, usia kehamilan dan pekerjaan ibu. Dari hasil pengumpulan
data melalui lembar kuesioner yang telah dilakukan pada bulan September-
Oktober 2021 dengan sampel penelitian sebanyak 20 responden, dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
1. Karakteristik Responden
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Ibu,
Usia Kehamilan dan Pekerjaan Ibu
Karakteristik Responden n Presentasi (%)
Umur
- <20tahun 0 0
- 20-35 tahun 19 95%
- >35 tahun 1 5%
Usia Kehamilan
- 0-12 minggu 20 100%
- 13-27 minggu 0 0
- 28-40 minggu 0 0
Pekerjaan
- IRT 19 95%
- Karyawan Swasta 1 5%
Total 20 100%
Sumber: Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 5 diatas dari 20 responden, jumlah responden
mayoritas kelompok umur ibu 20-35 tahun yaitu 19 responden (95%) dan umur
>35 tahun hanya 1 responden (5%), kelompok usia kehamilansemua responden
berjumlah 20 orang berada pada umur kehamilan 0-12 minggu (100%), dan pada
kelompok pekerjaan sebagian besar bekerja sebagai IRT yaitu 19 responden
(95%) dan yang karyawan swasta hanya 1 responden (5%).

40
4.2.2 Analisis Univariat
Tabel 6. Distribusi Responden Sebelum Diberikan Aromaterapi Jahe
Mual dan Muntah n Presentase (%)
- Ya 20 100%
- Tidak 0 0
Total 20 100%

Sumber: Data Primer (2021)


Berdasarkan Tabel 6 diatas diketahui dari jumlah 20 responden, jumlah
responden yang mengalami mual dan muntah sebelum diberikan aromaterapi
jahe sebanyak 20 orang (100%).
Tabel 7. Distribusi Responden Sesudah Diberikan Aromaterapi Jahe
Mual dan Muntah n Presentase (%)
- Ya 3 15%
- Tidak 17 85%
Total 20 100%

Sumber: Data Primer (2021)


Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui dari jumlah 20 responden, jumlah
responden yang tidak mengalami mual dan muntah sesudah diberikan
aromaterapi jahe sebanyak 17 orang (85%).

4.2.3 Analisis Bivariat


Analisis bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pemberian aromaterapi jahe terhadap penurunan hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil trimester I di wilayah kerja Puskesmas Limboto.
Sebelum melakukan analisa bivariat, asumsi normalitas data harus dipenuhi
untuk menentukan uji sebelumnya agar mengetahui data terdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro
Wilk.Analisis yang digunakan untuk mengetahui penurunan hiperemesis
gravidarum sebelum dan sesudah diberikan perlakuan dengan menggunakan uji
dan Paired Sample T Test dengan signifikan < (α) 0,05.

41
Tabel 8. Hasil Uji Normalitas Data

Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Mual dan Muntah
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sebelum Intervensi - - - - - -
Sesudah Intervensi 0,509 20 0,000 0,433 20 0,000
Sumber: Data Primer (2021)
Berdasarkan Tabel 8, hasil pengolahan uji normalitas data dengan
metode Shapiro Wilk, diketahui nilai signifikan untuk post test adalah 0,000< (α)
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.
Tabel 9. Hasil Uji Sample Paired T Test

Mual dan Muntah Mean SD t-test p-value


Sebelum Intervensi 2,00 0,000
10,376 0,000
Sesudah Intervensi 1,15 0,366
Sumber: Olahan Data (2021)
Dari tabel 9 didapatkan bahwa nilai rata-rata nilai mean mual muntah
sebelum diberikan aromaterapi jahe adalah 2,00 dengan standar deviasi 0,000,
dan rata-rata nilai mean mual muntah sesudah diberikan aromaterapi jahe
adalah 1,15 dengan standar deviasi 0,366. Hasil tersebut terdapat perbedaan
yang signifikan dari nilai rata-rata frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah
dilakukan pemberian aromaterapi jahe yang dapat dilihat dari nilai selisih rerata
nilai yaitu 0,85. Hasil nilai p-value (0,000) < (0,05), maka dapat disimpulkan ada

pengaruh yang signifikan antara mean intensitas derajat mual muntah sebelum
dan sesudah pemberian aromaterapi jahe.

4.3 Pembahasan
4.3.1 Mual dan Muntah Ibu Hamil Trimester I Sebelum Diberikan
Aromaterapi Jahe
Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa dari 20 responden
didapatkan jumlah responden yang mengalami mual dan muntah sebelum
diberikan aromaterapi jahe sebanyak 20 orang (100%) atau semua responden
mengalami mual muntah. Sebelum diberikan aromaterapi jahe ibu hamil
mengalami mual muntah karena adanya perubahan fisiologis yang terjadi selama
masa kehamilan. Mual dan muntah merupakan gejala yang wajar dan sering

42
terjadi pada kehamilan trimester pertama. Hasil ini sesuai dengan penelitian
Maltepe, C (2013), yang menyatakan pada trimester pertama kemungkinan besar
wanita akan mengalami mual-mual dengan atau tanpa muntah. Gejala ini di
mulai sekitar minggu ke enam kehamilan dan biasanya menurun drastis di akhir
trimester pertama (sekitar minggu ke-13).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap pagi
dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggusetelah hari
pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen
dan HCG dalam serum. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya
hiperemesisgravidarum yaiu mulai dari dari terjadinya peningkatan hormon
seperti Hcg, hormon estrogen dan progesteron. Faktor psikolososial, mungkin
ada gangguan persepsi, ketidakpercayaan mengenai ketakutan akan
meningkatnya tanggungjawab yakni menjadi seorang ibu. Hormon estrogen
adalah hormone yang sangat berperan dalam terjadinya hiperemesis gravidarum.
Sejalan dengan teori yang menyatakan pada awal kehamilan terjadi perubahan
saluran cerna dan peningkatan kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
dalam darahmenimbulkan beberapa keluhan yang membuat ibu merasa tidak
nyaman saat kehamilan, diantaranya mual dan muntah (Astriana, 2018).
Menurut asumsi peneliti semua responden mengalami mual dan muntah
pada trimester pertama merupakan gejala yang wajar dan memang biasanya
terjadi pada ibu hamil di trimester pertama kehamilan. Ibu hamil pada penelitian
ini rata-rata mengalami mual muntah sebanyak 8 kali atau lebih dalam sehari.
Mual muntah tersebut terjadi karena adanya perubahan fisiologis yang terjadi
selama kehamilan.

4.3.2 Mual dan Muntah Ibu Hamil Trimester I Sesudah Diberikan


Aromaterapi Jahe
Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 20 responden yang
diberikan aromaterapi jahe, ibu hamil yang mengalami penurunan hiperemesis
gravidarum secara signifikan sebanyak 17 orang (85%). Pemberian aromaterapi
jahe pada penelitian ini terbukti dapat mencegah atau menurunkan frekuensi
mual dan muntah, karena jahe mampu menjadi penghalang serotinin, sebuah
senyawa kimia yang dapat menyebabkan perut berkontraksi, sehingga timbul

43
rasa mual. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 3 responden yang tidak
mengalami penurunan hiperemesis gravidarum, hal ini dikarenakan adanya
faktor lain seperti istirahat yang kurang, beban pikiran yang membuat ibu
semakin lelah dan juga sudahparahnya tingkat mual muntah yang dialami oleh
ibu. Ibu hamil dalam kategori ini mengaku sering begadang dan susah tidur saat
malam hari sehingga ibu kurang cukup istirahat yang bisa menimbulkan gejala
mual muntah pada ibu. Selain itu juga bisa dikarenakan tidak adanya
pengukuran jarak antara zat dengan organ penghidu responden sehingga bisa
berpengaruh pada hasil hirup aromaterapi jahe tersebut.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Siti
Rofi’ah (2019) tentang efektifitas konsumsi jahe dan sereh dalam mengatasi
morning sickness di 2 Puskesmas di Kabupaten Temanggung. Penelitian ini juga
sejalan dengan penelitian Saswita, Dewi. Y I, dan Bayhakki (2018) tentang
efektifitas aromaterapi jahe dalam mengurangi hipermesis gravidarum pada ibu
hamil trimester I bahwa skor rata-rata post-test mual muntah sesudah intervensi
cendurung menurun dari hari pertama sampai hari ke empat.
Menurut Runiari (2014) Jahe (Zingiber officinale) mengandung 1-4%
minyak atsiri dan oleoserin. Komposisi minyak yang terkandung bervariasi
tergantung dari geografi tanaman berasal. Kandungan utamanya yaitu
zingeberence, arcucumene, sesquiphellandrene dan bisabolene.
Jahemerupakan salah satu cara untuk meredakan mual dan muntah selama
kehamilan, setidaknya meminimalisir gangguan ini. Sifat khas jahe disebabkan
adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Aroma harum jahe disebabkan adanya
minyak atsiri dapat diperoleh atau diisolasi dengan destilasi uap dari rizhoma
jahe kering. Ekstrak minyak jahe berbentuk cairan kental berwarna kehijauan
sampai kuning, berbau harum tetapi tidak memiliki komponen berbentuk rasa
pedas. Kandungan minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau harum adalah
zingiberen dan zingiberol.Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen yang
berguna bagi tubuh yang salah satunya gingerol yaitu senyawa yang paling
utama dan telah terbukti memiliki aktifitas antiemetik (antimuntah) yang manjur
dengan bersifat menghambat serotoninpada sistem gastrointestinal. Senyawa
serotonin ini menyebabkan perut berkontraksi sehingga apabila dihambat maka
otot-otot saluran pencernaan akan mengendor dan melemah sehingga rasa mual
banyak berkurang. Senyawa Jahe sangat efektif pada penggunaan antiemetik

44
untuk mencegah mual muntah pada kehamilan, keracunan makanan,
kemoterapi, pembedahan pada saluran reproduksi (ginekologi).
Menurut asumsi peneliti, dengan adanya skor rata-rata yang menurun dari
sebelum intervensi hingga sesudah intervensi hal ini membuktikan bahwa jahe
memiliki cara kerja yang efektif membantu dalam mengurangi mual dan muntah
terutama pada ibu hamil trimester I. Senyawa yang terkandung dalam jahe yakni
gingerol terbukti memiliki sifat antiemetik atau anti mual yang bekerja
menghambat serotonin, serotonin adalah senyawa yang menyebabkan perut
berkontraksi, tetapi dengan adanya kandungan jahe yang dapat membantu
menghambat serotonin sehingga otot-otot perut mengendor dan melemah
sehingga mual dan muntah pada ibu hamil berkurang.Selain itu, studi lain
menemukan bahwa jahe menurunkan gejala motion sickness pada responden
yang sehat.

4.3.3 Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan


Hiperemesis Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I
Hasil dari penelitian ini didapatkan nilai rata-rata nilai mean mual muntah
sebelum diberikan aromaterapi jahe adalah 2,00 dengan standar deviasi 0,000,
dan rata-rata nilai mean mual muntah sesudah diberikan aromaterapi jahe
adalah 1,15 dengan standar deviasi 0,366. Hasil tersebut terdapat perbedaan
yang signifikan dari nilai rata-rata frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah
dilakukan pemberian aromaterapi jahe yang dapat dilihat dari nilai selisih rerata
nilai yaitu 0,85. Perbedaan nilai rata-rata tersebut didapatkan dalam penelitian
dengan adanya penurunan frekuensi mual muntah pada ibu hamil. Ibu hamil
yang sebelum diberikan aromaterapi jahe rata-rata mengalami mual muntah
sebanyak 8 kali atau lebih namun setelah diberikan aromaterapi jahe frekuensi
mual muntah ibu menurun menjadi 3-4 kali saja bahkan ada yang hanya sekali
dalam sehari. Hasil ini juga diperkuat dengan adanya nilai p-value (0,000) <
(0,05), maka dari hasil nilai signifikan p-value < (α) 0,05 berarti Ha diterima dan
H0 ditolak. Hal tersebut dapat diinterpretasikan bahwa ada pengaruh pemberian
aromaterapi jahe terhadap hiperemesis gravidarum pada ibu hamil trimester I di
wilayah kerja Puskesmas Limboto.
Aromaterapi jahe mempunyai kandungan minyak atsiri yang berfungsi
sebagai anti radang, sehingga jahe dapat menghambat proses peradangan yang

45
disebabkan oleh infeksi H.pylori. oleh karena itu, frekuensi mual muntah yang
disebabkan oleh infeksi H.pylori dapat dikurangi.Hal ini sejalan dengan penelitian
Anik Enikmawati (2016) bahwa aromaterapi jahe dapat menurunkan reflek mual
muntah pada kehamilan maupun mualmuntah karena gastritis. Adanya
perbedaan frekuensi hiperemesis gravidarum sebelum dan sesudah diberikan
aromaterapi jahe yang diberikan secara rutin pada ibu hamil trimester pertama
dengan nilai signifikan p-value < (α) 0,05. Hasil penelitan ini juga didukung oleh
hasil penelitian Fitria (2013) mengatakan jahe efektif dalam menurunkan mual
dan muntah pada ibu hamil trimester I. Hal ini sejalan dengan teori yang
menyatakan bahwa jahemerupakan golongan rempah yang memiliki banyak
manfaat didalamnya. Diantaranya dapat sebagai kekebalan tubuh dan mencegah
berbagai macam penyakit seperti, kanker usus, jantung, rematik, masalah
pencernaan, dan juga morning sickness atau mual-mual. Jahe memang sangat
bagus untuk mengobati berbagai macam penyakit. Hasil penelitian lain yang
mendukung adalah hasil penelitian dari Nusabella (2017) mengenai pemberian
aromaterapi jahe untuk mengurangi mual muntah pada ibu hamil trimester I hasil
penelitian menunjukkan bahwa pemberian aromaterapi jahe dapat menurunkan
mual dan muntah dari sedang menjadi ringan.
Aromaterapi jahe merupakan salah satu metoda perawatan yang tepat
dan efisien dalam menurunkah mual muntah, menjaga tubuh tetap sehat,
aromaterapi banyak dimanfaatkan dalam pengobatan, khususnya untuk
membantu penyembuhan beragam penyakit. Inhalasi aromaterapi molekul
minyak esensial akan memasuki paru-paru, dan terserap oleh lapisan mukosa
saluran pernapasan, baik pada bronkus dan bronkhiolus. Pada saat pertukaran
gas terjadi di alveoli, molekul akan diangkut oleh darah sirkulasi di paru-paru.
Respon aroma akan menstimulasi sel neurokimia otak. Misalnya, aroma harum
akan menstimulasi thalamus mensekresi enkephalins yang berfungsi sebagai
alami penghilang rasa sakit, menghasilkan efek yang menenangkan, dan
menurunkan mual. Pemberian aromaterapi mampu memberikan kenyamanan
terutama dalam mengatasi mual muntah (Rahmawati, 2017).
Aromaterapi membantu meningkatkan stamina dan gairah seseorang,
walaupun sebelumnya tidak atau kurang memiliki gairah dan semangat hidup
serta aromaterapi dapat menumbuhkan perasaan tenang pada jasmani, pikiran
dan rohani (soothing the physical, mind and spiritual), dapat menciptakan

46
suasana yang damai, serta dapat menjauhkan dari perasaan cemas dan gelisah.
Pendekatan psikologi sangat penting dalam pengobatan mual dan muntah dalam
kehamilan. Bantuan moral dengan meyakinkan ibu bahwa gejala-gejala yang
terjadi wajar dalam kehamilan muda dan akan hilang dengan sendirinya
menjelang kehamilan 4 bulan (Jaelani, 2019).
Penggunaan aromaterapi dalam mengatasi keluhan mual muntah ini
dengan memanfaatkan aroma yang dihasilkan oleh minyak atsiri. Minyak
esensial ini dapat dijadikan sebagai produk aromaterapi yang memiliki banyak
manfaat, diantaranya sebagai terapi komplementer, untuk merelaksasikan tubuh,
bahan tambahan makanan, kosmetik, dan pengharum.Salah satu fungsi
farmakologis jahe adalah antiemetik (anti muntah), merupakan bahan yang
mampu mengeluarkan gas dari dalam perut, hal ini akan meredakan perut
kembung, juga merupakanstimulan aromatik yang kuat, disamping dapat
mengendalikan muntah dengan meningkatkan gerakan peristaltik usus. Sekitar 6
senyawa di dalam jahe telah terbukti memiliki aktivitas antiemetik (anti muntah)
yang manjur. Kerja senyawa-senyawa tersebut lebih mengarah pada dinding
lambung dari pada system saraf pusat(Sofiani & Pratiwi, 2017).
Menurut asumsi penelitipada penelitian didapatkan hasil yang signifikan
setelah dilakukan intervensi pada responden. Sebagian besar responden
mengalami penurunan frekuensi mual dan muntah setelah diberikan aromaterapi
jahe. Hal tersebut dikarenakan aromaterapi jahe memberikan ragam efek bagi
penghirupnya karena mempunyai efek menyegarkan, memblokir reflek muntah,
melancarkan peredaran darah serta membuat syaraf-syaraf bekerja dengan
baik.Penurunan hiperemesis gravidarum pada responden ibu hamil membuktikan
bahwa pemberian aromaterapi jahe sangat berpengaruh menurunkan
hiperemesis gravidarum, hal tersebut juga dikarenakan keinginan responden
untuk mencium dan menikmati aromaterapi jahe dengan teratur selama 4 hari
berturut-turut. Sedangkan bebrapa responden yang tidak mengalami penurunan
hiperemesis gravidarum dikarenakan faktor lain seperti istirahat yang kurang,
beban pikiran yang membuat ibu semakin lelah dan juga sudahparahnya tingkat
mual muntah yang dialami oleh ibu.

4.4 Keterbatasan Peneliti

47
Ada beberapa keterbatasan yang dialami peneliti dan dapat menjadi
beberapa faktor untuk lebih diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan datang
dalam lebih menyempurnakan penelitiannya. Beberapa keterbatasan dalam
penelitian tersebut, antara lain :
1. Dalam pelaksanaan tidak dimasukkan berapa jarak standar antara zat
dengan organ penghidu dari voluntir sehingga akan berpengruh pada
hasil penelitian.
2. Jumlah sampel yang didapatkan dalam penelitian ini hanya jumlah
minimum 20 responden, sehingga peneliti menyarankan untuk peneliti
selanjutnya jika menggunakan instrument yang sama hendaknya
mengambil sampel yang lebih luas lagi.
3. Penelitian ini juga hanya menggunakan lembar observasi saja tanpa
adanya wawancara dalam bentuk kuesioner, peneliti menyarankan untuk
peneliti selanjutnya agar bisa menggunakan instrument seperti kuesioner
untuk menemukan faktor-faktor lain penyebab penurunan hiperemesis
gravidarum pada ibu hamil.

48
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Hiperemesis Gravidarum
Pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto” dengan jumlah
20 responden, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dari jumlah 20 responden, jumlah responden yang mengalami mual dan
muntah sebelum diberikan aromaterapi jahe sebanyak 20 orang (100%).
2. Sesudah diberikan aromaterapi jahe, ibu hamil yang mengalami penurunan
hiperemesis gravidarum sebanyak 17 orang (85%).
3. Terdapat pengaruh pemberian aromaterapi jahe terhadap penurunan
hiperemesis gravidarumdengan nilai signifikan yang didapatkan p-value =
0,000 nilai tersebut mempunyai makna p-value < (α) 0,05.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat diberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang baru bagi masyarakat
khususnya ibu-ibu hamil betapa pentingnya mengatasi mual dan muntah
pada awal-awal kehamilan.
2. Bagi Puskesmas
Diharapkan Puskesmas dapat menjadikan aromaterapi jahe sebagai
salah satu terapi non farmakologi bagi ibu hamil yang mengalami
hiperemesis gravidarum.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Kiranya dapat melanjutkan penelitian ini dengan ruang lingkup yang lebih
luas serta dengan menggunakan intervensi lainnya. Hasil penelitian ini
dapat dijadikan sebagai salah satu referensi pendukung dalam
melakukan penelitian.

49
DAFTAR PUSTAKA

Ameinabilla Pasa Trisnaputri. (2020). Pengaruh Aromaterapi Jahe Dan Relaksasi


Otot Progresif Terhadap Mual Muntah Pada Pasien Kanker Serviks Pasca
Kemoterapi. Orphanet Journal Of Rare Diseases, 21(1).
Astriana. (2018). Efektivitas Pemberian Rebusan Air Jahe Terhadap Penurunan
Mual Dan Muntah Ibu Hamil Trimester 1 Di Wilayah Kerja Puskesmas
Penawar Jaya Kabupaten Tulang Bawang Tahun 2017. Jurnal Kebidanan,
4(2).
Damayanti, D., Wardani, R. S., & Indrawati, N. D. (2015). Studi Deskriptif Tingkat
Pengetahuan Tentang Ketidaknyamanan Selama Kehamilan Pada Ibu
Hamil Trimester Pertama Di Bpm Ny.A Pundenarum Demak. Jurnal
Kebidanan.
Daryanti, M. S. (2019). Paritas Berhubungan Dengan Pemeriksaan Antenatal
Care Pada Ibu Hamil Di Bidan Praktek Mandiri Yogyakarta. Jurnal
Kebidanan, 8(1). Https://Doi.Org/10.26714/Jk.8.1.2019.56-60
Dipiro, N., Li, C., & Krause, J. (2017). Prevalence And Patterns Of Spasticity
Severity And Medication Use In Individuals With Spinal Cord Injury. Archives
Of Physical Medicine And Rehabilitation, 98(12).
Https://Doi.Org/10.1016/J.Apmr.2017.09.017
Dirgahayu Et Al. (2019). Pemberian Aromaterapi Jahe Selama 5-10 Menit
Menurunkan Keluhan Mual Muntah Pada Pasien Post Seksio Sesarea.
Jurnal Riset Kesehatan, 11(2).
Gardian, L., Eddy, H., Ambarwati, W. N., Wardani, E. K., World Health
Organization, Kementerian Kesehatan Ri, Tyson, J. F. K. & L. B., Rahardja,
T. H. T. & K., Mercadante, S., Limpens, M., Herawati, F., Pratiwi, V. F.,
Riskesdas, K., Bray, F., Ferlay, J., Soerjomataram, I., Siegel, R. L., Torre, L.
A., Jemal, A., … Windiastuti, E. (2018). Obat-Obat Penting, Khasiat,
Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya. Podopost, 7(8).
Hadijono, R. S. (2014). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jurnal Ilmiah
Kebidanannal Ilmiah Kebidanan.
Hannan, M. A., Ghani, Z. A., Hoque, M. M., Ker, P. J., Hussain, A., & Mohamed,
A. (2019). Fuzzy Logic Inverter Controller In Photovoltaic Applications:
Issues And Recommendations. Ieee Access, 7.

50
Https://Doi.Org/10.1109/Access.2019.2899610
Hastori, H., Siregar, H., Sembel, R., & Ahmad Maulana, T. N. (2015). Agency
Costs, Corporate Governance And Ownership Concentration: The Case Of
Agro-Industrial Companies In Indonesia. Asian Social Science, 11(18).
Https://Doi.Org/10.5539/Ass.V11n18p311
Hignett, S., Jones, E. L., Miller, D., Wolf, L., Modi, C., Shahzad, M. W., Buckle,
P., Banerjee, J., & Catchpole, K. (2015). Human Factors And Ergonomics
And Quality Improvement Science: Integrating Approaches For Safety In
Healthcare. In Bmj Quality And Safety (Vol. 24, Issue 4).
Https://Doi.Org/10.1136/Bmjqs-2014-003623
Khadijah, S. R., Lail, N. H., & Kurniawati, D. (2020). Perbedaan Efektifitas
Pemberian Aromaterapi Lemon Dan Aromaterapi Peppermint Terhadap Ibu
Hamil Denga Mual Muntah Trimester I Di Bpm Nina Marlina Bogor, Jawa
Barat. Jurnal Kebidanan.
Khotimah, S. K., Soesanto, E., & Kusumawati, E. (2015). Gambaran Tingkat
Pengetahuan Tentang Perencanaan Kehamilan Pada Pasangan Menikah
Usia Dini Di Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. Jurnal Kebidanan.
Komariyah, S. (2015). Hubungan Pengetahuan Multigravida Trimester Iii Tentang
Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Dengan Pemeriksaan Kehamilan. Jurnal
Kebidanan, 4(1).
Mail, E. (2020a). Fisiologi Selama Kehamilan Attitude Of Pregnant Women
During Trimester 2 Nd And 3 Rd Toward Physiological Changes. Jurnal
Kebidanan, 9(2).
Mail, E. (2020b). Sikap Ibu Hamil Trimester Ii Dan Iii Terhadap Perubahan
Fisiologi Selama Kehamilan. Jurnal Kebidanan, 9(2).
Manurung, R., & Adriani, T. U. (2018). Pengaruh Pemberian Aromatherapi Jahe
Terhadap Penurunan Mual Dan Muntah Pada Pasien Kanker Yang
Menjalani Kemoterapi Di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia
Medan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 4(1).
Maternity, D., Ariska, P., & Sari, D. Y. (2017). Mual Muntah Pada Ibu Hamil
Trimester Satu. Jurnal Kebidanan, 2(3).
Ni Nyoman. (2020). Literatur Review Terapi Nonfarmologisuntuk Mengurangi
Mual Mutah Pada Ibu Hamil. Journal Of Chemical Information And
Modeling, 10(9).

51
Ningsih, D. A. (2015). Perbedaan Hypermesis Gravidarum Sebelum Dan
Sesudah Mengkonsumsi Minuman Jahe. Oksitosin: Jurnal Ilmiah
Kebidanan.
Notoatmodjo. (2018a). Metode Penelitian. Kemampuan Koneksi Matematis
(Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9).
Notoatmodjo. (2018b). Metode Penelitian Statistika. Angewandte Chemie
International Edition, 6(11), 951–952.
Pane, D. N., Fikri, M. El, & Ritonga, H. M. (2018). Pengaruh Aromaterapi Jahe
Terhadap Rasa Mual Muntah Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Rengel
Kabupaten Tuban. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9).
Prawirohardjo, S. (2012). Persalinan Normal. Kesehatan Reproduksi.
Prawirohardjo, S., Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T., & Wiknjosastro, G. H.
(2016). Perdarahan Pascapersalinan (Ppp). In Ilmu Kebidanan.
Rochkmana, M. J., & Widyawati, M. N. (2018). The Effectiveness Of Ginger And
Mint Leaves Decoction Toward The Frequency Of Emesis Gravidarum.
Jurnal Kesehatan Ibu Dan Anak, 12(2).
Setiawan, E. (2019). Kbbi - Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kamus Besar
Bahasa Indonesia.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Dan Pengembangan Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, Dan R&D. Metode Penelitian Dan Pengembangan Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, Dan R&D.
Sugiyono. (2016). Sugiyono, Metode Penelitian. Sugiyono.
Sulistyawati, A., & Listiana, N. (2015). Penyuluhan Sebagai Upaya Penguatan
Peran Ibu Dalam Implementasi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat. Jurnal
Ilmu Kesehatan.
Syukur, M., Sujiprihati, S., Koswara, J., & Widodo. (2013). Genetic Analysis For
Resistance To Anthracnose Caused By Colletotrichum Acutatum In Chili
Pepper (Capsicum Annuum L.) Using Diallel Crosses. Sabrao Journal Of
Breeding And Genetics, 45(3).
Tarigan, P. B. (2017). Bab Ii Tinjauan Pustaka Kehamilan. Jurnal Kebidanan,
53(9).
Windiyati, W., & Pebrianti, D. (2018). Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan
Antenatal Care Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Kampung Dalam Tahun
2017. Jurnal Kebidanan, 7.

52
Wiryani, O., Herniyatun, & Kusumastuti. (2019). Efektivitas Aromaterapi Jahe
Terhadap Keluhan Mual Dan Muntah Pada Pasien Ca Serviks Dengan
Kemoterapi Di Rsud Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto. Proceeding Of
The Urecol.

53
Lampiran 1. Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama lengkapFatmawati Djafar,
di lahirkan di Gorontalo pada tanggal 24Agustus1997
dari Ayah Alex Djafar dan Kartin Otulowa. Penulis
beragama Islam dan merupakan anak keduadari
empat bersaudara.Penulis memulai pendidikan formal
di SDN 2 Huwongo dan tamat pada tahun 2011, di
tahun yang sama melanjutkan sekolahya di SMPN 2
Dengilo dan tamat pada tahun 2013 kemudian
melanjutkan pendidikan di SMA Madrasa Aliyah Muhammadiyah Kota Gorontalo
dan berhasil menamatkan pendidikan di tahun 2016.Pada tahun 2017 penulis di
terima di perguruan tinggi Swasta, Universitas Muhammadiyah Gorontalo,
Fakultas Ilmu Kesehatan dan memilih program studi S1 Keperawatan.Selama
mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan kurikuler maupun
ekstrakurikuler. Penulis aktif dalam kegiatan seminar baik seminar nasional
maupun internasional dan telah menyelesaikan ujian skripsi yang berjudul
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Hiperemesis
Gravidarum Pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto.

54
55
56
57
58
59
Lampiran 2. Informed Consent

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
Lampiran 1LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Inisial Responden :
Umur :
Dengan ini menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam
penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Fatmawati Djafar dengan Judul
“Pengaruh Pemberian Aromaterapi Jahe Terhadap Penurunan Hiperemesis
Gravidarum pada Ibu Hamil Trimester I di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto”.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan benar.

Gorontalo, September 2021


Responden

(……………………………)

60
Lampiran 3. Lembar Observasi

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
Lampiran 2 GORONTALO
GORONTALO
. LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
LEMBAR OBSERVASI
FREKUENSI MUAL MUNTAH PADA IBU HAMIL
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBOTO

Nama Ibu Hamil :


Umur :
Usia Kehamilan :
Pekerjaan :

Mual dan Muntah


No. Hari dan Tanggal
Ya Tidak
1 24 jam sebelum dilakukan intervensi
2 Hari ke 1
3 Hari ke 2
4 Hari ke 3
5 Hari ke 4
6 24 jam setelah dilakukan intervensi

61
Lampiran 4. Master Tabel

Mual dan Muntah


Nama Usia Kod
No Umur Kode Pekerjaan Kode Sebelum Sesudah Kod Keterangan Kode
Ibu Kehamilan e Kode
Intervensi Intervensi e
Ny. 35
1 2 8 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
Y.T tahun
Ny. 29
2 2 7 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
R.A tahun
29
3 Ny. W 2 6 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
tahun
27
4 Ny. G 2 5 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
tahun
35 Tidak ada Penurunan
5 Ny. S.I 2 5 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Ya 2 2
tahun HEG
26
6 Ny. E 2 7 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
tahun
Ny. 26
7 2 11 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
N.P tahun
Ny. 27 Tidak ada Penurunan
8 2 8 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Ya 2 2
M.G tahun HEG
Ny. 26
9 2 7 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
E.J tahun
Ny. 26
10 2 8 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
H.I tahun
Ny. 28
11 2 5 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
S.B tahun
12 Ny. G 23 2 10 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1

57
tahun
32
13 Ny. R 2 7 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
tahun
Ny. 35
14 2 7 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
O.R tahun
24
15 Ny. T 2 12 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
tahun
Ny. 30
16 2 5 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
H.M tahun
36 Karyawan
17 Ny. K 3 9 minggu 1 2 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
tahun Swasta
Ny. 26 Tidak ada Penurunan
18 2 7 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Ya 2 2
D.S tahun HEG
28
19 Ny. S 2 7 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
tahun
Ny. 24
20 2 8 minggu 1 IRT 1 Ya 2 Tidak 1 Ada Penurunan HEG 1
H.S tahun

Keterangan:
Umur Ibu: Usia Kehamilan: Pekerjaan Ibu: Hiperemesis Gravidarum:
1 = <20 tahun 1 = 0-12 minggu 1 = IRT 1 = Ada Penurunan
2 = 20-35 tahun 2 = 13-27 minggu 2 = Karyawan Swasta 2 = Tidak ada Penurunan
3 = >35 tahun 3 = 28-40 minggu Mual dan Muntah:
1 = Tidak
2 = Ya

58
Lampiran 5. Hasil Uji SPSS
4. Distribusi Karakteristik Responden

Statistics

Umur Ibu Usia Kehamilan Pekerjaan Ibu


N Valid 20 20 20

Missing 0 0 0

Mean 2.05 1.00 1.05

Median 2.00 1.00 1.00

Minimum 2 1 1

Maximum 3 1 2

Umur Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 20-35 tahun 19 95.0 95.0 95.0

>35 tahun 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0

Usia Kehamilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0-12 minggu 20 100.0 100.0 100.0

Pekerjaan Ibu
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid IRT 19 95.0 95.0 95.0
Karyawan Swasta 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0

59
5. Uji Normalitas Data Shapiro Wilk

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Sebelum Intervensi 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%
Sesudah Intervensi 20 100.0% 0 0.0% 20 100.0%

Descriptivesa
Statistic Std. Error
Sesudah Intervensi Mean 1.15 .082
95% Confidence Interval for Lower Bound .98
Mean Upper Bound 1.32
5% Trimmed Mean 1.11
Median 1.00
Variance .134
Std. Deviation .366
Minimum 1
Maximum 2
Range 1
Interquartile Range 0
Skewness 2.123 .512
Kurtosis 2.776 .992
a. Sebelum Intervensi is constant. It has been omitted.

Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Sesudah Intervensi .509 20 .000 .433 20 .000
a. Sebelum Intervensi is constant. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction

60
6. Uji Paired Sample T Test

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Sebelum Intervensi 2.00 20 .000 .000
Sesudah Intervensi 1.15 20 .366 .082

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 Sebelum Intervensi & 20 . .
Sesudah Intervensi

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence Interval of
Std. Std. Error the Difference Sig. (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 Sebelum .850 .366 .082 .679 1.021 10.376 19 .000
Intervensi -
Sesudah
Intervensi

61
Lampiran 6. Dokumentasi

24 jam sebelum diberikan intervensi (diberikan pagi dan malam):

62
63
Hari ke 1 (diberikan pagi dan malam):

64
Hari ke 2 (diberikan pagi dan malam):

65
Hari ke 3 (diberikan pagi dan malam):

66
Hari ke 4 (diberikan pagi dan malam):

67
24 jam setelah intervensi (diberikan pagi dan malam):

68

Anda mungkin juga menyukai