TESIS
Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Magister
Program Studi Magister Kependudukan dan Lingkungan Hidup
PASCASARJANA
KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2022
ABSTRAK
v
KATA PENGANTAR
walaupun pada kenyataannya masih jauh dari apa yang diharapkan. Tak lupa pula
salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya,
Magister dan guna penyelesaian studi strata dua pada Program Pascasarjana, di
tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kritik dan saran sangat
Peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua Bapak
Masri Isa dan Ibu Jeane Mokodongan yang selalu menjadi motivasi dan Inspirasi
untuk penyelesaian studi ini, kepada Suami (Makmur) dan anak-anak (Muh. Fadhiil
Syathir Khair dan Nawra Atifa Khanza) yang senantiasa memberikan motivasi dan
dorongan selama perkuliahan dan dalam penyelesaian tesis ini. Serta kepada semua
pihak yang telah membantu baik berupa materil maupun secara moril dalam
penyusunan tesis ini, tak lupa peneliti menyampaikan terima kasih yang mendalam.
vii
Dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih dan
1. Bapak Dr. Eduart Wolok, ST.,MT selalu Rektor Universitas Negeri Gorontalo
2. Bapak Dr. Harto S. Malik, M.Hum selaku Wakil Rektor I Universitas Negeri
Gorontalo, Ibu Dr. Ir. Yuniarti Koniyo, MP selaku Wakil Rektor II Unversitas
Negeri Gorontalo, Ibu Prof. Karmila Machmud, S.Pd, M.A., Ph.D selaku Wakil
Rektor III Universitas Negeri Gorontalo, Bapak Prof. Dr. Phil. Ikhfan Haris,
3. Ibu Prof. Dr. Asna Aneta, M.Si d selaku Direktur Pascasarjana Universitas
studi magister.
4. Bapak Dr. Ir. Hasim, M.Si selaku Wakil selaku Direktur 1 Bidang Akademik
Dra. Weny J.A. Musa, M.Si selaku Direktur 2 Bidang Keuangan Pascasarjana
5. Ibu Dr. Marini S. Hamidun, S.Si, M.Si selaku Ketua Program Studi Magister
penyelesaian tesis.
viii
6. Ibu Dr.Dra. Sri Endang Saleh, M.Si dan Ibu Dr. Laksmyn Kadir, M.Kes selaku
7. Ibu Dr. Fitryane Lihawa, M.Si dan Bapak Dr. Iswan Dunggio, S.P, M.Si selaku
9. Pihak Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo yang menjadi lokasi penelitian
dan memberikan banyak informasi dan masukan guna penyempurnaan tesis ini.
10. Bapak Awaluddi Kurusi, SE, M.M selaku Kepala BPS Kabupaten Gorontalo
11. Bapak Prasaja Arifiyanto, Abdurrahman Assel, Indriyani Albasyah, yang telah
13. Kakak ( Hendra Wijaya Isa ), Adik ( Zakia Sagita Isa ) serta ponakan-ponakan
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, yang selalu memberi motivasi dan
ix
14. Teman-teman pegawai BPS Kabupaten Gorontalo yang memberikan motivasi
15. Semua Pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Semoga dalam lindungan Allah SWT. Aamiin
Akhirnya peneliti memohon maaf bila sekiranya dalam proposal tesis ini
terdapat kata-kata yang kurang berkenan dan Semoga tesis ini dapat memberikan
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
A. Kajian Teoritis........................................................................ 12
1. Konsep Sanitasi Lingkungan............................................ 12
2. Faktor Determinan Sanitasi Lingkungan ......................... 20
B. Kajian Penelitian Yang Relevan ........................................... 33
C. Kerangka Pikir Penelitian ...................................................... 35
D. Hipotesis Penelitian................................................................ 35
xi
BAB III : METODE PENELITIAN ....................................................... 37
A. Simpulan ................................................................................. 89
B. Saran ....................................................................................... 89
LAMPIRAN .............................................................................................. 99
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Development Goals (SDGs) adalah menjamin akses atas air dan sanitasi layak
untuk semua. Target SDGs 6.2 menargetkan pada tahun 2030, mencapai akses
terhadap sanitasi dan kebersihan yang layak dan adil untuk semua dan mengakhiri
kebutuhan perempuan dan anak perempuan serta mereka yang berada dalam
situasi rentan.
2017 setelah India dan Tiongkok yang menduduki peringkat pertama dan kedua
sanitasi tidak layak menurut World Health Organisation (WHO). Tentu saja ini
Millennium Development Goals (MDGs) pada 2000. Pada 2015, saat MDGs
berakhir, rumah tangga bersanitasi layak bisa mencapai 62,14% (40,76 juta rumah
Berkelanjutan (TPB) yang merupakan lanjutan dari MDGs. Tujuan TPB yang
1
2
leher angsa, tempat pembuangan akhir tinjanya menggunakan tangki septik (septic
tank) atau Sistem Pengolahan Air Limbah (SPAL), dan fasilitas sanitasi tersebut
digunakan oleh rumah tangga sendiri atau bersama dengan rumah tangga lain
lima tahun yang masih rentan terhadap penyakit. Anak berusia di bawah lima
tahun yang tidak sehat dan terpapar penyakit akan cenderung meningkatkan risiko
stunting dibandingkan anak berusia di bawah lima tahun yang tumbuh sehat. Hasil
penelitian Jimmy Woodcock (2011), seorang konsultan masalah air dan sanitasi
yang disebabkan diare. Diare adalah penyakit yang paling mematikan nomor dua
3
setelah infeksi saluran pernapasan akut. Penyebab utamanya jelas buruknya akses
lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologis maupun sosial yang
lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
kompleks. Tingkat kemiskinan merupakan salah satu faktor yang berperan penting
meliputi: pengelolaan sampah, air bersih, sarana pembuangan air limbah, dan
jamban
kesehatan terganggu, maka kesejahteraan juga akan berkurang. Karena itu upaya
penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah),
Bank Dunia pada 2014 mengingatkan lebih dari 2 miliar penduduk bumi
tidak memiliki akses terhadap sanitasi. Akibatnya ribuan nyawa melayang tiap
hari dan kerugian materi hingga 7 persen dari PDB dunia. Berdasarkan hasil
beberapa daerah di belahan dunia terjadi peningkatan kasus dan potensi penularan
(https://sdgs.bappenas.go.id).
Indonesia tahun 2016 yang masih buang air besar sembarangan adalah 16.209.333
Angka akses sanitasi layak di Indonesia masih rendah, menurut data BPS
data nasional keluarga yang memiliki akses sanitasi layak adalah 61,06%. Angka
ini lebih rendah dari target pemerintah yaitu 75%. Meski demikian, akses sanitasi
Indonesia yang memiliki akses terhadap sanitasi layak sebesar 69,27 persen naik
sebesar 1,38 persen dari tahun 2017. Meskipun mengalami peningkatan setiap
tahunnya namun angka ini masih jauh dari target SDG’s yaitu mencapai 100
persen rumah tangga memiliki sanitasi layak. sedangkan Persentase rumah tangga
yang memiliki akses sanitasi layak menunjukkan peningkatan dari tahun 2016 ke
tahun 2018 sebesar 1,47 persen. Jika dilihat menurut tipe daerah, persentase di
penurunan pada tahun 2016, namun kembali menunjukkan kenaikan pada tahun
oleh pemerintah karena akan berdampak secara jangka panjang bagi masyarakat.
Berdasarkan data BPS selama kurun waktu 3 tahun terakhir 2017-2019 rumah
tangga di Gorontalo yang memiliki akses terhadap sanitasi layak berada dibawah
angka Nasional. Tahun 2017 Gorontalo berada diposisi ketiga terendah rumah
6
tangga yang memiliki akses terhadap sanitasi layak. Tahun 2018 berada di posisi
keempat terendah naik satu peringkat. Tahun 2019 berada pada posisi 12 tapi
sanitasi dimana program sanitasi yang layak terus dilakukan untuk perbaikan
sanitasi. Seperti di Kabupaten Gorontalo, dimana Tim Pokja Sanitasi bekerja sama
bersihnya masyarakat masih banyak yang menggunakan air sumur, masih ada
banyak membuang sampah dan limbah rumah tangga disembarang tempat atau
disekitar rumah.
perlu dilakukan upaya kesehatan lingkungan dan sanitasi lingkungan. Salah satu
aspek penting dalam penciptaan sanitasi lingkungan yang layak yakni kesadaran
dari masyarakat. Dimana aspek ini dapat terlihat dari baiknya kondisi faktor
faktor demografis seperti usia dan jumlah anggota rumah tangga telah terbukti
berhubungan dengan air dan sanitasi (Francisco, 2014; Gross & Günther, 2014;
Jenkins & Cairncross, 2010; Jenkins & Scott, 2007; Wright & Gundry, 2009).
sanitasi layak. Sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam
serta pendapatan. Posisi sosial ekonomi rumah tangga berperan dan peran penting
dalam kemampuan rumah tangga untuk mencapai yang lebih baik status
baik (Adams, Boateng, & Amoyaw, 2015; Blakely,dkk., 2005; Prasetyoputra &
Irianti, 2013). Sementara itu, Rianto dan Nefilinda (2018) mengatakan bahwa
secara ilmiah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik
Gorontalo”.
B. Identifikasi Masalah
dimana program sanitasi yang layak terus dilakukan untuk perbaikan sanitasi.
4. Kabupaten Bone Bolango, masih terdapat 68 desa yang rawan dengan sanitasi
yang buruk.
C. Pembatasan Masalah
D. Rumusan Masalah
8. Apakah luas lantai rumah tangga berpengaruh secara parsial terhadap sanitasi
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
layak guna mencapai tujuan yang diinginkan dan dapat dijadikan sebagai acuan
2. Manfaat praktis
dalam sanitasi lingkungan yang layak serta mengidentifikasi faktor yang sudah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tujukan yang lebih kongkrit apabila
A. Kajian Teoritis
a. Sanitasi Lingkungan
hayati dan non hayati dalam ekosistem. Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah
elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah ekosistem
tersebut. Perilaku yang kurang baik dari manusia telah mengakibatkan perubahan
12
13
yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
bersih pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan
munculnya penyakit akan dapat dihindari. Usaha sanitasi dapat berarti pula suatu
55).
2016: 44)
perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia (Umar, 2013: 6).
14
Sanitasi lingkungan dapat pula diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk
air yang bersih dan aman; pembuangan limbah dari manusia, hewan dan industri
yang efisien, perlindungan makanan dari kontaminasi biologis dan kimia, udara
yang bersih dan aman; rumah yang bersih dan aman. Dari defenisi tersebut,
lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya buruk dapat
Pada akhirnya jika kesehatan terganggu, maka kesejahteraan juga akan berkurang.
yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain
bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan
ternak (kandang) dan sebagainya. Sanitasi lingkungan juga merupakan salah satu
lingkungan manusia seperti (1) penyediaan air menjamin air yang digunakan oleh
manusia bersih dan sehat, (2) pembuangan kotoran manusia, air buangan dan
sampah. (3) individu dan masyarakat terbiasa hidup sehat dan bersih. (4) makanan
(susu) menjamin makanan tersebut aman, bersih dan sehat. (5) anthropoda
binatang pengerat dan lain-lain. (6) kondisi udara bebas dari bahan-bahan yang
beberapa kelompok :
1) Lingkungan Fisik, yang termasuk dalam kelompok ini adalah tanah dan udara
2) Lingkungan biologis, yang termasuk dalam hal ini adalah semua organisme
sendiri.
16
psikososial.
kumpulan dari semua kondisi atau kekuatan dari luar yang mempengaruhi
b. Sanitasi Layak
dua fakta yaitu (1) aspek kesehatan manusia, dan (2) sarana yang digunakan untuk
mengatasinya. Ketersediaan sarana sanitasi yang layak dan aman di rumah tangga
merupakan salah satu cara untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat pada
fasilitas yang tidak dibagi dengan rumah tangga lain, di mana tinja
diperlakukan dengan aman di tempat atau diangkut dan diolah di luar lokasi.
Kriteria ini disusun dalam rangka mengukur capaian target 6.2 dari
kebersihan yang memadai dan merata untuk semua dan mengakhiri buang air
perempuan dan anak perempuan dan orang-orang yang berada dalam situasi
rentan, pada tahun 2030.” BPS (2019) telah mengadaptasi kriteria sanitation
yang secara umum dibagi ke dalam dua kategori besar yaitu layak dan tidak layak
Adaptasi
No SDGs Deskripsi
Indonesia
Perkotaan cemplung/cubluk
Bahkan masalah sanitasi telah ditetapkan sebagai salah satu isu strategis dalam
wajib dari pemerintah yang bersifat layanan dasar, untuk menjamin kehidupan
20
a. Demografi
‘demograhie’ yang terdiri dari dua kata “demos” dan “raphien”. Demos berarti
penduduk dan graphien berarti catatan atau bahasan tentang sesuatu. Maka
penduduk suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Pengertian demografi secara
umum adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran wilayah,
dan komposisi penduduk. Perubahan dan sebab perubahan itu yang biasanya
demografi rumah tangga adalah jumlah anggota rumah tangga anggota, umur
kepala rumah tangga (dalam tahun) dan jenis kelamin kepala rumah tangga.
seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur.
adalah tempat tinggal atau bangunan untuk tinggal manusia. Rumah tangga
memiliki pengertian tempat tinggal beserta penghuninya dan segala yang ada
disuatu rumah, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun
yang sementara tidak ada (Mantra, 2003). Anggota rumah tangga yang telah
bepergian 6 bulan atau lebih dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang
dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah dan tamu yang tinggal di rumah
tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat tinggal 6 bulan dianggap
Menurut BPS (2020), anggota rumah tangga adalah semua orang yang
menantu, cucu, orang tua/mertua, famili lain, asisten rumah tangga yang
menginap atau ART lainnya), baik yang sedang berada di rumah maupun yang
perkembangan keluarga.
Menurut Elisabeth umur yaitu usia individu yang terhitung mulai saat
cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang
dalam berfikir dan bekerja. Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir
pembulatan ke bawah atau sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang
dibagi menjadi :
sebagai krt).
keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri,
atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya..
Sedangkan menurut BKKBN (1999) keluarga adalah dua orang atau lebih
kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan,
memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga
yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran
kepala keluarga sangat penting bagi setiap aspek kesehatan anggota keluarga.
laki dan perempuan dilihat dari sudut biologi. Pengertian jenis kelamin
Perbedaan jenis kelamin merupakan ketentuan yang tidak dapat berubah dan
atau pembagian jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang
melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, manusia jenis laki-laki adalah
laki-laki dan perempuan. Perbedaan biologis tersebut dapat dilihat dari alat
(Yonathan Suryo Pambudi, Elvis Umbu Lolo.2021). Hal ini dapat terjadi
jenis kelamin yang lain, misalnya responden dengan jenis kelamin perempuan.
rumah tangga, seperti mengurus suami, anak dan memasak, sedangkan yang
aktifitas lain yang menjadi sumber paparan patogen, dan berbagai bahan
kimia dalam rumah tangga, selain itu perempuan juga membutuhkan privasi
jamban, sehingga kebutuhan akan sarana sanitasi dasar rumah tinggal yang
b. Sosial Ekonomi
sering menjadi objek pembahasan yang berbeda. Menurut Santrock (2007: 282),
posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti
adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan
posisi ini disertai dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh
dalam memegang satu posisi yang sangat penting. Dengan adanya perekonomian
yang cukup memadai, lingkungan material yang dihadapi anak dalam keluarganya
jelas lebih luas, maka ia akan mendapat kesempatan yang lebih luas juga untuk
tidak bisa diikuti manusia. Penduduk dan kepadatan penduduk, konsumsi dan
kekuatan dan pada tingkat dasarnya faktor-faktor ini berkembang tidak menentu
27
pekerjaan yang dimiliki yang akan sangat mempengaruhi status sosial seseorang,
sosial ekonomi berbeda-beda, ada yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang
bagus ada juga yang kurang beruntung. Menurut Nasution (2004: 25) tingkat
status sosial ekonomi dilihat atau diukur dari pekerjaan orang tua, penghasilan dan
kekayaan, tingkat pendidikan orang tua, keadaan rumah dan lokasi, pergaulan dan
aktivitas sosial. Dalam penelitian ini faktor sosial ekonomi yang digunakan adalah
rumah tangga, kepemilikan aset rumah tangga serta luas lantai rumah. Berikut ini
merupakan penjelasannya:
1) Tingkat Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
28
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan kualitas yang ada
pada dirinya melalui pendidikan formal ataupun non formal agar tercipta suatu
pendidikan maka disitulah seseorang akan mencari jati diri yang sebenarya
akan terarah, dapat bermanfaat bagi orang lainn dan akan mengetahui serta
berbagai jalur baik pendidikann formal dan non formal. Dalam jalur
adalah pembayaran yang dilakukan saat ini untuk kewajiban pada masa akan
operasional; biaya tunai tersebut untuk mendapatkan barang, jasa, atau hasil
usaha.
yaitu pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli barang-
barang dan jasa-jasa untuk kebutuhan hidup sehari-hari dalam suatu periode
tertentu.
per kapita untuk makanan dan bukan makanan dan bukan makanan.
konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan baik yang berasal dari
memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
sendiri dengan kualitas yang bagus dan luas dapat dikatakan status sosial
rumah tapi menyewa kepada orang lain dengan kualitas rumah yang sederhana
yaitu dimana rumah yang ditempati oleh rumah tangga merupakan milik
kepala rumah tangga atau salah seorang anggota rumah tangga. Sedangkan
rumah bukan milik sendiri yaitu rumah yang ditempati oleh rumah tangga
merupakan rumah dengan status sewa,kontrak, dinas, bebas sewa dan lainnya.
4) Pekerjaan
ada yang memiliki pekerjaan yang sederhana, ada yang memiliki pekerjaan
yang sedang dan ada yang memiliki pekerjaan dalam ketegori tinggi bahkan
keuntungan paling sedikit selama satu jam dalam seminggu terakhir. Bekerja
selama satu jam tersebut harus dilakukan berturut-turut dan tidak terputus.
sebagian besar memiliki jamban, dan yang semi permanen dan tidak permanen
semakin tinggi juga tingkat kepemilikan jamban. Luas rumah dan lahan
Bila lahan tidak ada, pemilik rumah memilih untuk tidak membangun jamban
Luas lantai menurut BPS (2020) adalah luas lantai yang ditempati dan
6) Status Wilayah
kecamatan, dan desa atau disebut dengan nama lain yang merupakan wilayah
mengacu pada Perka BPS nomor 37 Tahun 2010 tentang klasifikasi perkotaan
wilayah desa dan kota sangat bermanfaat terutama dalam hal perencanaan
pembangunan.
perkotaan.
dilakukan dan menjadi dasar dalam melakukan penelitian ini. Penelitian terdahulu
Nama
No Judul Kesimpulan Penelitian
(Tahun)
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan
yang bermakna antara kepemilikan jamban
Determinan
sehat dengan pendidikan (p value 0,001),
Kepemilikan pengetahuan (p value 0,001), sikap (p value
Fera Novitry,
Jamban Sehat di 0,001), dan pendapatan keluarga (p value
Rizka
1 Desa Sukomulyo 0,001). Kesimpulan penelitian menunjukkan
Agustin
Martapura bahwa ada hubungan antara pendidikan,
(2017) pengetahuan, sikap, dan pendapatan keluarga
Palembang
dengan kepemilikan jamban sehat di Desa
Sukomulyo Kecamatan Martapura,
Kabupaten Oku Timur, Palembang.
Hasil penelitian ini menemukan: 1). Terdapat
pengaruh yang signifikan positif antara
Faktor yang tingkat pendapatan dengan sanitasi
Mempengaruhi lingkungan sebesar 3,7%, 2). Terdapat
Sanitasi pengaruh yang signifikan positif antara
Slamet Lingkungan jumlah anggota keluarga dengan sanitasi
Rianto dan Permukiman di lingkungan sebesar 3,4%. 3). Terdapat
2 pengaruh yang signifikan positif antara
Nefilinda Nagari Aur
pengetahuan dengan sanitasi lingkungan
(2018) Begalung Talaok sebesar 8%. 4). Terdapat pengaruh yang
Kecamatan Bayang signifikan positif antara tingkat pendapatan,
Kabupaten Pesisir jumlah anggota keluarga dan pengetahuan
Selatan secara bersama-sama dengan sanitasi
lingkungan sebesar 18,1%.
Nama
No Judul Kesimpulan Penelitian
(Tahun)
Provinsi Papua Dan
Provinsi Papua
Barat
Perilaku
masyarakat dalam
pengelolaan
sanitasi Hasil penelitian menunjukan bahwa
Lingkungan Sebagian besar responden memiliki
pemukiman di pengetahuan, sikap dan perilaku tentang
perkebunan kopi sanitasi yang sedang. Masih terdapat
Khoiron dan
Kabupaten jember responden yang memiliki perilaku yang
Dewi
5 buruk tentang sanitasi lingkungan. Hal ini
Rokhmah (The Behaviour Of
ditunjukkan dengan sebagian besar
(2015) Society In The responden tidak memiliki sumur, tidak
Management Of memiliki jamban serta kamar mandi di
Environmental rumah. Separuh dari yang tidak memiliki
Sanitation At jamban, BAB di sungai dan di kebun.
Coffee Plantation
Residence In
Jember Regency)
35
D. Hipotesis
2. Diduga umur kepala rumah tangga berpengaruh secara parsial terhadap sanitasi
3. Diduga jenis kelamin kepala rumah tangga berpengaruh secara parsial terhadap
8. Diduga luas lantai rumah tangga berpengaruh secara parsial terhadap sanitasi
Tempat penelitian ini adalah pada Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian yang
dibutuhkan peneliti dalam menyusun Tesis ini, adalah dimulai dari proses penyusunan
Proposal Penelitian sampai dengan ujian yaitu terhitung dari bulan Agustus sampai
1. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni penelitian expost facto.
Penelitian expost facto berdasarkan arti katanya, yaitu “dari apa dikerjakan setelah
kenyataan”, maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah kejadian. Oleh
karena itu, penelitian ini hanya dapat dilakukan ketika suatu peristiwa yang didalamnya
terdapat komponen variabel bebas dan variabel terikat telah terjadi. Penelitian expost
facto sering disebut juga sebagai penelitian kasual komparatif, karena penelitian
tersebut berusaha mencari informasi tentang hubungan sebab akibat dari suatu
peristiwa.
2. Desain Penelitian
37
38
tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk angka-angka, meskipun
juga berupa data kualitatif sebagai pendukungnya, seperti kata-kata atau kalimat yang
tersusun dalam angket, kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara peneliti dan
informan. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
pengukuran (Sugiyono, 2014: 7). Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti
Penelitian ini adalah penelitian kausal yaitu penelitian yang bertujuan untuk
Jumlah Anggota
Rumah Tangga
(X1)
Umur KRT
(X2)
Pengeluaran
Rumah Tangga
(X4)
Sanitasi Layak
Pendidikan (Y)
(X5)
Kepemilikan Aset
Keluarga
(X6)
Pekerjaan
(X7)
Luas Lantai
(X8)
Status Wilayah
(X9)
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah rumah tangga yang terdapat dalam
blok sensus terpilih. Menurut BPS (2020) blok sensus adalah bagian dari suatu wilayah
desa/kelurahan yang merupakan daerah kerja dari seorang Pencacah. Setiap wilayah
desa/kelurahan dibagi habis menjadi beberapa blok sensus. Master sampling frame
yang digunakan dalam pelaksanaan Susenas 2020 adalah sekitar 40 persen blok sensus
dari populasi, yang ditarik secara probability proportional to size (PPS) dengan ukuran
jumlah rumah tangga SP2010 dari master frame blok sensus sekitar 720.000.
Pada penelitian ini populasinya adalah 30.744 rumah tangga yang terdiri dari
2. Sampel
Menurut Arikunto (2010: 109) bahwa sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Prosedur penarikan sampel yaitu memilih 10 rumah tangga hasil
sistematis dengan interval tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan
41
sesuai kelompok stratifikasi. Kelompok stratifikasi pada penelitian ini yaitu menurut
pendidikan KRT dan keberadaan ART balita serta ibu hamil 9 bulan. Sampel 10 rumah
sampel Susenas Maret 2020 yaitu sebanyak 3.387 rumah tangga di 344 blok sensus
yaitu data mentah (raw data) dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Maret
2020. Data tersebut diperoleh dari BPS Provinsi Gorontalo sebagai pengumpul data
dasar Indonesia. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah usia jumlah anggota rumah
tangga, usia kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, pendidikan
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah akses ke sanitasi layak.
penelitian. Variabel dapat diartikan sebagai sesuatu yang dijadikan objek penelitian
sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti.
42
seseorang atau objek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau
Variabel terikat atau variabel respon dan variabel-variabel bebas atau variabel
penjelas dalam penelitian ini, secara keseluruhan diambil dari beberapa pertanyaan
yang ada dalam Susenas 2020. Untuk menentukan variabel-variabel dalam penelitian
Variabel tak bebas dalam penelitian ini adalah sanitasi layak rumah tangga yang
didefinisikan dengan notasi Y. Variabel ini diperoleh dengan cara mengolah data dari
hasil Susenas 2020 dengan kuesioner VSEN20.K pada pertanyaan di Blok XVIII
c. Fasilitas sanitasi tersebut digunakan oleh rumah tangga sendiri atau bersama
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jumlah anggota rumah tangga, umur
kepala rumah tangga, jenis kelamin kepala rumah tangga, pengeluaran rumah tangga,
pendidikan kepala rumah tangga, pengeluaran rumah tangga, kepemilikan aset, luas
Menurut BPS (2020) rumah tangga adalah sekelompok orang yang mendiami
sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal serta makan dari satu dapur.
Sedangkan Anggota Rumah Tangga (Art) adalah semua orang yang biasanya
bertempat tinggal di suatu rumah tangga (KRT, suami/istri, anak, menantu, cucu, orang
tua/mertua, famili lain, asisten rumah tangga yang menginap atau ART lainnya), baik
yang sedang berada di rumah maupun yang sementara tidak berada di rumah. Variable
ini dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu : ‘0’ jumlah art 1-3 orang, ‘1’ jumlah art
Definisi umur menurut BPS (2020), dihitung dalam tahun dengan pembulatan
ke bawah atau sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Perhitungan
umur didasarkan pada kalender Masehi. Umur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah umur kepala rumah tangga. Pada penelitian ini variabel umur KRT dikategori
menjadi 3 yaitu :
1. Umur KRT ≤ 25 Tahun (Skor 0) : Kepala rumah tangga dengan umur dibawah
25 tahun.
44
2. Umur KRT 26 – 49 Tahun (Skor 1) : Kepala rumah tangga dengan umur 26-49
tahun.
3. Umur KRT > 50 Tahun (Skor 2) : Kepala rumah tangga dengan umur diatas 50
tahun.
c. Jenis Kelamin Kepala Rumah Tangga (𝑋3 )
Menurut BPS (2020), jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki
dan perempuan. Perbedaan biologis tersebut dapat dilihat dari alat kelamin serta
perbedaan genetik. Variable ini dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu : laki-laki dan
perempuan
makanan dan bukan makanan dan bukan makanan. Pengeluaran untuk makanan
mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau dan
sekolah dan sebagainya. Variable ini dikukur dengan garis kemiskinan Provinsi
Gorontalo tahun 2020 sebesar Rp. 368.990. Menurut BPS (2020), Garis Kemiskinan
(GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis
yaitu : ‘0’ pengeluaran rumah tangga ≤ Garis Kemiskinan Rp.368.990, ‘1’ pengeluaran
yang ditamatkan kepala rumah tangga. Menurut BPS (2020), pendidikan tertinggi yang
pelajaran pada kelas tertinggi sesuai tingkatan sekolah dengan mendapatkan tanda
Kepemilikan aset dalam penelitian ini diukur dari status kepemilikan rumah
tempat tinggal milik sendiri atau bukan milik sendiri. Menurut BPS (2020), Status
kepemilikan tempat tinggal milik sendiri yaitu dimana rumah yang ditempati oleh
rumah tangga merupakan milik kepala rumah tangga atau salah seorang anggota rumah
tangga. Sedangkan rumah bukan milik sendiri yaitu rumah yang ditempati oleh rumah
tangga merupakan rumah dengan status sewa,kontrak, dinas, bebas sewa dan lainnya.
1. Rumah Bukan Milik Sendiri (Skor 0) : rumah tangga dengan status kepemilikan
2. Rumah Milik Sendiri (Skor 1) : rumah dengan status sewa,kontrak, dinas, bebas
g. Pekerjaan (𝑋7 )
yang tidak tetap, yaitu lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir di usaha
rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan
menerima upah atau imbalan, baik berupa uang maupun barang, dan baik
5. Pekerja Keluarga (Skor 4) : KRT yang bekerja membantu ART lain/orang lain
yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji, baik berupa uang maupun
barang..
47
Luas lantai dalam penelitian ini adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan
i. Status Wilayah
Status wilayah dalam penelitian ini adalah mengacu pada Perka BPS nomor 37
dikategorikan menjadi 2 :
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian dapat dijabarkan pada
a. ≤ Garis Kemiskinan
Pengeluaran Rumah Rp.368.990 (Skor 0)
Ordinal
Tangga b. > Garis Kemiskinan
Rp.368.990 (Skor 1)
a. ≤ SD / sederajat (Skor 0)
b. SMP / sederajat (Skor 1)
Tingkat pendidikan Ordinal
c. SMA / sederajat (Skor 2)
d. PT / sederajat (Skor 3)
a. Rumah bukan milik sendiri
Kepemilikan Aset (Skor 0) Ordinal
b. Rumah milik sendiri (Skor 1)
a. Tidak Bekerja (Skor 0)
Pekerjaan Ordinal
b. Bekerja (Skor 1)
Luas Lantai - Numerik
a. Perdesaan (Skor 0)
Status Wilayah Nominal
b. Perkotaan (Skor 1)
1. Analisis Deskriptif
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu pemikiran,
variabel respon dan satu atau lebih variabel penjelas atau prediktor (Hosmer &
Lemeshow, 2000). Regresi logistik merupakan salah satu metode yang dapat
digunakan untuk mencari hubungan variabel respon yang bersifat dichtomous (berskala
nominal atau ordinal dengan dua kategori) atau polychotomous (mempunyai skala
nominal atau ordinal dengan lebih dari dua kategori) dengan satu atau lebih variabel
prediktor (Agresti, 1990). Regresi logistik biner memiliki variabel respon berskala
nominal yang berupa dua kategori “sukses” atau “gagal”, sedangkan variabel prediktor
1. Angka 1 diberikan untuk rumah tangga yang memiliki akses ke sanitasi layak.
2. Angka 0 diberikan untuk rumah tangga yang tidak memiliki akses ke sanitasi
layak.
Tahapan yang dilakukan dalam regresi logistik biner adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan Model
variabel respon (y) dan variabel prediktor (x) dimana variabel y menghasilkan
1 𝑒𝑧
𝑓(𝑧) =1+𝑒−𝑧 𝑒𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑓(𝑧) = 1+𝑒𝑧
Jika nilai z antara −∞ dan ∞ maka nilai 𝑓(𝑧) terletak antara 0 dan 1 untuk
setiap nilai z yang diberikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa model logistik
𝑒 β0+β1x1+⋯+βpxp
π(x) = 1+𝑒 β0+β1x1+⋯+βpxp
π(x)
g(x) = ln( ) = 𝛽0 + 𝛽1 𝛽𝑋1 + ⋯ + 𝛽𝑝 𝛽𝑋𝑝
1 − π(x)
H1 : minimal ada satu βj ≠ 0 (ada pengaruh paling sedikit satu variabel bebas
Untuk j = 1,2...p
Dengan:
Lp = maksimum Likelihood dari model penuh (Full Model) atau dengan semua
variabel bebas.
p sehingga hipotesis ditolak jika p-value < α yang berarti variabel bebas X sama
yang cocok dan kerpautan yang kuat antara model dengan data yang ada.
Untuk j = 1,2...p
Hipotesis akan ditolak jika p – value < α yang berarti variabel bebas Xj
diperoleh adalah tolak H0, dapat disimpulkan bahwa pada variabel independen
Gorontalo.
4. Odds Ratio
didefinisikan sebagai ratio dari odds untuk 𝑥𝑖 = 1 terhadap 𝑥𝑖 = 0. Odds ratio ini
Untuk variabel bebas yang berkala kontinyu maka interprestasi dari koefissien
βi pada model regresi logistik adalah setiap kenaikan c unit pada variabel bebas
akan menyebabkan resiko terjadinya Y=1, adalah exp (c.βi) kali lebih besar.
𝜋(1)/1−(𝜋(1))
𝜃=𝜋(0)/(1−𝜋(1))
dependen dalam penelitian ini adalah akses sanitasi layak. Nilai odds ratio,
yaitu nilai dari exp(𝛽̂j) pada variabel independen yang signifikan memengaruhi
A. Hasil Penelitian
Provinsi Gorontalo merupakan hasil pemekaran dari Provinsi Sulawesi Utara yang
lahir pada tanggal 5 Desember 2000. Provinsi Gorontalo terletak pada Semenanjung
Gorontalo di Pulau Sulawesi, tepatnya di bagian barat dari Provinsi Sulawesi Utara.
Provinsi Gorontalo terletak antara 0° 19’ – 0° 57’ Lintang Utara dan 121° 23’ – 125° 14’
Bujur Timur. Wilayah provinsi ini berbatasan langsung dengan dua provinsi lain,
diantaranya Provinsi Sulawesi Tengah di sebelah Barat dan Provinsi Sulawesi Utara di
sebelah Timur. Sedangkan di sebelah Utara berhadapan langsung dengan Laut Sulawesi
Nomor 72 Tahun 2019 sebesar 11.257 km2 atau 0,59 persen dari total luas wilayah
Indonesia. Provinsi Gorontalo terbagi dalam enam wilayah Kabupaten/ Kota yaitu
Utara, Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalo. Kabupaten Pohuwato merupakan
wilayah terluas di Provinsi Gorontalo dengan luas area sebesar 37,7 persen, sedangkan
Kota Gorontalo memiliki wilayah terkecil di Provinsi Gorontalo sebesar 0,71 persen.
53
54
karenanya, provinsi ini mempunyai banyak gunung dengan ketinggian yang berbeda-beda.
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut
dari permukaan laut dan jaraknya dari pantai. Dengan kondisi wilayah Provinsi Gorontalo
yang letaknya di dekat garis khatulistiwa, menjadikan daerah ini mempunyai suhu udara
sebanyak 1.171.681 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak 591.349 jiwa dan perempuan
penduduk terbanyak sebesar 33,55 persen dari total penduduk Provinsi Gorontalo,
Jumlah Penduduk
Wilayah Persentase (%)
(Jiwa)
Kabupaten Boalemo 145.868 12,45
Kabupaten Gorontalo 393.107 33,55
Kabupaten Pohuwato 146.432 12,50
Kabupaten Bone Bolango 162.778 13,89
Kabupaten Gorontalo Utara 124.957 10,66
Kota Gorontalo 198.539 16,94
Provinsi Gorontalo 1.171.681 100
2. Hasil Penelitian
responden itu sendiri. Karakteristik ini untuk melihat responden memiliki background
yang difokuskan pada status perkotaan, pendidikan, status kawin, jenis kelamin, jumlah
anggota rumah tangga, umur dan pengeluaran rumah tangga. Hasil yang didapat adalah:
Rumah tangga menurut Badan Pusat Statistik (2017) adalah seseorang atau
sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/sensus, dan
biasanya makan bersama dari satu dapur.), Yang dimaksud dengan makan dari satu
Pada gambar 4.1 menunjukkan persentase rumah tangga dengan jumlah anggota
rumah tangga 4-6 orang lebih banyak sebesar 50,19 persen, sedangkan rumah
56
tangga dengan jumlah anggota rumah tangga 1-3 orang sebesar 43,22 persen dan
yang terkecil adalah rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga >7 orang
Definisi umur menurut BPS, dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau
sama dengan umur pada waktu ulang tahun yang terakhir. Perhitungan umur didasarkan pada
kalender Masehi.
Menurut BPS, kepala rumah tangga (krt) adalah seseorang dari sekelompok anggota
rumah tangga yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga, atau orang
mendiami satu kamar dalam satu bangunan sensus walaupun mengurus makannya sendiri-
sendiri, maka salah seorang dari mahasiswa tersebut dianggap/ditunjuk sebagai krt).
Berdasarkan hasil olah data pada tahun 2020, 89,61 persen kepala rumah tangga masih berusia
produktif 15-64 tahun, dan 10,39 persen usia tidak produktif. Umur kepala rumah tangga dalam
Menurut BPS, jenis kelamin adalah perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan.
Perbedaan biologis tersebut dapat dilihat dari alat kelamin serta perbedaan genetik. Persentase
Gambar 4.2 menunjukkan bahwa persentase kepala rumah tangga dengan jenis
kelamin laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan kepala rumah tangga berjenis
kelamin perempuan yaitu masing-masing sebesar 86,24 peresen dan 13,76 persen.
Pengeluaran rata-rata per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi
semua anggota rumah tangga selama sebulan baik yang berasal dari pembelian,
pemberian maupun produksi sendiri dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga
Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang
berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional Maret 2020 yaitu sebesar Rp
368.990.
e. Pendidikan
Menurut BPS, Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan
berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
(kursus), pendidikan anak usia dini (PAUD) atau pra-sekolah, pendidikan kepemudaan,
keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan (paket A, paket B, dan paket
didik.
Provinsi Gorontalo tahun 2020 paling banyak berpendidikan kurang dari SD/Sederajat
sebesar 62,24 persen, disusul pendidikan Kepala rumah tangga berpendidikan SMA
59
sederajat dan SMP sederajat masing-masing sebesar 19,63 persen dan 9,63 persen
sedangkan pendidikan Perguruan Tinggi Sederajat paling kecil sebesar 8,50 persen.
f. Kepemilikan Aset
sosial ekonomi keluarga di masyarakat. Keluarga yang memiliki rumah sendiri dengan
kualitas yang bagus dan luas dapat dikatakan status sosial ekonominya termasuk
kategori tinggi, akan tetapi keluarga yang memiliki rumah tapi menyewa kepada orang
lain dengan kualitas rumah yang sederhana maka tingkat status sosial ekonominya
Menurut BPS, Status kepemilikan tempat tinggal milik sendiri yaitu dimana
rumah yang ditempati oleh rumah tangga merupakan milik kepala rumah tangga atau
salah seorang anggota rumah tangga. Sedangkan rumah bukan milik sendiri yaitu
rumah yang ditempati oleh rumah tangga merupakan rumah dengan status
rumah tangga berdasarkan status kepemilikan rumah, rumah tangga dengan status
kepemilikan rumah milik sendiri lebih besar daripada rumah tangga dengan status
60
kepemilikan rumah bukan milik sendiri yaitu masing-masing sebesar 82,23 persen dan
17,77 persen.
g. Luas Lantai
Luas rumah dan lahan tampaknya menjadi faktor penting dalam menentukan
kepemilikan jamban. Bila lahan tidak ada, pemilik rumah memilih untuk tidak
Luas lantai menurut BPS adalah luas lantai yang ditempati dan digunakan untuk
keperluan sehari-hari (sebatas atap rumah). Luas lantai pada penelitian ini tidak
h. Pekerjaan
kegiatan ekonomi yang menghasilkan barang atau jasa. Penghasilan atau keuntungan
pekerja/karyawan/pegawai dan hasil usaha berupa sewa, bunga, atau keuntungan, baik
tangga di Provinsi Gorontalo tahun 2020 didominasi oleh status berusaha sebesar 55,54
sebesar 27,61 persen. Sedangkan status pekerjaan kepala keluarga sebagai pekerja
i. Status Wilayah
Untuk berbagai keperluan, data mengenai klasifikasi wilayah desa dan kota
berupa Sanitasi Layak merupakan data yang menggunakan skala nominal yaitu dummy
(1 dan 0) dimana nilai 0 sanitasi tidak layak dan nilai 1 sanitasi layak. Berikut ini
Sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 3.387 rumah tangga yang tersebar
Tabel 4.3 menjelaskan bahwa seluruh kasus atau case ternyata teramati semua
Variabel dependen yaitu kategori “Sanitasi Tidak Layak” dengan kode 0 dan
“Sanitasi Layak” dengan kode 1. Oleh karena yang diberi kode 1 adalah “Sanitasi
Layak” menjadi referensi atau efek dari sebab. Sebab yang dimaksud dalam kejadian
Sanitasi Layak 1
Sumber : Data Sekunder diolah 2021
disebut juga frekuensi harapan berdasarkan data empiris variabel dependen. Tabel
Prediksi
Kelayakan Sanitasi Persentase
Observasi Koreksi
Sanitasi Sanitasi
Tidak Layak
Layak
Step 0 Kelayakan Sanitasi 0 917 0.0
Sanitasi Tidak Layak
Sanitasi 0 2470 100.0
Layak
Persentase Total 72.9
Sumber : Data Sekunder diolah 2021
Tabel 4.5 variabel dependen referensi atau akibat buruk (kode 1) yaitu “Sanitasi
Layak” sebanyak 2.470 rumah tangga. Sedangkan yang “Sanitasi Tidak Layak”
sebanyak 917 rumah tangga. Jumlah sampel sebanyak 3.387 orang. Sehingga nilai
2.470/3.387 = 72.9%.
Koefisien
-2 Log
Iteration likelihood Konstan
Step 0 1 3959.665 .917
2 3955.980 .990
3 3955.979 .991
4 3955.979 .991
Uji keseluruhan model (Overall Model Fit) adalah pengujian yang dilakukan
dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block
Number = 0) dengan nilai -2 Log likehood (-2LL) pada akhir (Blok Number = 1).
Adanya pengurangan antara -2LL awal (initial - 2LL function) dengan nilai -2LL pada
langkah berikutnya (-2LL akhir) menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit
dengan data (Ghozali, 2011). Berikut adalah tabel penyajian hasil pengujian
keseluruhan model :
64
Tabel 4.6. menunjukkan nilai -2 Log Likelihood atau kemungkinan awal adalah
3959.665 untuk nilai awal dan -2 Log Likelihood atau kemungkinan akhir adalah
goodness of fit kecocokan dalam kesesuaian model yang diukur dengan Chi-Square
atau uji kuadrat pada kolom Hosmer and Lemeshove’ Ghozali (2011). Menilai model
Tabel 4.7. menunjukkan Nilai -2 Log Likelihood atau nilai kemungkinan pada
awal adalah sebesar 3955.9795. Setelah Chi-Square atau uji kuadrat pada kolom
Hosmer and Lemeshove’ Ghozali (2011). Variabel independen dimasukkan, nilai dari
-2 Log Likelihood pada akhir menjadi 3391.2764. nilai -2 Log Likelihood yang
Uji serentak adalah uji yang mempunyai fungsi dimana untuk mengetahui
signifikansi parameter pada konstanta secara keseluruhan. Dibawah ini adalah tabel
signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap akses sanitasi layak
)
65
j = 1,2,3,4,5,6,7
Berikut adalah ringkasan tabel untuk uji signifikansi parameter antara variabel
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 564.703 15 .000
Block 564.703 15 .000
Model 564.703 15 .000
Sumber : Data Sekunder diolah 2021
Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai signifikansi model sebesar 0.000 karena
nilai ini lebih kecil dari 5% maka tolak H0 sehingga disimpulkan bahwa variabel bebas
variabel prediktornya atau ada salah satu variabel prediktor yang berpengaruh.
nyata terhadap model, atau dengan kata lain model dinyatakan FIT atau Sesuai. Adanya
pengaruh yang signifikan dari tujuan variabel independen yaitu jumlah anggota rumah
tangga, umur kepala rumah tangga, jenis kelamin, pengeluaran rumah tangga, tingkat
pendidikan, kepemilikan asset, luas lantai, dan pekerjaan kepala rumah tangga secara
independen yang terlihat dari nilai Square negelkerke sedangkan variabel independen
dijelaskan oleh faktor lain dalam persamaan hasil regresi logistik. Hosmer and
Table 4.9 menunjukkan nilai Nagelkerke R Square sebesar 0,223 dan Cox &
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen adalah sebesar 0,223 atau
22,3% dan terdapat 100% – 22,3% = 77,7% faktor lain di luar model yang menjelaskan
variabel dependen. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa dengan 8 variabel yaitu
jumlah anggota rumah tangga, umur kepala rumah tangga, jenis kelamin, pengeluaran
rumah tangga, tingkat pendidikan, kepemilikan asset, luas lantai, dan pekerjaan kepala
rumah tangga maka proporsi terhadap sanitasi layak rumah tangga dapat dijelaskan
sebesar 22,3%. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan dalam penelitian ini. Pertama,
kemungkinan representasi rumah tangga yang tinggal di daerah pedesaan lebih banyak
jika dibandingkan diperkotaan. Namun, efeknya tidak bisa akan ditentukan dalam
penelitian ini. Kedua, itu faktor peran masyarakat, pengetahuan masyarakat terkait
sanitasi layak dan pemerintah dalam sanitasi layak tidak dikaji dalam penelitian ini.
Uji parsial dilakukan untuk melihat pengaruh setiap variabel prediktor terhadap
variabel respon. Pada uji diharapkan H0 akan ditolak sehingga variabel yang sedang
maka dilakukan uji signifikansi parameter secara parsial dengan hipotesis sebagai
berikut.
sanitasi layak).
Hipotesis akan ditolak jika p – value < α yang berarti variabel bebas Xj secara
Tabel uji signifikansi parameter antara variabel prediktor dengan sanitasi layak
Dari 9 variabel yang diduga berpengaruh terhadap sanitasi layak ternyata hanya
7 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap sanitasi layak. yaitu variabel, Umur
KRT (X2), Kondisi Pengeluaran (X4), Pendidikan (X5), Status Kepemilikan Tempat
Tinggal (X6), Status Pekerjaan (X7), Luas Lantai (X8), dan status wilayah (X9)
mempunyai nilai P-value (Sig) yang kurang dari 0,05. Sehingga dapat diputuskan tolak
Ho yang artinya bahwa variabel X2, X4, X5, X6, X7, X8 dan X9 berpengaruh
signifikan terhadap sanitasi layak. Sedangkan variabel Jumlah Anggota Rumah Tangga
(X1) dan jenis kelamin (X3) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap sanitasi
layak.
4. Odds Ratio
Secara umum, rasio peluang (odds ratios) merupakan sekumpulan peluang yang
dibagi oleh peluang lainnya. Rasio peluang bagi prediktor diartikan sebagai jumlah
relatif dimana peluang hasil meningkat (rasio peluang>1) atau turun (rasio peluang
69
prediktor meningkat sebesar 1 unit. Odds ratio pada SPSS dilambangkan dengan
a. Umur
Umur Kepala Rumah Tangga 1,013 kali cenderung memiliki pengaruh terhadap
sanitasi layak
b. Pengeluaran
0,613 kali terhadap sanitasi layak dibandingkan dengan rumah tangga yang
c. Pendidikan
70
peluang 0,488 kali terhadap sanitasi layak dibandingkan dengan kepala rumah tangga
d. Kepemilikan Aset
Rumah tangga yang memiliki rumah dengan status milik sendiri memiliki
peluang 1,859 kali terhadap sanitasi layak dibandingkan rumah tangga yang status
e. Status Pekerjaan
Status pekerjaan kepala rumah tangga berusaha memiliki peluang 3,226 kali
terhadap akses sanitasi layak dibandingkan rumah tangga dengan status pekerjaan
kepala rumah tangga sebagai buruh/Karyawan, pekerja bebas, dan pekerja keluarga.
f. Luas Lantai
Luas lantai yang dimiliki rumah tangga berpengaruh 1,021 kali terhadap akses
sanitasi layak.
g. Status wilayah
sebagai berikut :
+ +0.021𝑋8 − 0.596𝑋9
𝑒 −0.076+0.013𝑋2−0.489𝑋4−1.257𝑋5+0.62𝑋6+1.171𝑋7++++0.021𝑋8−0.596𝑋9
π(x) =
1 + 𝑒 −0.076+0.013𝑋2−0.489𝑋4−1.257𝑋5+0.62𝑋6+1.171𝑋7++++0.021𝑋8−0.596𝑋9
71
B. Pembahasan
yang merupakan lanjutan dari MDGs. Tujuan TPB yang keenam yang harus dipenuhi
pemerintah adalah menjamin ketersediaan dan pengelolaan air bersih dan sanitasi
dilakukan upaya kesehatan lingkungan dan sanitasi lingkungan. Salah satu aspek
penting dalam penciptaan sanitasi lingkungan yang layak yakni kesadaran dari
masyarakat. Dimana aspek ini dapat terlihat dari baiknya kondisi faktor demografi dan
dengan menggunakan hipotesis yang telah disusun sebelumnya dan teori yang ada.
Pembahasan mengenai hasil analisis regresi logistik biner di atas dapat dijabarkan
Anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal disuatu
rumah, baik yang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara
50,19 persen rumah tangga di Provinsi Gorontalo memiliki jumlah anggota rumah
tangga sebanyak 4-6 orang, rumah tangga yang memiliki jumlah anggota rumah tangga
1-3 orang sebesar 43,12 persen sedangkan yang memiliki jumlah anggota rumah tangga
Berdasarkan hasil uji parsial tolak hipotesis nol (Ho) jika nilai p-value
signifikan < 0,05. Jumlah anggota rumah tangga diperoleh p-value 0.155 artinya tidak
adanya pengaruh jumlah anggota rumah tangga terhadap sanitasi layak di provinsi
Gorontalo. Hal ini dapat terjadi karena berapapun jumlah anggota rumah tangga jika
tidak ada kesadaran dari individu itu sendiri maka kepemilikan sanitasi layak pada
rumah tangga itu tidak akan terpenuhi. Jumlah anggota rumah tangga yang sedikit tidak
bisa menjamin bahwa rumah tangga itu memiliki kesadaran akan sanitasi layak
dengan pengetahuan dan peningkatan penghasilan rumah tangga agar sanitasi layak
dapat terpenuhi.
anggota keluarga yang tidak terkendali akan berpengaruh terhadap keluarga itu sendiri
khususnya dalam segi sanitasi lingkungan, karena pertambahan anggota keluarga harus
di sertai dengan kenaikan tingkat pendapatan kepala keluarga agar semua anggota
anggota keluarga memperbesar konsumsi rumah tangga yang baik berupa sandang,
Berdasarkan hasil penelitian , hasil uji parsial tolak hipotesis nol (H0) jika nilai
p-value signifikan <0,05. Umur kepala rumah tangga diperoleh signifikan 0.001 artinya
adanya pengaruh, dengan nilai odds ratio sebesar 1,013 kali artinya umur kepala rumah
tangga memiliki kecenderungan akses sanitasi layak rumah tangga 1,013 kali. Hal ini
73
dapat terjadi karena semakin tinggi usia kepala rumah tangga maka semakin tinggi pula
Berdasarkan hasil olah data pada tahun 2020 kepala rumah tangga di Provinsi
Gorontalo 89,61 persen kepala rumah tangga masih berusia produktif 15-64 tahun, dan
10,39 persen usia tidak produktif. Hal ini berarti dengan umur KRT yang masih
produktif, KRT tersebut mempunyai peluang yang besar dalam memperoleh informasi
lingkungan kerja maupun di lingkungan pendidikan. Selain itu juga umur kepala rumah
tangga yang masih tergolong muda biasanya berbeda pendapat dengan golongan umur
diatas rata-rata 25 tahun dalam hal memenuhi kebutuhan sanitasi layak. Informasi dan
pengetahuan terkait sanitasi layak sangat minim, mereka belum sadar akan pentingnya
kepemilikan sanitasi layak untuk kesehatan. Semakin bertambah usia KRT maka
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gross dan Günther (2014)
di mana mereka menemukan hal positif dan hubungan yang signifikan secara statistik
antara usia kepala rumah tangga dan kemungkinan kepemilikan jamban. Menurut
Huclok (1998) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola
pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin banyak
hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya dimana peran
kepala keluarga sangat penting bagi setiap aspek kesehatan anggota keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian, hasil uji secara simultan semua variable bebas
kelamin. Namun setelah dilakukan uji secara parsial variable jenis kelamin tidak
Sehingga dapat dikatakan bahwa akses sanitasi layak tidak dipengaruhi oleh jenis
kelamin. Karena laki-laki dan perempuan memiliki kebutuhan yang sama tehadap
sarana sanitasi layak. Selain itu juga pada penelitian ini tidak menambahkan variabel
sikap KRT terhadap sanitasi layak, sehingga tidak bisa dilihat sejauh mana sikap KRT
layak.
laki-laki lebih banyak sebesar 86,24 persen sedangkan responden kepala rumah tangga
jenis kelamin perempuan sebesar 13,76 persen. Hal ini menunjukkan kepala rumah
tangga masih didominasi oleh laki-laki. Sehingga peran perempuan dalam hal
pengambil kebijakan di rumah tangga terkait sanitasi layak sangat kecil karena
Hal ini sejalan dengan Hikmah dan Pranowo (2012) perempuan tugasnya hanya
mengurus rumah tangga, seperti mengurus suami, anak dan memasak, sedangkan yang
lain yang menjadi sumber paparan patogen, dan berbagai bahan kimia dalam rumah
tangga.
pengeluaran yang dilakukan oleh rumah tangga untuk membeli barang-barang dan jasa-
terhadap kualitas sarana sanitasi layak rumah tangga yang dimiliki oleh responden (p <
0,05). Nilai odds ratio menunjukkan bahwa, rumah tangga dengan pengeluaran diatas
garis kemiskinan memiliki peluang 0,544 kali terhadap sanitasi layak dibandingkan
data Susenas tahun 2020 di Provinsi Gorontalo proporsi pengeluaran rumah tangga
pengeluaran non makanan. Menurut hukum Engel (Engel law) yang menjelaskan
bahwa pada penduduk yang lebih sejahtera, proporsi pengeluaran konsumsi untuk
makanan akan mengalami peningkatan. Hal ini berarti pengeluaran rumah tangga yang
sarana sanitasi. Sedangkan rumah tangga dengan pengeluaran diatas garis kemiskinan
rumah tangga dengan pengeluaran diatas garis kemiskinan mempunyai peluang yang
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Jenkins & Curtis, 2005; Biran
dkk., 2011; Thitu dkk., 2016; Novotny dkk., 2017; Novotny dkk., 2018; Wijk-Sijbesma,
1998 penelitian terkait kondisi sarana sanitasi rumah tangga dan kemampuan finansial
dan tidak pada investasi sanitasi. Kemiskinan juga telah dibuktikan dapat menekan
permintaan sanitasi (Gross & Gunther, 2014). Apriyanti dkk. (2019) melaporkan bahwa
responden yang tidak memanfaatkan jamban rumah tangga lebih banyak ditemukan
miskin kondisi rumah tangganya maka akses untuk mendapatkan kehidupan layak
semakin sulit. Sebaliknya, pada kondisi rumah tangga yang lebih sejahtera, maka ada
kualitas sarana sanitasi layak rumah tangga yang dimiliki oleh responden (p < 0,05).
Nilai Odds Ratio menunjukkan kepala rumah tangga dengan pendidikan Perguruan
Hal ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan dapat mempengaruhi sejauh
mana wawasan, pengetahuan, dan pola pikir mereka. Semakin tinggi pendidikan
yang sifatnya membangun seperti informasi tentang pentingnya sarana sanitasi layak
bagi kesehatan keluarga, kriteria sarana sanitasi layak yang memenuhi persyaratan
kesehatan, opsi-opsi jamban sehat, dan lain sebagainya. Hal ini tentunya akan lebih
layak di rumah tempat tinggalnya. Selain itu juga semakin tinggi tingkat pendidikan
kepala rumah tangga dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk menganalisis dan
berperilaku untuk meningkatkan kualitas sarana sanitasi layak rumah tinggalnya demi
Hal ini sejalan dengan penelitian Tirta (2006), Semakin tinggi tingkat
tinggal yang dimiliki oleh responden. Hal ini dapat disebabkan karena tingkat
pengetahuan, dan pola pikir mereka. Hal serupa juga dikemukakan oleh Notoatmojo
(2010) makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima informasi sehingga
semakin banyak pengetahuan yang dimilikinya sehingga individu lebih sadar dan
sosial ekonomi keluarga di masyarakat. Keluarga yang memiliki rumah sendiri dengan
kualitas yang bagus dan luas dapat dikatakan status sosial ekonominya termasuk
kategori tinggi, akan tetapi keluarga yang memiliki rumah tapi menyewa kepada orang
lain dengan kualitas rumah yang sederhana maka tingkat status sosial ekonominya
termasuk kategori rendah. Dilihat dari persentase status kepemilikan rumah, rumah
dengan status kepemilikan milik sendiri lebih banyak yaitu 82,23 persen dibandingkan
rumah bukan milik sendiri. Ini menandakan status sosial ekonomi masyarakat di
Provinsi Gorontalo sudah tergolong tinggi. Dengan status kepemilikan rumah milik
78
tangganya.
kepemilikan rumah milik sendiri dan bukan milik sendiri. Berdasarkan hasil penelitian,
rumah tangga dengan status kepemilikan rumah milik sendiri berpengaruh secara
signifikan terhadap sanitasi layak sebesar 2.056 kali dibandingkan rumah tangga yang
memiliki rumah dengan status kepemilikan bukan milik sendiri. Hal ini disebabkan
karena rumah tangga yang memiliki rumah dengan status kepemilikan milik sendiri
akan lebih mudah menyediakan fasilitas sanitasi layak karena rumah yang ditempati
sudah milik sendiri, sehingga mereka akan menjaga dan merawat asset berupa rumah
tersebut dengan menyediakan fasilitas yang memadai bagi anggota rumah tangganya.
Sedangkan rumah tangga dengan status kepemilikan rumah bukan milik sendiri tidak
akan menyediakan fasilitas sanitasi layak karena merasa asset berupa rumah tersebut
bukan menjadi miliknya, sehingga mereka tidak akan menyediakan ataupun menjaga
disediakan oleh pemerintah sudah ada dan menjangkau rumah tangga yang tidak
memiliki sanitasi layak. Namun sanitasi yang dibangun oleh pemerintah tersebut tidak
dijaga dan dirawat oleh masyarakat karena masyarakat menganggap fasilitas sanitasi
tersebut bukan menjadi milik mereka atau bukan asset rumah tangganya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariwah dkk. (2017) dan
Munamati dkk., (2016) umumnya rumah tangga migran identik dengan status
dibanding rumah tangga permanen, dan tidak memberikan prioritas pada perbaikan
fasilitas. Di samping itu, pada penguasaan lahan rumah tangga cenderung tidak mau
79
berinvestasi untuk perbaikan sanitasi permanen (Munamati dkk., 2016). Rumah tangga
tidak mau memperbaiki fasilitas sanitasi jika rumah yang ditempati bukan merupakan
rumah milik sendiri. Karena rumah yang ditempati bukan menjadi asset dari rumah
tangga tersebut.
pengaruh secara signifikan dengan sarana sanitasi layak rumah tangga yang dimilikinya
(p < 0,05).
Dilihat dari nilai Odds Ratio, pekerjaan kepala rumah tangga dengan status
berusaha cenderung memiliki akses ke sanitasi layak yaitu 2.815 kali dibangkan dengan
status pekerjaan kepala rumah tangga sebagai buruh/karyawan, pekerja bebas dan
pekerja keluarga serta kepala keluarga yang tidak bekerja. Hal ini dapat terjadi karena
dengan pekerjaan yang lebih baik menyebabkan kepala rumah tangga mendapatkan
penghasilan yang lebih tinggi, dengan penghasilan yang lebih tinggi memungkinkan
kepala rumah tangga mampu membangun atau menyediakan sarana sanitasi layak
rumah tinggal yang lebih baik dan berkualitas. Rendahnya penghasilan merupakan
rintangan bagi kepala rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan sanitasi layak.
Hal ini sejalan dengan penelitian Ningrum (2013) yang meneliti sanitasi dasar
pengelolaan limbah rumah tangga yang menunjukkan bahwa sebagian besar rumah
tangga yang memiliki sarana sanitasi layak adalah kepala keluarga dengan penghasilan
di atas rata-rata, sedangkan penghasilan yang kurang dari rata-rata hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja. Hal serupa juga dikemukakan oleh
80
signifikan dengan kualitas sarana sanitasi dasar rumah tinggal yang dimilikinya, dengan
lebih tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lantai rumah berpengaruh secara
signifikan terhadap sanitasi layak di Provinsi Gorontalo. Berdasarkan nilai Odds Ratio,
Luas lantai rumah tangga berpengaruh 1.021 kali terhadap sanitasi layak di Provinsi
Gorontalo. Dengan lantai rumah yang luas, kepala rumah tangga akan lebih mudah
dalam menyediakan sanitasi layak karena masih ada ruang untuk membangun sanitasi
layak. Sedangkan rumah tangga yang memiliki luas rumah kecil, mereka akan lebih
mengutamakan membangun rumah untuk kebutuhan tempat tinggal seperti kamar tidur,
ruang tamu, dapur daripada pemenuhan sanitasi layak karena terbatas oleh luas lahan.
Selain itu rumah yang sehat juga harus memperhatikan kepadatan penghuninya.
Selain tidak nyaman, rumah yang jumlah penghuninya tidak sebanding dengan luas
rumah juga tidak sehat, baik secara fisik maupun sosial. Setiap orang yang tinggal
dalam rumah membutuhkan O2 yang cukup. Jika penghuni terlalu banyak, maka
sehat. Selain itu, rumah yang terlalu padat (overcrowded) lebih memungkinkan
terjadinya penularan berbagai jenis penyakit. Karena itu, luas bangunan yang optimum
adalah apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk tiap orang. Sehingga luas rumah
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Tirta, 2006 yang mengatakan bahwa bila
lahan tidak ada, pemilik rumah memilih untuk tidak membangun jamban di rumah.
81
Semakin luas bangunan rumah maka semakin tinggi juga tingkat kepemilikan jamban.
Luas rumah dan lahan tampaknya menjadi faktor penting dalam menentukan
kepemilikan jamban.
terhadap sanitasi layak. Berdasarkan nilai Odds Ratio, status wilayah berpengaruh
0.551 kali terhadap sanitasi layak di Provinsi Gorontalo. Hal ini disebabkan di daerah
sanitasi layak baik melalui internet, media massa maupun televisi karena sarana dan
prasarana yang mendukung. Selain itu juga persentase rumah tangga miskin lebih
Hal ini sejalan dengan penelitian Tri Noviyanti (2019) yang mengatakan bahwa
sarana sanitasi dan ketersediaan air bersih di wilayah perkotaan lebih baik daripada di
sdengan membuang ke dalam lubang tanah atau dibakar, saluran pembuangan air
limbah masih terbuka, dan sumber air adalah sumur gali sebagai sumber air bersih.
sanitasi layak.
BAB 5
PENUTUP
A. Kesimpulan
pekerjaan kepala rumah tangga, kepemilikan asset, luas lantai dan status
logitik biner diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga, umur kepala rumah
asset, luas lantai rumah tangga dan status wilayah tempat tinggal memberikan
pengaruh secara serentak atau simultan terhadap kualitas sarana sanitasi layak
B. Saran
sebagai berikut:
82
83
yang efektif.
tangga yang berpendidikan dibawah SD. Oleh karena itu, pemerintah dapat
sanitasi layak.
mereka mampu untuk menyediakan fasilitas sanitasi yang layak. Ini mungkin
sehingga diperoleh temuan yang lebih bervariasi dan lebih baik dalam
sudah dibangun dan disediakan oleh pemerintah agar fasilitas tersebut bisa
terpenuhi.
Agresti, A., 1990, Categorical Data Analysis, New York: John Wiley & Sons, Inc.
Akdon dan Riduwan. 2008. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung:
Alfabeta.
Asmadi, Khayan dan Kasjono H.S. 2011. Teknologi Pengolahan Air Minum.
Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Bachtiar, Gade. 2016. Higiene dan Sanitasi pada Pembuatan Jamu Gendong.
Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat Tradisional, Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan R.I
Badan Pusat Statistik. (2016). Mewujudkan Aksesibilitas Air Minum dan Sanitasi
Yang Aman dan Berkelanjutan Bagi Semua 2015. Jakarta.
77
78
Badan Pusat Statistik (BPS). (2019). Paparan: Akses sanitasi layak (2020-2024).
BPS RI.
Badan Pusat Statistik. (2020). Buku 4 Konsep dan Definisi Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) Maret 2020. Jakarta.
Badan Pusat Statistik (BPS). (2020). Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
Tahun 2020 [set data]. Gorontalo.
Beni, Martinus Tulit; IGB Arjana dan Ruslan Ramang. 2014. Pengaruh Faktor-
Faktor Sosial-Ekonomi Terhadap Perilaku Pengelolaan Sampah
Domestik Di Nusa Tenggara Timur. Jurnal Ilmu Lingkungan Volume 12
Issue 2: 105-117.
Biran, A., Jenkins, M. W., Dabrase, P., & Bhagwat, I. (2011). Patterns and
determinants of communal latrine usage in urban poverty pockets in
Bhopal, India. Tropical Medicine & International Health, 16(7), 854-862.
https://doi.org/10.1111/j.1365- 3156.2011.02764.x
Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 11, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, Cet. 1,
1990
Gross, E., & Günther, I. 2014. Why do households invest in sanitation in rural
Benin: Health, wealth, or prestige.Water Resources Research, 50(10),
8314- 8329. doi: 10.1002/2014wr015899
79
Hertiawati, Neng dan Ikeu Kania. 2014. Pengaruh Kompetensi sumber daya
Manusia terhadap pelayanan pengendalian Pencemaran Air Limbah di
Dinas Lingkungan Hidup, Kebersihan Dan Pertamanan Kabupaten Garut.
Jurnal Pembangunan dan Kebijakan Publik Vol. 05; No. 01; Tahun 2014
Halaman 24-32
Hikmah, A.A., dan Pranowo, S.A., 2012. Peran Gender dalam Pengambilan
Keputusan Rumah Tangga Nelayan di Kota Semarang Utara,
Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Sosek KP, Vol. 7 No. 1, hal. 113-125.
Jenkins, M. W., & Curtis, V. 2005. Achieving the ‘good life’: Why some people
want laterines in rural Benin. Social Science & Medicine, 61(11), 2446-
2459. https://doi.org/10.1016/j.socscimed.2005.04.03 6
Mariwah, S., Hampshire, K., & Owusu-Antwi, C. (2017). Getting a foot on the
sanitation ladder: User statisfaction and willingness to pay for improved
public toilets in Accra, Ghana. Journal of Water Sanitation & Hygiene
for Development, 7(3), 528-534.
https://doi.org/10.2166/washdev.2017.007
Munamati, M., Innocent N., & Shepherd, M. (2016). Exploring the determinants
of sanitation success in Sub-Saharan Africa. Water Research, 103, 435-
443. https://doi.org/10.1016/j.watres.2016.07.030
Novotný, J., Kolomazníková, J., & Humňalová, H. (2017). The role of perceived
social norms in rural sanitation: An explorative study from infrastructure-
restricted settings of South Ethiopia. International Journal of
Environmental Research and Public Health, 14(7), 794.
https://doi.org/10.3390/ijerph14070794
Phillip M Hauser & Otis Dudley Duncan, The Development and Status of
American Demography, University of Chicago Press, Chicago, 1959
Sunjoyo, dkk. 2013. Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Bandung: Alfabeta
Suryo Pambudi, Yonathan dan Elvis Umbu Lolo. 2021. Analisis Pengaruh Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Dan Jenis Kelamin Terhadap
Kualitas Sarana Sanitasi Dasar Rumah Tinggal. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada. Universitas Kristen Surakarta
Thitu, A., K., and Afullo A. (2016). Factors influencing latrine coverage among
the Maasai of Ildamat Location Kajiado District. Developing Country
Studies, 6(11), 22-27. https://www.iiste.org/Journals/index.php/DCS/a
rticle/view/33893
Tirta, I.G., (2006), Pengaruh Beberapa Jenis Media Tanam dan Pupuk Daun
Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Anggrek Jamrud (Dendrobium
macrophyllum A. Rich.), Jurnal Biodiversitas, 7 (1) : 81-84.
Wawan, A dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Perilaku
Manusia Dilengkapi Contoh Kuesioner.
83
Yonathan Suryo Pambudi, Elvis Umbu Lolo. 2021 Analisis Pengaruh Umur,
Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, Dan Jenis Kelamin Terhadap
Kualitas Sarana Sanitasi Dasar Rumah Tinggal. Jurnal Kesehatan
Kusuma Husada – Januari 2021 (hal 109)
Zurni. 1996. Hubungan Kondisi Sosial Ekonomi Rumah Tangga Dengan Sanitasi
Lingkungan Di Pinggiran Batang Arau DI Kecamatan Padang Selatan
LAMPIRAN 1: Analisis Data Hasil Penelitian
Iteration Historya,b,c
-2 Log Coefficients
Iteration likelihood Constant
Step 1 3959.665 .917
0 2 3955.980 .990
3 3955.979 .991
4 3955.979 .991
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 3955.979
c. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea,b
Predicted
Kelayakan Sanitasi
Sanitasi Sanitasi Percentage
Observed Tidak Layak Layak Correct
Step 0 Kelayakan Sanitasi Sanitasi Tidak Layak 0 917 .0
Sanitasi Layak 0 2470 100.0
Overall Percentage 72.9
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
99
100
Iteration Historya,b,c,d
Coefficients
-2 Log Pendidikan_ Pendidikan_ Pendidikan_ Status_
Iteration likelihood Constant r405(1) r407 Rumah(1) ART(1) ART(2) KRT(1) KRT(2) KRT(3) Pekerjaan(1) Pekerjaan(2) Pekerjaan(3) Pekerjaan(4) GK(1) Wilayah(1) r1804
Step 1 3553.229 .262 .119 .011 .405 -.188 -.025 -.497 -.230 -.117 .509 .192 .305 .229 -.566 -.328 .006
1 2 3416.569 -.028 .158 .013 .580 -.199 -.006 -.881 -.531 -.374 .935 .401 .542 .490 -.529 -.511 .015
3 3395.055 -.103 .168 .013 .617 -.172 .011 -1.164 -.809 -.628 1.135 .517 .669 .636 -.494 -.583 .020
4 3394.393 -.079 .169 .013 .620 -.165 .015 -1.252 -.897 -.712 1.170 .539 .693 .662 -.490 -.595 .021
5 3394.392 -.076 .169 .013 .620 -.165 .015 -1.257 -.902 -.717 1.171 .540 .694 .663 -.489 -.596 .021
6 3394.392 -.076 .169 .013 .620 -.165 .015 -1.257 -.902 -.717 1.171 .540 .694 .663 -.489 -.596 .021
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 3955.979
d. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 561.587 15 .000
Block 561.587 15 .000
Model 561.587 15 .000
Model Summary
Classification Tablea
Predicted
Kelayakan Sanitasi
Sanitasi Sanitasi Percentage
Observed Tidak Layak Layak Correct
Step 1 Kelayakan Sanitasi Sanitasi Tidak Layak 238 679 26.0
Sanitasi Layak 138 2332 94.4
Overall Percentage 75.9
a. The cut value is .500
101
(S1) Tingkat Sarjana, Program Studi Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu
2007.
Penulis mulai bekerja sebagai ASN di Badan Pusat Statistik Kabupaten Pohuwato
pada tahun 2011 kemudian pindah tugas di Badan Pusat Statistik Kabupaten
bimbingan Dr. Dra. Sri Endang Saleh, M.Si dan Dr. Laksmyn Kadir, M.Kes.