Anda di halaman 1dari 118

STUDI USAHA TANI UDANG VANNAME (LITOPENAUS VANNAME) DI

DESA BANJARSARI KECAMATAN NUSAWUNGU KABUPATEN


CILACAP

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial


Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Mufti Amri Nugroho

13405241041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2018
MOTTO

“Ketika kamu miskin, belum sukses, semua kata-kata bijakmu terdengar seperti
kentut. Tapi ketika kamu kaya dan sukses, kentutmu terdengar sangat bijak dan
mengisnpirasi” (Jack ma)

Aside evil there is justisce, there are wonderful things in this word,worthy of our
protetion (karina)

Where there’s life, there’s movement (cyclops)


PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirrobil’alamin, Segala puji syukur nikmat yang Alloh


SWT limpahkan kepada manusia berupa nikmat islam dan iman serta karunia
dan ridho yang engkau berikan kepada hamba sehingga hamba mampu
menyelesaikan karya tulis sederhana ini. Solawat serta salam selalu
terucapkan Nabi Muhammad saw sebagai manusia terbaik sepanjang masa
yang telah membimbing dan memberikan contoh kepada umatnya untuk
mencapai kebahagian sejati dan abadi. Karya sederhana ini kupersembahkan
untuk:

 Ibu Eni Widiyarti dan Bapak Samsu Nugroho (Alm) tercinta yang dengan
kasih sayang telah melahirkan saya kedunia yang kejam ini dan dengan
kesabaran, doa, kegigihan dan pendidikan membesarkan saya.
 Ibu Sri Suwaryati dan Bapak Mukti Ali Wibowo yang dengan kasih
sayang, doa, kesabaran, ketlatenan, dan kegihan membesarkan dan
mendidik saya sehingga saya bisa mencapai usia dewasa.
 Kaka saya Septinidyah Arianisari yang selalu menyuruh saya untuk segera
menyelesaikan masa studi.
 Eka Pujilestari wanita yang kusaih

ii
“STUDI USAHA TANI UDANG VANNAME (LITOPENAUS VANNAME)
DI DESA BANJARSARI KECAMATAN NUSAWUNGU
KABUPATEN CILACAP”

Oleh:
Mufti Amri Nugroho
13405241041

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)Perubahan penggunaan


lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari untuk tambak udang dari tahun 2014 sampai
tahun 2016. (2) Faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi usaha tani udang
vanname. (3) Pengeloaan usaha tani udang vanname di Desa Banjarsari.
(4)Hambatan dan upaya mengatasi hambatan dalam usaha tani udang vannamei.
(5) Tingkat keberhasilan usaha tani udang vanname.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah petani pemilik usaha
tani udang vanname di Desa Banjarsari. Penggumpulan data menggunakan
metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknk analisis data yang
digunakan dalam perubahan penggunaan lahan dengan menggunakan analisis
spasial dengan teknik overlay, Teknik analisis data yang digunakan untuk
mengkaji faktor pendukung dan penghambat usaha tani udang vanname serta
mengkaji pengelolaan usaha tani udang vanname adalah analisis statistik
deskriptif, data kuantitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Perubahan penggunaan
lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari untuk tambak udang dari tahun 2014 sampai
tahun 2016 terjadi peningkatan (2) Faktor fisik yang mempengaruhi usaha tani
udang vanname adalah air dan non fisik adalah modal, transportasi dan
komunikasi, teknologi dan tenaga kerja (3) Pengelolaan tambak meliputi
pembangunan petakan tambak, pengisian air kolam dan fermentasi, penaburan
benur, pemeliharaan udang, pemanenan dan pasca panen (4) Hambatan yang
dialami petani udang vanname di desa banjarsari dan cara mengatasi hambatan
yaitu Hambatan yang mengenai Iklim yang tidak menentu Cara mengatasinya
yaitu dengan melakukan penggontrolan salinitas dan suhu air kolam dan
melakukan penginciran lebih insentif bila saat terjadi hujan. Hambatan dalam
fakor non fisik yaitu biaya yang besar dan tenaga kerja yang tidak terampil dan
tidak disiplin Cara mengatasinya yaitu dengan melakukan pinjaman biaya pada
pengepul, Bank, dan keluarga serta mendatangkan tenaga kerja disiplin dan
trampil dari luar Desa Banjaarsari. (5) Tingkat keberhasilan usaha udang vanname
dilihat dari parameter ekonomi berdasarkan Ken Suratiyah 2015 maka usaha tani
udang vanname di Desa Banjarsari dikatakan 100% layak.

Kata kunci :udang vanname (litopenaus vanname), usah tani, lahan pasir
pesisir, Desa Banjarsari,

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kenikmatan Alloh SWT yang telah

diberi nikmat tiada tara pada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini. Penulis menyadari terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak. Perkenankan penulis

menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial Ibu Dr Hastuti, M.Si yang telah

memberikan izin penelitian.

4. Bapak Bambang Sauful Hadi, M.Sc selaku Penasihat Akademil yang terus

memberikan dorongan dan bimbingan selama perkuliahan.

5. Ibu Sriadi Setyowati, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

banyak memberi arahan, masukan, dan motivasi selama proses

penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dr. Hastuti, M.Si selaku narasumber yang bersedia memberikan saran,

kritik, arahan dan masukan atas penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Bapak Ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu selama

penulis mengikuti perkuliahan di Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

iv
8. Bapak Agung Yulianto,S.E. selaku admin Jurusan Pendidikan Geografi

yang selalu memberikan kemudahan dalam pelayanan akademik.

9. Seluruh staf dan karyawan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan

kemudahan pelayanan akademik.

10. Seluruh petani udang vanname di Desa Banjarsari terutama Bapak

Yatiman selaku ketua Kelompok Pembudidaya Ikan Karya Usaha yang

telah memberikan bantuan dan arahan selama kegiatan penelitian.

11. Teman-teman Jurusan Pendidikan Geografi 2013, terimakasih atas

motivasi, dukungan dan kekeluargaan yang diberikan.

12. Pihak-pihak terkait yang penulis tidak dapat sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak

kesalahan serta kekurangan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak

sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis,

Mufti Ganteng

v
DAFTAR ISI

Halaman

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................... 9
C. Pembatasan Masalah............................................................................. 10
D. Rumusan Masalah ................................................................................ 10
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 11
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 13
A. Kajian Geografi .................................................................................... 13
B. Kajian Usaha Tani ................................................................................ 17
C. Kajian Udang Vanname ........................................................................ 23
D. Tingkat Keberhasilan Usaha Tani ........................................................ 36
E. Penelitian Relevan ................................................................................ 38
F. Kerangka Berpikir ................................................................................ 41
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 42
A. Desain Penelitian .................................................................................. 42
B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 44
C. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional ........................................ 44
D. Populasi ................................................................................................ 46
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 46
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 49
A. Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................. 49
1. Kondisi Fisik ........................................................................................ 49
2. Kondisi Demografi ............................................................................... 56
B. Karakteristik Responden....................................................................... 60
1. Jenis Kelamin ....................................................................................... 60
2. Usia Responden .................................................................................... 61
3. Pendidikan ............................................................................................ 61
4. Pekerjaan Responden ............................................................................ 62
5. Luas Lahan Tambak Udang.................................................................. 63
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan ......................................................... 66
1. Perubahan Penggunaan Lahan Pasir Pesisir ......................................... 66
2. Faktor Fisik dan Non Fisik ................................................................... 68
3. Aktivitas Usaha Tani Budidaya Udang Vanname ................................ 75
4. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Usaha Tani ..................... 89
5. Tingkat Keberhasilan Usaha Tani Udang Vanname ............................ 95
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 99
A. KESIMPULAN .................................................................................... 99
B. SARAN............................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................106

1
DAFTAT TABEL

Halaman

Tabel 1. Produksi Perikanan Tambak di Kabupaten Cilacap .................................. 4


Tabel 2. Keanggotaan Pokdakan “Karya Usaha” ................................................... 8
Tabel 3. Tabel Zona Iklim Menurut Semidt-Fergusson ........................................ 19
Tabel 4. Ukuran Pakan Udang Budidaya .............................................................. 27
Tabel 5. Parameter Kualitas Air untuk Budidaya Udang Vanname ..................... 33
Tabel 6. Penyakit yang Menyerang Udang Vanname ........................................... 35
Tabel 7. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 38
Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan di Desa Banjarsari Tahun 2016...................... 51
Tabel 9.Curah Hujan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu ....................... 55
Tabel 10. Klasifikasi Iklim Schmidt dan Ferguson .............................................. 56
Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Umur ................................................... 58
Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan di Desa Banjarsari .............. 59
Tabel 13. Kompisi Penduduk Menurut Pendidikan terakhir ................................. 60
Tabel 14. Umur Responden................................................................................... 61
Tabel 15. Pendidikan Terakhir Responden ........................................................... 62
Tabel 16. Pekerjaan Responden. ........................................................................... 63
Tabel 17. Banyaknya Kolam Tambak Udang di Desa Banjarsari. ....................... 65
Tabel 18. Tahun Awal Pembuatan Kolam Tambak Udang .................................. 66
Tabel 19. Kesesuaian Faktor Fisik Tambak Udang .............................................. 68
Tabel 20.Asal Perolehan Modal Responden ......................................................... 69
Tabel 21. Besar Modal Awal yang dikeluarkan Petani ......................................... 70
Tabel 22. Besar Modal Produksi ........................................................................... 71
Tabel 23. Alat Transportasi yang Digunakan Petani ............................................ 72
Tabel 24. Banyak Tenaga Kerja yang Dipekerjakan Pemilik Tambak Udang ..... 73
Tabel 25. Biaya Upah Tenaga Kerja Tambak Udang Vanname. ......................... 74
Tabel 26. Luas Lahan Pasir Pesisir yang Dijadikan Lahan Tambak..................... 76
Tabel 27. Asal Benur Udang di Desa Banjarsari .................................................. 80
Tabel 28. Frekuensi Pemberian Pakan Pelet Udang Harian ................................. 83
Tabel 29. Banyaknya Pakan Pelet yang Dihabiskan Petani .................................. 84
Tabel 30. Indikator Petani Siap Melakukan Panen Udang ................................... 85
Tabel 31 Umur Udang yang Dipanen Petani di Desa Banjarsari .......................... 86
Tabel 32. Hasil Panen Udang Terakhir per Oktober 2017 .................................... 88

2
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penerimaan Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian Tahun 2014 .. 3


Gambar 2. Morfologi Udang Vanname ................................................................ 24
Gambar 3. Daur Hidup Udang Vanname (Litopenaus Vanname). ..................... 25
Gambar 4. Peta Administrasi Desa Banjarsari ...................................................... 50
Gambar 5. Peta Lahan Kolam Tambak Udang Desa Banjarsari Tahun 2014 Error!
Bookmark not defined.
Gambar 6. Peta Lahan Kolam Tambak Udang Desa Banjarsari Tahun 2015 Error!
Bookmark not defined.
Gambar 7. Peta Lahan Kolam Tambak Udang Desa Banjarsari Tahun 2016 Error!
Bookmark not defined.
Gambar 8. Pematang Vertikal Kolam Tambak Udang di Desa Banjarsari ........... 78
Gambar 9. Pengkapuran Kolam Tambak Udang .................................................. 78
Gambar 10. Pemasangan Geomembran atau Plastik Molus. ................................ 79
Gambar 11. Pengisian Air Kolam Tambak Udang ...............................................79

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah (dataharga)


Indonesia sebagai negara agraris tergolong negara yang tengah

berkembang dengan sektor pertanian sebagai basis terbesar dari sebagian besar

penduduknya. Pembangunan pertanian sendiri mencakup lima sektor lain yang

termasuk dalam pertanian itu sendiri yaitu pertanian tanaman pangan, perkebunan,

kehutanan, perternakan, dan perikanan. Perikanan secara umum terbagi menjadi

dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Pembangunan pertanian sub

sektor perikanan merupakan sektor yang dalam beberapa dekade ini memiliki

perhatian khusus di masyarakat Indonesia.

Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting baik dalam

jangka pendek maupun jangka panjang dalam pembangunan

ekonomi, oleh karena itu kebijakan pembanguanan pertanian

hendaknya diarahkan agar sektor pertanian menjadi sektor tangguh

dalam jangka pendek dan jangka panjang mampu menghadapi

globalisasi dengan sisitem pertanian yang berkelanjutan dalam

sistem ekonomi yang demokratis dalam pemerintahan yang

terdesentralisasi. (Masyuri, 2001:6).

Pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan

menggunakannya untuk penanaman berbagai jenis tanaman baik musiman

maupun tahunan, tanaman pangan maupun non pangan, serta digunakan untuk

1
memelihara ternak maupun ikan (Ken Suritiyah, 2015:8). Agar memperoleh hasil

pertanian yang maksimal memerlukan adanya usaha-usaha yang dilakukan terkait

dengan kegiatan pertanian yang dilakukan, secara umum dikenal dengan istilah

usaha tani. Menurut San Afri Awang (dalam Faizal, 2000:6) masalah yang

dihadapi dewasa ini sehubungan dengan usaha tani adalah, sebagian besar

penduduk Indonesia kurang menyadari pentingnya usahatani, walaupun kegiatan

tersebut sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya. Akibat kurang menyadari

pentingnya usaha tani menimbulkan berbagai permasalahan dalam usaha tani.

Eksistensi lahan pertanian yang ada mulai terusik seiring dengan perkembagan

zaman, dinamika gerak langkah pembangunan dan pertumbuhan penduduk.

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 2000-2010 mencapai

1,49 %, hal ini menyebabkan tekanan besar terhadap sumber daya alam yang ada,

ditandai dengan eksploitasi sumberdaya lahan yang semakin besar. Eksploitasi

sumberdaya lahan terfokus di daerah pedesaan, dikarenakan sebesar 50,21 %

penduduk Indonesia bertempat tinggal di pedesaan, dengan sumber mata

pencaharian utama dibidang pertanian (BPS 2010). Basley, (1981) menyatakan

daerah pedesaan dengan dominasi guna lahan pertanian dan komunitas

masyarakat desa, hal ini akan menyebabkan meningkatnya harga lahan,

meningkatnya jumlah pemilik lahan, makin mengecilnya luas pemilikan lahan dan

makin tidak menentunya pengusahaan lahan pertanian yang ada. Perubahan

penggunaan multi-fungsi lahan pertanian yang terjadi juga akan mendorong

adanya perubahan sektor kerja penduduk sekitar. Dampak yang cenderung terjadi

2
umumnya dirasakan oleh petani yang beralih profesi pekerjaan karena adanya alih

fungsi penggunaan lahan.

Kabupaten Cilacap merupakan salah satu kabupaten yang berada di

Provinsi Jawa Tengah, berletak di 108° 4’ 30” - 109° 30’ 30” BT dan 7° 30’- 7°

45’ 20” LS dengan luas wilayah mencapai 225.361 ha. Kabupaten Cilacap secara

administratif terbagi menjadi 24 kecamatan dengan total luas lahan pertanian

mencapai 124.445 ha atau 55,2% dari luas wilayahnya (BPS: Cilacap dalam

Angka, 2014). Dalam Perda Kabupaten Cilacap No 9 tahun 2011, Kabupaten

Cilacap menyusun kebijakan penataan ruang pengembangan kawasan agropolitan

dengan cara mengembangkan prasarana dan sarana, mengembangkan lumbung

desa modern, dan mempertahankan luas lahan pertanian. Pertanian di Kabupaten

Cilacap dengan penerimaan domestik regional bruto pada tahun 2014 tergolong

tinggi dengan rincian pada Gambar 1 berikut:

Hasil Produksi Sektor Pertanian


Tahun 2014
5.631.403,71
Dalam juta Rupiah

1.241.669,64
915.643,26 659.984,37
426.527,36

Tanaman Perkebunan Peternakan Kehutanan Perikanan


Makanan

Gambar 1. Penerimaan Domestik Regional Bruto sektor Pertanian tahun


2014. (sumber : PDRB Kabupaten Cilacap 2014)

3
Pertanian merupakan sektor pendapatan daerah terbesar ke tiga di

Kabupaten Cilacap setelah sektor industri olahan, dan sektor perdangan. Nilai

total dari Pertanian mencapai 8,9 Trilyun Rupiah di tahun 2014. Wilayah

Kabupaten Cilacap yang terletak di sebelah Selatan Pulau Jawa semestinya

menjadikannya kabupaten yang kaya akan hasil perikan baik perikanan tangkap

maupun perikanan budidaya. Luas lingkup perikanan tangkap di Kabupaten

Cilacap mencapai 520.000 ha dengan nilai produksi mencapai 660 milyar rupiah

(PDRB: 2014), sedangkan lahan tambak hanya memiliki luas 1.413,4 ha dengan

nilai produksi sebesar 48,8 milyar rupiah (BPS 2014). Berdasarkan website

pemerintahan Kabupaten Cilacap, tercantum bahwa potensi lahan tambak yang

ada mencapai 12.000 ha atau sekitar 88% luas potensi lahan tambak yang belum

dimanfaatkan. Luasnya potensi lahan tambak yang belum dimanfaatkan akan

menarik perhatian investor baik dari dalam maupun dari luar kabupaten untuk

menanamkan modal dalam pengembangan dan pembangunan tambak.

Tabel 1. Produksi perikanan tambak di Kabupaten


Cilacap
Tahun Luas lahan Hasil produksi Nilai
(Ha) (Ton) (Juta Rp)
2010 981,0 880,2 21.030,7
2011 981,0 1.058,8 20.738,2
2012 981,0 1.106,1 26.677,4
2013 1.413,4 1.737,2 48.797,5
Sumber: Cilacap dalam Angka 2014

Kecamatan Nusawungu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Cilacap yang terletak di ujung Timur Kabupaten Cilacap. Secara administratif

Kecamatan Nusawungu terdiri dari 17 desa dengan luas wilayah 61,26 km2.

Jumlah penduduk Kecamatan Nusawungu mencapai 77.596 jiwa dengan

4
kepadatan penduduk 1.272 jiwa per km2 (BPS 2014). Kecamatan Nusawungu

memiliki garis pantai sepanjang 8,9km dengan kondisi wilayah pesisir berpasir

yang landai dengan ketinggian wilayah 0-15 mdpl. Empat dari tujuh belas desa di

Kecamatan Nusawungu berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia yang

memanjang dari Barat ke Timur yaitu Desa Karang Tawang, Karang Pakis,

Banjarsari, dan Jetis. Secara ekologi, wilayah pesisir merupakan daerah dengan

aktivitas biogeokimia yang dinamis dengan kemampuan yang terbatas dalam

pemanfaatannya oleh manusia. Robert M. Delinom 2005 menyatakan, secara

umum wilayah pesisir adalah wilayah peralihan atau transisi antara lingkungan

laut dan lingkungan darat. Penduduk di wilayah pesisir Kecamatan Nusawungu

sebagian besar memanfaatkan lahan pasir pesisir sebagai lahan untuk bercocok

tanan semangka, kedelai, kebun campuran dan tambak udang.

Keberadaan tambak udang di Kecamatan Nusawungu tergolong masih

baru, hal ini bermula pada akhir tahun 2013 pemerintah kecamatan bekerjasama

dengan Dinas Perikanan Cilacap mengamati kondisi pesisir Nusawungu yang

berupa lahan pasir untuk kemudian dijadikan lokasi pembangunan tambak udang.

Lahan pasir yang awalnya sebagai lahan pertanian dan kebun campuran dipilih

menjadi lokasi pembangunan tambak udang karena lokasinya yang relatif datar

dan dekat dengan sumber daya air. Lokasi pembuatan tambak udang dibangun

dengan jarak 50-200 meter dari bibir pantai. Desa Banjarsari merupakan satu dari

empat desa di Kecamatan Nusawungu yang pertama kali memulai melakukan

pembangunan tambak udang yaitu pada pertengahan tahun 2014.

5
Desa Banjarsari secara administratif memiliki luas wilayah 485 ha, jumlah

penduduk 5.626 jiwa dengan 1.608 kepala keluarga (KK). Wilayah Desa

Banjarsari terbagi menjadi 5 Dusun, yaitu Depok, Ketapang Kulon, Ketapang

Wetan, Simanis, dan Dewa (Monogram Desa Banjarsari tahun 2016). Panjang

garis pantai Desa Banjarsari yaitu sekitar 1,4 km yang melewati wilayah Dusun

Ketapang Kulon dan Ketapang Wetan. Wilayah pesisir kedua dusun ini kemudian

yang pertama kali dijadikan sebagai lokasi pembangunan tabak udang.

Pembangunan kolam tambak pada lahan pasir dalam proses pembuatannya

memerlukan rekayasa dan bantuan teknologi. Tahap awal pembuatan, lahan pasir

yang semula sebagai kebun semangka diratakan dan digali dengan bantuan alat

eskavator. Pasir galian digunakan untuk membuat pematang kolam dengan

ketinggian antara 180-300 cm. Dalam pematang kemudian dibuat kolam dengan

kedalaman kolam sekitar 100-150cm. Lahan yang sudah berbentuk kolam

kemudian diberi lapisan plastik khusus seluas area kolam. Satu komplek

pematang tambak terdiri dari 2-16 kolam. Biaya pembuatan kolam tambak udang

memerlukan biaya yang tidaklah sedikit karena diperlukan bantuan alat berat dan

pelapisan kolam dengan plastik molus ataugeomembran. Pada akhir tahun 2017

tercatat kurang lebih seluas 15,41 ha lahan pasir di Desa Banjarsari telah berubah

menjadi kolam tambak udang (Monogram Desa Banjarsari tahun 2016).

Petani udang di Desa Banjarsari seluruhnya membudidayakan udang jenis

Vanname (Litopenaus Vanname). Udang vanname sejatinya berasal dari perairan

Amerika dan Hawai. Udang vanname atau udang putih merupakan salah satu

spesies udang unggulan yang banyak di budidayakan di Indonesia sejak tahun

6
2002. Udang Vanname masih satu family dengan udang windu (Penaeus

monodon). Udang vanname memiliki tingkat kelangsungan hidup (survival rate)

yang lebih toleran terhadap perubahan lingkungan, salinitas dan temperatur

daripada udang windu. Secara umum udang vanname dapat hidup pada salinitas

0,1-60 pptdan suhu 12-37°C (M.Ghufran, 2010: 21). Udang vanname merupakan

hewan pemakan segala (omnivorus scavanger) dengan nafsu makan yang lebih

tinggi daripada udang windu. Jenis makanan yang dipakan udang vaname antara

lain plankton, alga bentik, detrius dan bahan organik lainnya. Selain nafsu

makannya yang lebih tinggi daripada udang windu, kebutuhan akan protein pada

udang vanname jauh lebih sedikit daripada udang windu. Udang windu

membutuhkan protein 35% - 52% sedangkan udang vanname hanya

membutuhkan protein sebanyak 32%-38% (M.Ghufran, 2010: 20).

Petani udang vanname dengan pengelolaan secara intensif akan melakukan

panen ketika umur udang vanname sudah mencapai usia 70 - 80 hari dari masa

tebar benih. Satukali masa panen petani akan memperoleh hasil sekitar 700-

5.000kg dengan kolam ukuran 6 x 9 m, atau setara dengan Rp 50.000.000 – Rp

250.000.000. Kondisi ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jumlah padat

tebar benih, pola pemberian pakan, pola penginciran air, dan pola pergantian

siklus air. Penebaran benih udang vanname di Desa Banjarsari bergantung pada

informasi ramalan cuaca dari BMKG, bila perkiraan cuaca menunjukan curah

hujan tinggi petani hanya akan melakukan tebar benih sekitar 80-100 ekor/m2,

akan tetapi bila ramalan cuaca menunjukan curah hujan rendah maka petani akan

menebar benih dengan kapasitas 100-200ekor/m2.

7
Perubahan penggunaan lahan pertaian pada lahan pasir pesisir yang terjadi

di Desa Banjarsari mempengaruhi tatacara pengelolan usaha tani, yang awalnya

pengolaan secara tradisional (ekstensif) kini berubah menjadi pengelolaan secara

intensif. Minimnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh petani

tentang budidaya udang vanname juga menjadi kendala tersendiri, tidak jarang

pada masa awal usaha petani mengalami panen udang yang jauh dari kualitas

standar yang ada sehingga petani mengalami kerugian. Selain itu, kondisi fisik

seperti cuaca, tempertatur, curah hujan, salinitas air dan kandungan oksigen

terlarut pada air tambak menjadi faktor dominan dalam keberhasilan usaha tani

udang vanname.

Tahun 2017 seluruh petani udang vanname di Desa Banjarsari tergabung

dalam sub oraganisasi Desa Pokdakan (kelompok pembudidaya ikan) “Karya

Usaha”. Akhir tahun 2016 jumlah petani tambak udang vanname yang tergabung

dalam Pokdakan Karya Usaha mencapai150 jiwa. Dengan adanya Pokdakan

Karya Usaha, diharapkan dapat menjadi wadah bagi para petani udang vanname

untuk menambah wawasan dan melindungi petani udang di Desa Banjarsari dari

kelicikan kapitalisme pasar.

Tabel 2. Keanggotaan PokdakanKarya Usaha


Jumlah
NO Kelompok
(Jiwa)
1 Pemilik tambak 47
2 Buruh harian 118
3 Buruh lepas 9
Jumlah 174
Sumber: Catatan Anggota Pokdakan Karya
Usaha 2016

8
Perubahan penggunaan lahan pasir pesisir yang terjadi di Desa Banjarsari

memberikan dampak yang cukup besar di Desa Banjarsari. Perubahan tersebut

dominan diraskan oleh petani udang vanname, selain pengelolaan usaha tani yang

berevolusi perekonomian masyarakatpun mengalami perubahan yang cukup

signifikan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Studi Usaha Tani Udang Vanname di Desa Bnajrasari

Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap”.

B. Identifikasi Masalah
Bersadarkan latar belakang diatas, dapat diidentifikasi bermacam-macam

masalah sebagi berikut:

1. Usaha tani yang dilakukan masyarakatbelum maksimal.

2. Luasnya potensi lahan tambak di Kabupaten Cilacap belum terbangun.

3. Besarnya modal yang diperlukan dalam pembanguan tambak udang.

4. Perubahan penggunaan lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari untuk

pembangunan tambak udang yang belum dipetakan.

5. Faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi usaha tani udang vanname

belum diketahui.

6. Pengelolaan usaha tani udang vanname belum maksimal.

7. Hambatan dalam uaha tani udang vanname yang kompleks.

8. Upaya petani mengatasi hambatan usaha tani udang vanname belum

maksimal.

9. Hasil produksi dan harga jual udang vanname yang tidak menentu.

9
10. Tingkat keberhasilan usaha tani udang vanname di Desa Banjarsari yang

belum diketahui.

C. Pembatasan MasalahNOT solve


Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi masalah

sebagi berilkut:

1. Perubahan penggunaan lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari untuk

pembangunan tambak udang yang belum dipetakan.

2. Faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi usaha tani udang vanname

belum diketahui.

3. Pengelolaan usaha tani udang vanname belum maksimal.

4. Hambatan dalam uaha tani udang vanname yang kompleks.

5. Upaya petani mengatasi hambatan usaha tani udang vanname belum

maksimal.

6. Tingkat keberhasilan usaha tani udang vanname di Desa Banjarsari yang

belum diketahui.

D. Rumusan Masalah

Dari batasan pembatasn masalah di atas, rumusan maslah dalam penelitian

ini yaitu:

1. Bagaimana perubahan penggunaan lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari

untuk pembangunan tambak udang?

2. Apa saja faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi usaha tani udang

vanname?

10
3. Bagaimana pengelolaan usaha tani udang vanname?

4. Apa saja hambatan dalam uaha tani udang vanname?

5. Apa saja upaya petani mengatasi hambatan usaha tani udang vanname?

6. Bagaimana tingkat keberhasilan usaha tani udang vanname di Desa

Banjarsari?

E. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah maka tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui:

1. Perubahan penggunaan lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari untuk

pembangunan tambak udang.

2. Faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi usaha tani udang vanname.

3. Pengelolaan usaha tani udang vanname.

4. Hambatan dalam uaha tani udang vanname.

5. Upaya petani mengatasi hambatan usaha tani udang vanname.

6. Tingkat keberhasilan usaha tani udang vanname di Desa Banjarsari.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1) Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan kajian

ilmu geografi pertanian.

2) Sebagai bahan referensi bagi penelitian sejenispada masa yang akan

datang

11
3) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang usaha budidaya udang

vanname

b. Manfaat Praktis

1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan dalam

meningkatkan produktifitas hasil usaha budidaya udang vanname

2) Dapat memberi informasi kepada dinas perikanan dalam memberikan

penyuluhan mengenai usaha tambak udang.

3) Dapat menjadi sumber informasi yang berkaitan dengan ruang

lingkupa materi pelajaran Geografi yaitu kearifan lokal dalam

pemanfaatan sumberdaya alam bidang pertanian, perikanan, dan

keterkaitan ruang.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Geografi

1. Pengertian Geografi

Menurut hasil Seminar Lokakarya para pakar Geografi di Semarang tahun

1988 merumuskan bahwa yang dimaksud dengan geografi adalah ilmu yang

mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandan

kelingkungan dan kewilayahan, dalam konteks keruangan (Suharyono dan Moch.

Amien, 1994: 15). Richard Hartshome dalam suharyo dan Moch. Amien (1994:

14) memngemukakaan bahwa geografi adalah ilmu yang menafsirkan realisme

differensisasi area muka bumi seperti apa adanya, tidak hanya dalam arti

perbedaan-perbedaan tertentu tetapi juga dalam arti kombinasi keseluruhan

fenomena yang berbeda di setiap tempat.

Menurut Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1991: 30), geografi

merupakan studi yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi

dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dimuka bumi baik yang fisikal maupunn yang

menyangkut mahluk hidup dan permasalahannya melalui pendekatan keruangan,

ekologikal, dan regional untuk kepentingan perorangan, proses dan keberhasilan

pembangunan.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat di simpulkan bahwa geografi adalah

ilmu yang mempelajari fenomena geosfer yang meliputi atmosfer, biosfer,

lithosfer, hidrosfer, dan antroposfer ditinjau dari sudut pandang keruangan,

kelingkungan, dan kewilayahan.

13
2. Geografi Pertanian

Pembahasan geografi meliputi tiga kelompok besar yaitu geografi fisik,

geografi manusia dan geografi regional. Geografi pertanian merupakan cabang

dari geografi ekonomi yang termasuk dalam pembahasan geografi manusia.

Geografi manusia merupakan cabang dari geografi yang bidang studinya aspek

keruangan gejala di permukaan bumi mengambil manusia sebagai objek pokok

(Nursid Sumaatmadja, 1981 :53 )

Geografi pertanian merupakan ilmu yang mendiskripsikan variasai

spasial dalam kegiatan pertanian di muka bumi. Salah satu tema penting

yang dibahas dalam geografi pertanian adalahan lokasi serta menjelaskan

dan menganalisa variasi spatial dalam pertanian di seluruh dunia (David

Grigg, 1995 :1 )

3. Pendekatan Geografi

Geografi dalam mengkaji masalah-masalh yang ada di permukaan bumi atau

masalah geografi menggunakan tiga pendekatan yaitu pendekatan analisa

keruangan (spatial analysis), analisa kelingkungan (ecological analysis) dan

analisa komleks wilayah (regional complex analysis) (Bintarto dan Surastopo

Hadisumarno 1991: 12). Pendekatan kelingkungan adalah suatu metodelogi untuk

mendekati, menelaah, dan menganalisa suatu gejala atau suatu masalah dengan

dengan menerapkan konsep dan prinsip ekologi (Nursid Sumaatmaja, 1981: 82).

14
Pendekatan geografi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan

kelingkungan karena berkenaan dengan interelasi antara manusia dengan alam,

berkenaan dengan manusia pada daerah khusus. Peneliti ingin mengetahui

gambaran sebenarnya tentang potensi lahan pasir pesisir untuk usaha tani udang

vanname sehingga dapat diketahui prospeknya dimasa depan.

4. Konsep Geografi

Geografi meniliki konsep-konsep dasar yang menggambarkan disiplin

ilmunya. Menurut Suharyono dan Moch. Amien (1994: 25-35) mengemukakan

terdapat 10 konsep esensial geografi, yaitu (1) konsep lokasi, (2) konsep jarak, (3)

konsep keterjangkauan, (4) konsep pola, (5) konsep morfologi, (6) konsep

aglomerasi, (7) konsep nilai guna, (8) konsep interaksi/interdepensi, (9) konsep

diferensiasi area, dan (10) keterkaitan ruang.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 5 konsep geografi yaitu:

1) Konsep Lokasi

Konsep lokasi atau letak merupakan konsep utama yang sejak awal

pertumbuhan ilmu geografi dan menjadi ciri khusus ilmu geografi. Secara

umum lokasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu lokasi absolut dan

lokasi relatif. Lokasi absolut menunjukan letak yang tetap terhadap sistem

koordinat atau grid. Penentuan lokasi absolut di muka bumi ini memakai

sistem koordinat persilangan antara garis lintang dan garis bujur. Lokasi

relatif adalah lokasi suatu objek yang nilainya berdasarkan objek lain di

sekelilingnya. Konsep lokasi dalam penelitian ini adalah menjelaskan lokasi

15
penelitian tambak udang yang berada di Desa Banjarsari Kecamatan

Nusawungu Kabupaten Cilacap.

2) Konsep Jarak

Konsep jarak sebagai konsep geografi mempunyai arti penting bagi

kehidupan ekonomi. Konsep jarak dapat merupakan faktor pembatas yang

bersifat alami dan sejalan dengan kemajuan kehidupan dan teknologi. Konsep

jarak berkaitan erat dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan

pokok sehari-hari, pengangkutan barang dan penumpang.

3) Konsep Keterjangkauan

Keterjangkauan atau accesbility tidak selalu berkaitan dengan jarak,

tetapi lebih berkaitan dengan kondisi medan atau ketersediaan jalur sarana

angkutan dan komunikasi yang dapat dipakai. Tempat-tempat yang memiliki

keterjangkauan sangat rendah akan sukar untuk mencapai kemajuan dan

mengembangjan perekonomiannya. (.... 28)

Penelitian ini mengungkapkan konsep keterjangkauan berkaitan dengan

lokasi tambak udang vanname dengan sarana komunikasi dan trasnportasi

dalam upaya pengembangan usaha tani udang vanname di daerah penelitian.

4) Konsep Morfologi

Morfolgi menggambarkan perwujudan daratan muka bumi sebagai hasil

pengangkatan atau penurunan wilayah. Morfologi juga menyangkut bentuk

16
lahan yang terkait dengan erosi dan pengendapan, penggunaan lahan, tebal

tanah, ketersediaan air, serta jenis vegetasi yang dominan.(,.... 31)

Konsep morfologi dalam penelitian ini berkaitan dengan kesesuaian

lahan pesisir dengan kondisi fisik di daerah penelitian dengan syarat tumbuh

udang vanname yang meliputi topografi, keadaan iklim, dan air.

5) Konsep nilai guna

Nilai kegunaan suatu fenomena atau sumberdaya alam di muka bumi

bersifat relatif, tidak sama untuk semua orang atau golongan tertentu.

B. Usaha Tani

1. Pengertian Usaha Tani

Usaha tani adalah kesatuan organisasi antara faktor produksi berupa

lahan, tenaga kerja, modal, dan manajemen yang bertujuan untuk memproduksi

komoditas pertanian. Usaha tani pada dasarnya merupakan bentuk interaksi

antara manusia dan alam dimana terjadi saling mempengaruhi antara manusia

dan alam sekitarnya (Abdoel Djamali, 2000 : 104)

2. Unsur-Unsur Pokok Usaha Tani

Usaha tani mencakup pengertian yang luas termasuk satuan organisasi

produksi di lapangan pertanian mulai dari bentuk yang sederhana (primitif)

yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga hingga modern dengan

tujuan memenuhi kebutuhan keluarga modern dengan tujuan mencari

17
keuntungan. Menurut Abbas Tjakrawiralaksana 1983, dalam setiap sistem

usaha tani akan dijumpai beberapa hal yaitu:

1) Lahan dalam luasan dan bentuk tertentu. Unsur pokok lahan dalam usaha

tani mempunyai fungsi sebagai tempat atau wadah penyelenggaraan

sarana usaha pertanian.

2) Usaha tani juga akan selalu terdapat bangunan-bangunan, alat-alat

pertanian, sarana produksi, tanaman di lapangan sebagai objek yang

dikerjakan petani, hewan ternak peliharaan, dan uang tunai(modal)

3) Usaha tani terdapat keluarga tani yang semuanya atau sebagian

merupakan sumber tenaga kerja yang bersangkutan.

4) Petani itu sendiri, sebagai tenaga kerja juga berperan sebagai pengelola.

3. FaktorFisik Terkait Usaha Tani

1) Iklim

Iklim adalah perpaduan dari semua uunsur dalam satu gabungan yang

berasal dari proses iklim terkait (Bayong Tjasyono, 2004:137). Iklim

merupakan kebiasaan alam yang digerakan oleh gabungan beberapa unsur

yaitu radiasi matahari, temperatur, kelembaban, awan, presifitasi, evaporasi,

tekanan udara, dan angin (Ance Geunarsih, 2012:2).

Unsur-unsur iklim yang berperan penting bagi pertumbuhan udang

meliputi curah hujan, temperatur, radiasi matahari (lama penyinaran

matahari)

18
2) Curah hujan

Curah hujan dan suhu merupakan unsur iklim yang sangat penting

bagi kehidupan di bumi, selain itu dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan

orografi, dan perputaran atau pertemuan arus udara (Abdul Djamali

2000:54)

Ance Gunarsih, (2012: 21-22) klasifikasi iklim menurut Semidt-

Fergusson terbagi menjadi dua yaitu bulan basah dan bulan kering. Curah

hujan bulan basah dan bulan kering dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.

Persamaan yang dikemukakan oleh Semidt-Fergusson adalah sebagai

berkut:

Σ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝑄= 𝑥 100
Σ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑐𝑢𝑟𝑎ℎ ℎ𝑢𝑗𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

Persamaan diatas dapat digolongkan menjadi beberapa iklim sebagai


berikut:

Tabel 3. Tabel Zona Iklim menurut Semidt-Fergusson


Tipe Nilai Q (%) Arti Simbol
Hujan
A 0≤Q< 0,143 ≥ Sangat basah
B 0,134≤ Q < 0,333 Basah
C 0,333 ≤ Q < 0,600 Agak Basah
D 0,600 ≤ Q < 1,000 Sedang
E 1,000≤ Q < 1,670 Agak kering
F 1,670 ≤ Q < 3,000 Kering
G 3,000≤ Q < 7,000 Sangat Kering
H Q ≥7,000 Luar Biasa Kering
Sumber: Ance Gunarsih Kartasapoetra, 2012

19
3) Suhu Udara dan ketinggian tempat

Suhu udara sangat mempengaruhi pertumbuhan udang, terutama

dalam perkembangan pakan udang yang berupa alga, serta

mempengeruhitingkat stres udang dan mempengaruhi kelarutan oksigen

dalam air. (M.Ghufron H.Kordi K,2010)

Suhu udara dan ketinggian suatu tempat akan berpengaruh secara

langsung pada suhu air kolam tambak dimana udang tersebut hidup di air

tersebut.

4) Air

Air merupakan salah satu unsur pokok dimana air adalah sebagai

lingkungan hidup udang dari masa telur hingga dewasa. Kualitas air sangat

dipengaruhi oleh beberapa faktor terkait dengan iklim seperti temperatur

dan ketinggian tempat,curah hujan, dan lama paparan sinar matahari.

4. Faktornon Fisik Terkait Usaha Tani

Faktor non fisik pada usaha tani yang mempengaruhi usaha tani dapat

digolongkan dalam beberapa kelompok diantaranya:

1) Modal

Modal adalah syarat untuk berlangsungnya suatu usaha, demikian pula

dengan usaha tani. Muhammad Akib Tuwo, (2011:84-85) modal merupakan

faktor ketiga sesudah faktor alam dan tenaga kerja dalam proses produksi

pertanian. Modal dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

20
a) Modal tetap (fixed capotal) merupakan modal yang dapat dipakai

berkali-kali dalam proses produksi.

b) Modal tidak tetap (variable capital) biasa juga disebut dengan modal

aktif (working capital), merupakan modal yang dapat habis ketika

terpakai dalam satukali proses produksi.

Modal usaha tani memiliki katakteristik khusus, maka menurut

bentuknya dapat diklasifikasikan dalam enam golongan utama yaitu:

a) Tanah atau lahan memiliki kedudukan yang khusus sebagai modal

sebab hakikatnya tidak berpindah dan tidak mengalami penyusutan

atau penghapusan.

b) Bangunan digunakan untuk memperlancar oprasi usaha tani

c) Alat-alat pertanian dan mesin.

d) Tanaman dan ternak. Tanaman dan ternak dinilai berdasarkan umur,

dan keadaan pertumbuhannya. Tanaman dan ternak berfungsi

sebagai modal aktif.

e) Bahan perlengkapan disebut juga sebagai sarana prosuksi terkait

dengan usaha tani yang dilakukan.

f) Uang tunai merupakan alat untuk membeli semua kelengkapan

produksi yang diperlukan.

21
2) Transportasi dan komunikasi

Transportasi dan komunikasi dibutuhkan untuk memudahkan

petani dalam hubungan dengan pasar, informasi tentang kebijakan

pemerintah, informasi perkembangan bidang perikanan. kemajuan pada

bidang teknologi transportasi akan memperluas ruang gerak bagi petani

dalam mengembangkan usaha tani. Pengangkutan yang efisien dan

murah merupakan yang di inginkan oleh para petani (Eva Bonowati dan

Sriyanto, 2013:153)

3) Teknologi

Teknologi dalam usaha tani merupakan bagaimana cara

meningkatkan produksi dengan pemakaian teknik-teknik atau metode-

metode baru dalam usaha tani. Teknologi usaha tani memiliki beberapa

sumber-sumber teknologi baru demi meningkatkan produksi usaha tani

di lahan yang ada.

4) Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah faktor penting usaha tani keluarga,

khususnya tenaga kerja petani beserta anggota keluarganya. Rumah

tangga tani umumnya terbatas dari segi modal. Peranan tenaga kerja

sangat menentukan, jika masih bisa menggunakan tenaga kerja sendiri

maka tidak perlu menggunakan tenaga kerja luar.

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha tani

bervariasi dari usaha tani satu dengan lainnya karena dipengaruhi oleh

22
beberapa faktor seperti tingkat perkembangan usaha tani, jenis

tanaman/ternak yang diusahakan, topografi dan jenis tanah.

(Muhammad Akib Tuwo, 2011:76-78)

C. Kajian Udang Vanname

1. Taksonomi Udang Vanname

Jenis udang yang dibudidayakan petani di Desa Banjarsari Kecamatan

Nusawungu yaitu jenis udang vanname (Litopenaus Vanname). Udang vanname

(Litopenaus Vanname) atau yang biasa di sebut pasific white shrimp masuk

pertama kali ke Indonesia pada tahun 2001. Udang ini sejatinya berasal dari

perairan Amerika dan Hawai yang kemudian di kembangkan di negara-negara

Asia seperti Tiongkok, Taiwan, Tailand, dan Vietnam(M. Ghufron 2010 : 19).

Udang vanamme masih berkerabat dekat dengan udang windu (Penaeus

monodon) dan udang putih (P. Merguensis dan P. indicus).

Klasifikasi ilmiah (Taksonomi) udang vanamei (Sri Rusmiyati : 25)

yaitu:

Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Filim : Artrophoda
Subfilum : Crustasea
Kelas : Malacostrata
Subkelas : Eumalacostrata
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachita
Famili : Penaidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaus Vanname

23
2. Morfologi Udang

Tubuh udang terbenjadi dua bagian yaitu bagian kepala dan bagian badan.

Bagian badan menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax yang terdiri

dari 13 ruas, 5 ruas di kepala dan 8 ruas di dada. Bagian badan dan abdomen

terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas mempunyai sepasang anggota badan (kaki

renang). Pada ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu teslon

yang berbentuk runcing.

Bagian kepala dilindungi oleh cangkang kepala (carapance). Bagian depan

meruncing dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau

rostrum. Bagian kepala lainnya yaitu mulut yang terletak di bawah kepala

dengan rahang (mandibula) yang kuat, sepasang mata majemuk (mata facet)

bertangkai, sepasang sungut panjang (antena), dua pasang sungut kecil

(antennula), sepasang sirip kepala (scophpcerit), sepasang alat pembantu rahang

(maxilliped), lima pasang kaki jalan (periopoda). Pada bagian dalam kepala

terdapat hepatopankreas, jantung dan insang.

Gambar 2. Morfologi udang vanname

24
3. Daur Hidup dan Pertumbuhan Udang

Secara ekologis udang vanname mempunyai siklus hidup yang identik

dengan udang windu dan udang putih, yaitu melepaskan telur di tengah laut,

kemudian terbawa arus dan gelombang menuju pesisir menetas menjadi

nauplius, stadia zoea, mysis, postlarva (PL), juvenil dan menjadi udang dewasa.

Gambar 3. Daur hidup udang vanname (Litopenaus Vanname)Ghufran H.


Kordi K.

Kecepatan tumbuh pada tubuh udang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu

frekuensi ganti kulit (molting) dan kenaikan berat tubuh setelah melakukan

molting. Daging tubuh udang terselimuti oleh kulit yang keras, sehingga secara

periodik kulit keras tersebut akan lepan dan berganti dengan kulit baru. Kulit

yang semula lunak untuk beberapa jam, memberi kesempatan daging untuk

bertambah besar dan kulit menjadi keras kembali. (dalam pusluh.kkp.go.id

diunduh pada tanggal 11 Januari).

Proses molting dimulai dari lokasi kulit diantara kerapas dan intercalary

sclerite (garis molting dibelakang kerapas) yang retak, sehingga memungkinkan

25
cephalothorax dan kaki-kaki depan ditarik keluar. Udang terlepas dari kulitnya

hanya dalam sekali melentikan ekornya. Semula kulit baru masih lunak dan akan

mengeras pada beberapa saat. Lama waktu pengerasan kulit udang berbeda beda

menurut jenis, umur dan ukuran udang. Udang yang masih kecil atau PL, kulit

akan mengeras dalam 1-2 jam, sedangkan pada udang besar/dewasa kulit akan

mengeras dalam 1-2 hari. (dalam pusluh.kkp.go.id diunduh pada tanggal 11

Januari)

Kondisi lingkungan dan kandungan nutrisi mempengaruhi frekuensi

molting. Semakin tinggis suhu maka frekuensi molting akan tinggi. Ketika

proses ini terjadi, penyerapan oksigen menjadi kurang efisien, sehingga udang

seringkali mati disebabkan kekurangan oksigen (hypoxia). udang secara alamiah

akan membenamkan diri di dalam lumpur/pasir dasar perairan untuk

menyembunyikan diri dari predator. (dalam pusluh.kkp.go.id diunduh pada

tanggal 11 Januari)

4. Pakan dan Kebiasaan Makan

Secara alamiah udang vanname bersifat nokturnal yaitu hewan yang aktif

mencari makan pada malam hari. Udang vanname tergolong hewan yang kanibal

(pemakan sejenis) dan omnivora (pemakan segala). Jenis pakan alami yang biasa

di makan udang vanname antara lain zooplankton, fitoplankton, alga bentik,

detritus dengan pakan alami berupa zooplankton dan fitoplankton. Udang

vanname memiliki nafsu makan yang rakus di bandingkan dengan udang windu

26
dan udang putih dan membutuhkan protein yang lebih rendah (M. Ghufran H.

Kordi K 2010 :20).

Pakan buatan adalah pakan yang diramu dari bahan-bahan sesuai dengan

kebutuhan udang budidaya (M. Ghufran H. Kordi K 2010 :196). Kandungan

nutrisi pada pakan buatan harus dapat memenuhi kebutuhan udang budidaya.

Beberapa komponen nutrisi yang penting dan harus tersedia dalam pakan udang

yaitu, : protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral. Walaupun memiliki

nafsu makan yang tinggi, udang vanname hanya membutuhkan pakan dengan

kandungan protein kisaran 32 – 38 %, jumlah ini lebih rendah dari kebutuhan

protein udang jenis lain yang mencapai 45%.

Pakan buatan yang diberikan pada udang budidaya dengan cara intensif

harus sangat diperhatikan demi kesuksesan usaha. Pengeloaan pakan udang

budidaya terdiri dari pemilihan jenis pakan, penyimpanan, dan pemberian pakan.

Bentuk dan ukuran pakan buatan harus disesuaikan dengan ukuran udang (lihat

tabel). Pemberian pakan yang tidak tepat akan menyisakan banyaknya limbah

pakan dan berpengaruh pada kualitas air dan udang tambak.

Tabel 4. Ukuran pakan udang budidaya


Bentuk pakan Ukuran Pakan Ukuran udang
Serbuk (powder) < 20 mikron Stadium larva
Serpihan (flakes) < 0,5 mm Udang PL 1 – PL 15
Remahan (crumble) 1 mm Udang PL 20 – PL 1 g
Pellet 1 – 1,5 mm Udang 1 – 5 g
Pellet 1,5 – 3,5 mm Udang 5 – 10 g
Pellet 3,5 – 4,0 mm Udang > 10 g
Sumber : M. Ghufran H. Kordi K (2010 :196)

27
5. Syarat Tumbuh Udang Vanname

Menurut M. Ghufran H. Kordi K (2010: 25-61) syarat tumbuh udang

vanname dapat dlihat dari dua aspek utama yaitu:

1) Lokasi untuk budidaya udang

Budidaya udang vanname dapat dilakukan di tambak dan di laut.

budidaya udang vanname baik di tambak maupun di laut perlu

memperhatikan beberapa faktor terutama dalam pemilihan lokasi. Berikut

beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi tambak untuk

budidaya udang vanname:

a) Sumber air

b) Fluktuasi pasang surut

c) Arus air

d) Kedalaman air

e) Gelombang

f) Topografi tanah

g) Tekstur tanah

h) Ph tanah

i) Kesuburan tanah

j) Vegetasi

k) Sarana transportasi dan komunikasi

l) Energi listrik

28
2) Kualitas Air

Ketersediaan air di lokasi tambak haruslah diperhatikan karena

udang vanname termasuk dalam hewan air yang tidak bisa lepas dari

keberaan air. Kualitas air yang ada dapat dilihat dari beberapa parameter

dimana parameter kualitas air ini akan mempengaruhi tumbuh, kembang

dan hidup udang vanname. Adapun parameter atau karakteristik air dapat

dilihat dari beberapa faktor-faktor yaitu:

a) Suhu air

Suhu atau temperatur air merupakan faktor dominan dalam

tumbuh kembang dan hidup udang vanname. Udang vanname mampu

bertahan hidup pada suhu 12-17 °C dan tumbuh optimum pada suhu 28-

31 °C. Suhu air pada tempat hidup udang vanname akan mempengaruhi

karakteristik air lainnya seperti kandungan oksigen terlarut.

b) Kandungan Oksigen (Dissollved Oxygen)

Oksigen diperlukan udang dan biota air lain untuk proses

pernafasan. Oksigen juga merupakan salah satu faktor pembatas,

sehingga bila ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan

maka segala aktivitas udang akan terhambat terutama pada fungsi

biologis udang.

Konsentrasi oksigen terlarut (DO) dalam air yang optimum untuk

tumbuh kembang udang vanname yaitu 5-10 ppm pada suhu sekitar 20-

29
30°C. Tingkat DO menunjukan kurang dari 5 ppm maka pertumbuhan

udang akan mulai terhambat dan bila DO kurang dari 2ppt udang akan

mulai menunjukan gejala tidak wajar dengan berenang di permukaan

air.

Oksigen dalam air tambak dihasilkan dari proses fotosintesis

fitoplankton yang hidup dalam kolam, akan tetapi oksigen yang

dihasilkan fitoplangton amatlah sedikit sehingga memerlukan bantuan

proses difusi dari udara dengan menggunakan bantuan alat kincir air.

Selain menggunakan bantuan kincir air, konsentrasi Oksigen dalam air

juga dapat dilakukan dengan melakukan siklus pergantian air tambak.

c) Salinitas air

Salinitas atau kadar garam terlarut dalam air merupakan faktor

penting dalam membudidayakan udang vanname. Salinitas air

berpengaruh pada tekanan osmotik air. Tekanan osmotik juga terdapat

dalam cairan tubuh udang. Kesesuaian tekan osmotik cairan tubuh

udang dan tekanan osmotik air, sanagat berpengaruh pada

keberlangsungan hidup udang. Masing-masing udang membutuhkan

kadar salinitas yang berbeda-beda untuk tumbuh optimal.

Udang vanname dapat hidup dan melakukan penyesuaikan diri

dengan kondisi salinitas air sebesar 0,1-60 ppt. Air untuk budidaya

udang vanname (L.vanname) pada kondisi pertumbuhan normal hidup

dengan salinitas 10-30ppt, sedangkan untuk tumbuh kembang optimal

30
udang vanname memerlukan salinitas air pada 15-25ppt (M. Ghufran H.

Kordi K 2010:27). Salinitas air laut dapat berkurang jika mendapat

limpahan air tawar dari darat dan curah hujan.

d) Karbondioksida

Karbondioksida atau zat asam arang sangat mudah larut dalam

air. Pada umumnya air mengandung zat karbondioksida sebesar 2ml/l.

Karbondioksida merupakan zat yang dibutuhkan oleh fitoplankton

dalam tambak untuk melakukan fotosintesis. Sifat karbondioksida yang

mudah larut dalam air akan menghalangi proses difusi oksigen dari

udara yang dilakukan dengan bantuan kincir air. Udang mampu

menyesuaikan hidupnya pada kadar karbondioksida kurang dari 5pp,

bila karbondioksida terlarut dalam air mencapai 50-100ppm dalam

jangka lama mampu mematikan udang vanname.

e) pH air

Derajat keasaman atau lebih dikenal dengan pH (puissance

negatid de H) yaitu logaritma kepekaan ion-ion hidrogen yang terlepas

dalam suatu cairan. pH air mempngaruhi tingkat kesuburan perairan

karena mempengaruhi kehidupan jasad renik dan perkembangan

fitoplankton. Air murni memiliki derajat keasaman (pH) sebesar 7, bila

pH air semakin rendah maka konsentrasi oksigen terlarut akan semakin

berkurang. Kriterian udang dengan berat 0,02-15gram/ekor mampu

31
hidup pada pH 7,5-8,7, sedangkan udang dengan berat 16-30gram/ekor

maka nilai pH yang sesuai berkisar 7,7-8,2 dan udang dengan berat

lebih dari 30gram/ekor akan tumbuh optimum pada pH 7,7-8,0.

Derajat keasaman atau pH air tambak dipengaruhi oleh tanah

dasar kolam dan konsentrasi CO2 terlarut. Pengkontrolan pH air dapat

dilakukan dengan cara siklus pergantian air dan banruan dengan

penebaran kapur pada kolam tambak. pergantian air yang ideal

dilakukan yaitu ketika air sudah berada pada pH kurang dari 6,4 dan

lebih dari 10.

f) Alkanitas

Alkanitas adalah gambaran kapasitas air untuk menetralkan asam

atau dikenal dengan sebutan acid neutralizing capacity (ANC). Atau

kuantitas anion didalam air yang dapat menetralkan kation hidrogrn.

Alakanilitas berfungsi sebagai kapasitas peyangga terhadap perubahan

pH air. Alakanitas air tidak berpengaruh secara langsung pada tumbuh

kembang udang akan tetapi pada tumbuh kembang plankto, dimana

plankton adalah pakan alami bagi udang vanname. Plangton dapat

tumbuh optimal pada total alkanilitas sekitar 80-120mg/l CaCO3.

g) Kecerahan air

Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan kedalam air

dan dinyatakan dengan persen(%). Kecerahan air dipengaruhi oleh

32
kekeruhan (turbidity). Kecerahan air pada tambak udang diukur dengan

bantuan alat pinggan secchi (secchi disk). Cara membuat pinggan

secchi yaitu buat lingkaran tripleks berdiameter 30cm dicat hitam dan

putih pada 1 sisi, beri pemberat agar dapat tenggelam, pada tengah

tripleks dipasangkan tali atau tangkai, dan diberi satuan ukur dimana

titik nol berada pada papan tripleks. Cara menggunakannya yaitu

tenggelamkan pinggan secchi kedalam kolam dan lihat piringan tripleks

hingga menghilang dari mata. Bila piringan tripleks telah menghilang

lihat kedalamannya pada pinggan secchi.

Kecerahan yang baik bagi budidaya udang vanname berkisar pada

kedalaman 30-40cm yang diukur dengan pinggan secchi. Bila

kedalaman sudah menunjukan kurang dari 25cm maka pergantian air

segera mungkin dilakukan.

Tabel 5. Parameter kualitas air untuk budidaya udang vanname


No Parameter Kriteria
1 Suhu air Udang vanname dapat hidup pada suhu 12-
17 °C dan tumbuh optimim pada suhu 28-31
°C.
2 Oksigen terlarut Kadar DO optimum untuk udang yaitu 5-10
(dissollved oxygen) ppm, kurang dari 5 ppm pertumbuhan udang
akan terhambat dan mengalami kematian.
Kadar DO dapat ditingkatkan dengan
bantuan kincir air.
3 Karbondioksida Kadar CO2 ideal untuk undang berada <5
(CO2) ppm. Kadar CO2 lebih dari 50 ppm akan
mematikan udang.
4 Tingkat keasaman pH ideal untuk udang yaitu 7,5 – 8,7. pH air
(pH) air <4,5 atau >9,5 akan menyebabkan kematian
udang.
5 Amonia (NH3 dan Merupakan senyawa racun, kadar ideal untuk
NH4) udang dewasa <3 ppm, sedangkan untuk
benur <1 ppm

33
6 Nitrit (NO2) Kadar nitrit yang dapat ditoleransi udang <
0,15 ppm
7 Kekeruhan air Kecerahan air optimal 30-40 cm yang diukur
(turbidity) dengan alat secchi disk. kurang dari 25 cm
tidak baik bagi pertumbuhan udang.
Sumber: M. Guftran H. Kordi K. (2010: 60-100)
.

6. Hama dan Penyakit Udang

1) Hama

Hama adalah segala organisme yang ada di dalam tambak selain yang

dibudidayakan dan dianggap merugikan. Hama budidaya udang di tambak

menurut M. Ghufran H. Kordi K (2010) digolongkan menjadi empat, yaitu:

(1) Pemangsa (predator), pemangsa alami udang dapat berupa ikan, ular air,

burung, kepiting dan udang yang lebih besar. (2) Kompetitor (penyaing),

penyaing udang yang sering di temukan di tambak yaitu udang itu sendiri,

cacing, siput, serangga, dan ikan. (3) Perusak, umum perusak sarana tambak

adalah adanya kepiting dan tanduk udang itu sendiri yang menyebabkan

lubang pada tambak dan menyebabkan kebocoran tambak. (4) Pencuri,

pencurian udang biasanya di lakukan oleh oknum-oknum manusia yang

cemburu dengan penghasilan petani udang.

2) Penyakit

Penyakit adalah sesuatu yang dapat menimbulkan gangguan fungsi atau

struktur dari alat-alat tubuh atau sebagian alat tubuh, baik secara langsung

maupun tidak langsung (M. Ghufran H. Kordi K 2010 : 273). Penyakit pada

udang datang disebebkan oleh interaksi yang tidak serasi dari beberapa faktor

34
yaitu, kondisi lingkungan (kualitas air), kondisi inang (udang), dan adanya

jasat patogen (jasad penyakit). Interaksi yang tidak serasi menyebabkan stres

pada udang yang mempengaruhi mekanisme pertahanan diri pada udang

menjadi lemah sehingga udang mudah diserang penyakit.

Sebagian penyakit pada udang disebabkan oleh bakteri dan virus.

Penyebaran bakteri dan virus dapat berlangsung secara vertikal (dari induk

kepada benih), horizontal (udang yang terserang ke udang lain), dan

gabungan keduanya.

Penyakit yang menyerang udang dan ciri-cirinya dapat di lihat pada

tabel berikut:

Tabel 6. Penyakit yang menyerang udang budidaya


No Nama Penyebab Keterangan
Penyakit
1 Udang Bakteri Vibrio spp Terdapat 2 tipe, gejalanya badan
bengkok bengkok, gerakan kurang aktif, tubuh
dan antena bewwarna merah, tidak
ada nafsumakan, warna tubuh dan
proses molting tidak sempurna
2 Insang Bakteri filamen Menyerang larva udang dengan ciri-
hitam Leucotrix sp dan ciri gejala insang bewarna hijau atau
jamur Fusarium coklat, nafsu makan menurun, udang
sering muncul ke permukaan air atau
tepian tambak.
Cara menaggulani pergantian air
sesering mungkin.
3 Geripis Bakteri Vibrio spp, Gejala yang terjadi segmen ekor dan
(grips) Psudomonas sp, kaki udang geripis, antena patah,
Mycobacterium sp, bercak coklat kehitaman pada kulit
flavobacterium luar, bergeral lamban, tubuh udang
sp.,dan Aeromonas memar merah, bercak coklat dibawah
sp. kulit, putih pada cangkang udang
dewasa.
Umumnya terjadi karena kualitas air
yang buruk, tinggnya kandungan
bahan organik, dan kepadatan

35
penebaran benih.
4 Luka Bakteri Vibrio Penampakan hitam pada otot-otot
hitam Vulvinicus. Salinitas udang
air yang rendah
(15ppt)
5 Penyakit Bakteri Vibrio spp,Ciri-ciri ekor dan kaki bewarna
merah V. Cambellii, V. merah, adanya bercak putih pada
(red leg Anguillarum, bawah kulit eksoskeleton kepala.
disease) V.Alginolitycus, Badan udang terasa lembek, jaringan
V.parahaemolytikus otot putih kusam, hepatopangkreas
mengecil dan hancur.
Suber: M. Ghufran H. Kordi K (2010 :274-280)

D. Tingkat Keberhasilan UsahaTani Udang Vanname

Tingkat keberhasilan usaha tani dapat dilihat dengan kegiatan evaluasi

usaha tani terutama dari sudut pandang ekonomis antara lain biaya dan

pendapatan, kelayakan usaha, serta analisis BEP (Break Event Point). Dalam

melakukan evaluasi banyak istilah-istilah yang harus dipahami terlebih dahulu,

diantaranya:

a. Produksi totat (Y) yaitu jumlah produksi per usaha tani dengan satuan

kilogram (kg).

b. Harga produksi (P) yaitu harga produksi per unit dengan satuan Rp/kg

c. Penerimaan atau nilai produksi (R atau S) yaitu jumlah produksi dikalikan

dengan harga produksi dengan satuan Rupiah (Rp).

d. Variabel (VC) yaitu biaya yang digunakan untuk membeli atau

menyediakan bahan baku yang habis dalam biayasatukali produksi.

e. Biaya variabel per unit (AVC) yaitu total biaya variabel dibagi total

produksi dengan satuan Rupiah (Rp).

36
f. Biaya tetap (FC) yaitu sewa lahan, pajak lahan, biaya bunga, penyusutan per

usaha tani dengan satan (Rp)

g. Biaya total (TC atau C) yaitu jumlah biaya variabel dan biaya tetap per

usaha tani dengan satuan Rupiah (Rp)

h. Pendapatan petani (I) yaitu selisih antara penerimaan dengan total biaya per

usaha tani dengan satuan Rupiah (Rp)

i. Total tenaga Kerja yang dicurahkan yaitu jumlah tenaga kerja keluarga

ditambah dengan jumlah tenaga kerja luar keluarga per usaha tani dengan

satuan HKO

j. Produktifitas tenaga kerja yaitu perbandngang antara penerimaan dengan

total tenaga kerja yang dicurahkan per usaha tani dengan satuan Rp/HKO

Keberhasilanusaha tani udang vanname dalam penelitian ini diketahui

dengan evaluasi kelayakan usaha tani yang dihitung dengan bantuan biaya dan

pendapatan usaha tani, kelayakan usaha, dan analisis BEP (Break Event Point).

Suatu usaha tani dikatakan layak jika memenuhi persyaratan sebagai berikut

(Ken Suritiyah 2015 :115):

a. Prokduktivitas tenaga kerja (Rp/HKO) lebih besar dari tingkat upah yang

berlaku.

b. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam.

c. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)

d. Penerimaan (Rp) > BEP penerimaan (Rp)

e. Harga (Rp/kg) > BEP harga (Rp/kg)

37
E. Penelitian Relevan
Tabel 7. Penelitian lain yang relevan tentang usaha tani udang vanname sebagi berikut:
1 Judul Analisis Kelayakan Usaha Tambak Udang
(Studi Kasus : Desa Sei Meram, Kec. Pangkalan Susu, Kab. Langkat)
Peneliti / Rizky Hermawan / Universitas Sumatera Utara (jurnal)
Lembaga 2015
Metode Analisis Deskriptif dan perhitungan BEP(Break Event Point).
Tujuan 1. Untuk mengetahui bagaimana sistem budidaya udang di daerah penelitian, dan
2. Menganalisis kelayakan usahatani tambak udang di daerah penelitian.
Hasil peneletian 1. Sistem budidaya udang di daerah penelitian menggunakan sistem semi intensif karena sarana
dan prasaran produksinya yang relatif kecil dan perlakuan budidaya udang seperti peralatan,
pemeliharaan, obat-obatan, penanggulangan hama yang kurang diperhatikan dan kepadatan bibit
yang sedikit lebih sedikit dibandingkan dengan sistem intensif yang mempunyai alat seperti
kincir, pompa sehingga dapat meningkatkan kepadatan bibit didalam kolam dan dapat
meminimalisir kematian udang, sehingga sistem intensif memiliki produksi tinggi dan
mengeluarkan biaya yang sangat besar dibandingkan semi intensif.
2. Berdasarkan analisis kelayakan, semua usaha budidaya Udang Vannamei dinyatakan layak untuk
diusahakan karena produksi > BEP produksi, harga > BEP harga, penerimaan > BEP
penerimaan, R/C > 1.
Persamaan Metode penelitian yang sama dengan menggunakan perhitungan BEP
Mengkaji tentang tambak udang vanname
Perbedaan Waktu, Wilayah berbeda.
Objek kajian berbeda
Pendekatan
2 Judul Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Udang Vaname (Litopenaus Vannamei) pada Tambak Intensif
(Studi Kasus Kewirausahaan Tambak Udang di Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, Kabupaten
Pemalang)

38
Metode Studi kasus (case study), pendekatan aspek finansial
Peneliti / Nur Afan/ Universitas Pancasakti, Tegal (Jurnal)
Lembaga 2015
Tujuan 1. Menganalisa kelayakan usaha budidaya udang vaname dengan metode intensif.
Hasil Penelitian 1. Usaha budidaya udang vaname dinyatakan layak dikembangkan dengan nilai NPV sebesar Rp.
211.994.945,- nilai AE sebesar Rp. 170.675.730,-. Payback Period akan terjadi pada tahun ke-2
dan nilai IRR sebesar 42% (lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini).
2. Analisis sensitivitas diuji terhadap kenaikan harga pakan, benur dan Tarif Dasar listrik per tahun
masing-masing sebesar 15%,10%, dan 11% hasilnya usaha budidaya udang vaname metode
intensif dinyatakan layak.
3. Analisis nilai pengganti (Switching value) diperoleh bahwa batas maksimal kenaikan biaya
investasi sebesar Rp. 674.661.133,- sedangkan batas maksimal kenaikan biaya operasional
sebesar Rp. 324.020.403,- dan untuk batas maksimal penurunan produksi sebesar Rp.
173.720.693,-.
Persamaan Mengkaji usaha tambak udang vanname.
Perbedaan Waktu dan tempat berbeda,
Pendekatan yang berbeda
Metode penelitian berbeda
3 Judul Prospek dan Pengembangan Budidaya Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii de Man) Kelompok
Pembudidaya Ikan (KPI) Mina Jaya di Kawasan Minapolitan Desa Sendangtirto Kecamatan Berebah
Kabupaten Sleman
Peneliti / Ferry Haryawan / UNY (Skripsi)
Lembaga (2013)
Metode Deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan aktivitas manusia
Tujuan 1. Faktor fisik dan non fisik yang mempengaruhi budidaya udang galah,
2. Hambatan usaha budidaya udang galah,
3. Produktivitas budidaya udang galah, dan
4. Prospek dan pengembangan budidaya udang galah.

39
Hasil peneletian 1. Faktor fisik yang mempengaruhi budidaya udang galah adalah dari segi tanah dan kualitas air,
berdasarkan penelitian, kondisi fisik di daerah penelitian sudah sesuai untuk budidaya udang
galah, sedangkan faktor non fisik yang mempengaruhi budidaya udang galah di daerah penelitian
yaitu pengelolaan budidaya, modal, tenaga kerja, transportasi, pemasaran, teknologi, layanan
kredit dan peran KPI Mina jaya.
2. Hambatan usaha budidaya udang galah di daerah penelitian adalah kesulitan dalam mendapatkan
modal sebanyak 56,82 % dan pengadaan benih udang galah sebanyak 43,18%.
3. Produktivitas rata-rata petani pembudidaya udang galah adalah 14 kg per 100 m2 dalam sekali
budidaya,.
4. Berdasarkan analisis SWOT, budidaya udang galah di daerah penelitian memiliki prospek yang
baik dan jika dikembangkan dapat menjadi produk perikanan unggulan di Desa Sendangtirto.
Pengembangan yang telah dilakukan petani pembudidaya udang galah adalah:
a. Bekerjasama dengan pemerintah dalam pengadaan modal usaha budidaya udang galah, yaitu
dilakukan kerjasama dengan UPP (Unit Pelayanan Pengembangan) Perikanan “Sembada”
dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sleman.
b. Optimalisasi lahan dengan mengembangkan teknologi perikanan agar produktivitas
meningkat, yaitu dengan teknologi apartemen udang galah.
c. Memanfaatkan teknologi dibidang perikanan untuk menyediakan benih udang galah sendiri
dengan membuat ruang hatcherya.
Persaaan Metode deskriptif kuantitatif
Mengkaji usaha tani udang
Penelitian Geografi
Perbedaan Waktu, tempat, dan jenis udang berbeda
Analisis SWOT yang tidak dipakai
Pendekatan geografi yang berbeda

40
F. Kerangka Berpikir [tambah lahan]

Perubahan pengguanaan lahan pasir pesisir di


Desa Banjarsari tahun 2014 dan tahun 2016

Usaha Tani Udang


Vanname

Faktor fisik: Faktor non fisik


a. Lahan a. Modal
b. Iklim b. Transportasi
c. Air c. Teknologi
d. Tenaga kerja

- Persiapan tambak
- Terbar Benih
Pengelolaan usaha - Pembesaran
tani udang vaname - Pengontrolan
kualittas air
- Panen
- pascapanen

Produktifitas usaha tani Hambatan dan Solusi


udang vanname

Tingkat keberhasilan usaha


tani udang vanname

41
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan

pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptifyaitu penelitian yang mengarah pada

pengungkapan suatu masalah atau keadaan bagaimana adanya pengungkapan

fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan interpretasi atau analisis

dengan menciptakan ataupun memanfaatkan konsep-konsep ilmiah, sekaligus

berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala fisik

maupun sosial yang dipersoalkan (Pabundu Tika, 2005 :4). Penelitian diskriptif

dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi apa adanya mengenai suatu gejala

atau fenomena yang ada.

Analisis kuantitatif menggunakan angka-angka yang dianalisis dengan

rumus-rumus statistik. Pendekatan ini bertujuan untuk mengungkapkan makna-

makna dibalik angka-angka itu secara cermat dan teliti dalam lingkup yang luas

atau mengungkap suatu fenomena yang dapat menimbulkan peristiwa lain untuk

diteliti (Hadi Sabari Yunus, 2010: 349).

Metode penelitian deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini bertujuan

untuk menggambarkan berbagai macam fakta yang berkaitan dengan kondisi di

lapangan yang berpengaruh bagi usaha tani udang vanname yaitu faktor fisik dan

faktor non fisik. Faktor fisik tersebut terdiri dari iklim dan air. Sedangkan faktor

non fisik yang berpengaruh terhadap usaha tani udang vanname yaitu modal,

transportasi dan komunikasi, teknologi, dan tenaga kerja. Selain kedua faktor

42
tersebut, hal yang juga tidak kalah penting dalam usaha tani udang vanname yaitu

syarat tumbuh kembang udang yaitu suhu air, kandungan oksigen terlarut, pola

pembesaran udang, salinitas, pH air, kecerahan air, pergantian siklus air dan

kegiatan pascapanen.

Antara faktor fisik atau karakteristik iklim dan air di daerah penelitian

dicocokan dengan syarat tumbuh kembang udang vanname untuk mengetahui

tingkat kesesuaian tumbuh kembang udang vanname di daerah penelitian. Dari

kesesuaian kondisi iklim dan air tersebut kemudian dihubungkan dengan faktor

non fisik guna mengetahui dan mengatasi hambatan-hambatan yang adapada

lokasi usaha tani udang vanname.

Keberhasilan usaha tani udang vanname dalam penelitian ini diketahui

dengan metode evaluasi kelayakan usaha tani yang dihitung dengan perhitungan

biaya, pendapatan usaha tani, tenaga kerja dicurahkan, dan analisis BEP (Break

Event Point) yang mengacu pada teori dari Ken Suritiyah (2015).

Bidang keilmuan terkait dalam penelitian ini adalah Geografi Pertanian

yang merupakan bagian dari cabangHuman Geography (Geografi Manusia).

Pendekatan keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

ekologi (ecological approach) dengan mengamati interaksi antara organisme

hidup dengan lingkungannya. Manusia melakuakan penyesuaian mekanisme

fisikal dan biokimia terhadap lingkungannya dalam rangka memperoleh

sumberdaya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Pendekatan ekologi juga

mencermati interaksi manusia dengan manusia lain dalam suatu lingkungan sosial

(Bintarto dan Surastopo, 1991:22). Konsep dalam penelitian ini adalah konsep

43
lokasi, konsep jarak, konsep keterjangkauan, konsep morfologi dan dan konsep

nilai guna.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu

Kabupaten Cilacap. Secara administratif wilayah penelitian berada pada tingkat

Desa.Desa Banjarsari merupakan wilayah dataran rendah yang berbatasan

langsung dengan Samudra Hindia di sebelah Selaran sehingga memiliki lahan

pasir pesisir dengan luas ±30Ha. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan

Desember 2016 sampai bulan Oktober 2017.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Oprasional (cek pengelolaan)

Variabel penelitian merupakan suatu sifat atau nilai guna yang melekat

pada orang, objek atau kegiatan yang memiliki variasi yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2010: 38).

Variabel dalam penelitian ini meliputi:

a. Perubahan penggunaan lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari dari tahun

2014, 2015, dan 2016.

b. Faktor fisik yang mempengaruhi usaha tani udang vanname adalah lahan,

iklim, dan air. Faktor non fisik yang mempengaruhi usaha tani udang

vanname yaitu modal,transportasi, teknologi,dan tenagakerja.

c. Pengelolaan usaha tambak udang vanname adalah segala jenis kegiatan

yang dilakukan dalam usaha tambak udang vanname serta faktor produksi

yang digunakan dalam kegiatan usaha. Variabelnya yaitu:

44
1) Persiapan tambak / Pembangunan petak tambak

2) Tebar Benih / pengisian air kolam dan fermentasi

3) Pembesaran / tebar benur

4) Pengontrolan kualitas air /pemeliharaan udang (pemeliharaan air,

pemberian pakan, pemberian zat kimia)

5) Panen / pemanenan udang

6) Pascapanen. / pascapanen

d. Hambatan dalam usaha tani udang vaname adalah semua kendala atau hal-

hal yang tidak diinginkan oleh petani yang dapat menghambat atau

mengurangi hasil panen udang vanname di Desa Banjarsari. Hambatan-

hambatan tersebut yaitu: lahan, iklim, air, bibit udang, penyakit udang atau

hama, modal, tenaga kerja tetap, pemasaran, transportasi dan komunikasi,

dan teknologi.

e. Upaya mengatasi hambatan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan

petani udang di Desa Banjarsari untuk meminimalisir atau menghilangkan

dampak dari sepuluh hambatan yang ada agar diperoleh hasil panen yang

maksimal.

f. Tingkat keberhasilan usaha tani udang vanname di Desa Banjarsari

menggunakan teori kelayakan usaha tani dari Ken Suritiyah (2015) yang

melihat pada perhitungan nilai R/C ratio, produktivitas tenaga kerja harian,

pendapatan, produksi, penerimaan, dan harga udang vanname di Desa

Banjarsari.

45
D. Populasi

a. Populasi
Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas

atau tidak terbatas. (Pabundu Tika. 2005:24). Populasi dalam penelitian ini

adalah petani pemilik usaha tani udang vanname di Desa Banjarsari. Menurut

Suharsimi Arikunto (2006:134) apabila subyek penelitian kurang dari 100,

lebih baik diambil semua sehingga penelitian ini, merupakan penelitian

populasi.

Keseluruhan petani pemilik usaha tani udang vanname di Desa Banjarsari

berjumlah47orang. Penelitian ini adalah penelitian populasi sehingga seluruh

anggota populasi dijadikan subjek penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode-metode

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi merupakan pengamatan mendalam dan teliti mengenai suatu

fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar kita dan kemudian

didokumentasikan untuk menunjukan keterkaitan antar fenomena (Hadi Sabari

Yunus, 2010: 376). Observasi dilakukan untuk memperoleh data awal

mengenai daerah penelitian, jenis tambak, lokasi tambak dan karakteristik lain

dari usaha tani udang vanname di desa Banjarsari.

46
b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan pengumpulan data yang dilakukan terhadap

informasi yang di dokumentasikan dalam rekaman, baik dalam bentuk gambar,

tulisan, suara, maupun bentuk-bentuk lain (Suharsimi Arikunto, 2006: 244).

Data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data

sekunder merupakan data yang diperoleh dari intansi atau dinas yang berkaitan

dengan penelitian ini.

c. Wawancara cek neh hmm

Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab

yang dikerjakan dengan cara sistematis dan berlandaskan pada tujuan

penelitian (Pabunda Tika 2005 : 49). Teknik wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan wawancara berstruktur, yaitu wawancara

dilakukan dengan terlebih dahulu membuat daftar pertanyaan yang juga

disertai dengan daftar jawaban alternatif. Dengan maksud agar pengumpulan

data lebih terarah kepada tujuan penelitian (Pabunda Tika, 2005: 50).

Instrumen yang digunakan adalan pedoman wawancara berupa daftar

pertanyaan, yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang identitas petani,

karakteristik petani di daerah penelitian, pengelolaan usaha tani, hambatan

serta upaya yang dilakukan dalam usaha tani, mengetahui besar biaya dan

pendapatan yang diperoleh petani udang vanname di daerah penelitian.

47
F. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau

sumber data terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan

data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab menguji hipotesis yang telah

diajukan (Sugiyono, 2013 :207).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan analisis dengan cara sebagai


berikut:
a. Teknik analisis data yang digunakan dalam perubahan penggunaan lahan

dengan menggunakan analisis spasial dengan teknik overlay

b. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengkaji faktor pendukung dan

penghambat usaha tani udang vanname serta mengkaji pengelolaan usaha tani

udang vanname adalah analisis statistik deskriptif, data kuantitatif tersebut

disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

c. Analisis keberhasilan usaha taniudang vanname di daerah penelitian mengacu

pada teori dari Ken Suritiyah (2015) yaitu melihat tingkat kelayakan suatu

usaha tani yang fokus pada nilai R/C, tenaga kerja dicurahkan, pendapatan,

produksi, penerimaan dan harga udang vanname

48
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

Karakteristik daerah penelitian yang akan dikaji terdiri atas karakteristik

kondisi fisik dan karakteristik kondisi demografis daerah penelitian. Karakteristik

kondisi fisik daerah penelitian meliputi letak, luas dan batas wilayah penelitian,

kondisi topografi, tata guna lahan, hidrologidan iklim.

1. Kondisi Fisik

a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian

Desa Banjarsari merupakan salah satu desa di Kecamatan Nusawungu,

Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Letak astronomis Desa Banjarsari

berada di 7o 41’ 10,561’’ LS - 7o 42’ 49,536’’ LS dan 109o 20’ 56,980’’ BT

– 109o 22’ 18,246’’ BT. Jarak Desa Banjarsari dari pusat pemerintahan

Kecamatan Nusawungu ± 7 km, dari ibukota Kabupaten Cilacap berjarak ±65

km. Luas wilaya Desa Banjarsari 484,85 Ha. Secara administratif, Desa

Banjarsari berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Desa Banjareja

Sebelah Barat : Desa Karangpakis

Sebelah Selatan : Samudra Indonesia

Sebelah Timur : Desa Jetis

(lihat Gambar 4. Peta Administrasi Desa Banjarsari)

49
Gambar 4. Peta Administrasi Desa Banjarsari

50
b. Kondisi Topografi dan Tanah

Topografi merupakan tinggi rendahnya suatu tempat terhadap

permukaan air laut. Desa Banjarsari terletak pada ketinggian 0-5 meter di atas

permukaan air laut. Menurut kemiringan wilayah Desa Banjarsari termasuk

dalam kategori dataran yang landai. Dusun Depok, Dusun Dewa dan Dusun

Simanis memiliki kondisi tanah yang didominasi jenis organosol yang cocok

untuk tumbuhan padi . Dusun Ketapang Kulon dan Dusun Ketapang Wetan

yang dijadikan lokasi pembangunan tambak udang vanname memiliki

kondisi tanah yang didominasi tanah berpasir jenis regosol dan sedikit

wilayahnya memiliki jenis tanah aluvial.

c. Tata Guana Lahan


Lahan di Desa Banjarsari secara umum terbagi dalam pemanfaatan

sebagai lahan pertanian dan lahan non pertanian. Penggunaan lahan pertanian

antara lain untuk sawah, tegalan dan tambak udang. Adapun lahan non

pertanian dimanfaatkan sebagai permukiman, sekolah, pertokoan dan pasar.

Pengguanaan lahan di Desa Banjarsari secara terperinci dapat di lihat pada

tabel berikut:

Tabel 8. Luas Penggunaan Lahan di Desa Banjarsari tahun 2016


No Penggunaan lahan Luas lahan(Ha) Persentase
1 Irigasi Teknis 102,630 21,17
2 Irigasi non teknis 35,345 7,29
3 Sawah tadah hujan 76,395 15,76
4 Pemukiman 182,281 37,60
5 Tegalan 18,060 3,72
6 Tambak udang 15,410 3,18
6 Lain-lain 54,723 11,29
Jumlah 448,597 100,00
Sumber: Kecamatan Nusawungu Dalam Angka 2016

51
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa luas lahan tambak udang di

Desa Banjarsari hanya berkisar 3,3% dari tolal luas wilayah Desa

Banjarsari.

d. Kondisi Hidrologis

Suber air bersih di Desa Banjarsari dapat diperoleh dari beberapa mata

air yang berupa irigasi teknis dan irigasi non teknis. Irigasi teknis berupa

sungai buatan terletak hampir di semua Dusun di Desa Banjarsari dengan

total pajang mencapai 8.932m meter. Selain irigasi buatan, untuk memenuhi

keperluan air rumah tangga masyarakat mendapatkan air bersih dari

Prusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan sumur gali.

Pengairan pertanian tambak udang vannamedi Desa Banjarsari

diperoleh dari tiga sumber air yaitu: 75% dari air sumur bor yang terletak di

jarak 5-10 meter kearah laut dari garis pasang tertinggi,20% dari sumur bor

didekat kolam tambak udang masing-masing petani, dan 5% dari airhujan.

e. Iklim

Iklim adalah sifat cuaca dalam jangka waktu panjang dan pada daerah

yang luas. Iklim merupakan sitesis dari perubbahan unsur cuaca dalam jangka

panjang waktu tertentu di suatu wilayah. Iklim suatu tempat dapat diketahui

setelah dilakukan pengamatan terhadap unsur cuaca minimal 10tahun

terakhir. Iklim merupakan unsur geografi yang memiliki dua komponen yaitu

temperatur dan curah hujan.

52
1) Temperatur

Temperatur udara dapat dihitung berdasarkan ketinggian tempat

dari permukaan air laut. semakin tinggi letak suatu tempat dari

permukaan air laut maka temperatur semakin rendah dan sebaliknya,

sedangkan rata-rata curah hujan dapat dihitung berdasarkan rata-rata

banyaknya bulan basah dan bulan kering dalam kurun waktu sepuluh

tahun.

Menurut Braak dan Ance Gunarsih Kartosopoetra (2008:10)

besarnya suhu pada suatu tempat dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut:

T= (26,3 – 0,61h)°C

T = temperatur rata-rata dalam °C

26,3 = Temperatur rata-rata daerah tropis

0,61 = angka gradient temperatur

h = keringiian tempat

Desa Banjarsari yag berada pada ketinggian 5 mdpl, maka

tempertur rata-rata desa dapat diketahui dengan perhitungan sebagai

berikut:

T = (26,3- 0,61 h)°C


= [(26,3 – 0,61x(5/100)]°C
= 26,3 – 0,03

= 26,27°C

53
Berdasarkan perhitungan di atas dapat diketahui temperatur rata-

rata Desa Banjarsari dengan ketinggian 5 mdpl memiliki temperatur

26,25°C

2) Curah Hujan (cek teori hmm)

Hujan merupakan gejala meteorologi dan juga unsur cuaca yang

menentukan iklim suatu wilayah. Hujan adalah hydrometeor yang jatuh

berupa partikel-partikel air yang mempunyai diameter 0,5 mm atau lebih.

Hydrometeor yang jatuh ke permukaan bumi disebut hujan sedangkan

yang tidak menyentuh ke permukaan tanah disebut Virga (Tjasyono

:2006). Hujan yang samapai kepermukaan tanah dapat diukur dengan

jalan mengukur tinggi air hujan tersebut dengan berdasarkan volume air

hujan per satuan luas. Hasil pengukuran tersebut dinamakan dengan

curah hujan.

Data curah hujan rata-rata dapat diketahui dengan cara

mengumpulkan data curah hujan selama 10tahun terakhir yang kemudian

dicari rata-ratanya. Menurut Mohr, ada tiga tingkatan kriteria curah hujan

kebasahan suatu bulan yaitu:

a) Bulan Basah yaitu hujan dengan curah hujan < 100mm/bulan

b) Bulan Lembab yaitu hujan dengan curah hujan 60-100 mm/bulan


c) Bulan Kering yaitu hujan dengan curah hujan >60mm/bulan

Berikut ini data curah hujan 10 tahun terakhir Desa Banjarsari

Kecamatan Nusawungu Kabupaten Cilacap:

54
Tabel 9 Curah Hujan Desa Banjarsari Kecamatan Nusawungu

N Bulan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Rata-
O rata
1 Januari 130 84 140 258 335 128 457 405 307 289 196 272,9
2 Febuari 188 364 229 304 278 316 256 200 182 268 424 300,9
3 Maret 246 292 207 104 273 228 264 148 184 400 221 256,7
4 April 143 185 114 137 236 291 192 342 241 169 290 234
5 Mei 50 164 26 146 412 253 117 268 137 48 276 189,7
6 Juni 17 117 2 208 202 102 10 231 166 29 411 149,5
7 Juli 14 0 0 68 420 17 0 352 316 0 289 147,6
8 Agustustus 0 11 0 0 114 1 2 9 76 0 118 33,1
9 September 0 3 18 50 476 0 20 13 1 12 418 101,1
10 Oktober 14 151 290 226 581 54 167 50 118 0 376 202,7
11 November 79 702 303 188 478 315 430 190 400 320 600 400,5
12 Desember 215 420 222 356 530 373 512 202 825 578 184 441,7
Jumlah 1096 2493 1551 2045 4335 2078 2427 2410 2953 2113 3803 2730,4
Bulan Basah 7 8 7 9 12 8 8 9 10 6 12 9,6
Bulan Lembab 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0,4
Bulan kering 4 3 5 2 0 4 4 3 1 6 0 3,2
Sumber:Dinas Pertanian Kecamatan Nusawungu 2017

Berdasarkan tabel tesebut di atas dapat diketahui bahwa rata-rata

curah hujan tahunan selama 10 tahun, dari tahun 2006 sampai dengan

2016 sebesar 2730,4mm. Rata-rata curah huan terbesar adalah 441,7 mm

yang jatuh pada bulan Desember, sedangkan rata-rata curah hujan

tahunan terkecil jatuh pada bulan Agustus 33,1mm. Rata-rata jumlah

bulan basah 9,6mm ,rara-rata bulan lembab yaitu 0,4mm, dan rata-rata

bulan kering adalah 3,2mm.

Tipe curah hujan sesuai dengan teori Schmidt dan Ferguson dapat

dihitung dengan rumus berikut:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔


𝑄= × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑠𝑎ℎ

Setelah diketahui nilai dari Q kemidian dicocokan dengan tabel

klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson

55
Tabel 10 klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson
Nilai Q Tipe iklim Keterangan
0 ≤ Q <14,3 A Sangat Basah
14,3 ≤ Q <33,3 B Basah
33,3 ≤ Q <60 C Agak Basah
60 ≤ Q < 100 D Sedang
100 ≤ Q < 167 E Agak kering
167 ≤ Q < 300 F Kering
300 ≤ Q < 700 G Sangat Kering
700 ≤ Q H Luar Biasa Kering
Sumber: Ance Gunarsih K, 2008 : 21-22.

Berdasarkan tabel 10 di atas, maka nilai Q dapat diketahui dengan

perhitungan sebagai berikut:

3,2
𝑄= × 100%
9,6

𝑄 = 33,3

Nilai Q untuk Kecamatan Nusawungu sebesar 33,3 %, hal ini

dapat diartikan bahwa Kecamatan Nusawungu memiliki tipe iklim C

yaitu agak basah.

2. Kondisi Demografi (kasih intro dikit ga jg gpp)

a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk


Jumlah penduduk merupakan total penduduk yang tinggal di suatu

wilayah tertentu dan tertera pada wilayah catatan pemerintah setempat.

Berdasarkan data Monografi Desa Banjarsari tahun 2016, jumlah penduduk

Desa Banjarsari sebanyak 5.525jiwa terdiri dari laki-laki 2.720 jiwa

56
atau49,23% dan perempuan 2.806 jiwa atau 50,76%. Dilihat dari komposisi

jenis kelamin penduduk perempan lebih banyak dari penduduk laki-laki.

Kepadatan penduduk merupakan jumlah penduduk persatuan unit

wilayah (Ida Bagoes Mantra, 2010:74). Berdasarkan data Monografi Desa

Banjarsari tahun 2016 diketahui tingkat kepadatan penduduk Desa

Banjarsari mencapai 125 jiwa per km2, artinya tiap 1 km2 dihuni oleh 125

jiwa. Dilihat dari kepadatan penduduknya Desa Banjarsari menurut

Pedoman Identifikasi Kawasan Pemukiman (2006:10) termasuk dalam

kategori tinggi.

b. Rasio Jenis Kelamin (SexRratio)


Sex ratio adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki

dengan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑙𝑎𝑘𝑖 − 𝑙𝑎𝑘𝑖


𝑆𝑒𝑥 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑚𝑝𝑢𝑎𝑛

Dari data BPS Kecamatan Nusawungu tahun 2016 diketahui jumlah

penduduk perempuan 2.806 jiwa dan penduduk laki-laki 2.720 jiwa, maka:

2720
𝑠𝑒𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = × 100
2806

𝑠𝑒𝑥 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 96,93 = 97(𝑑𝑖𝑏𝑢𝑙𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛)

57
Jadi berdasarkan hasil perhitungan Sex Ratio di atas diketahui di Desa

Banjarsari setiap 100 jiwa penduduk perempuan terdapat 97 jiwa penduduk

laki-laki.

c. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur

Komposisi penduduk menurut umur mengacu pada proporsi relatif

dari penduduk pada berbagai tingkat umur. Untuk mengetahui komposisi

penduduk menurut tingkat umur di Desa Banjarsari dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 11. Komposisi Penduduk Menurut Umur


NO Kelompok Umur Frekuensi Persentase
(Tahun) (Jiwa)
1 0-14 1080 19,54
2 15-64 4070 73,66
3 65 keatas 375 6,80
Jumlah 5525 100,00
Sumber: Monografi Desa Banjarsari tahun 2016.

Berdasarkan tabel 12. dapat diketahui jumlah penduduk paling

banyak terdapat pada kelompok umur 15-64 tahun dengan frekuensi 4.070

jiwa atau 73,66%. Jadi sebagian besar penduduk di Desa Banjarsari berada

pada kelompok umur produktif.

d. Komposisi penduduk menurut mata pencaharian

Mata pencaharian yang menjadi profesi seseorang dapat menunjukan

stastus perekonomiannya dalam masyarakat. Terdapat banyak ragam mata

pencaharian yang digeluti penduduk di Desa Banjarsari, untuk lebih

detailnya dapat dilihat pada tabel beriut:

58
Tabel 12. Komposisi Penduduk Menurut Pekerjaan di Desa Banjarsari
No Mata Pencaharian Frekuensi Persentase
(Jiwa)
1 Petani 4.318 91.02
2 Nelayan 15 0.32
3 Pengrajin 9 0.19
4 Buruh 289 6.09
5 Pedagang 54 1.14
6 PNS 35 0.74
7 TNI / POLRI 3 0.06
8 Lain-lain 21 0.44
Jumlah 4.744 100.00
Sumber: Monografi Desa Banjarsari tahun 2016

Berdasarkan tabel 12 di atas, dapat diketahui bahwa dari 5.525 jiwa,

penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 4.744 jiwa atau 85,86%. Dari 4.744

jiwa penduduk yang bekerja diketahui penduduk dengan mata pencaharian

paling banyak digeluti masyarakat Desa Banjarsari yaitu sebagai petani

dengn jumlah 4.318 jiwa atau 91.02%, sedangkan mata pencaharian terkecil

yaitusebagaiTNI / POLRI dengan jumlah 3 jiwa atau 0,06% dari total

penduduk yang memiliki mata pencaharian.

e. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dicapai oleh seseorang dapat menjadi

indikator penggambaran status sosialnya di masyarakat. Tingkat pendidikan

yang tinggi dianggap lebih baik dalam hal tingkah laku rasional dan kualitas

kehidupan individunya. Untuk mengetahui komposisi penduduk menurut

tingkat pendidikan di Desa Banjarsari adalah sebagai berikut:

59
Tabel 13. Kompisi Penduduk Menurut Pendidikan.
Frekuensi Persentase
NO Pendidikan
(Jiwa) (%)
1 Belum Sekolah 834 15,10
2 Tidak Tamat SD 369 6,68
3 Tamat SD 2.808 50,82
4 Tamat SMP 966 17,48
5 Tamat SMA 519 9,39
6 Tamat Perguruan Tinggi 29 0,52
Jumlah 5.529 100,00
Sumber: Monografi Desa Banjarsari 2016

Berdasarkan tabel13 di atas dapat diketahui bahwa penduduk dengan

pendidikan SD menempati posisi terbanyak dengan frekuensi 2.808 jiwa

atau 50,82%, sedangkan jumlah paling sedikit pada penduduk dengan

pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 29 jiwa atau 0,52%. Maka dapat

disimpulkan komposisi penduduk menurut pendidikan di Desa Banjarsari

masih tergolong rendah karena sebesar 90,09% penduduknya berada pada

pendidikan tingkat SMP atau lebih rendah.

B. Karakteristik Responden

1. Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil penelitian, semua responden berjenis kelamin laki-

laki yaitu sebanyak 47 responden. Dari data yang diperoleh menunjukanyang

menekuni profesi sebagai petani udang vanname 100% adalah oleh laki-laki.

Perempuan dalam keluarga petani udang vanname tidak terlibat secara

langsung karena dalam pengelolaan pembudidayaan udang vanname

memerlukan tenaga yang kuat dan kecermatan dalam teknik budidaya.

60
2. Umur Responden

Umur merupakan salah satu unsur yang sangat berpengaruh dalam

penelitian karena menunjukan produktivitas seeorang. Klasifikasi penduduk

umur produktif adalah antara berumur 15-64 tahun. Responden disini adalah

pemilik kolam tambak udang di Desa Banjarsari. Umurresponden saat

dilakukan penelitian beragam mulai dari umur 28 sampai 60 tahun yang berarti

semua responden dalam penelitian termasuk dalam umur produktif. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 14. Umur responden


Frekuensi Persentase
No Umur
(Jiwa) (%)
1 25-34 6 12.77
2 35-44 23 48.94
3 45-54 8 17.02
4 55-64 10 21.28
Jumlah 47 100,00
Sumber: Data Primer Wawancara 2016
Berdasarkan tabel 14 tentang umur responden dapat diketahui umur

petani udang vanname paling banyak dilakukan oleh responden dengan umur

35-44 tahun dengan frekuensi sebanyak 23 jiwa atau48,94%, sedangkan petani

paling sedikitberada pada umur 25-34 tahun dengan frekuensi 6 jiwa atau

12,77% dari total 47 petani.

3. Pendidikan

Tingkat pendidikan responden yang berjumlah 47 dalam penelitian ini

dapat dilihat pada tabel berikut:

61
Tabel 15. Pendidikan Terakhir Responden
No Pendidikan Frekuensi Persentase
(Jiwa)
1 Tidak tamat SD 0 0
2 SD 12 25.5
3 SMP / Sederajat 24 51.1
4 SMA / Sederajat 9 19.1
5 Prguruan Tinggi 2 4.3
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2016

Berdasarkan tabel 15, diketahui sebagian besar responden tamatan SMP

sebanyak 24 responden atau 51.1%,sedangkan yang berpendidikan hingga

Sarjana terdapat 2 jiwa atau4.3%. Data tingkat pendidikan responden

menunjukan bahwa sebagian besar pemilik hanya tamatan SMP yang

notabanenya hanya memiliki pendidikan pada tingkat dasar, walaupun hanya

bermodalkan pendidikan tingkat dasar terbukti bahwa para petani tambak

udang vanname dapat bersaing dengan para lulusan sarjana dalam hal

pengelolaan dan pembudidayaan udang vanname.

4. Pekerjaan Responden

Data yang diperoleh di lapangan tidak semua petani udang vanname di

Desa Banjarsari berprofesi sebagai petani udang akan tetapi terdapat pekerjaan

lain dibalik usaha tani yang mereka lakukan. Dari 47 responden terdapat 37

responden yang tidak hanya menjadi petani udang vanname, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel pekerjaan responden di luar pekerjaan petani

udang vanname berikut:

62
Tabel 16. Mata Pencaharian Responden di luar Petani Udang Vanname.
Mata Pencaharian Frekuensi
No Persentase
Responden (Jiwa)
1 Buruh tani lepas 18 48.6
2 PNS 6 16.2
3 Pedagang 5 13.5
4 Lain-lain 8 21.6
Jumlah 37 100.0
Sumber: Data Primer Wawancara 2016

Berdasarkan tabel 16 dapat diketahui bahwa sebanyak 37 responden

memiliki mata pencaharian lain diluar dari usaha tani udang vanname,

sedangkan sisanya yaitu 10 responden hanya mengandalkan mata pencaharian

sebagai petani udang vanname. Responden terbesar di luar petani udang

vanname sebanyak 18 respoden atau 48,6%memiliki mata pencaharian

sebagaiburuh tani lepas, sedangakan responden terkecil di luar petani udang

vanname sebanyak 5 responden atau 13,5% memiliki mata pencaharian sebagai

pedagang.

5. Kepemilikan Lahan Tambak

Tambak udang yang dibangun di wilayah pesisir pada lahan pasir

merupakan kawasan pantai desa Banjarsari. Kepemilikan lahan pasir pesisir

sendiri terbagimenjadi 2 yaitu lahan milik negara dan lahan Desa Banjarsari.

Lahan milik Negara dipegang dan diatur oleh TNI AD Kecamatan Nusawungu,

sedangkan lahan Desa dikuasai oleh penduduk sekitar. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17. Luas Lahan Pesisir yang dijadikan Lahan Tambak

63
NO Pemilikan Luas lahan Persentase
lahan (Hektar)
1 Lahan milik 13,41 87.02
2 Angkatan 2,00 12,98
Darat RI
Jumlah 15.41 100,00
Sumber: Catatan Pokdakan Karya Usaha tahun 2016

Seluas 2ha (12.98%) lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari dimiliki oleh

TNI AD dimana untuk mendirikan tambak udang di atasnya memerlukan

kesepakatan bersama antara petani dan TNI AD yang tertuang dalam lembar

kontrak, sedangkan lahan milik adalah tanah yang dimiliki oleh petani yaitu

sebesar 13,41ha (87,02%).

6. Banyak Petak Kolam Tambak Milik Petani Udang

Petak kolam tambak petani di Desa Banjarsari dari satu petani dan

petani yang lannya berbeda. Kepemilikan petak kolam tambak petani udang

vanname di Desa Banjarsari tebanyak yaitu sejumlah 6 petak dan paling sedikit

1 petak tambak.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kepemilikan petak

kolam tambak udang yang dimiliki oleh masing-masing petani berikut:

Tabel 18. Banyak Petak Kolam Tambak Yang dimiliki Petani


Petak Kolam Frekuensi
No Persentase
yang Dimiliki (Jiwa)
1 1 30 63.83
2 2 9 19.15
3 3 4 8.51
4 4 1 2.13
5 5 1 2.13
6 6 2 4.26
Jumlah 47 100,00
Sumber : Data Primer Wawancara 2016

64
Berdasarkan tabel 18 di atas, diketahui petak kolam tambak yang

menempati urutan tertinggi yaitu sebanyak 1 petak kolam tambak dengan

dengan 30 petani atau 63.83%, sedangkan yang terendah yaitu memiliki 4 dan 5

petak kolam tambak dengan masing-masing 1 petani atau 2.13%.

7. Luas Petak Kolam Tambak Udang

Luas petak kolam tambak udang di lahan pasir pesisir daerah penelitian

hingga akhir tahun 2016 mencapai luas total 15,41ha dengan 81 petak kolam

tambak udang vanname. Adapun untuk ukuran petak kolam tambak udang

bervariasi mulai dari yang terkecil yaitu 500m2 dan yang terbesar seluas

3.500m2. Adapun rincian luas petak kolam dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 19. Banyaknya Kolam Tambak Udang dalam Satuan Luas.


NO Tipe luas kolam Frekuensi Persentase
2
(m ) (Kolam)
1 500 - 1.250 14 17.28
2 1.251 - 2.000 57 70.37
3 2.001 - 2.750 4 4.94
4 2.751 - 3.500 6 7.41
Jumlah 81 100.00
Sumber: Data Primer Wawancara 2016

Berdasarkan tabel 19, petak kolam tambak terbanyak yang berada di

Desa Banjarsari yaitu berukuran 1.251 – 2.000 m2 sebanyak 57 kolam atau

70,37%, sedangakan kolam paling sedikit dengan ukuran 2.001 – 2.750 m2

sebanya 4 kolam atau 4,94%.

65
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Perubahan Penggunaan Lahan Pasir Pesisir di Desa Banjarsari untuk

Pembangunan Tambak Udang.

Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan yang terjadi di lahan

pasir pesisir Desa Banjarsari menjadi tambak udang vanname perlu diketahui

tahun awal mula usaha tani udang dimana para pemilik tambak udang ini

membangun tambak udang mereka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut ini:

Tabel 20. Tahun Awal Pembuatan Kolam Tambak Udang


Frekuensi Luas kolam
NO Tahun
(Petani) (Ha)
1 2014 19 7,62
2 2015 25 7,14
3 2016 3 0,65
Jumlah 47 15.41
Sumber: Data Primer Wawancara 2016

Data pada tabel 19 kemudian akan dijadikan sumber acuan untuk

pembuatan peta perubahan lahan pasir pesisir di daerah penelitian dari 2014

hingga tahun 2016 yang kemudian pada tahun 2017 sebanyak 15.41ha telah

bertransformasi menjadi lahan tambak udang vanname.

66
Gambar 5 Peta Perkembangan Tambak Udang Tahun 2017

67
2. Faktor Fisik dan Non Fisik yang Mempengaruhi Usaha Tani Udang

Vanname.

Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi usaha tani budidaya

udang vanname di daerah penelitian dapat dilihat dari 2 faktor utama yaitu:

a. Faktor fisik

Faktor fisik sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha tani

udang vanname, Faktor fisik yang menjadi fokus penelitian meliputi

iklim dan air. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 21. Kesesuaian Faktor Fisik Tambak Udang Vanname di Desa


Banjarsari
Kondisi Daerah Syarat Tumbuh
No Faktor Fisik Kesesuaian
Penelitian Udang
1 Iklim
a. Curah hujan terdeskripsi fleksibel Sesuai
b. Suhu 26,27 °C 17-37 °C Sesuai
2 Air
a. Suhu air 27 – 29 °C 28 – 31 °C Sesuai
b. Do 4 – 12 ppm 5 – 10 ppm Sesuai
c. Ph Air 6– 7 7,7 – 8,7 Sesuai
d. Salinitas 15 – 25 ppm 10 – 30 ppm Sesuai
e. Kekeruhan air 30 - 50 30 - 40 cm Sesuai
(turbidity)
Sumber: data primer observasi 2016 dan M. Guftran H. Kordi K.

Berdasarkan tabel 21, diketahui bahwa dari faktor- faktor fisik yang

diamati semua sesuai dengan syarat tumbuh udang vanname. Adapaun

faktor fisik yang hampir sesuai tidak terlalu berpengaruh penting dalam

usaha budidaya udang vanname karena dapat diatasi dengan sirkulasi air

dan dan bantuan alat teknologi.

68
b. Faktor non fisik

Faktor yang terkait dalam usaha tani udang vanname antara lain:

1) Modal

Modal adalah biaya keseluruhan yang digunakan atau

dikeluarkan dalam usaha tani udang vanname. Modal dalam pernelitian

ini yaitu biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha budidaya udang

seperti biaya pembuatan kolam, pemasangan plastik molus atau

geomembran, pembelian disel, kincir air, pipa saluran air dan alat-alat

bantu budidaya udang lainnya. Asal modal responden dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 22.Asal Perolehan Modal Responden


Frekuensi
NO Asal Modal Persentase
(Jiwa)
1 Milik sendiri 5 10.6
2 Pinjaman bank 42 79.4
3 Modal bersama 0 0
4 Lainnya 0 0
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2016

Berdasarkan tabel 22, diatas diketahui bahwa perolehan modal

yang paling besar bersumber dari pinjaman bank yaitu sebanyak 42

responden atau 79.4%, sedangkan 5 responden atau 10.6% memperoleh

modal dari uang milik pribadi.

Guna mengetahui besaran modal dalam usaha tani udang

vanname, besaran modal dalam penelitian ini dibagi dua yaitu:

a) Modal awal.

69
Modal awal yaitu biaya yang dikeluarkan untuk pertama kali dalam

kegiatan usaha tani udang vanname seperti biaya pembuatan

kolam, pemasangan plastik molus atau geomebran, pembelian disel

dan alat-alat bantu budidaya udang.Besar modal awal dari data

yang diperoleh dengan cara wawancara dengan petani udang

vanname sebanyak 47 jiwa diperoleh data modal awal terbesar

yaitu Rp 2.800.000.000 dan terendah Rp 70.000.000. Untuk lebih

jelas besar modal awal yang dikeluarkan petani dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 23. Besar Modal Awal yang dikeluarkan Petani


Biaya Frekuensi Persentase
No
(Rupiah) (Petani)
1 70.000.000 – 616.000.000 40 85.2
2 616.000.001 – 1.162.000.000 4 8.5
3 1.162.000.001 – 1.708.000.000 1 2.1
4 1.708.000.001 – 2.254.000.000 1 2.1
5 2.254.000.001 – 2.800.000.000 1 2.1
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Berdasarkan tabel 23. diketahui bahwayang paling banyak jumlah

responden yaitu mengeluarkan modal awal sebesar Rp 70.000.000

– Rp 616.000.000 sebanyak 40 petani atau 85.2%. Sedangkan besar

modal awal petani dengan jumlah 1 petani atau 2,1% ada tiga

besaran modal awal yang dikeluarkan yaituRp 1.162.000.001 – Rp

1.708.000.000, Rp 1.708.000.001 – Rp 2.254.000.000, dan Rp

2.254.000.001 – Rp 2.800.000.000.

70
b) Modal produksi (tekan kene)

Modal produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses

pembesaran udang vanname mulai dari biaya benur, pakan, dan

biaya pengontrolan kualitas air.Besar modal produksi yang

diperoleh dari wawancara dengan 47 petani diperoleh data terbesar

yaitu Rp815.125.000 dan data terkecil yaitu Rp43.937.500.Untuk

lebih jelas besar modal produksi yang dikeluarkan oleh petani

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 24. Besar Modal Produksi


Biaya Frekuensi
No Persentase
(dalam juta Rupiah) (Petani)
1 Rp43.937.500 - Rp198.175.000 30 63.83
2 Rp198.175.000 - Rp352.412.500 11 23.40
3 Rp352.412.500 - Rp506.650.000 2 4.26
4 Rp506.650.000 - Rp660.887.500 3 6.38
5 Rp660.887.500 - Rp815.125.000 1 2.13
Jumlah 47 100,00
Sumber: Data Primer Wawancara 2016

Berdasarkan tabel 23, diketahui bahwa biaya produksi dengan


responden terbanyak berada pada biaya Rp 40.437.000 – Rp
178.575.000 sebanyak 29 responden (61,8%). Sedangkan responden
terkecil yaitu pada biaya Rp 592.989.000 – Rp 731.126.000 sebanyak
1 responden (2,1%).

2) Transportasi
Usaha tani budidaya udang vanname yang terletak di pesisir

pantai Desa Banjarsari memerlukan adanya sarana transportasi yang

memadai berkaitan dengan aktivitas budidaya udang vanname, untuk

71
lebih mengetahui jenis kendaraan yang dipakai oleh petani dapat

dilihat pada tabel:

Tabel 25. Alat Transportasi yang digunakan Petani


Frekuensi Frekuensi
NO Jenis Kendaraan
(Petani) (%)
1 Sepeda Motor 47 100
2 Gerobak dorong 0 0
3 Mobil truck / pick up 0 0
4 Lainnya 0 0
Jumlah 47 100
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Berdasarkan tabel 24, diketahui bahwa alat transportasi yang

digunakan oleh seluruh ptani pemilik tambak udang adalah sepeda

motor sebanyak 47 orang (100%). Hal ini dikarenakan sepeda motor

lebih evisien dan lebih mudah digunakan oleh petani untuk hilir mudik

di daerah pesisir pantai.

3) Teknologi

Teknologi atau sarana dan prasarana dalam penelitian,

diketahui bahwa teknologi yang digunakan petani untuk usaha

budidaya udang vanname adalah teknologi modern dan teknologi

sederhana. Teknologi modern yang digunakan untuk kegiatan

budidaya seperti pompa air, kincir air disel, kincir air listrik, plastik

molus atau geomembran, generator listrik dan alat-alat pengukur

kualias air, sedangkan taknologi sederhana yang digunakan berupa

pinggan sechi, cangkul dan jaring. Berikut adalah teknologi yang

digunakan dalam usaha tani budidaya udang di desa banjarsari:

72
4) Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha budidaya udang

vanname dapat digongkan menjadi 2 jenis yaitu tenaga kerja tetap dan

tenaga kerja non tetap. Tenaga kerja tetap dalam usaha budidaya

udang vanname yaitu tenaga kerja harian yang selalu menjaga dan

merawat udang di tambak, sedangkan tenaga kerja non tetap adalah

tenaga kerja untuk memanen udang, dan memperbaiki peralatan-

peralatan di kolam tambak udang.Untuk mengetahui jumlah tenaga

kerja yang terlibat dalam budidaya uadang vanname dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 26. Banyak Tenaga Kerja yang dipekerjakan Pemilik Tambak Udang
Banyaknya
Frekuensi Persentase
NO tenaga kerja
(Petani) (%)
(orang)
1 25-28 35 74.5
2 29-32 11 23.4
3 33-36 0 0
4 37-40 0 0
5 41-44 1 2.1
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Berdasarkan tabel 25, diketahui bahwa paling banyak pemilik

tambak udang mempekerjakan tenaga kerja sebanyan 25-28 orang

sebesar 25 responden (74,5%), sedangkan yang paling kecil yaitu

mempekerjakan 41-44 orang dengan 1 responden (2,1).

73
Upah tenaga kerja tetap dan tenaga kerja non tetap berbeda.

Upah tenaga kerja tetap lebih besar dapipada tenaga kerja non tetap.

Upah tenaga kerja dihitung berdasarkan satukali siklus masa

pembesaran udang hingga panen. Banyaknya biaya yang dikeluarkan

oleh pemilik (responden) untuk semua tenaga kerja dapat dilihat pada

tabel berikut:

Tabel 27. Biaya Upah Tenaga Kerja Tatap dan non Tetap yang
dikeluarkan Pemilik Tambak Udang.
NO Tingkat upah Frekuensi Persentase
(dalam ribu rupiah) (Petani) (%)
1 3.500 – 12.500 27 57,4
2 12.501 – 21.500 8 17,0
3 21.501 – 30.500 6 12,8
4 30.501 – 39.500 3 6,4
5 39501 – 48.500 3 6,4
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Berdasarkan tabel 26, diketahi bahwa tingkat upah pekerja

pada kategori pertama yaitu Rp. 3.500.000 - Rp. 12.500.000

merupakan kategori yang paling banyak dikeluarkan oleh responden

yaitu 27 responden atau sebesar 57,4%. Sedangkan kategori tersedikit

yaitu dengan upah Rp. 30.500.000 – Rp. 39.500.000 dan kategori Rp.

39.500.000 – Rp. 48.500.000 sebanyak 3 responden (6,4%). Banyak

sedikitnya upah tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pemilik tambak

dipengaruhi banyaknya tenaga kerja yang di pekerjakan. Semakin

banyak tenaga kerja baik tenaga kerja tetap maupun non tetap yang

dipekerjakan maka upah untuk tenaga kerja semakin tinggi.

74
3. Pengeloaan Usaha Tani Udang Vanname

Usaha budidaya udang tambak di Desa Banjarsari mulai dirintis pada

awal tahun 2014 yang di laksanakan oleh perangkat Desa Banjarsari dan

bekerjasama dengan Dinas Perikanan Kecamatan Nusawungu. Lokasi

pertama yang dipilih adalah lahan pasir pesisir di dusun Ketapang

Wetan.Lahan pasir yang semula dimanfaatkan sebagai kebun campuran

dipilih menjadi lokasi pembutan lahan tambak karena lokasinya yang dekat

dengan sumber air. Awal pembuatan kolam tambak hanya berdiri 6 kolam

tambak dengan luas masing-masing 3500m. Bentuk kolam tambak yang

dibuat yaitu berbentuk persegi (bujur sangkar)dengan melapisi lahan dengan

plastik molus atau geomembran, hal ini dikarenakan jenis lahan pasir

termasuk dalam lahan kering sehingga perlu adanya bantuan teknologi agar

lahan yang diubah dapat menampung air dalam jangka waktu yang lama.

Dilihat dari pengelolaannya kolam tambak udang di Desa Banjarsari termasuk

dalam jenis kolam tambak dengan penggelolaan super intensif.

Jenis udang yang dibudidayakan dari awal berdiri tambak hingga saat

ini adalah udang jenis vannamei. Udang jenis vannamei dipilih oleh petani

dengan alasan harga jual di pasaran yang lebih tinggi dibandingkkan dengan

jenis udang lain. Dalam aktivitas dan pengelolaan usaha budidaya udang

vannamei dapat dilihat melalui beberapa tahapan yaitu:

75
a. Biaya

Pembangunan tambak memerlukan biaya yang besar, untuk melihat

asal modal tersebut dapat dilihat pada tabel 22 dan tabel 23 tentang

modalawal dan modal produksi. Selain biaya dari modal pemilik tambak

juga mengeluarkan biaya-biaya lain seperti upah tenaga kerja dapat dilihat

pada 26.Secara keseluruhan besar biaya yang dikeluarkan untuk budidaya

udang vanname dari awal hingga siap panen memerlukan biaya sekitar

Rp200.000.000 – Rp 3.600.000.000. Besarnya biaya yang dikeluarkan

untuk usaha budidaya udang vanname tergolong besar karena banyaknya

faktor yang mempengaruhi pengeluaran biaya tersebut.

b. Kepemilikan lahan pasir pesisir

Tambak udang yang dibangun di wilayah pesisir pada lahan pasir

merupakan kawasan pantai desa Banjarsari. Kepemilikan lahan pasir

pesisir sendiri terbagimenjadi 2 yaitu lahan milik negara dan lahan Desa

Banjarsari. Lahan milik Negara dipegang dan diatur oleh TNI AD

Kecamatan Nusawungu, sedangkan lahan Desa dikuasai oleh penduduk

sekitar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 28. Luas Lahan Pesisir yang dijadikan Lahan Tambak


NO Pemilikan Luas lahan Persentase
lahan (hektar) (%)
1 Lahan milik 13,41 87.02
2 Angkatan 2,00 12,98
Darat RI
Jumlah 15.41 100,00
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

76
Seluas 2ha (12.98%) lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari dimiliki

oleh TNI AD dimana untuk mendirikan tambak udang di atasnya

memerlukan kesepakatan bersama antara petani dan TNI AD yang

tertuang dalam lembar kontrak, sedangkan lahan milik adalah tanah yang

dimiliki oleh petani yaitu sebesar 13,41ha (87,02%).

c. Pengelolaan tambak udang


Berdasarkan hasil wawancar dengan responden dan data dari

Kelompok Tani Karya Usaha, diperoleh keterangan mengenai pengelolaan

budidaya udang vanname sebagai berikut:

1) Pembangunanan petak tambak

Pembangunan petak tambak dimulai dengan membangun

pematang tambak dengan tinggi 2 meter hingga 3 meter, dengan

kemiringan 45 - 60°. Lebar pematang minimal 1,5 meter. Bentuk

petakan tambak yang ideal berbentuk bujursangkar dengan luas 500 –

3500 meter2, petaka dengan bentuk bujursangkar memudahkan

kegiatan pengeloaan air, pergantian air, panen, pengecekan udan, dan

efisien pemanfaatan lahan.

Pembangunan petakan kolam tambak dilakukan dengan

menggunakan bantuan alat berat, lama pembuatan petakan tergantung

dari tenaga kerja yang digunakan, biaya dan luas petakan tambak yang

akan dibangun. Pada bagian tengan pematang dibuat agak lebih dalam

daripada sekelilingnya dengan kedalaman ±10-40cm yang berbentuk

77
lingkaran berdiameter 1-2meter. Cekungan pada tengah kolam

tersebut dimaksudkan agar sisa makanan dan kotoran udang dapat

terkumpul sehingga mudah untuk melakukan pembuangan kotoran

dan sisa pakan udang.

Gambar 6.Pematang Vertikal Kolam Tambak UdangSumber:


Observasi Kolam Tambak Udang tahun 2017

Pematang tambak yang telah siap kemudian memasuki proses

pengeringan, perapihan dan pengapuran sebelum pematang di pasang

dengan lapisan plastik molus. Pengeringan dan pengapuran pada

pematang pada gambar bertujian untuk mematikan mikroorganisme

yang dapat merusak plastik molus atau geomemran.

Gambar 7. Pengkapuran Kolam Tambak Udang Sumber:


Dokumentasi Pribadi 2017

78
Gambar 8. Pemasangan Geomembran atau plastik molus.
Sumber:DokumentasiPribadi 2017

2) Pengisian air kolam dan fermentasi

Kolam yang telah siap kemudian di isi dengan air yang

bersumber dari sumur bor bibir pantai. Sumur bor berjarak pada 5-20

meter dari pasang gelombang tertinggi. Pengisian air kolam

memerlukan waktu yang berbeda-beda tergantung dari luas kolam dan

jenis pompa yang digunakan. Pada umumnya kolam akan diisi air

sedalam 100-120cm.

Gambar 9. Pengisian Air Kolam Tambak Udang. Sumber:


Dokumentasi Pribadi 2017

79
Kolam yang telah terisi air kemudian diberikan obat-obatan atau

larutan fermentasi untuk menumbuhkan fitoplangton. Larutan

fermentasi atau obat-obatan yang dicampurkan pada kolam tambak

bervariasi sesiau dengan resep pemilik tambak udang. Petani udang di

Desa Banjarsari hampir seluruhnya memperoleh larutan fermentasi

dengan cara membuatnya sendiri dengan mencampurkan EM 4, dedak,

vitamin dan bahan rahasia lainnya. Setelah dicamprkan dengan larutan

fermentasi air kemudian dikincir agar larutan menyebar merata di air

kolam. Penginciran dilakukan terus menerus dan berhenti ketika akan

melakukan penebaran benur.

3) Penaburan benur
Penaburan benur umumnya dilakukan pada hari ketujuh setelah

pencampuran larutan fermentasi atau kondisi air kola yang sudah

terdapat fitoplangton. Seluruh petani udang Desa Banjarsari

memperoleh benur dengan cara membeli di perusahaan (PT),

sedangkanuntuk asal benur dapat diliha pada tabel erikut:

Tabel 29.Asal Benur Udang di Desa Banjarsari


Frekuensi Persentase
NO Asal Benur Udang Vanname
(Petani) (%)
1 Kecamatan Nusawungu 0 0
2 Luar Kecamatan Nusawungu
0 0
(Kabupaten Cilacap)
3 Luar Kabupaten Cilacap
18 38.3
(satu Pulau Jawa)
4 Luar Pulau Jawa 29 61.7
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

80
Berdasarkan tabel diketahui paling banyak petani udang

memperoleh benurnya dari perusahaan diluar pulau Jawa sebnayak 29

petani (61.7%), sedangkan sisanya memperoleh benur dari luar

Kabupaten Cilacap masih dalam pulau jawa sebanya 18 petani (38.7%).

Hal ini dikarenakan daerah Kabupaten Cilacap belum mampu

menyediakan benur udang vanname dengan kualitas unggulan.

Penebaran benur dilakuakan pada dini hari kisaran jam 03.00 –

05.00 WIB. Penebaran benur pada jam tersebut memiliki kelebiha

bertahan hidup yang lebih tinggi daripada melakukan penebaran benur

pada waktu lain. Kepadatan tebar benur yang dilakukan oleh petani

perkolam dan permusimnya berbeda-beda tergantung selera pemilik

tambak.

4) Pemeliharaan Udang

a) Pemelihaaran air

Air pada tambak udang yang telah diisi oleh benur harus

selalu dilakukan penggincira air. Penginciran air tiap kolam

berbeda-beda tergantuk dari pemilik tambak dan kondisi udang,

tetapi pada umumnya petani akan mematikan kincir pada saat

pemberian pakan, pengecekan kondisi udang, pergantian air dan

pemanenan.

81
Kondisi air pada kolam tambak harus selalu di pantau agar

kondisi air selalu ideal dengan tumbuh kembang udang. Adapun

yang dipantau dari kondisi air kolam yaitu kandungan oksigen

terlarut (DO), kandungan amonia atau limbah (sisa pakan dan

cangkang udang), warna air, kecerahan air, tingkat salinitas, dan

pH air.

Secara umum untuk menjaga kualitas air petani akan

melakukan siklus pergantian air. Pergantian air dilakukan ketika

kondisi air kolam pada tambak udang sudah tidak memungkinkan

di perbaiki oleh kincir air maupun bahan kimia. Pergantian air

kolam tambak dilakukan dengan cara membuang air kolam

sebanya10-30% kemudian di isi lagi dengan air yang bersumber

dari sumur bor bibir pantai. Banyak sedikitnya air yang dibuang

tergantung pada kondisi air dikolam yang dipengaruhi salinitas,

tingkat limbah, dan warna air. Umumnya dalam satu siklus

pembesaran udang hingga siap panen petani akan melakukan

pergantian air minimalsebanyak empat kali.

b) Pemberian pakan

Pakan udang vanname dalam usaha budidaya dapat

digolongkan menjadi dua macam yaitu pakan alami dan pakan

buatan. Pakan alami diperoleh dengan cara pemberian larutan

fermentasi dan bahan kimia untuk menumbuhkan plangton dan

82
fitoplangton pada kolam, sedangkan pakan buatan yaitu berupa

pelet.

Pemberian pelet pada udang vanname dilakuakan sesuai

kondisi dan umur udang dari awal tebar benur. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 30. FrekuensiPemberian Pakan Pelet Udang Harian


NO Umur Udang Frekuensi Pemberian
(Hari) Pakan Pelet
1 1-7 2 kali
2 8-21 3 kali
3 22 - 35 4 kali
4 36 - 70 4 - 5 kali
5 71 - panen 5 kali
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Frekuensi pemberian pelet udang di atas dapat berubah-

ubah sesuai kondisi udang dan sisa pakan yang ada. Penentuan

kapan pemberian pelet tergantung pada masing masingpetani,

umumnya petani udang akan memberikan pelet pada pagi,siang,

sore, dan malam.

Banyaknya pemberian pelet antara satu petani dengan

petani lainya berbeda dalam satu kali pemberian pakan, hal ini

dipengaruhi oleh faktor umur udang, jenis pakan, waktu pemberian

pakan, dan kondisi udang. Untuk mengetahui banyaknya pakan

pelet yang habiskan petani di Desa Banjarsari dalam satukali

pembesaran dapat dilihat di tabel berikut:

83
Tabel Jumlah pakan yang dihabiskan petani dalam satukali

musim pembesaran

Tabel 31. BanyaknyaPakan Pelet yang dihabiskan dalam satukali


Musim Pembesaran Udang
NO Banyak pelet Frekuensi Persentase
(Kg) (Petani) (%)
1 700 – 5.160 32 68.0
2 5.161 – 9.620 8 17.0
3 9.621 – 14.080 3 6.9
4 14.081 – 18.540 3 6.9
5 18.541 – 23.000 1 2.2
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Berdasarkan tabel di ketahui paling besar petani

mengeluarkan pakan seberat 700-5150 kg sebanyak 32

petani(68%), sedangkan terkecil petani mengeluarkan pakan

seberat 18.541 – 23.000 kg sebanyak 1 petani (2.2%).

c) Pemberian zat kimia

Pemberian zat-zat kimia dalam usaha tani udang vanname

diperlukan untuk menunjang pertumbuhan udang, pemberian zat

kimia berupa EM4, vitamin, kapur, garam, larutan probiotik, starter

plangton, obat udang dan larutan fermentasi. Pemberian zat kimia

bertujuan untuk penggontrolan kualiatas air kolam, menumbuhkan

pakan alami udang (fitoplangton dan plangton), dan menjaga

kesehatan udang,.

5) Pemanenan Udang

84
a) Indikator Petani SiapMelakukan Panen

Kegiatan pemanenan udang di desa Banjarsari oleh pemilik

tambak udang akan dilakukan berdasarkan dua situasi yaitu kondisi

kesehatan udang dan umur udang vanname. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 32. Indikator Petani Siap Melakuakn Panen Udang


NO Indikator siap Frekuensi Persentase
panen (Petani) (%)
1 Kondisi fisik 15 31.9
udang
2 Umur udang 23 68.1
3 Jumlah pakan 0 0
yang diberikan
4 lainnya 0 0
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Berdasarkan tabel diatas diketahui petani paling banyak

melakukan kegiatan panen udang berdasarkan indikator dari umur

atau usia udang dari awal tebar benur yaitu sebanyak 23 petani

(68.1%), sedangkan sisanya yaitu sebanyak 15 petani (31.9%)

melakukaan panen berdasarkan indikator dari kondisi fisik udang.

Petani yang melakukan panen dengan indikator jumlah pakan yang

diberikan dan lainnya yaitu nol atau tidak ada petani yang

melakukannya.

b) Umur Udang yang Dipanen Petani

85
Setelah melihat indikator petani udang di Desa Banjarsari

dalam melakukan pemanenan udang, selanjutnya yaitu melihat

umur udang yang telah dipanen oleh petani udang di Desa

Banjarsari, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 33 Umur Udang yang Dipanen Petani di Desa Banjarsari


Umur udang yang Frekuensi Persentase
NO
dipanen (hari) (Petani) (%)
1 Kurang dari 60 0 0
2 61-70 0 0
3 71 – 80 8 17.1
4 81 – 90 39 82.9
5 Lebih dari 91 0 0
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Berdasarkan tabel diketahui sebanyak 39 petani (82.9%)

melakukaan panen pada udang berumur kisaran 81-90 hari,

sedangkan 8 petani lainnya (17.1%) melakukan panen pada umur

kisaran 71-80hari. Hal ini sesuai dengan teori bahwa pertumbuhan

udang maksimum mencapai pada kondisi siap panen yaitu antara

70- 90 hari.

c) Kegiatan Pemanenan Udang

Kegiatan pemanenan udang di Desa Banjarsari umumnya di

lakukan pada saat pagi hingga sore hari dengan kurun waktu

pemanenan sekitar 3 – 5 jam tergantung dari luas kolam yang akan

dipanen. Kegiatan pemaanenan udang dimulai dengan

86
pembuangan air kolam sebanyak 30-50% atau hingga kedalaman

kolam setinggi dada orang dewasa.

Kegiatan pemanenan udang dilakukan oleh sekelompok

orang yang terdiri dari 25-30 orang. Kelompok pemanen udang

terbagi 3 kelompk yaitu kelompok penangkap udang, penganggut

udang, dan penyortir udang. Ketika proses pengurangan air kolam,

tim pemanen akan menyiapkan peralatan panen seperti jaring,

selang untuk mencuci udang, tenda dan meja sortir.

Kelompok penangkap udang yang beranggota 5-10 orang

akan membentangkan jaring selebar kolam dan digiring ke tepian

kolam agar udang menggumpul pada area yang lebih sempit.

Dalam menggiring udang kelompok penangkap akan memakai

perlengkapan penutup helm dan kaus kaki, hal ini dimaksudkan

agar ketika menggiring udang tidak melukai orang yang

menggiring udang.Setelah udang berkumpul pada area yang lebih

sempit, kelompok pengankut yang terdiri dari 5- 6 orang akan

mengangkat udang kepermukaan dengan wadah khusus dan

didiamkan sejenak hingga udang tenang yang kemudian dilakukan

pencucian kasar dengan selang. Udang yang sudah diangkat dan di

cuci dalam wadah khusus kemudian di tuangkan di meja sortir.

Kelompok penyortir yang beranggota 5-10 kemudian akan

melakukan sortir berdasarkan panjang udang. Udang yang telah

tersortir kemuidan di timbang berdasarkan ukuran sortir untuk

87
ditentukan size dan harga per kilo oleh broker. Udang yang telah

ditentukan harga dan sizenya kemudian dimasukan kedalam box

besar dan diberi es agar kesegaran daging udang terjaga.

d) Hasil panen

Dalam pembahasan ini hasil panen yang ditampilkan adalah

jumlah panen yang diperoleh petani tanpa memperhitungkan faktor

lain sperti luas, jumlah pakan dan jumlah tabur, hanya

menampilkan jumlah panen yang diperoleh petani di Desa

Banarsari tercatat pada bulan Oktober tahun 2017.

Tabel 34.Hasil Panen Udang Terakhir per Oktober 2017


NO Hasil Panen Frekuensi Persentase
(Kg) (Petani) (%)
1 560 – 4.128 31 66.2
2 4.129 – 7.696 9 19.1
3 7.697 – 11.264 3 6.3
4 11.265 – 14.382 3 6.3
5 14.383 – 18.400 1 2.1
Jumlah 47 100,0
Sumber: Data Primer Wawancara 2017

Berdasarkan tabel di ketahui petani di Desa Banjarsari pada

urutan pertama sebanyak 31 petani (66.2%) memperoleh hasil

panen sebesar 560-4128 kg, sedangkan pada urutan terakhir

sebanyak 1 petani (2.1%) memperoleh hasil panen sebanyak 14.383

– 18.400 kg.

6) Pasca panen

88
Kegiatan yang dilakukan setelah proses pemanenan udang

vanname meliputi:

a) Pelepasan kincir air dari kolam tambak.

b) Pencucian dan perawatan kincir air.

c) Penggurasan air kolam tambak, dan

d) Mengecek kondisi geomembran atau plastik molus. Umumnya

geomembran maksimum bertahan hingga 2 kali masa panen\ lebih

dari duakali masa panen makaa plastik molus akan di ganti

dengan yang baru.

e) Pengecekan dan perawatan sarana dan prasarana

Kegiatan pascapanen juga dimanfaatkan petani untuk

melakukan evaluasi usaha dan masa rehat dari aktivitas budidaya udang

yang penuh dengan tantangan. Umumnya petani akan melakukan

kegiatan budidaya kembali setelah 3 - 5 minggu dari terakhir kali proses

pemanenan.

4. Hambatan dalam Usaha Tani Udang Vanname

Usaha tani udang vannamedi Desa Banjarsari mengalami berbagai

hambatan baik dari faktor fisik, pengelolaan dan faktor non fisik. Pembahasan

hambatan dalam usaha tani udang vanname di Desa banjarsari tidak dapat

dipisahkan dengan membahas upaya mengatasi hambatan, hal ini dikarenakan

usaha tani udang vanname yang mengalami hambatan-hambatan harus segera

mungkin di lakukan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan yang ada agar

tidak timbul masalah yang lebih besar. Beikut ini adalah hambatan-hambatan

89
dan cara menanggulangi hambatan usaha tani udang vanname di daerah

penelitian:

a. Hambatan dan upaya mengatasi hambatan faktor fisik

1) Iklim

Petani udang vanname di Desa Banjarsari menyatakan bahwa

curah hujan yang tinggi dan kondisi penyinaran matahari yang tak tentu

menjadi hambatan dalam usaha tani udang vanname. Curah hujan yang

tinggi akan menyebabkan salinitas air kolam menurun. Salinitas air

yang menurun secara derastik akan menyebabkan berbagai masalah

dalam pertumbuhan udang vanname seperti udang mengalami stres,

mudah terkena penyakit dan mati. Cara mengatsi salinitas air kolam

yang menurun petani melakukan sirkulasi air dengan menambahkan air

laut yang diambil dari sumur bor bibir pantai. Sirkulasi air dilakukan

ketika terjadi hujan lebat dengan waktu lebih dari 30 menit.

Penyinaran matahari yang tak menentu saat musim penghujan

menjadi faktor berikutnya yang menghambat usaha tani udang

vanname. Penyinaran yang tak menentu akan mempengaruhi suhu air

kolam. Udang akan mengalami stres bahkan kematian jika terjadi

fluktuasi suhu secara derasris dan mendadak. Suhu dan oksigen terlarut

saling mempengaruhi satu sama lain, suhu yang rendah menandakan

oksigen terlarut yang tinggi sedangkan suhu tinggi menandakan

kandungan oksigen terlarut rendah. Upaya yang dilakukan petani untuk

mencegah fluktuasi suhu yang extream yaitu dengan meningkatkan

90
intensitas penginciran air kolam agar kandungan oksigen terlarut terjaga

dan suhu air kolam stabil.

2) Air
Air memiliki peran utama dalam usaha tani udang vanname

dimana air adalah tempat hidup udang vanname, tanpa air udang takan

bisa hidup. Petani udang di Desa Banjarsari memaparkan permasalah di

air sendiri sangat kompleks seperti kandungan salinitas, oksigen

terlarut,suhu dan kandungan mineral sumber air yang berbeda antara

waktu ke waktu, serta masih banyak lagi lainnya. Upaya untuk

mengatasi hambatan faktor air petani akan melakukan upaya dengan

cara pengkinciran air dan sirkulasi air.

b. Hambatn dan upaya mengatasi hambatan dalam pengelolaan

1) Lahan

Petani udang di Desa Banjarsari memaparkan tentang hambatan

yang berkaitan dengan lahan yaitu lahan tambak yang berupa pasir

pantai sehingga perlu adanya pemasangan plastik molus atau

geomembran secara berkala untuk menjadikan lahan pasir sebagai lahan

kolam tambak udang vanname. Selain masalah tersebuthambatan

lainyang berkaitan dengan lahan yaitu tentang status lahan milik TNI

AD dimana harga sewa yang di berikan TNI AD dirasa masih belum

memihak pada petani udang. Solusiuntuk mengatasi harga sewa yang

91
tinggi yaitu denglakukan negosiasi dengan petinggi TNI AD kecamatan

Nusawungu selaku pemilik sebagian lahan di tambak udang Desa

Banjarsari.

2) Bibit udang

Hambatan yang dialami petani udang Desa Banjarsari berkaitan

dengan bibit udang yaitu masih belum tersedianya bibit udang unggulan

di Kabupaten Cilacap, sehingga petani akan mengeluarkan biaya lebih

untuk pengiriman benur udang. Solusinya yaitu Petani membeli bibit

udang dari daerah yang jauh dengan kualitas yang terjamin dan bermutu

tinggi.

3) Pembesaran

Hambatan yang muncul dalam pembesaran udang vanname

berdasarkan pemaparan petani yaitu dari sifat udang sendiri yang rapuh

dan sensitif terhadap lingkungan hidupnya. Solusi yang di lakukan

petani yaitu dengan melakukan pemantauan kondisi udang dan lingkup

hidup udang (air kolam tambak) setiap minimal dua kali sehari.

c. Hambatan dan upaya mengatasi hambatan faktor non fisik

1) Modal

Hambatan terkait dengan modal yaitu besarnya modal yang

dikeluarkan untuk usaha tani udang vanname sehingga memaksa petani

92
udang untuk melakukan pinjaman dalam jumlah besar kebank BUMN.

Bank BUMN di kecamatan Nusawungu tidak semuanya mau

memberikan pinjaman kepada petani udang dalam jumlah yang besar

walaupun sudah dengan jaminan setifikat barang-barang berharga.

Solusi untuk menambah kekurangan modal maka petani akan

melakukan pinjaman kepada teman sesama petani udang atau ke

pemasok pakan udang.

2) Tenaga kerja

Pemilik tambak udang selaku responden menuturkan bahwa

untuk tenaga kerja mereka terhambat pada sedikitnya minat tenaga

kerja yang berdisiplin, berdedikasi, dan berpengalaman dalam menjaga

udang di tambak selaku tenaga kerja tetap di tambak. Solusi untuk

mengatasi hambatan tersebut petani udang selaku pemilik dan

responden dalam penelitian ini menggunakan cara memberikan uang

serimpilan diluar gajih pokok tenaga kerja tetap di tambak dan ada pula

yang lebih memilih untuk menjaga tambaknya sendiri daripada

menggunakan pegawai tetap.

3) Pemasaran

Pemasaran hasil panen udang vanname di daerah penelitian

berdasarkan pemaparan responden yaitu mereka langsung menjualke

broker sehingga tidak ada hambatan yang signifikan. Parmintaan udang

93
vanname sendiri masih bersifat export, untuk permintaan dalam negeri

masih terbilang sedikit. Pasar yang masih bersifat export menjadi

penentuan harga udang vanname oleh broker yang mengikuti kurs uang

dolar sehingga tidak selalu tetap. Bila kurs dolar turun maka acuan

harga dasar udang vanname akan turun, tetapi bila kurs naik maka harga

jual udangpun akan naik.

4) Tranportasi dan komunikasi

Hambatan yang di paparkan responden terkait dengan

transportasi dan komunikasi yaitu sebatas sarana akses jalan ke tambak

bila musim hujan becek sedangkan untuk komunikasi petani tidak

mengalami hambatan sama sekali. Upaya yang dilakukan petani terkait

dengan jalanan yang becek pada musim hujan yaitu dengan mengguruk

jalanan yang becek dengan batu kapur.

5) Teknologi

Hambatan dalam teknologi berdasarkan pemaparan responden

yaitu peralatan yang rusak, suku cadang yang langka, mesin disel

pompa dan kincir yang cepat rusak dikarenakan korosi oleh air laut, dan

tenaga ahli mekanik yang masih jarang. Upaya yang dilakukan petani

terkait dengan masalah teknologi yaitu melakukan perawatan rutin

sehari sekali pada peratan yang ada seperti disel pompa, disel kincir,

dan kincir listrik untuk mencegah terjadinya kerusakan.

94
5. Upaya Petani Mengatasi Hambatan Usaha Tani Udang Vanname.

6. Tingkat Keberhasilan Usaha Tani Udang Vanname di Desa Banjarsari.


Tingkat keberhasilan usaha tani udang vanname di daerah penelitian

dilihat dari analisis kelayakan usaha tani. Analisis ini didasarkan pada

perhitungantitik impas atau BEP (Break Event Point) produtivitas tenaga

kerja, pendapatan, hasil produksi, penerimaan dan harga.

Ken Suritiyah (2015: 115) dalam bukunya menyebutkan Indikatorkelayakan

usaha tani udang vanname dikatakan layak apabila memenuhi syarat antara

lain:

a. Nilai R/C > 1

b. Prokduktivitas tenaga kerja (Rp/Hari Kerja Orang) lebih besar dari

tingkat upah yang berlaku.

c. Pendapatan (Rp) > sewa lahan (Rp) per satuan waktu atau musim tanam.

d. Produksi (kg) > BEP produksi (kg)

e. Penerimaan (Rp) > BEP penerimaan (Rp)

f. Harga (Rp/kg) > BEP harga (Rp/kg)

Dalam penelitian ini peneliti melakukan perhitungan secara menyeluruh

dari 47 responden dimana tiap biaya dan luas dihitung dengan nilai rata-rata

dari 47 petani udang di Desa Banjarsari. Berikut analis keuangan usaha tani

udang vanname di Desa Banjarsari :

Biaya dan Pendapatan Udang Vanname per 3.278.7m di Desa Banjarsari


Oktober 2017

Penerimaan

95
Produksi total (Y) 4.396 kg
Harga (P) Rp. 72.179
Penerimaan (S atau R) Rp 317.298.884
Biaya
Biaya variabel (VC)
Benur Rp 17.243.330
KIMIA Rp 5.388.404,26
OPRASIONAL Rp 5.027.064
Bensin Rp 55.244.894
Tenaga kerja total Rp 14.734.043
Pakan Rp 87.200.000
Jumlah (VC) Rp 184.837.735
AVC VC/Y = Rp 42.046,8
Biaya tetap (FC) Rp 9.497.872

.Total biaya (TC atau C) Rp 194.835.607

Pendapatan Rp 122.963.277

Keuntungan
Upah tenaga kerja
Total tenagakerja 180/HKO
Nilai sewa lahan Rp 17.276.595,7
Keuntungan Rp 115.184.554

Dari perhitungan keuangan diatas maka dapat diketahui kelayakan

usaha tani udang vanname di Desa Banjarsari sebgai berikut:

a. Nilai R/C

𝑅⁄ 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑆
𝐶 𝑇𝐶

Rp 317.298.884
=
Rp 194.835.607

= 1,63

Dari perhitungan di atas diketahui nilai R/C lebih besar dari 1 maka

masuk dalam kategori layak.

96
b. Produktifitas Tenaga Kerja.

Penerimaan(S)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 =
Tenaga kerja dicurahkan

Rp 317.298.884
=
180 HKO

= 1.762.771

Dariperhitungan diatas diketahhui produktifitastenaga kerja sebesar

𝑅𝑝 1.762.771/𝐻𝐾𝑂 sedangkan upah tenaga kerja perhari di Desa

Banjarsari yaitu sebesar Rp 70.000/ HKO maka dikatakan layak

c. Pendapatan .

Pendapatan petani = Rp 122.963.277

Sewa laha = Rp 17.276.595,7

Dari perhitungan diatas diketahui pendapatan petanilebih besar dari sewa

lahan maka masuk dalam kategori layak

d. Produksi.

Produksi = 4.396 kg
𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 (𝑘𝑔) =
𝑃 − 𝐴𝑉𝐶

9.497.872
=
72.179 − 42.047

9.497.872
=
30.132

= 315.20 𝑘𝑔

97
Dari perhitungan di atas diketahui produksi yang bernilai 4.396

kg lebih besar dari nilai BEP yaitu 315,2 kg maka dalam hal ini

dikatakan layak.

e. Penerimaan

Penerimaan = Rp 317.298.884

𝐹𝐶
𝐵𝐸𝑃 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 (𝑅𝑝) = 𝑉𝐶
1− 𝑆

9.497.872
= 184.837.735
1 − 317.298.884

9.497.872
=
0.417

= 𝑅𝑝 23.165.5

Dari perhitungan di atas diketahui penerimaan yang bernilai Rp

317.298.884 lebih besar dari nilai BEP penerimaan yang bernilai

𝑅𝑝 23.165 maka dikatakan layak

f. Harga

Harga jual udang rata rata = Rp. 72.179

𝑇𝐶
𝐵𝐸𝑃 ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 (𝑅𝑝/𝑘𝑔) =
𝑌
194.835.607
=
4.396
= 4.396

Dari perhitungandi atas diketahui nilai harga pada saat


penelitian sebesar = Rp. 72.179/kg dan nilai BEP saat penelitian
𝑅𝑝 4.396 /kg maka dikatakan layak.

98
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpilkan

sebagai berikut:

99
1. Perubahan Penggunaan lahan pasir pesisir di Desa Banjarsari untuk

tambak udang dari tahun 2014 sampai tahun 2016 yaitu diperoleh

peta perubahan lahan dari tahun 2014 2015 dn 2016

2. Faktor Fisik dan non Fisik yang Mempengaruhi Usaha Tani Udang

Vanname.

a. Faktor fisik usaha tani udang di Desa Banjarsari yang meliputi

faktor iklim dan air yaitu sesuai.

b. Faktor non fisik usaha tani udang di Desa Banjarsari yang meliputi

modal, transportasi dan komunikasi, teknologi dan tenaga kerja.

3. Aktivitas Usaha Tani Udang Vanname

Aktivitas usaha tani udang vanname meliputi biaya, kepemilikan

lahan dan pengelolaan tambak. Biaya yang dikeluarkan petani udang dari

awal usaha hingga panen memerlukan biaya sebesar Rp143.937.500 – Rp

3.699.125.000. Kepemilikan lahan tambak udang terbagi menjadi dua

yaitu lahan TNI AD seluas 2 ha(13%) dan lahan milik Desa 13,41ha

(87%). Pengelolaan tambak meliputipembangunan petakan tambak,

pengisian air kolam dan fermentasi, penaburan benur, pemeliharaan

udang, pemanenandan pasca panen.

4. Hambatan dan Upaya Mengatasi Hambatan Usaha Tani Udang

Vanname

Hambatan yang dialami petani udang vanname di desa banjarsari

dan cara mengatasi hambatan yaitu:

100
a. Iklim yang tidak menentu dengan curah hujan yang tinggi dan

perubahan suhu yang mendadak. Cara mengatasinya yaitu dengan

melakukan penggontrolan salinitas dan suhu air kolam dan

melakukan penginciran lebih insentif bila saat terjadi hujan. Kondisi

udang bila menunjukan gejala stres maka segera lakukan sirkulasi

penggantian air kolam tambak udang.

b. Hambatan dalam pengelolaan yaitu harga sewa lahan milik TNI AD

yang dirasa masih belum memihak rakyat, ketersediaan benur udang

berkualitas cakupan regional yang belum tersedia, dan sifat udang

yang sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya.Cara

megatasinya yaitu dengan negosiasi dengan pihak terkait tentang

sewa lahan, membeli benur berkualitas dari luar pulau jawa, dan

selalu melakukan pengecekan kondisi udang di kolam tambak udang.

c. Hambatan dalam fakor non fisik yaitu biaya yang besar dalam

pengelolaan usaha tani udang vanname dan tenaga kerja yang

terampil dan disiplin yang masih jarang. Cara mengatasinya yaitu

dengan melakukan pinjaman biaya pada pengepul, Bank, dan

keluarga serta mendatangkan tenaga kerja disiplin dan trampil dari

luar Desa Banjaarsari.

5. Tingkat Kelayakan Usaha Tani Udang Vanname

Tingkat kelayakan usaha udang vanname dilihat dari parameter

ekonomi berdasarkan Ken Suratiyah 2015maka usaha tani udang

vanname di Desa Banjarsari dikatakan 100% layak.

101
B. SARAN

1. Bagi Petani

a. Senantiasa menjalin kerjasama dengan BMKG daerah untuk

memperoleh informasi perkiraan cuaca serta menambah

pengetahuan terkait usaha tani budidaya udang vanname untuk

meminimalisir dampak yang tidak di inginkan pada udang budiaya.

b. Melakukan manajemen kerja yang sistimatis dan tercatat agar

semua kegiatan dapat tersusun dan tercatat dengan baik sehingga

memudahkan melakukan evaluasi untuk musim pembesaran

selanjutnya.

c. Sebaiknya Pemilik kolam (Petani) melakukan pencatatan keuangan

yang dilakukan secara harian terkait biaya yang dikeluarkan dalan

usaha tani udang vanname agar lebih jelas dana masuk dan keluar

serta dapat memperkirakan besaran biaya untuk musim

pembesaran selanjutnya.

d. Mempertahankan tingkat keberhasialan usaha tani udang vanname

dan berusaha untuk melakukan relasi-relasi dengan pihak terkait

baik pemerintah maupun petani udang lainnya agar dapat

meningkatkan kualitas serta hasil panen udang

2. Bagi Pemerintah.

102
a. Pengawasan pemanfaatan penggunaan lahan oleh aparatur desa

secara berkala terkait lahan yang berada di wilayah desa agar

diperoleh perkembangan dan pemanfaatan lahan yang sesuai

dengan RTRW Kabupaten Cilacap dan meminimalisir terjadinya

konflik perebutan pengguasaan dan penggunaan lahan antar petani.

b. Pemerintah terutama bidang Kementrian Perikan melalui sub

sektor perikanan budiadaya agar lebih memperhatikan dan

mengayomi petani udang vanname serta melakukan pencatatan

berkala hasil perikanan budidaya dan mampu menyediakan benur

udang berkualitas di wilayah Kabupaten Cilacap.

Daftar Pustaka

Abbas, T., & Muhamad, C. S. (1983). Usaha Tani. Jakarta : Penerbit CV Serajaya.

Abdoel, Djamali, R. (2000). Manajemen Usaha Tani. Jakarta : Depdiknas

Ance, G. K. (2006). Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman.


Jakarta : Bumi Aksara.

Anonim. (2014). Cilacap Dalam angka 2014. Cilcacap: BPS Kabupaten Cilacap.

103
Anonim. (2016). Monografi Desa Banjarsari tahun 2016 semester II. Cilacap:
Desa Banjarsari

Anonim. (2014). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cilacap


2014.Cilacap: BPS

Bambang Agus Murjito. (1992). Budidaya Udang Galah Sistem Monokultur.


Yogyakarta: Kanisius.

Beesley, Ken and Russwurn, Lome H. (1981). The Rural-Urban Fringe;


Canadian Perspectives.Waterlo : Geographical Monographical.

Bintarto dan Surastopo Hadisumarno. (1991). Metode Analisa Geografi. Jakarta:


LP3ES

David Grigg. (1995). An Introduction to an Agricultural Geography. New York:


Arnold

Eva Banowati dan Sriyanto. (2013). Geografi Pertanian. Yogyakarta: Ombak

Faizal. (2000). Pendapatan Usaha Tani Sistem Tanam Benih Langsung dan
Tanam Pindah Padi Sawah di Desa Banjar Arum dan Banjar Asri Kecamatan
Kalibawang Kabupaten Kulon Progo YK. Tesis S2. Yogyakarta : Fakultas
Geografi UGM

Hadi Sabari Yunus. (2010). Metodelogi Penelitian Wilayah Kontemporer.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Http//: www.pusluh.kkp.go.id diakses pada 11 Januari 2017.

http//: www.cilacapkab.go.id diakses pada 24 Desember 2016.

Ida Bagoes M. (2004). Filasafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

____________. (2007 / 3). Demografi Umum. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ken Suratiyah. (2015). Ilmu Usaha Tani Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya

104
Masyhuri (2005). Pembangunan Pertanian Masa Depan Dalam Usman. W, Noor.
I. F. Dan Mustika. B. Pembangunan Pertanian di Era Otonomi Daerah
(Edisi Revisi). LP2KP Pustaka Karya: Yogyakarta.

M. Ghufron H. Kordi K. (2007) Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi Daya


Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.

____________________. (2010). Budi Daya Udang Laut. Yogyakarta: Lily


Publisher.

M. Tohar. (2000). Membuka Usaha Kecil. Yogyakarta: Kanisius.

Moh. Pabundu Tika. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakatra: PT Bumi


Aksara.

Mulyanto Sumardi dan Hans-Dieter Everes. (1982). Kemiskinan dan Kebutuhan


Pokok. Jakarta: Rajawali

Nursid Sumaatmadja. (1981). Studi Lingkungan Hidup. Bandung: Alumni.

Pabundu, T. (2005). Metode Penelitian Geografi. Jakarta : Bumi Aksara.

Perda Kabupaten Cilacap no 9 tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Cilacap.

Robert M. Delinom. (2005). Sumber Daya Air di Wilayah Pesisir & Pulau-Pulau
Kecil di Indoneisa. Jakarta: LIPI Perss.

Singh, Jabir, dan Dhillon. (1984). Agricultural geography. New delhi: McCraw

Sri Rusmiyati (). Menjala Rupiah Budidaya Udang Vannamei. Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Sugiono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatatan Praktik


Edisi Revisi VI. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

105
Suharyono dan Moch. Amien. (1994). Pengantar Filsafat Geografi. Yogyakarta:
Ombak.

Tjasyono, B. (2004). Klimatologi Cetakan ke 2. Bandung : IPB Press.

Tuwo, M. A. (2011). Dasar-Dasar Usaha Tani. Kendari : Universitas Halu Oleo

Yatiman. (2016). Keanggotaan Pokdakan Karya Usaha Desa Banjarsari.


Cilacap:

106

Anda mungkin juga menyukai